Anda di halaman 1dari 23

PROGRAM GIZI

PROGRAM PENANGANAN GAKY

Dosen Pengampu :

Nuryanto, S.Gz, M.Gizi

Rachma Purwanti, S.KM, M.Gizi

Disusun oleh :

Afika Nur Febriana Habibah 22030116120018

Zamharirah Risal 22030116120034

Dona Kusumawati 22030116120052

Ahmad Farid Naufal 22030116140058

Arie Rufaidah 22030116140096

Dzaki Wicaksono H. 22030116140110

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
1. TUJUAN UMUM............................................................................................2
2. TUJUAN KHUSUS.........................................................................................2
D. MANFAAT............................................................................................................3
BAB II ISI..........................................................................................................................4
A. DEFINISI...............................................................................................................4
1. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).............................................4
2. Program Penanggulangan GAKY.....................................................................4
B. TUJUAN................................................................................................................5
C. SASARAN DAN RUANG LINGKUP..................................................................5
D. TIM PELAKSANA................................................................................................6
E. PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN GAKY...............7
1. Yodisasi Garam dan Uji Mutu Garam di Sentra Garam Rakyat.....................10
2. Monitoring Mutu Garam Beryodium Pada Industri Besar dan Kecil..............12
3. Distribusi Garam Beryodium..........................................................................12
D. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY KABUPATEN
WONOGIRI .............................................................................................TAHUN 2017
13
1. Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY.................................13
2. Jenis kegiatan.................................................................................................14
E. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGUANGAN GAKY KOTA
SURABAYA................................................................................................................15
a. Program Jangka Panjang................................................................................16
b. Program Jangka Pendek.................................................................................16
c. Proyek Palpasi Gondok Anak Sekolah...........................................................16
d. Pengawasan dan Pengendalian Program Penanggulangan GAKY.................16
F. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY PUSKESMAS
CANGKRINGAN, YOGYAKARTA, 2013.........................................................16

ii
1. Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY................................16
2. Waktu dan Jenis Kegiatan..............................................................................17
3. Monitoring dan Evaluasi Program..................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rendahnya status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan dan kuliatas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini
dialami oleh banyak negara termasuk negara berkembang salah satunya
adalah Indonesia. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) merupakan salah satu masalah yang serius karena dampaknya
yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia.1 Saat ini Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang dapat
diketahui dengan spektrum klinik seperti fenomena gunung es.2
Program pemerintah dalam mengatasi GAKY, yaitu melalui
program jangka pendek dengan pemberian suplementasi yodium di daerah
endemik berat maupun jangka panjang dengan iodisasi garam.3 Prevalensi
GAKY diketahui menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2003
prevalensi GAKY di Indonesia sebesar 11,1%.4 Hal ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan program-program pemerintah menunjukkan adanya
gambaran keberhasilan progam penanggulangan GAKY secara nasional.
GAKY di Indonesia dapat terjadi pada semua golongan usia mulai
dari janin, bayi, anak dibawah umur lima tahun, anak pra sekolah, anak
sekolah, remaja, wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, dan usia
lanjut. Gangguan akibat kekurangan yodium disebabkan karena tubuh
kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama sehingga menghambat
pembentukan tiroksin. Iodium yang kurang dalam tubuh menyebabkan
terjadinya pembesaran kelenjar tiroid (Hipertiroidisme). Sel kelenjar tiroid
akan mengalami pembesaran untuk meningkatkan sintesis iodium dalam
tubuh sehingga terjadi hipertropi kelenjar gondok yang nantinya akan
menyebabkan terjadinya gondok. Kekurangan iodium adalah salah satu
penyebab penurunan kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia untuk pembangunan.

