Disusun oleh:
DONA KUSUMAWATI
22030116120052
Sebelum sakit An. A memiliki nafsu makan yang sangat baik. An. A
mendapatkan ASI hingga umur 2 minggu, setelah itu diberikan susu formula
dikarenakan ibu An. A bekerja. An. A mendapatkan MP-ASI berupa
makanan formula kemasan serelac diusia 5 bulan dengan frekuensi
pemberian 3 kali sehari, pada usia 9 bulan An. A mulai diberikan makanan
berupa nasi tim, lauk, sayur dan ditambah mengonsumsi susu S-26 Gold.
An. A makan 3 kali dalam sehari dengan sumber karbohidrat utama nasi,
biasanya An. A makan dengan 1 centong nasi. Sayur yang sering
dikonsumsi An. A adalah sayur sup yang berisikan wortel, kentang dan kol.
Untuk sumber protein hewani An. A sangat gemar sekali mengonsumsi telur
ayam, An. A dapat mengonsumsi 2 sampai 3 telur ayam dalam sehari,
pengolahan telur ayam biasanya di goreng. susu dengan frekuensi 3 kali
sehari yang diberikan pada waktu bangun tidur, siang hari dan sebelum
tidur malam, susu yang diberikan ditambahkan madu kurma TJ sebanyak 1
sendok makan. Ibu An. A juga selalu memberikan madu murni TJ sebanyak
2 sendok makan sehari . Selain itu juga An. A juga gemar mengonsumsi
bakso, biasanya bakso yang di makan 4- 5 biji sedang. An. A suka
mengkonsumsi jajanan seperti macaroni (goreng sendiri) dan choco crunch
tanpa susu. Hasil perhitungan asupan SMRS: Energi 1534 kkal; Protein
49,8 g; Lemak 50 g; Karbohidrat 171,2 g.
Semenjak masuk rumah sakit dan melakukan kemoterapi, masuk minggu
ke-8, An. A mengalami penurunan nafsu makan. makanan pagi dari RS
sangat jarang dikonsumsi, hanya mengkonsumsi roti isi selai. Saat makan
siang dan sore An. A hanya makan setengah porsinya saja, tergantung lauk
yang diberikan. Namun, masih mau mengkonsumsi susu formula. An. A
sangat gemar sekali konsumsi putih telur ayam. Hasil perhitungan MRS:
Energi 1164 kkal; Protein 38,2 g; Lemak 29,6 g; Karbohidrat 184,2 g.
II. Gambaran Kasus
Leukemia Limfoblastik Akut adalah salah satu jenis keganasan yang
terjadi pada sel darah dimana terjadi proliferasi berlebihan dari sel darah
putih. LLA merupakan kasus keganasan yang paling sering ditemukan pada
anak usia 2-5 tahun dan akan terus meningkat seiring berkembangnya
usia. Pada kasus LLA anak, tingkat kesembuhan dengan pengobatan
kemoterapi sangat besar hampir mencapai 80% sedangkan pada orang
dewasa lebih rendah tingkat kesembuhannya karena banyaknya
pengobatan yang mengalami multi-drug resistance (MDR).1
Leukemia limfoblastik akut (LLA) dapat mengenai seluruh sistem
organ.2 Insiden LLA adalah sekitar 25% dari seluruh keganasan pada anak
berusia kurang dari 15 tahun. Dengan kemajuan pengobatan kemoterapi,
angka kesembuhan LLA mengalami peningkatan secara dramatis dalam 10
tahun terakhir sehingga dapat mencapai 75% sampai 80%.1 Gangguan
elektrolit dan metabolik yang timbul selama kemoterapi merupakan salah
satu yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan anak dengan
LLA.
BAB II
SKRINING
B. Pengisian Kuisioner
Keterangan:
*) Penyakit yang beresiko terjadi gangguan gizi diantaranya : dirawat di HCU/ ICU,
penurunan kesadaran, kegawatan abdomen (pendarahan, ileus, peritonitis, asites
massif, tumor intraadomen besar, post opreasi), gangguan pernapasan berat,
keganansan dengan komplikasi, gagal jantung, gagal ginjal kronik, gagal hati,
diabetes mellitus, atau kondisi sakit berat lainnya.
