Getah: polimer hidrokarbon berupa zat cair pekat dan bersifat lengket yang berasal dari batang kayu atau
buah.
Damar atau resin : suatu campuran yang kompleks dari sekret tumbuh-tumbuhan, biasanya berupa getah
keras/padat, amorf, transparan, dan menjadi lunak dan meleleh pada pemanasan.
Balsamum : campuran dari resin dengan asam sinamat atau benzoat atau kedua-duanya, atau ester-ester
dengan minyak menguap.
BALSAMUM PERUVIANUM
Nama lain : Balsam Peru
Tanaman asal : Myroxylon pereirae (royle)
Keluarga : Papilionaceae
ZBU : 50-60 % sinamein (campuran benzil benzoat dan bensilsinamat), 20-30%
damar. Asam benzoat, asam sinamat, vanilin, dan peruvinol.
Penggunaan : obat gudik,obat luka dan obat batuk
Sediaan : Peruviani unguentum (F.N)
Balsamum papillare ( FOI)
Waktu &cara : Mulai umur 5 tahun sampai 30 tahun atau lebih dapat diambil balsemnya. Pada permulaan
panen bulan November / Desember batang dipukul - pukul(tanpa menge-lupaskan kulitnya pada
sekeliling-nya dengan meninggalkan sisa yang utuh.
Kulit yang dipukul-pukul itu akan retak atau digoreskan irisan – irisan padanya. Setelah 5 – 6
hari, kulit yang rusak itu dibakar dan seminggu kemudian kulit itupun lepaslah/dikelupas.
Dari kayunya keluar cairan ditampung dengan secarik kain yang ditutupkan pda luka jika
kain sudah penuh dengan balsem lalu dicelupkan ke dalam air mendidih, balsam yang lebih
berat akan mengendap dan dipisahkan.
Aliran balsam yang kedua timbul 7 – 10 hari kemudian, ini dikumpulkan seperti di atas.
Setelah itu luka diserut dan keluarlah aliran balsam yang ketiga. Kulit yang rusak itu akan
sembuh dalam jangka waktu 2 tahun setelah itu dapat diperlakukan seperti semula.
Ketiga macam balsam yang keluar itu berturut-turut disebut :
- Tagauzonte.
- Balsamo de trapo
- Balsamo de contaripique
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Contoh Sediaan : bedak Herocyn®, Suppositoria Rako®, Balsamum papillare
BENZOINUM / BENZOE
1
dekat asal cabang yang terendah.
Cairan yang pertama keluar adalah yang terbersih, menghasilkan
kemenyan yang paling putih, dan bau yang paling enak. Pembuatan
luka dapat diulangi tiap tahun.
Sediaan : Benzoes Tinctura
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
GUMMI ACACIAE
2. Gom senegal (Gom Afrika Barat), berasal dari Senegal, daya rekatnya bagus,
maka banyak dipakai dalam industri. Umumnya berupa butir-butir jorong atau bulat
dan utuh, atau berupa potongan-potongan bentuk bumbung yang lurus atau terpilin,
jenis yang terbaik berwarna agak putih (tidak berwarna), tetapi umumnya tampak
kekuningan, kemerahan atau merah coklat.
2
OPIUM
3. Opium Iran (Opium Persia), getah opium yang terkumpul dicampur dengan gom
sampai sama rata, dipotong bentuk batu bata, dijemur, dibungkus kertas merah
(jarang kertas putih) dan diikat dengan tali merah atau kuning. Kadar air lebih
kecil dari opium Turki, bau apek rasa sangat pahit.
4. Opium India, kadar morfina rendah, kadar narseina lebih tinggi dari kadar
morfina, warna coklat tua atau kehitaman jika masih menyerupai pasta.
5. Opium Tiongkok, berupa bulat pipih,dibungkus kertas putih.
6. Opium Mesir, mutu rendah yang terbaik hanya berisi 6-7% morfina, sering
dipalsukan dengan pasir, abu, biji-biji tanaman, sari buah candu, gom arab, tragakan,
jadam, potongan-potongan besi.