1
Masyarakat yang tinggal di daerah-daerah tertentu sangat sulit
untuk memenuhi kebutuhan iodium karena lingkunganya yang rendah zat
iodium. Kebutuhan iodium pada usia dewasa 13 tahun keatas adalah 150
mikrogram per hari.5 GAKY dapat diukur dari penggunaan iodium rumah
tangga. Indikator yang menggambarkan status iodium adalah Eksresi
Yodium dalam Urin (EYU) pada anak usia 6 tahun atau ibu hamil, Total
Goitre Rate (TGR) pada anak usia 6-12 tahun atau dewasa dengan palpasi
dengan mengukur volume kelenjar tiroid melalui sampel darah.6
Pemerintah Indonesia dalam penanggulangan masalah GAKY
salah satunya yaitu distribusi garam dapur yang dimodifikasi dengan
kalium iodat. Garam beryoidum merupakan produk yang wajib
menerapkan SNI sesuai dengan peraturan pemerintah N0.15 tahun 1991
tentang Standar Nasional Indonesia dengan SK Menteri perindustrian
No.29/M/SK/2/1995 tentang pengesahan SNI dan penggunaan tanda SNI
secara wajib. Iodisasi garam menjadi suatu program nasional dan telah
dikenal dengan motto pencapaian “Garam Beryodium untuk semua”
dengan minimal konsumsi rumah tangga 90% garam beryodium yang
cukup.2
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pelaksanaan program pemerintah dalam
penanggulangan masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium di Indonesia ?
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program penanggulangan
pemerintah dalam menangani masalah gizi Gangguan Akibat Kurang
Yodium
2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
penanggulangan masalah gizi Gangguan Akibat Kurang Yodium
oleh pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
monitoring dan evaluasi.

2
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program penanggulan
masalah gizi Gangguan Akibat Kurang Yodium oleh pemerintah
dai lingkup nasional hingga distribusi ke daerah serta kendala
yang ditemui.
D. MANFAAT
Dapat memberikan informasi dan referensi bagi mayarakat atau
pembaca mengenai pelaksaan program pemerintah penanggulangan
masalah gizi Gangguan Akibat Kurang Yodium yang dilakukan
pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan
evaluasi.

3
BAB II
ISI

A. DEFINISI
1. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKY di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
yang cukup serius karena dampaknya yang sangat besar terhadap
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.1 Gangguan
akibat kekurangan Yodium (GAKY) merupakan akibat dari
kekurangan iodium pada tumbuh kembang manusia yang memiliki
spektrum luas seperti abortus, lahir mati, hipotiroid neonatal, kretin,
gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta gondok.7
Kekurangan iodium disebabkan oleh faktor asupan dan lingkungan.
Faktor asupan yaitu kekurangan iodium dalam jangka waktu yang
lama, sedangkan faktor lingkungan dimana tanah, air dan tumbuhan
yang tumbuh diatasnya kekurangan atau tidak mengandung unsur
iodium atau blocking agent yang secara alami terdapat dalam tanah
dan air di lingkungan tempat tinggal.1,5 Selain itu juga GAKY juga
semakin berat permasalahannya karena adanya gangguan lain seperti
kandungan zat goitrogenik yang dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid.1
2. Program Penanggulangan GAKY
Program pemerintah dalam penanggulangan GAKY terbagi
menjadi 2 yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Pada jangka
pendek yaitu dilakukannya pemberian kapsul minyak beryodium
200000 µg pada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah usia 5
tahun, sedangkan jangka panjang adalah konsumsi garam beryodium
atau Universal Salt Iodization (USI) yang diberikan pada seluruh
masyarakat.8
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
GAKY secara nasional yang dimula sejak tahu 1974 yaitu melalui
suntikan larutan minyak beryodium dan lipidol. Pada tahun 1992 cara

4
tersebut dihentikan dan digantikan dengan pemberian kapsul minyak
beryodium yang dilakukan didaerah endemik sedang dan endemik
berat.8 Program pemerintah pada penanggulangan GAKY sejak tahun
2009 berfokus pada konsumsi garam beriodium oleh masyarakat atau
USI (Universal Salt Iodization), yaitu lebih dari 90% rumah tangga
mengonsumsi garam yang difortifikasi KIO3 sebesar 30-80 ppm.1
Garam beryodium dipilih oleh pemerintah karena garam dikonsumsi
semua tingkatan ekonomi masyarakat. Selain itu penanggulangan
GAKY juga dilakukan dengan pemberian kapsul yodiol pada wanita
usia subur, ibu hamil, serta ibu menyusui.
B. TUJUAN
Tujuan penanggulangan GAKY di daerah :9
a. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman produsen dan konsumen
akan pentingnya penanggulangan GAKY
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar sesuai dengan
sasaran tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs)
dan rencana pembangunan jangka panjang nasional
c. Meningkatkan indeks pembangunan manusia khususnya dibidang
kesehatan dan pendidikan masyarakat
d. Memudahkan masyarakat mendapatkan garam beryodium
e. Mempercepat pencapaian konsumsi garam beryodium untuk semua
kalangan
Selain itu tujuan penanggulangan masalah GAKY di Indonesia bukan
hanya untuk menyelesaikan masalah gondok, tetapi yang terpenting adalah
untuk mengurangi masalah gangguan pada otak.8
C. SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Sasaran Dampak
WUS (Wanita Usia Subur) - Meningkatkan risiko keguguran
- Kelahiran meninggal
Wanita Hamil - Melahirkan bayi dengan
keterbelakangan mental atau bahkan
kretin
Janin - Aborsi spontan
- Lahir meninggal
- Kelainan bawaan

