Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN HASIL DISKUSI

PROBLEM BASED LEARNING

PBL BLOK KLINIK

SKENARIO “TERAPINYA APA YA?”

MINGGU KE-2

TANGGAL 26 OKTOBER-1 NOVEMBER 2021

Group B

INA LORENTA (195070300111039)


ANNISA ZAHRA ZAHIRAH (195070300111001)
PUTRI SALWA AZ-ZAHRA ALWI (195070301111024)
FEBIANA RIZKA PRITASARI (195070300111009)
MUTIARA AYU ADINTA PUTRI (195070301111014)
ONIVIA INTAN TRI WANDANI (195070300111015)
NAUFAL VUTRA HERYANTO (195070300111041)
FANIA NUR AINI (195070301111006)
DIANDRA ARINTYA RIDZANTIKA (195070301111025)
LAILY MAGFIROH (195070300111003)
DELIANA DAYANG NATALIA (195070307111015)
AFRIJA IZATUL MUTTAQI (205070309111016)
ZULHADIMAN (205070309111023)
RISMA WIJI UTAMI (205070309111022)
Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang

Tahun 2021

1
DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................................................... 2


Bab I Isi ............................................................................................................................................................. 3
A. Kompetensi Yang Akan Dicapai.............................................................................................................. 3
B. Skenario ................................................................................................................................................ 3
C. Daftar Unclear Terms ............................................................................................................................ 6
D. Daftar Cues ........................................................................................................................................... 8
E. Daftar Learning Objective ...................................................................................................................... 8
F. Hasil Brainstorming ............................................................................................................................... 8
G. Hipotesis ............................................................................................................................................. 13
H. Pembahasan Learning Objective.......................................................................................................... 14
Bab II Kegiatan Skill’s Laboratorium ................................................................................................................ 32
A. Waktu Pelaksanaan ............................................................................................................................. 32
B. Penugasan........................................................................................................................................... 32
C. Hasil .................................................................................................................................................... 32
Bab III Kesimpulan Dan Rekomendasi.............................................................................................................. 39
Bab IV Daftar Pustaka ..................................................................................................................................... 40
Bab V Tim Penyusun ....................................................................................................................................... 42

2
BAB I ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI


1. Mengetahui tujuan proses asuhan gizi
2. Mengetahui patofisiologi, etiologi, sign and symptomps dari leukemia dan gizi buruk serta hubungan
leukimia dan gizi buruk
3. Mengetahui proses asuhan gizi
4. Dapat mengidentifikasi masalah pasien yang mengalami leukima dan gizi buruk
5. Dapat mendiagnosis gizi pasien yang mengalami leukima dan gizi buruk
6. Dapat memberi intervensi gizi dan edukasi pasien yang mengalami leukima dan gizi buruk
7. Dapat memonitoring dan mengevaluasi pasien yang mengalami leukima dan gizi buruk
B. SKENARIO

“Terapinya Apa Ya?”

Pasien anak laki-laki, 6 th 5 bln, BB 19,2 kg, TB 112 cm, LILA 15 cm, dirawat inap tanggal 20 Juni 2021 dengan
keluhan keluar darah dari hidung sebelah kiri sejak 4 jam sebelum masuk RS dan perut terasa membesar
dan nyeri sejak 4 bulan terakhir. Pasien akan menjalani kemoterapi yang pertama. Diagnosa medis pasien
adalah Leukemia dan Gizi Buruk. Pasien diberikan tranfusi PRC (packed red cell) 1 x 300 cc tanggal 20 Juni
2021 dan tanggal 21 Juni 2021 diberikan tranfusi TC (thrombocyte concentrates) 3 x 200 cc. Obat yang
diberikan: PO (per oral) multivitamin 1x1, PO Zink 1 x20 g, PO asam folat 1 x1 mg, Inj. Ondansetron (4 mg),
dan Infus C1:1 500 cc/hari.

Hasil Laboratorium per 20 Juni 2021


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi:
Hb 6,60 g/dL (11-17,7)
RBC 2,92 103 /μl (4-5)
WBC 101,5 103 /μl (4,0-10,3)
HCT 21,90 % (40-50)
Trombosit 26 103 /μl (142-424)
MCV 75 fL (80-93)
MCH 22,60 pg (27-31)
MCHC 30,10 g/dl (32-36)
Albumin 3,72 g/dl (3,5-5,5)
Neutrofil 4,3 % (51-67)

3
Monosit 62,7 % (2-5)
Faal Ginjal:
Ureum 16,9 mg/dl 16,6-48,5
Kreatinin 0,34 mg/dl <1,2
GDS 84 mg/dl <200
Faal Hati:
SGOT 78 U/L 0-40
SGPT 13 U/L 0-41
Elektrolit:
Natrium 140 mmol/L 136-145
Kalium 4,18 mmol/L 3,5-5,0
Klorida 104 mmol/L 98-106

Pemeriksaan Fisik-Klinis per 21 Juni 2021


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
GCS 456 456
Suhu 36,50C 36,0 o C -37,5 o C
RR 20-25x/menit 12-24/menit
Nadi 100-105x/mnt 75-105x/menit
Mual (+) muntah (-)
Nyeri abdomen (+)
Edema (-)
Dermatosis (-)
Perubahan pada rambut (-)
Iga gambang (+)
Hepatomegali (+) 1/2 – 1/2
Splenomegali (+) Schuffer 4
Ikterus (-) (-)
Sianosis (-) (-)

1. Kepala dan Leher:


Mata: konjungtiva anemis, hidung: terdapat epitaksis (mimisan), mukosa bibir kering dan yang lain
dalam batas normal
2. Thorak
a. Paru

4
inspeksi pergerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi, frekuensi napas 20-25x/menit dan
tulang iga tampak jelas (iga gambang). Palpasi: vocal fremitus simetris kanan-kiri. Perkusi: resonan.
Auskultasi: vesikular
b. Jantung
Inspeksi: pulsasi tidak terlihat, palpasi: pulsasi iktus kordis teraba di ICS 5 midclavikulka sinistra,
perkusi: dullnes, batas jantung masih dalam batas normal, auskultasi: suara jantung S1 dan S2
normal
3. Payudara dan ketiak: dalam batas normal
4. Punggung dan tulang belakang: dalam batas normal
5. Abdomen
Inspeksi: perut tampak membesar, auskultasi: bising usus 15x/menit, palpasi teraba pembesaran di
kuadran kanan dan kiri atas karena hepatosplenomegaly, perkusi: suara dullness pada kuadran kanan
dan kiri atas, bagian yang lain tympani.
6. Genetalia dan anus: dalam batas normal
7. Ekstremitas: tidak ada edema ekstremitas dan kekuatan otot normal, terdapat infus pada punggung
tangan kiri.
8. Neurologi: GCS: 456, refleks cahaya sinkron kanan dan kiri
9. Kulit dan kuku: turgor kulit normal, akral hangat, kuku normal, tidak ada sianosis, CRT (capillary refill
time) < 2 detik.

Pasien mendapatkan diet TKTP (A) biasa dan Infus C1:1 500 cc/hari, intake cairan per oral 4 gelas (kurang
lebih 700 ml). Hasil recall 24h asupan energi 811,15 kkal, protein 35 g, lemak 107,7 g, karbohidrat 28,15 g.
Hasil SQ FFQ sebagai berikut:
 Frekuensi makan utama 3x/hari, makanan selingan 2-3x/hari, makanan utama: nasi 3x/hari @1 ctg nasi
100 g, jagung manis 1 gls @50 g, kentang 2x/minggu @2 buah sedang
 Protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan tongkol 3x/minggu @1ptg, telur 1x/hari @ 1butir,
udang 2-3x/minggu @4-5 biji sedang dan daging ayam 3x/minggu @1 ptg dengan pengolahan direbus
bersama sayur sop
 Protein nabati yang sering dikonsumsi pasien adalah tahu dan tempe dengan frekuensi 1x/hari @1 ptg
sdg
 Sayuran yang sering dikonsumsi oleh pasien adalah bening bayam, sayur sop dengan wortel, kubis dan
brokoli dengan frekuensi setiap hari 3 kali makan @1 mangkok kecil
 Buah yang sering dikonsumsi pasien adalah semangka, apel dan papaya yang dikonsumsi setiap hari 1-
2x/hari sebagai snack @1 ptg sedang. Jeruk 2x/minggu @ 1 buah. Ibu menyediakan salad buah dengan
penambahan madu sebagai snack, minum sari kedelai 2x/minggu @200 ml

5
 Sebelum didiagnosis leukemia pada Januari 2021, anak sering mengonsumsi snack kemasan, chiki-
chiki, biscuit, frozen food sebagai lauk untuk bekal ke sekolah, konsumsi buah dan sayur jarang dan
lebih sedikit
 Setelah mengalami leukimia, konsumsi buah dan sayur mulai meningkat, konsumsi sayur setiap kali
makan 1 mangkok kecil, konsumsi buah meningkat dan konsumsi makanan kemasan, chiki-chiki, saus,
sosis, mulai dihindari.
 Anak diberikan ASI hingga umur 10 bulan, setelah itu diberikan susu formula, pemberian MPASI dimulai
pada saat anak berumur 6 bulan.

Data sosial ekonomi: pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara, tinggal bersama kedua orang tua dan
kedua kakaknya, orang tua bekerja sebagai pegawai pabrik. Orang tua belum pernah mendapatkan edukasi
terkait diet yang diberikan saat ini. Riwayat penyakit dahulu: pasien lahir cukup bulan dengan BB lahir 3300
g. Saat hamil, ibu rutin memeriksakan kehamilan di posyandu. Hasil USG selama hamil baik. Keluhan saat
hamil yaitu mual muntah pada saat bulan pertama hingga bulan ke-4. Pasien telah mendapatkan imuniasasi
lengkap. Riwayat sakit yang sering dialami pasien adalah typhus dan demam berdarah. Ayah pasien
merupakan perokok. Kakek memilki riwayat penyakit kanker. Nutrisionis dan Ners diharapkan mampu
merencanakan dan mendokumentasikan asuhan gizi dan asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien.

