Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MASALAH KESEHATAN WILAYAH PESISIR

“GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)”

DOSEN

Prof. Dr. dr. Grace Debbie Kandou, M.Kes

Dr. Oksfriani Jufri Sumampouw S.Pi, M.Kes

dr. Nancy Swanida H. Malonda, MPH

Ir. Reiny A. Tumbol, M. App.Sc, Ph.D

Rahayu H. Akili, M.Kes

DISUSUN OLEH

Fernanda Pelengkahu 19111101134


Florencia Pongantung 19111101135
Frigia Erika Wauran 19111101136
Ghea Shaloom Yohanes 19111101137
Indra Wungkana 19111101138
Jully Rondonuwu 19111101139

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Kesehatan Wilayah Pesisir dan Kepulauan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Nancy Swanida H. Malonda, MPH
selaku dosen mata kuliah Kesehatan Wilayah Pesisir dan Kepulauan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Manado, 25 Arpil 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................iii

A. Latar Belakang.............................................................................................iii

B. Rumusan Masalah........................................................................................iii

C. Tujuan..........................................................................................................iii

BAB II......................................................................................................................1

1. Definisi GAKY.............................................................................................1

2. Epidemiologi GAKY Pesisir dan Kepulauan................................................2

3. Penyebab Penyakit GAKY............................................................................3

4. Tanda dan Gejala GAKY..............................................................................5

5. Penatalaksanaan GAKY................................................................................7

BAB III...................................................................................................................iv

Kesimpulan..........................................................................................................iv

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................v

ii
BAB I
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut.Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan yang meliputi
perairan sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang
menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa
payau dan laguna, sedangkan pantai adalah sebuah bentuk geografis yang
terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir laut.
Kesehatan yang artikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosialyang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomissedangkan masyarakatadalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau denganistilah lain saling berinteraksi.
Salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia adalah Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) karena secara langsung atau tidak
langsung berpengaruh pada kualitas fisik dan kualitas non fisik individu dalam
masyarakat yaitu intelektualitas dan keterbelakangan mental.
Penyebab utama munculnya kekurangan iodium ialah faktor lingkungan.
Karena kondisi alam, tanah serta air di suatu daerah bisa miskin iodium.
Dampaknya tanaman yang tumbuh diatasnya juga akan miskin unsur iodium.
Hal tersebut dapat membuat penduduk yang bertempat tinggal di daerah itu
berisiko mengalami kekurangan iodium.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium?
2. Bagaimana epidemiologi GAKY dilingkungan pesisir?
3. Apa penyebab penyakit GAKY?
4. Gejala klinis apa yang dapat dilihat dari penyakit GAKY?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit GAKY?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium.
2. Mengetahui bagaimana epidemiologi GAKY dilingkungan pesisir
3. Mengetahui apa penyebab penyakit GAKY

iii
4. Mengetahui gejala klinis apa yang dapat dilihat dari penyakit GAKY
5. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan penyakit GAKY

iv
BAB II
1. Definisi GAKY
GAKI adalah istilah yang digunakan untuk semua spektrum gangguan yang
terjadi akibat kekurangan konsumsi iodium pada populasi yang dapat dicegah
dengan memastikan populasi mengkonsumsi iodium secara cukup.
Salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia adalah Gangguan
Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) karena secara langsung atau tidak
langsung berpengaruh pada kualitas fisik dan kualitas non fisik individu dalam
masyarakat yaitu intelektualitas dan keterbelakangan mental. Kurangnya
intelektual individu sangat mempengaruhi produktifitas secara sosial dan
ekonomi yang pada akhirnya mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk
yang miskin dan cenderung menjadi beban pembangunan karena
ketidakmampuan secara fisik (cacat fisik atau kretin), rendahnya kemampuan
kognitif dan juga gangguan perkembangan mental.
Penyebab utama munculnya kekurangan iodium ialah faktor lingkungan.
Karena kondisi alam, tanah serta air di suatu daerah bisa miskin iodium.
Dampaknya tanaman yang tumbuh diatasnya juga akan miskin unsur iodium.
Hal tersebut dapat membuat penduduk yang bertempat tinggal di daerah itu
berisiko mengalami kekurangan iodium.
Faktor penyebab lainnya adalah kekurangan asupan iodium dalam jangka
waktu lama dan konsumsi bahan pangan goitrogenik yang akan membuat
proses tumbuh kembang manusia terganggu. Hal ini terjadi karena iodium
dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang manusia sepanjang proses
kehidupannya.
Semua kelompok umur berisiko untuk mengalami GAKI, termasuk wanita
pada usia subur. Fatalnya, defisiensi iodium pada masa kehamilan dapat
mengakibatkan bayi terlahir kretin, abortus, lahir mati, cacat bawaan,
meningkatnya angka perinatal dan lain-lain. Sementara itu, defisiensi iodium
pada masa anak-anak dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok,
gangguan fungsi mental, dan pertumbuhan fisik. Sedangkan pada orang
dewasa berakibat pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid dan gangguan