Skor ≥ 1 : Risiko tinggi, perlu asesmen lebih lanjut oleh dietesien dan / atau dokter
divisi gizi
Skor 1 : Risiko rendah, perlu dilakukan skrining kembali setelah 3 hari
Skor 0 :Tanpa resiko, perlu dilakukan skrining kembali setelah 1 minggu
C. Membuat kesimpulan kuisioner
Berdasarkan hasil skrining pasien dengan menggunakan PYMS
diperoleh total skor yaitu 3, ini menandakan bahwa An. A menderita
malnutrisi atau mempunyai risiko tinggi terhadap malnutrisi sehingga perlu
di asesmen lebih lanjut oleh dietesien / ahli gizi.
BAB III
ASESMEN (PENGKAJIAN GIZI)
A. Antropometri (AD)
Kesimpulan : Dari data antropometri Anak A memiliki status gizi yang dapat
dikategorikan sebagai gizi baik berdasarkan Z score BB/U (Z score 0,17).
Sedangkan berdasarkan TB/U (Z score -0,11), BB/TB (Z score 0,36), dan IMT/U (Z
score 0,36) status gizi An. A dikategorikan normal.
B. Biokimia (BD)
C. Physical (PD)
Kesimpulan: Dari data asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit, dapat
diketahui bahwa asupan energi dan lemak berlebih, sedangkan asupan protein
dan karbohidrat cukup. An. A hanya menerima ASI selama 2 minggu dan diberikan
susu formula. An. A juga mulai diberikan MP ASI sejak berusia 5 bulan.
Masuk Rumah Sakit (MRS)
Kesimpulan : Dari data diatas, setelah masuk rumah sakit zat gizi makro yang
dikonsumsi pasien kurang dari kebutuhan. Pasien hanya mengonsumsi roti isi selai
dan putih telur ayam, serta susu formula.
Pasien mengalami
CH 2.1.7 leukimia limfoblastik
Hematology/oneology akut (ALL)
CH 2.2.1 Medical Kemoterapi dan
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memperbaiki asupan pasien baik dari segi makronutrien maupun
mikronutrien sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
b. Memperbaiki nilai laboratorium dengan cara mengatur asupan protein
baik hewani maupun nabati dan meningkatkan asupan vitamin D serta
kalsium sehingga laboratorium seperti hiperuremia dan hipokalsemia
bisa kembali mendekati normal
c. Memperbaiki progresivitas penyakit pasien dengan cara memberikan
asupan kaya antioksidan lewat vitamin dan mineral seperti vitamin C,
vitamin A, vitamin E, besi, dan seng
d. Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai pola dan
pemilihan makan yang tepat, serta mendorong perubahan perilaku
untuk jangka panjang
2. Preskripsi Diet
a. Jenis diet : Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)
b. Rute pemberian makanan : Oral
c. Konsistensi Makanan : Lunak
d. Frekuensi pemberian makanan : 3 kali makan utama, 3 kali selingan
e. Rekomendasi gizi
- Energi diberikan sebesar : 1728 kkal
- Lemak sebesar 25% dari kebutuhan energi : 48 gram
- Protein sebesar 15% dari kebutuhan energi : 64,80 gram
- Karbohidrat sebesar 60% dari kebutuhan energi : 259,20 gram
- Cairan diberikan sebesar 1200 ml per hari sesuai AKG 2013
- Serat diberikan sebesar 16 gram per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin A diberikan sebesar 400 mcg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin C diberikan sebesar 40 mg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin E diberikan 6 mg per hari sesuai AKG 2013
- Zat besi diberikan sebesar 8 mg per hari sesuai AKG 2013
- Seng diberikan sebesar 4 mg per hari sesuai AKG 2013
B. Implementasi
1. Pemberian diit
a. Modifikasi bentuk makanan
Makanan yang diberikan melalui jalur oral dikarenakan tidak
mengalami masalah dalam penerimaan asupan melalui oral, dan
makanan yang diberikan dalam konsistensi lunak untuk meningkatkan
asupan pasien hingga sesuai dengan kebutuhan.
