Anda di halaman 1dari 38

REVISI

LAPORAN ASUHAN GIZI IV


STUDI KASUS ASUHAN GIZI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kasus Asuhan Gizi IV


Dosen Pengampu :Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Fillah Fithra Dieny, S.Gz., M.Si
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Ayu Rahadiyanti, S.Gz, M.PH

Disusun oleh:
DONA KUSUMAWATI
22030116120052

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
LATAR BELAKANG

I. Kasus Tn. Zn
Tn. Zn berusia 54 tahun datang ke rumah sakit dengan gejala lemah
anggota badan bagian sebelah kanan, bibir menceng ke kanan dan berbicara
pelo. Tn. Zn seorang lulusan Sekolah Dasar (SD) dan sekarang bekerja sebagai
pedagang burung di Jakarta. Namun, semenjak terdapat gejala tersebut, Tn. Zn
pulang ke Jepara dan sehari setelahnya masuk Rumah Sakit Umum. Saat di
Jakarta Tn. Zn kost dan tinggal sendiri, beliau memiliki dua anak dan istri di
Jepara. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan Kolesterol Tinggi.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan tanda vital, didapati tekanan darah
220/120 mmHg, denyut jantung 103 kali per menit, respiratory rate 20 kali per
menit, suhu 37°C. Data laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin 14,5 mg/dl,
kolesterol 145 mg/dl, HDL 30 mg/dl, LDL 96,6 mg/dl, trigliserida 92 mgdl, kalsium
2,23 mmol/L, natrium 137 mmol/l, klorida 104 mmol/l, gula darah sewaktu 352
mg/dl, ureum 30,1 mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl, kalium 3,9 mmol/dl, dan HbA1C
10,6. Setelah dilakukan pengukuran data antropometri, tinggi lutut Tn. Zn 47 cm
dan lingkar lengan atasnya 30 cm. Tn. Zn didiagnosis mengalami SNH (Stroke
Non Hemoragik) Hemiparesis Dekstra, Diabetes Mellitus (DM), Hipertensi.
Pasien berniat untuk mengkonsumsi makanan dari Rumah Sakit (RS).
Walaupun kadang tidak menyukai makanan yang diberikan dari RS, namun
pasien juga tidak mengkonsumsi makanan dari luar RS. Pasien mendapatkan diit
makanan saring dari rumah sakit. Asupan makan pasien menurun hanya
mengkonsumsi rata-rata 50% dari yang disajikan rumah sakit. Pasian melepas
kebiasaan merokok saat usia 40 tahun, dulu beliau merokok 4-5 batang per hari.
Sebelum sakit, pola makan Tn. 3 kali sehari, dengan porsi yang cukup
dan bervariasi. Tn. Zn mengkonsumsi nasi 1 ½ - 2 centong per hari, Tn Zn jarang
mengkonsumsi lauk nabati, beliau cenderung memilih lauk hewani seperti
ikan/ayam/telur secara bergantian per harinya dan masih diolah dengan cara
digoreng, sayuran cenderung sayur dengan santan seperti sayur nangka dan
sayur daun singkong selama 2x sehari, buah pepaya, pisang, dan jeruk sekali
dalam seminggu, air putih 8-10 gelas/hari. Tn Zn. sering mengonsumsi gorengan,
ubi goreng, pia, dan sedia asin – asin seperti crackers untuk snack di kost

II. Gambaran Kasus

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan
kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam
darah (hiperglikemia). Kriteria Diagnostik Diabetes melitus yaitu gejala klasik DM
dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L) dan pemeriksaan
HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).1

Diabetes mellitus menyebabkan laju penuaan sel berlangsung sangat


cepat akibat kadar glukosa yang tinggi disertai kerapuhan pembuluh darah,
sehingga berisiko tinggi terhadap hipertensi dan penyakit jantung yang akhirnya
meningkatkan risiko serangan stroke. Diabetes mellitus dapat menimbulkan
perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung). Diabetes
mellitus mempercepat terjadinya aterosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar,
sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar. Pada seseorang dengan
diabetes mellitus, risiko terjadinya stroke meningkat dua kali lipat dibandingkan
dengan orang tanpa diabetes mellitus.
Stroke dikenal dengan istilah gangguan peredaran darah otak (GPDO)
atau disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) ditandai dengan hilangnya
sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi neurologis. Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau
stenosis arteri. Oklusi ini disebabkan oleh trombosis dan emboli yang semuanya
dapat menyebabkan hipoperfusi yaitu pengurangan atau gangguan dalam aliran
darah otak (CBF) yang menyebabkan aliran ataupun asupan glukosa dan
oksigen berkurang sehingga mempengaruhi fungsi neurologis.
BAB II
SKRINING
A. Pemilihan Metode Skrining
Skrining gizi bertujuan untuk menentukan seseorang beresiko
malnutrisi atau tidak, mengidentifikasi individu-individu yang
membutuhkan terapi gizi segera, mencegah agar seseorang yang
masih sehat tidak menderita masalah gizi, dan menghindari komplikasi
lebih lanjut jika seseorang telah menderita masalah gizi. Sebagian
besar alat skrining terdiri dari 3 pertanyaan meliputi penurunan BB,
penurunan asupan makanan, dan tingkat keparahan penyakit.
Ada beberapa macam alat yang digunakan dalam proses skrining
yaitu meliputi MUST (Malnutrition Universal Screening Tools), NRS
(Nutritional Risk screening), MNA (Mini Nutritional Asessment), SNAQ
(Short Nutritional Asessment Quisioner), STAMP (Screening Tools
Asessmentn of Malnutrition in Pediatric), dan SGA (Subjective Global
Asessment). Alat skrining harus memiliki validitas yang tinggi, maka
harus mencakup semua komponen yang berhubungan dengan
masalah gizi yang akan dihadapi, sehingga dapat didapatkan solusi dan
terapi yang paling tepat. Alat skrining juga harus pratis, tidak berlebihan,
dan harus terkait dengan langkah-langkah khusus sebagai tindak
lanjutdari skrining. Dari alat skrining bisa didapatkan tiga macam hasil
yaitu pasien tidak beresiko malnutrisi, tetapi harus dilakukan skrining
ulang setelah jangka waktu tertentu, pasien beresiko malnutrisi
sehingga dibutuhkan rencana terapi gizi untuk mengatasinya, pasien
beresiko malnutrisi, namun memiliki masalah fisiologis yang
menyebabkan terapi gizi tidak dapat diberikan.
Dalam kasus ini, saya memilih menggunakan skrining gizi MUST
(Malnutrition Universal Screening Tool). MUST adalah alat skrining
yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau
berisiko untuk malnutrisi. Alat ini bisa digunakan untuk memprediksi
lama seseorang dirawat di rumah sakit, dan dalam penerapannya di
masyarakat, bisa digunakan untuk memperkirakan seberapa sering
anggota masyarakat berobat ke rumah sakit ataupun klinik.
MUST menggunakan 3 kriteria dalam penggunaannya, yang tiap-
tiap kriteria akan diberi skor tergantung pada standar yang telah
ditetapkan:
1. IMT : berdasarkan standar internasional yang telah disepakati
2. Penurunan berat badan : berdasarkan batas kira-kira antara
perubahan berat badan yang dianggap normal dan abnormal
3. Efek penyakit akut : pemberian skor 2 apabila penyakit yang
diderita mengganggu asupan gizi selama lebih dari lima hari.
Setiap kriteria memiliki skor dan skor-skor tersebut akan dijumlah.
Jumlah skor inilah yang dipakai untuk melihat apakah orang tersebut
berisiko untuk malnutrisi atau tidak. Jika jumlah skor adalah nol, maka
orang tersebut risiko malnutirisinya adalah rendah.Jika jumlah skor
adalah satu, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah sedang.
Jika jumlah skor adalah dua, maka orang tersebut risiko malnutrisinya
adalah tinggi.
B. Pengisian Kuisioner

