FLAVONOID
Disusun oleh :
Kelompok 6
Eka Rusmalina
(0512111310
Alin Anindia
( 051211133047 )
Firmansyah R.
( 051211133048 )
Rossa Patria N.
( 051211133089 )
Nurul Maghfiroh
( 051211133091 )
( 051211133098 )
( 051211133099 )
Sree Shalini G.
( 051211133100 )
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini baik.
Adapun makalah Flavonoid ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah Flavonoid ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.
Surabaya, Maret 2015
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa
aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang
menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan
lumut termasuk zat alizarin.
Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic
yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin
karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau
gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya. Oleh karena itu senyawa
bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun
sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam
keadaan bebas. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang sejarah flavonoid, macammacam flavonoid dari yang sederhana sampai ke senyawa kompleks flavonoid, gugus
fungsi yang terdapat pada flavonoid, sintesis dan isolasi flavonoid, sifat-sifat
flavonoid, serta tumbuhan-tumbuhan yang mengandung flavonoid.
BAB I
2'
8
A
6
(C6)
1'
4'
C
32
4
5
3'
5'
6'
43
(C3)
(C6)
C, dimulai dari atom O (no.1) dan diteruskan searah jarum jam (yang
berikatan dengan cincin B). Dimana cincin B adalah cincin yang tidak
berimpit dengan dua cincin lainnya (A & C).
B. KLASIFIKASI FLAVONOID
Macam-macam senyawa Flavanoid
1) Senyawa Flavonoid: Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa
yang mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa berwarna dan
terdapat pada seluruh dunia tumbuhan berkayu. Saat ini telah dikenal
tiga jenis katekin, yang berbeda pada jumlah gugus hidroksil pada
cincin B. Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral dan karena
itu mungkin terdapat 4 isomer.
2)
3)
a. Flavonol
Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat
dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling
sederhana adalah galangin, 3,5,7 tri-hidroksiflavon; sedangkan yang
paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3,4,5 heptahidroksiflavon. Bentuk
khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan
5
flavonol
yang
paling
lazim
yaitu
kaempferol
dan
quirsetin.
Auron
Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini
umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk yang
dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa senyawa
ini menjadi merah ros. Beberapa auron, struktur dan tumbuhan sumber
terdapat dalam contoh dibawah ini.
6
(THC)
and
2?,4?,6?,3,4-
pentahydroxychalcone (PHC) dan juga mengubah substrat PHC, THC 4?O-glucoside, and PHC 4?-O-glucoside menjadi brakcteatin, aureusidin 6-Oglucoside, and bracteatin 6-O-glucoside in vitro. Aktivitas puncak AmAS1
ialah pada pH rendah dari THC yang mendekati 5.4 dan diakumulasikan di
vakuola. Dari penemuan ini, ditunjukkan secara eksperimental bahwa
AmAS1 dibawa dari reticulum endoplasma.(RE) ke vakuola lewat badan
golgi. Penemuan ini mendemonstrasikan bahwa biosintesa aurone terjadi di
vakuola tapi bukan di sitoplasma
warna produk tersebut. Misalnya pada pemasakan bit atau kubis merah. Bila
air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka
warna menjadi kelabu violet tetapi bila ditambahkan cuka warna akan mejadi
merah terang kembali. Tetapi jarang makanan mempunyai pH yang sangat
tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang
berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang
mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).
6) Senyawa flavanoid: Khalkon
Polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun
terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat
mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila
khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan
stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka
menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon.
Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil atau
gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.
Senyawa kalkon merupakan salah satu senyawa flavonoid, yaitu
senyawa yang kerangka karbonnya terdiri atas gugus C 6-C3-C6. Strukturnya
dapat dibedakan dari senyawa flavonoid lain dari cincin C 3 yang terbuka
(Gambar 1). Kalkon adalah aglikon flavonoid yang pertama kali terbentuk
dalam biosintesis semua varian flavonoid melalui jalur prazat dari alur
siklamat dan alur asetat malonat (Markham, 1998). Kalkon umumnya
terdapat
dalam
tanaman
yang
termasuk
keluarga
Heliantheaetribe,
Senyawa Kalkon
10
11
c.