b. Modifikasi zat gizi
- Energi diberikan secara bertahap sebesar 700 kkal, lalu
ditingkatkan menjadi 1200 kkal, 1700 kkal
- Lemak diberikan sebesar 48 gram diutamakan lemak baik seperti
omega 3 yang ada pada ikan. Serta mengurangi asupan lemak
jenuh seperti yang ada pada fastfood dan gorengan untuk
memperbaiki nilai asupan lemak pasien yang tinggi
- Protein diberikan sebesar 65 gram yang terdiri dari protein hewani
dan protein nabati dengan proporsi seimbang. Protein heme
diberikan karena memiliki bioavailabilitas tinggi sehingga
menunjang sintesis hemoglobin dan sel darah merah
- Karbohidrat diberikan sebesar 260 gram dengan memberikan jenis
karbohidrat kompleks yang mudah dicerna.
- Cairan diberikan sebesar 1200 ml untuk menjaga berfungsinya sel
dalam tubuh dan salah satu efek samping dari kemoterapi adalah
mual dan muntah, jika gejala ini berkepanjangan akan
menyebabkan anak mengalami dehidrasi sehingga keseimbangan
cairan dalam tubuh akan terganggu.
- Serat diberikan sebesar 16 gram berupa serat larut air yang
berfungsi sebagai antioksidan yang banyak terdapat pada sayur
dan buah
- Vitamin A diberikan sebesar 400 mcg per hari karena vitamin A
berperan sebagai pemadam radikal bebas (antioksidan) karena
mampu menghentikan reaksi berantai radikal bebas dengan
menjebaknya.
- Vitamin C diberikan sebesar 40 mg per hari karena vitamin C
adalah zat gizi yang penting sebagai antioksidan dan dapat
menurunkan efek samping radikal bebas dan sebagai pendukung
penyerapan zat besi karena memudahkan reduksi ferri menjadi
ferro sehingga mudah diserap dalam usus halus untuk
meningkatkan nilai Hb dan Ht.
- Vitamin E diberikan sebesar 6 mg per hari karena vitamin E juga
berperan sebagai antioksidan yang banyak ditemukan pada
kacang-kacangan dan sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
- Zat besi diberikan sebesar 8 mg per hari karena pemberian zat
besi dapat meningkatkan sintesis hemoglobin di dalam darah.
- Seng diberikan sebesar 4 mg per hari karena seng berperan
dalam produksi hormone thymulin hormone yang berperan dalam
maturasi dan differensiasi sel T dengan induksi aktivasi sel T dan
aktivasi makrofag guna melakukan bacterial clearance.
- Menghindari makan telur, ayam, ikan yang belum matang dimasak
serta makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi.
c. Rekomendasi Menu
Contoh Menu Diet TETP
E : 1635,6 P : 66,3 gr L : 50 gr KH : 236 gr
Minyak 10 gr 2 sdt 2P
2. Edukasi Gizi
a. Tujuan
- Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien mengenai penyakit
yang dialami pasien saat ini
- Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien mengenai pemilihan
makanan yang tepat sesuai kondisi pasien saat ini dan dapat
menunjang penyembuhan pasien
- Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan
yang perlu dihindari oleh pasien karena dapat meningkatkan
progresivitas penyakit
b. Sasaran : Keluarga Pasien
c. Materi
- Pemaparan Penyakit Leukemia limfoblastik akut (LLA)
- Pemilihan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pemaparan makanan yang perlu dihindari pasien seperti makanan
yang belum matang dimasak
3. Konseling Gizi
a. Tujuan
- Memberikan pemahaman kondisi pasien kepada keluarga
- Membantu dan memantau keluarga agar dapat memberikan
makanan sesuai prinsip diet yang diberikan dari rumah sakit untuk
pasien
b. Sasaran : Keluarga Pasien
c. Materi
- Menjelaskan tujuan dan prinsip diet yang dijalani pasien
- Diskusi mengenai pemilihan makanan yang cocok untuk pasien
- Memberikan motivasi pada keluarga pasien agar dapat
membantu menjalankan diet dengan baik dan dapat dilanjutkan
apabila pasien telah pulang nantinya
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain
a. Dokter
Koordinasi dengan dokter dapat memudahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai diagnosis pasien, perkembangan
kondisi klinis pasien, serta efek pengobatan terhadap nilai elektrolit
dan zat gizi pasien.