FORMULIR SKRINING GIZI (MUST)

Tn.Zn

70 30
157
28,4

(0)

(0)

(2)

C. Membuat kesimpulan kuisioner


Berdasarkan hasil skrining pasien dengan menggunakan
MUST diperoleh total skor yaitu 2, ini menandakan bahwa Tn.Zn
beresiko tinggi untuk terjadi malnutrisi sehingga harus ditangani
oleh ahli gizi untuk mendapatkan asuhan gizi secara individual dan
pasien dimonitoring setiap hari.
BAB III

ASESMEN (PENGKAJIAN GIZI)

A. Antropometri (AD)

Domain Data Interpretasi


AD 1.1.1 TB (Chumlea) = 64,19 – (0,04 x U) + TB estimasi
Height/lenght (2,02 x TL)
TB (cm) = 64,19 - (0,04 x 54) + (2,02
x 47)
= 64,19 – 2,16 + 94,94
= 156,97
= 157 cm
AD 1.1.2 Weight BB estimasi = (4 x LILA (cm)) – 50 BB estimasi
= (4 x 30) - 50
= 120 - 50
= 70 kg
AD 1.1.5 BMI BMI = BB / (TB)2 Obesitas 1
= 70 / (1,57 m)2
= 70 / 2,4649
= 28,4 kg/m2
LILA 30 cm Normal
% LILA = Hasil LILA / Standar LILA x 100% Normal
= 30 / 29,3 cm x 100%
= 102,4%
Tinggi lutut 47 cm

Kesimpulan : Dari data antropometri Tn.Zn termasuk dalam kategori obesitas 1


karena memiliki BMI sebesar 28,4 kg/m2 (N = 18,5 – 22,9 kg/m2 (WHO Asia
Pasifik)).
B. Biokimia (BD)

Domain Data Nilai normal Interpretasi


BD 1.2.1 BUN 30,1 mg/dL 10 – 50 mg/dL Normal
BD 1.2.2 Creatinin 1,1 mg/dL 0,6 – 1,3 mg/dL Normal
BD 1.2.5 Sodium 137 mmol/L 135-144 mmol/L Normal
BD 1.2.6 Chloride 104 mmol/L 97 – 106 mmol/L Normal
BD 1.2.7 Potassium 3,9 mmol/dL 3,6 – 4,8 mmol/L Normal
BD 1.2.9 Calcium 2,23 mmol/L 2,2 – 2,6 mmol/L Normal
BD 1.5.2 Glucose 352 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi (Diabetes)
casual
BD 1.5.3 HbA1c 10,6% < 5,7% Tinggi (Diabetes)
BD 1.7.2 HDL 30 mg/dL >40 mg/dL Rendah
BD 1.7.3 LDL 96,6 mg/dL < 100 mg/dL Normal
BD 1.7.5 Total 145 mg/dL < 200 mg/dL Normal
Cholesterol
BD 1.7.7 Triglycerides 92 mg/dL < 150 mg/dL Normal
BD 1.10.1 Hemoglobin 14,5 g/dL 13-18 g/dL Normal

Kesimpulan : Berdasarkan data biokimia, Tn.Zn mengalami diabetes mellitus


yang ditunjukkan dengan nilai GDS dan HbA1c yang tinggi. Namun, kadar HDL
Tn. Zn kurang dari nilai normalnya.

C. Physical (PD)

Domain Data Nilai Normal Interpretasi


PD 1.1.1 Overall Secara fisik Penurunan
Appearance terlihat lemas, asupan makan
berbicara pelo, pasien
bibir menceng
ke kanan,
namun
kesadaran
masih baik
PD 1.1.4 Pasien
Extremities, mengalami
muscle, and bones lemah anggota
badan bagian
sebelah kanan
PD 1.1.9 Vital
Signs
 Suhu tubuh 370C 36,5-37,50C Normal
 Tekanan 220/120 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi stage
Darah 3
 Nadi 103X/menit 60-100x/menit Normal

 Respiratory 20x/ menit 16-20x/menit Normal

rate

Kesimpulan : Berdasarkan dari data klinis/fisik pasien mengalami lemah


anggota badan sebelah kanan, bibir menceng, dan berbicara pelo sehingga
dapat mengakibatkan asupan makan pada pasien menurun. Pasien juga
mengalami hipertensi stage 3.

D. Food History (FH)


 Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)

Domain Asupan Kebutuhan Interpretasi


FH 1.2.1.1 Oral Fluids  Air putih 8-10 gls/hari
FH 1.2.2.1 Amount of  Nasi 3x/hari (1 ½ - 2
food ctg)
 Lauk hewani
(ikan/ayam/telur)
dengan cara digoreng
 Sayur nangka dan
daun singkong 2x/hari
 Buah papaya, pisang,
jeruk 1x/minggu
FH 1.2.2.2 Types of Nasi, lauk hewani, sayur,
food/meals buah
FH 1.2.2.3 Meal/snack 3 kali sehari
pattern
FH 1.2.2.5 Food variety Gemar mengkonsumsi
gorengan, ubi goreng,
pia, dan asin-asinan
seperti crackers

Kesimpulan: Dari data asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit,
dapat diketahui bahwa pasien senang mengonsumsi lauk hewani yang digoreng
dan menyukai sayuran yang bersantan. Namun, pasien jarang mengonsumsi
lauk nabati dan hanya mengonsumsi buah seminggu sekali. Pasien juga
menyukai gorengan, ubi goreng, pia, dan asin-asinan sebagai snack pada saat
di kost.

