Oleh:
EKO ARIANTO
NIM : 085114020
i
FINAL PROJECT
EKO ARIANTO
NIM : 085114020
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP
MOTTO:
vi
vii
INTISARI
Penggunaan obat serbuk masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Saat
ini dokter juga menyarankan penggunaan obat serbuk bagi mereka yang kesulitan
mengkonsumsi obat tablet atau kapsul, seperti pasien anak-anak atau pasien lanjut usia.
Untuk mendapatkan obat serbuk terkadang pasien harus menunggu lama karena waktu
pembuatan, penakaran/penimbangan ke dalam dosis-dosis yang masih manual. Bahkan
dewasa ini peresepan obat puyer juga mengalami penurunan kualitas, karena beberapa
permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk seperti akurasi, efisiensi, dan
Human error. Sistem takaran obat otomatis adalah sebuah gagasan yang diharapkan dapat
membantu permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk. Pada sistem takar ini
sistem akan membagi atau menakar obat serbuk otomatis dengan bantuan komputer,
kontroler, dan perangkat mekanik.
Sistem takaran ini terdiri dari dua bagian utama yaitu hardware dan software.
Bagian hardware terdiri dari perangkat mekanik dan rangkaian-rangkaian elektronis
sebagai driver dan pengontrol. Sedangkan bagian software terdiri dari sistem kontrol
seperti Visual Basic dan PLC (Programmable Logic Controller) yang bertugas
memberikan semua tugas ke bagian hardware. Semua input atau perintah dilakukan
melalui komputer (Visual Basic) yang kemudian akan meneruskannya ke PLC, kemudian
PLC memerintahkan informasi dari komputer untuk dilaksanakan oleh bagian hardware.
Alat ukur yang digunakan untuk melakukan penakaran adalah dengan menggunakan sensor
berat Loadcell.
Sistem takaran obat serbuk ini sudah berhasil dibuat. Semua sistem hardware
dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan, seperti dapat melakukan pengukuran dan
penakaran obat serbuk dengan output berupa tegangan dengan ketelitian sampai satuan
gram.
Kata kunci: takaran obat serbuk otomatis, timbangan Loadcell, dan pengkondisi sinyal.
viii
ABSTRACT
The use of powder drugs are still in great demand by the people of Indonesia.
Currently, doctors also recommend the use of the drug powder for those who have
difficulty taking tablets or capsules, such as pediatric patients or elderly patients. To get
the drug powder is sometimes patients have to wait long because the time of manufacture,
dosing into the doses those are still manual. Even today prescribing the drug powder also
decreased the quality, because some of the problems associated with dose powdered drug
such as accuracy, efficiency, and human error. Automatic drug dosing system is an idea
that is expected to help the problems associated with dose powdered drug. In this peck
system will divide the system or automatic powder measure drug with the help of
computers, controllers, and mechanical devices.
Dosing system consists of two main parts: hardware and software. Hardware part
consists of mechanical devices and electronic circuits as drivers and controllers. While the
software part consists of the control system such as Visual Basic and PLC (Programmable
Logic Controller) which is responsible for providing all the tasks to the hardware. All
input is done through a computer or command (Visual Basic), which will then forward it to
the PLC, and PLC ordered information from the computer to be implemented by the
hardware. The meter is used to make dosing is to use a weight sensor Loadcell.
This powder drug dosing system has been successfully established. All systems can
work as expected, such as drug dosing can do powder into sections according to the size of
the input with accuracy to the unit gram.
Keywords: automatic powder drug dose, the scales Loadcell, and signal conditioning.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................iv
INTISARI..........................................................................................................................viii
ABSTRACT........................................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.........................................................................................................x
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
2.1 Loadcell............................................................................................................................4
xi
2.2 Inverting Amplifier...........................................................................................................5
2.5 Limitswitch.......................................................................................................................7
2.6 Solenoid...........................................................................................................................8
xii
4.2.1 Pengujian sensor infrared.....................................................................................28
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................36
5.2 Saran...............................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................37
LAMPIRAN.......................................................................................................................38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Loadcell..............................................................................................................4
xiv
Gambar 3.13 Rangkaian pemutar meja................................................................................20
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konfigurasi kaki-kaki limitswitch..........................................................................8
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini obat serbuk ( puyer ) disarankan oleh dokter atau sang apoteker, bagi para
pasien yang mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi obat tablet atau kapsul, seperti
pasien anak-anak atau pasien yang sudah lanjut usia. Sayangnya sang pasien harus lebih
lama menunggu di apotik sebelum membawa pulang obatnya, karena pembuatan puyer
membutuhkan waktu dalam proses penggerusan, pembagian / penakaran ke dalam dosis-
dosis sekali minum, maupun pada proses pengemasannya [1].