b. Perawat
Membantu pencatatan perkembangan kondisi klinis pasien yang
nantinya dicatat di dalam catatan rekam medis dan dilaporkan kepada
ahli gizi untuk penyesuaian diet sesuai dengan penerimaan pasien.
c. Ahli Gizi
Membantu dalam penentuan diet yang dilaksanakan oleh pasien
sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan oleh ahli gizi, konseling
mengenai kebiasaan makan pasien, pemberian saran pola makan
yang tepat agar membaiknya kondisi pasien yang diberikan kepada
keluarga pasien. Selain itu pentingnya kolaborasi ahli gizi dengan
dokter dalam mengetahui ada tidaknya interaksi obat, pengobatan,
dan makanan pasien agar pengobatan baik secara medis maupun
asupan dapat berjalan dengan efektif.
BAB VI
MONITORING EVALUASI GIZI
Indikator Metode Target Pencapaian
Monitoring dan
EvaluasiFood History
Makanan yang Comestock 80% makanan yang
disajikan habis disajikan habis
Dari beberapa masalah gizi yang dialami An. A, maka diberikan intervensi
yang bertujuan untuk memperbaiki asupan zat gizi An. A seperti zat gizi makro
maupun mikro agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh, memperbaiki nilai
laboratorium dengan cara mengatur asupan protein baik hewani maupun nabati
dan meningkatkan asupan kalsium yang diasup oleh pasien sehingga laboratorium
seperti BUN dan kalsium bisa kembali mendekati normal, selain itu juga untuk
mengurangi progresivitas penyakit pasien yaitu dengan meningkatkan pemberian
asupan tinggi antioksidan seperti vitamin dan mineral (vitamin A, vitamin C,
vitamin E, seng, dan selenium).
Terdapat juga intervensi lain yang diberikan kepada keluarga pasien yaitu
edukasi dan konseling gizi, hal ini bertujuan untuk membantu meningkatkan
pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit yang dialami pasien dan
penyebabnya, meningkatkan pengetahuan keluarga pasien mengenai pemilihan
makanan dan cara pengolahan makanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi
pasien saat ini sehingga dapat mengurangi progresivitas penyakit, meningkatkan
pengetahuan mengenai pola makan yang tepat baik dari segi usia pasien serta
untuk meningkatkan motivasi keluarga pasien untuk terus menjalankan diet bagi
An. A yang diberikan dari rumah sakit serta memantau pola makan An. A saat
sudah berada di rumah.
Jenis diet yang diberikan pada An. A yaitu diet TETP sebesar 1700 kkal
dengan konsistensi lunak melalui oral. Frekuensi pemberian makan 6 kali sehari
dengan pembagian 3 kali makan utama dan 3 kali selingan dengan tujuan
peningkatan asupan pasien karena pasien perlu diberikan makan sedikit demi
sedikit namun sering.
Dari segi pemberian diit, pemberian zat gizi makro mengacu pada
pemberian diet untuk pasien kanker yang mana karbohidrat diberikan sebesar
60%, lemak diberikan sebesar 25% dan protein 15% karena umumnya pasien
membutuhkan protein tinggi untuk regenerasi dan perbaikan sel yang rusak dan
untuk peningkatan kebutuhan dikarenakan adanya penyakit katabolik. Pemberian
zat gizi mikro diutamakan pada masalah yang dialami yang mana membutuhkan
tinggi antioksidan, dan perbaikan nilai kalsium. Maka diberikan vitamin A, vitamin
C, E, selenium, seng, dan kalsium. Vitamin A, C, E, dan selenium sebagai
antioksidan karena memiliki kemampuan untuk menghambat dan mengikat radikal
bebas, dan seng sebagai maturase limfosit T untuk fungsi bacterial clearance.