 Masuk Rumah Sakit (MRS)

Domain Asupan Kebutuhan Interpretasi


FH 1.2.2.1 Amount of Asupan makan 50% Adanya penurunan
food dari total makanan asupan makan
yang disajikan
FH 2.1.1.2 Modified diet Pasien mendapatkan
diit makanan saring
Kesimpulan : Dari data diatas, setelah masuk rumah sakit asupan makan pasien
mengalami penurunan yaitu 50% dari total makanan yang disajikan. Pada saat
di rumah sakit, pasien mendapatkan diit makanan saring.
E. Client History (CH)

Domain Data Interpretasi


CH 1.1.1 Age 54 tahun
CH 1.1.2 Gender Laki-laki
CH 1.1.6 Education Lulusan SD
CH 1.1.7 Role in Family Seorang suami
CH 1.1.8 Tobacco use Dulu beliau merokok 4-5 Sudah melepas
btg/hari kebiasaan
merokok saat usia
40 tahun
CH 2.1.3 Memiliki riwayat DM
Endocrine/metabolism
CH 2.1.7 Hematology Memiliki riwayat kolesterol
tinggi
CH 2.1.11 Neurogical SNH (Stroke Non
Hemoragik) Hemiparesis
Dekstra
CH 3.1.2 Living/housing Tinggal bersama istri dan
situation dua anak
CH 3.1.4 Social & Penanganan lebih lanjut ke
medical support rumah sakit
CH 3.1.6 Occupation Pedagang burung di
Jakarta

Kesimpulan : Dari data diatas, Tn.Zn berusia 54 tahun, lulusan SD, seorang
pedagang burung dan tinggal bersama istri dan dua anak. Pasien memiliki
riwayat DM dan kolesterol yang tinggi. Pasien juga didiagnosis mengalami SNH
(Stroke Non Hemoragik) Hemiparesis Dekstra. Dulu beliau merokok 4-5
batang/hari. Namun, telah melepas kebiasaan merokok pada saat usia 40 tahun.
Comparative Standard

Domain Data SMRS Data MRS Interpretasi


CS 1.1.1 Estimasi 2077,65 kkal 1769,85 kkal Kebutuhan yang
Total kebutuhan seharusnya
Energy dipenuhi
CS 1.1.2 Metode Menggunakan Perkeni 20153 Karena Tn.Zn
estimasi kebutuhan telah
terdiagnosis
CS 2.1 Estimasi 57,71 gram 49,16 gram Kebutuhan yang
kebutuhan lemak seharusnya
dipenuhi (25%
dari total
kebutuhan)
CS 2.2 Estimasi 103,88 gram 88,5 gram Kebutuhan yang
kebutuhan protein seharusnya
dipenuhi (20%
dari total
kebutuhan)
CS 2.3 Estimasi 285,68 gram 243,35 gram Kebutuhan yang
kebutuhan karbohidrat seharusnya
dipenuhi (55%
dari total
kebutuhan)
CS 2.4.1 Estimasi 33 gram Kebutuhan yang
kebutuhan serat seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 33 gram)
CS 4.1.1 Estimasi 600 mcg Kebutuhan yang
kebutuhan vitamin A seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 600 mcg)
CS 4.1.2 Estimasi 90 mg Kebutuhan yang
kebutuhan vitamin C seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 90 mg)
CS 4.1.4 Estimasi 15 mg Kebutuhan yang
kebutuhan vitamin E seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 15 mg)
CS 4.2.3 Estimasi 13 mg Kebutuhan yang
kebutuhan besi seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 13 mg)
CS 4.2.5 Estimasi 4700 mg Kebutuhan yang
kebutuhan kalium seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 4700 mg)
CS 4.2.4 Estimasi 350 mg Kebutuhan yang
kebutuhan magnesium seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 350 mg)
CS 4.2.8 Estimasi 13 mg Kebutuhan yang
kebutuhan seng seharusnya
dipenuhi (AKG
2013 : 13 mg)
BAB IV
DIAGNOSIS GIZI
PROBLEM ETIOLOGI SIGN/SYMTOMPS
Lemahnya anggota badan
bagian kanan, bibir
Keterbatasan daya menceng ke kanan, pelo,
Ketidakcukupan
penerimaan makanan dan rendahnya asupan
asupan oral (NI-2.1)
secara fisik makan pasien yaitu 50%
dari makanan yang
disajikan di rumah sakit
Tingginya nilai HbA1c
(10,6%) dan GDS 352
Perubahan nilai
Diabetes melitus dan mg/dL), serta tingginya
laboratorium terkait gizi
hipertensi tekanan darah (220/120
(NC-2.2)
mmHg) dari nilai
normalnya.
Pemilihan makanan yang
kurang baik, seperti
Kurangnya
Belum pernah seringnya mengonsumsi
Pengetahuan yang
mendapatkan edukasi makanan yang diolah
berhubungan dengan
dan pengetahuan dengan cara digoreng,
zat gizi / makanan (NB-
mengenai gizi sering mengonsumsi
1.1)
sayuran yang bersantan,
dan snack yang asin.
BAB V