Sediaan : 1. Opii extractum (F.I)
i pulvis (F.I), untu dibuat :
- Bismuthi opii pulveres (F.N)
- Opii pulvis compositus (F.I), untuk dibuat Acidi acetyl salicylici Camphorae opii
Compressi (F.N), Acidi Acetyl salicy opii Pulveres I, II, III (F.N)
3. Opii compositi compressi.
4. Opii Tinctura (F.I), dibuat untuk Benzoici Opii Tinctura (F.N)
5. Opii Tinctura Aromatica (F.I)
6. Opialum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ; dalam lemari yang terkunci
karena obat narkotik.
Keterangan : Opium dianggap bermutu rendah jika :
3
- Warna kehitam-hitaman.
- Rasa manis, kurang pahit dan agak memualkan
- Konsistensi lunak seperti lemak.
- Jika dipotong, halus atau berisi benda asing.
- Tidak memberi warna coklat tua pada ludah.
- Tidak membentuk cairan kental dengan air.
- Tidak meninggalkan bekas yang sama rata gelap setelah digoreskan pada kertas
PA PAINUM
TR AGACANTHA
4
PENGOLAHAN BAHAN NABATI
Hasil pengolahan bahan nabati merupakan simplisia dari pengolahan (bukan dari proses pengeringan seperti
pembuatan simplisia pada umumnya) bahan dasar tanaman (bisa berupa akar, batang, dahan, daun, bunga, buah, atau
beberapa bagian dari tanaman bahkan keseluruhannya).
ALOE
Nama lain : Jadam, aloes
Tanaman asal : Aloe perryi Aloe Ferox, Aloe africana, Aloe Barbadensis, Aloe spicata
Keluarga : Liliaceae
ZBU : Damar, aloin, air dan abu. Sifat purgatif disebabkan oleh tiga pentosid,
yaitu barbaloin (aloin), isobarbaloin dan betabarbaloin. Hidrolisis barbaloin
menghasilkan aloe emodin dan d-arabinosa.
Penggunaan : Pencahar
Pemerian : berasa sangat pahit dan menimbulkan rasa mual
Bagian yang digunakan : Cairan yang keluar dari potongan daun segar
Contoh sediaan : Laxing Kapsul
CAMPHORA
CARBO ADSORBENS
Contoh sediaan :
5
CATECHU
GALLAE
Nama Lain : Jenitri
Tanaman Asal : Quercus infectoria (Oliver)
Keluarga : Fagaceae
ZBU : Asam penyamak 50-75% dan asam galat 2-4%, damar, pati, kalsium oksalat
Penggunaan : Obat wasir, bagian dari jamu singset
Pemerian : Bau lemah, rasa sangat kelat dan agak manis
Cara Panen : Serangga Cynips tinctoria (keluarga Cynipidae) menaruh telur – telurnya pada pucuk-pucuk dan
batang-batang muda, larva yang keluar dari telur tersbut mengeluarkan cairan berisi enzima yang dapat merubah pati
yang terdapat dalam sel-sel disekitar larva tersebut menjadi gula, perubahan dari pati kegula ini, makin
meningkat dan merangsang sel-sel jaringan yang bulat tengahnya berongga (karena dimakan larva tersebut). Jenitri
yang baik diperoleh dari jaringan yang belum ditinggalkan serangganya, berat dan tergantung warnanya dinamakan
jenitri biru, hijau atau hitam. Jika telah ditinggalkan oleh serangganya, ringan, lebih menyerupai bunga karang dan
berwarna pucat, disebut jenitri putih dan nilainya rendah.
6
GLYCYRRHIZAE SUCCUS
Contoh Sediaan :
7
SIMPLISIA HEWAN
Pada bab ini , kita akan membahas simplisia yang berasal dar hewan (simplisia hewani). Simplisia hewani
adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan, atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni.
1. ADEPS LANAE
Nama lain : Lemak bulu domba, anhydrous lanolin, wool fat
Nama hewan asal : Ovis aries L.
