Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA FARMASI

“ASAM AMINO”

OLEH

KELOMPOK III

ASISTEN:

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan aktivitas, baik yang telah
merupakan kebiasaan maupun yang hanya kadang-kadang kita lakukan. Untuk
melakukan aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan untuk
aktivitas tersebut diperoleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya
bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak.
Protein akan menghasilkan asam-asam amino jika terhidrolisis oleh asam atau
enzim. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam-asam
amino ini terikat satu sama lain dengan ikatan peptida (Poedjadji dan Supriyanti,
2006).
Penentuan kadar asam amino dalam suatu makanan ataupun minuman dapat
diukur dengan beberapa metode yaitu uji biuret, uji millon, uji ninhidrin dan uji
xanthoprotein (Purwanto, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Asam amino merupakan turunan asam karboksilat yang mengandung gugus
amina. Setiap molekul asam amino sedikitnya mengandung dua buah gugus
fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH 2) (Diva, Dio A.,
2013).
Asam amino ada yang bersifat hidrofobik, diantaranya: Alanin, Isoleusin,
Leusin, Metionin, Fenilalanin, Prolin, Triptofan, Tirosin, Valin. Asam amino yang
bersifat hidrofilik: Arginin, Asparagin, Asam Aspartat, Sistein, Asam glutamat,
Glutamin, Glisin, Histidin, Lisin, Serin, dan Treonin (Mei, 2013).

II.2 Sifat-Sifat Asam Amino


Menurut Mei (2013), Asam amino memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a) Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini
berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan asam amina. Asam
karboksilat aliffatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon,
umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian
pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik.
b) Asam amoni mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan
asam karboksilat atau amina (lebih besar dari 200oC).
c) Bersifat sebagai elektrolit. Dalam larutan kondisi netral (pH isoelektrik), asam
amino dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan
negatif (zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat bergantung pada
pH larutan. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik; cenderung
menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku
ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino
termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu
fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Bila ditambahkan dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam
bentuk : H2N – CH – COO- R. Dan bila ditambahkan asam kedalam larutan
asam amino, maka asam amino yang terbentuk : +H3N – CH – COOH- R.
Asam amino mempunyai paling sedikit 1 C asimetris (kecuali glisin),
sehingga bersifat optis aktif.

II.3 Klasifikasi Asam Amino


Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis didalam tubuh, tetapi
diperoleh dari luar misalnya melalui makanan. Asam amino non esensial adalah
asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa
lain. Histidin dan Arginin sering disebut asam amino semi esensial karena tubuh
dapat mensintesis namun tidak mencukupi kebutuhan (Mei, 2013).
Berdasarkan Kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan
hidrofilik. Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut (
Mei,2013) :

a) Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar): Glisin, Alanin,
Valin, Leusin, Isoleusin.
b) Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam
amino polar): Serin, Treonin, Tirosin,
c) Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino
polar): Sistein dan metionin.
d) Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya
(gugus R bermuatan negatif): Asam aspartat, Aparagin, Asam glutamat,
Glutamin.
e) Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa ( gugus R
bermuatan positif): Arginin, Lisin, Histidin, Hydrolisin.
f) Yang mengandung cincin aromatik : Histidin, Fenilalanin, Tirosin dan
Triptofan.
g) Asam imino: Prolin dan hidroksiprolin.

II.3.1 Uji Ninhidrin


Ninhidrin adalah suatu reagen yangg berguna untuk mendeteksi asam amino
dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Uji ninhidrin digunakan untuk
menunjukan asam amino dalam zat yang diuji. Uji ninhidrin berlaku untuk semua
asam amino. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) merupakan senyawa kimia
yang digunakan untuk mendeteksi gugus amina dalam molekul asam amino. Senyawa
ini merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam amino
menghasilkan zat berwarna ungu. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk
aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH 3 dan CO2.
Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai
dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh
molekul ninhidrin+hidrindantin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino
tersebut dioksidasi (Rahmawati,2011).
II.3.2 Uji Xanthoprotein
Uji xanthoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk
menunjukan adanya gugus benzen (cincin fenil). Asam amino yang menunjukan
reaksi positif untuk uji ini adalah munculnya gumpalan atau cincin berwarna kuning
pada pemanasan dengan asam nitrat pekat ( Adisendjaja, 2016).
II.3.3 Uji Biuret
Uji biuret digunakan untuk menunjukan adanya ikatan peptida dalam suatu zat
yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasi adanya protein, karena asam amino
berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina lain
( Adisendjaja, 2016).
II.3.4 Uji Millon
Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Uji millon umumnya digunakan untuk menunjukan adanya asam amino tirosin pada
suatu zat. Uji millon bekerja terhadap derivat-derivat monofenol seperti tirosin.
Pereaksi yang digunakan merupakan larutan merkuri (Hg) dalam asan nitrat (HNO 3)
(Panji, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Adisendajaja, dkk. 2016. “Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia”. Universitas


Pendidikan Indonesia: Bandung
Diva, Dio A. 2013. “Asam Amino”. Diakses 20 September 2014
Mei, Supriadi. “Asam Amino”. Diakses 20 September 2014
Panji. 2013. “Identifikasi Kandungan Asam Amino”. Unesa University Press:
Surabaya
Poedjiadi, Anna dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi
Kedua. UI Press, Hal. 81-81, 91-92 : Jakarta
Purwanto, Maria Goretti M. 2014. “Perbandingan Analisa Kadar Protein Terlarut
dengan Berbagai Metode Spektroskopi UV-Visible. Jurnal Sains dan
Teknologi, 7(2): 64-71, ISSN: 0216-1540
Rahmawati, Siti. 2013. “Ninhidrin”. Diakses 20 September 2014

Anda mungkin juga menyukai