Disusun oleh:
DONA KUSUMAWATI
22030116120052
I. Kasus Tn. Zn
Tn. Zn berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan gejala lemah
anggota badan bagian sebelah kanan, bibir menceng ke kanan dan berbicara
pelo. Tn. Zn seorang lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sekarang bekerja sebagai
pedagang burung di Jakarta. Namun, semenjak terdapat gejala tersebut, Tn. Zn
pulang ke Jepara dan sehari setelahnya masuk Rumah Sakit Umum. Saat di
Jakarta Tn. Zn kost dan tinggal sendiri, beliau memiliki dua anak dan istri di
Jepara. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan Kolesterol Tinggi.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan tanda vital, didapati tekanan darah
220/120 mmHg, denyut jantung 103 kali per menit, respiratory rate 20 kali per
menit, suhu 37°C. Data laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 14,5 mg/dl,
kolesterol 145 mg/dl, HDL 30 mg/dl, LDL 96,6 mg/dl, trigliserida 92 mgdl, kalsium
2,23 mmol/L, natrium 137 mmol/l, klorida 104 mmol/l, gula darah sewaktu 352
mg/dl, ureum 30,1 mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl, kalium 3,9 mmol/dl, dan HbA1C
10,6. Setelah dilakukan pengukuran data antropometri, tinggi lutut Tn. Zn 47 cm
dan lingkar lengan atasnya 30 cm. Tn. Zn didiagnosis mengalami SNH (Stroke
Non Hemoragik) Hemiparesis Dekstra, Diabetes Mellitus (DM), Hipertensi.
Pasien berniat untuk mengkonsumsi makanan dari Rumah Sakit (RS).
Walaupun kadang tidak menyukai makanan yang diberikan dari RS, namun
pasien juga tidak mengkonsumsi makanan dari luar RS. Pasien mendapatkan diit
makanan saring dari rumah sakit. Asupan makan pasien menurun hanya
mengkonsumsi rata-rata 50% dari yang disajikan rumah sakit. Pasian melepas
kebiasaan merokok saat usia 40 tahun, dulu beliau merokok 4-5 batang per hari.
Sebelum sakit, pola makan Tn. 3 kali sehari, dengan porsi yang cukup
dan bervariasi. Tn. Zn mengkonsumsi nasi 1 ½ - 2 centong per hari, Tn Zn jarang
mengkonsumsi lauk nabati, beliau cenderung memilih lauk hewani seperti
ikan/ayam/telur secara bergantian per harinya dan masih diolah dengan cara
digoreng, sayuran cenderung sayur dengan santan seperti sayur nangka dan
sayur daun singkong selama 2x sehari, buah pepaya, pisang, dan jeruk sekali
dalam seminggu, air putih 8-10 gelas/hari. Tn Zn. sering mengonsumsi gorengan,
ubi goreng, pia, dan sedia asin – asin seperti crackers untuk snack di kost
Tn.Zn
70 30
157
28,4
(0)
(0)
(2)
A. Antropometri (AD)
C. Physical (PD)
rate
Kesimpulan: Dari data asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit,
dapat diketahui bahwa pasien senang mengonsumsi lauk hewani yang digoreng
dan menyukai sayuran yang bersantan. Namun, pasien jarang mengonsumsi
lauk nabati dan hanya mengonsumsi buah seminggu sekali. Pasien juga
menyukai gorengan, ubi goreng, pia, dan asin-asinan sebagai snack pada saat
di kost.
Kesimpulan : Dari data diatas, Tn.Zn berusia 54 tahun, lulusan SD, seorang
pedagang burung dan tinggal bersama istri dan dua anak. Pasien memiliki
riwayat DM dan kolesterol yang tinggi. Pasien juga didiagnosis mengalami SNH
(Stroke Non Hemoragik) Hemiparesis Dekstra. Dulu beliau merokok 4-5
batang/hari. Namun, telah melepas kebiasaan merokok pada saat usia 40 tahun.