5
- Kematian perinatal
Bayi dan Balita - Kretin endemik
- Keterbelakangan mental
- Spastic displegia (kekakuan 2 anggota
gerak)
- Juling, Hipotiroid, Kematian bayi
- Stunting (Cebol)
Anak dan remaja - Gangguan fungsi mental
- Hambatan tumbuh kembang fisik
- Iodine Induced Hyperthyroidism
Dewasa - Gangguan fungsi mental
- Iodine Induced Hyperthyroidism
Semua usia - Gondok
- Hipotiroid
- Meningkatnya kerentanan terhadap
radikal bebas9

D. TIM PELAKSANA
1. Pemerintah Daerah (Gubernur, Bupati /Walikota, Perangkat Daerah)
dan DPRD
- Menyiapkan kebijakan tentang penangulanan GAKY mulai dari
aspek produksi, distribusi dan konsumsi garam beryodium
- Saling berkoordinasi mengenai penanggulangan GAKY
- Penyuluhan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi garam
beryodium
- Koordinasi pengawasan terhadap garam yang beredar di pasar
- Koordinasi pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan
penanggulangan GAKY di kabupaten/kota
- Koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
penanggulangan GAKY di kabupaten/kota
2. Produsen garam (Pelaku usaha dan badan usaha) termasuk petani,
pedagang, dan industri garam
- Produsen garam adalah setiap orang, pelaku usaha atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang melakukan kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas
kembali, dan/atau mengubah bentuk barang

6
3. Masyarakat
- Orang atau kelompok masyarakat yang menggunakan garam
beryodium untuk konsumsi manusia maupun ternak, pengasinan
ikan atau bahan penolong industri pangan
- Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang tidak
sesuai dengan rencana penanggulangan GAKY yang telah
ditetapkan kepada bupati/walikota atau camat atau kepala
desa/lurah10
E. PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN GAKY
Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia.
Yodium merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental. Masalah GAKY merupakan masalah yang serius
mengingat dampaknya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3
aspek, yaitu aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial
dan aspek perkembangan ekonomi.
Pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan GAKI melalui
dua cara, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yaitu
dengan melakukan pemberian kapsul minyak beriodium kepada seluruh
wanita usia subur (termasuk ibu hamil dan ibu menyusui), serta anak
sekolah dasar di kecamatan - kecamatan endemis berat dan sedang. Upaya
jangka panjang yaitu penggunaan garam beryodium dalam makanan
seharihari oleh masyarakat.
Pada tahun 1980 program penanggulangan GAKI di daerah endemik
berat dengan melakukan penyuntikan lipiodol (pelarutan iodium).
Penduduk yang menerima suntikan tersebut adalah wanita umur 0-45
tahun dan laki-laki umur 0-20 tahun. Mulai tahun 1992 strategi jangka
pendek program penanggulangan GAKI dilaksanakan dengan
suplementasi kapsul minyak beriodium. Program ini dilakukan dalam
rangka mempercepat perbaikan status iodium masyarakat khususnya di
daerah endemik sedang dan berat.

7
Survei nasional evaluasi IP GAKY tahun 2003 menunjukkan bahwa
35,8% kabupaten adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik
sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat. Sedangkan, hasil riskesdas
tahun 2007 menunjukan gambaran nasional bahwa konsumsi iodium telah
melebihi dari yang dianjurkan. Hasil survey yang diwakili 30 kabupaten /
kota menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan urin, median kadar iodium
urin anak umur 6-12 tahun adalah 224 µg/L. Jumlah ini masuk dalam
kategori diatas angka kecukupan yang dianjurkan yaitu 100-199 µg/L.
Berlawanan dengan program tersebut, hasil penelitian menunjukan bahwa
telah muncul adanya kasus hipertiroid, sehingga pemerintah menghentikan
suplementasi kapsul iodium.
Hasil Riskesdas tahun 2007 juga menunjukkan bahwa secara
keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga yang mengonsumsi
garam mengandung cukup yodium mencapai 62,3%, yang mengonsumsi
garam kurang mengandung yodium sebesar 23,7% dan yang tidak
mengandung yodium sebesar 14,0%. Berkaitan dengan itu Direktur
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, mengeluarkan Surat Edaran Nomor :
JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009, mengenai Percepatan
Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium yang antara lain
menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar
meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam peningkatan garam
beryodium dan menghentikan suplementasi kapsul minyak yodium pada
sasaran (WUS, ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD/MI). Hal ini
diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010
tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
di Daerah.
Diantara strategi-strategi untuk penghampusan GAKI, pendekatan
jangka panjang adalah fortifikasi pangan dengan Yodium. Sampai tahun
60an, beberapa cara suplementasi yodium dalam diet yang telah diusulkan
berbagai jenis pangan pembawa seperti garam, roti, susu, gula, dan air
telah dicoba. Iodisasi garam menjadi metode yang paling umum yang
diterima di kebanyakan negara di dunia sebab garam digunakan secara