Keluarga : Bovidae
Zat berkhasiat utama / isi : Ester-ester lemak yang mengandung kolesterol, oksikolesterol,
gammalanosterol, lanosterol, dihidrolanosterol, dan agnosterol. Asam-asam
lemak, yaitu asam palmitat, asam miristinat, asam lanopalmitat, asam lanoserat,
asam serotat, dan asam karnaubat. Alkohol-alkohol, yaitu setilalkohol dan
karnaubiealkohol
Penggunaan : Bahan dasar salep, sabun, pasta, pil, dan serbuk
Pemerian : Massa seperti lemak, liat, lekat, warna kuning pucat, agak tembus cahaya,
dan bau lemah khas
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan penyulingan uap buah yang masak
Bagian yang digunakan : Lemak yang dmurnikan dari bulu domba
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
a. Pembuatan
Bulu domba mengandung 10-50% lemak yang merupakan selaput luar bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu
mengandung lemak tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu mengandung
lemak tersebut. Lemak bulu domba diperoleh dengan menambahkan asam sulfat pada air cucian bulu domba.
Magma berlemak yang terpisah kemudian diambil dan diperas panas-panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.
Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi jika masih berisi asam lemak bebas. Lemak bulu domba dapat pula diperoleh
langsung dengan cara disari dengan pelarut organik
b. Sediaan
· Chloramphenicoli Unguentum (FN)
· Ichtammoli Unguentum (FN)
· Methylis Salicylatis Unguentum (FN)
2. CERA ALBA
Nama lain : Malam putih, white beeswax
Nama hewan asal : Apis mellifera L. Dan spesies lain
Keluarga : Apidae
Zat berkhasiat utama / isi : Mirisin (Mirisilpalmitat), asam serotinat, serasin (campuran parafin), asam
melisinat, dan serialkohol
Penggunaan : Bahan dasar salep
Pemerian : Malam padat, lapisan tipis bening, warna putih kekuningan, dan bau lemah
Bagian yang digunakan : Malam dari sarang lebah yang telah dibersihkan dan telah diputihkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
a. Cara memperoleh
8
Malam putih berasal dari malam kuning yang diputihkan. Dulu, malam ini diputihkan dengan cara dijemur dan
berbentuk pita-pita tipis. Saat ini, malam putih diperoleh dengan mengoksidasi malam kuning dengan hidrogen
peroksida, kalium permanganat, atau benzoilperoksida
3. CETACEUM
Nama lain : Setaseum, spermaseti
Nama hewan asal : Physeter macrocephalus, physeter catodon L., dan Hyperoodon costralos
Miller
Keluarga : Physeteridae
Zat berkhasiat utama / isi : Setin (setilpalmitat), setilstearat, setiloleat, setillaurat, setimiristinat, dan setil
alkohol
Penggunaan : Bahan dasar salep
Pemerian : Massa hablur, bening, licin, warna putih mutiara, bau dan rasa lemah
Bagian yang digunakan : Malam padat murni yang diperoleh dari minyak lemak yang terdapat pada
kepala, lemak, dan badan ikan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
Cara memperoleh : Hewan menyusui ini memiliki kepala yang besar. Bagian atas kepala berisi
cairan yang setelah hewan mati, menjadi padat putih seperti bunga karang. Massa tersebut merupakan campuran
setaseum dan minyak lemak. Setaseum murni diperoleh melalui pemerasan, pencucian dengan soda, dan lain-
lain
4. LUMBRICUS RUBELLUS
Nama lain : Red earthworm , ekstrak cacing tanah
Nama hewan asal : Lumbricus rubellus
Keluarga : Lumbricidae
Zat berkhasiat utama / isi : Protein sampai 76%, vitamin B12, dan
vitamin E
Penggunaan : Suplemen untuk infeksi saluran cerna
Pemerian : Cacing yang hidup di tanah,
berwarna merah cokelat atau merah ungu, panjang umumnya 4-10 cm
Bagian yang digunakan : Ekstrak kering seluruh bagian cacing
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
Sediaan : Kapsul VERMINT (Vermindo
Internasional Afiah)
5. MEL DEPURATUM
Nama lain : Madu murni
Nama hewan asal : Apis mellifera L.
Keluarga : Apidae
Zat berkhasiat utama / isi : Gula invert, sakarosa, dekstrin, abu,
air, zat atsiri aromatik, dan asam semut (sedikit)
Penggunaan : Sumber hidrat arang yang mudah
dicerna, reduktor dalam sediaan ferro, dan memperbaiki rasa (corigen
saporis)
Pemerian : Cairan kental seperti sirup, bening,
9
warna kuning muda sampai cokelat kekuningan, rasa manis khas, dan
bau enak khas. Jika dipanaskan di atas penangas air, bau menjadi
lebih kuat, tetapi tidak berubah
Bagian yang digunakan : Madu
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
Cara memperoleh : Madu yang diperoleh dari sarang
Apis dimurnikan dengan pemanasan dibawah suhu 80ºC, lalu
didiamkan. Kotoran yang mengapung diambil, kemudian madu
diencerkan dengan air
6. THYROIDUM
10
SIMPLISIA MINERAL
Pada bab ini , kita akan membahas simplisia yang berasal dari minyak mineral (simplisia mineral).
Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah atau diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Berikut ini adalah deskripsi beberapa simplisia yang berasal dari pengolahan minyak mineral.
1. PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain : Parafin cair, white mineral oil, liquid petroleum, mineral oil
Zat berkhasiat utama / isi : Hidrokarbon (C17H36 Sampai C27H56), yang terdiri atas hidrokarbon
siklis, hidrokarbon takjenuh, dan derivat-derivat benzen
Penggunaan : Bahan dasar salep dan laxantia
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, dan hampir tidak berasa
Cara memperoleh : Diperoleh dari minyak mineral
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya
2. PARAFFINUM SOLIDUM
Nama lain : Parafin padat, paraffin wax
Zat berkhasiat utama / isi : Hidrokarbon (C17H36 Sampai C27H56), yang terdiri atas hidrokarbon
siklis, hidrokarbon takjenuh, dan derivat-derivat benzen
Penggunaan : Bahan pengeras salep dan zat tambahan
Pemerian : Massa padat, sering menunjukkan susunan yang hablur, warna putih, tidak
berasa, dan agak licin. Jika terbakar, menyala terang, sedangkan jika dilebur, menghasilkan cairan yang tidak
berfluoresensi
Cara memperoleh : Diperoleh dari residu minyak tanah kasar. Residu ini disuling lagi untuk
memperoleh minyak parafin sebagai distilat yang kemudian diolah dengan asam sulfat dan selanjutnya dengan
larutan natrium hidroksida. Selama pengolahan, massa dibuat tetap cair secara dipanaskan dengan uap air.
Setelah terpisah dari bagian airnya, minyak parafin dibekukan menjadi setengah padat kemudian diperas.
Bagian minyak yang cair dipakai sebagai minyak pelumas. Bagian yang padat dicairkan, dibekukan, dan diperas
lagi pada suhu yang tidak lebih tinggi dari tadi; hasil proses ini dikenal sebagai refined wax.
Zat ini dicuci, diperas, dicairkan, dialirkan lewat arang tulang (atau bahan-bahan lain sejenis), dan dibekukan
sehingga terbentuk massa yang keras, tembus cahaya, dan tidak berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
3. VASELIN ALBUM
Nama lain : Vaselin putih, white petroleum
Zat berkhasiat utama / isi : Hidrokarbon yang memiliki berat molekul tinggi, terutama parafin,
hidrokarbon siklis, dan hidrokarbon takjenuh
Penggunaan : Bahan dasar salep
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, tidak berbau, hampir tidak berasa, dan
berwarna putih. Sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Massa
berfluoresensi lemah dan juga jika dicairkan
Cara memperoleh : Vaselinum flavum yang telah diputihkan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
Sediaan : Betamethasoni Cremor (FN), Chloramphenicoli Unguentum (FN),
Triamcinoloni Acetonidi Cremor (FN), dan Zinci Unguentum (FN)
11
4. VASELINUM FLAVUM
Nama lain : Vaselin kuning, yellow petroleum
Zat berkhasiat utama / isi : Hidrokarbon yang memiliki berat molekul tinggi, terutama parafin,
hidrokarbon siklis, dan hidrokarbon takjenuh
Penggunaan : Bahan dasar salep
Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, tidak berbau, hampir tidak berasa, dan
berwarna putih. Sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Massa
berfluoresensi lemah dan juga jika dicairkan
Cara memperoleh : Diperoleh dari minyak mineral
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
KETERANGAN TAMBAHAN
Sediaan : Aethylis Aminobenzoatis Unguentum (FN), Olei Iecoris Unguentum (FN),
Peruviani Unguentum (FN), dan Zinci Pasta (FN)
5. ICHTAMMOLUM
Asal : Garam amonium asam sulfonat yang diperoleh dari batuan bitumen, bercampur
dengan amonium sulfat dan air.
Persyaratan kadar : Kadar belerang organik tidak kurang dari 10,5% dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Kadar belerang dalam bentuk sulfat tidak lebih dari 25% dari kadar belerang jumlah.
12
OBAT TRADISIONAL
A. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran :
1.Menjelaskan tentang pengertian obat tradisional dengan tepat dan percaya diri
2.Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam sediaan obat tradisional dengan percaya diri
3.Menjelaskan cara pernggunaan obat tradisional dengan penuh rasa ingin tahu
4.Membuat sediaan obat tradisional dengan baik dan secara mandiri
5.Menganalisis sediaan obat tradisional sesuai persyaratan obat tradisional dengan baik dan percaya diri
Uraian Materi
Pengertian Obat Tradisional
Menurut PERMENKES RI No : 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 1 menjelaskan Obat Tradisional adalah bahan atau
ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan –
bahan tersebut, secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
13
Tabel : contoh tanaman obat tradisional dan khasiatnya
14
6 Labu Merah Biji Taeniasis
(Cucubita
moschata)
Cara menggunakan obat tradisional juga ada beberapa macam, yaitu dimakan langsung, diminum, dibalurkan,
diteteskan, ditempelkan, dikumur atau digunakan untuk mencuci.
Efek sampingnya relatif kecil bila digunakan secara tepat dan benar
Ramuan dengan komponen yang berbeda memiliki efek samping yang mendukung
Pada satu tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit –
penyakit metabolic dan degeneral
Kekurangan Obat Tradisional :
Efek farmakologinya lemah
Pada obat tradisional tertentu bahan bakunya belum standar
Belum dilakukan uji klinik ( pada jamu dan obat herbal terstandar )
Untuk bahan yang belum distandarisasi mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
Takaran harus tepat, jika tidak tepat obat tradisional bisa tidak aman bagi tubuh dan kesehatan
manusia.
Selain di Indonesia terdapat juga sistem pengobatan tradisional di dunia, yaitu pengobatan tradisional Cina,
Ayurveda (India) dan pengobatan tradisional Afrika.
15
Obat Tradisional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT ), dan
Fitofarmaka.
1.1 Jamu
Jamu adalah produk ramuan bahan alam asli Indonesia yang digunakan untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan
kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang
bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan bahan alam untuk
pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan.
16
diuji pada sebagian organ atau pada cawan petri.Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah
obat.Setelah terbukti aman dan berkhasiat, bahan herbal tersebut berstatus herbal terstandar.
Standarisasi simpilisia merupakan upaya menyeluruh dimulai dengan pemilihan lahan (unsur
tanah) yang tepat untuk tumbuhan obat tertentu, budidaya yang baik sampai pasca panen (good
agriculturepractices ).
Filosofi logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia ( keaneka
ragaman hayati )
Stilisasi jari–jari daun ( tiga pasang ) melambangkan serangkaian proses pembuatan ekstrak
tumbuhan obat ( Uji laboratorium, uji toksisitas, dan uji praklinis )
Kriteria Obat Herbal Terstandar ( OHT ) antara lain :
Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji praklinik
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian umum dan medium.
Contoh Obat Herbal Terstandar diantaranya Diapet, Fitolac, Kiranti Sehat, Lelap, Kiranti Pegal
Linu.
17
1.3 Fitofarmaka
Fitofarmaka ( clinical based herbal medicine ) merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, serta bahan baku dan produk jadinya telah
distandarisasi.
Karena fitofarmaka perlu proses penelitian yang panjang serta uji klinis yang detail, maka fitofarmaka termasuk
dalam jenis golongan obat herbal yang telah memiliki kesetaraan dengan obat modern, karena telah memiliki
clinical evidence.
Filosofi logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia ( keaneka
ragaman hayati )
Stilisasi jari–jari daun ( yang kemudian membentuk bintang ) melambangkan serangkaian proses yang
cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka ( Uji laboratorium, uji toksisitas, uji praklinis, uji klinis )
Syarat fitofarmaka
Keputusan Kepala Badan POM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia menyatakan bahwa fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
1. Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi
18
Larangan
Obat tradisional dilarang mengandung :
Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat
Narkotika atau psikotropika;
Bahan yang dilarang
Hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sanksi
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa :
Peringatan tertulis
Penarikan obat tradisional dari peredaran termasuk penarikan iklan
Penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan
obat tradisional dan impor obat tradisional
Pembekuan dan atau pencabutan izin edar obat tradisional
Nomor Pendaftaran
Nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 (dua) digit pertama berupa huruf dan 9
(sembilan) digit kedua berupa angka.
Digit ke – 1 menunjukkan obat tradisional, yaitu dilambangkan dengan hurufT.
Digit ke – 2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi.
TR : Obat Tradisional produksi dalam negeri.
TL : Obat Tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi.
TI : Obat Tradisional produksi luar negeri atau impor.
19
Jenis-jenis obat tradisional berdasarkan Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran obat tradisional, OHT dan
Fitofarmaka :
Obat tradisional dalam negeri : obat tradisional yang dibuat dan dikemas oleh industri obat di dalam negeri,
meliputi obat tradisional tanpa lisensi, obat tradisional lisensi, dan obat tradisional kontrak.
Obat tradisional lisensi adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia atas dasar lisensi
Obat tradisional kontrak adalah produk obat tradisional yang pembuatannya dilimpahkan kepada industri
obat tradisional lain berdasarkan kontrak
Obat tradisional impor : obat tradisional yang dibuat oleh industri di luar negeri yang dimasukkan dan
diedarkan di wilayah Indonesia.
Bentuk sediaan obat tradisional yang beredar di Indonesia adalah : rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastiles,
kapsul, tablet, cairan obat dalam, sari jamu, parem, pilis, tapel, koyok, cairan obat luar dan salep/krim.
20
FITOFARMAKA
Fitofarmaka berasal dari bahasa Yunani :phyto yang berarti tanaman dan pharmakon yang berarti obat. Fitofarmaka
( Clinical based herbal medicine)merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi,
karena fitofarmaka perlu proses penelitian yang panjang serta uji klinis yang detail, sehingga fitofarmaka termasuk
dalam jenis golongan obat herbal yang telah memiliki kesetaraan dengan obat modern, karena telah memiliki
clinical evidence.
Filosofi logo :
Bentuk lingkaran melambangkan sebuah proses, juga sebuah tanda untuk menyatakan aman
Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia ( keaneka
ragaman hayati )
Stilisasi jari–jari daun ( yang kemudian membentuk bintang ) melambangkan serangkaian proses yang
cukup kompleks dalam pembuatan fitofarmaka ( Uji laboratorium, uji toksisitas, d uji praklinis, uji klinis
)
Syarat fitofarmaka
Keputusan Kepala Badan POM RI nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia menyatakan bahwa fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sebagai fitofarmaka sesuai dengan skala prioritas
sebagai berikut :
Bahan alam yang diperkiran dapat sebagai alternatif pengobatan untuk penyakit – penyakit yang
belum ada atau masih belum jelas pengobatannya
Bahan alam yang berdasarkan pengalaman pemakaian empiris sebelumnya dapat berkhasiat dan
bermanfaat
Bahan alam yang sangat diharapkan berkhasiat untuk penyakit – penyakit utama
2. Tahap biological screening, untuk menyaring :
Ada / tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada, dan system organ
yang paling peka terhadap efek keracuna tersebut (praklinik, in vivo)
Ada / tidaknya efek farmakologi yang mengarah kekhasiat terapeutik
21
3. Tahap penelitian farmakodinamik
Tahap ini untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing – masing system biologis organ
tubuh dan hanya diperlukan untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci. Penelitian ini dilakukan
dengan uji praklinik, in vivo dan in vitro
4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)
Toksisitas akut
Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LDL 50 dan dosis
maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji ( menggunakan dua spesies hewan uji ). Pemberian
obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui dua rute pemberian ( misalnya oral dan intravena ),
hasil uji LDL50 dan dosisnya akan ditransformasi ( dikonversi ) pada manusia ( LDL50 adalah
pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian
dosis tersebut ). Jangka waktu pengujian 2 minggu.
Toksisitas subkronis
Toksisitas ini pada umumnya sama dengan toksisitas khusus, tetapi pengujian ini dilakukan selama 6
bulan pada hewan rodent ( pengerat ) dan non rodent ( bukan hewan pengerat ), uji ini dilakukan
apabila obat tersebut nantinya diproyeksikan akan digunakan dalam jangka waktu panjang.
Toksisitas spesifik, misalnya uji kerusakan genetic (mutagenic), uji pertumbuhan tumor/kanker
(karsinogenik), uji iritasi kulit, dan kejadian cacat waktu lahir (teratogenik)
22
Fase 4 : post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang tidak
terkendali saat uji praklinik maupun saat uji klinik fase 1 – 3. Uji ini dilakukan setelah obat dipasarkan
pada masyarakat luas dalam jangka waktu lama, pengamatan dilakukan pada pasien dengan berbagai
kondisi, usia dan ras.
Di Indonesia dikenal lima jenis fitofarmaka, kelima jenis fitofarmaka tersebut diantaranya adalah Nodiar sebagai
anti diare, Rheumaneer sebagai anti remautik, Stimuno sebagai peningkat daya tahan tubuh, Tensigard Agromed
sebagai anti hipertensi, serta X-gra untuk stamina lelaki
1. Nodiar PT. Kimia Farma (POM FF 031 500 361)
3. Stimuno PT Dexa Medica (POM FF 041 300 411, POM FF 041 600 421)
23
Gambar 6. : Kemasan Stimuno
4. Tensigard Agromed PT Phapros( POM FF 031 300 031, POM FF 031 300 041)
24
Pengujian obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka meliputi pemerian, keseragaman bobot, volume,
pemeriksaan kimia dan fisika, antara lain kadar air, waktu hancur untuk pil, tablet, dan kapsul. Pengujian terhadap
cemaran mikroba dan cemaran kimia meliputi angka lempeng total, angka kapang, dan khamir, mikroba patogen,
aflatoksin, logam berat dan residu pestisida.
Pengujian bahan utama obat tradisional, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka meliputi identifikasi, pemerian
uraian tentang cara pemeriksaan fisika dan kimia, serta acuan yang digunakan (Farmakope Indonesia, Materia
Medika Indonesia, atau standar atau acuan lain yang diakui).
7. Abu yang Tidak Larut Asam : tujuan untuk mengetahui pengotoran dari pasir atau tanah silikat (simplisia/non
sediaan)
8. Kadar Sari Etanol dan Air : tujuannya untuk mengetahui jumlah senyawa tersari dengan etanol dan air (simplsia),
biasanya spesifik pada simplsia (tidak sediaan)
9. Uji Keseragaman Bobot : dilakukan untuk menilai kandungan simplisia sediaan (serbuk, pil tablet, kapsul)
10.Uji Waktu Hancur : jika sediaan bentuk pil, tablet, kapsul
Catatan : obat diserap dalam bentuk larut
11. Cemaran Mikroba / Jamur : terdapat mikroorganisme menunjukkan kebersihan pada (proses pembuatan
simplisia, pembuatan sediaan, kadar air). Syarat Obat Tradisional adalah tidak boleh mengandung mikroba patogen
dan jamur penghasil aflatoksin
12. Cemaran Logam Berat : logam dari alat pada proses pembuatan tidak boleh mempengaruhi / meninggalkan sisa
pada Obat Tradisional, karena dapat mempengaruhi kesehatan. Terutama uji logam Pb, Hg, dan As. Syarat tidak
boleh lebih 50 bpj dihitung sebagai logam Pb
13. Cemaran Bahan Organik Asing : yang dimaksud adalah bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia,
tertera atau dibatasi jumlah dalam monografi, hewan utuh / bagian / zat yang dikeluar. Jumlah bahan organik asing
menunjuk tingkat kemurnian simplisia.
Simplisia dapat tercemari pula serangga/ bagian serangga/zat yang dikeluarkan, bila terdapat itu maka semuanya
harus dipisahkan sebelum digunakan
14. Kadar Etanol/Metanol : disyaratkan bahwa Obat Tradisional tidak boleh mengandung etanol >1% (jika lebih
maka termasuk golongan minuman beralkohol) dan tidak boleh mengandung metanol > 0,1% terhadap etanol.
catatan : untuk sediaan cair secara oral.
15. Zat Tambahan :
25
PEMANIS BUATAN : sediaan cairan dan bentuk serbuk secara oral. Syarat tidak boleh lebih 0,15% untuk
sakarin dan 2% untuk siklamat
16. Cemaran Pestisida : terutama simplisia dari tanaman budidaya, dilakukan untuk sediaan obat tradisional dalam
bentuk serbuk, rajangan, cairan, dll.
17. Kandungan Obat Sintetik : dilakukan dengan cara reaksi kimia seperti; reaksi warna, pengendapan, KLT,
Spektrofotometri, Kromatografi Gas, atau cara lain yang sesuai
Catatan : karena biasanya ada kecenderungan penambahan zat kimia dengan khasiat yang sama pada sediaan obat
tradisional.
18. Uji tidak mengandung BZP (benzyl piperazin) untuk produk yang mengandung Cayyene ekstrak
19. Uji Kadar Caffein, untuk obat herbal yang mengandung caffeine
20. Uji toksisitas untuk bahan-bahan dari jamur : Ganoderma/Lingzhi/ Maitake/ Shitake (apabila lebih dari 10%)
dan untuk bahan yang belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
21. Uji Kloramfenikol untuk produk yang mengandung madu atau turunannya
22. Uji kadar Lovastatin untuk monaskus, tidak lebih dari 1% dan bebas citrinin.
CARA-CARA PENGUJIAN
Pengujian/pemeriksaan untuk menilai bahan obat tradisional (simplisia) ada 5 cara, yaitu :
Pengujian Organoleptis
Pengujian organoleptis merupakan uji yang paling sederhana dan merupakan uji pendahuluan dalam
mengidentifikasi suatu bentuk sediaan obat tradisional. Teknik pengujian organoleptis menggunakan indera
manusias untuk mengidentifikasi bentuk, warna, bau dan rasa sediaan obat tradisional. Pengujian organoleptis
memiliki peranan penting dalam penerapan mutu karena hasil pengujian organoleptis dapat memberikan indikasi
kemunduran mutu atau kerusakan produk.
Pengujian Mikrobiologis
Teknik pengujian
26
Menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media agar
lempeng dengan cara tuang dan diinkubasikan pada suhu yang sesuai.
Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menghitung cemaran mikroba, yang merupakan bagian
dari metode hitung cawan.
Kapang merupakan anggota "kerajaan" jamur yang bisasanya tumbuh pada permukaan makanan yang sudah
basi atau terlalu lama tidak diolah. Sebagian besar kapang merupakan anggota dari kelas Ascomycetes.
Khamir adalah fungsi ekasel (uniseluler), Beberapa jenis spesies khamir lazim digunakan untuk pembuatan
roti, fermentasi minuman beralkohol, dan percobaan sel bahan bakar. Jenis khamir tertentu, seperti candida
albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis).
3. Mikroba patogen
Obat bahan alam untuk pemakaian oral tidak boleh mengandung Escherichia coli, Staphylococus aureus,
Salmonella, dan Pseudomonas aeruginosa.
Obat bahan alam untuk pemakaian luar tidak boleh mengandung Staphylococus aerus, Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans, Clostridium tetani, Clostridium perfringens, dan Bacillus anthracis.
27