Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

MENGAKHIRI KELAPARAN, MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DAN


NUTRISI YANG LEBIH BAIK, SERTA MENDUKUNG PERTANIAN
BERKELANJUTAN SEBAGAI TUJUAN KEDUA SDGs

DOSEN PENGAMPU

Dr. Hepi Hapsari, Ir., MS.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

Ananda Sudrajat (170810200023)

Bungaran Samuel Manurung (260110200077)

Moh Wildan Lesmana (230204200021)

Nirana Azzahra (180410200074)

Nisrina Febriana (230110200025)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Mengakhiri Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Industri yang Lebih
Baik, serta Mendukung Pertanian Berkelanjutan” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Tahap Persiapan Bersama Pancasila dan
Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke dua
bagi para pembaca dan juga bagi kami para penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hepi Hapsari, Ir., MS.,
selaku dosen mata kuliah Tahap Persiapan Bersama Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah meberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan di bidang ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
untuk mendukung penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya kami dapat menulis makalah dengan lebih baik.

7 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Maksud dan Tujuan..................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4

2.1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan............................................................4

2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)...........................6

2.3 Tujuan ke-dua Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)......8

BAB III............................................................................................................................11

PEMBAHASAN..............................................................................................................11

BAB IV............................................................................................................................12

KESIMPULAN................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi kurangnya konsumsi pangan
kronik (Lenhart 1989; Ngongi 1999). Permasalahan kelaparan merupakan hal
yang kompleks karena berhubungan dengan persoalan kekurangan kalori pada
manusia. The Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO)
mendefinisikan kelaparan sebagai kondisi kekurangan makanan atau kekurangan
gizi, karena konsumsi kalori yang terlalu sedikit untuk menyediakan jumlah
minimum energi makanan yang diperlukan setiap individu untuk menjalani
kehidupan yang sehat dan produktif, mengingat jenis kelamin orang tersebut,
usia, tinggi badan, dan tingkat aktivitas fisik.

Pada tahun 2000, FAO memperkirakan ada sekitar 840 juta orang yang
menderita kelaparan dan kurang gizi, diantaranya 799 juta berada di negara
berkembang, 30 juta di negara transisi (dari berkembang ke maju) dan 11 juta di
negara industri. Antara tahun 1990-1992 dan tahun 1998-2000 jumlah penderita
kelaparan dan kurang gizi hanya berkurang 2,5 juta tiap tahunnya. BaHkan di
negara berkembang tertentu jumlah tersebut tidak berkurang tetapi bertambah.
Kelaparan dan kurang gizi banyak membunuh anak dan orang dewasa. Setiap
harinya diperkirakan 24 ribu jiwa meninggal dunia, diantaranya setiap tujuh detik
meninggal satu orang anak (FAO 2003).

Dalam jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat


kesehatan masyarakat dan menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk
kesehatan. Kelaparan kronis dapat menyebabkan tingginya tingkat kematian bayi,
rentan terhadap penyakit, gangguan pertumbuhan dan kepandaian (stunting pada
anak), serta menghambat pertumbuhan ekonomi. Kelaparan kronis menyebabkan
anak kekurangan protein dan zat gizi mikro yang mereka butuhkan untuk
pertumbuhan yang optimal. Di dunia diperkirakan 226 juta anak tumbuh lebih
pendek dari yang seharusnya. Konsekwensinya, anak stunted berhubungan positif
dengan rendahnya IQ (Olson 1999); dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Hampir 67 juta anak kurang gizi disebabkan oleh kelaparan kronis dan tidak dapat

iv
menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Hal Inl akan menyebabkan kurangnya
keterampilan dan produktifitas yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan
ekonomi suatu negara (FAO 2004).

Faktor utama penyebab terjadinya kelaparan antara lain akibat


meningkatnya harga-harga pangan, tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya
subsidi pangan, serta menurunnya pendapatan riil (Baer and Maloney dalam Rose
1999). Faktor-faktor lain yang menyebabkan kelaparan yaitu penggunaan
Iingkungan yang melebihi kapasitas, kemiskinan, diskriminasi dan
ketidakberdayaan (seperti pada anak-anak, wanita dan lansia) (FAO, 2003).

Berbagai upaya sedang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu


mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Pemerintah juga telah menyusun
beberapa program kerja untuk menjalankan visi dan misi mereka dalam
membantu masyarakat mulai dari bantuan pangan yang diberikan ke kepada
masyarakat hingga bantuan berupa dana. Tetapi hal tersebut belum terealisasikan
secara merata ke seluruh daerah untuk mengatasi kelaparan dan kemiskinan yang
telah terjadi. Adapun beberapa program kerja atau strategi yang sudah disusun
oleh pemerintah ini adalah bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan anggaran untuk pengentasan


kemiskinan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kenaikan anggaran
pengentasan kemiskinan ditentukan oleh capaian kemiskinan yang salah satunya
dapat dilihat dari angka kemiskinan. Namun, pencapaian ini dinilai masih rendah
karena masih terdapat kelompok masyarakat yang luput dari kebijakan
pengentasan kemiskinan yaitu masih terdapat populasi yang mengalami kelaparan.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana cara meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia?
B. Apa target dan tujuan ke-2 SDGS?
C. Bagaimana hubungan kelaparan dengan pertumbuhan penduduk?
D. Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya kelaparan di suatu wilayah?
E. Bagaimana cara atau upaya untuk mencegah terjadinya kelaparan di suatu
wilayah?

