PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan sejak zaman dahulu hingga
sekarang, baik di negara maju maupun yang sedang berkembang. Menurut World
Healthy Organization (WHO), hampir 80 % umat manusia, menggantungkan dirinya
pada tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat dalam memelihara kesehatannya (Choirul,
2003).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. PENGERTIAN FLAVONOID
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative
maupun dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa,
bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan
senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau
familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi
tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama,
penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung
terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta
molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
B. KLASIFIKASI FLAVONOID
Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen
yang terikat dengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat
dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid atau 1,3-diarilpropana,
isoflavonoidatau 1,2-diarilpropana, dan neoflafonoid atau 1,1-diarilpropana
C. CIRI STRUKTUR FLAVONOID
HO O HO O
HO OH
OH
OH O OH O OH O
apigenin kaemferol
floretin
OH
OH
+
HO O HO
HO O O
OH C OH
H
OH
OH
OH O OH
OH
pelargonidin sulfuretin
epikatecin
D. SIFAT FLAVONOID
1. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna
yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:Sebuah garis menggunakan pinsil
digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna
ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk
menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,
pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogramdibentuk.Ketika bercak
dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia
bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan
bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi
ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi
oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegahpenguapanpelarut.Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
2. Perhitungan nilai Rf
3. Mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawa. Caranya :
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-
bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan
pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada
posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam
gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-
5.Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai
bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua
menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.Tidak
diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan
bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui
melalui posisi dan warnanya.
Kromatografi Lapis Tipis Pada Substansi Tidak Berwarna
1) Menggunakan pendarflourfase diam
Pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika
diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar
UV, akan berpendar.Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada
kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika
dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada
lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi
bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.Sementara UV
tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak
dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika
anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
2) Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya
dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah
contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam
amino.Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan
ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-
senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.Dalam metode lain,
kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah
bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan
kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada
kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada
lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak
kecoklatan.
1. Pengambilan Sampel
Sampel daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra L. Miq) diambil
dari inangnya, dikumpulkan kemudian dipisahkan daunnya. Setelah itu dilakukan
sortasi basah untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang masih
menempel pada sampel.
2. Pengolahan Sampel
Daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra L. Miq) yang telah diambil
dilakukan pengubahan bentuk dengan cara dipotong-potong kecil, selanjutnya
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama beberapa hari pada udara terbuka
dengan tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah kering sampel ditimbang dan
dicatat berat keringnya kemudian diserbukkan setelah itu ditimbang kembali berat
serbuk, berat sampel serbuk yang diperoleh yaitu 650 gram.
3. Ekstraksi Sampel
Sebanyak 650 gram serbuk daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra L.
Miq) dimasukkan ke dalam wadah maserasi, ditambahkan pelarut etanol 96% hingga
serbuk simplisia terendam dengan volume etanol 2 liter, dibiarkan selama 3-4 hari.
Setelah proses ekstraksi selesai diperoleh ekstrak kental sebanyak 800 mL untuk
hasil saringan pertama kemudian hasil remaserasi yaitu 600 mL. Ekstrak kental yang
telah dikumpulkan lalu diuapkan dengan menggunakan alat water bath dan hair
drayer hingga diperoleh ekstrak etanolik kering, hasil ekstrak etanolik kering yang
diperoleh sebanyak 39,713 gram.
Sampel daun benalu manga 650 gram diekstraksi secara maserasi yaitu
menggunakan pelarut etanol sebanyak 2 L, menghasilkan ekstrak kental etanol yaitu
39,713 gram dengan persen rendamen sebesar 6,109%.
Keterangan :
Sampel Absorbansi
Ekstrak Replikasi I Replikasi II Replikasi III
Etanolik
Daun Benalu
Mangga 0,0903
0,0946 0,0967
Fitokimia 16
Tabel 4. Hasil Pengukuran kadar flavonoid Total ekstrak etanolik daun benalu
mangga
3 0,0066 0,0264
Fitokimia 17
BAB IV
KESIMPULAN
Fitokimia 18
DAFTAR PUSTAKA
Fitokimia 19