Dewasa ini peresepan obat puyer juga mengalami penurunan kualitas, karena
beberapa permasalahan berhubungan dengan takaran obat serbuk yang akan diteliti,
diantaranya:
1. Akurasi ( kerataan/kesamaan pembagian ).
Pada takaran obat secara manual, yang seringkali dilakukan dengan
menggunakan sendok takar, hasilnya tidak selalu sama antara sendokan pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya mengingat bahwa proses ini memang tidak presisi,
padahal takaran dosis obat serbuk menggunakan satuan ukuran milligram (mg)
[1].
2. Efisiensi.
Ini berhubungan dengan waktu kerja. Biasanya untuk obat-obat tertentu yang
memerlukan ketelitian tinggi yang wajib menggunakan timbangan dalam
penakarannya akan membutuhkan waktu yang lama jika dilakukan dengan
timbangan tapi prosesnya secara manual.
1
2
3. Human error.
Metode manual yang hampir semua prosesnya dilakukan langsung oleh manusia
memiliki prosentase Human Error yang tinggi. Dalam proses pembuatan obat
serbuk ( puyer ), proses yang banyak memakan waktu adalah proses pembagian
takaran dosis agar dapat langsung dikonsumsi. Hal ini dikarenakan dalam proses
pembagian dosis dari hasil gerusan obat tersebut, masih banyak apotik maupun
rumah sakit masih menggunakan metode manual yaitu dengan sendok takar atau
timbangan manual. Hal ini tentu kurang efektif jika dilihat dari segi waktu. Selain
itu penggunakan metode manual dapat menghasilkan takaran obat yang tidak
akurat. Ini bisa saja menjadi dampak yang sangat berbahaya mengingat ini adalah
ukuran obat. Sedikit saja kelebihan takaran/dosis bisa berakibat fatal pada
pengguna.[1]
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu alat yang dapat membagi / menakar hasil
gerusan obat tersebut dengan bobot seragam dan lebih presisi. Selagi alat tersebut
melakukan tugasnya, yaitu membagi hasil gerusan obat yang sudah jadi, sang apoteker
dapat melakukan pekerjaan lain seperti menggerus bahan obat lainnya, sehingga efektifitas
waktu bertambah. Pada kesempatan ini, peneliti mencoba untuk membuat alat tersebut
sehingga ilmu yang di pelajari di perkuliahan dapat diterapkan untuk membantu mencoba
mencari solusi yang dapat berguna.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan alat penakar dosis obat serbuk (puyer)
dengan output berupa tegangan, serta mempunyai manfat secara spesifik yaitu :
a. Sebagai penyedia input untuk langkah otomatisasi alat takar obat serbuk.
b. Alat ini merupakan hardware yang berfungsi sebagai acuan untuk menciptakan alat
takar obat serbuk otomatis.
a. Alat yang dibuat konsentrasi pada timbangan dan katup penakar obat.
3
b. Hardware lain yang dibuat untuk kelengkapan sitem adalah tempat gelas, meja
putar, dan laci cadangan.
c. Menitik beratkan pada ketelitian timbangan.
d. Menggunakan sensor berat loadcell dengan kapasitas rendah untuk mencapai
ketelitian milligram.
e. Berat maksimal yang dapat ditakar adalah 150 gram.
f. Ketelitian maksimum dalam satuan miligram.
g. Uji hardware selain timbangan akan dijalankan manual sebatas untuk pengujian
yang nantinya akan digabungkan dengan sistem lain.
h. Akan digunakan juga beberapa sensor untuk kelengkapan sistem ini.
Beberapa langkah yang akan dilaksanakan sebagai metode untuk penulisan skripsi
ini yaitu :
DASAR TEORI
2.1 Loadcell
Loadcell adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk merubah gaya tekan atau
gaya tarik menjadi besaran tegangan listrik. Sebenarnya loadcell ini dibentuk dari
tranduser atau sensor tekan yang biasa disebut Strain gage. Dibentuk dengan konfigurasi
Bridge (jembatan resistansi), untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.1.