INTERVENSI GIZI

A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memperbaiki asupan pasien Tn.Zn baik dari segi makronutrien
maupun mikronutrien sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
b. Memperbaiki nilai laboratorium dengan cara memperbaiki jenis
karbohidrat dan lemak, serta membatasi asupan natrium sehingga
laboratorium seperti, HbA1c, gula darah sewaktu, HDL, dan tekanan
darah bisa kembali mendekati normal
c. Memperbaiki progresivitas penyakit pasien dengan cara memberikan
asupan kaya antioksidan lewat vitamin dan mineral seperti vitamin C,
vitamin A, vitamin E, dan seng.
d. Meningkatkan pengetahuan mengenai pemilihan dan pengolahan
makan yang tepat, serta meningkatkan motivasi pasien untuk
menjalankan diet dengan baik, dan mendorong perubahan perilaku
untuk jangka panjang
2. Preskripsi Diet
a. Jenis diet : Diet DM dan DASH diet
b. Rute pemberian makanan : Oral
c. Konsistensi Makanan : Saring
d. Frekuensi pemberian makanan : 3 kali makan utama, 3 kali selingan
e. Rekomendasi gizi
- Energi diberikan sebesar : 1769,85 kkal
- Lemak sebesar 25% dari kebutuhan energi : 49,16 gram
- Protein sebesar 20% dari kebutuhan energi : 88,5 gram
- Karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi : 243,35 gram
- Cairan diberikan sebesar 35 ml/kgBB atau setara dengan 1800
ml/hari
- Serat diberikan sebesar 33 gram per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin C diberikan sebesar 90 mg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin E diberikan sebesar 15 mg per hari sesuai AKG 2013
- Natrium diberikan sebesar < 1500 mg sesuai AKG 2013
- Kalium diberikan sebesar 4700 mg per hari sesuai AKG 2013
- Magnesium diberikan sebesar 350 mg per hari sesuai AKG 2013
- Zat besi diberikan sebesar 13 mg per hari sesuai AKG 2013
- Seng diberikan sebesar 13 mg per hari sesuai AKG 2013

B. Implementasi
1. Pemberian diit
a. Modifikasi bentuk makanan
Makanan yang diberikan melalui jalur oral dikarenakan pasien
mampu menerima asupan melalui oral dan makanan yang diberikan
dalam konsistensi saring untuk mempermudah pasien dalam
mengasup makanan sehingga dapat meningkatkan asupan pasien.
b. Modifikasi zat gizi
- Energi diberikan sebesar 1770 kkal
- Lemak diberikan sebesar 49 gram diutamakan lemak baik
seperti omega 3 yang ada pada ikan. Asupan lemak jenuh dan
trans juga harus dikontrol yaitu < 10% dari total kalori, sedangkan
nilai kolesterol < 300 mg/dL. Serta mengurangi asupan lemak
jenuh seperti yang ada pada fastfood dan gorengan untuk
memperbaiki nilai HDL pasien yang rendah.
- Protein diberikan sebesar 88,5 gram yang terdiri dari protein
hewani dan protein nabati dengan proporsi seimbang untuk
menunjang sintesis hemoglobin dan sel darah merah yang
banyak terdapat pada protein heme yang memiliki
bioavailabilitas tinggi, seperti pada ikan dan daging.
- Karbohidrat diberikan sebesar 243 gram dengan memberikan
jenis karbohidrat kompleks dan memiliki indeks glikemik rendah
untuk mencegah peningkatan glukosa darah.
- Pemberian cairan melalui oral sebesar 35 ml/kgBB atau setara
dengan 1800 ml/hari
- Serat diberikan sebesar 26 gram atau 80% dari kebutuhan
pasien berupa serat larut air yang berfungsi untuk membantu
mengendalikan glukosa darah pasien dan sebagai sumber
antioksidan yang banyak terdapat pada sayur dan buah
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari karena vitamin A
berperan sebagai pemadam radikal bebas (antioksidan) karena
mampu menghentikan reaksi berantai radikal bebas dengan
menjebaknya.
- Vitamin C diberikan sebesar 90 mg per hari karena vitamin C
adalah zat gizi yang penting sebagai antioksidan dan dapat
menurunkan efek samping radikal bebas penyebab penyakit
degeneratif dan sebagai pendukung penyerapan zat besi karena
memudahkan reduksi ferri menjadi ferro sehingga mudah
diserap dalam usus halus untuk meningkatkan nilai Hb dan Ht.
- Vitamin E diberikan sebesar 15 mg per hari karena vitamin E juga
berperan sebagai antioksidan yang banyak ditemukan pada
kacang-kacangan dan sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
- Natrium diberikan sebesar 200 – 400 mg dari makanan. Selain
itu perlu menghindari makanan yang tinggi natrium, seperti
makanan kalengan, makanan berpengawet, kudapan crackers
ataupun keripik yang asin.
- Kalium diberikan sebesar 4700 mg per hari karena kalium dapat
menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kandungan
natrium dalam urine dan air. Diet tinggi kalium yang terdapat
pada sayur dan buah juga dapat menurunkan resiko
kardiovaskuler dengan menghambat trombosis arterial,
aterosklerosis, dan hipertrofi medial pada dinding arteri.
- Magnesium diberikan sebesar 350 mg per hari karena
magnesium mempunyai peranan penting dalam upaya
pengontrolan tekanan darah dengan memperkuat jaringan
endotel, menstimulasi prostagladin dan meningkatkan
penangkapan glukosa sehingga resistensi insulin dapat
terkurangi.
- Penambahan bumbu seperti bawang (merah/putih), jahe,
kencur, atau bumbu lain yang mengandung sedikit natrium untuk
meningkatkan rasa makanan akibat tidak ada penambahan
garam membuat makanan hambar
- Zat besi diberikan sebesar 13 mg per hari karena pemberian zat
besi dapat meningkatkan sintesis hemoglobin di dalam darah.
- Seng diberikan sebesar 13 mg per hari karena seng berperan
dalam produksi hormone thymulin hormone yang berperan
dalam maturasi dan differensiasi sel T dengan induksi aktivasi
sel T dan aktivasi makrofag guna melakukan bacterial clearance
- Menghindari makanan yang mengandung gula sederhana
seperti buah yang diawetkan, minuman ringan, kue manis, kental
manis, dan makanan manis lainnya.
c. Rekomendasi Menu
Contoh Menu Diet DM dan DASH diet
E: 1634 kkal P: 82 g L: 51 g KH: 195,6 g