v
1.3 Maksud dan Tujuan
Dalam menyusun makalah ini tentunya ada maksud dan tujuan yang ingin
dicapai oleh penulis agar penulisan ini mempunyai hasil yang optimal.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :

A. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan kualitas gizi pada


masyarakat Indonesia
B. Untuk mengetahui target dan tujuan pada poin ke 2 SDGS
C. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kelaparan dengan
pertumbuhan penduduk di Indonesia
D. Untuk mengetahui factor yang menyebabkan terjadinya kelaparan di suatu
wilayah terutama wilayah Maluku, Sulawesi.
E. Untuk mengetahui bagaimana cara dan upaya mencegah terjadinya
kelaparan di suatu wilayah

vi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan mata pelajaran yang memiliki fokus
pada pembentukan warga negara untuk memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak serta kewajibannya agar menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang sekaligus telah tercantum pada Pancasila dan UUD
1945. Selain itu, menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa
PPKn merupakan suatu media pengajaran yang mampu meng-Indonesiakan para
pelajar secara sadar, cerdas, serta penuh tanggung jawab. Karena itu, program
PPKn secara luas mencakup konsep-konsep ketatanegaraan, politik dan hukum
negara, serta teori umum lainnya yang sekiranya sesuai dengan target tersebut.

Berbeda dengan pendapat di atas PPKn diartikan sebagai bentuk persiapan


generasi muda (pelajar) untuk menjadi warga negara yang berpengetahuan,
berkecakapan, dan memiliki nilai-nilai yang diperlukan dalam berpartisipasi aktif
untuk kehidupan bermasyarakat (Samsuri, 2011: 28). Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa PPKn adalah suatu mata pelajaran yang
merupakan bagian dari satu rangkaian proses untuk mengarahkan para pelajar
menjadi warga negara yang memiliki karakter yang kuat sebagai bangsa
Indonesia, cerdas, terampil, serta bertanggungjawab sehingga mampu
memberikan peran aktif dalam kehidupan berbangsan dan bernegara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) sendiri pada umumnya


mempunyai banyak pengertian dan istilah. Muhammad Numan Somantri
merumuskan: “Pengertian Civics sebagai llmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan: (a) manusia dalam perkumpulan-
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik); (b) individu-
individu dengan negara” (Ubaedillah, 2015, hlm. 13). Sebelumnya, Edmonson
(1958) mengemukakan: “makna civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi

vii
mengenai pemerintahan dan kewarganegaraan yang berkaitan dengan kewajiban,
hak, dan hak-hak istimewa warga negara. Pengertian ini menunjukkan bahwa
civics merupakan cabang dari ilmu politik, sebagaimana yang telah tertuang
dalam Dictionary of Education” (Ubaedillah, 2015, hlm. 13).

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa Pendidikan


kewarganegaraan adalah pendidikan bersifat demokrasi yang memiliki tujuan
untuk menyiapkan generasi muda (pelajar) untuk berfikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas yang berfungsi menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, bahwa demokrasi merupakan bentuk kehidupan bernegara yang
paling menjamin hak-hak warga negara (Zamroni, dalam Aji, 2014:28).
Sedangkan menurut Aji (2013:31) mata pelajaran PPKn merupakan mata
pelajaran yang memiliki misi untuk membina nilai, moral, serta norma secara utuh
dan berkesinambungan. Tujuan PPKn yaitu untuk membentuk karakter warga
negara yang baik, dalam arti warga negara tersebut tahu, mau dan sadar akan hak
dan kewajibannya.

Menurut pendapat Westheimer dan Kahne (dalam Print & Lange, 2012,
pp. 114–115), untuk membentuk warga negara yang demokratis PKn perlu
mengutamakan tiga visi dalam upaya menciptakan warga negara yang aktif dalam
demokrasi yaitu; pertama, warga negara yang mampu bertanggung jawab secara
pribadi serta bertanggung jawab dalam komunitasnya; kedua, partisipasi warga
negara, dan; ketiga, keadilan dan orientasi sosial yang menekankan hukum
perubahan sosial. Dengan demikian, komponen dasar dalam pengembangan PKn
yaitu civic knowledge, civic skills dan civic disposition. (Beanson, 1998, pp. 1–7).

PPkn dalam pembangunan berkelanjutan adalah PPKn yang dapat


membentuk warga negara yang aktif untuk membentuk pemerintah dalam
pembangunan berkelanjutan. Sementara warga negera yang baik adalah warga
negara yang dapat bertindak dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada
dimasyarakat, terutama masalah dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan
demikian, reorientasi dan rekonfigurasi PPKn perlu dilakukan. Pembangunan
yang mengatasnamakan keadilan dan ekonomi telah dipengaruhi oleh globalisasi
dimana warga negara didorong menjadi warga negara dunia serta perkembangan

viii
teknologi. PPKn memiliki peran yang strategis untuk mendukung pemerintah
maupun negara Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi
keadilan sosial, ketahanan ekonomi, keberlanjutan lingkungan hingga
pemerintahan yang demokratis.