Kedua ujung yang pertama diberi tegangan atau di eksitasi, sedangkan kedua
ujung lainnya sebagai output. Karena Loadcell ini dibentuk dari empat buah straingage
dimana tiap straingage akan mengalami perubahan resistansi bila diberi gaya tekan. Maka
sesuai dengan teori Bridge maka akan terjadi perubahan atau beda tegangan pada tiap
ujung Bridge tadi. Tapi karena perubahan tegangan output yang terjadi akibat tekanan
sangat kecil, maka untuk digunakan dalam sebuah sistem kontrol harus dimasukan ke
dalam signal amplifier untuk dikuatkan [4]
Rangkaian jembatan Whetstone dapat dilihat pada gambar 2.2, dari rangkaian itu
diaplikasi menjadi sebuah Loadcell. Dari gambar 2.2 tersebut terdapat beberapa persamaan
yang menjadi dasar dari aplikasi jembatan Whetstone.[12]
4
5
Pada gambar 2.2 obyek dengan tanda Vch adalah detektor setimbang yang
digunakan untuk membandingkan potensial titik B dan C dari rangkaian. Jika detektor
setimbang dianggap tidak terhingga nilainya maka:
ΔV = VB – VC (2.1)
VB adalah potensial titik B terhadap titik D dan VC potensial titik C terhadap titik D,
maka:
VB= (2.2)
VC= (2.2)
Dari kombinasi persamaan 2.1, 2.2, dan 2.3 didapat persamaan 2.4 yaitu:
R2 x R3=R1 x R4 (2.4)
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.3, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti namanya bahwa
fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada
rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2 [3].
Op-Amp tersebut akan membandingkan input inverting (-) dan input non-inverting
(+). Jika Vin lebih besar dari Vref maka output sebesar –Vsupply, sebaliknya jika Vin lebih
kecil Vref maka outputnya adalah sebesar +Vsuplly [2].
2.5 Limitswitch
Limitswitch adalah sensor yang bersifat mekanis dan mendeteksi sesuatu setelah
terjadi kontak fisik. Limitswitch memiliki dua kontak, yaitu normally open dan normally
close. Saat sistem menggunakan kontak normally open dari limitswitch, maka dalam
keadaan normal limitswitch tidak mengalirkan arus dari satu penghantar ke penghantar
yang lain. Limitswitch akan mengalirkan arus ketika kepala limitswitch tertekan. Begitu
pula sebaliknya, jika sistem menggunakan kontak normally close dari limitswitch, maka
dalam keadaan normal limitswitch akan mengalirkan arus dari satu penghantar ke
penghantar yang lain. Limitswitch akan memutuskan kontak ketika kepala limitswitch
tertekan. Konfigurasi kaki-kaki limitswitch dapat dilihat pada gambar 2.6 dan tabel 2.1 [10]
8
Gambar 2.7 Sebuah solenoid mengkonversi suatu sinyal listrik ke perpindahan fisik
9
MAD01 mempunyai dua fungsi, yaitu mengubah sinyal analog menjadi sinyal
digital dan sebaliknya, mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Dalam MAD01
terdapat empat masukan analog, masing-masing dua input arus dan dua input tegangan,
kemudian juga terdapat dua output analog, yaitu tegangan dan arus. Data input atau output
delapan bit yang dihubungkan dengan PLC dapat diatur sebagai input atau output,
tergantung apakah MAD01 difungsikan sebagai pengubah analog ke digital atau
sebaliknya. Gambar 2.8 memperlihatkan ilustrasi masukan / keluaran pada MAD01.
Ke
PLC
V-in1
I-in1 ADC
Data Masukan /
CPM1A Keluaran
V-in2 MAD01
I-in2
Vout I-out
Tabel 2.2 memperlihatkan spesifikasi masukan pada MAD01 dan Tabel 2.3
memperlihatkan spesifikasi keluarannya.
Range sinyal Tegangan masukan 0V s/d 10V atau +1V s/d +5V
Setelah diketahui spesifikasi masukan atau keluaran juga hal-hal yang berkaitan
dengan instalasi, perlu juga mengetahui alokasi bit Internal Relay (IR). Tabel 2.3
memperlihatkan alokasi Internal Relay (IR) pada MAD01.
Range sinyal Tegangan keluaran 0V s/d 10V atau -10V s/d +10V
keluaran Arus keluaran 4mA s/d 20mA
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
s/b x x x x x x x d d d d d d d d
: b adalah broken wire bit; jika 0 maka tidak ada kerusakan, kalau 1
ada kerusakan.
Untuk dapat membaca tegangan input, maka pada MAD01 perlu diketahui alokasi
channel yang akan digunakan. Alokasi channel MAD01 yang diberikan tergantung dengan
jumlah I/O pada PLC yang digunakan, seperti yang ditunjukkan Tabel 2.5 di bawah ini.
11
10CDx 11 1 2
20CDx 11 1 2
30CDx 12 2 3
40CDx 12 2 3
Kode set
Keluaran Masukan1 Masukan2
range
RANCANGAN PENELITIAN
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat konsep rancangan umumnya yang ditunjukkan
pada gambar 3.1.
12
13
Alur/urutan kerja dari sistem keseluruhan dimulai dari proses menjatuhkan gelas
dari tampungan gelas ke meja putar dimana sudah ada dudukan gelasnya. Saat gelas sudah
dijatuhkan ke dudukan maka meja putar akan berputar berlawanan arah jarum jam sebesar
90 derajat, lalu katup pada tampungan obat serbuk akan membuka dan mengisikan obat
serbuk ke dalam gelas sampai ukuran yang diinginkan yang kemudian setelah terpenuhi
katup akan tertutup kembali. Pada proses pengisian ini buka tutup katup berdasarkan hasil
pembacaan timbangan. Setelah selesai pengisian dan katup telah tertutup maka tampungan
gelas akan menjatuhkan gelas lagi dan meja putar akan berputar kembali sebesar 90°.
Gelas yang sudah berisi siap diambil oleh operator yang kemudian proses dapat berlanjut.
Untuk mengantisipasi kemungkinan operator tidak ada di tempat agar sistem tetap berjalan.
Oleh karena itu alat tersebut dilengkapi dengan laci penyimpanan yang akan menampung
gelas yang sudah berisi obat yang tidak terambil oleh operator. Konsep gerakan manualnya
bisa dilihat gambar 3.21 dan gambar 3.22.
Timbangan
Start Katup ON (buka)
menunjukkan
obat mengalir ke
pengurangan
dalam gelas
Stop
Saat loadcell mendapat tekanan (terbebani) maka akan keluar output yang berupa
tegangan. Tegangan output loadcell nilainya sangat kecil yaitu dalam satuan milivolt. Data
output loadcell yang digunakan setelah dilakukan pengujian awal dapat dilihat pada tabel
3.1. Pada pengujian digunakan sumber tegangan sebesar 5V.
Sistem dalam penelitian ini akan digabungkan dengan sistem peneliti lain yang
berupa kontrol PLC. Untuk memberi input ke ADC (Analog to Digital Converter) pada
PLC output dari loadcell terlalu kecil. Pada tabel 2.2 tegangan input MAD01 adalah 0V s/d
10V dengan resolusi 1/256, untuk keamanan tegangan masukan yang digunakan adalah 0V
s/d 5V. Pada pengujian awal loadcell seperti pada tabel 3.1 kenaikan output pada beban
maksimal 150,1 gram adalah sebesar 0,45 mV, maka penguatan pada output beban
maksimum 5V/0,45mV yaitu sebesar 11.111,11 dan dibulatkan menjadi 10.000 kali supaya
15
lebih mudah dalam mencari ukuran komponen penguat. Pada rangkaian penguat tegangan
menggunakan tiga resistor R1, R2, R3 dan sebuah potensiometer. Nilai-nilai resistor yang
digunakan adalah R1= R3= 1kΩ , R2= 100kΩ, dan besarnya potensiometer adalah 100kΩ.
Penguat ini menggunakan rangkaian inverting amplifier dengan perhitungan nilai-nilai
komponennya mengacu pada persamaan 2.1 di bagian dasar teori untuk lebih jelasnya lihat
gambar 3.4.
Tabung obat adalah tempat penampung obat sebelum ditakar. Tabung inilah yang
terkait/terhubung dengan timbangan sehingga berat obat bisa diketahui. Rancangan tabung
pada bagian ujung dibuat dengan kemiringan sudut 35° supaya aliran obat saat pengisian
ke dalam gelas lancar [6]. Kemiringan sudut dan detail rancangan bisa dilihat pada gambar
3.7.
Pada ujung tabung obat akan dipasang sebuah solenoid valve yang berfungsi
sebagai kran untuk membuka dan menutup tabung obat. Jadi aliran obat akan dikendalikan
oleh solenoid melalui sebuah tombol push-button.
b. Laci cadangan
Laci berfungsi sebagai tempat cadangan jika gelas takar yang sudah terisi obat
tidak diambil operator. Bagian meja putar dilubangi pada bagian bawah sehingga
saat ada gelas yang tidak diambil operator gelas tersebut akan jatuh ke dalam laci
cadangan tersebut. Di bagian atas lubang tersebut terpasang sensor infrared untuk
mendeteksi bahwa gelas sudah masuk ke dalam laci cadangan. Bentuk detailnya
bisa dilihat pada gambar 3.9.
18
Perancangan sensor infrared seperti terlihat pada gambar 3.10. komponen yang
digunakan yaitu 2 buah resistor R1 dan R2 masing-masing bernilai 220 ohm dan 5000
ohm[8].
R1 yang digunakan sebesar 1000 ohm, R2 dan R3 sebesar 1000 ohm dengan
tujuan untuk mendapatkan nilai Vref setengah dari Vsuplly mengacu dari persamaan 2.2
pada dasar teori.
Rangkaian ini berfungsi untuk melakukan pengujian pada meja putar. Untuk
memberikan input melalui tombol sampai proses selesai dibutuhkan 4 buah limit switch
sebuah tombol push-button dan 2 buah relay.
Posisi limit switch dapat dilihat pada gambar 3.12. Bagian yang menonjol
berwarna hitam itu adalah stoper yang berfungsi sebagai pemberi input pada limit switch.
Saat meja berputar kemudian stopper menyetuh salah satu dari limit switch maka motor
penggerak meja akan berhenti. Rangkaiannya bisa dilihat pada gambar 3.13.
Hasil implementasi alat tidak sepenuhnya sesuai dengan perancangan. Ada perubahan di
beberapa bagian mekanik karena penyesuaian ukuran dan fungsi. Perbandingan hasil
implementasi alat dengan perancangan bisa dilihat pada gambar 3.1 pada bagian
perancangan dan hasil implementasinya pada gambar 4.1.
21
22
RL1 dan RL2 berfungsi sebagai kontak positif dan ground yaitu masing-masing relay
memiliki dua common. RL3 dan RL4 berfungsi sebagai pengaman untuk saling memutus
sehingga tidak terjadi dua input yang bersamaan.
Selain itu, jika ditempatkan pada sisi kiri kotak penyimpanan ini akan berfungsi lebih baik
dan lebih sederhana dalam konstruksi. Tampilan hasil implementasinya dapat dilihat pada
gambar 4.6.
Pada perancangan terdapat dua sensor yaitu sebagai pendeteksi keberadaan gelas
takar dan pada bagian kotak penyimpanan. Pada perkembangannya dibutuhkan sensor
tambahan pada setiap posisi gelas takar, yaitu sebanyak empat posisi. Tiga posisi
digunakan sensor LDR dan satu posisi pada kotak penyimpanan penulis menggunakan
sensor infrared dengan alasan fungsional mekanik. Skema rangkaian elektriknya dapat
dilihat pada gambar 4.7.
Ada empat posisi pada meja putar yang dilalui gelas takar, dan tiga diantaranya
terpasang sensor LDR yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gelas takar.
Penempatan sensor LDR bisa dilihat pada gambar 4.8 yaitu dengan cara dibenamkan pada
alas meja putar.
25
Tegangan output dari Loadcell sangat kecil yaitu hanya dalam satuan milivolt.
Semua tidak sesuai dengan yang direncanakan pada perancangan, rangkaian penguat yang
dirancang penulis untuk output loadcell mengalami kegagalan. Penelitian pertama penulis
menggunakan IC LM741 sebagai penguat dan tidak berhasil, kemudian penulis mencoba
IC lain seperti LM324 dan LM358 namun hasilnya sama. Dari penelitian itu diketahui
bahwa ternyata IC yang telah digunakan tidak mempunyai input offset tegangan yang
cukup untuk input dalam satuan milivolt. Setelah mencari banyak informasi penulis
menemukan jenis IC Op Amp dengan input offset tegangan kecil sekitar 75 V yaitu IC
OP07. Walaupun secara teori menggunakan IC ini sudah mencukupi dan seharusnya
mampu memberikan penguatan tetapi ternyata penelitian mengalami kesulitan karena
rangkaian penguat tetap tidak berhasil. Lebih dari satu bulan penelitian tentang penguatan
tegangan ouput loadcell dilakukan, mulai dari rangkaian penguat inverting sampai
rangkaian instrumentasi.
Loadcell yang terbuat dari logam bisa saja menangkap sinyal liar layaknya sebuah
antena, karena output dari loadcell merupakan sinyal berfrekuensi rendah maka pada
penelitian selanjutnya dipasang sebuah filter untuk menghilangkan sinyal frekuensi tinggi
yang tidak lain adalah noise. Filter yang digunakan sebelum output loadcell dikuatkan
adalah LPF pasif, gambar rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 4.9 dengan IC yang
digunakan adalah OP07 dan LF353.
26
A= .............................................................(4.1)
Besarnya frekuensi cutoff (Fc) pada LPF dapat dihitung dengan persamaan 4.2.
Fc= ..................................................................(4.2)
Fc = = 1,59 Hz
Amin =
Amin = 31
Amin = = 41
Amin = = 7,8
27
Jadi jumlah penguatan rangkaian pada gambar 4.9 adalah 241,8 sampai dengan
319,8 kali, yaitu saat R10 minimal sebesar 241,8 kali dan saat R10 maksimal sebesar 319,8
kali. Karena dari penguatan tersebut output yang didapat adalah tegangan minus dan
nilainya masih terlalu kecil untuk input PLC maka ditambahkan sebuah penguat inverting.
Rangkaian penguat ketiga dengan menggunakan IC OP07 dapat dilihat pada gambar
rangkaian 4.10.
Besar penguatan ketiga ini adalah sebesar RF/R1 yaitu sebesar 45,45 kali. Dengan
ditambahkannya penguat ketiga ini maka penguatan total mencapai 10.989,01 sampai
14.534,91 kali. Hasil semua perhitungan penguatan dapat dilihat pada tabel 4.1.
Penguat I 31 - 41 31 41
Sensor ini dipasang untuk mendeteksi kotak penyimpanan jika gelas takar yang
ditampung penuh. Pengujian dilakukan dengan menempatkan gelas takar di depan sensor
dan diukur tegangan outputnya. Dari hasil pengujian sensor ini bekerja dengan baik,
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
29
Pengujian sensor ini dilakukan dengan meletakkan gelas takar pada posisi
dudukan di meja putar sehingga gelas takar menutup LDR dari sinar luar. Pada saat
pengujian tegangan output diukur dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Pada rangkain sensor ini menggunakan relay sebagai kontak seperti pada gambar 4.7.
Output seharusnya jika melihat gambar 4.7 adalah sebesar 12V namun pada pengujian
hasilnya hanya sekitar 10,40 V. Walaupun outputnya tidak sesuai dengan perancangan,
namun sensor ini bekerja dengan baik karena tegangan sebesar 10,40V masih dapat dibaca
PLC sebagai input.
Ada empat buah limitswitch yang terpasang di tiap posisi, pengujian dilakukan
dengan cara menekan limitswitch tersebut dan mengukur tegangan output. Posisi
30
pemasangan limitswitch dapat dilihat pada gambar 4.13. Dari hasil pengujian didapatkan
hasil seperti pada tabel 4.4.
Limitswitch dihubungkan pada sumber tegangan seperti pada tabel 4.4 bahwa outputnya
sekitar 10,53V yang masih bisa dibaca PLC dengan baik.
Meja putar dan limitswitch akan saling berhubungan, limitswitch berfungsi untuk
menghentikan putaran meja. Terdapat empat buah limitswitch artinya meja putar akan
berhenti di empat posisi setiap limitswitch tertekan. Pengujian meja putar adalah dengan
memberikan input 0V atau ground karena output PLC berupa output transistor dengan
kontak ground. Pada meja putar hanya ada satu input, itu artinya meja putar hanya akan
berputar searah saja. Data pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Karena merupakan bagian unit output maka pengujiannya adalah dengan cara
memberikan input pada driver motor DC yg digunakan sebagai penggerak katup. Inputan
adalah berupa ground karena pada PLC yang digunakan mempunyai output jenis transistor.
Karena motor sebagai penggerak katup ini harus berputar dalam dua arah maka
memerlukan dua inputan pada rangkaian pembalik putaran. Data hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel 4.6.
Dari pengujian yang dilakukan katup bekerja dengan baik, tidak terjadi kebocoran pada
saat katup menutup dan aliran serbuk lancar ketika katup membuka. Pada pengujian
digunakan serbuk kristal yang digunakan sebagai pelicin pada permainan karambol. Pada
pengujian sebelumnya dicoba menggunakan serbuk bedak namun aliran serbuk kurang
baik. Aliran tidak lancar saat pengujian dengan serbuk bedak diakibatkan karena serbuk
yang terlalu lembut sehingga banyak menempel pada dinding tampungan dan seperti
menggumpal sehingga tidak bisa mengalir.
Pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan output dari loadcell dan output
pengkondisi sinyal yaitu rangkaian penguatnya. Pengukuran itu menggunakan contoh
beberapa beban sekaligus untuk melihat tingkat linear output. Hasil pengujian tegangan
output penguatnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
32
Dari data pengujian tabel 4.7 beban maksimal yang masih dapat dibaca adalah 150,1 gram,
penulis mencoba dengan beban 160,5 gram dan hasilnya output rangkaian penguat adalah
saturasi. Perubahan rangkaian penguat pada implementasi dengan perancangan adalah pada
penguatan (Gain). Perbandingannya dapat dilihat pada tabel 4.8.
Pada pengujian loadcell menggunakan sumber tegangan 5V. Perubahan yang terjadi adalah
pada rentang tegangan output, pada perancangan adalah 0V s/d 5V kemudian pada
implementasinya rentang outputnya adalah dari 0V sampai dengan tegangan saturasi IC
OP-AMP OP-07 dengan sumber tegangan baterai 9V yaitu 8,5V sesuai datasheet.
Data Pengujian
10000
7000
Output Penguat (mV)
6000
99,2; 5492,5
5000
Data Pengujian
4000
Linear (Data Pengujian)
3000 51; 2828
2000 40,8; 2230
30,6; 1548,5
1000 20,4; 992
10,2; 518
0 0; 34,5
0 50 100 150 200
-1000
Beban (gram)
Dari gambar 4.14 dapat dilihat dua hasil yaitu persamaan garis data pengujian dan nilai
koefisien korelasi. Semua data input grafik mengacu pada tabel pengujian output penguat
pada tabel 4.7. Persamaan yang dihasilkan pada gambar grafik 4.14 adalah seperti pada
persamaan 4.3.
Sumbu Y adalah output tegangan rangkaian penguat dan sumbu X adalah beban.
Kemudian nilai koefisien korelasi adalah 0,999 atau kalau diubah menjadi persen menjadi
99,9%.
Selain pengujian output dan linearitas dilakukan juga pengujian dan perhitungan
mengenai ketelitian loadcell dan penguat sebagai timbangan. Untuk melihat ketelitian
loadcell bisa dilihat pada tabel 3.1, dari tabel tersebut tercatat kenaikan pada output
loadcell setiap 10,2 gram rata-rata adalah sebesar 0,03 mV. Dengan alat ukur yang
digunakan penulis yang mempunyai ketelitian maksimum 0,01 mV, maka tingkat
sensitifitas loadcell hanya sebesar 10,2/3 yaitu 3,4 gram atau 0,01 mV tiap 3,4 gram.
Dengan begitu alat ukur sudah tidak bisa membaca kenaikan beban dibawah 3,4 gram.
Hasil pengujian dari output penguatnya dapat dilhat pada tabel 4.9.
Dari pengujian tabel 4.9 dapat dilihat pada beban 571 mg s/d 761 mg output penguat tidak
mengalami perubahan yang berarti dan lebih dikarenakan pengaruh dari osilasi. Jika
melihat pada tabel 2.2 maka resolusi input MAD01 hanya sebesar 1/256 dari tegangan
maksimum penguat (saturasi) yaitu seperti tabel 4.7 sebesar 8521 mV. Perhitungannya
resolusi input MAD01 adalah 8521/256 yaitu sebesar 33,28 mV. Dengan begitu MAD01
akan membaca kenaikan input setiap 33,28 mV dan itu berarti jika melihat hasil pada tabel
4.9 maka timbangan tidak berhasil mencapai ketelitian miligram.
Pengujian juga dilakukan pada saat penakaran, pengujian ini adalah untuk
mengetahui tingkat keseragaman dari serbuk yang dibagi. Pengujian dilakukan dengan
35
Pada pengujian penakaran hasilnya tidak akurat, hampir setiap bagian punya berat yang
berbeda. Berat total hasil tidak sama dengan berat total sebelum ditakar, selalu ada
pengurangan. Hal ini terjadi karena ada serbuk yang tersisa karena melekat pada dinding
tampungan dan gelas takar.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil implementasi dan analisa sistem takar obat serbuk yang digunakan
sebagai sistem konstruksi hardware dan timbangan ini dapat disimpulkan beberapa hal,
diantaranya adalah:
1. Loadcell dan rangkaian penguat sebagai timbangan sudah bekerja, walaupun tidak
sesuai dengan perancangan.
2. Semua output sensor seperti sensor LDR, sensor infrared dan juga limitswitch tidak
sesuai dengan perancangan yang seharusnya 12V. Outputnya sekitar 10,50V dan
masih bekerja dengan baik sebagai input PLC.
3. Mekanisme lain seperti meja putar dan kotak penyimpanan berfungsi sesuai
perancangan dengan beberapa perubahan.
4. Tampungan obat dan katup motor sudah berfungsi walaupun tidak sempurna, hal
itu terjadi bila sebuk terlalu lembut karena banyak yang melekat pada dinding
tampungan dan menyebabkan macet. Pada pengujian dengan serbuk kristal
tampungan beserta katup bekerja dengan baik.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian banyak sekali bagian yang perlu perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut. Sedikit saran dari penulis yang mungkin berguna untuk
pengembangan alat ini selanjutnya, yaitu:
36
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sugijanto, Lulut. 2009. Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kadar Sediaan
Pulveres yang Dibuat Apotek di Yogyakarta,
http://sehat-bugar.blogspot.com/2009/02/sehat-digest-number-9663.html, diakses
tanggal 30 Maret 2009.
[2] http://atmelmikrokontroler.wordpress.com/2009/06/25/komparator-tegangan, diakses
tanggal 17 Desember.
[3] Operational Amplifier,
http://electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=18:op-amp-
bagian-ke-dua&catid=7:labanalog&Itemid=8, diakses tanggal 11 Desember 2009.
[4] Loadcell. http://electricomatic.com/?p=17, diakses tanggal 11 Desember 2009.
[5] Konfigurasi LM741. http://digilib.petra.ac.id, diakses tanggal 12 Desember 2009.
[6] Sudarsono, Arief. 2000. Studi Sifat Mampu Alir Pasir Kuarsa di Dalam Bin. JTM 7:3.
http://www.fttm.itb.ac.id/jtm/index.php?content=journal&id=98&lang=in, diakses
tanggal 26Maret 2009.
[7] DC power window motor.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://i600.photobucket.com/albums/tt82/ele
ctroboter/Power-Window-Motor-HT420-1-.jpg&imgrefurl, diakses tanggal 15
Desember 2009
[8] http://pentriloquist.wordpress.com/2009/01/09/membuat-robot-line-follower-
sederhana/#blogkonten1, diakses tanggal 16 Desember 2009.
[9] http://www.elektro.undip.ac.id/sumardi/www/komponen/7_4.htm ,diakses tanggal 17
Desember 2009.
[10] http://www.omron.com.au/produk_info, diakses tanggal 11 Desember 2009.
[11] http://www.clark-garage.com/grafik/sunruf-late-limit-switch.jpg, diakses tanggal 12
Desember 2009.
[12] http://www.elektro.undip.ac.id/sumardi/www/komponen/bab2non.pdf, diakses tanggal
2 Januari 2010.
37
LAMPIRAN
38
Gambar Hasil implementasi alat