C. DAFTAR UNCLEAR TERMS


NO UNCLEAR TERMS DEFINISI
1. Konjungtiva anemis Konjungtiva anemis merupakan kondisi ketika bagian lekukan
pada mata yang umumnya berwarna kemerahan berubah menjadi
pucat disebabkan karena adanya penurunan eritrosit dan
penurunan hemoglobin darah (Qalbi dkk.,2014 ; Pramono,2015)
2. Transfusi PRC Tranfusi PRC (Packed Red Cell) merupakan salah satu terapi
pendukung yang sering digunakan pada penyakit anak dengan
keganasan berupa proses pemasukan PRC yang memiliki
komponen hematokrit sekitar 65-70% dengan tujuan untuk
menggantikan atau memulihkan kapasitas darah pengangkut
oksigen (Purwanto et al, 2017, Viveronika, dkk 2017, dan Asryani
dkk,2018)
3. Transfusi TC Transfusi TC (Trombocyte Concentrate) merupakan pemasukan
komponen darah berupa trombosit konsentrat sebagai upaya
mengurangi risiko pendarahan spontan pada pasien
trombositopenia setelah mengalami kemoterapi atau

6
hematopoietic progenitor-cell transplantation, demam berdarah,
dan anemia diberikan pada pasien dengan kadar trombosit
<20.000 U/L (Titania, 2021, Mentari, 2020, dan Maharani et al,
2018)
4. Midclavikula sisnistra Midclavikula sinistra adalah suatu tulang melengkung menyerupai
huruf F yang membentuk persendian dengan sternum dan skapula
pada daerah auskultasi bunyi jantung atau katup mitralis dan
terletak pada bagian kiri tubuh (Company W, 2000 dan Blok
Konsep Dasar Keperawatan)
5. Kemoterapi Pengobatan penyakit menggunakan zat - zat kimiawi
(Dorland,2010).
6. Leukemia Leukemia adalah penyakit pada organ pembentuk darah yang
ganas dan progresif, ditandai dengan penyimpangan proliferasi
dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan
sumsum tulang (Dorland,2010).
7. Gizi buruk Kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari yang terjadi
dalam waktu yang cukup lama (Sadjaja dkk, 2010)
8. Hepatomegali Pembesaran hati (Dorland,2010).
9. Splenomegali Pembesaram organ limfa (Dorland,2010).
10. Sianosis Perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan
akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam
darah (Dorland,2010).
11. Faal ginjal Perbuatan kerja alat tubuh dari salah satu dari dua organ di daerah
lumbal yang menyaring darah, mengekskresikan hasil akhir
metabolisme tubuh dalam bentuk urin, dan mengatur kadar
hidrogen, natrium, kalium, fosfat, dan ion lainnya dalam cairan
ekstraseluler (Dorland,2010).
12. Genetalia Kemaluan atau alat kelamin (Kemendikbud, 2016).
13. Pulsasi ictus cordis Pulsasi ictus cordis merupakan denyutan atau detakan berirama
pada jantung yang biasamya ditemui pada kondisi kejang, pukulan,
stroke, atau serangan jantung mendadak (Dorland,2010).
14. Ondansetron Ondansetron merupakan antagonis reseptor serotonin yang
digunakan sebagai basa atau garam hidroklorida sebagai anti
emetik (Dorland,2010).

7
D. DAFTAR CUES
Nutrisionis dan perawat mampu merencanakan, memberikan,dan mendokumentasikan asuhan gizi
secara tepat untuk pasien anak dengan diagnosa medis leukimia dan gizi buruk untuk mencapai
kesembuhan pasien yang optimal.
E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE
1. Tujuan proses asuhan gizi
2. Patofisiologi, etiologi, dan sign symptoms untuk anak dengan penyakit leukemia dan gizi buruk
3. Proses asuhan gizi terstandar untuk pasien secara umum
4. Identifikasi masalah pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk (meliputi data
antropometri, biokimia, fisik klinis, dietary,ekologi, dan farmakologi)
5. Diagnosa gizi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk
6. Intervensi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk (meliputi intervensi gizi,
intervensi edukasi, dan intervensi kolaborasi)
7. Monitoring dan evaluasi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk
F. HASIL BRAINSTORMING
1. Unclear Term
a. Kemoterapi:
Pengobatan penyakit menggunakan zat - zat kimiawi (Dorland, 2002)
b. Diagnosa medis
Penentuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya dalam bidang kedokteran
(Kemendikbud, 2020)
c. Leukimia
Penyakit pada organ pembentuk darah yang ganas dan progresif, ditandai dengan penyimpangan
proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam darah dan sumsum tulang(Dorland,
2002)
d. Ondansetron
Ondansetron merupakan antagonis reseptor serotonin yang digunakan sebagai basa atau garam
hidroklorida sebagai anti emetic (Dorland, 2002)
e. Gizi buruk
Kurang Gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari
makanan sehari-hari yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. (persagi, 2010)
f. Konjungtiva anemis
Selaput lender yang menutupi kelopak mata, melipat kembali pada bola mata, dan menutupi
permukaan depan bola mata (Dorland, 2002)
g. Hepatomegali
Pembesaran hati (Dorland, 2002)
8
h. Tranfusi PRC
Tranfusi : merupakan pemasukan darah atau obat dan sebagiainya kepada orang yang
membutuhkan (Kemendikbud, 2020), PRC : tranfusi/penambahan sel darah merah untuk
mengobati anemia
i. Tranfusi TC
Transfusi untuk menaikkan trombosit (Kemendikbud, 2020)
j. Sianosis
Perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat konsentrasi hemoglobin
tereduksi yang berlebihan dalam darah (Dorland, 2002)
k. Faal ginjal
faal : perbuatan kerja, perilaku, kerja alat tubuh (Kemendikbud, 2020)
Ginjal : Salah satu dari dua organ di daerah lumbal yang menyaring darah, mengekresikan hasil akhir
metabolisme tubuh dalam bentuk urin, dan mengatur kadar hidrogen, natrium, kalium, fosfat, dan
ion lainnya dalam acairan ekstraseluler (Dorland, 2002)
l. Faal ginjal
Perbuatan kerja alat tubuh dari salah satu dari dua organ di daerah lumbal yang menyaring darah,
mengekskresikan hasil akhir metabolisme tubuh dalam bentuk urin, dan mengatur kadar hidrogen,
natrium, kalium, fosfat, dan ion lainnya dalam acairan ekstraseluler (Dorland, 2002)
m. Spleno megali
Spleno adalah unsur kata splain yang berarti limfa, megali adalah pembesar organ limfa (Dorland,
2002)
n. Genetalia
Kemaluan alat kelamin (Dorland, 2002)
o. Auskultasi
Mendengarkan suara di dalam tubuh untuk memastikan kondisi thoraks dalam abdomen (Dorland,
2002)
p. Pulsasi iktus kordis
Pulsasi ictus cordis merupakan denyutan atau detakan berirama pada jantung yang biasamya
ditemui pada kondisi kejang, pukulan, stroke, atau serangan jantung mendadak (Dorland, 2002)
q. midclavikulka sinistra
sinistra = bagian sebelah kiri
2. Cues
a. Nutrisionis dapat memberikan asuhan gizi yang tepat pada pasien Leukemia dan Gizi Buruk mampu
mengkaji data dan memberikan asuhan gizi
b. Ahli gizi dapat menentukan dan merencanakan asuhan gizi yang diberikan serta dapat melakukan
monitoring dan evaluasi untuk proses kesembuhan pasien

9
c. Nutrisionis dan perawat mampu merencanakan, memberikan,dan mendokumentasikan asuhan
gizi secara tepat untuk pasien anak dengan diagnosa leukimia dan gizi buruk untuk mencapai
kesembuhan pasien yang optimal
3. Problem identifivation
1. Tujuan dilakukannya proses asuhan gizi
 masalah gizi pada pasien sehingga dapat membantu kesembuhan pasien.
 Tujuan dari proses asuhan gizi untuk memberikan pelayanan gizi yang tepat dan sesuai
dengan keadaan pasien untuk membantu kesembuhan pasien yang optimal
 Bertujuan untuk membantu pasien dalam pemecahan masalah terkait fakto penyakit yang
berhubungan dengan gizi yang alami pasien
2. Memecahkan Bagimana patofisiologi, etiologi, dan signs symptoms untuk anak yang menderita
leukimia dan gizi buruk serta hubungan gizi buruk dan leukemia
a. Leukemia
 Patofisiologi : Perubahan bentuk pada sel darah merah, penyakit yang berkaitan dengan
leukosit
 Etiologi : Genetik, adanya paparan zat karsinogenik, gangguan sel darah putih, gangguan sel
darah putih terganggu sehingga produksinya berlebihan dibanding dengan produksi
eritrosit dan trombosit
 Sign siymtomps : Kehilangan bb yang tidak disengaja, badan lemas, berkeringan di malam
hari, lelah, demam tanpa sebab, memiliki eritrosit dan trombosit yang rendah
b. Gizi buruk
 Patofisiologi : adanya pola asuh dan pola makan yang salah, adanya penyakit infeksi,
seseorang yang kurang mengonsumsi makanan sehingga terjadi katabolisme/perpecahan
sehingga mengambil energi dari tubuh sehingga semakin kekurangan
 Etiologi: kekurangan energi dan protein dalam waktu lama
 Tanda gejala gizi buruk : kulit kering dan bersisik, sering sakit karena mudah terinfeksi
bakteri, mudah lelah, pertumbuhan terhambat, di bawah -3 SD, terlihat sangat kurus,
terlihat iga gambang
c. Hubungan leukimia dan gizi buruk
-
3. Bagaimana proses asuhan gizi terstandar untuk pasien (secara umum)?
 Mulai dari pasien masuk, discreening, pengajian gizi, didiagnosis gizi, diintervensi, dilakukan
monev
 Dalam pengkajian gizi/assesment gizi dituliskan data-datanya
 Setelah monev ada tulisan “berhasil/tidak berhasil” jikatidak berhasil kembali ke pengkajian
gizi

10
4. Bagaimana identifikasi masalah pasien anak yang mengalami leukemia?
Identifikasi masalah dijabarkan berdasarkan data :
A. Antropometri
BB = 19,2 kg
TB = 112 cm
LILA = 15 cm
IMT : 15,3 → gizi kurang, lila/umur : , tb/umur, bb/u, bb/tb
IMT dari anak tidak bisa. Jadi penentuannya pake tb/u, bb/u, bb/tb dan tidak menggunakan
IMT/u
Menggunakan imt/u dan z-score
Umur >5 dapat menggunakan imt/u
B. Biokimia

Hasil Laboratorium per 20 Juni 2021


Jenis Hasil Satuan Nilai Interpretasi Analisis
Pemeriksaan Rujukan

Hematologi:
Hb 6,60 g/dL (11-17,7)
RBC 2,92 103 /μl (4-5)
WBC 101,5 103 /μl (4,0-10,3)
HCT 21,90 % (40-50)
Trombosit 26 103 /μl (142-424)
MCV 75 fL (80-93)
MCH 22,60 pg (27-31)
MCHC 30,10 g/dl (32-36)
Albumin 3,72 g/dl (3,5-5,5)
Neutrofil 4,3 % (51-67)
Monosit 62,7 % (2-5)

Faal Ginjal:
Ureum 16,9 mg/dl 16,6-48,5
Kreatinin 0,34 mg/dl <1,2
GDS 84 mg/dl <200
Faal Hati:
SGOT 78 U/L 0-40
SGPT 13 U/L 0-41
Elektrolit:
Natrium 140 mmol/L 136-145
Kalium 4,18 mmol/L 3,5-5,0
Klorida 104 mmol/L 98-106
 Dituliskan yang berlebih dan kurang
 Dihubungkan keterkaitan dengan penyakit dan data biokimia yang tidak normal
C. Fisik klinis
 Yang perlu dimasukkan “mual muntah”, bagaimana kondisi nyeri abdomen pada
pasien leukimia
11
 Yang normal tidak perlu dimasukkan
D. Riwayat dietary
 Menghitung kebutuhan energi pasien terlebih dahulu
 Dicantumkan pola makan (SQ-FFQ) dan berapa kali makan
 SQ-FFQ dapat dibandingkan dengan kebutuhan gizi yang sekarang sehingga
mengetahui pola makan pasien
 Untuk melihat defisiensi dilihat dari data recall
 SQ FFQ dimasukkan
E. Ekologi (sosial ekonomi, riwayat penyakit)
 Menambahkan orangtua belum pernah mendapatkan edukasi terkait diet
 Ada riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit yang sering dialami, kondisi
lingkungan : ayah perokok
F. Farmakologi
 Riwayat pemberian obat pasien dahulu
 Efek samping terkait obat dan penyakit
 Fungsi dari obat yang pernah dikonsumsi pasien
 Interaksi obat dan makanan
5. Bagaimana diagnosa gizi pasien anak yang mengalami leukimia dan gizi buruk?
 Memberikan NI, NC, NB
 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan diagnosa pasien yang mengalami gizi buruk
 NB 1.1 kurangnya pengetahuan terkait gizi
 Peningkatan kebutuhan energi/gizi
 Perubahan nilai hasil lab terkait penyakit
 NI = Penambahan zat gizi
 Ditambahkan tanda dan gejala pada tiap NI/NC/NB serta data pendukung di tiap2 diagnosa
6. Bagaimana intervensi pasien anak yang mengalami leukimia serta apa saja bahan makanan yang
direkomendasikan, diperbolehkan, dan tidak dianjurkan untuk pasien leukimia dan gizi buruk?
a. Intervensi Gizi
 Tujuan
- Meningkatkan asupan oral
- Memperbaiki nilai biokimia melalui asupan makan
- Memperbaiki status gizi pasien
 Prinsip
Diet tinggi energi dan protein
 Syarat
- Kebutuhan energi makronutrien dan mikronutrien
12
- Fungsi pemberian
- bahan makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
- Menghindari makanan yang menimbulkan gas
- Bentuk makanan yang mudah dicerna untuk anak - anak (makanan lunak)
- Porsi kecil tetapi sering
- Frekuensi makan dan jalur pemberian (enteral, oral, parenteral)
- Susunan menu yang direkomendasikan dan dicantumkan zat gizi makro dan mikro
- Untuk menjawab diagnosa kurangnya pengetahuan terkait gizi, bisa diberikan edukasi gizi
seperti bahan makanan yang sesuai
- Kolaborasi tenaga kesehatan dalam pemberian suplementasi yang mendukung dalam masa
pertumbuhan
- Membahas garis besarnya terkait diet yang diberikan kepada pasien
b. Intervensi edukasi
- Edukasi mencakup tujuan, sasaran, waktu, metode dan media yang digunakan
- Edukasi juga dapat memberikan bahan makanan yang sesuai diberikan kepada pasien
- Kolaborasi tenaga kesehatan terkait pemberian suplementasi yang mendukung dalam masa
pertumbuhan
- Kolaborasi dengan dokter apa saja obat yang mendukung penyembuhan lebih cepat
- Kolaborasi dengan perawat yang standby 24 jam terkait proses terapi dan keadaan pasien
7. Bagaimana monitoring dan evaluasi pasien anak yang mengalami leukemia?
 Memeriksa kenaikan asupan zat besi
 Memeriksa kenaikan BB
 Melakukan pre/post test ke orang tua terkait pengetahuan
 Pemeriksaan ulang nilai biokimia
 Konsultasi lebih lanjut terkait keefektifan obat yang dikonsumsi
 monitoring asupan menggunakan metode recall 24 jam dengan target asupan 80% >contoh,
kurang lebih seperti ini jadi disertai metode serta targetnya, untuk kodenya saya lupa
mungkin bisa ditambahkan untuk yang ingat
 Target pengetahuan orang tua meningkat berapa persen

G. HIPOTESIS

13
H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Tujuan dilakukannya proses asuhan gizi

 Untuk mencukupi kebutuhan asupan makan pasien serta faktor pencegahan dan penyembuhan
suatu penyakit (Wijayanti, 2013)

14
 Untuk membantu pasien memecahkan masalah gizi pasien yang berkontribusi terhadap
ketidakseimbangan atau perubahan status gizi dengan tujuan dicapai melalui langkah - langkah
pengumpulan data, kemudian mengidentifikasi masalah dan penyebab
 Untuk pendokumentasian dan pelaporan gizi, antara lain untuk kelengkapan proses jaminan mutu
rumah sakit atau institusi serta sebagai alat komunikasi bagi tim pelyanan kesehatan, untuk bukti
pelayanan yang sudah diberikan untuk bahan akreditas nasional (Dietetika, 2018)
 Untuk memperbaiki kondisi keseimbangan gizi dengan memperhatikan faktor-faktor yang
memengaruhinya sehingga memiliki efek preventif, perlambatan, ataupun pengelolaan penyakit
(penuntun diet dan terapi gizi, 2019)
2. Patofisiologi, etiologi, dan sign symptoms untuk anak dengan penyakit leukemia dan gizi buruk
a. Gizi buruk
1) Parofisiologi
 Malnutrisi/gizi buruk adalah sebagai penurunan massa tubuh tanpa lemak dengan potensi
gangguan fungsional. Ketika di dalam tubuh terjadi ketidakseimbangan zat gizi akibat
kurangnya asupan makanan, stress muncul dalam bentuk penurunan glukosa yang berakibat
pada turunnya insulin dan peningkatan glucagon, sehingga menyebabkan sel adiposa dipecah
menjadi asam lemak bebas dan keton sebagai sumber energi. Saat keton menjadi sumber
energi utama, asam amino dilepas dari miosit dan di transfer menuju system gluconeogenesis
pada hati sehingga massa otot kurang. Degradasi otot akan memberi sinyal inflamasi pada
sitokin yang efeknya justru menghentikan perbaikan miosit. Kondisi tersebut akan berujung
pada massa otot yang terkikis habis dan terjadilah malnutrisi (Bharadwaj, et al 2016).
 Kekurangan energi dan protein, anemia zat bersi, iodium, dan kekurangan vitamin A
(alamsyah et al, 2017).
2) Etiologi
 Penyebab langsung : kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, adanya
penyakit infeksi pada anak (Octavia et al.,2017).
 Tidak langsung : ketersediaan pangan Rumah tangga, pola asuh kurang memadai, tingkat
pendidikan rendah, kemiskinan (Octavia et al., 2017).
 Penyebab yang berpengaruh: Sikap Ibu terhadap makanan yang memalui kebiasaan makan,
kebudaaan masyarakat, kepercaaan, pemilihan makanan, serta kurangnya edukasi ibu terkait
makanan dan zat gizi. Kemudian Santiasi lingkungan yang buruk sehingga menyebabkan anak
rawan infeksi dan mempengaruhi status gizi (Alamsyah, Mexitalia, dan Margawati, 2020).
3) Signs and Symptoms
 Pucat, demam, infeksi mulut (gusi berdarah), mual dan muntah (Argiles et al, 2010).
 Tanda klinis gizi buruk dapat dilihat dari pertumbuhan yang terganggu berdasarkan
terhambat/terhentinya pertumbuhan linear, terjadi penurunan LiLA, maturasi tulang
15
terhambat, rasio berat terhadap tinggi menurun, anemia ringan, aktivitas dan
perhatian yang berkurang (Liansyah, 2015).
 Gizi buruk dibagi menjadi 3 :
o Gizi buruk tanpa edema (marasmus)
a) Tampak sangat kurus hingga seperti tulang terbungkus
b) Wajah terlihat tua
c) Rewel
d) Cengeng
e) Iga gambang
f) Peut terlihat cekung
g) Kulit keriput
h) Jaringan lemak subkutis sangat sedikt
i) Disertai penyakit infeksi
j) Diare persisten
o Gizi buruk dengan edema (kwashiorkor)
a) Adanya perubahan status mental (apatis dan rewel)
b) Rambut tipis dan kemerahan seperti warna jagung
c) Wajah membulay dan terlihat sembab
d) Pembesaran hati
e) Edeman minimal pad akedua punggung hati. (sumber : Doren., 2019).
 Marasmus kwasiorkor : menunjukkan adanya tanda dan gejala kombinasi antara
marasmur kwasiorkor (Nuraini dkk., 2017).
b. Leukemia
1) Patofisiologi
 Penyakit keganasan pada jaringan hemutopietik yang ditandai dengan penggantian
elemen sumsum tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik (Dia ,Z. 2012).
 Leukemia adalah jenis gangguan pada system hematopoetik yang fatal dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfa ditandai dengan tidak terkendalinya proliferasi dari
leukosit. Jumlah besar dari sel awalnya menggumpal pada tempat asalnya dan menyebar
ke organ hematopoetik lalu berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga mengakibatkan
hematomegali dan splenomegaly (Anisa, dkk. 2017).
 Perubahan abnormal pada progenitor sel limfosit T dan B sehingga menyebabkan
pertukaran sel prekursor homopoetik normal pada sum-sum tulang belakang (Roganovic,
2013).
2) Etiologi
 Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, obesitas, dan asupan makanan.
16
 Dalam rokok terdapat zat benzene yang dapat menyebabkan leukemia. Pada anak bias
terjadi karena ibu merokok selama hamil atau kuratnya paparan rokok pada anak.
 Konsumsi alcohol juga dapat meningkatkan resiko leukemia.
 Daging yang dimasak terlalu lama pada suhu yang tinggi menyebabkan timbulnya
leukemia karena adanya sumber aminoheterosiklik dan hidrokarbon aromatic polisiklik
yang dapat menyebabkan adanya tambahan DNA.
 Obesitas karena penurunan respon imun dan peningkatan kadar leptin dapat
meningkatkan resiko leukemia.
 Jarang konsumsi sayur dapat meningkatkan resiko leukemia (Sativa, 2020).
3) Signs and Symptoms