2.2 Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rangkaian
rencana aksi dunia yang telah disepakati oleh para pemimpin di seluruh dunia,
termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi
kesenjangan serta melindungi lingkungan. SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan
memiliki 169 Target yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2030.

Berbeda dengan sebelumnya yaitu Millenium Development


Goals (MDGs), SDGs dirancang dengan melibatkan seluruh aktor yang memiliki
peran penting dalam pembangunan, baik itu Pemerintah, Civil Society
Organization (CSO), sektor swasta, akademisi, dan masih banyak lagi. Sekitar 8,5
juta suara wargadunia juga turut berkontribusi terhadap Tujuan dan Target SDGs.

SDGs memiliki prinsip utama yaitu tidak meninggalkan satu orangpun


(Leave No One Behind). Dengan prinsip tersebut setidaknya SDGs mampu
menjawab dua hal yaitu, Keadilan Prosedural yang maksudnya adalah sejauh
mana seluruh pihak terutama yang selama ini tertinggal dapat berkontribusi
terhadap seluruh proses pembangunan dan Keadilan Subtansial yang berarti
sejauh mana kebijakan dan program pembangunan mampu mengatasi persoalan-
persoalan warga terutama kelompok yang tertinggal.

Indonesia memiliki 17 tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dan


terdapat 4 tujuan pokok SDGs ini (Brodjonegoro, 2017). Pertama, mengurangi
tingkat kemiskinan. Kedua, menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan
pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan meningkatkan pertanian
berkelanjutan. Ketiga, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif, menyeluruh dan layak untuk
semua masyarakat. Keempat, membangun infrastruktur yang kokoh,

ix
meningkatkan perkembangan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta
mendorong investasi. Adapun 17 tujuan SDGs yaitu:

1. Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih


baik dan mendukung pertanian berkelanjutan.

3. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi


semua untuk semua usia

4. Memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas setara, juga


mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan


anak perempuan

6. Memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan


dan sanitasi bagi semua

7. Memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan,


berkelanjutan dan modern bagi semua

8. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,


tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua

9. Membangun infrastruktur yang tangguh, mendukung industrialisasi yang


inklusif dan berkelanjutan dan membantu perkembangan inovasi

10. Mengurangi ketimpangan didalam dan antar negara

11. Membangun kota dan pemukiman yang inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan

12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan

13. Mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan


dampaknya*

x
14. Mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya
laut, samudra dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan

15. Melindungi, memulihkan dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan


terhadap ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkelanjutan,
memerangi desertifikasi (penggurunan), dan menghambat dan
membalikkan degradasi tanah dan menghambat hilangnya
keanekaragaman hayati

16. Mendukung masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan


berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan
membangun institusi-institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di
semua level

17. Menguatkan ukuran implementasi dan merevitalisasi kemitraan global


untuk pembangunan yang berkelanjutan.

2.3 Tujuan ke-2 Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development


Goals)
Kelaparan diartikan sebagai hasil dari kondisi dimana kurangnya konsumsi
pangan kronik. Dalam jangka panjang, kelaparan kronis dapat berdampak buruk
terhadap tingkat kesehatan masyarakat sekaligus menyebabkan tingginya
pengeluaran masyarakat demi memperoleh kesehatan.

Tidak semua orang memiliki keringanan untuk memperoleh pangan yang


cukup. Hal tersebut berujung pada kelaparan dan kekurangan gizi dalam skala
besar di dunia. Sebagian penduduk dunia saat ini mengalami kekurangan pangan
yang parah hingga tidak mampu mendapatkan pangan yang cukup untuk sekadar
memenuhi kebutuhan energi minimum mereka. Selain itu, terdapat jutaan anak
berusia di bawah lima tahun (balita) yang mengalami kekurangan gizi akut pada
saat musim kekurangan pangan, musim kelaparan dan kerusuhan sosial, yang
hingga saat ini angkanya masih terus meningkat.

Terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya kelaparan


seperti kemiskinan, sistem pemerintahan yang tidak stabil, penggunaan
Iingkungan yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan pada

xi
anak-anak, wanita, serta lansia. Begitu pula dengan terbatasnya subsidi pangan,
meningkatnya harga-harga pangan, menurunnya pendapatan ril dan tingginya
tingkat pengangguran yang turut menjadi faktor utama penyebab terjadinya
kelaparan

Tujuan SDGs nomor 2 sendiri yaitu untuk mengakhiri kelaparan,


mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi serta melakukan promosi yang
berkelanjutan terhdap pertanian. Tujuan ini sejalan dengan prioritas pembangunan
Indonesia yang termasuk ke dalam prioritas ketahanan pangan dan penciptaan
lapangan kerja. Adapun target yang diharapkan dapat tercapai dalam tujuan ke-2
SDGs ini meliputi:

1. Pada tahun 2030, dapat mengakhiri kelaparan dan memastikan tersedianya


akses bagi seluruh rakyat, khususnya bagi kelas rendah dan berada dalam
situasi yang rentan, termasuk bayi, untuk memperoleh pangan yang aman,
bernutrisi dan berkecukupan sepanjang tahun.

2. Pada tahun 2030, dapat mengakhiri berbagai bentuk malnutrisi, termasuk


pada tahun 2025 untuk mencapai target-target yang telah disepakati secara
internasional mengenai gizi buruk dan penelantaran pada anak balita, serta
memenuhi kebutuhan nutrisi untuk para remaja putri, ibu hamil dan
menyusui, serta manula.

3. Pada tahun 2030, dapat meningkatkan produktivitas agrikultur dan


pendapatan para produsen makanan berskala kecil, khususnya bagi
perempuan, masyarakat adat atau daerah, pertanian milik keluarga,
peternak dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan setara
dengan tanah, sumber produksi lainnya dan juga pemasukan, pengetahuan,
layanan finansial, pasar serta kesempatan untuk memperoleh nilai tambah
dan lapangan kerja bukan pertanian.

4. Pada tahun 2030, dapat memastikan sistem produksi pangan yang


berkelanjutan dan mengimplemantasikan praktek-praktek agrikultur yang
tahan lama yang mendorong untuk menaikkan produktivitas dan produksi,
yang juga mampu menjaga ekosistem, yang dapat menguatkan kapasitas

xii
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan
bencana lainnya, serta memperbaiki kualitas lahan dan tanah secara
progresif.

5. Pada tahun 2020, dapat memelihara keanekaragaman genetika benih,


pengolahan tanaman dan persawahan, serta melestarikan hewan jinak dan
spesies liar, termasuk melalui bank benih dan tumbuhan yang
keragamannya dipelihara dengan baik pada level nasional, regional dan
intensional, dan memberi dukungan akses terhadap pembagian keuntungan
yang adil dan setara yang berasal dari pengetahuan tradisional dan
pemanfaatan sumber-sumber genetik, seperti yang telah disepakati secara
internasional.

xiii
BAB III

PEMBAHASAN
Kelaparan kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan yang dibutuhkan
oleh masyrakat. Jika berkepanjangan kelaparan berakibat buruk terhadap
kesehatan masyarakat dan menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk
kesehatan.

Tidak semua orang mempunyai kemudahan untuk memperoleh kebutuhan


pangan yang dibutuhkan, jangan sampai kelaparan dan kekurangan gizi akan
menjadi skala besar di dunia. Beberapa penduduk yang ada di seluruh dunia
sekarang ini masih ada yang kekurangan kebutuhan pangan dan tidak mampu
untuk mendapatkan kebutuhan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Banyak anak balita yang menderita akibat kekurangan gizi ini atau
akut pada saat musim masyarakat kekurangan pangan, musim kelaparan dan
kerusuhan sosial, angka ini terus meningkat.

A. Meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia

Pada saat ini Indonesia tetap harus menghadapi permasalahan gizi yang
berdampak cukup serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
menimbulkan permasalahan-permasalahan yang antara lain kegagalan
pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk.

Peran dan fungsi pemerintah agar dapat menanggulangi kekurangan gizi di


Indonesia telah diatur dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, dinyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup dengan
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Maka,
memang menjadi tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan mutu gizi
setiap warga negaranya.

xiv
Upaya untuk perbaikan gizi dapat dilakukan pada seluruh kehidupan mulai dari
dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan kepada kelompok rawan,
seperti bayi dan balita, remaja perempuan, dan ibu hamil dan menyusui.

Upaya perbaikan gizi masyarakat diantaranya adalah:

1. Melakukan sosialisasi tentang bagaimana manfaat dari pola konsumsi


pangan perorangan dan masyarakat yang Beragam dengan Gizi Seimbang,
dan Aman (B2SA) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif,
2. peningkatan sosialisasi kepada masyrakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi,
kebersihan, dan pengasuhan,
3. melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama kepada ibu rumah tangga,
untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan bagi masyrakat
berbasis pangan lokal (termasuk sosialisasi manfaat dan menciptakan
minat atau preferensi pada konsumsi pangan ikan, hasil peternakan,
sayuran, dan buah-buahan lokal),
4. melakukan perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu dan penetapan
persyaratan khusus mengenai komposisi pangan untuk meningkatkan
kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan,
5. melakukan penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar
gizi dan keamanan pangan,
6. melakukan penguatan integrasi intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif
dengan dengan fokus utama pada 1000 hari pertama kehidupan, remaja,
calon pengantin dan ibu hamil,
7. perbaikan gizi untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja perempuan,
dan kelompok rawan gizi lainnya,
8. melakukan penguatan sistem surveilans pangan dan gizi termasuk
pemantauan pertumbuhan,
9. pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
10. melakukan peningkatan jangkauan dan kualitas layanan kesehatan
terhadap masyarakat.
11. melakukan penyaluran bantuan pangan kepada masyarakat rawan pangan
kronis (berpendapatan rendah) dan transien (darurat bencana).

xv
B. Target dan tujuan ke-2 SDGs
TUJUAN
Tujuannya yaitu mengakhiri kelaparan dengan mencapai ketahanan pangan
lau memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Tujuan ini sejalan dengan prioritas pembangunan Indonesia yang termaktub ke
dalam prioritas ketahanan pangan dan penciptaan lapangan kerja yang ada di
Indonesia.

TARGET

 Pada tahun 2030, dapat mengakhiri kelaparan dan memastikan tersedianya


akses bagi seluruh rakyat, khususnya bagi kelas rendah dan berada dalam
situasi yang rentan, termasuk bayi, untuk memperoleh pangan yang aman,
bernutrisi dan berkecukupan sepanjang tahun.

 Pada tahun 2030, dapat mengakhiri berbagai bentuk malnutrisi, termasuk


pada tahun 2025 untuk mencapai target-target yang telah disepakati secara
internasional mengenai gizi buruk dan penelantaran pada anak balita, serta
memenuhi kebutuhan nutrisi untuk para remaja putri, ibu hamil dan
menyusui, serta manula.

 Pada tahun 2030, dapat meningkatkan produktivitas agrikultur dan


pendapatan para produsen makanan berskala kecil, khususnya bagi
perempuan, masyarakat adat atau daerah, pertanian milik keluarga,
peternak dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan setara
dengan tanah, sumber produksi lainnya dan juga pemasukan, pengetahuan,
layanan finansial, pasar serta kesempatan untuk memperoleh nilai tambah
dan lapangan kerja bukan pertanian.

 Pada tahun 2030, dapat memastikan sistem produksi pangan yang


berkelanjutan dan mengimplemantasikan praktek-praktek agrikultur yang
tahan lama yang mendorong untuk menaikkan produktivitas dan produksi,
yang juga mampu menjaga ekosistem, yang dapat menguatkan kapasitas

xvi
adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan
bencana lainnya, serta memperbaiki kualitas lahan dan tanah secara
progresif.

 Pada tahun 2020, dapat memelihara keanekaragaman genetika benih,


pengolahan tanaman dan persawahan, serta melestarikan hewan jinak dan
spesies liar, termasuk melalui bank benih dan tumbuhan yang
keragamannya dipelihara dengan baik pada level nasional, regional dan
intensional, dan memberi dukungan akses terhadap pembagian keuntungan
yang adil dan setara yang berasal dari pengetahuan tradisional dan
pemanfaatan sumber-sumber genetik, seperti yang telah disepakati secara
internasional.

 Melakukan penaikkan investasi, melalui kerjasama internasional yang


diperluas, dalam hal infrastruktur di pedesaan, penelitian pertanian dan
perluasan pelayanan, pengembangan teknologi dan tanaman serta bank
genetik ternak sedang dalam melakukan upaya untuk meningkatkan
kapasitas produksi agrikultur di negara-negara berkembang, terutama di
negaranegara kurang berkembang

 Dengan memperbaiki dan pencencegah pembatasan perdagangan dan


distorsi dalam pasar agrikultur dunia juga melalui penghilangan bersamaan
dari segala bentuk subsidi ekspor agrikultur dan semua ukuran ekspor
yang akan memiliki efek yang sama

 Mengadopsi ukuran yang dapat menentukan fungsi yang layak bagi pasar
komoditi pangan serta turunannya dan memfasilitasi akses terhadap
informasi pasar, termasuk juga persediaan pangan dalam rangka untuk
membatasi pergolakan ekstrim harga bahan pangan.

xvii
C. Hubungan Kelaparan dengan Pertumbuhan Penduduk

Seperti yang kita ketahui, faktor utama penyebab terjadinya kelaparan


antara lain terbatasnya subsidi pangan, meningkatnya harga-harga pangan,
menurunnya pendapatan riil dan tingginya tingkat pengangguran. Keseluruhan
faktor tersebut kemungkinan besar diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang
tidak terkontrol. Tingginya laju pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan
masalah kependudukan menjadi masalah besar yang harus segera ditangani; jika
tidak akan terjadi “Population Bomb”.
Peningkatan ini dikhawatirkan akan melebihi pasokan pangan yang
dibutuhkan karena laju pertumbuhan penduduk mengikuti pertumbuhan
eksponensial dan akan melebihi pasokan pangan yang berujung pada kelaparan.
Maka dari itu, kelaparan dan pertumbuhan penduduk dapat diilustrasikan
sebagai hubungan sebab akibat. Apabila terjadi kenaikan jumlah penduduk yang
tidak diimbangi oleh upaya pengendalian pertumbuhan tersebut, kondisinya dapat
berpotensi menjadi ancaman berat untuk kota, seperti terjadinya kesengsaraan dan
kelaparan yang merajalela.
“Population Bomb” dapat menyebabkan peningkatan penggunaan lahan
untuk permukiman. Peningkatan tersebut menyebabkan pembongkaran hutan atau
lahan pertanian untuk dijadikan tempat tinggal. Hal tersebut dapat menyebabkan
kebutuhan pangan yang meningkat tanpa diiringi dengan produksi pangan yang
baik. Selain itu, dapat pula terjadi penurunan kualitas tanah yang menyebabkan
meningkatnya tingkat pengangguran dan pendapatan riil yang menurun. Seluruh
rangkaian peristiwa ini dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan malnutrisi.
Kelaparan yang merajalela juga terjadi dikarenakan kuantitas produksi
pangan yang menurun dengan tajam seiring perjuangan untuk menanggulangi
peningkatan penduduk yang pesat dan konflik sipil yang semakin parah.

xviii
D. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kelaparan di Suatu Wilayah

Beberapa faktor yang menjadi penyebab tejadinya kelaparan di suatu wilayah


seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan Iingkungan
yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti kepada anak-
anak, wanita, dan lansia. Lalu keterbataamsnya subsidi kebutuhan pangan,
meningkatnya harga-harga kebutuhan pangan, serta menurunnya pendapatan riil
dan tingginya tingkat pengangguran yang menjadi faktor utama sebagai penyebab
terjadinya kelaparan.

Kasus kelaparan sampai sekarang menjadi salah satu permasalahan yang tak
kunjung selesai. Negara maju sekalipun kasus kelaparan masih menjadi kasus
yang serius. Hal pertama terjadi kasus kelaparan ini adalah minimnya bahan
makanan atau mungkin adanya kesenjangan sosial terhadap pola distribusi
makanan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kelaparan di suatu wilayah:

A. Perlambatan Ekonomi

Terjadi perlambatan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah atau suatu


negarayang menjadi faktor utama melemahnya perekonomian di wilayah tersebut
yang berakibat taraf hidup masyarakat menurun karena berkurangnya pendapatan.

Hal ini yang menyebabkan kemiskinan terjadi dan ketidak mampuan


masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka termasuk juga untuk
mendapatkan makanan, kalau kejadian ini terus berlanjut terus menerus maka
kasus kelaparan pun dapat terus terjadi.

B. Konflik yang Berkepanjangan

Terjadi konflik berkepanjangan yang terjadi di suatu Negara yang


memiliki potensi akan menyebabkan kelaparan, dari data Stockhom International
Peace Research Institute (SIPRI) bahwa ketidakstabilan politik dan pengungsian
terkait konflik menyebabkan terjadinya krisis keutuhan pangan masyrakat yang
tentunya berdampak sekali pada kelaparan yang dialami oleh lebih dari 800 juta
orang dan sebesar 60 % hal ini terjadi di negara konflik seperti di negara-negara

xix
bagian di Afrika yaitu Sudan Selatan, Somalia dan Mali, jutaan jiwa telah
dikabarkan meninggal dunia pada kasus kelaparan ini.

C. Perubahan Iklim

Perubahan iklim juga menjadi penyebab terjadinya kasus kelaparan, dapat


dikatakan perubahan iklim yang terjadi di suatu wilayah dapat memperburuk
kemampuan masyarakat untuk mencapai kebutuhan pangan mereka, sebab
perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan ekstrem dapat mengakibatkan ggaal
panen yang merupakan pasokan makanan serta mata pencaharian masyarakat. Hal
ini mengapa perubahan iklim menjadi alasan terbesar kenapa kelaparan masih
terjadi karena perubahan iklim yang tak bisa ditentukan

D. Kurangnya Kepedulian Terhadap Sesama

Kurangnya kepedulian terhadap sesama sebenarnya adalah penyebab


terjadinya kelaparan yang paling mudah terjadi sampai saat ini dan sayangnya
kita kadang lupa karena mungkin kita tidak menyadari adakah orang di sekitar
kita yang sedang mengalami kelaparan karna tak bisa untuk membeli makan.
Kurangnya kepedulian inilah yang kita rasakan sering terjadi penyebab kelaparan
yang terjadi pada saudara-saudara kita yang mengalami hal itu

Cara termudah agar kita bisa mencegah terjadi kasus kelaparan dengan
cara membantu sesama sebagai bentuk kepedulian kita terhadap manusia,dengan
hal itu kita bisa merasakan alangkah indahnya jika kita mulai berbagi dengan
saudara-saudara kita dengan memberikan sedikit makan untuk mereka yang kini
sedang menahan rasa lapar diperutnya.

E. Upaya untuk Mencegah Terjadinya Kelaparan di Suatu Wilayah

xx
Gizi buruk, kelaparan, dan malnutrisi merupakan masalah serius yang bisa
berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Ketahanan pangan dapat menjadi
solusi untuk mencegah permasalahan ini. Hal tersebut dapat dicapai dengan
memberdayakan keluarga petani yang merupakan kunci untuk mencegah
terjadinya gizi buruk, kelaparan, hingga malnutrisi.
Tanpa kita ketahui, makanan yang ada di meja makan kita sebagian besar
dihasilkan oleh pertanian keluarga. Pertanian keluarga menghasilkan 80 persen
makanan dunia dan merupakan sumber pekerjaan terbesar. Akan tetapi, di sisi
lain, banyak keluarga petani sangat miskin, mengalami permasalahan Kesehatan,
malnutrisi, serta kerawanan pangan.
Tidak hanya di Indonesia, sebagian besar dunia masih belum terlepas dari
ancaman rawan pangan dan kemiskinan. Ditambah lagi pengaruh perubahan iklim
membuat dunia semakin kesulitan pangan. Karena itu, FAO, Organisasi Pangan
Dunia, ikut berperan untuk bersama-sama memerangi kelaparan. FAO
menargetkan dalam 15 tahun ke depan tak ada lagi kelaparan bagi anak-anak,
perempuan, laki-laki dan siapa saja di seluruh dunia. FAO membuat 8 upaya
untuk mengentaskan kelaparan di dunia. Upaya-upaya tersebut antara lain

(1) Target untuk menuntaskan kelaparan (zero hunger) yang dapat


menyelamatkan 3,1 juta anak dalam satu tahun;

(2) Menyelamatkan ibu dan bayi karena ibu yang memiliki gizi baik akan
memiliki bayi yang lebih sehat dengan sistem kekebalan tubuh yang jauh
lebih kuat.

(3) Menuntaskan gizi buruk karena menuntaskan kelaparan akan menghentikan


kekurangan gizi anak dan dapat meningkatkan produk domestic bruto dari
negara berkembang sebesar 16,5 persen.

(4) Investasi, contohnya, 1 dolar yang diinvestasikan untuk pencegahan


kelaparan dapat menghasilkan keuntungan antara USD 15-1393.

(5) Pemberian nutrisi yang tepat kepada bayi dengan harapan dapat
meningkatkan 46 persen lebih banyak pendapatan seumur hidup di masa
depan.

xxi
(6) Menangani kekurangan zat besi pada anak akan dapat meningkatkan
produktivitas di tempat kerja sebesar 20 persen di masa depan.

(7) Mengurangi angka kematian bayi. Tanpa kelaparan, kematian anak terkait
nutrisi akan diakhiri. Selain itu, pada masa depan, dapat ditingkatkan tenaga
kerja sebesar 9,4 persen.

(8) Kesejahteraan sosial. Tidak adanya kasus kelaparan akan membangun negara
yang lebih aman, sejahtera, makmur, dan adil. Selain itu, pendidikan generasi
penerus juga lebih terjamin.

 Diantaranya, makanan
sehat yang merupakan
istilah
 pemasaran untuk
menyarankan efek
kesehatan manusia di
luar diet sehat normal
 yang diperlukan untuk
nutrisi manusia.
 Makanan fungsional
adalah makanan atau
xxii
minuman yang
diperkaya dengan nutrisi
 atau zat tertentu (seperti
vitamin, mineral, serat,
dan probiotik) di luar
nutrisi alami
 yang sudah ada di
makanan tersebut. Hal
ini ditujukan untuk
memberi nilai tambah
 pada makanan
sehingga dapat
berpengaruh positif
terhadap kesehatan
melebihi

xxiii
 nilai gizi dasar yang
sudah ada.
 Makanan fungsional
mencakup produk
makanan yang sangat
luas. Mulai dari
 makanan yang dibuat
dari bahan fungsional
tertentu (misalnya
produk susu yang
 mengandung probiotik)
sampai makanan pokok
sehari-hari yang
diperkaya dengan
 nutrisi tertentu (seperti
sereal yang diperkaya
xxiv
dengan asam folat,
minyak goreng
 yang diperkaya dengan
vitamin A, telur yang
diperkaya dengan asam
lemak omega-
 3, dan masih banyak
lagi).
Selain kedelapan upaya tersebut, untuk meningkatkan kesejahteraan
pertanian keluarga dan memperkuat ketahanan pangan petani, dibutuhkan inovasi-
inovasi yang mendukung kebijakan dan lingkungannya. Inovasi dalam teknologi
dan dalam institusi. Inovasi tersebut dapat berupa upaya program makanan sehat
atau makanan fungsional bagi masyarakat oleh pemerintah.
Probiotik adalah istilah yang mengacu pada mikroorganisme yang
memberikan manfaat bagi manusia dan hewan. Mikroorganisme tersebut berperan
dalam keseimbangan mikroba usus dan juga berperan penting dalam menjaga
Kesehatan.
Vitamin merupakan komponen penting dalam bahan makanan yang
diperlukan dalam jumlah yang sedikit karena berfungsi untuk menjaga
kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Mineral terbagi menjadi dua jenis, yaitu makromineral dan micromineral.
Makromineral diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari 100 mg/hari seperti
natrium, kalium, fosfor, magnesium, klor, dan belerang. Sebaliknya, micromineral
diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil dari 100 mg/hari seperti besi, yodium,

xxv
fluor, tembaga, unsur perunut seperti mangan, kromium, kobalt, molebdenum, dan
Selenium.

Pangan fungsional adalah pangan yang memiliki kandungan komponen


aktifnya (serat, probiotik, mineral, vitamin) yang dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan manusia, di luar manfaat yang diberikan oleh zat gizi yang terkandung
di dalamnya.
Makanan ini ditujukan untuk memberikan nilai tambah kepada makanan
agar dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan melebihi nilai gizi dasar yang
sudah ada. Makanan fungsional mencakup produk makanan yang sangat luas.
Mulai dari makanan yang dibuat dari bahan fungsional tertentu (misalnya produk
susu yang mengandung probiotik) sampai makanan pokok sehari-hari yang
diperkaya dengan nutrisi tertentu (seperti sereal yang mengandung asam folat,
minyak goreng yang mengandung vitamin A, telur yang mengandung asam lemak
omega-3, dan masih banyak lagi).

xxvi
BAB IV

KESIMPULAN

Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi


pangan kronik. Dalam jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada
derajat kesehatan masyarakat dan menyebabkan tingginya pengeluaran
masyarakat untuk kesehatan. Tidak semua orang mempunyai kemudahan untuk
memperoleh pangan yang dibutuhkan, dan hal ini mengarah pada kelaparan dan
kekurangan gizi dalam skala besar di dunia. Banyak faktor penyebab tejadinya
kelaparan seperti kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan
Iingkungan yang melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti
pada anak-anak, wanita, dan lansia. Indonesia masih menghadapi permasalahan
gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM).

Terkait peran pemerintah dalam menanggulangi kekurangan gizi di


Indonesia telah diatur dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Tujuannya yaitu untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan
pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. ,
faktor utama penyebab terjadinya kelaparan antara lain terbatasnya subsidi
pangan, meningkatnya harga-harga pangan, menurunnya pendapatan riil dan
tingginya tingkat pengangguran. Keseluruhan faktor tersebut kemungkinan besar
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Maka dari itu,
kelaparan dan pertumbuhan penduduk dapat diilustrasikan sebagai hubungan
sebab akibat. Apabila terjadi kenaikan jumlah penduduk yang tidak diimbangi
oleh upaya pengendalian pertumbuhan tersebut, kondisinya dapat berpotensi
menjadi ancaman berat untuk kota, seperti terjadinya kesengsaraan dan kelaparan
yang merajalela. Peningkatan tersebut menyebabkan pembongkaran hutan atau
lahan pertanian untuk dijadikan tempat tinggal. Hal tersebut dapat menyebabkan
kebutuhan pangan yang meningkat tanpa diiringi dengan produksi pangan yang
baik. Banyak faktor penyebab tejadinya kelaparan di suatu wilayah seperti
kemiskinan, ketidakstabilan sistem pemerintahan, penggunaan Iingkungan yang
melebihi kapasitas, diskriminasi dan ketidakberdayaan seperti pada anak-anak,
wanita, dan lansia.

Kasus kelaparan masih menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung
selesai. Perlambatan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah atau pun Negara
menjadi faktor utama yang membuat lemahnya perekonomian di wilayah tersebut.
Perubahan iklim turut menjadi penyebab terjadinya kasus kelaparan, dapat
dikatakan perubahan iklim yang terjadi di suatu wilayah dapat memperburuk
kemampuan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan makanan mereka, sebab
perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan ekstrem dapat melenyapkan hasil
panen yang merupakan pasokan makanan serta mata pencaharian masyarakat.

xxvii
Perubahan iklim yang tak bisa diprediksi turut menjadi alasan terbesar
kenapa kelaparan masih terjadi. Bahkan mungkin kita tidak menyadari adakah
orang di sekitar kita yang kini sedang kelaparan karna tak berdaya untuk membeli
makan. Kurangnya kepedulian inilah yang seringkali menjadi penyebab kelaparan
yang terjadi pada saudara-saudara kita yang merasakan. Gizi buruk, kelaparan,
dan malnutrisi merupakan masalah serius yang bisa berdampak buruk bagi
kesehatan masyarakat. Hal tersebut dapat dicapai dengan memberdayakan
keluarga petani yang merupakan kunci untuk mencegah terjadinya gizi buruk,
kelaparan, hingga malnutrisi. Tanpa kita ketahui, makanan yang ada di meja
makan kita sebagian besar dihasilkan oleh pertanian keluarga. Tidak hanya di
Indonesia, sebagian besar dunia masih belum terlepas dari ancaman rawan pangan
dan kemiskinan. Karena itu, FAO, Organisasi Pangan Dunia, ikut berperan untuk
bersama-sama memerangi kelaparan. Tanpa kelaparan, kematian anak terkait
nutrisi akan diakhiri. Selain itu, pada masa depan, dapat ditingkatkan tenaga kerja
sebesar 9,4 persen. Tidak adanya kasus kelaparan akan membangun negara yang
lebih aman , sejahtera, makmur, dan adil sesuai dengan Pancasila sila ke-5.

xxviii
DAFTAR PUSTAKA
SDGs. Apa Itu SDGs dan Tujuan SDGs. Retrievied December 7, 2020 from
https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu

Bappenas. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Retrievied December 7, 2020


from http://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-8/

Beanson, M. S. (1998). The Role of Civic Education; A Forthcoming Education


Policy Task Force. Position Paper From Commutarian Network, 5,
75. Didapat dari http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED403203.pdf;

Klinikhukum. Upaya pemerintah dalam perbaikan gizi masyarakat. Dapat diakses


di https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/

Suartha, N. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Laju


Pertumbuhan dan Implementasi Kebijakan Penduduk di Provinsi Bali.
Piramida Vol. XII No. 1 : 1 - 7.

Lenhart, A., Purcell, K., Smith, A., & Zickuhr, K. (2010). Social Media andYoung
Adults. Pew Internet & American Life Research Center

FAO (Food and Agriculture Organisation). 2003.Proceedings, Measurement


andAssessment of Food Devrivation andUndernutrition. Internastional
ScientificSymposium. Rome, 26-28 Juni 2002.

Rose, D. 1999. Economic Determinats and DietaryConsequences of Food


Insecurity Individuthe United States. American Journal of

Public Health 87 (12) 1956-1961FAO. 2004. Statistical Database of Food Balance


Sheet. FAOSTAT http://www.fao.org.13 Januari 2016

Novi. 2020. Faktor Paling Memepenaruhi Kasus Kelaparan yang tak


Kunjung Selesai. Didapat https://www.sekolahrelawan.com.

xxix

Anda mungkin juga menyukai