Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidaya
hNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Study Praktek Kerja Profesi A
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bantu
an dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menya
1. Ibu dr. Gustin S, Sp.A (K) selaku preseptor yang telah meluangkan waktu untuk me
mberikan bimbingan, petunjuk, arahan sehingga laporan Case Study ini dapat disele
saikan.
2. Bapak Adrizal, S.Farm., Apt selaku kepala Instalasi Farmasi RSUD M. Natsir Solok
serta seluruh apoteker yang bertugas yang telah yang telah memberikan kesempatan,
bimbingan, ilmu, pengalaman dan bantuan kepada penulis untuk melaksanakan Pra
3. Bapak Robby Kurniawan, S.Farm., Apt selaku pembimbing I yang telah meluangka
n waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan bantuan bagi penulis d
4. Ibu Dr. Suhatri, MS, Apt selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu ntuk
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan bantuan bagi penulis dalam menyeles
5. Staf Bangsal Anak RSUD M. Natsir Solok yang telah memberikan bantuan kepada
2
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan, dan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………..………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……….………………………...……………………………………. iv
BAB I. TINJAUAN UMUM KASUS ..…...……………………………………….1
1.1 Identitas Pasien ….……………………………………………………….…….. 1
1.2 Riwayat Penyakit ………………………………………………..……………... 1
1.2.1 Keluhan Utama ………………………………………………………………. 1
1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang. …………………………………………………. 1
1.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu ……………………………………………….....1
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga…………………………………………..……..…1
1.3 Data Penunjang…………………………………………………………………..2
1.3.1 Data Pemeriksaan Fisik………………………….…………………………… 2
1.3.2 Data Organ Vital…………………………………………………...……….…2
1.3.3 Data Laboratorium……………………………………...……………………. 3
1.4 Diagnosis………………………………………………………...……………... 5
1.5 Follow Up ……………………………………………………………..……..… 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………..……………………………………… 14
2.1 Definisi …………………..………………………………...…………………… 14
2.2 Etiologi ……………………………………………………………….………… 14
2.3 Cara Penularan…………………………………………………………..……… 15
2.4 Patofisiologi Virus Dengue ………………….…………………………………. 16
2.5 Klasifikasi Infeksi Virus Dengue………………………………..……………… 17
2.6 Manifestasi Klinis Ensefalopati Dengue…………………………………..…… 19
2.7 Pemeriksaan Infeksi Virus Dengue………………………………………..…… 19
2.8 Penatalaksanaan……………………………………….…..…………………… 22
BAB III. ANALISIS FARMAKOTERAPI-DRP ....……………………………. 26
3.1 Lembar Pengobatan ………………………………………………………….… 26
3.2 Lembar Pengkajian Obat (LPO)………………... ……………………….…….. 28
3.3 Lembar Identifikasi Obat…... ………………………………………….………. 32
4
3.4 Lembar Monitoring Rencana Pelayanan Kefarmasian ………………………… 35
3.5 Lembar Rencana Pelayanan Kefarmasian …………………...……….………… 37
3.6 Lembar Monitoring Efek Samping…………………………..……….………… 39
3.7 Lembar Konseling…………………………………………………….………… 40
3.8 Tinjauan Farmakologi Obat………………………………… ……….………… 42
3.9 Pembahasan……………………………………………………………………... 48
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN…….………………..…………….…….. 51
4.1 Kesimpulan ………………………………..………………………………….… 51
4.2 Saran…………………………...………………... ……………………….…….. 51
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….….……….…… 52
5
BAB I
TINJAUAN UMUM KASUS
1
1.3 Data Penunjang
1.3.1 Data Pemeriksaan Fisik
Tabel 2. Data Pemeriksaan Fisik Pasien
Keadaan umum Berat
Nafas 20 x/menit
Nadi 98 x/menit
Suhu 36,7 oC
2
1.3.3 Data Laboratorium
Tabel 4. Data Laboratorium Pemeriksaan Darah
3
Pemeriksaan Normal Tanggal
Darah 10/4 11/4 12/4 13/4 14/4 15/4 16/4 17/4 18/4 19/4 20/4 21/4 22/
4
Hemoglobin 13,0 – 18,0 13,4 - - - - 13,4 - - - - - - -
g/dL
Hematokrit 40,0 -50,0 % 41 - - - - 37,0 - - - - - - -
Leukosit 4,0 - 11,0 2,1 - - - - 9.4 - - - - - - -