c. Hubungannya Leukemia dan gizi buruk


 Salah satu cara penyembuhan laukemia adalah dengan kemoterapi, seangkan kemoterapi
memiliki efek samping gangguan mual muntah. Seseorang yang mual muntah akan
kehilangan selera makannya yang menyebabkan penurunan asupan makanan yang dapat
menyebabkan penurunan status gizi pasien. penurunan asupan nutrisi dalam jangka waktu
yang lama menyebabkan terjadinya gizi buruk (Waluyo dkk, 2014).
 Berdasarkan penelitian rachmawati (2014) status gizi responden penderita LLA (leukemia
limfositik akut) 60% mengalami gizi kurang, hal ini disebabkan oleh efek samping penggunaan
obat selama fase pengobatan yaitu efek gangguan saluran cerna berupa anorexia ringan,
mual, muntah, diare, stomatitis. hal ini menyebabkan penurunan status gizi pasien. selain
pengobatan LLA dapat mempengaruhi status gizi karena sel-sel kanker itu dapat mengambil
zat-zat gizi dari tubuh pasien sehingga dapat menganggu dalam mempertahankan kecukupan
gizi (Rachmawati, F.2014).
 Adanya pengobatan untuk kanker melalui kemoterapi dpt memengaruhi auspan energi yang
berdampak kepada status gizi pasien. Ketidakseimbangan merupakan hasil dr beberapa
kombinasi asupan makanan yg berkurang, perubahan metabolisme dlm tubuh
 Efek samping dari kemoterapi atau penggunaan obat pada pasien Leukemia yang dapat
menyebabkan gangguan mual muntah, anoreksia, dan perubahan metabolisme dalam tubuh,
sehingga berdampak ke arah penurunan asupan makan yang menyebabkan kepada
penurunan status gizi pasien.

3. Proses asuhan gizi terstandar untuk pasien secara umum


Menurut sumber PAGT (Kemenkes, 2013)

17
4. Identifikasi masalah pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk (meliputi data
antropometri, biokimia, fisik klinis, dietary,ekologi, dan farmakologi)
Assesment gizi pada anak yang mengalami leukimia dan gizi buruk
a) Antropometri
 BB = 19,2 kg
 TB = 112 cm
 LILA = 15 cm
 Usia = 5 thn 6 bln
 IMT/U = 15,3 kg/m2 (persentil 50 CDC, 2000 ) (status gizi baik)
 LILA/U = 83,79% → status gizi kurang (Apabila pasien hematomegali, penggunaan IMT/U
tidak valid karena dpt menambah BB, jadi menggunakan lila/u)
b. Biokimia
Jenis Pemeriksaan Hasil Keterangan
Hb 6.60 g/dl (↓) defisiensi Fe, anemia, pendarahan
RBC 2.92 103/ μl (↓) defisiensi sel darah merah, anemia,
pendarahan
WBC 101,5 103 /μl (↑) infeksi, leukimia (diandra) indikasi
gangguan sumsum tulang karena
leukimia (herawati, 2017)

18
HCT 21,90 % (↓) anemia, pendarahan karena
kerusakan
MCV 75 fL (↓) defisiensi Fe, anemia karena
penyakit kronis yang disebabkan
leukimia
MCH 22,60 pg (↓) anemia, defisiensi zat besi
MCHC 30,10 g/dl (↓) menurun pada pasien dengan
kekurangan besi, anemia mikrositik,
anemia karena piridoksin
Neutrofil 4,3 (↓) Infeksi
Monosit 62,7 (↑) Infeksi
SGOT 78 U/L (↑) gangguan terkait
hepar,(diandra) kondisi gangguan
metabolisme karena fungsi hati
 Hubungan dengan penyakit
o leukimia terjadi karena kerusakan sumsum tulang mengakibatkan sel darah yang belum
matang dilepas kedalam aliran darah, akhirnya dianggap benda asing oleh system imun
sehingga selsel darah tsb dimakan oleh system imun mengakibatkan penupukan dalam
sumsum tulang dan menyebabkan sedikit ruang tersisa untuk sel sel darah merah
berkembang dan berakibat pada penurunan kadar Hb, hematocrit, eritrosit, dan
trombosit dan terjadi peningkatan leukosit (Nurdin, 2020)
o Kadar hb, WBC, dan trombosit yang rendah berkaitan dengan kondisi leukemia pasien,
dimana sel leukemia dapat merusak produksi sel darah lainnya dan adanya proliferasi sel
blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga timbul anemia (Andyani, 2019)
c. Fisik klinis
 Tabel McLauren, et al. 1976 : total skor 2 : gizi buruk marasmus (ina)
Gejala Klinis Skor
Edema 3
Dermatosis 2
Edema + dermatosis 6
Hair change 1
Hepatomegaly 1
Serum albumin / serum total protein (g/100ml)
<100 / <3,25 7
1,00-1,49 / 3,25-3,99 6

19
1,5-1,99 / 4,00-4,74 5
4,75-2,49 / 4,75-5,49 4
2,50-2,99 / 5,50-6,24 3
3,00-3,49 / 6,25-6,99 2
3,50-3,99 / 7,00-7,74 1
>4,00 / >7,75 0
Total skor 2
Penilaian dari total skor
Skor 0-3 = marasmus 
Skor 4-8 = marasmus – kwarsiorkor
Skor 9-15 kwarsiorkor
 Pasien mengalami mual, iga gambang, hidung terdapat epitaksis (mimisan),
hepatomegali, splenomegali
a) mual : sebagai efek samping kemoterapi
b) nyeri abdomen : karena adanya pembengkakan / rasa tidak nyaman di perut karena
pembesaran limfa / hati
c) iga gambang : gejala klinis kondisi gizi buruk pasien
d) mimisan : dapat terjadi karena kelainan sistemik yang dialami pasien seperti kondisi
gizi buruk
e) hepatomegali & splenomegali : karena kondisi leukemia dan gizi buruk yang
menimbulkan terjadinya hepatomegali dan splenomegali.
 Fisik-klinis keperawatan
 RR tinggi berhubungan dgn anemia krn kekurangan Hb dimana O2 mengikat aliran
darah. jadi jika kekurangan Hb dapat beresiko ke sesak napas (ik)
 Bising usus 15x/menit : Kondisi pada kondisi pasien masih berada pada batas normal.
Menggambarkan aktivitas di usus, ketika lapar, diare dan infeksi lebih
cepat. Normalnya, udara dan cairan bergerak melalui usus, menyebabkan suara
bergemuruh/ klik pelan yang terjadi ireguler 5-35 kali per menit (ik)
d. Dietary
 Asupan gizi saat ini:
 Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi:

Rumus Scofield (Clinical Pediatric, 2017)

BMR Laki-laki Usia 3-10 tahun = (19,59 x BB) + (130,3 x TB) + 414,9

= (19,6 x 19,2) + (130,3 x 1,12) +414,9

= 376,13+145,94 +414,9

20
= 936,96 kkal

TEE = 936,96 x 1,13 x 1,6

=1694 kkal

 Energi = 1694 kkal = Defisit Tingkat Berat


 Lemak = 25% 𝑥 𝑇𝐸𝐸 = 25% 𝑥 1694 = 423,5
423,5
= 9
= 𝟒𝟕, 𝟏 𝒈𝒓𝒂𝒎 = Defisit tingkat ringan

 Protein = 2 gram / kg BB = 2 x 19,2

= 38,4 gram

=153,6 kkal = Defisit tingkat berat

 Karbohidrat = 1694 – ( 153,6 +423,5)

=1694- 577,1
1116,9
= 4
= 𝟐𝟕𝟗, 𝟐 𝒈𝒓𝒂𝒎= Defisit tingkat ringan

Berdasarkan hasil recall dan kebutuhan energi, pemenuhan energi, dan protein mengalami defisit
tingkat berat, sedangkan karbohidrat dan lemak mengalami defisit tingkat ringan.