Pemberian diit juga mempertimbangkan makanan yang perlu dihindari
seperti telur, ayam, ikan yang belum matang dimasak. Selain itu, dalam
menangani penurunan nafsu makan dengan memberikan makanan sesuai
kesukaan anak, makan makanan dalam porsi kecil tapi sering, serta selingan
sekitar 2-3 jam, makan camilan tinggi kalori dan protein seperti keju, biskuit,
sandwiches, kue muffins atau scones, dan perbanyak minum air seperti susu, jus
dan sup untuk mengindari risiko dehidrasi.
Tahap selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi, pada kasus ini
monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah monitoring dan evaluasi food
history, monitoring dan evaluasi antropometri data, monitoring dan evaluasi data
fisik, monitoring dan evaluasi data biokimia, dan yang terakhir monitoring dan
evaluasi hasil perilaku dan lingkungan terkait gizi.
BAB VIII
KESIMPULAN
Pasien berusia 2 tahun 8 bulan mengalami leukimia limfoblastik akut
(ALL) dan harus melakukan kemoterapi. Berdasarkan kondis fisik pasien
lemah, lesu, dan mengakibatkan kondisinya menjadi drop. Berdasarkan data
antropometri seperti BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U dikategorikan normal.
Dari masalah gizi tersebut diagnosis gizi yang ditetapkan bagi pasien
adalah ketidakcukupan asupan secara oral, perubahan nilai laboratorium
terkait gizi, dan kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi.
Berdasarkan permasalahan gizi tersebut, pasien diberikan diet Tinggi
Energi Tinggi Protein (TETP) dimana diet tersebut memberikan kalori
sebanyak 1700 kkal secara bertahap dengan konsistensi lunak yang diberikan
melalui oral untuk meningkatkan asupan pasien dikarenakan adanya
penurunan nafsu makan dengan frekuensi pemberian makan yaitu 3x makan
utama dan 3x makan selingan. Selain itu menghindari makanan yang
memperparah penyakit leukimia limfoblastik akut (ALL) serta memberikan
makanan yang kaya antioksidan untuk mengurangi stress oksidatif. Intervensi
juga diberikan kepada keluarga pasien melalui edukasi dan konseling
mengenai pemilihan, pemberian, dan cara pengolahan makanan yang baik
bagi pasien. Diharapkan pasien mengalami perkembangan kesembuhan lewat
nilai lab yang membaik, dan fisik yang semakin baik, serta adanya perubahan
perilaku serta pengetahuan keluarga pasien terkait gizi mengenai pemilihan,
pemberian, dan cara pengolahan makanan yang baik.
BAB IX
LAMPIRAN
= (2.6 tahun x 2) + 8
= 13,2 kg
Untuk menentukan kebutuhan energi pada bayi dan anak dengan menggunakan
rumus Nelson :
1. MB = 50 x BBI
= 50 x 13,2 kg
= 660
= 10% x 660
= 66
= 87,12
= 243,936
5. SDA = 15% x (MB + Kenaikan suhu + Pertumbuhan +
Aktivitas)
= 15% x 1057,056
= 158,5584
= 10% x 1215,6144
= 121,56144
= 1337,17 kkal
= 15% x 1337,17
= 200,58 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 50,14 gram
Lemak = 20-25%
= 25% x 1337,17
= 334,29 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 37,14 gram
Karbohidrat = 60-70%
= 60% x 1337,17
= 802,302 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 200,58 gram
Persentase kecukupan SMRS = asupan / kebutuhan x 100%
= 114,72%
= 99,32%
= 134,62%
= 85,35%
Perhitungan Masuk RS
1. MB = 50 x BBI
= 50 x 13,2 kg
= 660
= 10% x 660
= 66
= 87,12
4. Aktivitas (Bedrest) = 20% x (MB + Kenaikan suhu + Pertumbuhan)
= 162,624
= 15% x 975,744
= 146,3616
= 10% x 1122,1056
= 112,21056
= 1728,03 kkal
= 15% x 1728,03
= 259,2045 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 64,80 gram
Lemak = 20-25%
= 25% x 1728,03
= 432 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 48 gram
Karbohidrat = 60-70%
= 60% x 1728,03
= 1036,818 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 259,20 gram
= 67,36%
= 58,95%
= 61,67%
= 71,06%
HASIL RECALL
Hasil recall asupan makronutrien pasien
NO. Asupan SMRS MRS