8
luas dan serangan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah
sederhana dan tidak mahal. Fortifikasi yang biasa digunakan adalah
Kalium Iodida (KI) dan Kalium Iodat (KID3). Iodat lebih stabil dalam
'impure salt' pada penyerapan dan kondisi lingkungan (kelembaban) yang
buruk penambahan tidak menambah warna, penambahan dan rasa garam.
Negara-negara yang dengan program iodisasi garam yang efektif
memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi
GAKI.
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2010 – 2014 Bidang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menetapkan RENSTRA Kementerian
Kesehatan 2010-2014, yang memuat indikator keluaran yang harus
dicapai. Salah satu dari 8 indikator keluaran di bidang Perbaikan Gizi
yang harus dicapai pada tahun 2014 yaitu 90 % rumah tangga
mengonsumsi garam beryodium dengan kadungan yodium cukup. Oleh
karena itu program penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatkan
konsumsi garam beryodium.
Penanggulangan GAKY harus dimulai dari dasar (akar masalah) yaitu
kurangnya persediaan dan peredaran garam konsumsi beryodium di pasar
karena kurangnya produksi dan distribusi oleh sentra garam rakyat,
industri kecil menegah maupun industri besar. Oleh karena itu, perlu
adanya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi garam rakyat secara
nasional yang merupakan produsen utama garam beryodium. Umumnya
sebagian besar pegaraman di kelola oleh masyarakat disekitar sentra garam
dengan pengetahuan yang rendah dan teknik pegaraman yang sederhana,
sehingga produktivitas lahan, kualitas dan kuantitas garam produksi masih
rendah. Produktivitas lahan pegaraman rata-rata produksi tahunan antara
60 – 70 ton/ha/ tahun dan kualitas garam lokal sebagian besar belum
memenuhi standar SNI dan masih memerlukan proses pencucian lebih
lanjut, sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas
garam dengan cara di yodisasi dan perlu adanya teknik pegaraman yang
lebih baik dalam menghasilkan garam yang berkualitas. Walaupun ada
berbagai metode suplemen yodium, riset yang dilakukan menunjukkan

9
bahwa garam beryodium paling efisien untuk penanggulangan GAKY
jangka panjang yang lebih sederhana dan ekonomis.

Tabel 1. Kriteria Garam Konsumsi Beryodium

Metode yang digunakan adalah melalui supply dan demand garam


beryodium yang dianalisis berdasarkan kecukupan dan kekurangan
konsumsi garam beryodium. Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 di 30
Kabupaten / Kota menunjukkan bahwa rata –rata Status Yodium dalam
Urin atau UIE (Urinary Iodine Exrection) adalah 224 μg/l yang artinya
Indonesia telah mencapai USI (standard WHO/UNICEF/ICCIDD 2007)
karena lebih dari 100 μg/l. Pada tahun 2002, sidang United Nations
General Assembly (UNGASS) telah menyepakati pembaharuan komitmen
bahwa yaitu persentase USI (Universal Salt Iodization) atau konsumsi
garam beryodium sebesar 90%. Cari USI standard nya gimana?

Hasil Riskesdas 2007 juga menyimpulkan bahwa cakupan


konsumsi garam beryodium di masyarakat berkisar antara 86%, namun
yang memenuhi syarat baru sekitar 62,3% yang berarti Indonesia belum
mencapai USI (90% masyarakat disetiap Kabupaten / Kota telah
mengkonsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat).