Comparative Standard
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memperbaiki asupan pasien Tn.Zn baik dari segi makronutrien
maupun mikronutrien sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
b. Memperbaiki nilai laboratorium dengan cara memperbaiki jenis
karbohidrat dan lemak, serta membatasi asupan natrium sehingga
laboratorium seperti, HbA1c, gula darah sewaktu, HDL, dan tekanan
darah bisa kembali mendekati normal
c. Memperbaiki progresivitas penyakit pasien dengan cara memberikan
asupan kaya antioksidan lewat vitamin dan mineral seperti vitamin C,
vitamin A, vitamin E, dan seng.
d. Meningkatkan pengetahuan mengenai pemilihan dan pengolahan
makan yang tepat, serta meningkatkan motivasi pasien untuk
menjalankan diet dengan baik, dan mendorong perubahan perilaku
untuk jangka panjang
2. Preskripsi Diet
a. Jenis diet : Diet DM dan DASH diet
b. Rute pemberian makanan : Oral
c. Konsistensi Makanan : Saring
d. Frekuensi pemberian makanan : 3 kali makan utama, 3 kali selingan
e. Rekomendasi gizi
- Energi diberikan sebesar : 1769,85 kkal
- Lemak sebesar 25% dari kebutuhan energi : 49,16 gram
- Protein sebesar 20% dari kebutuhan energi : 88,5 gram
- Karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi : 243,35 gram
- Cairan diberikan sebesar 35 ml/kgBB atau setara dengan 1800
ml/hari
- Serat diberikan sebesar 33 gram per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin C diberikan sebesar 90 mg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin E diberikan sebesar 15 mg per hari sesuai AKG 2013
- Natrium diberikan sebesar < 1500 mg sesuai AKG 2013
- Kalium diberikan sebesar 4700 mg per hari sesuai AKG 2013
- Magnesium diberikan sebesar 350 mg per hari sesuai AKG 2013
- Zat besi diberikan sebesar 13 mg per hari sesuai AKG 2013
- Seng diberikan sebesar 13 mg per hari sesuai AKG 2013
B. Implementasi
1. Pemberian diit
a. Modifikasi bentuk makanan
Makanan yang diberikan melalui jalur oral dikarenakan pasien
mampu menerima asupan melalui oral dan makanan yang diberikan
dalam konsistensi saring untuk mempermudah pasien dalam
mengasup makanan sehingga dapat meningkatkan asupan pasien.
b. Modifikasi zat gizi
- Energi diberikan sebesar 1770 kkal
- Lemak diberikan sebesar 49 gram diutamakan lemak baik
seperti omega 3 yang ada pada ikan. Asupan lemak jenuh dan
trans juga harus dikontrol yaitu < 10% dari total kalori, sedangkan
nilai kolesterol < 300 mg/dL. Serta mengurangi asupan lemak
jenuh seperti yang ada pada fastfood dan gorengan untuk
memperbaiki nilai HDL pasien yang rendah.
- Protein diberikan sebesar 88,5 gram yang terdiri dari protein
hewani dan protein nabati dengan proporsi seimbang untuk
menunjang sintesis hemoglobin dan sel darah merah yang
banyak terdapat pada protein heme yang memiliki
bioavailabilitas tinggi, seperti pada ikan dan daging.
- Karbohidrat diberikan sebesar 243 gram dengan memberikan
jenis karbohidrat kompleks dan memiliki indeks glikemik rendah
untuk mencegah peningkatan glukosa darah.
- Pemberian cairan melalui oral sebesar 35 ml/kgBB atau setara
dengan 1800 ml/hari
- Serat diberikan sebesar 26 gram atau 80% dari kebutuhan
pasien berupa serat larut air yang berfungsi untuk membantu
mengendalikan glukosa darah pasien dan sebagai sumber
antioksidan yang banyak terdapat pada sayur dan buah
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari karena vitamin A
berperan sebagai pemadam radikal bebas (antioksidan) karena
mampu menghentikan reaksi berantai radikal bebas dengan
menjebaknya.
- Vitamin C diberikan sebesar 90 mg per hari karena vitamin C
adalah zat gizi yang penting sebagai antioksidan dan dapat
menurunkan efek samping radikal bebas penyebab penyakit
degeneratif dan sebagai pendukung penyerapan zat besi karena
memudahkan reduksi ferri menjadi ferro sehingga mudah
diserap dalam usus halus untuk meningkatkan nilai Hb dan Ht.
- Vitamin E diberikan sebesar 15 mg per hari karena vitamin E juga
berperan sebagai antioksidan yang banyak ditemukan pada
kacang-kacangan dan sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
- Natrium diberikan sebesar 200 – 400 mg dari makanan. Selain
itu perlu menghindari makanan yang tinggi natrium, seperti
makanan kalengan, makanan berpengawet, kudapan crackers
ataupun keripik yang asin.
- Kalium diberikan sebesar 4700 mg per hari karena kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kandungan
natrium dalam urine dan air. Diet tinggi kalium yang terdapat
pada sayur dan buah juga dapat menurunkan resiko
kardiovaskuler dengan menghambat trombosis arterial,
aterosklerosis, dan hipertrofi medial pada dinding arteri.
- Magnesium diberikan sebesar 350 mg per hari karena
magnesium mempunyai peranan penting dalam upaya
pengontrolan tekanan darah dengan memperkuat jaringan
endotel, menstimulasi prostagladin dan meningkatkan
penangkapan glukosa sehingga resistensi insulin dapat
terkurangi.
- Penambahan bumbu seperti bawang (merah/putih), jahe,
kencur, atau bumbu lain yang mengandung sedikit natrium untuk
meningkatkan rasa makanan akibat tidak ada penambahan
garam membuat makanan hambar
- Zat besi diberikan sebesar 13 mg per hari karena pemberian zat
besi dapat meningkatkan sintesis hemoglobin di dalam darah.
- Seng diberikan sebesar 13 mg per hari karena seng berperan
dalam produksi hormone thymulin hormone yang berperan
dalam maturasi dan differensiasi sel T dengan induksi aktivasi
sel T dan aktivasi makrofag guna melakukan bacterial clearance
- Menghindari makanan yang mengandung gula sederhana
seperti buah yang diawetkan, minuman ringan, kue manis, kental
manis, dan makanan manis lainnya.
c. Rekomendasi Menu
Contoh Menu Diet DM dan DASH diet
E: 1634 kkal P: 82 g L: 51 g KH: 195,6 g
Monitoring dan
EvaluasiFood History
Makanan yang Comestock 80% makanan yang
disajikan habis disajikan habis
Hal ini terjadi karena peningkatan gula darah dapat meningkatkan risiko
aterosklerosis dan juga risiko stroke lainnya, seperti hipertensi, obesitas dan
hyperlipidemia. Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa diabetes
melitus yang dialami oleh Tn. Zn menyebabkan terjadinya stroke dan hipertensi.
Beberapa tanda Tn. Zn mengalami stroke yaitu bibir menceng ke kanan,
berbicara pelo, serta merasa lemah pada anggota badan bagian sebelah kanan.
Berdasarkan pengkajian riwayat gizi sebelum masuk rumah sakit
diketahui bahwa Tn. Zn senang mengonsumsi lauk hewani yang digoreng dan
menyukai sayuran yang bersantan. Namun, pasien jarang mengonsumsi lauk
nabati dan hanya mengonsumsi buah seminggu sekali. Pasien juga menyukai
gorengan, ubi goreng, pia, dan asin-asinan sebagai snack pada saat di kost
sehingga akan menyebabkan tingginya asupan lemak Tn. Zn dan memberikan
dampak pada nilai HDL yang rendah. Sedangkan berdasarkan pengkajian
riwayat gizi setelah masuk rumah sakit diketahui bahwa Tn. Zn hanya mengasup
50% dari makanan yang disajikan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena Tn.
Zn mengalami kesulitan dalam mengasup makanan secara fisik sehingga
menurunkan nafsu makan pasien.
Berdasarkan pengkajian data riwayat pasien diketahui bahwa Tn. Zn
berusia 54 tahun, lulusan SD, seorang pedagang burung dan tinggal bersama
istri dan dua anak. Pasien memiliki riwayat DM dan kolesterol yang tinggi. Dulu
beliau merokok 4-5 batang/hari. Namun, telah melepas kebiasaan merokok pada
saat usia 40 tahun. Pasien juga didiagnosis mengalami SNH (Stroke Non
Hemoragik) Hemiparesis Dekstra.
Stroke dikenal dengan istilah gangguan peredaran darah otak (GPDO)
atau disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) ditandai dengan hilangnya
sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi neurologis.7,8 Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau
stenosis arteri. Oklusi ini disebabkan oleh trombosis dan emboli yang semuanya
dapat menyebabkan hipoperfusi yaitu pengurangan atau gangguan dalam aliran
darah otak (CBF) yang menyebabkan aliran ataupun asupan glukosa dan
oksigen berkurang sehingga mempengaruhi fungsi neurologis.9 Dampak stroke
yaitu terjadinya hemiparesis (kelemahan, tidak sepenuhnya lumpuh pada satu
tangan atau satu kaki atau satu sisi wajah) yang disebabkan oleh jaringan otak
rusak pada sisi berlawanan dari anggota tubuh. Hemiparesis yang terjadi pada
sisi tubuh sebalah kanan disebut hemiparesis dekstra.10
Riwayat kolesterol tinggi pada Tn. Zn dapat disebabkan oleh diabetes
mellitus yang dialaminya. Kadar glukosa darah yang tinggi merangsang
pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak, dan kolesterol dari
glukosa. Pada seseorang yang mengalami diabetes mellitus dapat terjadi
perubahan metabolisme lemak akibat insulin yang menurun, yaitu peningkatan
lipolisis jaringan dan efektifitas lipoprotein lipase yang menurun dalam darah
sehingga kadar lemak dalam darah meningkat.2
Kebiasaan merokok Tn. Zn sebelum usia 40 tahun berkaitan dengan
terjadinya hipertensi dan stroke yang dialaminya saat ini. Nikotin pada rokok
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.11 Saat merokok, nikotin
akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam otak. Nikotin
yang masuk ke dalam otak akan menyempitkan pembuluh darah pada otak
sehingga aliran darah ke otak terhambat dan sel-sel otak rusak atau mati yang
kemudian dikenal sebagai stroke. Merokok juga dapat mengurangi kadar HDL
dan meningkatkan kadar LDL, sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah.
Setelah melakukan beberapa tahap assessment, maka didapat beberapa
diagnosis gizi yaitu sebagai berikut :
1. Ketidakcukupan asupan oral (NI-2.1)
Ketidakcukupan asupan oral berkaitan dengan keterbatasan daya
penerimaan makanan secara fisik ditandai dengan lemahnya anggota
badan bagian kanan, bibir menceng ke kanan, pelo, dan rendahnya
asupan makan pasien yaitu 50% dari makanan yang disajikan di rumah
sakit.
2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2)
Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan diabetes
melitus dan hipertensi ditandai dengan tingginya nilai HbA1c (10,6%) dan
GDS 352 mg/dL), serta tingginya tekanan darah (220/120 mmHg) dari nilai
normalnya.
3. Kurangnya Pengetahuan yang berhubungan dengan zat gizi /
makanan (NB-1.1)
Kurangnya Pengetahuan yang berhubungan dengan zat gizi / makanan
berkaitan dengan belum pernah mendapatkan edukasi dan pengetahuan
mengenai gizi ditandai dengan pemilihan makanan yang kurang baik,
seperti seringnya mengonsumsi makanan yang diolah dengan cara
digoreng, sering mengonsumsi sayuran yang bersantan, dan snack yang
asin.
Dari beberapa masalah gizi yang dialami Tn.Zn, maka diberikan intervensi
yang bertujuan untuk memperbaiki asupan zat gizi Tn. Zn seperti zat gizi makro
maupun mikro agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh, memperbaiki
nilai laboratorium dengan cara meningkatkan asupan protein baik hewani
maupun nabati, memperbaiki jenis karbohidrat dan lemak yang diasup oleh
pasien sehingga laboratorium seperti HbA1c, gula darah sewaktu, HDL, dan
tekanan darah bisa kembali mendekati normal, selain itu juga untuk mengurangi
progresivitas penyakit pasien yaitu dengan meningkatkan pemberian asupan
tinggi antioksidan seperti vitamin dan mineral (vitamin A, vitamin C, vitamin E,
seng, dan selenium).
Terdapat juga intervensi lain yang diberikan kepada Tn. Zn yaitu edukasi
dan konseling gizi, hal ini bertujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai penyakit yang dialami dan penyebabnya, meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai pemilihan makanan dan cara pengolahan
makanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini sehingga dapat
mengurangi progresivitas penyakit, meningkatkan pengetahuan mengenai pola
makan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal makan serta untuk
meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet yang diberikan dari
rumah sakit.
Jenis diet yang diberikan pada Tn.Zn yaitu diet DM dan DASH diet dengan
konsistensi saring dikarenakan ada kesulitan dalam mengasup makanan secara
fisik. Frekuensi pemberian makan 6 kali sehari dengan pembagian 3 kali makan
utama dan 3 kali selingan dengan tujuan peningkatan asupan pasien karena
pasien perlu diberikan makan sedikit demi sedikit namun sering.
Dari segi pemberian diit, pemberian zat gizi makro mengacu pada
pemberian diet untuk pasien diabetes yang mana karbohidrat diberikan sebesar
55%, lemak diberikan sebesar 25%, dan protein 20% karena umumnya pasien
membutuhkan protein tinggi untuk regenerasi dan perbaikan sel yang rusak.
Pemberian zat gizi mikro diutamakan pada masalah yang dialami yang mana
membutuhkan tinggi antioksidan, dan perbaikan nilai tekanan darah. Maka
diberikan vitamin A, vitamin C, E, zat besi, dan seng. Vitamin A, C, dan E sebagai
antioksidan karena memiliki kemampuan untuk menghambat dan mengikat
radikal bebas. Zat besi digunakan agar meningkatnya sintesis hemoglobin, dan
seng sebagai maturase limfosit T untuk fungsi bacterial clearance.12 Selain itu
diberikan asupan kalium dan magnesium untuk membantu menurunkan tekanan
darah pasien agar mendekati nilai normal.
Pemberian diit juga mempertimbangkan makanan yang perlu dihindari
seperti makanan tinggi gula sederhana seperti kental manis, makanan yang
diawetkan dengan gula, roti manis dan makanan manis lain untuk mencegah
peningkatan glukosa darah. Selain itu juga, pasien perlu menghindari makanan
tinggi lemak seperti makanan gorengan dan fastfood untuk mencegah
peningkatan trigliserida dan menghindari makanan yang tinggi natrium, seperti
makanan yang diawetkan, makanan kemasan untuk mencegah hipertensi.
Selain pemberian diet, intervensi lain yang diberikan adalah edukasi dan
konseling gizi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakit yang dialami, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pemilihan
makanan dan cara pengolahan yang tepat dan yang sesuai dengan kondisi
pasien saat ini, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai makanan yang
perlu dihindari oleh pasien karena dapat meningkatkan progresivitas penyakit
dan memberikan pemahaman kondisi pasien kepada keluarga dan pasien
sendiri, membantu keluarga agar dapat memotivasi pasien dalam mengubah
pola makan pasien, serta meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet
yang diberikan dari rumah sakit.
Tahap selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi, pada kasus ini
monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah monitoring dan evaluasi food
history, monitoring dan evaluasi antropometri data, monitoring dan evaluasi data
fisik, monitoring dan evaluasi data biokimia, dan yang terakhir monitoring dan
evaluasi hasil perilaku dan lingkungan terkait gizi.
BAB VIII
KESIMPULAN
Pasien mengalami Stroke Non Hemoragik Hemiparesis Dekstra,
hipertensi, dan memiliki riwayat Diabetes Mellitus serta kolesterol yang tinggi.
Berdasarkan kondis fisik pasien merasa lemas pada anggota badan sebelah
kanan, bibir menceng ke kanan, dan pelo. Tn.Zn berdasarkan IMT termasuk
dalam kategori obesitas 1 (28,4 kg/m2)
Dari masalah gizi tersebut diagnosis gizi yang ditetapkan bagi pasien
adalah ketidakcukupan asupan secara oral, perubahan nilai laboratorium
terkait gizi, dan kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi.
Berdasarkan permasalahan gizi tersebut, pasien diberikan diet DM
dan DASH diet dimana diet tersebut memberikan kalori sebanyak 1800 kkal
secara bertahap dengan konsistensi saring untuk meningkatkan asupan
pasien karena adanya kesulitan dalam mengasup makanan secara fisik
dengan frekuensi pemberian makan yaitu 3x makan utama dan 3x makan
selingan, serta menggunakan prinsip 3J (jadwal, jumlah, dan jenis)
mengingat pasien memiliki riwayat penyakit DM.
Selain itu menghindari makanan yang memperparah penyakit DM,
Stroke non hemoragik, dan hipertensi, serta memberikan makanan yang
kaya antioksidan untuk mengurangi stress oksidatif dan menghindari
makanan yang tinggi natrium. Diharapkan pasien mengalami perkembangan
kesembuhan lewat nilai lab yang membaik, dan fisik yang semakin baik, serta
adanya perubahan perilaku serta pengetahuan pasien terkait gizi mengenai
pemilihan dan cara pengolahan makanan yang baik.
BAB IX
LAMPIRAN
Tinggi lutut = 47 cm
LILA = 30 cm
TB (Chumlea) = 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)
= 156,97
= 157 cm
BB (kg) = (4 x LILA (cm)) – 50
= (4 x 30) - 50
= 120 - 50
= 70 kg
IMT = BB / (TB)2
= 70 / (1,57)2
= 70 / 2,4649
Lemak = 20-25%
= 25% x 2077,65
= 519,4125 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 57,71 gram
Karbohidrat = 45-65%
= 55% x 2077,65
= 1142,7075 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 285,68 gram
Kebutuhan Energi
Energi Basal = BB x 30 kkal
= 51,3 x 30 kkal
= 1539 kkal = 1539
Koreksi Aktifitas = 10% x 1539 = 153,9 +
(Istirahat) 1692,9
Stres Metabolik = 10% x 1539 = 153,9 +
1846,8
Koreksi umur = 5% x 1539 = 76,95 –
1769,85 kkal TEE
Lemak = 20-25%
= 25% x 1769,85
= 442,4625 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 49,16 gram
Karbohidrat = 45-65%
= 55% x 1769,85
= 973,4175 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 243,35 gram