Waktu Bahan Makanan Berat URT Penukar Menu Makanan


Pagi Tepung beras 25 gr 4 sdm ½ P Bubur saring
Pukul 07.00 Telur ayam 55 gr 1 btr 1P Telur rebus
WIB Tahu 110 gr 1 bj bsr 1P Tim tahu saring
Bayam 100 gr 1 gls 1P Sayur bayam
saring
Selingan Kacang hijau 20 gr 2 sdm 1P Bubur kacang
Pukul 10.00 Gula pasir 13 gr 1 sdm 1P hijau saring
WIB
Siang Tepung beras 50 gr 8 sdm 1P Bubur saring
Pukul 13.00 Daging 35 gr 1 ptg sdg 1P Sup daging
WIB saring
50 gr
Tempe 2 ptg sdg 1P Tempe bumbu
tomat saring
100 gr
Wortel 1 gls 1P Sup wortel
saring
110 gr
Papaya 1 ptg bsr 1P Pepaya saring
Minyak jagung 15 gr 3 sdt 3P
Selingan Tepung susu 20 gr 3 sdm 1P Puding maizena
Pukul 16.00 skim
WIB Gula pasir 13 gr 1 sdm 1P
Tepung 25 gr 5 sdm ½P
maizena
Malam Tepung beras 50 gr 8 sdm 1P Bubur saring
Pukul 19.00 Ayam tanpa kulit 40 gr 1 ptg sdg 1P Sup ayam saring
WIB Tahu 110 gr 1 bj bsr 1P Gadon tahu
saring
Sawi hijau 100 gr 1 gls 1P Sup sawi saring
Jeruk manis 110 gr 2 bh 1P Air jeruk
Minyak jagung 10 gr 2 sdt 2P

Selingan Tepung susu 20 gr 3 sdm 1P Susu skim


malam skim
Pukul 21.00 Gula pasir 13 gr 1 sdm 1P
WIB
2. Edukasi Gizi
a. Tujuan
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai penyakit yang
dialami
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pemilihan
makanan yang tepat sesuai kondisi pasien saat ini
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai cara pengolahan
makanan yang tepat sesuai kondisi pasien saat ini
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai makanan yang
perlu dihindari oleh pasien karena dapat meningkatkan
progresivitas penyakit
b. Sasaran : Keluarga dan Pasien
c. Materi
- Pemaparan Penyakit Diabetes Mellitus, Stroke Non Hemoragik,
dan hipertensi
- Pemilihan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pemaparan makanan yang perlu dihindari pasien seperti
makanan tinggi lemak jenuh dan tinggi glukosa serta pemaparan
makanan yang dianjurkan seperti makanan yang tinggi
antioksidan yang banyak terdapat pada buah dan sayuran.
3. Konseling Gizi
a. Tujuan
- Memberikan pemahaman kondisi pasien kepada keluarga dan
pasien sendiri
- Membantu memotivasi pasien dalam mengubah kebiasaan
pasien mengenai pemilhan dan cara pengolahan makanan yang
tepat
- Meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet yang
diberikan dari rumah sakit
b. Sasaran : Keluarga dan Pasien
c. Materi
- Menjelaskan tujuan dan prinsip diet yang dijalani pasien yaitu
pengaturan jadwal, jumlah, dan jenis makan
- Memberikan contoh menu yang sesuai dengan syarat diet dan
kebutuhan pasien
- Memberikan motivasi pada pasien agar dapat menjalankan
dietnya dengan baik dan dapat dilanjutkan oleh pasien apabila
telah pulang nantinya
d. Pendekatan konseling menggunakan Transtheoretical Model
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain
a. Dokter
Koordinasi dengan dokter dapat memudahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai diagnosis pasien, perkembangan
kondisi klinis pasien, dan interaksi obat dengan makanan yang
diberikan.
b. Perawat
Membantu pencatatan perkembangan kondisi klinis dan fisik
pasien yang nantinya dicatat di dalam catatan rekam medis dan
dilaporkan kepada ahli gizi untuk penyesuaian diet sesuai dengan
penerimaan pasien.
c. Ahli Gizi
Membantu dalam penentuan diet yang dilaksanakan oleh
pasien sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan oleh ahli gizi,
konseling mengenai kebiasaan makan pasien, pemberian saran
pemilihan dan cara pengolahan makan yang tepat agar membaiknya
kondisi pasien. Selain itu pentingnya kolaborasi ahli gizi dengan
dokter dalam mengetahui ada tidaknya interaksi obat dan makanan
pasien agar pengobatan baik secara medis maupun asupan dapat
berjalan dengan efektif.
BAB VI
MONITORING EVALUASI GIZI
Indikator Metode Target Pencapaian

Monitoring dan
EvaluasiFood History
Makanan yang Comestock 80% makanan yang
disajikan habis disajikan habis

Kebutuhan Recall 24 jam Energy yang diasup


energy minimal 80% secara
tercukupi bertahap

Kebutuhan Recall 24 jam Energy yang diasup


karbohidrat minimal 80% secara
tercukupi bertahap

Kebutuhan Recall 24 jam Energy yang diasup


protein minimal 80% secara
tercukupi bertahap

Kebutuhan Recall 24 jam Energy yang diasup


lemak tercukupi minimal 80% secara
bertahap

Kebutuhan Recall 24 jam Pemenuhan


kolesterol kolesterol < 200
tercukupi mg/hari

Kebutuhan Recall 24 jam Vitamin A 600 mcg


mikronutrient Vitamin C 90 mg
tercukupi Vitamin E 15 mg
Sodium <1500 mg
Kalium 4700 mg
Magnesium 350 mg
Zat besi 13 mg
Seng 13 mg
Mikronutrien lain
tercukupi minimal
80%

Monitoring dan Evaluasi


Data Fisik
Lemas mulai Melihat Aktifitas sehari Pasien sudah
berkurang mampu melakukan
aktifitas fisik harian
dengan skala ringan.

Tekanan darah Pengukuran Tensi Tekanan darah pada


mencapai pasien mencapai
normal nilai normal (120/80
mmHg).

Monitoring dan Evaluasi


data Biokimia
Hasil Biokimia Tes Laboratorium Hasil tes biokimia
berangsur pada pasien
normal berangsur
normal,terutama :
HbA1c < 5,7%
Gula Darah Sewaktu
(GDS) < 200 mg/dL
HDL > 40 mg/dL

Monitoring dan Evaluasi


Hasil Perilaku dan
Lingkungan terkait Gizi
Motivasi dan Edukasi dan Konseling Motivasi untuk
perubahan Gizi setiap minggu sembuh dibuktikan
sikap mulai ada dengan mau
mendengarkan ahli
gizi dan berusaha
untuk sembuh

Meningkatnya Edukasi dan Konseling Pasien dan keluarga


pengetahuan Gizi setiap minggu memahami makanan
gizi pasien dan apa saja yang
keluarga terkait dianjurkan dan
penyakit pasien dibatasi oleh pasien
serta cara
pengolahan
makanan yang tepat

Meningkatnya Edukasi dan Konseling Pasien mulai


pengertian Gizi setiap minggu mengerti dengan diit
terhadap yang dianjurkan dan
konsumsi mau menjalankan
makanan terapi diit yang
diberikan.
BAB VII
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus Tn. Zn, menggunakan skrining gizi Malnutrition Universal
Screening Tool (MUST). MUST adalah alat skrining yang bertujuan untuk
mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau berisiko untuk malnutrisi. MUST
menggunakan 3 kriteria dalam penggunaannya yaitu IMT, penurunan berat
badan, dan efek penyakit akut. Berdasarkan hasil skrining pasien, diperoleh total
skor yaitu 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa Tn.Zn beresiko tinggi untuk
terjadi malnutrisi sehingga harus ditangani oleh ahli gizi untuk mendapatkan
asuhan gizi secara individual dan pasien dimonitoring setiap hari. Berdasarkan
kajian Antropometri diperoleh data antropometri adalah tinggi lutut yaitu 47 cm
dan LILA yaitu 30 cm. Didapatkan TB dan BB estimasi sebesar 157 cm dan 70
kg sehingga, diperoleh BMI sebesar 28,4 kg/m2 dan dikategorikan pada obesitas
tingkat 1.
Pada data biokimia, diketahui bahwa Tn. Zn diabetes mellitus yang
ditandai dengan tingginya nilai HbA1c dan GDS. Selain itu, Tn. Zn juga memiliki
nilai HDL yang rendah dari nilai normalnya.
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan
kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam
darah (hiperglikemia). Kriteria Diagnostik Diabetes melitus yaitu gejala klasik DM
dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir, kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl
(7.0 mmol/L). Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam, Kadar
glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L), pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5%
dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).1
Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitif lipase di jaringan adiposa
akan menjadi aktif sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa semakin
meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak bebas yang berlebihan.
Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan
sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati. Di hati asam lemak
bebas akan menjadi trigliserid kembali dan menjadi bagian dari VLDL. Oleh
karena itu VLDL yang dihasilkan pada keadaan resistensi insulin kaya akan
trigliserid yang disebut VLDL kaya trigliserid atau VLDL besar. Trigliserid VLDL
besar akan bertukar dengan kolesterol ester dari HDL dan menghasilkan HDL
miskin kolesterol ester tetapi kaya trigliserid. Kolesterol HDL bentuk demikian
lebih mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL serum menurun. 2-4
Hal ini terjadi juga pada Tn. Zn yaitu ditandai dengan tingginya nilai GDS dan
HgbA1c, serta rendahnya nilai HDL.
Selanjutnya berdasarkan pengkajian data klinik/fisik diketahui bahwa Tn.
Zn merasa lemah pada anggota tubuh bagian sebelah kanan, mengalami bibir
menceng ke kanan, dan berbicara pelo. Selain itu Tn. Zn memiliki tekanan darah
(220/120 mmHg) yang tergolong hipertensi stage 3.
Diabetes mellitus menyebabkan laju penuaan sel berlangsung sangat
cepat akibat kadar glukosa yang tinggi disertai kerapuhan pembuluh darah,
sehingga berisiko tinggi terhadap hipertensi dan penyakit jantung yang akhirnya
meningkatkan risiko serangan stroke.5 Diabetes mellitus dapat menimbulkan
perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung). Diabetes
mellitus mempercepat terjadinya aterosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar,
sehingga risiko penderita stroke meninggal lebih besar.
Pada seseorang dengan diabetes mellitus, risiko terjadinya stroke
meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes mellitus. 6

Hal ini terjadi karena peningkatan gula darah dapat meningkatkan risiko
aterosklerosis dan juga risiko stroke lainnya, seperti hipertensi, obesitas dan
hyperlipidemia. Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa diabetes
melitus yang dialami oleh Tn. Zn menyebabkan terjadinya stroke dan hipertensi.
Beberapa tanda Tn. Zn mengalami stroke yaitu bibir menceng ke kanan,
berbicara pelo, serta merasa lemah pada anggota badan bagian sebelah kanan.
Berdasarkan pengkajian riwayat gizi sebelum masuk rumah sakit
diketahui bahwa Tn. Zn senang mengonsumsi lauk hewani yang digoreng dan
menyukai sayuran yang bersantan. Namun, pasien jarang mengonsumsi lauk
nabati dan hanya mengonsumsi buah seminggu sekali. Pasien juga menyukai
gorengan, ubi goreng, pia, dan asin-asinan sebagai snack pada saat di kost
sehingga akan menyebabkan tingginya asupan lemak Tn. Zn dan memberikan
dampak pada nilai HDL yang rendah. Sedangkan berdasarkan pengkajian
riwayat gizi setelah masuk rumah sakit diketahui bahwa Tn. Zn hanya mengasup
50% dari makanan yang disajikan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena Tn.
Zn mengalami kesulitan dalam mengasup makanan secara fisik sehingga
menurunkan nafsu makan pasien.
Berdasarkan pengkajian data riwayat pasien diketahui bahwa Tn. Zn
berusia 54 tahun, lulusan SD, seorang pedagang burung dan tinggal bersama
istri dan dua anak. Pasien memiliki riwayat DM dan kolesterol yang tinggi. Dulu
beliau merokok 4-5 batang/hari. Namun, telah melepas kebiasaan merokok pada
saat usia 40 tahun. Pasien juga didiagnosis mengalami SNH (Stroke Non
Hemoragik) Hemiparesis Dekstra.
Stroke dikenal dengan istilah gangguan peredaran darah otak (GPDO)
atau disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) ditandai dengan hilangnya
sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi neurologis.7,8 Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu
bagian otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau
stenosis arteri. Oklusi ini disebabkan oleh trombosis dan emboli yang semuanya
dapat menyebabkan hipoperfusi yaitu pengurangan atau gangguan dalam aliran
darah otak (CBF) yang menyebabkan aliran ataupun asupan glukosa dan
oksigen berkurang sehingga mempengaruhi fungsi neurologis.9 Dampak stroke
yaitu terjadinya hemiparesis (kelemahan, tidak sepenuhnya lumpuh pada satu
tangan atau satu kaki atau satu sisi wajah) yang disebabkan oleh jaringan otak
rusak pada sisi berlawanan dari anggota tubuh. Hemiparesis yang terjadi pada
sisi tubuh sebalah kanan disebut hemiparesis dekstra.10
Riwayat kolesterol tinggi pada Tn. Zn dapat disebabkan oleh diabetes
mellitus yang dialaminya. Kadar glukosa darah yang tinggi merangsang
pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam lemak, dan kolesterol dari
glukosa. Pada seseorang yang mengalami diabetes mellitus dapat terjadi
perubahan metabolisme lemak akibat insulin yang menurun, yaitu peningkatan
lipolisis jaringan dan efektifitas lipoprotein lipase yang menurun dalam darah
sehingga kadar lemak dalam darah meningkat.2
Kebiasaan merokok Tn. Zn sebelum usia 40 tahun berkaitan dengan
terjadinya hipertensi dan stroke yang dialaminya saat ini. Nikotin pada rokok
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.11 Saat merokok, nikotin
akan masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian masuk ke dalam otak. Nikotin
yang masuk ke dalam otak akan menyempitkan pembuluh darah pada otak
sehingga aliran darah ke otak terhambat dan sel-sel otak rusak atau mati yang
kemudian dikenal sebagai stroke. Merokok juga dapat mengurangi kadar HDL
dan meningkatkan kadar LDL, sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah.
Setelah melakukan beberapa tahap assessment, maka didapat beberapa
diagnosis gizi yaitu sebagai berikut :
1. Ketidakcukupan asupan oral (NI-2.1)
Ketidakcukupan asupan oral berkaitan dengan keterbatasan daya
penerimaan makanan secara fisik ditandai dengan lemahnya anggota
badan bagian kanan, bibir menceng ke kanan, pelo, dan rendahnya
asupan makan pasien yaitu 50% dari makanan yang disajikan di rumah
sakit.
2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2)
Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan diabetes
melitus dan hipertensi ditandai dengan tingginya nilai HbA1c (10,6%) dan
GDS 352 mg/dL), serta tingginya tekanan darah (220/120 mmHg) dari nilai
normalnya.
3. Kurangnya Pengetahuan yang berhubungan dengan zat gizi /
makanan (NB-1.1)
Kurangnya Pengetahuan yang berhubungan dengan zat gizi / makanan
berkaitan dengan belum pernah mendapatkan edukasi dan pengetahuan
mengenai gizi ditandai dengan pemilihan makanan yang kurang baik,
seperti seringnya mengonsumsi makanan yang diolah dengan cara
digoreng, sering mengonsumsi sayuran yang bersantan, dan snack yang
asin.

Dari beberapa masalah gizi yang dialami Tn.Zn, maka diberikan intervensi
yang bertujuan untuk memperbaiki asupan zat gizi Tn. Zn seperti zat gizi makro
maupun mikro agar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh, memperbaiki
nilai laboratorium dengan cara meningkatkan asupan protein baik hewani
maupun nabati, memperbaiki jenis karbohidrat dan lemak yang diasup oleh
pasien sehingga laboratorium seperti HbA1c, gula darah sewaktu, HDL, dan
tekanan darah bisa kembali mendekati normal, selain itu juga untuk mengurangi
progresivitas penyakit pasien yaitu dengan meningkatkan pemberian asupan
tinggi antioksidan seperti vitamin dan mineral (vitamin A, vitamin C, vitamin E,
seng, dan selenium).
Terdapat juga intervensi lain yang diberikan kepada Tn. Zn yaitu edukasi
dan konseling gizi, hal ini bertujuan untuk membantu meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai penyakit yang dialami dan penyebabnya, meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai pemilihan makanan dan cara pengolahan
makanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini sehingga dapat
mengurangi progresivitas penyakit, meningkatkan pengetahuan mengenai pola
makan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah, dan jadwal makan serta untuk
meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet yang diberikan dari
rumah sakit.
Jenis diet yang diberikan pada Tn.Zn yaitu diet DM dan DASH diet dengan
konsistensi saring dikarenakan ada kesulitan dalam mengasup makanan secara
fisik. Frekuensi pemberian makan 6 kali sehari dengan pembagian 3 kali makan
utama dan 3 kali selingan dengan tujuan peningkatan asupan pasien karena
pasien perlu diberikan makan sedikit demi sedikit namun sering.
Dari segi pemberian diit, pemberian zat gizi makro mengacu pada
pemberian diet untuk pasien diabetes yang mana karbohidrat diberikan sebesar
55%, lemak diberikan sebesar 25%, dan protein 20% karena umumnya pasien
membutuhkan protein tinggi untuk regenerasi dan perbaikan sel yang rusak.
Pemberian zat gizi mikro diutamakan pada masalah yang dialami yang mana
membutuhkan tinggi antioksidan, dan perbaikan nilai tekanan darah. Maka
diberikan vitamin A, vitamin C, E, zat besi, dan seng. Vitamin A, C, dan E sebagai
antioksidan karena memiliki kemampuan untuk menghambat dan mengikat
radikal bebas. Zat besi digunakan agar meningkatnya sintesis hemoglobin, dan
seng sebagai maturase limfosit T untuk fungsi bacterial clearance.12 Selain itu
diberikan asupan kalium dan magnesium untuk membantu menurunkan tekanan
darah pasien agar mendekati nilai normal.
Pemberian diit juga mempertimbangkan makanan yang perlu dihindari
seperti makanan tinggi gula sederhana seperti kental manis, makanan yang
diawetkan dengan gula, roti manis dan makanan manis lain untuk mencegah
peningkatan glukosa darah. Selain itu juga, pasien perlu menghindari makanan
tinggi lemak seperti makanan gorengan dan fastfood untuk mencegah
peningkatan trigliserida dan menghindari makanan yang tinggi natrium, seperti
makanan yang diawetkan, makanan kemasan untuk mencegah hipertensi.
Selain pemberian diet, intervensi lain yang diberikan adalah edukasi dan
konseling gizi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai
penyakit yang dialami, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai pemilihan
makanan dan cara pengolahan yang tepat dan yang sesuai dengan kondisi
pasien saat ini, meningkatkan pengetahuan pasien mengenai makanan yang
perlu dihindari oleh pasien karena dapat meningkatkan progresivitas penyakit
dan memberikan pemahaman kondisi pasien kepada keluarga dan pasien
sendiri, membantu keluarga agar dapat memotivasi pasien dalam mengubah
pola makan pasien, serta meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet
yang diberikan dari rumah sakit.
Tahap selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi, pada kasus ini
monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah monitoring dan evaluasi food
history, monitoring dan evaluasi antropometri data, monitoring dan evaluasi data
fisik, monitoring dan evaluasi data biokimia, dan yang terakhir monitoring dan
evaluasi hasil perilaku dan lingkungan terkait gizi.
BAB VIII
KESIMPULAN
Pasien mengalami Stroke Non Hemoragik Hemiparesis Dekstra,
hipertensi, dan memiliki riwayat Diabetes Mellitus serta kolesterol yang tinggi.
Berdasarkan kondis fisik pasien merasa lemas pada anggota badan sebelah
kanan, bibir menceng ke kanan, dan pelo. Tn.Zn berdasarkan IMT termasuk
dalam kategori obesitas 1 (28,4 kg/m2)
Dari masalah gizi tersebut diagnosis gizi yang ditetapkan bagi pasien
adalah ketidakcukupan asupan secara oral, perubahan nilai laboratorium
terkait gizi, dan kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi.
Berdasarkan permasalahan gizi tersebut, pasien diberikan diet DM
dan DASH diet dimana diet tersebut memberikan kalori sebanyak 1800 kkal
secara bertahap dengan konsistensi saring untuk meningkatkan asupan
pasien karena adanya kesulitan dalam mengasup makanan secara fisik
dengan frekuensi pemberian makan yaitu 3x makan utama dan 3x makan
selingan, serta menggunakan prinsip 3J (jadwal, jumlah, dan jenis)
mengingat pasien memiliki riwayat penyakit DM.
Selain itu menghindari makanan yang memperparah penyakit DM,
Stroke non hemoragik, dan hipertensi, serta memberikan makanan yang
kaya antioksidan untuk mengurangi stress oksidatif dan menghindari
makanan yang tinggi natrium. Diharapkan pasien mengalami perkembangan
kesembuhan lewat nilai lab yang membaik, dan fisik yang semakin baik, serta
adanya perubahan perilaku serta pengetahuan pasien terkait gizi mengenai
pemilihan dan cara pengolahan makanan yang baik.
BAB IX
LAMPIRAN

Tinggi lutut = 47 cm
LILA = 30 cm
TB (Chumlea) = 64,19 – (0,04 x U) + (2,02 x TL)

TB (cm) = 64,19 - (0,04 x 54) + (2,02 x 47)

= 64,19 – 2,16 + 94,94

= 156,97

= 157 cm
BB (kg) = (4 x LILA (cm)) – 50

= (4 x 30) - 50

= 120 - 50

= 70 kg

IMT = BB / (TB)2

= 70 / (1,57)2

= 70 / 2,4649

= 28,4 kg/m2  Obesitas 1

BBI = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg

= 90% x (157 – 100) x 1 kg

= 51,3 kg (Rumus Broca)

 PERHITUNGAN SEBELUM INTERVENSI


 Kebutuhan Energi
Energi Basal = BB x 30 kkal
= 51,3 x 30 kkal
= 1539 kkal = 1539
Koreksi Aktifitas = 30% x 1539 = 461,7 +
(Pedagang burung) 2000,7
Stres Metabolik = 10% x 1539 = 153,9 +
2154,6
Koreksi umur = 5% x 1539 = 76,95 –
2077,65 kkal  TEE
 Kebutuhan Zat Gizi
Protein = 10-20%
= 20% x 2077,65
= 415,53 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 103,88 gram

Lemak = 20-25%
= 25% x 2077,65
= 519,4125 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 57,71 gram

Karbohidrat = 45-65%
= 55% x 2077,65
= 1142,7075 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 285,68 gram

 PERHITUNGAN SETELAH INTERVENSI

 Kebutuhan Energi
Energi Basal = BB x 30 kkal
= 51,3 x 30 kkal
= 1539 kkal = 1539
Koreksi Aktifitas = 10% x 1539 = 153,9 +
(Istirahat) 1692,9
Stres Metabolik = 10% x 1539 = 153,9 +
1846,8
Koreksi umur = 5% x 1539 = 76,95 –
1769,85 kkal  TEE

 Kebutuhan Zat Gizi


Protein = 10-20%
= 20% x 1769,85
= 353,97 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 88,5 gram

Lemak = 20-25%
= 25% x 1769,85
= 442,4625 / 9 (1 kkal= 9 gram)
= 49,16 gram

Karbohidrat = 45-65%
= 55% x 1769,85
= 973,4175 / 4 (1 kkal = 4 gram)
= 243,35 gram

 ANALISIS ZAT GIZI MENU

Zat Gizi Asupan Kebutuhan Kecukupan


Energi 1634 kkal 1769,85 kkal 92,31%
Protein 82 g 88,5 g 92,65%
Lemak 51 g 49,16 g 103,74%
Karbohidrat 195,6 g 243,35 g 80,38%
 LEAFLET

Gambar 1. Leaflet tampak depan


Gambar 2. Leaflet tampak belakang
DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. 2015. Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus. Diabetes Care. 38:8-16.
2. Sudoyo AW, Dkk. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme.
Dalam: Asman Manaf. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid III.
Jakarta: Internal Publishing; 2010. h.1896-9.
3. Guyton Hall. Metabolisme Lipid. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. h.882-94.
4. Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Mellitus, & Dislipidemia
Konsep, Teori, dan Penanganan Aplikatif. Jakarta: EGC; 2011.
5. Lingga, Lanny. All About Stroke: Hidup Sebelum Dan Pasca Stroke,
Penerbit Gramedia, Jakarta. 1992.
6. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 2005.
7. Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada
pasien rawat inap di bagian penyakit dalam rsud kabupaten solok selatan
periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012. J Kes Andalas. 2013; 2(2): 57-61.
8. Axanditya B, Kustiowati E, Partiningrum DL. Hubungan faktor risiko stroke
non hemoragik dengan fungsi motorik [skripsi]. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2014.
9. Kanyal N. The science of ischemic stroke: pathophysiology &
pharmacological treatment. Int J Pharm Res Rev. 2015; 4(10):65-84.
10. Langhorne P, Bernhardt J, Kwakkel G. Stroke rehabilitation. Lancet.
2011;377(9778): 1693-1702.
11. Mahendra, Rachmawati. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta:
Niaga Swadaya; 2004
12. Saptyaningsih ARN, Widajanti L. 2016. Hubungan asupan zat besi, asam
folat, vitamin B12, dan vitamin C dengan kadar hemoglobin siswa di smp
negeri 2 tawangharjo kabupaten grobogan. JKM FKM Undip.

Anda mungkin juga menyukai