103/µL
Thrombosit 150 - 400 23 - - - - 337 - - - - - - -
103/µL
Eritrosit 4,5 - 5,5 - - - - - 4,66 - - - - - - -
106/µL
MCV 82 - 92 fL - - - - - 79,4 - - - - - - -
MCH 27,0 - 31,0 pg - - - - - 28,8 - - - - - - -
MCHC 32,0 - 37,0 - - - - - 36,2 - - - - - - -
g/dL
RDW-CV 11,5 - 14.5 % - - - - - 15.7 - - - - - - -
LED 0 - 15 - - - - - 8 - - - - - - -
BT 1,3 - - - - 1,3 - - - - - - -
CT 3,3 - - - - 3,3 - - - - - - -
PT < 32 U/L 11,4 - - - - 11,4 - - - - - - -
Glukosa Darah 60 - 100 mg/dL - - - - - 138 - - - - - - -
Sewaktu
Gula Darah Puasa < 140 mg / dL - - - - - 152 - - - - - - -
Albumin 2,9 - 5,3 g/dL - 4 - - - - 3,67 - - - - - - -
Ureum 20 - 50 mg / dL - - - - - 32 - - - - - - -
Tabel 5. Data Laboratorium Pemeriksaan Urin
Diagnosis
5
Tanggal masuk 10 April 2019
Diagnosa awal Dengue Ensefalopati
6
1.5 Follow Up
Nama MF
Umur 14 Tahun 4 Bulan
BB 53 Kg
Diagnosis Dengue Ensefalopati
Ruangan HCU
Nama Dokter dr. G Sp.A (K)
Nama Apoteker RK S. Farm, Apt
7
Tanggal S O A P
10/04/2019 Demam > 6 hari Suhu 38,9 °C Ensefalopati IVFD D 5 % 250 cc (3.500 cc/24
Tidak sadar penuh KU : Somnolen GCS Leukopenia NaCl 0.9 % 250 cc (145 cc / jam
Belum terpasang kateter 11 Trombosito- Inj Metronidazole 4 x 500 mg
Pendarahan (-) TD 141/92 mmHg penia Inj Ceftriaxone 2 x 2 gr
BAK (+) HR 80x/i, RR 20x/i Inj Dexametason 3 x 5 mg
Hb 13,4 g/dL, Ht 41 Inj Fluconazole 1 x 360 mg
%, L 2.100 / µL, Tb Asam Folat 1 x 1 tablet
23.000 / µL IVFD PCT 500 mg
Urin pekat Inj Transamin 2 x 500 mg
Cairan NGT berwarna Pasang sonde
coklat kehitaman Pasang catheter
11/04/2019 Demam berkurang Suhu 36,5 °C Seperti IVFD D 5 % 250 cc (3.500 cc/24
NGT masih hitam KU : Somnolen GCS sebelumnya, NaCl 0.9 % 250 cc (145 cc / jam
Tidak sadar penuh 11 ditambah Inj Metronidazole 4 x 500 mg
TD 130/90 mmHg gangguan Inj Ceftriaxone 2 x 2 gr
HR 78x/i, RR 20x/i rasa nyaman Inj Dexametason 3 x 5 mg
Inj Fluconazole 1 x 360 mg
Asam Folat 1 x 1 tablet
Inj Neo K 1 x 10 mg
Inj Transamin 2 x 500 mg
Encephabol 1 x 10 cc
12/04/2019 Demam berkurang Suhu 36,5 °C Ada IVFD D 5 % 250 cc (3.500 cc/24
NGT masih hitam KU : Somnolen perbaikan. NaCl 0.9 % 250 cc (145 cc / jam
Kontak (+), Komunikasi TD 130/89 mmHg Ketidak Inj Metronidazole 4 x 500 mg
(-) HR 72x/i, RR 19x/i efektifan Inj Ceftriaxone 2 x 2 gr
Batuk berdahak (+) bersihan Inj Dexametason 3 x 5 mg
Kejang (-) jalan napas Inj Fluconazole 1 x 360 mg
Asam Folat 1 x 1 tablet
Inj Neo K 1 x 10 mg
Inj Transamin 2 x 500 mg
Encephabol 1 x 10 cc
13/04/2019 Demam berkurang Suhu 36,7 °C Infeksi IVFD D 5 % 250 cc (3.500 cc/24
NGT kehijauan KU : Somnolen NaCl 0.9 % 250 cc (145 cc / jam
Belum sadar penuh TD 136/83 mmHg Inj Ceftriaxone 2 x 2 gr
Batuk berdahak (+) HR 72x/i, RR 20x/i Inj Dexametason 3 x 5 mg
Sakit perut Inj Fluconazole 1 x 360 mg
Bibir kering Asam Folat 1 x 1 tablet
8
Gelisah bekurang Inj Neo K 1 x 10 mg
Inj Transamin 2 x 500 mg
Encephabol 1 x 10 cc
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan ol
eh virus Flavivirus, family Flaviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4, melalui perantara nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albapictus. Ke
empat serotipe dengue terdapat diindonesia, DEN-3 merupakan serotipe dan banyak ber
hubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DEN-2 (IDAI, 2010).
2.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah suatu infeksi yang disebabk
an oleh virus Dengue, yaitu suatu virus yang termasuk dalam kelompok B Arthropod B
orne Virus (Arboviruses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flavivi
ridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm, terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dan berat molekulnya 4x106. Virus Dengue telah diketahui mempunyai ka
rakteristik yang sama dengan flavivirus lain, genomnya dikelilingi oleh nukleokapsid ik
osahedral dan ditutupi oleh amplop lipid. Diameter virion adalah sekitar 50 nm.
9
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih m
enyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Aedes aegypti mempu
nyai kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites). Dalam satu siklus gonotro
pik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat e
fektif sebagai penular penyakit.
Virus Dengue di dalam tubuh manusia mengalami masa inkubasi selama 4-7 hari
(viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Di dalam tubuh nyamuk, virus b
erkembang setelah 4-7 hari kemudian nyamuk siap untuk menularkan kepada orang lain
yang disebut masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap virus deng
ue ini menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kal
i nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui salur
an alat tusuknya (probocis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur it
ulah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti betin
a umurnya dapat mencapai 2-3 bulan.
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengu
e, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis
dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vekt
or yang kurang berperan. Nyamuk aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada
saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada d
i kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 -10 hari (extrinsic incubation period) seb
elum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dala
m tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), n
amun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berk
embang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus sel
ama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia k
10
epada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengal
ami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
Pendekatan patogenesis DBD dengan penyulit bertitik tolak dari perjalanan imu
nopatogenesis DBD. Pada tahap awal virus dengue akan menyerang selsel makrofag da
n bereplikasi dalam sel langerhans dan makrofag di Limpa. Selanjutnya, akan menstimu
lasi pengaturan sel T, reaksi silang sel T aviditas rendah dan reaksi silang sel T spesifik,
yang akan meningkatkan produksi spesifik dan reaksi silang antibodi. Pada tahap beriku
tnya terjadi secara simultan reaksi silang antibodi dengan trombosit, reaksi silang antibo
di dengan plasmin dan produk spesifik. Proses ini kemudian akan meningkatkan peran a
ntibodi dalam meningkatkan titer virus dan di sisi lain antibodi bereaksi silang dengan e
ndotheliocytes. Pada tahap berikutnya terjadi efek replikasi sel mononuklear. Di dalam s
el endotel, terjadi infeksi dan replikasi selektif dalam endotheliocytes sehingga terjadi a
poptosis yang menyebabkan disfungsi endotel. Di sisi lain, akan terjadi stimulasi mediat
or yang dapat larut (soluble), yaitu TNF α, INF γ, IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-10, IL-13, I
L-18, TGF β, C3a, C4b, C5a, MCP-1,CCL-2, VEGF, dan NO yang menyebabkan ketida
kseimbangan profil sitokin dan mediator lain; pada tahap berikutnya terjadi gangguan k
oaguasi dan disfungsi endotel.
Pada hati, akan terjadi replikasi dalam hepatosit dan sel Kuppfer. Terjadi nekrosi
s dan atau apoptosis yang menurunkan fungsi hati, melepaskan produk toksik ke dalam
darah, meningkatkan fungsi koagulasi, meningkatkan konsumsi trombosit, aktivasi siste
m fibrinolitik, dan menyebabkan gangguan koagulasi.
Pada sumsum tulang, terjadi replikasi dalam sel stroma sehingga terjadi supresi
hemopoietik yang berkembang ke arah gangguan koagulasi. Sedangkan stimulasi terhad
ap sistem komplemen dan sel imunitas didapat akan meningkatkan koagulasi, menurunk
an mediator larut (soluble), terjadi ketidakseimbangan profil sitokin sehingga berkemba
ng menjadi gangguan koagulasi.
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau somnol
en, dapat disertai kejang ataupun tidak, dan dapat terjadi pada DBD / DSS. Apabila pada
11
pasien syok dijumpai penurunan kesadaran, maka untuk memastikan adanya ensefalopat
i, syok harus diatasi terlebih dahulu. Apabila syok telah teratasi, maka perlu dinilai kem
bali kesadarannya. Pungsi lumbal dikerjakan bila syok telah teratasi dan kesadaran tetap
menurun ( hati-hati bila trombosit < 50.000 /uL ). Pada ensefalopati dengue dijumpai pe
ningkatan kadar transaminase ( SGOT / SGPT ), PT dan PTT memanjang, kadar gula da
rah turun, alkalosis pada analisis gas darah, dan hiponatremia ( bila mungkin periksa ka
dar amoniak darah ) (Martina et al, 2009).
12
si demam akut, yang kadang-kadang memiliki pola bifasik dan disertai sakit kepala h
ebat, mialgia, athralgia, ruam di kulit, leukopenia dan trombositopenia. Meskipun seb
enarnya demam dengue merupakan suatu kondisi yang tidak berbahaya, namun hal i
ni dapat menyebabkan penderita tidak dapat beraktivitas akibat sakit kepala yang heb
at, nyeri otot, persendian dan tulang (break-bone fever), khususnya pada orang dewas
a. Kadang-kadang muncul perdarahan yang tidak khas seperti perdarahan gastrointest
inal, hipermenore, serta epistaksis masif. Pada daerah yang mengalami epidemis dem
am dengue, penularan demam dengue jarang terjadi antara sesama penduduk lokal.
3.Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue (DBD) lebih sering terjadi pada anak-anak usia di baw
ah 15 tahun pada area hiperendemik, dan hal ini berkaitan dengan infeki dengue beru
lang, terjadi gangguan vaskelur karena bocornya pembuluh darah,. Namun demikian
insidensinya pada orang dewasa juga meningkat. DBD memiliki ciri berupa demam t
inggi dengan onset akut dengan gejala dan tanda yang mirip dengan gejala dan tanda
demam dengue di fase awal. Pada DBD dapat dijumpai adanya kelainan dalam perda
rahan misalnya, uji tourniquet (rumple leed) positif, petekiae, lebam-lebam serta perd
arahan saluran cerna pada kasus yang lebih berat. Di akhir fase demam, terdapat anca
man terjadinya syok hipovolemik (sindroma syok dengue) akibat adanya kebocoran
plasma.
Munculnya tanda-tanda peringatan (warning signs) seperti muntah persisten, nye
ri abdomen, letargi, gelisah, mudah marah, serta oliguria merupakan hal yang penting
untuk segera ditindaklanjuti dalam rangka mencegah syok. Gangguan hemostasis dan
kebocoran plasma merupakan proses patofosiologis yang utama pada pada DBD. Tro
mbositopenia serta peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi merupakan gambaran y
ang selalu ditemui sebelum turunnya demam/onset dari syok. DBD kebanyakan terja
di pada anak-anak yang mendapat infeksi kedua dari virus dengue. Terdapat pula lap
oran kasus DBD yang terjadi pada infeksi pertama oleh virus DENV-1 dan DENV-3
serta infeksi pada bayi.
4.Sindroma dengue expanded
Merupakan suatu manifestasi yang tidak biasa yang semakin sering dilaporkan p
ada kasus demam berdarah dengue maupun demam dengue dimana terdapat keterliba
tan organ-organ seperti hati, ginjal, otak dan jantung yang memiliki kaitan dengan inf
eksi dengue, namun tidak terdapat bukti adanya kebocoran plasma. Hal ini kemungki
13
nan disebabkan oleh koinfeksi, komorbiditas, ataupun komplikasi dari syok yang ber
kepanjangan. Studi yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk kasus ini. Kebanyak
an pasien demam berdarah dengue yang mengalami manifestasi yang tidak lazim ini
disebabkan oleh syok berkepanjangan yang disertai gagal organ ataupun pasien-pasie
n dengan komorbid ataupun koinfeksi.
Gejala klinis dari ensefalopati dengue ini memang masih bersifat umum, sesuai
dengan definisi ensefalopati sendiri yaitu perubahan kesadaran, defisit neurologis fokal,
serta ensefalopati ini dapat muncul sebagai salah satu komplikasi dari gangguan metabo
lik seperti acute liver failure, gangguan elektrolit, hipoksia, serta syok.
a. Pemeriksaan Fisis
Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nye
ri kepala, nyeri otot, dan sendi, nyeri tenggorokan dengan faring hiperemis, n
yeri dibawah lengkungan iga bawah. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok
pada DD daripada DBD.
Sedangkan gejala hepatomegaly dan kelainan fungsi hati sering ditemukan pa
da DBD.
Tanda- tanda syok :
- Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis
- Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tida teraba
- Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg.
- Akral dingin, capillary refill menurun
- Diuresis menurun sampai anuria
14
b. Pemeriksaan Laboratorium
Darah perifer, kadar haemoglobin, leukosi dan hitung jenis, hematokrit, tromb
osit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru, pening
katan 15% menunjang diagnosis DBD Trombositopenia ( < 100.000 sel/mm3)
dapat terlihat sesekali pada demam dengue, namun pada DBD hal ini hampir
selalu terjadi. Hal ini terjadi di hari ketiga hingga kedelapan sejak onset, serin
gnya terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan pada hematokrit. He
mokonsentrasi dengan kenaikan hematokrit > 20% merupakan dasar untuk m
empertimbangkan diagnosa definitf adanya peningkatan permeabilitas pembu
luh darah dan kebocoran plasma.
Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase kon
valesens
- Infeksi primer, serum akut <1:20, serum kovalensens naik 4x atau lebih n
amun tidak melebihi 1:1280.
- Infeksi sekunder, serum akut < 1:20, konvalens 1: 23560 atau serum aku 1:
20 konvalesens naik 4x atau lebih.
- Persangkaan infeksi sekunder baru terjadi (presumptive secondary infecti
on) : serum akut 1 : 1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.
Pemeriksaan radiologis
- Pemeriksaan foto dada, dilakukan karena dalam keadaan klinis ragu-ragu
namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada perembesan
plasma 20-40% dan pemantauan klinis sebagai pedoman pemberian caira
n.
- Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus ka
nan hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah diafragm
a kanan lebih tinggi pada kanan dan efusi pleura.
- USG: efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesical felea dan
vesical urinaria (IDAI 2010).
15
apat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat seme
ntara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak se
mentara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau somnol
en, dapat disertai kejang, dan dapat terjadi pada DBD/DSS. Apabila pada pasien syok di
jumpai penurunan kesadaran, maka untuk memastikan adanya ensefalopati, syok harus
diatasi terlebih dulu. Apabila syok telah teratasi, maka perlu dievaluasi kembali mengen
ai kesadaran pasien. Pungsi lumbal dikerjakan bila syok telah teratasi dan kesadaran teta
p menurun (hati-hati bila jumlah trombosit <50.000/l). Pada ensefalopati dengue dapat d
ijumpai peningkatan kadar transminase (SGOT/SGPT), PT dan PTT memanjang, kadar
gula darah menurun, alkalosis pada analisa gas darah, dan hiponatremia (bila mungkin p
eriksa kadar amonia darah).
2.8 Penatalaksanaan
Mengingat pada saat awal pasien datang, kita belum selalu dapat menentukan di
agnosis DD/DBD dengan tepat, maka sebagai pedoman tatalakasana awal dapat dibagi d
alam 3 bagan yaitu :
Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan DBD de
rajat II tanpa peningkatan kadar hematokrit.
Tatalaksana kasus DBD, temasuk kasus DBD derajat II dengan peningkatan kadar h
ematokrit.
Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV.
1. Tersangka DBD
2. Demam dengue
3. DBD derajat I dan II
4. DBD derajat III dan IV
16
1. DBD tanpa syok ( derajat I dan II)
Medikamentosa
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid d
an antiemetik) untuk mengurangi detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, namun apabila terjadi pendaraha
n kortikosteroid tidak diberikan.
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif
- Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapi
ler dan pendarahan.
- Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan dari
fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence dengan baik.
- Cairan intervena diperlukan, apabila (1) anak terus-menerus muntah, tidak mau mi
num, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya syok. (2) nilai h
ematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
2. DBD disertai syok (Demam Syok Dengue, derajat III dan IV)
- Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan ringer laktat. 10-20 ml
/kgbb secara bolus diberikan waktu 30 menit. Apabila syok belum teratasi tetap ber
ikan ringer laktat 20 ml/kgbb ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/ jam, maksimal 1500
ml/hari.
- Pemberian cairan 10ml/kgbb/jam, tetap diberikan 1-4 jam pasca syok. Volume cair
an diturunkan menjadi 7ml/kgbb/jam, selanjutnya 5 ml dan 3 ml apabila tanda-tand
a vital dan diuresis baik.
- Jumlah urin 1 ml/kgbb/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.
- Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi.
- Oksigen 2-4 l/ menit pada DBD syok.
- Koreksi asidosi metabolik dan elektrolit pada DBD syok.
- Indikasi pemberian darah.
17
- Plasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi gangguan koagul
opati atau koagulasi intravascular deiminata (KID) pada syok berat yang menimbul
kan pendarahan masif.
- Pemberian transfuse suspense trombosit pada KID harus selalu disertai plasma seg
ar (berisi faktor koagulasi yang diperlukan) untuk mencegah pendarah hebat.
3. Ensefalopati Dengue
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak dan alkalosis, maka bila syok tela
h teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan
harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan Na
Cl (0,9%) : glukosa (5%) = 3 : 1.
1. Cairan tidak diberikan dalam dosis penuh, cukup 3/4-4/5 dosis untuk mencegah ter
jadinya atau memberatnya edema otak selama fase pemulihan dari syok.
4. Jika terdapat peningkatan hematokrit dan kebocoran plasma berat dapat diberi cair
an koloid.
18
a. Berikan laktulosa 5-10 ml setiap enam jam untuk induksi diare osmotik.
b. Antibiotik lokal untuk flora usus tidak perlu jika telah diberi antibiotik sistemik.
9. Mempertahankan gula darah pada kadar 80-100 mg/dL. Infus glukosa direkomend
asikan 4-6 mg/kg/jam.
11. Vitamin K1 intravena 3 mg untuk <1 tahun, 5 mg <5 tahun, dan 10 mg untuk >5 t
ahun.
12. Dapat diberikan fenobarbital, fenitoin, dan diazepam intravena untuk mengontrol
kejang.
13. Transfusi darah yang dianjurkan adalah dengan packed red cells (PRC). Transfusi
trombosit, fresh frozen plasma dapat menyebabkan overload cairan dan meningk
atkan TIK.
14. Terapi empiris antibiotik dapat diberikan jika ada dugaan infeksi bakteri.
15. H2-blockers atau proton pump inhibitor dapat diberikan untuk mencegah perdara
han gastrointestinal.
19
Tanggal Pemberian
No Nama Obat dan Dosis Regimen
10/4 11/4 12/4 13/4 14/4 15/4 16/4 17/4 18/4 19/4 20/4
BAB III
ANALISIS FARMAKOTERAPI-DRP
20
3.2. Lembar Pengkajian Obat (LPO)
21
No. Nama Obat Aturan Pakai Dosis Sesuai Literatur Komentar
1. Asam Folat 1 x 1 mg Usia > 4 tahun, dosis : 0,5 - 1 Dosis sesuai
Tablet mg / hari rute IV, IM, SC dan dengan literatur
1 Hari = 1 mg
Oral.
Tanggal 20/4-
Untuk pasien dengan infeksi
2019 dosis
kronik dan metabolik disorder
ditingkatkan
dosis dapat ditingkatkan menjadi
1 x 5 mg 5 mg / hari (Shann, 2017).
1 Hari = 5 mg
2. Encephabol 1 x 10 cc Anak usia < 6 tahun : 2,5 - 10 Dosis sesuai
Liquid mL/hari, 6 -15 tahun 5 mL dengan literatur
1 Hari = 10 cc
3x/hr, dewasa 10 mL 3x/hr
(Tiap 5 mL (MIMS, 2019).
sirup,
Dewasa 300 - 600 mg /hr dalam
mengandung
3 dosis, Anak-anak 150 -300
100 mg
mg/hr dalam 3 dosis, Bayi 2,5 -
piritinol).
5 mL 1 - 3 x sehari
(Medicineindia.org, 2019).
3. Codein Pulv 3 x 10 mg Untuk batuk 2-5 tahun 1 mg / Dosis sesuai
kg (dibagi dalam 4-6 jam), 6 -11 dengan literatur
Dosis sekali =
tahun 5-10 mg tiap 4-6 jam, >12
10 mg
tahun 10-20 mg tiap 4 -6 jam
Dosis sehari = (MCEVOY, 2011).
30 mg
4. Ambroxol Pulv 3 x 10 mg Dewasa dan anak >12 tahun Dosis tidak sesuai
30 mg (2 -3 x/ hr), anak 6 - 12 dengan literatur
Dosis sekali =
tahun 15 mg (2 -3 x/ hr) (Under dose)
10 mg
(PIONAS, 2019).
Dosis sehari =
30 mg
5. Ambroxol Sirup 3 x 1 cth Dewasa dan anak >12 tahun Dosis tidak sesuai
30 mg (2 -3 x/ hr), anak 6 - 12 literatur
Dosis sekali =
tahun 15 mg (2 -3 x/ hr)
15 mg (Under dose)
(PIONAS, 2019).
Dosis sehari =
45 mg
6. Metronidazole 4 x 500 mg 30 mg/kg/hari (maks 4 gr/hr) Dosis sesuai
tiap 6 jam selama 10 -14 hari literatur
Dosis sekali =
22 (MCEVOY, 2011).
500 mg
Perhitungan
Dosis sehari =
3.3 Lembar Identifikasi Obat
No Tgl
Jenis Obat Indikasi obat Pertimbangan Apoteker
. mulai
1 Asam Folat 10/04 Membentuk protein baru Terapi sudah sesuai indikasi,
yang akan membantu karena pasien mengalami
pembentukan sel darah merah penurunan kesadaran (defisit
dan memproduksi DNA neurologis).
sebagai dasar fondasi tubuh
membawa informasi genetik
serta digunakan sebagai
neuroprotektor.
2 Encephabol 11/04 Encephalotropik. Terapi sudah sesuai indikasi,
Meningkatkan metabolisme kerena pasien mengalami
otak dan transmisi kolinergik penurunan kesadaran.
sentral dan menormalkan
aliran darah ke otak.
3 Codein pulv 13/04 Antitusif (menekan batuk). Terapi sudah sesuai literatur
karena pasien didiagnosa
dengue ensefalopati dimana
terjadi penurunan kesadaran
yang dipengaruhi oleh adanya
tekanan intrakranial pada
serebral. Terjadinya batuk
dikhawatirkan meningkatkan
tekanan intrakranial pada
pasien yang dapat
memperburuk kondisi pasien.
4 Ambroxol 13/04 Mukolitik Terapi sudah sesuai literatur
pulv karena pasien mengalami
23
batuk berdahak.
5 Ambroxol Syr 18/04 Mukolitik Terapi sudah sesuai literatur
karena batuk pasien sudah
mulai berkurang, tetapi masih
ada sekret. Digunakan sebagai
pengganti obat batuk puyer.
6 Metronidazole 13/04 Pengobatan untuk koinfeksi Terapi sudah sesuai literatur
tab dan komorbiditas karena pasien didiagnosa
ensefalopati, disebabkan oleh
koinfeksi dan komorbiditas.
7 IVFD Dex 5 10/4 Balans cairan Terapi untuk maintanace
% : cairan tubuh pasien untuk
NaCl 0.9 % mengatasi syok.
24
>7 hari). beberapa antibiotika.
12 Inj Transamin 10/04 Antifibrinolitik, untuk Terapi sudah sesuai literatur,
mengatasi pendarahan karena pasien mengalami
trhombositopenia dan NGT
berwarna kehitaman
13 Neo K 11/04 Pengobatan pendarahan Terapi sudah sesuai literatur
karena, pasien mengalami
trhombositopenia
14 PCT Infus 10/04 Menormalkan suhu tubuh Terapi sudah sesuai literatur,
karenan pasien mengalami
demam
15 Inj Diazepam 16/04 Obat kejang dan obat Terapi sesuai literatur, kerana
penenang pasien gelisah dan delirium,
sehingga istirahat pasien
terganggu.
25
3.4 . Lembar Monitoring Rencana Pelayanan Kefarmasian
Kode Masalah :
1. Indikasi 6. Rute Pemberian 12. Stabilitas Sediaan Injeksi
26
a. Tidak ada indikasi 7. Lama Pemberian 13. Sterilitas Sediaan Injeksi
b. Ada indikasi, tidak ada 8. Interaksi Obat 14.Kompatibilitas Obat
terapi.
c. Kontra Indikasi a. Obat 15. Ketersediaan Obat/Kegagalan
Mendapatkan Obat
2. Pemilihan Obat b. Makanan/Minuman 16. Kepatuhan
3. Dosis Obat c. Hasil Lab 17. Duplikasi Terapi
a. Kelebihan (over dose) 9. ESO/ADR/Alergi
b. Kekurangan (under
dose)
4. Interval pemberian 10. Ketidaksesuaian RM dengan:
a. Resep
b. Buku Injeksi
5. Cara/Waktu Pemberian 11. Kesalahan Penulisan Resep
27
3.5 Lembar Rencana Pelayanan Kefarmasian
EFEK AKHIR
TUJUAN TERAPI PARAMATER YANG FREKUENSI
OBAT
OBAT MONITORING DIINGINKA MONITORING
N
Membentuk protein Asam Folat Kesadaran Pasien sadar Monitoring tiap
baru yang akan pasien, kadar sepenuhnya. hari.
membantu hematokrit,
pembentukan sel trombosit.
darah merah dan
memproduksi DNA
sebagai dasar
fondasi tubuh
membawa informasi
genetik serta
digunakan sebagai
neuroprotektor.
Encephalotropik. Encepabol Tingkat Paseien sadar Monitoring setiap
Meningkatkan kesadaran pasien sepenuhnya. hari.
metabolisme otak
dan transmisi
kolinergik sentral
dan menormalkan
aliran darah ke otak.
Untuk menekan Codein pulv Batuk Frekuensi Monitoring setiap
batuk pada pasien. batuk hari
berkurang
Mengencerkan Ambroxol Sekret Sekret keluar Monitoring setiap
sekret/dahak pulv hari
28
Mengencerkan Ambroxol Syr Sekret Sekret keluar Monitoring setiap
sekret/dahak hari
Membunuh bakteri Metronidazole Melihat Kemajuan Monitoring setiap
tab perbaikan / kondisi pasien. hari
kemajuan pasien
Balans cairan IVFD Dex 5 Cairan masuk Terjadinya Monitoring setiap
% : dan cairan keluar keseimbangan hari
NaCl 0.9 % cairan, syok
pasien teratasi
29
3.6 Lembar Monitoring Efek Samping
Cara Evaluasi
No
Nama Obat Manifestasi ESO Mengatasi
. Tanggal Uraian
ESO
1. Infus Paracetamol Kerusakan hati Diberikan bila 10/04 Pantau suhu
demam tubuh
2. Dexametason Penghentian tiba- Lakukan 10/04 Dosis,
tiba penurun dosis interval
menyebabkan secara tapering pemberian,
Insufiensi adrenal off lama
akut. penggunaan.
Penekanan sistem
imun.
Moonface
30
3.7 Lembar Konseling
31
Metronidazole Injeksi metronidazole diberikan 4 x 500 mg melalui
iv selama 3 hari, kemudian obat dilanjutkan secara
peroral diminum empat kali sehari (tiap 6 jam)
setelah makan untuk mencegah terjadinya resistensi
terhadap antibiotik.
Flukonazol Injeksi flukonazol diberikan 1 x 360 mg / hari secara
teratur setiap jam yang sama setiap harinya untuk
mencegah terjadinya resistensi, obat diberikan
selama 7 hari.
Transamin Injeksi transamin diberikan 2 x sehari secara teratur
untuk mengatasi terjadinya pendarahan.
IVFD D 5% : NaCl 0.9 % Cairan infus Dextrose 5 % dan NaCl 0.9 % diberikan
kepada pasien untuk mengatasi kehilangan cairan
plasma.
32
3.8 Tinjauan Farmakologi Obat
33
No. Jenis Obat Tanggal Tinjauan
Mulai
1 Asam Folat 10/04 KOMPOSISI :
Asam folat 1 mg
INDIKASI :
Membentuk protein baru yang akan membantu
pembentukan sel darah merah dan memproduksi
DNA sebagai dasar fondasi tubuh membawa
informasi genetik serta digunakan sebagai
neuroprotektor.
KONTRAINDIKASI :
Hipersensitifitas.
DOSIS :
Usia >4 tahun dosis : 0,5 – 1 mg/ hari untuk pasien
infeksi kronik dan metabolic disorder dosis dapat di
tingkatkan menjadi 5mg/ hari (Shann, 2017)
PERHATIAN:
Hipersensitif
EFEK SAMPING:
Sesak napas, malaise, eritema
2 Encephabol 11/04 KOMPOSISI :
Setiap tablet dan 5 ml sirup encephabol
mengandung 100 mg piritinol.
INDIKASI :
Untuk menigkatkan fungsi kognitif yang
mengalami penurunan fungsi kognitif akibat
adanya trauma pada otak seperti pendarahan otak
stroke.
KONTRAINDIKASI :
Hipersensitif terhadap pyritinol, gangguan fungsi
hati parah, penyakit ginjal, penyakit autoimun.
DOSIS :
Anak usia < 6 tahun : 2,5 - 10 mL/hari, 6 -15
tahun 5 mL 3x/hr, dewasa 10 mL 3x/hr (MIMS,
2019).
35
(MCEVOY, 2011). Pasien dengan berat 53 kg = 3 -12 mg/kg/hr x 53 kg = 159 - 626 mg
sekali sehari.
Pasien diberikan codein dan ambroksol dikarenakan pasien mengalami batuk
berdahak. Codein diberikan karena pasien didiagnosa dengue ensefalopati dimana
terjadi penurunan kesadaran yang dipengaruhi oleh adanya tekanan intrakranial pada
serebral. Terjadinya batuk dikhawatirkan meningkatkan tekanan intrakranial pada pasien
yang dapat memperburuk kondisi pasien. Dosis codein untuk anak >12 tahun yaitu 10-
20 mg tiap 4 -6 jam (MCEVOY, 2011). Dosis ambroksol untuk anak >12 tahun yaitu 30
mg (2 -3 x/ hr), anak 6 - 12 tahun 15 mg (2 -3 x/ hr) (PIONAS, 2019). Namun dosis
ambroksol yang diberikan pada pasien hanya 10 mg.
Pasien diberikan asam folat untuk membentuk protein baru yang akan membantu
pembentukan sel darah merah dan memproduksi DNA sebagai dasar fondasi tubuh
membawa informasi genetik serta digunakan sebagai neuroprotektor.. Berdasarkan
literatur dosis asam folat untuk usia > 4 tahun: 0,5 - 1 mg / hari rute IV, IM, SC dan
Oral. Untuk pasien dengan infeksi kronik dan metabolik disorder dosis dapat
ditingkatkan menjadi 5 mg / hari (Shann, 2017).
Pasien diberikan injeksi dexametason dengan dosis 15 mg/hari untuk
mengurangi edema serebral. Berdasarkan literatur dosis dexametason IV atau IM : 0,5 -
24 mg sehari tergantung dari keparahan penyakit dan respon pasien (MCEVOY, 2011).
Pasien mendapatkan Injeksi transamin 1 g/hari dan neo K 10 mg/hari untuk
mencegah terjadinya pendarahan karena pasien mengalami trombositopenia.
Berdasarkan literatur dosis transamin yaitu 10 - 25 mg/kg tiap 8-12 jam (Shann, 2017).
Pasien dengan berat 53 kg = 10 -25 mg/kg x 53 kg = 530 - 1.325 mg. Berdasarkan
literatur dosis neo K yaitu 0,3 mg /kg (max 10 mg) dalam 1 hari (Shann, 2017). Pasien
dengan berat 53 kg = 0,3 mg/kg x 53 kg = 15,9 mg (max 10 mg).
Pasien mendapat encephabol dosis 10 ml/hari (Tiap 5 mL sirup, mengandung
100 mg piritinol) untuk meningkatkan metabolisme otak dan transmisi kolinergik
sentral dan menormalkan aliran darah ke otak, kerena pasien mengalami penurunan
kesadaran. Berdasarkan literatur dosis encephabol untuk anak-anak yaitu 150 -300
mg/hr (Medicineindia.org, 2019).
Pemberian diazepam pada pasien dengan dosis 10 mg/hari sesuai dengan dosis
literatur yaitu 0,04 -0,2 mg/kg dapat diulangi dalam 3-4 jam, total dosis tidak boleh
melebihi 0,6 mg/kg (MCEVOY, 2011). Pasien dengan berat 53 kg = 0,04 - 0,2 mg/kg x
36
53 kg = 2,12 -10,6 mg. Dalam kasus ini pasiendiberikan diazepam karena pasien gelisah
dan delirium, sehingga istirahat pasien terganggu.
37
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Tidak terdapat interaksi antara obat-obat yang diberikan
2. Obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi, namun ada beberapa obat yang
masih perlu penyesuaian dosis.
3. Dosis obat yang diberikan ada yang tidak sesuai dengan literatur, yaitu :
ambroksol sirup
ambroksol pulv
4.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
39