13
Contoh struktur :
Hesperitin
Butin
Naringenin
Kuraninon
Pinostrobin
Pinocembrin
4.
Flavanonol
Golongan ini seperti Flavonol, tetapi tidak ada ikatan rangkap di atom C nomor 2
dan C nomor 3.
14
Contoh struktur :
Taxifolin
Fustin
Xeractinol
5.
Flavon
Tidak ada gugus hidroksil pada atom C nomor 3 pada golongan flavon
ini.Tetapi, terdapat ikatan rangkap di atom C nomor 2 dan C nomor 3 serta ada
gugus keton di atom C nomor 4.
Luteolin
Tricetin
Eupatorin
Sinensetin
15
6.
Vitexin
Scutellarin
Salvigenin
Kwanon C
Flavonol
Golongan Flavonol ini memiliki gugus hidroksil
(-OH) di atom C nomor 3 dan gugus keton di
atom C nomor 4, sertaada ikatan rangkap di atom C nomor 2 dan C nomor 3.
16
Quercetin
7.
Myricetin
Isoflavon
Golongan Isoflavon mirip seperti golongan Flavon, tetapi ikatan pada cincin B
terletak pada atom C nomor 3.
Isoflavon :
: Semipolar
:::-
Contoh struktur :
Genistein
Daidzein
Formononetin
Soporhicoside
Glabridin
Isosophoranone
17
Biochanin A
8.
Antosianin:
Cyanidin
Delphinidin
Europinidin
Luteolinidin
Pelargonidin
18
Malvidin
Peonidin
Petunidin
Rosinidin
9.
Auron
Pada golongan
Auron ini propan
Leptosin
19
10.Kalkon
Satu-satunya golongan yang propannya tidak membentuk heterosiklik
20
BAB II
A. BIOAKTIVITAS GOLONGAN-GOLONGAN FLAVANOID dan
SUMBER FLAVONOID DALAM TANAMAN
1. FLAVANON
Antimalaria
Propolis (pinocembrin)
21
2. FLAVONOLOL
Antikanker
4. FLAVONOL
Antikanker
(kuercetin,
myrisetin)
Antioksidan
Antiinflamasi
Kopi (myricetin)
23
5. ISOFLAVON
Isoflavon sebagai antioksidan untuk menolak efek buruk dari
radikal bebas dalam jaringan tubuh. Isoflavone juga ditemukan memiliki
efek antiangiogenic (memblok pembentuk sel darah baru) dan mampu
menekan pertumbuhan sel yang terkait dengan sel kanker, dengan cara
menginhibitor aktivitas dari senyawa yang meregulasi cell division dan
cell survival (faktor pertumbuhan).
Daidzein and genistein adalah isoflavon yang ditemukan dalam
kacang kedelai. Genistein diketahui merupakan exhibitor aktivitas
antikarsinogen dan inhibitor aktivitas tyrosine kinase.
merupakan
metabolite
dari
Daidzein
Equol
dinyatakan
memiliki
yang
efek
Mencegah
kanker
payudarah,
antioksidan,
antihelmetik
Mencegah
keropos
tulang
25
Sophora
tomentosa,
kayu
penawar
(isosophoranone)
6. ANTHOCYANIN
Anthocyanin adalah salah satu golongan flavonoid yang paling banyak
ditemukan pada sayuran dan makanan. Study Epidemiologi menunjuk
mengkonsumsi
and
cancer. Wang
et
al
dalam
26
Prunus cerasus(Antocyanin,
cyanidin)
7. AURON
Antikanker
8. CHALCON
1) Chalchon
Chalchone memiliki a diverse array, komponen pada dua cincin
aromatik 1.3-diphenyl-2-propen-1-one. Tergantung pola subtitusi pada
dua cincin aromatik tersebut chalcone memiliki aktivitas biologi yang
sangat luas, yang salah satunya adalah anti-malaria terdapat pada
Plasmodium falciparum (soon sung lim., et al) grup C-2 methoxy dalam
struktur chalcon yang terdapat pada tanaman Desmos Lour memiliki efek
aktivitas yang poten sebagai anti-HIV. (jiu-Hong Wu., et al)
a) Isoliquiritigenin
27
B.