1. Yodisasi Garam dan Uji Mutu Garam di Sentra Garam Rakyat


Sentra produksi garam rakyat di Indonesia tersebar di 9 (Sembilan)
provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,

10
Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali dan Aceh.
Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kandungan yodium dalam tubuh dan
mencegah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) harus dimulai dari tingkat
produksi garam beryodium karena produsen garam beryodium merupakan
penghasil utama garam beryodium yang akan distribusikan dan dikonsumsi
masyarakat. Oleh karena itu, monitoring mutu garam harus sesuai dengan SNI
yaitu kandungan KIO3 dalam garam minimal 30 ppm.
Keberhasilan produksi garam beryodium yang sesuai SNI tergantung
pada keberhasilan distribusi (Kalium Iodat) KIO3 oleh PT. Kimia Farma ke
produsen garam (baik sentra garam, industri kecil menengah maupun industri
besar garam beryodium), karena PT. Kimia Farma merupakan satu-satunya
produsen KIO3 di Indonesia. KIO3 merupakan senyawa utama untuk verifikasi
yodium pada garam yang relatif paling stabil, sehingga distribusi KIO3
memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan
garam beryodium yang memenuhi SNI. Pengadaan dan distribusi KIO3 harus
dapat memenuhi kebutuhan setiap produsen garam beryodium agar tujuan USI
(Universal Salt Iodization) dapat tercapai.
Iodisasi garam di sentra garam rakyat perlu dilakukan sebelum di
distribusikan ke masyarakat atau industri agar kebutuhan yodium dalam garam
lebih terjamin. Iodisasi garam merupakan program utama untuk pemenuhan
cakupan konsumsi garam beryodium keseluruh masyarakat. Usaha yang dapat
ditempuh adalah yodisasi garam langsung dengan penambahan Kalium Iodat
(KIO3). Disamping itu, Proses produksi garam beryodium dengan sistem yodisasi
mobile sangat menunjang karena bersifat mobile atau bergerak. Unit iodisasi
mobile adalah melakukan iodisasi yang bergerak dari lokus satu tempat ke tempat
lain dengan peralatan iodisasi, alat uji mutu yang menyatu dengan mobile unit
(kendaraan yang dapat bergerak menuju pos-pos produksi dan pemasaran).
Pembentukan pos produksi dan pemasaran, kelompok usaha bersama garam di
sentra garam rakyat dilakukan untuk mengatur peredaran garam dan menunjang
kualitas garam yang dipasarkan, sehingga garam yang beredar dapat di kontrol
kualitasnya.

11
2. Monitoring Mutu Garam Beryodium Pada Industri Kecil Menengah dan
Besar
Selain sentra garam yang harus mendapatkan perhatian serius dalam
penanggulangan GAKY, industri kecil menengah dan industri besar juga harus
mendapat pengawasan dalam yodisasi garam. Industri kecil, menengah dan
industri besar merupakan kelanjutan alur garam beryodium dari sentra garam
rakyat walaupun ada sebagian industri kecil menengah dan industri besar sebagai
produsen garam (tidak membeli dari sentra garam rakyat). Seperti pada sentra
garam, industri kecil menengah dan industri besar juga harus menjual garam
konsumsi beryodium yang memenuhi syarat untuk mempercepat pencapaian USI.

3. Distribusi Garam Beryodium


Distribusi garam beryodium dari produsen garam beryodium kepada
masyarakat harus merata dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan,
desa sampai ke pelosok negeri dan daerah terpencil. Distribusi garam beryodium
dapat dilakukan oleh distributor besar/ agen, toko, supermarket, pasar, dan lain-
lain. Pemasaran akhir umumnya melalui pengecer formal (pasar besar,
supermarket, toko bahan pangan), sampai dengan pengecer kecil di daerah
perkotaan dan pinggiran kota. Sedangkan untuk pasar desa di daerahdaerah
terpencil umumnya sulit terjangkau oleh distributor garam beryodium sehingga
perlu perhatian khusus. Secara tradisional kebutuhan mereka dipenuhi distributor
informal yang memasarkan garam krosok nonyodium. Beberapa pemerintah
kabupaten/ kota telah mengembangkan sistem distribusi garam beryodium melalui
berbagai alternatif yang melibatkan PKK, LSM dan swasta.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi garam beryodium adalah


menentukan kategori lokasi seperti:

A. Sentra garam rakyat


1) Sentra garam dan produsen garam beryodium
Distribusi garam beryodium harus efektif walaupun tidak menjadi
prioritas karena bisa saja terjadi kecurangan dan praktik pemalsuan garam
beryodium atau masyarakat dengan sengaja mengkonsumsi garam krosok
langsung tanpa penambahan yodium. Daerah seperti ini terdapat di NTT,

12
NTB, Bali, Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Selawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
2) Sentra garam dan tidak ada produsen garam beryodium
Distribusi garam beryodium harus tepat sasaran khususnya di daerah
sentra, kebanyakan daerah sentra menjadi daerah GAKY karena mereka
mengkonsumsi garam tanpa yodium. Contoh: Palu.

B. Non sentra garam rakyat


1) Non sentra tetapi produsen garam beryodium
Distribusi garam beryodium harus tetap dipantau atau dimonitoring
agar terhindar dari praktik pemalsuan. Daerah seperti ini terdapat di
Banten, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan lain-lain.
2) Non sentra garam dan tidak ada produsen garam beryodium
Distribusi garam beryodium harus menjadi penanganan yang serius,
disamping itu harus menjadi prioritas dalam distribusi garam beryodium
untuk mencegah penanggulangan GAKY. Contoh: Papua, Maluku, dan
lain-lain.

D. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY


KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017
1. Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY
Tim Koordinasi GAKY Tingkat Kabupaten Wonogiri ditetapkan
dengan Keputusan Bupati Wonogiri Nomor : 148 Tahun 2017 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) Tahun 2017. Tugas Tim Koordinasi adalah
:
a. Merencanakan penanggulangan gangguan akibat
kekurangan yodium;
b. Melaksanaan kegiatan penanggulangan
gangguan akibat kekurangan yodium;
c. Membina dan mengawasi kegiatan
penanggulangan gangguan akibat kekurangan yodium

13
2. Jenis kegiatan
Pelaksanaan Program Penanggulangan GAKY dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan, yaitu : rapat koordinasi dan konsultasi, sosialisasi,
monitoring dan pengujian garam konsumsi di wilayah Kabupaten
Wonogiri.
a. Rapat Koordinasi dan Konsultasi
Dihadiri oleh tim koordinator penanggulangan GAKY, Bappeda
Kab/Kota se-Jateng, Staf Pemkesra Bappeda dan Litbang Kab.
Wonogiri, tim Monitoring GAKY. Adapun hasil kegiatan yang
direncanakan dirapat tersebut yaitu rapat koordinasi hasil
pelaksanaan program penanggulangan GAKY tahun 2016 dan
rencana pelaksanaan tahun 2017, Rapat Koordinasi dan Sosialisasi
Bankeu GAKY di Jateng, Rapat Koordinasi Persiapan Penegakan
Hukum (Monitoring dan Pengujian Garam Konsumsi), Sosialisasi
Implementasi SIM GAKY, rapat persiapan sosialisasi program
penanggulangan GAKY tingkat kabupaten, rapat evaluasi kegiatan
penanggulangan GAKY tahun 2017, audiensi dengan ketua TP-PKK
terkait perkembangan pelaksanaan penanggulangan GAKY.
b. Sosialisasi GAKY
Kegiatan Sosialisasi Penanggulangan GAKY Tahun 2017
dilaksanakan baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat
Desa/Kelurahan.
a) Tingkat Desa/Kelurahan
 Sosialisasi pentingnya meng-konsumsi garam beryodium.
 Manfaat yodium bagi per-kembangan dan pertum-buhan.
 Menguji kandungan yodium di dalam garam konsumsi.
 Pemaparan hasil uji garam konsumsi pada semester pertama
 Peserta masing-masing lokasi sebanyak 40 orang, terdiri
dari Perangkat Desa, BPD, Tokoh masyarakat, RT/RW,
Dawis dan Kader Posyandu.
b) Tingkat Kabupaten
 Penyampaian hasil monitoring dan uji garam konsumsi.

14
 Peserta pertemuan sebanyak 80 orang, terdiri dari Camat
dan Ketua TP-PKK Kecamatan, OPD terkait tingkat
Kabupaten.
c. Monitoring dan Pengujian Garam Konsumsi
Kegiatan monitoring garam konsumsi dilaksanakan sekaligus
untuk menguji kadar KIO3 garam konsumsi di wilayah Kabupaten
Wonogiri. Pada tahun 2017 dilaksanakan 2 (dua) kali periode
monitoring. Periode pertama dilaksanakan pada saat bulan
Ramadhan 1437 H (bulan Juni 2017). Sedangkan periode kedua
dilaksanakan pada bulan September 2017.
Garam konsumsi yang dipasarkan harus memenuhi ketentuan
standart SNI. Berdasarkan ketentuan SNI No 01 3556.2.2000 tahun
1994, kadar yodium yang terdapat dalam garam konsumsi ditentukan
sebesar 30 – 80 ppm dalam bentuk KIO3.
Dari hasil monitoring diperoleh contoh (sampel) garam
konsumsi sebanyak 44 merek dengan berbagai jenis baik garam
halus (garam meja), garam bata maupun garam krosok. Setelah
dilakukan pengujian dengan menggunakan peralatan mini lab
diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa merek garam yang
kandungan yodiumnya tidak memenuhi standar yang ditetapkan,
ayitu 30 – 80 ppm.
Dari hasil monitoring dan pengujian diketahui bahwa garam
konsumsi yang beredar dan dipasarkan di Kabupaten Wonogiri
masih terdapat garam konsumsi yang tidak memenuhi ketentuan
kandunga KIO3 sesuai standart SNI sejumah 8 merk dari 44 merek
atau sekitar 26,01 % yang tidak memenuhi standar SNI .Hal ini telah
ditindaklanjuti dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada
Camat dan Surat Teguran kepada Produsen Garam Konsumsi yang
beredar di Kabupaten Wonogiri.

