Minggu ke-1
Grup B
Tahun 2021
KEGIATAN SKILL’S LABORATORIUM
A. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan skill lab dilakukan saat dilakukan setelah DK 2 yaitu pada tanggal 22 Oktober 2021.
B. Penugasan
Studi kasus skrining gizi yang diberikan pada week 1 PBL, adalah sebagai berikut:
1. An. L laki-laki berusia 23 bln MRS dengan keluhan diare lebih dari 3 hari dan panas, yang
kemudian oleh dokter kemudian didiagnosa gastroenteritis. Saat ini An. L masih diare dan
mengeluh mual dan muntah serta nafsu makan menurun sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan data
antropometri, diketahui BB 9 kg dengan PB 79 cm.
2. An. R perempuan usia 10 bulan MRS, BB 7,7 kg dan PB 65 cm. MRS dengan keluhan muntah ± 10
kali isi air dan makanan dan diare 2 kali sehingga didiagnosa thypus+ Vomiting + Dehidrasi ringan.
Kemudian selain itu, pada anak R dilakukan operasi kolostomi karena adanya invaginasi.
3. An. G, 12 tahun, laki-laki, MRS dengan keluhan mual dan muntah disertai dengan nafas cepat,
lemas, bibir kering, serta pusing sejak 2 hari SMRS. Orangtua juga mengatakan anak mengalami
sering buang air kecil, sering haus, sering merasa lapar, sering kelelahan, dan berat badan turun
30% selama 1 bulan terakhir. Pasien diketahui memiliki Diabetes Melitus tipe 1 sejak 3 bulan yang
lalu. Berat badan An. G saat datang ke RS adalah 27 kg dengan tinggi badan 140 cm. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan sebelum MRS dan hanya mampu menghabiskan bubur ¼
porsi dan telur 1 butir. Pemenuhan asupan energi hanya sebesar 25% dari total kebutuhan harian.
4. Ny. T, 27 tahun, MRS karena mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan kedua dengan
diagnosis G2P1Ab000 10-12 minggu. Hasil pengukuran antropometri: LiLA 25 cm, TB 150 cm, BB
48 kg. Keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah pusing dan mual muntah hebat >6x/hari
terutama bila mencium bau makanan. Hasil pengkajian riwayat makan selama 24 jam terakhir
menunjukkan pasien hanya mampu makan 1x/hari dengan pemenuhan kebutuhan energi 29%,
karbohidrat 24%, lemak 19%, dan protein 21%.
5. Ny. W usia 38 tahun masuk rumah sakit karena adanya pendarahan hebat dan sempat pingsan .
Ny W didiganosa Ca servix stadium IV A sejak 2 tahun yang lalu dan rutin menjalani kemoterapi
selama 6 bulan terakhir. Ny. W mengalami kerontokan rambut, penurunan ambang batas rasa
sehingga nafsu makan turun. Ny. W hanya mampu makan utama maksimal 3 sdm bubur dan
hanya 1/3 porsi snack. Berat badan saat ini 37 kg dengan tinggi badan 155 cm.
6. Tn. Z, 45 tahun, mengalami luka di kaki yang tidak kunjung sembuh sejak 2 bulan yang lalu.
Berdasarkan hasil anamnesis menunjukkan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin kontrol ke Dokter. Tn. Z mengeluh mengalami penurunan
nafsu makan dan merasa pakaiannya lebih longgar dibanding bulan lalu. Berat badan Tn. Z adalah
49 kg dengan tinggi badan 174 cm. Tn. Z sering mengonsumsi makanan manis, gorengan, dan kopi
3x/hari dengan penambahan gula 2 sdm.
7. Ny. M, 72 tahun, mengeluh badan lemas, penglihatan kabur, mual, dan penurunan berat badan
yang drastis. Kadar gula darah puasa pasien menunjukkan 189 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah
makan menunjukkan 291 mg/dl. Sudah 5 hari terakhir pasien tidak nafsu makan, hanya mampu
menghabiskan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Pasien juga mengatakan hanya mampu
duduk dan berbaring karena merasa lemas. Pasien juga mengalami penurunan berat badan
sebanyak 5 kg dibanding bulan lalu. Dari hasil pengukuran, lingkar lengan atas Ny. M adalah 20,5
cm dan tekanan darah 153/92 mmHg. Ny. M mempunyai riwayat diabetes melitus tipe 2 disertai
hipertensi sejak 10 tahun terakhir.
8. Tn. Y, 67 tahun jatuh di kamar dan tidak sadar dan dilarikan ke RS. Dokter mendiagnosa Tn. Y
mengalami CVA non haemorraghic. Tn. Y mempunyai riwayat myocard infark dan hipertensi sejak
10 tahun yang lalu. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, Tn. Y mengalami penurunan
nafsu makan, yaitu hanya makan seperempat dari porsi biasanya.
C. Hasil
KASUS 1
Data Pasien
Nama : An. L
Usia : 23 bulan
Diagnosa penyakit : Gastroenteritis (flu perut akibat infeksi pada lambung dan usus)
Antropometri : BB = 9 kg; PB = 79 cm, IMT = 14,42 kg/m2
Status gizi BB/U <-2 SD (underweight); PB/U <-2 SD (pendek);
BB/PB <-1 SD (normal); IMT/U <-1 SD (normal)
Keluhan : Diare lebih dari 3 hari, panas, mual dan muntah, nafsu makan menurun
sejak 3 hari yang lalu
Screening Tool : Berdasarkan pada data yang tersaji dalam kasus 1 yang terdiri dari
antropometri, diagnosa penyakit, kondisi diare, serta mual muntah, kami
memutuskan untuk menggunakan alat skrining jenis STRONGkids karena
data yang ada mendekati kebutuhan parameter yang diukur dari alat
skrining tersebut. Menurut Hapsari (2020), STRONGkids valid digunakan
untuk mendeteksi risiko gizi kurang pada balita yang menderita diare. Selain
itu, sebelumnya juga telah dilakukan penelitian dengan metode skrining
STRONGkids pada pasien diare balita yang didiagnosa gastroenteritis
(Oktaviani, 2019). Validitas dari alat skrining jenis STRONGkids ini juga
sangat tinggi yaitu mencapai 100% untuk sensitivitas dan 89% untuk
spesifitas (Tuokkola et al., 2019).
Skrining Gizi
Formulir STRONGkids: Alat skrining gizi untuk anak usia 0-18 tahun yang dirawat di rumah sakit
4. Apakah ada penurunan berat badan dan atau tidak ada No Yes 1
peningkatan berat/tinggi badan (bayi< 1 tahun) selama beberapa
minggu-bulan terakhir?
Total skor 3
Hasil Skrining
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan alat skring STRONGkids, diperoleh skor total
sebesar 3 poin sehingga An. L termasuk ke dalam kategori berisiko sedang mengalami malnutrisi.
Untuk tindak lanjut berikutnya adalah dengan mengonsultasikan hasil skrining kepada dokter untuk
diagnosa dan preskripsi diet, mempertimbangkan pemberian intervensi oleh dietisien, mengecek berat
badan 2x dalam satu minggu dan mengevaluasi risiko malnutrisi (skrining ulang) setelah 1 minggu
(Hulst et al., 2010).
KASUS 2
Data Pasien
Nama : An.R
Umur : 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/PB : 7,7 kg/ 65 cm
DIagnosa Medis : Thypus + Vomiting + Dehidrasi ringan
Skrining gizi
FORM SKRINING NUTRITION RISK SCORE (NRS) UNTUK ANAK
Interpretasi
Didapatkan skor 10 (>7), maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil skrining NRS An. R berisiko tinggi
malnutrisi
KASUS 3
Data Pasien
Nama : An. G
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 27 kg
TB : 140 cm
( )
IMT : ( )
( )
kg/m2 (Status Gizi Kurang)
Screening Tools
Screening tools yang digunakan pada kasus ini kami memilih menggunakan PYMS (Pediatric
Yorkhill Malnutrition Score) dikarenakan PYMS memiliki tingkat keakuratan berdasarkan komparasi
antropometri serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Selain itu, data yang dibutuhkan
untuk mengisi form PYMS juga tersedia pada kasus, yang dimana pada kasus tersebut terdapat data
antropometri berupa BB dan TB pasien, riwayat makan yaitu pasien mengalami penurunan nafsu
makan, dan kaitan penyakit yang dapat mempengatuhi status gizi pasien
FORM SKRINING GIZI PYMS UNTUK ANAK
Interpretasi
- BMI pasien berada dibawah nilai cut-off tabel BMI standar acuan yang terdapat di tabel, dapat
dilihat bahwa An.G berusia 12 tahun yang dimana berdasarkan tabel BMI untuk pasien anak
umur 12 tahun BMI nya yaitu 14,5. Tetapi, setelah dihitung menggunakan rumus BMI pasien
hanya 13,77 yang mengindikasikan status gizi pasien kurang
- Berdasarkan hasil screening menggunakan tools PYMS untuk pasien anak didapatkan skor total
yaitu 5 (≥ 2). Skor 5 dapat dikategorikan dalam kelompok berisiko malnutrisi dan perlu
dilakukan tindak lanjut dengan perencanaan gizi sejak dini. Asuhan gizi lanjut dilakukan
terhadap pasien dengan skor skrining risiko malnutrisi ≥2 dan terutama dilaksanakan oleh
dietisien dengan metode proses asuhan gizi terstandar (PAGT) yang ditetapkan dalam standar
prosedur operasional asuhan gizi rawat inap. Dokter divisi nutrisi dan penyakit metabolik
terlibat hanya jika dikonsultasikan oleh dokter penanggungjawab pelayanan.
KASUS 4
Skrining gizi
Skrining untuk ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi adanya kondisi malnutrisi atau kemungkinan
terjadinya risiko malnutrisi pada ibu hamil. Formulir skrining ibu hamil terdapat 2 macam, yaitu ibu
hamil dengan masalah obstetric kehamilan/nifas dan ibu hamil dengan masalah ginekologi (Kemenkes,
2018). Namun pada kasus ini menggunakan formulir skrining untuk pasien dengan masalah ginekologi.
Berikut adalah formulir skriningnya :
Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. tidak ada penurunan berat badan 0
b. tidak yakin/tidak tahu/baju terasa longgar 2 √
c. jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut?
1 – 5 kg 1
6 – 10 kg 2
11 – 15 kg 3
>15 kg 4
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan?
a. tidak 0
b. ya 1 √
Total skor
3. Pasien dengan diagnosis khusus (DM, gangguan fungdi tiroid, infeksi Ya √
kronis, HIV/AIDS, sebutkan : G2P1Ab000 10-12 minggu
Tidak
Bila skor ≥2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus dilakukan Skor: 3
pengkajian lanjut oleh dietesien
Status fungsional:
Aktivitas dan mobilisasi: mandiri perlu bantuan, sebutkan ………… ketergantungan total
√
bila ketergantungan konsultasi dengan DPJP/PPDS untuk konsultasi ke rehabilitasi medic
(Kemenkes, 2018)
Menurut (RSUD dr.R.KOESMA, 2018) berikut adalah kriteria skor untuk berisiko malnutrisi atau tidaknya
< 2 : tidak berisiko malnutrisi
≥ 2 : berisiko malnutrisi
Hasil Skrining
Hasil skrining tools didapatkan bahwa Ny. T mendapatkan skor 3 yang berarti pasien berisiko
malnutrisi. Jika skrining gizi menunjukkan pasien berisiko mengalami malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian atau penilaian gizi dan dilanjutkan dengan proses asuhan gizi terstandart oleh ahli gizi
(Kemenkes, 2013).
KASUS 5
Skrining gizi
Kami memilih PG-SGA sebagai screening tools pada kasus 5 karena aplikasinya mudah, banyak
digunakan untuk pasien kanker. Selain itu, PG-SGA telah dirancang untuk mengukur dampak atau efek
samping pasien kanker, yang mana sebagian besar pasien kanker menjalani kemoterapi, dan efek
samping dari kemoterapi adalah anoreksi, mual dan muntah. (Tahir, 2019)
FORM PG-SGA
Hasil Skrining
Hasil Skrining tools Ny. W berjumalah 7 dimana hasil tersebut berada pada rang 4-8 yang
berarti Ny. W memerlukan intervensi oleh ahli diet serta perawat atau dokter untuk mengobati gejala
yang muncul. Proses intervensi gizi harus di monitoring dan dievaluasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sedangkan dalam penilaian global PG-SGA Ny W termasuk dalam kelompok B karena kekurangan
asupan gizi dan mengalami penurunan berat badan. Intervensi nutrisi pada pasien kanker harus
meliputi berbagai strategi termasuk edukasi gizi dan suplementasi zat gizi. Tujuan dari terapi nutrisi
pada pasien kanker adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan berat badan dan mencegah
atau mengatasi adanya malnutrisi energi dan protein, mempercepat penyembuhan luka dan
mengurangi terjadinya risiko infeksi selama pengobatan dan meningkatkan (Makaba, 2018).
KASUS 6
Skrining gizi
Pasien merasa pakaiannya lebih longgar dibanding bulan lalu (3 bulan terakhir)
Pada kasus ini kami memilih menggunakan metode NRS 2002 (Nutritional Risk Screening 2002) karena
berdasarkan data pasien, NRS-2002 yang paling bisa mencangkup semua data, selain itu NRS-2002 ini
memadukan faktor penyakit, gizi (IMT) dan usia cukup sederhana, aplikasinya mudah. Selain itu pada kasus
Tn.Z juga terdapat penurunan nafsu makan, serta kondisi penyakit yang menggambarkan pasien saat ini.
Penerapan NRS 2002 ini digunakan untuk melihat risiko malnutrisi dan melihat tingkat keparahan dari suatu
penyakit.
2. Skrining Lanjut I
RISIKO GIZI KRITERIA
Absen (Skor=0) Status gizi normal
Ringan (skor=1) Kehilangan BB >5% dalam 3 bulan atau asupan 50-75% dari kebutuhan
Sedang (skor=2) Kehilangan BB >5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5-20,5 atau asupan 25-
50% dari kebutuhan
Berat (skor=3) Kehilangan BB >5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3 bulan) atau IMT 18,5
atau asupan 0-25% dari kebutuhan
3. Skrining Lanjut II
RISIKO GIZI KRITERIA
Absen (Skor=0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (skor=1) Fraktur, pasien kronik (sirosis hati, COPD, HD rutin, diabetes, kanker
Sedang (skor=2) Bedah mayor, stroke, pneumonia berat, kanker darah
Berat (skor=3) Cidera kepala, transplantasi sumsum, pasien ICU
KESIMPULAN
Skrining Lanjut I Skrining Lanjut II Usia >65 tahun Total Skor
SKOR 3 1 0 4
RISIKO/TIDAK RISIKO
Interpretasi
3 Risiko malnutrisi
3 Tidak berisiko malnutrisi
Pasien mendapatkan skor total 4 yang mana berarti berisiko malnutrisi. Sehingga perlu dilakukan
tindak lanjut berupa proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi dimulai dari proses assessment yang
terbagi menjadi pengkajian 5 data yaitu antropometri, biokimia, fisik klinis (clinical), asupan makan
(dietary), lingkungan (etiology), kemudian dapat dilakukan diagnosa untuk menentukan intervensi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Setelah intervensi berjalan dapat dilakukan tahap akhir yaitu
monitoring berat badan, evaluasi, serta pemeriksaan lebih lanjut.
KASUS 7
Data pasien
Nama : Ny.M
Usia : 72 tahun
Diagnosa penyakit : Diabetes mellitus tipe 2 disertai hipertensi
Antropometri : LILA=20,5 cm, terdapat penurunan BB 5 kg selama 1 bulan
( )
LILA/U = = = 68,56% (Status gizi buruk)
Keluhan : Pasien mengeluh badan lemas, penglihatan kabur, mual, nafsu makan
menurun, mengalami penurunan berat badan serta hanya dapat melakukan
aktivitas fisik seperti duduk dan berbaring.
Screening Tools :
Dalam kasus ini kami memilih untuk menggunakan MNA (Mini Nutritional Assesment) karena
aplikasinya mudah, banyak digunakan untuk skrining pasien lansia, bersifat sensitif, reliabel serta tidak
membutuhkan data laboratorium sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan. Selain itu pada kasus
Ny.M juga terdapat data antropometri berupa LILA, kondisi yang menggambarkan pasien saat ini,
penilaian asupan makanan dan penilaian subyektif lainnya seperti tingkat aktivitas dan komorbiditas
pasien.
Skrining gizi
1. Melengkapi formulir dengan dengan melakukan pengisian formulir skrining tools. Total angka
yang akan diperoleh merupakan skor hasil skrining.
0 = ya
1 = tidak
0
E. Masalah neuropsikologi
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 sampai ≤ 21
2 = BMI 21 sampai ≤ 23
0
3 = BMI ≥ 23
3
TOTAL SKOR :
2. Menentukan klasifikasi tingkat risiko malnutrisi dari skor skrining dengan nilai ambang batas dari
jenis screening tool MNA
KASUS 8
Data pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 67 tahun
Diagnosa Penyakit : CVA non haemorraghic
Riwayat penyakit : Infark myocard dan hipertensi sejak 10 tahun lalu
Keluhan : Tn. Y mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit, yaitu hanya makan seperempat dari porsi biasanya.
Screening Tools:
Pada kasus ini kami memilih menggunakan metode NRS 2002 (Nutritional Risk Screening 2002)
karena pada NRS-2002 ini memadukan faktor penyakit, gizi dan usia cukup sederhana, aplikasinya
mudah, penilaiannya tidak tergantung pada IMT sehingga cocok untuk kasus ini karena tidak ada data
IMT. Selain itu pada kasus Tn.Y juga terdapat penurunan nafsu makan, serta kondisi penyakit yang
menggambarkan pasien saat ini. Penerapan NRS 2002 ini digunakan untuk melihat risiko malnutrisi
dan melihat tingkat keparahan dari suatu penyakit.
Skrining gizi
1. Melengkapi formulir dengan dengan melakukan pengisian formulir skrining tools. Total angka
yang akan diperoleh merupakan skor hasil skrining.
Skrining Awal
No. Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah IMT < 20,5 ? - -
2. Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 bulan - -
terakhir ?
3. Apakah asupan makanan menurun seminggu
terakhir?
4. Apakah pasien dengan penyakit berat?
Jika tidak untuk semua kriteria skrening (Ulang seminggu kemudian)
Jika ada 1/lebih kriteria dengan jawaban ya (skrening lanjut)
` Karena terdapat lebih dari 1 jawaban yam aka dilakukan skrining lanjut
Skrining Lanjut
Skrining Lanjut II
Hambatan yang dirasakan dari kami adalah kesulitan untuk menentukan alat skrining yang tepat
karena banyak dari peserta PBL yang baru pertama kali mempraktikkan terutama mahasiswa S1
program regular. Kekurangan pengalaman dan pengetahuan lapangan menyulitkan pada beberapa
kasus yang dirasa memiliki kecocokan dalam penggunaan skrining tool. Skill lab kali ini juga diharapkan
kami dapat menentukan secara tepat dalam menggunakan skirining tools pada beberapa studi kasus
yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anam, K., Tahir,T., and Ilkafah. 2019. Sensitivity of the Assessment of Nutritional Status Based on Mini
Nutritional Assessment (MNA) was Compared with Patient-Generated Subjective Global Assessment
(PG-SGA) in Cancer Patient Undergoing Chemotherapy in RSUP Dr Wahidin Sudirohusoda Makassar.
NurseLine Journal, 4 (2), pp 76.
Oktaviani, C. 2019. Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diare di Ruang Anak RSUD Jendral
Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/203/. diakses tanggal 22 Oktober 2021
Hafsah, T., Prawitasari, T., & Djais, J. T. B. (2019). Malnutrisi rumah sakit dan asuhan nutrisi pediatrik di Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung. J Gizi Klin Indones, 16(2), 47-57.
Hapsari, V. D., Purwaty, N. H., & Sulastri, T. 2020. Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang pada Anak Balita dengan Diare
Menggunakan Metode PYMS dan STRONGkidz. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 17-23.
Hulst, J. M., Zwart, H., Hop, W. C., & Joosten, K. F. (2010). Dutch national survey to test the STRONGkids
nutritional risk screening tool in hospitalized children. Clinical Nutrition, 29(1), 106-111.
Kemenkes RI. (2018). Dietetik Penyakit Tidak menular. Kementerian Kesehatan RI 2018.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit). Kementerian Kesehatan RI 2013.
Makaba, L., As’ad, S., Taslim, N.A. and Syauki, A.Y., 2018. Pemberian Nutrisi Enteral Dapat Mempertahankan
Kadar Albumin Normal Namun Tidak Memperbaiki Kadar Tlc pada Pasien Karsinoma Nasofaring. IJCNP
(INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN), 1(1), pp.48-56.
RSUD dr.R.KOESMA Kabupaten Tuban. (2018). Panduan Asuhan Gizi RSUD dr.R.KOESMA Kabupaten Tuban.
Susetyowati, 2014, Penerapan Skrining Gizi di Rumah Sakit. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tuokkola, J., Hilpi, J., Kolho, K. L., Orell, H., & Merras-Salmio, L. 2019. Nutritional risk screening—a cross-
sectional study in a tertiary pediatric hospital. Journal of Health, Population and Nutrition, 38(1), 1-4.