1
mental.3 Kelompok risiko tinggi terkena GAKI adalah wanita usia subur
(WUS), balita, dan anak-anak.
Kelompok rentan tersebut merupakan kelompok produktif yang ke depannnya
akan banyak berkontribusi dalam masyarakat. Apabila mereka mengalami
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh GAKI tentu saja akan
menyebabkan penurunan kualitas SDM.
Dalam menyelesaikan masalah GAKI, selama ini pemerintah telah
melaksanakan berbagai program penanggulangan baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Pemerintah telah mendistribusikan kapsul Iodium bagi wanita
usia subur dan anak sekolah di daerah endemik GAKI sebagai wujud
implementasi program jangka pendek. Program jangka panjang yang
dilakukan adalah yodisasi garam, di mana setiap rumah tangga dalam skala
nasional diberdayakan untuk memanfaatkan garam beriodium. Penambahan
Iodium pada semua garam konsumsi telah disepakati sebagai cara yang aman,
efektif dan berkesinambungan untuk mencapai konsumsi iodium yang optimal
bagi semua rumah tangga dan masyarakat sebagai wujud penanggualangan
GAKI.
2. Epidemiologi GAKY Pesisir dan Kepulauan
Defisiensi yodium berkaitan erat dengan faktor geografis, seperti daerah
pegunungan, yang lapisan humus tanah sebagai tempat menetapnya yodium
sudah tidak ada, akibat erosi tanah secara terus menerus, terkikis oleh banjir,
lahar, hujan tropik pada lahan miring, tanah berkapur, dan yodium larut dalam
air yang terbawa sampai ke muara sungai dan laut. Beberapa kondisi geografis
tersebut, menyebabkan keadaan tanah, air dan bahan pangan kurang
mengandung yodium. Suatu wilayah yang mempunyai karakteristik yang
menyebabkan berkurangnya kandungan yodium dalam tanah ini disebut
sebagai daerah endemis GAKY.
Penderita GAKY pada umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan, di
mana makanan yang dikonsumsi sangat tergantung dari produksi makanan
dari tananman setempat yang tumbuh pada kondisi kadar yoduim yang rendah
di tanah. Di Indonesia berdasarkan prevalensi TGR (total goiter rate),
kejadian endemis berat banyak dijumpai di daerah perbukitan.

2
Pada akhir – akhir ini dilaporkan bahwa kejadian gondok juga ditemukan di
wilayah dataran rendah termasuk daerah pantai dan perkotaan. Di beberapa
daerah, berdasarkan hasil survey prevalensi gondok juga ditemukan adanya
daerah yang tadinya bebas gondok sekarang menjadi daerah endemis ringan.
Meluasnya daerah gondok tersebut diasumsikan sebagai akibat adanya
degradasi lingkungan, di mana lahan – lahan yang tadinya kaya kandungan
yodiumnya menjadi tercemar karena limbah industry atau pemakaian pestisida
yang berlebihan. Hal tersebut diperberat lagi dengan konsumsi makanan
penduduk setemoat yang bahan pangannya berasal dari daerah lain yang
secara geografis miskin unsure yodium. Apabila di suatu wilayah dijumpai
penderita gondok lebih dari 10%, maka daerah itu dinyatakan daerah GAKY
dan harus dilakukan tindakan penanggulangan GAKY.
Pemetaan GAKY Nasional tahun 1996/1998 mencakup semua kecamatan
sehingga memungkinkan untuk mengolah data didasarkan pada letak geografis
yang dikategorikan menjadi dataran tinggi, dataran rendah dan daerah rawa.
Secara geografis dataran dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Dataran Tinggi
(Ketinggian di atas 200m), Dataran Rendah (Ketinggian di bawah 200m) dan
Daerah Rawa-rawa (Sama dengan permukaan laut).
Prevalensi gondok berdasarkan letak geografis yang diolah berdasarkan
prevalensi gondok pada anak sekolah menunjukkan bahwa prevalensi gondok
tertinggi ditemukan di daerah dataran tinggi sebesar 30,3%, disusul daerah
dataran rendah (8,7%) dan daerah rawa hanya sebesar 2,8%. Dengan uji
proporsi ditemukan perbedaan yang bermakna antara prevalensi gondok di
daerah dataran tinggi dan rendah serta perbedaan bermakna antara dataran
tinggi dan rawa (Fredy, 1999)
Djokomoelyanto (1998a) mengemukakan bahwa dataran tinggi atau
pegunungan biasanya miskin akan yodium karena lapisan paling atas dari
tanah yang mengandung yodium terkikis dari waktu ke waktu. Sebaliknya
tanah di dataran rendah kemungkinan terkikis lebih kecil sehingga diduga
kandungan yodium masih normal. Di daerah rawa diharapkan tidak terjadi
pengikisan tanah sehingga kadar yodium tanah dan air cukup tinggi.
3. Penyebab Penyakit GAKY

3
Salah satu faktor penyebab terjadinya kejadian GAKY adalah faktor
konsumsi. Dalam penelitian yang meneliti konsumsi bahan makanan sumber
protein dengan kejadian gondok.Penyebab utama terjadinya GAKY adalah
tidak tercukupinya yodium dari konsumsi makanan dan minuman sehari-hari.
Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk
membentuk hormon tiroksin. Hormon tiroksin berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan. Yodium ada dalam
tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004
% dari berat badan atau 15 – 23 mgterdapat dua faktor risiko yang
berpengaruh terhadap kejadian GAKY yaitu konsumsi yodium (nilai p=0.007)
dan konsumsi goitrogenik (nilai p 0.015). Faktor yang paling dominan
berpengaruh terhadap kejadian GAKY adalah konsumsi yodium Perlu
ditingkatkan penyuluhan oleh petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan wanita peningkatan konsumsi sumber yodium dan pengurangan
konsumsi goitrogenik.
Penyebab utama terjadinya GAKY adalah tidak tercukupinya yodium dari
konsumsi makanan dan minuman sehari-hari. Yodium merupakan zat gizi
mikro yang diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk hormon
tiroksin. Hormon tiroksin berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
Yodium ada dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu sebanyak
kurang lebih 0,00004 % dari berat badan atau 15 – 23 mg (Almatsier, 2009).
Dampak yang ditimbulkan karena kekurangan Yodium sangat luas dan
beragam, pada dasarnya melibatkan gangguan tumbuh kembang manusia baik
fisik maupun mental/kecerdasan. (Lanti dan Dewi, 2011).
Gejalanya ada yang mudah terlihat ada pula yang sulit terdeteksi. Selain
berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan yodium pada
ibu hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati sampai cacat
bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental
dan cacat fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada
rendahnya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja
pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi

4
masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (Adriani & Wirjatmadi,
2012).
Selain karena kurang yodium, masalah GAKY juga disebabkan oleh beberapa
faktor seperti: faktor geografi, faktor lingkungan: goitrogen, cemaran limbah
pabrik seperti Pb dan Hg, faktor unsure kelumit (TraceElement) dan faktor
gizi (KEP dan KVA).
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang terpenting adalah agen-agen goitrogen.
Goitrogen adalah zat atau bahan yang dapat mengganggu pembentukan
hormon tiroid, sehingga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar
tiroid (gondok) (Djoko Moelyanto, 1998 a).
Terdapat 2 jenis goitrogen yaitu; goitrogen alami dan sintetis.
Goitrogen alami yang paling penting adalah singkong dan kubis.
Sedangkan goitrogen sintetis adalah insektisida, organoklor (DDT,
ODD, dan Dieldrin), fungisida dan antibiotik (Tetrasiklin)
(Matovinovic, 1998).
b. Faktor Unsur Kelumit
Timbulnya gondok endemik tidak hanya disebabkan oleh faktor
geografis dan lingkungan dapat juga disebabkan oleh faktor unsure
kelumit seperti Timah Hitam (Pb), Air Raksa (Hg), Tembaga (Cu) dan
Selenium (Se).
Faktor unsur kelumit yang penting adalah unsur Selenium (Se).
Defisiensi Se dapat menyebabkan tubuh rentan terhadap masuknya
unsur Pb, Hg dan Cu. Asupan yang berlebih dari Pb dapat
menghambat pembentukan hormon tiroid karena Pb akan membentuk
ikatan yang kuat dengan yodium.
c. Faktor Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Vitamin A (KVA).
Terdapat kemungkinan gangguan penyerapan yodium pada penderita
KEP sehingga akan memperberat masalah GAKY di daerah gondok
endemik, terutama bila konsumsi yodium terbatas. Kekurangan
vitamin A juga berdampak terhadap metabolisme yodium.

5
Penelitian Widardo(2018) menunjukkan bahwa anak balita yang diberi
intervensi Selenium dan Vitamin A terjadi peningkatan status gizi
(BB/U, TBAJ) dan status yodium (TSH) lebih baik dibandingkan
dengan anak balita pembanding (kontrol).
4. Tanda dan Gejala GAKY
a. Gejala Gangguan Tiroid
Penyakit tiroid atau gondok adalah penyakit yang terjadi karena gangguan
pada kelenjar tiroid atau kelenjar pada manusia yang bentuknya seperti
kupu-kupu. Ia terletak didaerah leher sebelah depan pada ruas ke-2 dan ke-
3 dari tenggorokan. Dilihat dari fungsinya, gangguan fungsi tiroid dibagi
menjadi 2, yaitu hipertiroid dimana kelenjer gondok akan menghasilkan
hormon gondok yang berlebihan. Dan hipotiroid yaitu produk hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid berkurang dan tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Umumnya penyakit hipertiroid ini disebabkan
karena ketidakstabilan hormon ada juga yang disebabkan karena gangguan
autoimun, dimana tubuh menghasilkan zat antibody yang berpengaruh
pada kelenjar gondok, sehingga bisa menyebabkan kekurangan atau
kelebihan produksi hormon. Khusus untuk gondok endemik, gangguan
disebabkan karena kurangnya zat Iodium yang masuk kedalam tubuh.
Mengkonsumsi iodium dalam kadar tinggi dapat juga menyebabkan
pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam
keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas.
Gejala yang ditimbulkan karena hipertiroid pada umumnya penderita akan
merasakan berdebar-debar pada jantung, berkeringat, berat badan
menurun, diare, dan sering diikuti oleh kelainan pada mata yang disebut
eksopthalmus. Sedangkan gejala yang ditimbulkan karena hipotiroid yaitu
pada umumnya penderita tidak merasakan apapun namun mengalami
pembengkakan pada kelenjar ludah telinga/parotitis, mulut tegang dan
nyeri, terutama bila mengunyah dan menelan, sering muntah-muntah dan
nafsu makan berkurang, suhu badan naik dan kadang-kadang telinga
serasa berdengung.

6
b. Gejala Pada Bayi
Gejala hipotiroid yang khas seringkali ringan atau tidak ada selama
minggu-minggu pertama kehidupan. Hanya 10-15 persen bayi baru lahir
dengan hipotiroid yang terlihat secara klinis. Dengan kata lain, gejala
hipotiroid sangat bervariasi tergantung berat ringan kekurangan hormon
tiroid sehingga pada minggu-minggu pertama setelah lahir, bayi tampak
normal atau memperlihatkan gejala yang tidak khas. Gejala dan tanda-
tanda yang mungkin muncul adalah

a. kelesuan, f. makroglosia,
b. hipotonia, g. hernia umbilikalis,
c. suara serak, h. kulit kering,
d. gangguan pada makan, i. hipotermia dan
e. sembelit, j. ikterus berkepanjangan.
Secara umum gejala klinis tergantung pada penyebab, berat serta lamanya
hipotiroidisme. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah untuk mengenali
secara klinis kasus hipotiroidisme sejak dini.

5. Penatalaksanaan GAKY
Penatalaksanaan garam beriodium merupakan praktek yang dilakukan oleh
rumah tangga dalam penyimpanan dan peletakan garam beryodium, praktek
pembubuhan garam, dan penggunaan penutup saat memasak. Agustin dkk
(2015) menemukan bahwa sebanyak 39,1% ibu rumah tangga menyimpan
garam dengan penyimpanan yang kurang benar, yaitu garam beryodium
disimpan dalam wadah yang tidak tertutup, lebih dari separuh ibu rumah
tangga membubuhkan garam pada saat proses memasak, dan sebagian besar
ibu rumah tangga tidak menggunakan penutup saat merebus makanan.
Namun, Agustin dkk (2015) menemukan bahwa sebagian besar responden
meletakkan wadah garam dengan baik, yaitu tidak terkena cahaya, tidak dekat
api, tidak berarir dan tidak lembab. Meskipun penatalaksanaan garam
beryodium masih belum tepat, namun, penatalaksanaan garam rumah tangga
yang tidak baik tidak berhubungan dengan kejadian GAKI (Agustin dkk,
2015).

7
Sementara itu, Mulyantoro dkk (2014) menemukan bahwa sebagian besar
responden menempatkan garam dalam wadah kering, tertutup dan jauh dari
panas. Penelitian yang dilakukan oleh Muftiana dan Munawaroh (2016)
menemukan bahwa sebagian besar responden menyimpan garam dalam wadah
plastik pada rumah tangga.Mulyantoro dkk (2014) menemukan bahwa
sebanyak 51,1% responden menggunakan garam beryodium pada akhir
memasak, sisanya menggunakan garam pada waktu menghaluskan bumbu dan
menambahkannya pada saat awal memasak.
Menurut Wijawati dan Asiarini (2017), garam beryodium yang disimpan
dalam wadah tertutup memiliki kadar ppm lebih tinggi dibandingkan dengan
garam beryodium dalam wadah terbuka. Sementara rata-rata kadar iodium
garam beryodium yang tidak terpapar panas memiliki kadar ppm yang lebih
tinggi dibandingkan dengan garam beryodium yang terpapar panas.
Dalam menyelesaikan masalah GAKI, selama ini pemerintah telah
melaksanakan berbagai program penanggulangan baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Pemerintah telah mendistribusikan kapsul Iodium bagi wanita
usia subur dan anak sekolah di daerah endemik GAKI sebagai wujud
implementasi program jangka pendek. Program jangka panjang yang
dilakukan adalah yodisasi garam, di mana setiap rumah tangga dalam skala
nasional diberdayakan untuk memanfaatkan garam beriodium. Penambahan
Iodium pada semua garam konsumsi telah disepakati sebagai cara yang aman,
efektif dan berkesinambungan untuk mencapai konsumsi iodium yang optimal
bagi semua rumah tangga dan masyarakat sebagai wujud penanggualangan
GAKI.
Namun, penyelesaian masalah GAKI bukan sekedar menyediakan kapsul
iodium atau garam iodium untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Pemerintah
juga harus berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Masyarakat yang memiliki kesadaran
akan kesehatan dapat melihat keterkaitan antara faktor-faktor sosial dan
budaya seperti keterbatasan sumber daya dan pengetahuan, sikap apatis, dan
sikap-sikap yang dianggap melanggengkan kemiskinan serta menghambat
pembangunan secara keseluruhan. Dalam penanggulangan GAKI diperlukan

8
kesadaran masyarakat akan masalah tersebut dan juga kesadaran akan arti
penting iodium bagi pertumbuhan fisik dan intelektual. Bentuk kesadaran
dapat diwujudkan dalam partisipasi turut serta pada program penanggulangan
GAKI. Sayangnya, masyarakat masih belum menerima informasi secara benar
dan jelas tentang arti pentingnya iodium, resiko GAKI, dan keadaan
lingkungan yang selalu berhadapan dengan masalah GAKI.
Usaha Penanggulangan Gaky mengingat masalah Gaky terutama disebabkan
karena lingkungan yang miskin sumber yodium, maka upaya penanggulangan
ditekankan pada suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam
beryodium maupun secara parentral melalui preparat yodium dosis tinggi
(Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky yang dilaksanakan antara lain meliputi :
a. Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur 0 –
35 tahun, pria 0 – 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan,
pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik berat dan
sedang.
b. Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan Gaky jangka panjang.
Program untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975,
danpelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh perindustrian.
Tujuan dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi oleh
masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium
tersedia diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).
Pelaksanaan penanggulangan GAKY juga dapat dilakukan dengan
memberikan materi penyuluhan yang disampaikan kepada masyarakat dapat
ditinjau dari berbagai aspek, seperti aspek kondisi lingkungan geografi yang
mempengaruhi kadar yodium dalam tanah serta efek dari konsumsi garam
beryodium rendah dapat mempengaruhi kesehatan. Oleh karena itu, perlu
diberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit gondok dan gizi
seimbang dalam rumah tangga agar masyarakat mengetahui dan memahami
pentingnya konsumsi garam beryodium bagi kesehatan.

9
10
11
BAB III
Kesimpulan
Kekurangan Iodium (GAKI) karena secara langsung atau tidak langsung
berpengaruh pada kualitas fisik dan kualitas non fisik individu dalam masyarakat
yaitu intelektualitas dan keterbelakangan mental. Salah satu faktor penyebab
terjadinya kejadian GAKY adalah faktor konsumsi. Dalam penelitian yang
meneliti konsumsi bahan makanan sumber protein dengan kejadian
gondok.Penyebab utama terjadinya GAKY adalah tidak tercukupinya yodium dari
konsumsi makanan dan minuman sehari-hari.

Penatalaksanaan garam beriodium merupakan praktek yang dilakukan oleh rumah


tangga dalam penyimpanan dan peletakan garam beryodium, praktek pembubuhan
garam, dan penggunaan penutup saat memasak.

Semua kelompok umur berisiko untuk mengalami GAKI, termasuk wanita pada
usia subur. Fatalnya, defisiensi iodium pada masa kehamilan dapat mengakibatkan
bayi terlahir kretin, abortus, lahir mati, cacat bawaan, meningkatnya angka
perinatal dan lain-lain.

iv
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Merryana Adriani, SKM., M.Kes., Prof. dr. Bambang Wijatmadi, M.S.,
MCN., Ph.D., Sp.Gk., Pengantar Gizi Masyarakat. (2012). Jakarta:
KENCANA, PrenadaMedia Group.

Endo Dardjito, Setiyowati Rahardjo 2010, BEBERAPA FAKTOR YANG


BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN GAKY PADA WANITA USIA
SUBUR (WUS) DI KECAMATAN BATURADEN KABUPATEN
BANYUMAS
(http://www.ejournal.sumselprov.go.id/pptk/article/view/155)

Hartini, Dwi. 2017. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). URL:


http://repository.unimus.ac.id/665/3/BAB%20II.pdf (Online). Diakses
tanggal 24 April 2021.

Helfi Agustin, Hary Budiman , Yaumi Faiza, 2015 Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Kecamatan
Koto Tangah, Padang (file:///C:/Users/mine/Downloads/86-Article
%20Text-149-1-10-20170210.pdf)

Indonesia: Tinjauan Epidemiologis dan kebijakan kesehatan. Jakarta: FKM UI

Kurniangga, D. R., & Nuryanto. (2016). PERBEDAAN EKSKRESI YODIUM


URIN (EYU) DAN TINGGI BADAN ANAK SEKOLAH DASAR DI
KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN
KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. Journal Of
Nutricion College , pp. 222-227.

Martiyana, C., & Samsudin, M. Pengetahuan Dan Praktek Bidan Desa Pasca
Pelatihan Deteksi Dini Kasus Gaki Di Kabupaten
Temanggung. Indonesian Journal of Micronutrition, 6(1), 150122.

Pramono, L. 2009. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di

Sugianti, E. (2018). Hubungan Pemakaian dan Penatalaksanaan Garam


Beriodium Skala Rumah Tangga dengan Status Iodium Balita di

v
Kabupaten Blitar dan Kediri. Cakrawala, 12(2). 145-156. Jurnal Formil
(Forum Ilmiah) KesMas Respati, Volume 1, Nomor 1, April 2016

file:///C:/Users/SMPN%205%20Touluaan/Downloads/1057-Article%20Text-
1732-1-10-20170504%20(2).pdf

file:///C:/Users/SMPN%205%20Touluaan/Downloads/31-57-1-SM.pdf

vi

Anda mungkin juga menyukai