Hasil SQ FFQ :

N
Kelompok Makanan Jenis Makanan Faktor Kategori point Estimasi Berat/h
o Konversi 3 Berat r
A Makanan berbahan pati
1 Nasi 2,8 3 x / hari 100 280,0
2 Jagung Manis 0,27 2x / minggu 50 13,3
3 Kentang 0,27 2x / minggu 210 56,0
B Sayuran
1 Bayam 2,8 3x / hari 25 70,0
2 Wortel 2,8 3x / hari 25 70,0
3 Kubis 2,8 3x / hari 25 70,0
4 Brokoli 2,8 3x / hari 25 70,0
C Buah-buahan
1 Apel 1,87 1-2 x / hari 100 186,7
2 Pepaya 1,87 1 - 2 x / hari 75 140,0
3 jeruk 0,27 2x / minggu 50 13,3
D Telur, Daging, Ikan
1 Ikan tongkol 0,4 3 x / minggu 40 16,0
2 Telur 0,93 1x per hari 60 56,0
3 Udang 0,36 2-3x/ 35 12,6
minggu
4 Ayam 0,4 3 x / minggu 40 16,0
E Kacang-kacangan
1 Tahu 0,93 1 x / hari 55 51,3
2 Tempe 0,93 1 x / hari 25 23,3

F Susu dan Hasil Olahan


1 Sari Kedelai 0,27 2 x .minggu 200 53,3
21
H Lain-lain
1 Madu 0,93 1 x per hari 30 28

22
=====================================================================
Analysis of the food record
=====================================================================
Food Amount energy carbohydr.

nasi putih 280 g 364,1 kcal 80,1 g


jagung kuning pipil baru 13,3 g 14,4 kcal 3,3 g
kentang 56 g 52,1 kcal 12,1 g

Meal analysis: energy 430,5 kcal (37 %), carbohydrate 95,5 g (53 %)

bayam segar 70 g 25,9 kcal 5,1 g


Carrot fresh 70 g 18,1 kcal 3,4 g
White cabbage fresh 70 g 17,4 kcal 2,9 g
Broccoli fresh cooked 70 g 16,2 kcal 1,3 g

Meal analysis: energy 77,6 kcal (7 %), carbohydrate 12,7 g (7 %)

apel 186,7 g 110,2 kcal 28,6 g


pepaya 140 g 54,5 kcal 13,7 g
jeruk manis 13,3 g 6,3 kcal 1,6 g

Meal analysis: energy 171,0 kcal (15 %), carbohydrate 43,9 g (24 %)

ikan tongkol 16 g 17,7 kcal 0,0 g


telur ayam 56 g 86,9 kcal 0,6 g
udang segar 12,6 g 10,0 kcal 0,0 g
daging ayam 16 g 45,6 kcal 0,0 g

Meal analysis: energy 160,2 kcal (14 %), carbohydrate 0,6 g (0 %)

tahu 51,3 g 39,0 kcal 1,0 g


tempe kedele murni 23,3 g 46,4 kcal 4,0 g

Meal analysis: energy 85,4 kcal (7 %), carbohydrate 4,9 g (3 %)

Soya ban milk liquid 100 g 152,2 kcal 0,2 g

Meal analysis: energy 152,2 kcal (13 %), carbohydrate 0,2 g (0 %)

madu 28 g 85,1 kcal 23,1 g

Meal analysis: energy 85,1 kcal (7 %), carbohydrate 23,1 g (13 %)

=====================================================================
Result
=====================================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment

energy 1162,0 kcal 1694 kcal 69%

23
protein 57,8 g 38,4 g 151%
fat 25,6 g 47,1 g 54%
carbohydr. 180,9 g 279,2 g 65%

 Riwayat makan terdahulu :


 Pasien suka mengonsumsi snack kemasan, chiki-chikian, frozen food, dan jarang
mengonsumsi sayur dan buah
 Hasil perhitungan SQFFQ

Energi = 1090,8 kkal : berat

Protein = 43 g : berlebih

Lemak = 25,6 g : berat

Karbohidrat = 174 g : berat

 Pola makan sudah baik, namun belum seimbang


e. Data Ekologi
 Sosial ekonomi : Orang tua belum pernah mendapat edukasi diet
 Riwayat penyakit dahulu : thyfus, demam berdarah
 Riwayat penyakit saat ini : leukimia dan gizi buruk
 Riwayat keluarga : penyakit kanker
 Ayah seorang perokok
f. Data Farmakologi:
 Multivitamin 1x1 :
1. Fe (Zat Besi)
- Fungsi : Membantu interaksi peresapan protein bagi penderita anemia.
- Interaksi Obat dan Makanan:
a) Vitamin C dapat meningkatkan absorbs dan metabolisme zat besi non-heme
(Pradanti, dkk., 2015).
b) Teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral (termasuk zat besi) karena
memiliki senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan ternyata telah
mengalami oksidasi, sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca
sehingga penyerapan zat besi berkurang (Marina, Indiasari, dan Jafar, 2015).
c) Asam fitat dan faktor lain di dalam serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran
menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga
mempersulit penyerapannya. Salah satu contohnya adalah kedelai, dan kulit padi-
padian (Marina, Indiasari, dan Jafar, 2015).

24
- Efek samping: Heartburn, mual, muntah, diare, pusing, dan konstipasi (Amanah,
Judistiani, dan Rohmawaty, 2019).
2. Zinc : Memperbaiki pertumbuhan pasien dan meningkatkan asupan pasien agar adekuat.
- Efek samping = Menggangu absorbsi mineral lain, demam, nyeri tenggorokan,
sariawan dan kelelahan
- Interaksi Obat dan Makanan = Phytate, susu, roti dapat menurunkan absorbs zinc
(Perhimpunan Gastrohepatologi & Nutrisi Anak Indonesia, 2017)
3. Asam folat : Meningkatkan hb, membantu pembentukan eritrosit.
- Efek samping : Gangguan spektrum dan autism.
- Interaksi Obat dan Makanan = Interaksi dgn fenitoin akan menurunkan kadar asam
folat, isoniazid dpt meningkatkan asam folat (Yeni, 2000)
4. Ondansetron : Obat pencegah mual muntah akibat kemoterapi, sebagai anti emetic.
- Efek samping = Meningkatkan efek antiemetic dari ondansentron (Alifiar, 2016)
- Interaksi Obat dan Makanan = Adanya makanan dalam saluran cerna dapat
meningkatkan ketersediaan hayati dari ondansentron.
5. Vitamin B12
- Fungsi: Untuk mengubah asam folat menjadi bentuk aktifnya (muwakhidah, 2009)
6. Transfusi PRC
- Indikasi : Pasien leukemia dengan kadar Hb <7,0 g/dL, terutama pada keadaan pasien
jika ada kondisi anemia akut disamping leukemia. Atau transfusi PRC juga dapat
dilakukan pada kadar Hb 7,0-10,0 g/dL, apapabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia
yang bermakna secara klinis dan laboratorium (Wahidiyat & Adnani, 2017)
7. Infus : berisi dextrose dan normasaline biasanya ditemukan pada pasien yang dirawat
yang diberikan untuk pasien yang mengalami kekurangan elektrolit. Magnesium klorida,
glukosa yang digunakan untuk menghidrasi tubuh, membantu keseimbangan elektrolit.
8. Cairan kristaloid ini mengandung natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat,
kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa yang biasanyadigunakan untuk
menghidrasi tubuh, sebagai cairan resusitasi, mengembalikan keseimbangan elektrolit,
dan juga mengembalikan pH. (Kemenkes, 2020)
5. Diagnosa gizi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk
- NI-1.1 Peningkatan kebutuhan energi
Berkaitan dengan adanya penyakit leukemia ditandai dengan status gizi kurang menurut LILA/U
(83,79%), hasil recall energi rendah, serta adanya tanda fisik klinis gizi buruk yaitu hepatomegali
dan iga gambang.
- NI 2.1 Asupan makan dan minuman per oral tidak adekuat
Berkaitan dengan adanya kondisi mual ditandai degan data 24h-recall asupan pasien yang defisit
25
- NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Protein)
Berkaitan berkaitan dengan pasien memiliki status gizi kurang dan menjalani proses pengobatan
kemoterapi yg membutuhan tinggi energi dan protein
- NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
Perubahan data biokimia WBC (White Blood Cell) yang berkaitan dengan gangguan hematologi
yang ditandai dengan peningkatan kadar leukosit seta kondisi nyeri abdomen, hepatomegali, dan
splenomegali
- NB 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan
Berkaitan dengan pasien sering mengonsumsi snack kemasan, frozen food, kurang konsumsi
buah dan sayur pada bekal sekolah ditandai dengan kurangnya pengetahuan orang tua terkait
pemberian makan dan belum pernah mendapat edukasi diet yang diberikan pada pasien
sebelumnya.
6. Intervensi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk (meliputi intervensi gizi,
intervensi edukasi, dan intervensi kolaborasi)
1) ND – 1.1 Makanan utama dan Snack
Pemberian diet TETP bentuk makanan lunak dengan porsi kecil tetapi sering dan diberkan secara
oral
a) Tujuan :
 Untuk membantu mempertahankan status gizi agar optimal
 Untuk menormalkan kadar Hb, MCH, MCHC
 meningkatkan asupan makanan dan minuman dan menyediakan makanan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki status gizi dan membantu upaya medis dalam mencegah
komplikasi (Penuntun Diet dan Terapi Gizi)
b) Prinsip diet
 Diet kanker Tinggi Energi Tinggi Protein
 Porsi kecil tetapi sering
c) Syarat
 Energi yang diberikan cukup sesuai perhitungan yaitu 1694 kkal untuk memenuhi
kebutuhan pasien
 Karbohidrat diberikan sebesar 279,2 g yang merupakan sisa dari protein dan lemak
(Sunardo, 2019)
 Protein diberikan tinggi 2gr/kgBB/hari yaitu 38,4 g dan diutamakan sumber biologis
tinggi
 Lemak diberikan 25% dari total kebutuhan energi yaitu 47,1 g dan diutamakan asam
lemak esensial yang mengandung omega 3
 Memberikan bahan makanan mengandung vitamin C sesuai dengan kebutuhan yaitu 45
mg untuk membantu penyerapan fe, dan menurunkan produksi natrosamin (zat pemicu
kanker) (Aina dan Suprayogi, 2011) (Damayanti, 2017).
 Memberikan bahan makanan mengandung vitamin B6 sesuai kebutuhan yaitu 3 mg dan
vitamin B12 sebanyak 4 mcg untuk meningkatkan metabolisme protein (Sunardo, 2019)

26
 Memberikan bahan makanan mengandung vitamin B9 (asam folat) sesuai kebutuhan
yaitu 200 mcg/hari untuk meningkatkan kadar Hb dan pembentukan eritrosit. Bahan
makanan yang mengandung asam folat yaitu brokoli, bayam, dan kacang-kacangan.
 Memberikan bahan makanan yang mengandung zat besi sesuai dengan kebutuhan yaitu
8 mg/hari untuk membantu proses pembentukan eritrosit. Bahan makanan yang
mengandung zat besi yaitu ikan dan daging merah
 Cairan ditambahkan 1 ml/1 kkal yaitu 1694 ml
 Memberikan bahan makanan yang mengandung zinc sesuai dengan kebutuhan yaitu 5
mg/hari untuk membantu pembentukan Hb. Bahan makanan yang mengandung zinc
yaitu jamur, sayuran hijau dan kacang polong
d) Bahan makanan yang dianjurkan :
 KH kompleks : kentang, nasi merah, talas, ubi, havermout, pasta
 Lemak : olive oil, alpukat
 Protein hewani : keju, susu, ikan dan telur (maks 3 butir)
 Protein nabati : kacang-kacangan dan olahannya seperti tahu dan tempe
 Buah : apel, pepaya, pisang, jeruk manis, lemon, stroberi, kurma
 Sayur : semua jenis sayuran kecuali bit, kol, labu, lobak, pare, pepaya muda, rebung,
terong, ketimun, bayam bit, buncis, selada, jagung muda, kacang panjang, daun katuk,
kembang kol, brokoli (ASDI, 2019)
e) Bahan makanan yang tidak diperbolehkan
 Hindari pengolahan pembakaran atau pengolahan suhu tinggi karena memicu
terbentuknya benzopyrene yang merupakan zat karsinogenik, yaitu ayam bakar, daging
bakar, dll (Doren, 2019 dan Kusumawardani, 1996)
 Bumbu tajam dan merangsang misalnya cabai
 Makanan asam dan asin (tinggi natrium)
 Makanan yg diawetkan

27
f) Menu Sehari

Berat Energi Lemak Protein


Waktu Menu Bahan Makanan KH (g) Vit C Vit B6 Vit B9 Zat Besi Zn
(g) (kkal) (g) (g)
Makan Nasi putih Nasi putih 100 175 40 0 4 0 0 0 1 0,6
pagi Tumis daging Daging 35 75 0 5 7 0 0 0,6 2,6 0,6
brokoli Brokoli 12.5 6.25 2.5 0.7 0 5,3 0 2,1 3,3 0,8
Margarin 5 50 0 5 0 0 0,1 0 2 0
Bawang bombay 12.5 12.5 2.5 0 0 0 0 0 4 0
Buah potong Semangka 80 25 6 0 0 0,6 0 0 1 0
Snack pagi Roti gandum Roti gandum 50 134 24 2.1 0.7 10,7 3 2,3 400 0,2
panggang dan Margarin 5 50 0 5 0 0 1,2 0 2 0,1
susu skim Susu skim 200 75 10 0 7 8,2 95 1 470 300
Sub total 500 602,75 85 17,8 18,7
Makan Nasi putih Nasi putih 100 175 40 0 4 0,3 0 0 1 0,1
siang Telur kentang Telur ayam 55 75 0 5 3 70
balado Kentang 105 87.5 20 0 2 0 0 0 22 0,6
Minyak kelapa 5 50 0 5 0 0,6 0 1 0 1
sawit
Oseng-oseng Tempe 25 37.5 3.5 1.5 1.5 0 0 0 9 0
tempe labu siam Labu siam 12.5 6.25 5 0 1 0 0 0 2 0
Margarin 5 50 0 5 0 0 20 2 2 0,4
Jus jambu biji Jambu biji 100 50 12 0 0 0 9 18 0 1

28
Gula 5 50 12 0 0 0 10 0 1 0,2
Snack sore Makaroni keju Makaroni kukus 50 87.5 20 0 0 0 0 0 6 1,4
Keju 10 37.5 2.5 5 3 0,2 1 1 621 3,1
Margarin 5 50 0 5 0 0,6 0 0 2 0
Sub total 477,5 756,25 115 26,5 16,5
Makan Nasi putih Nasi putih 100 175 40 0 4 0 0 0 1 0,4
malam Sup ikan kakap Ikan kakap fillet 35 60 0 2 2 9 0 1,2 64 0
Wortel 12.5 6.25 1.25 0 0 45 1,1 0,7 25 0,2
Buncis 12.5 6.25 1.25 0 0 0 0,6 0 6 0
Tomat 12.5 6.25 1.25 0 0 0,8 8,5 0,5 5 0.2
Tahu 55 37.5 3.5 1.5 2 5,3 0 0 7 0,8
Buah Jeruk manis 60 50 12 0 0 0,6 0 0 0 0
Snack Yogurt kiwi Kiwi 100 50 12 0 0 0,2 13 0 3 0,1
malam Yogurt 60 37.5 5 0 1.5 0 0 0 35 0,1
Sub total 447,5 428,75 76,25 3.5 9,5
Total 1787,75 276, 47,8 g 42,2 g
kkal 25 g
Kebutuhan 1694 279,2 47,1 g 38,4 g 45 4 mcg 200 8 mg 5 mg
kkal g mg mcg
Persentase 105% 98% 101% 109%

29
2) E-1 Edukasi Gizi – Konten
a) Tujuan : untuk meningkatkan pengetahuan gizi
b) Materi :
- Gambaran umum mengenai penyakit leukemia dan gizi buruk
- Tujuan, syarat dan prinsip diet TKTP
- Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
- Pengolahan
c) Waktu : 30 menit
d) Frekuensi : 3 hari sekali
e) Media : Leaflet dan DBMP
f) Metode : tatap muka secara langsung
g) Sasaran : Orang tua pasien

3) RC-1 Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi


 Kolaborasi perawat dengan ahli gizi
 Kolaborasi dalam pemberian asupan cairan adekuat, monitor kadar elektrolit dan efek
dari terapi cairan. (Lubalu, 2018)
 Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
 Target penambahan BB, kolaborasi pemberian obat sebelum makan pereda nyeri
 Pemberian edukasi ke orang tua untuk meningkatkan pengetahuan orang tua dalam
pemberian makanan kepada pasien, pemantauan antropometri terkait penilaian dan
status gizi
 Pengobatan umum leukimia
 Kemoterapi : chlorambucil, pregnison, Induksi remisi LLA dengan menggunakan alkaloid
vinca seperti pemberian dosis vincristine per minggu 1,5 mg/m2 (dosis maksimal 2,0
mg/m2 ).
 Imunoterapi : interferon
 Radioterapi : sinar radiasi kekuatan tinggi,
 Terapi target : obat yang menghambat seperti imatinib
 Induksi : alkaloid vinca sejenis vinkristin (per minggu 1,5)
 Pereda nyeri : analgesikALL : Arranon, AML : arsenik trioksida, AML (kombinasi): ADE,
CLL : Acalbrutinib, CLL (kombinasi) : Clorabusil-Predison, CML : Bosulif, Leukemia sel
mast : Midostraurin, Leukemia meningeal : sitarabin (FDA,2021)

7. Monitoring dan evaluasi pada pasien anak yang mengalami leukemia dan gizi buruk
• FH 1.2 asupan makanan
Parameter: Menggunakan metode recall
Target : pasien mampu mengonsumsi 80% kebutuhan sehari
 FH 4.1
Pengetahuan orang tua terkait gizi
Parameter: pengetahuan orang tua dengan cara tanya jawab pre dan post test dilakukan setiap
edukasi
Target : meningkatnya pengetahuan orang tua

30
 BD 1.10 Perbadingan hasil dan data lab terkait darah
Parameter : nilai laboratorium
Target : nilai lab normal/mengalami perbaikan
 AD dengan pengukuran LILA
Target : LILA mendekati nilai normal
Kenaikan BB
 PD 1.1 Terkait pemeriksaan fisik klinis untuk melihat status gizi buruk yang dilihat dari
hilangnya nyeri abdomen, iga gambang, dan konjungtiva normal.
Parameter: Membandingkan fisik klinik dengan dengan melakukan TTV dan dibandingkan
dengan data normal untuk anak usia 6 tahun serta mual dan nyeri abdomen berkurang
(Handayani, 2017)

31
BAB II

KEGIATAN SKILL’S LABORATORIUM


A. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan skill lab dilakukan saat setelah DK 2 yaitu pada tanggal 29 Oktober 2021.

B. Penugasan
Studi kasus skrining gizi yang diberikan pada week 2 PBL, adalah sebagai berikut:
1. Mendokumentasikan dan merencanakan proses asuhan gizi pada pasien anak dengan gizi buruk
dan leukemia yang merupakan penyakit keganasan pada anak. Formulir asuhan gizi atau NCP dapat
diambil dari RS

C. Hasil
 Data Pasien

Nama : Anak L
Usia : 6 tahun 5 bulan
Diagnosa penyakit : Gizi buruk dan leukemia
Antropometri : BB = 19,2 kg; TB = 112 cm, LILA = 15 cm
LILA/U = 83,79%  status gizi kurang
Keluhan : darah keluar dari hidung sebelah kiri sejak 4 jam sebelum MRS dan perut
terasa membesar serta nyeri sejak 4 bulan terakhir

32
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta 10430


Telp: (021) 3918301 Fax: (021) 3148991

FORMULIR ASUHAN GIZI

Diagnosis Medis : Leukemia dan Gizi Buruk


Asesmen Gizi/Pengkajian

Antropometri
BB : 19,2 kg TB : 112 cm IMT : 15,3 kg/m²
Tinggi Lutut : - cm LLA : 15 cm

Biokimia
 Hb  : defisiensi Fe, anemia, pendarahan
 RBC  : defisiensi sel darah merah, anemia, pendarahan
 WBC  : infeksi, indikasi gangguan sumsum tulang karena leukimia (herawati, 2017)
 HCT  : anemia, pendarahan karena kerusakan
 Trombosit  : malnutrisi
 MCV  : defisiensi Fe, anemia karena penyakit kronis yang disebabkan leukimia
 MCH  : anemia, defisiensi zat besi
 MCHC  : menurun pada pasien dengan kekurangan besi, anemia mikrositik karena
piridoksin
 Neutrofil  : infeksi
 Monosit  : infeksi
 SGOT  : kondisi gangguan metabolisme karena fungsi hati

Klinik/Fisik
 Mual: sebagai efek samping kemoterapi
 Nyeri abdomen: karena adanya pembengkakan / rasa tidak nyaman di perut karena
pembesaran limfa / hati
 Iga gambang: gejala klinis kondisi gizi buruk pasien
 Mimisan: dapat terjadi karena kelainan sistemik yang dialami pasien seperti kondisi gizi
buruk
 Hepatomegali & splenomegali: karena kondisi leukemia dan gizi buruk yang menimbulkan
terjadinya hepatomegali dan splenomegaly
 RR tinggi berhubungan dgn anemia krn kekurangan Hb dimana O2 mengikat aliran darah.
jadi jika kekurangan Hb dapat beresiko ke sesak napas

33
 Bising usus 15x/menit: Kondisi pada kondisi pasien masih berada pada batas normal,
menggambarkan aktivitas di usus, ketika lapar, diare dan infeksi lebih cepat. Normalnya,
udara dan cairan bergerak melalui usus, menyebabkan suara bergemuruh/ klik pelan yang
terjadi ireguler 5-35 kali per menit

Riwayat Gizi

Pola Makan :
 Dahulu sering mengkonsumsi makanan ringan seperti chiki-chiki, biskuit, dan frozen food.
jarang Konsumsi sayur dan buah.
 Setelah mengalami leukimia, konsumsi buah dan sayur mulai meningkat, konsumsi sayur
setiap kali makan 1 mangkok kecil, konsumsi buah meningkat dan konsumsi makanan
kemasan, chiki-chiki, saus, sosis, mulai dihindari.

Asupan Makan :
SMRS RS
Zat Gizi Kebutuhan
Nilai % Nilai %

Energi 1090,8 66,1 811,15 49,1 1694,39


Protein 43 111 35 91 38,4

Lemak 25,6 54 28,15 59 47,1

Karbohidrat 174 62 107,7 38 279,2

Zat Gizi Kurang : Karbohidrat dan Lemak

Zat Gizi Lebih

Riwayat Personal
 Riwayat penyakit dahulu: pasien lahir cukup bulan dengan BB lahir 3300 g.
 Riwayat sakit yang sering dialami pasien adalah typhus dan demam berdarah.

DIAGNOSA GIZI/MASALAH
1. NI-1.1 Peningkatan kebutuhan energi

Berkaitan dengan adanya penyakit leukemia ditandai dengan status gizi kurang
menurut LILA/U (83,79%), hasil recall energi rendah, serta adanya tanda fisik klinis
gizi buruk yaitu hepatomegali dan iga gambang.
2. NI 2.1 Asupan makan dan minuman per oral tidak adekuat

Berkaitan dengan adanya kondisi mual ditandai degan data 24h-recall asupan pasien
yang defisit
3. NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Protein)

34
Berkaitan berkaitan dengan pasien memiliki status gizi kurang dan menjalani proses
pengobatan kemoterapi yg membutuhan tinggi energi dan protein
4. NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
Perubahan data biokimia WBC (White Blood Cell) yang berkaitan dengan gangguan
hematologi yang ditandai dengan peningkatan kadar leukosit serta kondisi nyeri
abdomen, hepatomegali, dan splenomegali
5. NB 1.1 Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan
Berkaitan dengan pasien sering mengonsumsi snack kemasan, frozen food, kurang
konsumsi buah dan sayur pada bekal sekolah ditandai dengan kurangnya pengetahuan
orang tua terkait pemberian makan dan belum pernah mendapat edukasi diet yang
diberikan pada pasien sebelumnya.

35
INTERVENSI GIZI

1. ND – 1.1 Makanan utama dan Snack


g) Tujuan :
 Meningkatkan asupan makanan dan minuman dan menyediakan makanan sesuai
kebutuhan untuk memperbaiki status gizi dan membantu upaya medis dalam
mencegah komplikasi (Penuntun Diet dan Terapi Gizi)
h) Prinsip diet
 Diet kanker Tinggi Energi Tinggi Protein
i) Syarat
 Energi (Rumus Schofield untuk anak sakit usia 3-10 tahun)

(19,6 x BB) + (130,3 x TB) + 414,9


= (19,6 x 19,2) + (130,3 x 1,12) + 414,9
= 376,32 + 145,936 + 414,9
= 937,156 x 1,13 x 1,6
= 1694,39 ≈ 1694 kkal
 Protein = 38,4 g (2 gr/kgBB/hari) dan diutamakan sumber biologis tinggi
 Lemak = 47,1 g (25% Energi Total) dan diutamakan asam lemak esensial yang
mengandung omega 3 seperti ikan, minyak zaitun, alpukat.
 Karbohidrat = 279,2 g yang merupakan sisa dari protein dan lemak (Sunardo, 2019)
 Vitamin C = 45 mg (Kemenkes, 2019) untuk membantu penyerapan Fe, dan
menurunkan produksi natrosamin (zat pemicu kanker) (Aina dan Suprayogi, 2011 dan
Damayanti, 2017)
 Vitamin B6 = 3 mg dan Vitamin B12 = 4 mcg untuk meningkatkan metabolisme protein
(Sunardo, 2019)
 Vitamin B9 = 200 mcg/hari (Kemenkes, 2019) untuk meningkatkan kadar Hb dan
pembentukan eritrosit. Bahan makanan: brokoli, bayam, dan kacang-kacangan.
 Fe = 8-10 mg/hari (Kemenkes, 2019) untuk membantu proses pembentukan eritrosit.
Bahan makanan: ikan dan daging merah.
 Zn = 5 mg/hari (Kemenkes, 2019) untuk membantu pembentukan Hb. Bahan
makanan: jamur, sayuran hijau dan kacang polong.
 Cairan 1 ml/1 kkal = 1690 ml
 Serat = 30 g
 Bentuk makanan lunak, mudah dicerna
 Jalur pemberian oral, 3x makanan utama dan 3x makanan selingan, dengan porsi
kecil tapi sering
 Bahan makanan dihindari: bumbu tajam, penyedap, tanpa proses pengolahan,
makanan dengan proses penggorengan dan pembakaran, makanan pemicu gas,
makanan yang diawetkan (AsDI, 2019).

36
 Bahan makanan dianjurkan: karbohidrat kompleks, buah-buahan segar, semua jenis
sayuran (kecuali bit), keju, susu, ikan, dan telur (AsDI, 2019).

2. E-1 Edukasi Terkait Gizi


a) Tujuan: meningkatkan pengetahuan orang tua terkait gizi yang dibutuhkan anaknya
b) Konten:
- Gambaran umum mengenai penyakit leukemia dan gizi buruk
- Tujuan, syarat, dan prinsip diet TETP
- Bahan dan cara pengolahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
- Kiat untuk memotivasi anak menghabiskan makanannya
c) Metode:Tatap muka secara langsung, diskusi, pre-test, post-test
d) Media: leaflet (termasuk DBMP), dan food model
e) Durasi: 30-40 menit
f) Frekuensi: dilakukan 1x saat pasien pertama MRS, 1x saat pasien akan dipulangkan
g) Sasaran: orang tua/ wali pasien

3. RC-1 Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi


Berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian asupan cairan adekuat, monitor kadar
elektrolit dan efek dari terapi cairan (Lubalu, 2018). Berkoordinasi terkait data TTV dan fisik
klinis selama perawatan.

MONITORING DAN
EVALUASI
1. FH 1.2 Asupan makanan

Parameter : Asupan makan menggunakan metode recall

Target : Pasien mampu mengonsumsi 80% kebutuhan sehari

2. FH 4.1 Pengetahuan orang tua terkait gizi


Parameter : pengetahuan orang tua dengan cara tanya jawab pre dan post test
dilakukan setiap edukasi
Target : Meningkatnya pengetahuan orang tua

3. BD 1.10 Perbadingan hasil dan data lab terkait darah


Parameter : Nilai pemeriksaan laboratorium
Target : Nilai pemeriksaan laboratorium normal/mengalami perbaikan

4. AD-1.1 Komposisi tubuh/pertumbuhan/riwayat berat badan


Parameter : Pengukuran LILA

Target : LILA mendekati nilai normal Kenaikan BB


5. PD 1.1 Pemeriksaan fisik klinis terkait gizi

Pemeriksaan fisik klinis untuk melihat status gizi buruk yang dilihat dari hilangnya nyeri
abdomen, iga gambang, dan konjungtiva normal.
Parameter: Membandingkan fisik klinik dengan dengan melakukan TTV dan

37
dibandingkan dengan data normal untuk anak usia 6 tahun serta mual dan nyeri
abdomen berkurang (Handayani, 2017)
Target : Kondisi fisik klinis normal

Tanda tangan, 0054/rev00/IGZ/2011

( )

Dietisien/Ahli Gizi Ruangan

38
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan dari diskusi PBL (Problem Bassed Learning) adalah tujuan proses asuhan gizi adalah untuk
mencukupi kebutuhan asupan makan pasien serta faktor pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit,
memperbaiki kondisi keseimbangan gizi, pendokumentasian dan pelaporan gizi. Gizi buruk merupakan sebagai
penurunan massa tubuh tanpa lemak dengan potensi gangguan fungsional yang dapat disebabkan oleh
penyebab langsung maupun tidak langsung. Tanda dan gejala gizi buruk dibagi menjadi tiga yaitu gizi buruk
tanpa edema (marasmus), gizi buruk dengan edema (kwashiorkor), dan marasmus kwasiorkor. Leukimia
merupakan Penyakit keganasan pada jaringan hemutopietik yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum
tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik yang dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok, obesitas, dan asupan makanan. Efek samping dari kemoterapi atau penggunaan obat
pada pasien Leukemia yang dapat menyebabkan gangguan mual muntah, anoreksia, dan perubahan
metabolisme dalam tubuh, sehingga berdampak ke arah penurunan asupan makan yang menyebabkan kepada
penurunan status gizi pasien. Proses asuhan gizi untuk pasien terdiri dari assesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi
dan monitoring dan evaluasi. Proses asuhan gizi berkolaborasi dengan tenaga medis lain yaitu perawat untuk
mencapai tujuan yaitu kesembuhan pasien. Identifikasi gizi/assessment gizi meliputi pengkajian data
antropometri, biokimia, fisik klinis, detary, ekologi dan farmakologi. Diagnosa gizi pasien yaitu peningkatan
makan dan minuman peroral tidak adekuat, peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu (Protein), perubahan nilai
laboratorium terkait gizi dan kurangnya pengetahuan tentang gizi dan makanan. Intervensi yang diberikan
kepada pasien terdiri dari makanan utama dan snack, edukasi gizi dan kolaborasi dan rujuan asuhan gizi.
Monitoring dan evaluasi pasien meliputi monitoring asupan makan, antropometri, pemeriksaan fisik klinis,
perbandingan hasil data lab terkait darah dan pengetahuan orang tua terkait gizi. Dalam pendokumentasian
proses asuhan gizi menggunakan formulir asuhan gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta yang terdiri dari
assesmen gizi/ pengkajian gizi, diagnosa gizi/masalah, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.

39
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, F., 2013. Kasus NCP Pada Anak Penderita Leukima. Diterbitkan oleh Academia (Accelerating the world’s
research). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Malang

Alfanti, E. F., Budiono, U., & Arifin, J. (2012). Pengaruh infus dekstrosa 2, 5% nacl 0, 45% terhadap kadar glukosa
darah perioperatif pada pasien pediatri. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 4(2), 84-94.

Argiles, J. M., Olivan, M., Busquets, S., Lopez-Soriano F. J. 2010. 'Optimal management of cancer anorexia-
cachexia syndrome’. Cancer Manag and Res.2:27-38.

Asryani, T., Yaswir, R., & Rofinda, Z. D. (2018). Perbandingan Kadar Kalium Packed Red Cell Berdasarkan Lama
Penyimpanan Di Bank Darah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7, 10-14.

AZ ZAHRA, T. I. T. A. N. I. A., Sari, N. P., & Hayati, L. (2021). Karakteristik Quality Control Thrombocyte
Concentrate Metode Apheresis Dan Platelet-Rich Plasma (Doctoral dissertation, Sriwijaya University).

BUNGA CANTIKA, A. R. U. M. (2020). Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Hipertensidi Rs
Advent Bandung Provinsi Jawabarat Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Damayanti, E.T. and Kurniawati, P., 2017, November. Perbandingan metode penentuan vitamin C pada minuman
kemasan menggunakan metode spektrofotometer UV-Vis dan iodimetri. In dalam Seminar Nasoinal Kimia
dan Pembelajarannya, Malang.

Dia, Zelly R. 2012. Kelainan Hemostatis Pada Leukimia. Jurnal FK UNAD

Doren, M.O.N., 2019. Asuhan Gizi Pada Anak Balita Gizi Buruk Di Desa Tablolong Kecamatan Kupang Barat
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Dorland. 2020. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 30. Elseveir. Singapura.

Handayani et al., 2015. Nutrition Care Process (NCP). Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta

Handayani, D., 2017. Diagnosis Gizi. UB Press. Universitas Brawijaya Malang

Herawati, F., Andrajati, R. and Umar, F., 2011. Pedoman interpretasi data klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2013

Kemenkes RI. 2018. Dietetik Penyakit Tidak Menular. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan

Maharani, Eva Ayu dan Noviar Ganjar. 2018. “Imunohematologi Dan Bank Darah”. Bahan Ajar. Teknologi
Laboratorium Medik.

Ningsi, D. M. O. (2019). Asuhan Gizi Pada Anak Balita Gizi Buruk Di Desa Tablolong Kecamatan Kupang
Barat (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Nurohmi, S., & Amalia, L. (2012). Pengetahuan gizi, aktivitas fisik, dan tingkat kecukupan gizi aktivis Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(3), 151-156.
40
Persatuan Ahli Gizi Indonesia ASDI. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Edisi. Ke-4. Jakarta : EGC.

Pramono, L. A., Karim, B., Iskandar, M., & Yanto, A. (2015). Diagnosis dan Tata Laksana Paroksismal Nokturnal
Hemoglobulin. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(2), 107-115.

Pramono, L.A., Karim, B., Iskandar, M. and Yanto, A., 2015. Diagnosis dan Tata Laksana Paroksismal Nokturnal
Hemoglobulin. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(2), Pp.107-115.

Qalbi, M.N., Thaha, A.R. and Syam, A., Indikator Antropometri Dan Gambaran Conjunctiva Sebagai Prediktor
Status Anemia Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota Makassar.
Rizki, M. D., & Dasuki, M. S. (2017). Hubungan Antara Asupan Zink dengan Anemia pada Remaja di Sukoharjo,
Jawa Tengah (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Roganovic, J. 2013. ‘Acute Lymphoblastic Leukemia in Children’. Dalam : Guenova, Margarita dan Balatzenko,
Gueorgiu (ed.), Leukemia. InTech. Rijeka, pp. 39-51.
Sumantri, T. (2011). Perbedaan Angka Trombosit pada Pasien DHF Setelah Pemberian Transfusi PRP (Platelet
Rich Plasma) dengan TC (Thrombocyte Concentrate). Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 11(3), 181-188.

Suprayogi, D., 2011. Uji kualitatif vitamin c pada berbagai makanan dan pengaruhnya terhadap pemanasan.
SAINMATIKA| Jurnal Sains dan Matematika, 3(1).

Titania , A. 2020. Karakteristik Quality Control Thrombocyte Concentrate Metode Apheresis dan platelet-rich
plasma. Palembang

Viveronika, E. A. (2017). Pengaruh Transfusi Packed Red Cell Dan Whole Blood Terhadap Kadar
HEMOGLOBIN (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Wahyuni, T.D., dkk, 2020, OtBook+ Penuntun Diet, Laboratorium Klinis, Interaksi Obat dengan Makanan Edisi
Kedua, Bogor; OtGroup

Warouw. S. M., dkk. 2017. Perhimpunan Gastrohepatologi dan Nutrisi Anak Indonesia. KONAS VII PGHNAI.
Manado
Wolley, N. G., Gunawan, S., & Warouw, S. M. (2016). Perubahan status gizi pada anak dengan leukemia
limfoblastik akut selama pengobatan. e-CliniC, 4(1).

41
BAB V

TIM PENYUSUN
A. KETUA : Mutiara Ayu Adinta Putri
B. SEKRETARIS :
1. Diandra Arintya Ridzantika
2. Onivia Intan Tri Wandani
C. ANGGOTA DAN PERAN DALAM KELOMPOK
No. Nama Anggota Peran dalam kelompok
1. INA LORENTA Anggota Aktif
2. PUTRI SALWA AZ-ZAHRA ALWI Anggota Aktif
3. ANNISA ZAHRA ZAHIRAH Anggota Aktif
4. RISMA WIJI UTAMI Anggota Aktif
5. NAUFAL VUTRA HERYANTO Anggota Aktif
6. FANIA NUR AINI Anggota Aktif
7. FEBIANA RIZKA PRITASARI Anggota Aktif
8. LAILY MAGFIROH Anggota Aktif
9. DELIANA DAYANG NATALIA Anggota Aktif
10. AFRIJA IZATUL MUTTAQI Anggota Aktif
11. ZULHADIMAN Anggota Aktif

D. FASILITATOR : Eksanti Kusuma


E. PROSES DISKUSI
a. Kemampuan fasilitator dalam Memfasilitasi
Fasilator dapat mengendalikan proses diskusi berjalan sesuai dengan Problem Indicator yang
diharapkan, penguasaan materi dalam menyampaikan clue cukup bagus, mampu, mampu
melengkapi kekurangan dan mengingatkan peserta diskusi topik-topik yang terlewat, mengatur
dan menjaga alur diskusi ketika pembahasan mulai melebar/menyimpang.
b. Kompetensi / hasil belajar yang diperoleh anggota kelompok
Anggota diskusi mampu memecahkan problem indicator dari skenario yang di berikan, anggota
diskusi menjadi lebih aktif menyapaikan pendapat meskipun belum terlalu kritis menghadapi
problem yang ada. Anggota kelompok menjadi lebih aktif mencari dan membedah berbagai
sumber dengan keterbatasan waktu baik dari buku, jurnal, artikel, booklet dll.

42

Anda mungkin juga menyukai