29
3) Antiinflamasi
30
31
32
BAB III
A. BIOSINTETIK FLAVONOID
biosintesa flavonoid pertama kali disarankan oleh Birch. Menururut Birch,
tahap pertama dari biosintesa flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan 3
unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). kerangka C15 yang dihasilkan
dari kombinasi unit mengandung gugus-gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi
yang diperlukan.
Dimana cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propan berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
Jalur Poliketida :
33
Kombinasi antara dua jalur biosintesa, yaitu jalur sikimat dan jalur asetatmalonat menghasilkan kerangka dasar karbon dari flavonoid. Selanjutnya, akibat
dari perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propan
dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil,
gugus karbonil, dan sebagainya.
Menurut
biosintesa
ini,
pembentukan
flavonoid
dimulai
dengan
34
35
36
Kalkon sintase adalah enzim yang diteliti secara luas dalam penentu laju
biosintesis flavonoid. Enzim ini terkait dengan reticulum endoplasma dan bekerja
sama dengan reduktase membuat kalkon. Kalkon merupakan zat-antara langsung
auron.
Proses
saling
ubah
kalkon-flavanon
dikatalisis
oleh
enzim
flavanonol.
Percobaan
secara
enzimatik
menunjukkan
bahwa
pada suasana sedikit asam (misal penamabahan HCl 0,1), perlu diperhatikan
kontak yang lama denagn asam akan menyebabkan hidrolisis pada glikosida.
Secara klasik, flavonoid bias dapat dipakai adalah asam pikrat, barium
hidroksida, dan kalium asetat.
Flavonoid yang lebih non polar diekstraksi dengan kloroform,
diklorometana, dietil eter, atau etil asetat. Flavonoid glikosida dan yang lebih
polar, aglikon diekstraksi dengan alcohol atau campuran alcohol-air. Kelarutan
glikosiada meningkat dalam air sehingga campuran alcohol-air bias digunakan
untuk mengekstraksi.
Ekstraksi flavonoid dapat dilakukan dengan :
a. Penarikan kandunagn flavonoid dilakukan oleh bahan pelarut secara
langsung, misalnya :
Flavanol (katekin, proantosianidin, dan terkondensasi) sering diekstraksi
secara langsung dengan air.Antosianin diekstraksi dengan methanol/ asm
dingin. Komposisi yang didapat dari ekstraksi berbeda menurut pelarutnya,
air, methanol, etanol, aseton, atau eti asetat. Sebagai contoh, methanol
merupakan pelarut yang terbaik untuk katekin dan aseton 70% untuk
prosianidin.
b. Ekstraksi dengan Soxhlet, pertama dengan heksan untuk menarik lemak,
kemudian dengan etil asetat atau etanol untuk memperoleh gugus fenol.
Metode ini tidak cocok digunakan untuk senyawa yang tidak tahan terhadap
panas. Tapi metode ini akan menarik komponen sesuai dengan tingkat
polaritasnya. Pada mulanya, dengan diklorometana, sebagai contoh akan
mengekstraksi flavonoid aglikon dan lebih sedikit senyawa polar. Kemudian
alcohol digunakan untuk mengekstraksi flavonoid glikosid dan senyawa
polar. Kalkone glikosida sukar larut dalam methanol, etanol, dan campuran
air-alkohol.
c. Ekstraksi biasanya dilakukan dengan magnetic stirrer atau pengocokan.
d. PLE (Presure Liquid Ekstraction), ekstraksi dipercepat dengan penggunaan
tekanan tinggi dan temperature tinggi. Dengan metode ini, ditingkatkan
difusi bahan pelarut dan pada waktu yang sama, ada kemungkinan untuk
melakukan ekstraksi di bawah atmosfer inert dan terlindung dari cahaya.
2) Metode Pemisahan
38
Pemilihan Eluen
Dalam menentukan eluen yang cocok untuk memisahkan harus ditentukan
dengan percobaan. Yang paling sederhana adalah cara Kromatografi Lpais Tipis.
Kepolaran nisbi eluen yang biasa ditunjukkan dengan deret eluotropik brikut
ini :
a. Selulose dan Silica
Untuk fase diam selulose dan silica digunakan eluen (menurut kepolaran
yang menurun) yaitu air, asam format, isopropyl alcohol, aseton, n-PrOH,
tetrahidrofuran, t-butanol, 2-butanol, metil etil keton, N-amil alcohol, etil
asetat, eter,kloroform, benzene.
b. Poliamida
Untuk poliamida digunakan eluen (menurut keefektifan yang menurun
sebagai pengeluasi) yaitu : larutan urea dalam air, dimetilformamida,
formamida, larutan NaOH, aseton, methanol, air, dikloroetana, atau
kloroform.
4)
1) Reaksi Warna
Jika tidak ada pigmen yang mengganggu, jaringan tumbuhan dapat diuji
mengenai adanya flavon dan flavonol dengan diuapi uap ammonia. Warna
kuning menunjukkan adanya senyawa ini. Jika ekstrak pigmen dalam air
dibasakan, berbagai perubahan warna dapat terlihat, meskipun perubahan
pada pigmen yang satu dapat menutupi perubahan pada pigmen lain.
Reaksi dengan besi (III) klorida telah digunakan secara luas untuk
mengidentifikasi senyawa fenol, tetapi tidak dapat untuk membedakan
macam-macam golongan.
Reduksi dengan magnesium dan asam klorida pekat menghasilkan warna
merah pada flavonol dan flavanonol. Pendidihan bagian tumbuhan dengan
HCl 2 M digunakan untuk mendeteksi flavanol (misal: katekin dan
leukoantosianidin). Adapun warna atau perubahan warna dari flavonoid yang
disebabkan oleh pereaksi pereaksi tersebut di atas dijabarkan dalam table di
bawah ini :
Pereaksi
Senyawa
Flavon
Flavonol
Favanonol
Antosianin
Katekin
Uap Amonia
FeCl3
Mg + HCl pekat
kuning
kuning
coklat jingga
lembayung biru
-
merah (<flavonol)
merah
merah
-
Didihkan
dengan HCl 2M
coklat kuning
40
2) KLT
Untuk KLT telah dipakai berbagai lapisan, misalnya selulose, campuran
selulose-PVP, magnesium silikat, dan silica gel yang mengandung timabal
asetat.
Beberapa kombinasi fase diam dan fase gerak yang dianjurkan untuk jenis
flavonoid tertentu dijelasakan sebagai berikut :
a. Glikosida Flavonoid
Selulose : TBA, BAA, HOAc 5-40%
H2O
Poliamida
Silika
TBA,
HOAc
50%,
KAA,
benzene:HOAc:H2O=125:72:50
Poliamida
Silika
MeOH:HOAc:H2O = 18:1:1
benzene:Pir:HCOOH = 36:9:5 terutama biflavonil
Geissmen memberikan garis besar tata kerja rutin untuk memeriksa kromatogram
kertas flavonoid. Tata kerja ini berlaku untuk lapisan tipis :
a.
b.
tampak sebagai
flavon).
41
c.
Uapi dengan uap ammonia, sambil diperiksa di bawah sinar UV, glikosida
flavon dan flavonol berfluoresensi kuning. Katekin terlihat biru pucat.
d.
Periksa lagi di bawah sinar cahaya biasa sambil diuapi uap amonia. Flavon
terlihat
Pita I (nm)
310-350
330-360
350-385
310-330 bahu,
Jenis Flavonoid
Flavon
Flavonol (3-OH tersubstitusi)
Flavonol (3-OH bebas)
Isoflavon
42
275-295
230-270 (kekuatan
rendah)
230-270 (kekuatan
rendah)
270-280
Khalkon
380-430
465-560
Auron
Antosianidin dan Antosianin
4) Pereaksi Geser
Berbagai metode telah dikembangkan untuk menetapkan letak gugus hidroksil
pada flavonoid dengan menggunakan pereaksi yang menyebabkan terjadinya
pergeseran spektrum karena perbedaan pola hidroksilasi. Pereaksi yang umum
ditambahkan adalah Natrium Metoksida (NaOMe), Natrium Asetat (NaOAc),
Natrium Asetat + Borat (NaOAc + H3BO3) dan Aluminium Klorida (AlCl3 +
HCl).
Penafsiran perubahan spectrum yang disebabkan oleh berbagai pereaksi geser
tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a.
b.
Spektrum NaOAc
hidroksil flavonoid yang paling asam. Jadi, natrium asetat digunakan terutama
untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidrosil bebas (atau yang setara). Pereaksi
ini digunakan untuk meramalkan gugus OH pada C5, C6, C7; C5, C7, C8; C3,
C3, C4.
c.
d.
tak tahan asam dengan gugus orto-dihidroksil, pereaksi ini dapat digunakan
untuk mendeteksi kedua gugus tersebut. Pereaksi geser AlCl3 digunakan untuk
membantu mengetahui letak gugus OH di C3 atau C5 pada ring A, C3 dan
C4 atau C4 dan C5 pada ring B. Mekanisme: Al akan bergabung dengan
gugus OH dan O pada karbonil sehingga penambahannya harus pada
flavonoid yang mempunyai gugus karbonil pada no.4 di cincin C.
44
Daftar Pustaka
1.
Nam Joo Kang, Kiwon Lee, Evgeny A. Rogozin, Yong-Yeon Cho, YongSeok Heo_, Ann M. Bode,Hyong Joo Lee, And Zigang Dong., Agustus
2007, Equol, A Metabolite Of The Soybean Isoflavone Daidzein,
Inhibits Neoplastic Cell Transformation By Targeting The
MEK/ERK/P90rsk/Activator Protein-1 Pathway The Journal Of
Biological Chemistry Vol. 282, No. 45,
2.
5.
6.
7.
8.
Toru
Nakayamaa,
Takuya
Satoa,
Yuko
Fukuib,
Keiko
Yonekura-
45
Guilian Tiana, Ubin Zhanga, Tianyou Zhanga, Fuquan Yangb, Yoichiro Ito,
2004 Separation of flavonoids from the seeds of Vernonia anthelmintica
Willd by high-speed counter-current chromatography Elsevier
10. Francisco
novelmethodforevaluating
flavanolsingrapeseedsbynearinfrared
hyperspectralimaging Elsevier
11.
12. Jiu-Hong
1675 (2001).
15. Imaoka
80 (1993).
16. Ishihara
T. Y., Kim S. H., Kim S. H., Kim Y. K., Park H. J., Chae B. S.,
Makino T., Ono T., Muso E., Honda G., Sasayama S.,
20. Young
80,4852 (1983).
46
22.
Dietrich F. M., Hess R., Int. Arch. Allergy Appl. Immunol., 38,
246259 (1970).
23. Ishikura
24. Kim
63,17871390 (1999).
26. Bauman
bromophenylacyl bromide, nordihydroguaiaretic acid, 5,8,11,14eicosatetrayenoic acid and quercetin. Int Archs Allergy Appl Immun.
1985;76:214217.
30. Lindahl
47