15
E. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGUANGAN GAKY KOTA
SURABAYA
Program penanggulangan GAKY yang dilaksanakan/dibawah
pengawasan Dinas Kesehatan Kota Surabya antara lain :
a. Program Jangka Panjang
Pemantauan makanan/garam beryodium/konsumsi makanan
setiap setahun sekali terhadap :
a) Garam Rumah Tangga : dengan memeriksa garam yang dipakai
oleh keluarga dari anak-anak sekolah dasar
b) Monitoring kecukupan kadar beryodium dalam garam bermerk
yang dijual di lingkungan wilayah puskesmas (minimal 10
sampel garam dalam berbagai merk)
b. Program Jangka Pendek
Berupa pemberian kapsul beryodium kepada ibu hamil/nifas,
ibu menyusui, WUS, anak sekolah didaerah gondok endemik sedang
dan berat.
c. Proyek Palpasi Gondok Anak Sekolah
Dilaksanakan diseluruh wilayah puskesmas di Kota Surabaya,
dipilih sebanyak satu sekolah pada setiap kelurahan yang belum
dilaksanakan pemeriksaan/palpasi gondok pada tahun sebelumnya.
d. Pengawasan dan Pengendalian Program Penanggulangan GAKY
a) Monitoring terhadap kadar yodium yang terdapat dipasar dan
rumah tangga untuk mengetahui hasil fortifikasi yodium oleh
pabrik garam
b) Melakukan pelaporan temuan kadar yodium dibawah standar
ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya

F. PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN GAKY


PUSKESMAS CANGKRINGAN, YOGYAKARTA, 2013
1. Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY
Tim Koordinasi GAKY Puskesmas Cangkringan mempunya
tugas setiap bagian :

16
1. Kepala puskesmas sebagai pengambil kebijakan.
2. Kepala subbagian tata usaha : perencanaan anggaran tim.
3. Petugas gizi : melakukan pemeriksaan garam beryodium pada
tingkat rumah tangga.
2. Waktu dan Jenis Kegiatan
Pelaksanaan Program Penanggulangan GAKY disampaikan
kepada masyarakat melalui informasi pada berbagai kegiatan, yaitu :
1. Rapat koordinasi pimpinan (RAKORD) yang dilaksanakan setiap
bulan.
2. Saat upacara bendera yang diadakan setiap tanggal 17.
3. Saat pertemuan koordinasi dan pertemuan PKK desa.
Selain itu, masyarakat diberikan penyuluhan oleh kader dan
bidan desa. Kader mempunyai tugas untuk melakukan pendataan
garam dari setiap rumah dan memberikan penyukuhan tentang garam
beryodium. Bidan desa juga mempunyai tugas untuk mengisi waktu
kosong saat posyandu atau puskesmas keliling dengan memberikan
penyuluhan tentang penggunaan garam beryodium di rumah tangga.

3. Monitoring dan Evaluasi Program


a) Monitoring
Secara teknis, petugas gizi melakukan pemantauan
pemeriksaan sesuai ketentuan dari Puskesmas Cangkringan yaitu
dengan mengambil sampel dan memeriksa kadar yodium garam
yang dibawa ibu-ibu saat posyandu. Cara monitoring dilakukan 2
kali dalam setahun yang dipilih dari beberapa desa dan 2
posyandu dijadikan sampel. Sampel yang sudah terpilih
selanjutnya di data oleh kader mulai dari nama merk garam, nama
pengguna garam, dan jenis garam, kemudian sampel garam
diambil dari masing-masing rumah untuk dibawa ke puskesmas.
Pemeriksaan kandungan yodium dalam garam menggunakan
iodium test oleh petugas gizi. Dari hasil pemeriksaan diketahui

17
bahwa masyarakat sudah menggunakan garam yang mengandung
yodium pada kemasan yang cukup besar sehingga dapat dipakai
dalam waktu yang lama.
Pemantauan penanggulangan GAKY dilakukan oleh
kepala puskesmas yang meninjau dari aspek perencanaan dengan
menganalisis laporan survei pola konsumsi gizi keluarga dan
kepala subbagian tata usaha dengan melihat bentuk fisik laporan
yang dibuat petugas gizi. Dari laporan tersebut dapat diketahui
sejauh mana perkembangan kasus GAKY serta dapat pula
dijadikan data pembanding dan bahan evaluasi untuk masa yang
akan datang.
b) Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan beberapa cara :
1. Melalui penyuluhan untuk melihat perkembangan dari
program kegiatan.
2. Melakukan skrining untuk mengetahui karakteristik penyakit
dan kepastian dari diagnosis.
3. Pemeriksaan kadar yodium melalui pemantauan untuk
mengetahui penggunaan yodium suda sesuai standar yang
ditentukan.
4. Melakukan survei rumah tangga.
Evaluasi dilakukan setiap kegiatan pemeriksaan sudah dilakukan,
yaitu 2 kali dalam setahun.
Solusi alternatif yang dilakukan lebih kearah perubahan
perilaku masyarakat dalam membeli garam yang tanpa
mengetahui manfaatnya bagi kesehatan, melainkan memberi
motivasi kepada masyarakat untuk memahami manfaat konsumsi
garam beryodium dalam jangka panjang bagi kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Patuti N, Sudargo T, Wachid DN. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian GAKY pada anak sekolah dasar di pinggiran pantai Kota Palu
Provinsi Sulawesi Tengah. J Gizi Klin Indones. 2019;7(1):17.
2. Agustin H, Budiman H, Faiza Y. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Kecamatan Koto
Tangah, Padang. J Kesehat Komunitas. 2017;2(6):262.
3. Irawati TE, Hadi H, Widodo U. Tingkat konsumsi garam beryodium dan
kaitannya dengan gangguan akibat kekurangan yodium ibu hamil. J Gizi
Klin Indones. 2019;8(1):1.
4. Mahdiya Izati I, Mahmudiono T. Pola Konsumsi Makanan Sumber Yodium
dan Goitrogenik dengan GAKY pada Anak Usia Sekolah di Ponorogo
Iodine and Goitrogenic Intake among School Children in Ponorogo.
Amerta Nutr. 2017;1(2):88–97.
5. Sukarno T, Handayani D, Soemarno. Evaluasi Program Perbaikan Gizi
Masyarakat ( Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium ) di
Kota Malang. 2016;7(1):44–51.
6. S WD, Laksmi W, Aruben R. Hubungan Konsumsi Garam Beryodium Dan
Zat Goitrogenik Dengan Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(Gaky) Pada Anak Sekolah Dasar Tahun 2017. J Kesehat Masy.
2018;6:182–9.
7. Widiyatni W, Subagio HW, Suhartono S. Ketersediaan dan Pola Distribusi
Garam Beriodium di Kabupaten Jepara. J Gizi Indones. 2017;3(2):80.
8. Budiman B. Status Iodium Di Indonesia Saat Ini: Perlunya Penajaman
Sasaran. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik,
Badan Litbang Kesehatan. gizi Indones. 2012;35(1):1–9.
9. Sukarno T, Handayani D, Soemarno. Evaluasi program perbaikan gizi

19
masyarakat (penanggulangan gangguan akibat kekurangan iodium) di Kota
Malang. 2016;7(1):44–51.
10. Permendagri. Pedoman penanggulangan gangguan akibat kekurangan
yodium di daerah. Jakarta; 2010.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
Di Daerah. 2010
10. Tim Penanggulangan GAKY Pusat (2005). Rencana Aksi Nasional
Kesinambungan Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang
Yodium. Jakarta..
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman
Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah
12. Puslitbang Gizi dan Makanan dan UNICEF. 2008. Survei Indikator GAKI:
Riskesdas 2007. Laporan Akhir. Jakarta.
13. Draft Rencana Aksi Nasional: Akselerasi Konsumsi Garam Beryodium
untuk Semua 2011-2015. 2011. Jakarta.
14. Jurnal Forum Ilmiah Kesehatan Masyarakat Respati. Peran Petugas
Kesehatan Dalam Penanggulangan Gaky di Puskesmas Cangkringan
Kabupaten Sleman DI Yogyakarta. 2016. DI Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai