Anda di halaman 1dari 78

PERTEMUAN X DAN XI

Amri Bakhtiar
Klasifikasi, isolasi dan identifikasi
senyawa flavonoid
Amri Bakhtiar
 PENDAHULUAN

 Biogenesis berasal dari kombinasi antara jalur


shikimat dan jalur asetat-mevalonat.

 Merupakan senyawa fenol terbanyak ditemukan di


alam.

 Merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan


sebagian zat warna kuning.
pendahuluan
Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang
terbesar dalam tanaman. dan tersusun oleh 15 atom karbon
sebagai inti dasarnya.
Tersusun dari konfigurasi C6- C3 - C6 yaitu 2 cincin aromatik dan
dihubungkan oleh tiga atom karbon yang dapat atau tidak dapat
membentuk cincin ketiga. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar
berikut ini :

 Perbedaan kelas flavonoid :tingkat oksidasi & pola substitusi


cincin C
 Perbedaan tiap kelas : pola substitusi pd cincin A & B
PENDAHULUAN
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai
glikosida. Gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih
grup hidroksil fenolik.
Gugus hidroksil selalu terdapat pada karbon no.5 dan no.7
pada cincin A. Pada Cincin B gugus hidroksil atau alkoksil
terdapat pada karbon no.3 dan n0.4

Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman,


termasuk pada buah , tepung sari dan akar.
Ciri struktur flavonoid
 Gugus hidroksil hampir selalu ditemukan pada
posisi 5 dan & 7 dari cincin A.
OH OH OH

HO O HO O
HO OH

OH

OH O OH O
OH O

apigenin kaemferol
floretin

OH
OH
+
HO O HO
HO O O
OH C OH
H
OH
OH
OH O OH
OH
pelargonidin sulfuretin
epikatecin
Ciri struktur flavonoid
 Cincin B flavonoid seringkali mempunyai gugus
gugus hidroksil atau alkoksil pada posisi 4’, atau 3’
& 4’.
 Adanya tiga gugus hidroksil atau alkoksil, atau
tidak teroksigenasi sama sekali, atau teroksigenasi
pada posisi 2’, sangat jarang ditemukan.
 Hal tersebut disebabkan biogenesis dari flavonoid.
 Glikosida senyawa flavonoid berikatan dengan
gula pada gugus hidroksil yang ada.
Pola hidroksi umum dan tidak umum gugus hidroksi
flavonoid

Norartocarpentin
Terdapat pada tanaman genus
(Marus dan Artocarpus)
Pola oksigenasi gugus hidroksil
terdapat pada cincin B di gugus C
aksen no.2 , 4 atau pada 2,4 dan 5

Luteolin
(pada tumbuhan pada umumnya)
Pola oksigenasi gugus hidroksil
terdapat pada cincin B di gugus C aksen 3, 4 atau
gugus C aksen 3,4,5
Kegunaan
Bagi tumbuhan
 Untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan.
 Untuk menarik perhatian binatang yamg membantu
penyebaran biji.

Bagi manusia
 Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler.
 Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai
antioksidan pada lemak.

Diduga bahwa flavon bekerja seperti auksin dalam menstimulir


perkecambahan biji gandum.
Kegunaan
Bagi tumbuhan
 Untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan.
 Untuk menarik perhatian binatang yamg membantu
penyebaran biji.

Bagi manusia
 Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler.
 Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai
antioksidan pada lemak.

Diduga bahwa flavon bekerja seperti auksin dalam menstimulir


perkecambahan biji gandum.
Kegunaan
Bagi tumbuhan
 Untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan.
 Untuk menarik perhatian binatang yamg membantu
penyebaran biji.

Bagi manusia
 Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler.
 Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai
antioksidan pada lemak.

Diduga bahwa flavon bekerja seperti auksin dalam menstimulir


perkecambahan biji gandum.
Sistem penomoran flavonoid
Sistem penomoran senyawa flavonoid secara umum dimulai dari
cincin C dan A dengan angka biasa dilanjutkan ke cincin B angka
yang “beraksen” seperti yang ditunjukkan gambar sistem
penomoran flavonoid seperti berikut ini :
Sistem penomoran flavonoid
Lanjutan
Khusus untuk golongan khalkon penomoran dimulai dari cincin B
dengan angka biasa kemudian dilanjutkan ke dalam cincin A
dengan angka beraksen, seperti gambar berikut ini
Penggolongan flavonoid
 Penggolongan senyawa flavonoid mula-mula didasarkan atas
telaah sifat – sifat kelarutan dan hasil reaksi-reaksi warnanya,
kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak yang telah
dihidrolisis dengan metoda kromatografi.
 Adanya kemajuan teknologi dengan perkembangan instrumen
spektroskopi penggolongan flavonnoid didasari atas pergeseran
panjang gelombang maksimum 2 pita serapan akibat adanya
gugus sinamoil (pita serapan I) dan gugus benzoil (pita serapan
II) dari senyawa flavonoid dalam spektrometri Ultra Violet dan
Tampak seperti yang ditunjukkan dalam gambar pita serapan
suatu flavonoid berikut ini :
Penggolongan flavonoid
Lanjutan
Adanya gugus-gugus fungsi yang terikat pada cincin flavonoid
dapat di analisis dengan menambahkan suatu pereaksi geser pada
larutan flavonoid dalam metanol seperti larutan AlCl3 +HCl,
AlCl3 , NaOMe, NaOAc, NaOAc + H3BO3 (Iwang Sudiro, 1988).
Senyawa flavonoid ada yang berupa aglikon saja dan ada pula
yang berbentuk glikosida (aglikon dan gula). Flavonoid juga ada
yang berikatan dengan gugus sulfat yang disebut flavonoid sulfat
dan ada yang terikat dengan flavonoid lainnya disebut
biflavonoid
Penggolongan flavonoid
1. Aglikon Flavonoid
Aglikon Flavonoid dibagi dalam beberapa golongan dengan
struktur dasar seperti flavon, flavonol, isoflavon, katekin,
flavanon, leukoantosianin, auron, kalkon dan dihidroflavonol.
Adapun struktur dasar dari flavonoid ditunjukkan oleh gambar
berikut ini :
Penggolongan flavonoid
1. Lanjutan Aglikon Flavonoid
KHALKON
OH
HO OH

OH O

• Sebagai pigmen warna kuning pd


tanaman
• Senyawa khalkon dialam kurang
stabil, mudah mengalami isomerisasi
menjadi flavanon (*)
Flavanon dan Flavanonol
• Flavanon senyawa yg jumlanhya
paling sedikit diantara flavonoid lain
terdistribusi pada kayu, daun dan
bunga
• warna sedikit kekuningan.
• Flavanon sering sebagai aglikon,
glikosida ada pada senyawa
hisperidin pada kulit jeruk
• Flavanonol, jarang ditemukan
OH

H OCH3
HO O

OH O
Flavon, Isoflavon dan
Flavonol
• Senyawa yg banyak tersebar pd
tumbuhan sebagai pigmen warna
kuning.
• Mudah larut dlm air panas/alkohol,
tp senyawa yg termetilasi sulit larut
• Falvonol larut dlm basa, (falvon
tidak) dioksidasi oleh udara tp tidak
begitu cepat shg penggunaan dlm
suasana basa dpt dilakukkan
Antosianin
• Pigmen bunga warna merah sampai biru
• Selalu terdapat dalam glikosida
• Hidrolisis dpt terjadi selalma autolisis
jaringan tumbuhan pd saat isolasi pigmen
• Pd pH lebih rendah dari 2 antosianin
berada dlm bentuk kation
• Bentuk kuinoid dioksidasi cepat dlm udara
dan mudah rusak, shg pengerjaan yg
aman dlm suasana sedikit asam
• Pola hidroksilasi antosianin sangat
mirip dengan pola hidroksilasi
flavon. Tiga jenis dasar antosianin,
seperti katekin, bergantung pada
hidroksilasi cincin B. Semuanya
menunjukkan hidroksilasi-5,7 (atau
metoksilasi) pada cincin A.
OH OH

B OH B OH B OH

OH
pelargonidin
sainidin delfinidin
• Keragaman tambahan terjadi
karena metilasi, menghasilkan
struktur :
OCH3 OCH3 OCH3

B B B
OH OH OH

OH OCH3
peonidin
petunidin malvidin
Bebrapa antosianin yg terkenal

Antosinin Aglikon Glikosida Sumber


pelargonin pelargonidin 3,5 -diglukosida Dahlia sp.,
Pelargonium sp.

sianin sianidin 3,5-diglukosida Mawar merah

idaein sianidin 3-galaktosa Vaccinium sp Amerika

violanin delfinidin 3- Viola sp


ramnoglukosida

peonin peonidin 3,5-diglukosida Paenoia sp. merah

oenin malvidin 3-glukosida Vitis sp, biru

hirsutin hirsutidin 3,5-diglukosida Primula hirsuta

gesnerin apegeninidin 5-glukosida Gesneria sp.


Penggolongan flavonoid
2. Flavonoid Glikosida

Flavonoid Glikosida adalah flavonoid dimana aglikonnya berikatan


dengan satu atau lebih gugus gula. Flavonoid glikosida
dikelompokkan menjadi 2 yaitu flavonoid-Oglikosida dan
flavonoid-C-glikosida.

Flavonoid-O-glikosida adalah flavonoid dimana salah satu gugus


hidroksil yang terikat pada flavonoid berikatan dengan gula.

FlavonoidC-glikosida adalah flavonoid dimana gula yang terikat


langsung pada atom C daripada flavonoid atau inti benzena dari
flavonoid. Dalam kenyataaannya keberadaan di alam flavonoid-
O-glikosida jauh lebih banyak dibandingkan dengan flavonoid-C-
glikosida.
2.1 Flavonoid O-glikosida

Satu gugus OH terikat pd 1 gula/lebih dgn


ikatan hemiasetal yg tak tahan asam
Glikolasi → flavonoid kurang reaktif & lebih
mudah larut dlm air
Gula : glukosa (umum), galaktosa, rhamno-
sa, xilosa & arabinosa
- Gula lain : alosa, manosa, fruktosa,
apiosa, as. glukoronat, galakturonat
- Disakarida : soforosa, gentibosa, rutinosa
2.1. Flavonoid O-glikosida

Apigenin-7-O-glycosides : R1 = R2 = H, R3 =
sugars
Luteolin-7-O-glycosides : R1 = OH, R2 = H, R3 =
sugars
Tricetin : R1 = R2 = OH, R3 = H.
2.1. Flavonoid O-glikosida
2. 2 Flavonoid C-glikosida

Gula terikat pada atom C flavonoid (inti


benzena) dengan ikatan C-C yg tahan asam
Jenis gula :
- Glukosa (umumnya) : viteksin, orientin
- Galaktosa : apigenin 8-C-galaktosida
- Rhamnosa : violantin
sering mengalami O-glikosida lebih lanjut
(OH gula / fenol) atau asilasi (OH gula)
2. Flavonoid C-glikosida

Vitexin : R1 = H
Orientin : R1 = OH

(Markham et al, 1989)


3. Flavonoid Sulfat

Mengandung 1 atau lebih ion sulfat yang


terikat pada hidroksil fenol atau gula
- mudah larut dalam air
- sebagian besar berupa glikosida bisulfat

Axillarin 7-sulphate
(Flamini et al, 2001)
4. Biflavonoid

Merupakan flavonoid dimer (dari flavon &


flavanon)
Ikatan antar flavonoid : ikatan C-C
Sifat fisik & kimia mirip monomer flavonoid
pembentuknya (spektrum UV-Vis, uji warna)
Penggolongan flavonoid
Lanjutan
2.4 Biflavonoid
o Biflavonoid adalah flavonoid dimer dimana yang biasa terlibat di
sini adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis
mempunyai pola oksigenasi yang sederhana 5,7,4’ (kadang-
kadang 5,7,3’,4’) dan ikatan dan ikatan antar flavonoidnya berupa
ikatan karbon-karbon atau kadang-kadang ikatan eter.
o Monomer flavonoid yang digabungkan menjadi biflavonoid dapat
berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatan berbeda-beda. Jenis
ikatan karbon-karbon yang lebih sering ditemukan ialah ikatan
6,8’’(gol. Agatisflavon), ikatan 8,8’’ (gol. Kupresuflavon), ikatan
6,3’’’(gol. Robustaflavon) dan ikatan 3,8’’.
o Jenis ikatan eter ialah ikatan 6,4’’’(gol. Hinokiflavon) dan ikatan
3’,4’ (gol. Oknaflavon).
4. Biflavonoid
5. Aglikon flavonoid aktif-optik

Mengandung atom C asimetrik


Flavanon, dihidroflavonol, katekin, ptero-
karpan, rotenoid & beberapa biflavonoid
Asal usul Biogenetik

Awal, Robinson (1936): kerangka C6 – C3


– C6 dari kerangka C6 – C3 fenilpropana
mempunyai gugus fungsi oksigen pada
para, para dan meta atau dua meta dan satu
para pada cincin aromatik. Senyawa
fenilpropana, seperti asam amino
fenilalanin dan tirosin, bukan menurunkan
flavonoid, hanya bertalian.
Cincin benzen dihubungkan satuan tiga karbon
dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga.
Untuk memudahkan maka cincin benzen pertama
diberi indeks A, cincin benzen kedua indeks B dan
cincin yang dapat terbentuk cincin C

3' 3
OH
2' 4' 2
4
8 1 B 3' 2' 1 B
9 O 2 5' HO OH 5
7 1'
6' 4' 6
A C A
6 3 5'
10 4
5 O 6' O
Dilanjutkan Birch: tahap pertama
biosintesis flavonoid, dari unit C6 – C3
berkombinasi dengan 3 unit C2
menghasilkan unit C6 – C3 – (C2+C2+C2),
maka biosintesis dari flavonoid melalui 2
jalur bisosintesis yaitu poliketida (asam
asetat atau mevalonat) membentuk cincin
A dari kondensasi 3 molekul unit asetat,
sedang cincin B dan tiga atom karbon dari
rantai propana berasal dari jalur
fenilpropana (shikimat).
HO O
HO OH

O
OH O
OH

FLAVANON KHALKON

Pokok-pokok Biosintesis Flavonoid


Hubungan Biogenetik Berbagai jenis Flavonoid (Grisebach)
OH OH OH
H
HO O HO OH HO O
[O] O

OH O OH O OH O

Flavanon Khalkon

OH OH
Ha
HO O a HO O
b +OH-
+ H OH
OH O OH O
[O]
+ a Flavanonol
-H b H
-H+
OH OH

HO O HO HO O
O
CH OH
OH
O
OH O OH OH O

Flavon Auron Flavonol

H
HO O HO O
O

H
OH O OH O
OH
Isoflavon

Katekin

Antosianidin
 Karena mempunyai sejumlah gugus OH-
bebas atau suatu gula maka umumnya
flavonoid bersifat polar sehingga larut
dalam air dan pelarut polar lain seperti ;
etanol, metanol, butanol, aseton,
dimetilsulfoksida (DMSO),
dimetilformamida (DMF), dan lain-lain
 Aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavanon , flavon dan flavonol
yang termetoksilasi cenderung larut
dalam pelarut eter dan kloroform.
 Karena mempunyai sejumlah gugus OH-
bebas atau suatu gula maka umumnya
flavonoid bersifat polar sehingga larut
dalam air dan pelarut polar lain seperti ;
etanol, metanol, butanol, aseton,
dimetilsulfoksida (DMSO),
dimetilformamida (DMF), dan lain-lain
 Aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavanon , flavon dan flavonol
yang termetoksilasi cenderung larut
dalam pelarut eter dan kloroform.
 Aglikon flavonoid adalah polifenol, karena itu
mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat
agak asam sehingga dapat larut dalam basa
(ingat : dalam larutan basa flavonoid akan lebih
cepat teroksidasi dan terurai)

 sifat ini digunakan sebagai cara deteksi flavonoid


pada pelat KLT.
Senyawa fenol + basa (amoniak)  perubahan
warna
 Aglikon flavonoid adalah polifenol, karena itu
mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat
agak asam sehingga dapat larut dalam basa
(ingat : dalam larutan basa flavonoid akan lebih
cepat teroksidasi dan terurai)

 sifat ini digunakan sebagai cara deteksi flavonoid


pada pelat KLT.
Senyawa fenol + basa (amoniak)  perubahan
warna
Warna bercak visibel, warna bercak
dengan sinar UV dan warna bercak dg
UV+amoniak, dapat dijadikan salah satu
petunjuk untuk mengidentifikasi flavonoid.

Contoh :
• Flavonol glikosida :
Kuning ------- coklat tua ------- kuning/coklat

•Antosianidin 3- glikosida :
Merah/jingga ------ merah /jingga ------- biru
 Aglikon flavonoid adalah polifenol, karena itu
mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat
agak asam sehingga dapat larut dalam basa
(ingat : dalam larutan basa flavonoid akan lebih
cepat teroksidasi dan terurai)

 sifat ini digunakan sebagai cara deteksi flavonoid


pada pelat KLT.
Senyawa fenol + basa (amoniak)  perubahan
warna
 Flavonoid mengandung senyawa dengan
sistem aromatik terkonjugasi
sehingga menunjukkan pita serapan yang
kuat pada daerah spektrum UV –sinar
tampak
 dapat dijadikan petunjuk dalam
identifikasi
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Flavonoid mengandung senyawa dengan
sistem aromatik terkonjugasi
sehingga menunjukkan pita serapan yang
kuat pada daerah spektrum UV –sinar
tampak
 dapat dijadikan petunjuk dalam
identifikasi
Pereaksi Geser
Pereaksi geser merupakan pereaksi yang ditambahkan dalam

larutan cuplikan untuk menentukan kedudukan gugus


hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dan mengamati
pergeseran puncak serapan yang terjadi. Secara tidak langsung
berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metil yang
terikat pada salah satu gugus hidroksil fenol.
Keuntungan utama cara ini adalah sangat sedikitnya jumlah

flavonoid yang diperlukan untuk analisis lengkap (biasanya


sekitar 0,1 mg).
Spektrofotometer flavonoid umum
Spektrometer flavonoid biasanya ditentukan dalam
larutan dengan pelarut methanol (MeOH, AR atau yang
setara) atau etanol (EtOH), meski spektrum etanol kurang
memuaskan. Untuk antosianin diperlukan HCl 0,4 M dalam
methanol. Spektrum khas terdiri atas dua maksima pada
rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I).
Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksima tersebut
memberikan informasi yang berharga mengenai sifat
flavonoid dan pola oksigensinya.
Spektrum khas jenis flavonoid utama dengan pola
oksigenasinya yang setara (5,7,4’). Ciri khas spektrum tersebut
ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam
dihidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon serta kedudukan
pita I pada spektrum khalkon, auron, dan antosianin yang
terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.
Tabel.1 Rentang serapan spectrum UV tampak flavonoid

Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis flavonoid

250-280 310-350 Flavon


250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubsitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)
245-275 310-330 bahu Isoflavon
30300-330 bahu
275-295 Flavonon dan dihidroflavonol
230-270 340-390 Khalkon
(kekuatan rendah)

230-270 (kekuatan 380-430 Auron


rendah)

270-280 456-560 Antosianidin dan Antosianin


a. Membuat pereaksi geser
Natrium metoksida (NaOMe). Kira-kira 2,5 g logam natrium (lebih baik
ditangani dan ditimbang dalam keadaan terendam dalam eter minyak
bumi atau heksena didalam gelas piala) dipotong kecil-kecil dan
ditambahkan kedalam 100 ml MeOH dengan hati-hati. Larutan yang
diperoleh harus disimpan didalam botol kaca yang bertutup plastik.
Pereaksi pengganti NaOMe yang cocok ialah larutan NaOH 2M dalam air.
Natrium asetat (NaOAc). Digunakan serbuk NaOAc AR anhidrat..
Alumunium klorida (alCl3). Kira-kira 5 g AlCl3 segar dan kering (bila
dimasukkan kedalam air harus berdesis) ditambahkan dengan hati-hati
kedalam 100 ml MeOH Ar, bahan yang tersisa biasanya akan larut juga
setelah beberapa waktu kemudian. Simpanlah dalam botol plastik
bertutup.
Asam hidroklorida (HCl). Sejumlah 50 ml HCl pekat beringkat mutu
pereaksi ditambahkan kedalam 100 ml air suling.
Asam borat (H3BO3). Digunakan serbuk asam borat anhidrat, tingkat
mutu AR.
b. Tahapan kerja penggunaan pereaksi geser
a) Setelah mengukur spectrum cuplikan dalam MeOH (spectrum ‘MeOH’),
tambahkan 3 tetes NaOMe kedalam kuvet (1 ml, volum 2 ml), campur,
lalu rekamlah spectrum ‘NaOMe’. Untuk memeriksa apakah ada
penguraian, spectrum ‘NaoMe’ direkam lagi setelah kira-kira 5 menit.
Kemudian, cuplikan dibuang dan sel (kuvet) yang telah dicuci diisi lagi
dengan larutan flavonid persediaan.
b) 6 tetes pereaksi AlCl3 ditambahkan kedalam larutan flavonoid, campur,
lalu ukur spectrum ‘AlCl3’. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes HCl, campur,
dan ukur spectrum ‘AlCl3/HCl’. Akhirnya, cuplikan dibuang dan sel
dicuci.
c) Sekarang tambahkan serbuk NaOAc kedalam larutan flavonoid persedian
dalam kuvet sedemikian rupa sehingga terdaoat kira-kira 2 mm lapisan
NaOAc pada dasar kuvet. Campuran harus dikocok baik-baik sebelum
spectrum ‘NaOAc’ diukur. Pada tahap ini dapat diperiksa apakah
cuplikan terurai dengan berjalannya waktu, seperti pada (a). Lalu
spectrum ‘NaOAc/H3BO3’ diukur setelah ditambahkan H3BO3 dan
dicampur (banyaknya H3BO3 kira-kira stengah dari NaOAc).
c. Menafsirkan spektrum
 Langkah pertama ialah menentukan ‘jenis’ flavonoid dengan memperhatikan:
a. Bentuk umum spectrum ‘MeOH’
b. Panjang gelombang pita serapan (lihat tabel.1)
c. Data kromatografi kertas
 Langkah kedua ialah memepertimbangkan arti perubahan spectrum yang
disebabkan oleh berbagai pereaksi geser. Singkatan dalam tabel OH (hidroksil), OR
(hidroksil yang disubsitusi), + (geser batokrom, misalnya untuk memperpanjang
panjang gelombang), o-di OH (system dihidrioksil berkedudukan orto).
Spectrum ‘NaOMe’. Merupakan spectrum flavonoid yang gugus hidroksil fenolnya
sampai batas tertentu terionisasi. Karena spectrum ini biasanya merupakan
petunjuk ‘sidik jari’ pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk medekteksi gugus
hidroksil yang lebih asam dan tidak tersubsitusi. Degradasi atau pengurangan
kekuatan spectrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik akan adanya
gugus yang peka terhadap basa.
Spectrum ‘NaOAc’ Natrium asetat hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada
gugus hidroksil flavonoid yang paling asam. Jadi natrium asetat digunakan terutama
untutk mendeksi adanya gugus 7-hidroksil bebas (atau yang setara).
Spectrum ‘NaOAc/H3BO3’. Menjembatani kedua gugus hidroksil pada gugus o-
hidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya.
HO O MeOH 252, 268, 307
AlCl3 249, 307
AlCl3 + HCl 251, 307, 372sh
O

7-Hidroksi Flavon
OH MeOH 242, 308sh, 340
O
OH AlCl3 248sh, 273, 304, 378, 468sh
AlCl3 + HCl 242, 312sh, 342
O

3’,4’-Dihidroksi Flavon
HO O MeOH 247, 274, 323
AlCl3 247, 272, 284sh, 375
HO
OH O AlCl3 + HCl 255sh, 282, 292sh, 346

Baikalein
OH
MeOH 242sh, 253, 287, 291sh, 349
HO O
OH
AlCl3 274, 300, 328, 426

OH O
AlCl3 + HCl 266sh, 275, 294sh, 355, 385

Luteolin
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
 Ekstraksi
Maserasi 2 tahap dengan menggunakan :
Pelarut I : Metanol : Air (9 : 1) selama 6-12 jam
Pelarut II : Metanol : Air (1 : 1) selama 6-12 jam
Kedua ekstrak disatukan kemudian diuapkan.

 Fraksinasi
Dengan n-heksan : air atau CHCl3 : air . Lapisan
n-heksan atau CHCl3 untuk menghilangkan
senyawa yang kepolarannya rendah seperti lemak,
terpena, klorofil, xantofil, dll.

 Dalam lapisan air mengandung sebagian besar


senyawa flavonoid
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai