Anda di halaman 1dari 100

© 2018 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Katalog dalam Terbitan (KDT)


Buku Panduan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XI/LIPI Press—Jakarta: LIPI
Press, 2018.
x hlm. + 85 hlm.; 14,8 x 21 cm

Proofreader : Rahmi Lestari Helmi


Nur Tri Aries Suestiningtyas Mila
Kencana
Desainer Isi : Rusli Fazi
Desainer sampul : Rusli Fazi

Sekretariat:
Biro Kerja Sama Hukum dan Humas LIPI
Sasana Widya Sarwono Lt. 5
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 10 Jakarta 12710
Telp. 021-5225711 ext. 1236, 1240, 1233
Fax. 021-5251834
E-mail : wnpg@mail.lipi.go.id
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

SEKAPUR SIRIH
Indonesia termasuk satu di antara negara-negara yang belum mencapai
beberapa target MDGs dan harus diupayakan dalam SDGs, masih ada 18
dari 67 indikator yang belum dapat dicapai pada akhir pelaksanaan MDGs,
salah satu diantaranya adalah tujuan MDGs 1.2, yaitu proporsi penduduk
dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum (Bappenas,
2015). Kondisi ini salah satunya diindikasikan oleh masih tingginya preva-
lensi stunting yang disebabkan oleh kurang asupan gizi dalam waktu cuk- up
lama. Kecenderungan prosentase prevalensi stunting di Indonesia ma- sih
belum membaik, bahkan mengalami penurunan. Data menunjukkan 36,8%,
(2007), 35,6% (2010) dan 37,2% (2013) (Rikesdas, 2013). Terdapat
8,9 juta (2013) anak balita Indonesia yang mengalami stunting, angka ini
menempatkan Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jum- lah
penderita stunting yang tinggi.
Pemerintah telah mengupayakan cukup banyak kebijakan dan in-
tervensi program, tetapi masih diperlukan tindaklanjut yang lebih baik.
Kepedulian pemerintah ini bukan hanya untuk upaya kesehatan dan gizi
masyarakat yang meningkat, tetapi diharapkan akan berdampak pada ca-
paian pengurangan prevalensi stunting sebagai salah satu target penting
dalam capaian SDGs secara langsung yang tertera pada beberapa tujuan
SDGs. Setidaknya saat ini telah ada program yang menargetkan 100 kabu-
paten/kota sebagai prioritas intervensi stunting pada tahun 2017. Selain,
telah adanya Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2017-2019
yang baru keluar bulan Oktober yang lalu. Kompleksitas permasalahan
stunting yang multi-dimensional, menyebabkan pentingnya keterlibatan
berbagai kementerian dan lembaga serta industri dan masyarakat ser- ta
akademisi. Hal itu tentu diharapkan nantinya dicapai hasil kebijakan
ketahanan pangan yang mencakup penyediaan pangan dan akses fisik,
sosial, dan ekonomi akan makanan yang cukup, aman, dan bergizi untuk
semua masyarakat dan agar dapat hidup sehat dan aktif (UN, 2001).
iv
Buku Panduan WNPG XI 2018

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-


tingginya kepada para pembicara, panitia, sponsor, dan semua pihak yang
turut membantu terlaksananya WNPG XI ini. Akhirnya kami berharap
semoga WNPG XI dapat berjalan dengan lancar dan menghasil- kan
rekomendasi kebijakan bagi pembangunan nasional dibidang pangan dan gizi
termasuk masukan untuk rencana pembangunan nasional jangka menengah,
serta memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia secara luas.

Terima kasih.
Panitia Pengarah,

Dr. L. T. Handoko
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

PRAKATA
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) merupakan forum lintas
pemangku kepentingan yang dapat berperan secara strategis dalam upaya
mempertemukan dan mensinkronisasikan berbagai program dan kebijakan
pangan dan gizi untuk percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
WNPG diselenggarakan secara periodik setiap 4 (empat) atau 6 (enam) tahun
sekali untuk membahas isu perkembangan iptek dan solusi permasalahan
pangan dan gizi.
Tema Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI Tahun 2018
adalah “Percepatan Penurunan Stunting Melalui Revitalisasi Ketahanan
Pangan dan Gizi Dalam Rangka Mencapai Tujuan Pembangunan Berke-
lanjutan”.
WNPG XI tahun 2018 diharapkan dapat memberikan rekomendasi
mengenai standar kebutuhan gizi dan acuan label gizi serta merumus- kan
strategi kebijakan serta program pangan dan gizi lintas pemangku
kepentingan dalam pengurangan prevalensi stunting lima tahun ke de- pan,
guna masukan RPJMN 2020-2024.
Sebelumnya telah dilaksanakan berbagai kegiatan dalam Pra WNPG
yang dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Juni 2018. Kegiatan yang
dilakukan oleh pemangku kepentingan utama pada bidangnya, yaitu berupa
rapat, diskusi, FGD, workshop maupun seminar pra-WNPG untuk
mendapatkan masukan dan formulasi bahan/data/analisis yang dibutuhkan.
Buku panduan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan infor- masi
secara utuh bagi seluruh peserta maupun panitia pelaksana WNPG XI tahun
2018 dan dapat menjadi panduan untuk memperlancar jalannya rangkaian
kegiatan sehingga WNPG XI tahun 2018 ini dapat terlaksana dengan lancar
dan berhasil.
vi
Buku Panduan WNPG XI 2018

Acara WNPG XI 2018 ini terlaksana atas kerjasama yang baik antara
LIPI, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kemen-
terian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Koordina- tor
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Untuk itu, atas nama Pani- tia
Penyelenggara WNPG XI tahun 2018, kami mengucapkan terima kasih atas
partisipasi Saudara-saudara dan selamat mengikuti WNPG XI sampai selesai.
Semoga upaya dan hasil WNPG XI tahun 2018 dapat bermanfaat bagi
masyarakat.

Panitia Pelaksana WNPG XI Tahun 2018


vii
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

SAMBUTAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M(K)

Indonesia masih menghadapi beban ganda masalah gizi. Stunting


merupakan masalah kurang gizi pada balita yang saat ini menjadi fokus
untuk ditanggulangi. Masalah gizi dapat menjadi faktor penghambat dalam
pembangunan nasional sehingga investasi gizi saat ini sangat diperlukan
untuk memutus rantai masalah yang akan berdampak pada kualitas
sumberdaya manusia di masa mendatang. Kemenkes menyam- but baik
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI tahun 2018 yang
mengambil tema: Penurunan Stunting melalui Revitalisasi Ketahanan
Pangan dan Gizi dalam rangka Mencapai Pembangunan Berkelanjutan.
WNPG XI tahun 2018 bertujuan merumuskan strategi kebijakan
serta program pangan dan gizi lintas pemangku kepentingan dalam
penurunan prevalensi stunting lima tahun ke depan, guna masukan RP-
JMN 2020-2024. Oleh karena itu WNPG ini diharapkan dapat merumuskan
rekomendasi yang inovatif dan dapat diimplementasikan secara konver- gen
melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat.
Upaya penanggulangan stunting tidak lepas dari peran serta dan
kontribusi berbagai komponen masyarakat. Saya sangat mengapresiasi
terselenggaranya WNPG kali ini, dengan diangkatnya stunting menjadi tema
WNPG menunjukkan bahwa lintas sektor dan lembaga terkait telah menaruh
perhatian lebih terhadap salah satu masalah gizi ini, mengingat dampaknya
merugikan bonus demografi yang selanjutnya dapat ber- dampak
terhadap produktivitas suatu negara.
viii
Buku Panduan WNPG XI 2018

Harapan saya forum ini dapat menjadi ajang dalam menggalang


komitmen dan kolaborasi dari berbagai elemen bangsa untuk bekerjasama
bahu membahu dalam penanggulangan stunting. Saya tidak bosan-bosannya
mengingatkan bahwa inilah saatnya kita menyelamat- kan generasi
Indonesia, mengingat kedepan kita akan menghadapi bonus demografi
yang merupakan tantangan kita bersama.

Jakarta, Juni 2018


Menteri Kesehatan,

Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K)


Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

DAFTAR ISI
SEKAPUR SIRIH iii
PRAKATA iv
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA vii

I INFORMASI RINGKAS MENGENAI WNPG XI Tahun 2018


A Latar Belakang 1
B Tema 2
C Tujuan 2
D Target 2
E Topik Bahasan 3
F Peserta 3
G Waktu dan Tempat 4
H Sekretariat 4

II MEKANISME PENYELENGGARAAN PERSIDANGAN


A Sidang Pleno, Sidang Paralel, dan Sesi Poster 5
1 Sidang Pleno 5
2 Sidang Paralel 5
3 Sesi Poster 6
B Pameran 6
C Tata Tertib 7
1 Umum 7
2 Persidangan Pleno dan Paralel 8
3 Pelaksanaan Sesi Sidang Paralel 9
4 Kepesertaan 10
D Penyajian Poster dan Prosiding 10
E Konferensi Pers 11
x
Buku Panduan WNPG XI 2018

LAMPIRAN
A Tentatif Agenda Acara WNPG XI 2018 15
B Abstrak Presentasi Poster WNPG XI 19
C Susunan Kepanitiaan 75
D Lokasi Kegiatan 83
1
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

BAB I
INFORMASI RINGKAS
MENGENAI WNPG XI
TAHUN 2018
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk satu di antara negara-negara yang belum mencapai
beberapa target MDGs dan harus diupayakan dalam SDGs, masih ada 18
dari 67 indikator yang belum dapat dicapai pada akhir pelaksanaan MDGs,
salah satu diantaranya adalah tujuan MDGs 1.2, yaitu proporsi penduduk
dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum (Bappenas,
2015). Kondisi ini salah satunya diindikasikan oleh masih tingginya preva-
lensi stunting yang disebabkan oleh kurang asupan gizi dalam waktu cuk- up
lama. Kecenderungan prosentase prevalensi stunting di Indonesia ma- sih
belum membaik, bahkan mengalami penurunan. Data menunjukkan 36,8%,
(2007), 35,6% (2010) dan 37,2% (2013) (Rikesdas, 2013). Terdapat
8,9 juta (2013) anak balita Indonesia yang mengalami stunting, angka ini
menempatkan Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jum- lah
penderita stunting yang tinggi.
Pemerintah telah mengupayakan cukup banyak kebijakan dan in-
tervensi program, tetapi masih diperlukan tindaklanjut yang lebih baik.
Kepedulian pemerintah ini bukan hanya untuk upaya kesehatan dan gizi
masyarakat yang meningkat, tetapi diharapkan akan berdampak pada ca-
paian pengurangan prevalensi stunting sebagai salah satu target penting
dalam capaian SDGs secara langsung yang tertera pada beberapa tujuan
SDGs. Setidaknya saat ini telah ada program yang menargetkan 100 kabu-
paten/kota sebagai prioritas intervensi stunting pada tahun 2017. Selain,
telah adanya Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2017-2019
yang baru keluar bulan Oktober yang lalu. Kompleksitas permasalahan
stunting yang multi-dimensional, menyebabkan pentingnya keterlibatan
2
Buku Panduan WNPG XI 2018

berbagai kementerian dan lembaga serta industri dan masyarakat ser- ta


akademisi. Hal itu tentu diharapkan nantinya dicapai hasil kebijakan
ketahanan pangan yang mencakup penyediaan pangan dan akses fisik,
sosial, dan ekonomi akan makanan yang cukup, aman, dan bergizi untuk
semua masyarakat dan agar dapat hidup sehat dan aktif (UN, 2001).
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) merupakan forum lin-
tas pemangku kepentingan yang dapat berperan secara strategis dalam
upaya mempertemukan dan mensinkronisasikan berbagai program dan
kebijakan pangan dan gizi untuk percepatan penurunan angka stunting di
Indonesia.

B. Tema
Percepatan Penurunan Stunting melalui Revitalisasi Ketahanan Pangan
dan Gizi dalam rangka Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

C. Tujuan
Tujuan umum:

Merumuskan strategi kebijakan serta program pangan dan gizi lintas pe-
mangku kepentingan dalam pengurangan prevalensi stunting lima tahun ke
depan, guna masukan RPJMN 2020-2024.

Tujuan khusus:

Menentukan standar kebutuhan gizi dan acuan label gizi.

D. Target
1. Jangka pendek: Bahan penyusunan RPJMN 2020 – 2024.
2. Jangka menengah: Diadopsinya rekomendasi WNPG ke dalam
program pangan dan gizi lintas kementerian dan berbagai level
lembaga nasional dan daerah.
3. Jangka panjang: Mendukung pencapaian SDGs No. No.2, 3, 6 (tar-
get 1 dan 2) dan No.12 (langsung) dan No 1, 13,14 dan 15 (tidak
langsung).
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

E. Topik Bahasan
1. Bidang Peningkatan Gizi Masyarakat
Bidang peningkatan gizi masyarakat merupakan bidang yang akan
merumuskan strategi peningkatan gizi masyarakat dalam upaya
percepatan pengurangan angka stunting.
2. Bidang Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam
Bidang peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam akan
merumuskan strategi peningkatan aksesibilitas pangan yang
beragam dalam percepatan pengurangan angka stunting.
3. Bidang Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan
Bidang peningkatan penjaminan keamanan dan mutu pangan akan
merumuskan peningkatan penjaminan keamanan dan mutu pangan
dalam upaya percepatan pengurangan stunting.
4. Bidang Peningkatan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Bidang peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat akan
merumuskan masukan kebijakan peningkatan perbaikan perilaku
hidup bersih dan sehat pada masyarakat, khususnya pada tingkat
keluarga dalam upaya percepatan pengurangan stunting.
5. Bidang Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi
Bidang koordinasi pembangunan pangan dan gizi akan merumus- kan
strategi penguatan koordinasi pembangunan pangan dan gizi dalam
rangka percepatan pengurangan prevalensi stunting.

F. Peserta
WNPG XI terbuka bagi para ilmuwan, peneliti, akademisi, para pengambil
kebijakan dari pusat dan daerah, profesional, pelaku usaha, tokoh
masyarakat, petani, penggiat lembaga masyarakat, stakeholder, masyarakat
umum, dan pihak-pihak lainnya yang memiliki minat dan po- tensi untuk
memberikan sumbang saran bagi kemajuan bangsa dalam bidang pangan
dan gizi.
4
Buku Panduan WNPG XI 2018

G. Waktu dan Tempat


WNPG XI akan dilaksanakan selama 2 (dua) hari dari tanggal 3 – 4 Juli 2018
bertempat di Hotel Bidakara, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 71-73, Pancoran,
Jakarta Selatan.
Pembukaan dan Penutupan WNPG XI : 800 orang di Ruang Birawa
Hall
Sidang Paralel :
• Bidang 1: Peningkatan Gizi Masyarakat di Ruang Binakarna Lt. 1
• Bidang 2: Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam di Ru-
ang Bima Lt. 2
• Bidang 3: Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan di
Ruang Kunthi 202 Lt.2
• Bidang 4: Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Ruang
Kunthi 203. Lt. 2
• Bidang 5: Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi di Ruang 206
Lt. 2

• Ruang Sekretariat WNPG XI bertempat di Selasar Ruang Birawa


• Ruang Pameran WNPG XI bertempat di Lobby Ruang Birawa Hall
• Ruang Sesi Poster WNPG XI bertempat di Ruang Birawa Hall

H. Sekretariat
Biro Kerja Sama, Hukum dan Humas LIPI
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 10, Jakarta 12710
Telp. 021-5225711 ext. 1232, 1233, 1234, 1236
Fax. 021- 5251834, 52920839
http://www.wnpg.lipi.go.id http://www.lipi.go.id
5
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

BAB II
MEKANISME
PENYELENGGARAAN
A. Sidang Pleno, Sidang Paralel, dan Sesi Poster
WNPG XI 2018 diselenggarakan dalam tiga bentuk persidangan, yaitu:
1. Sidang Pleno
Sidang Pleno akan dilaksanakan di lokasi acara pembukaan segera
setelah acara Pembukaan. Dalam sesi atau sidang pleno
disampaikan sambutan dan keynote lecture Menteri dan Kepala
Lembaga/Badan terkait stunting. Pada akhir Widyakarya akan
dilakukan sidang pleno untuk mendengarkan Hasil Perumusan dan
Rekomendasi Kebijakan yang dihasilkan dalam WNPG XI. Da- lam
pembukaan direncanakan akan mengundang seluruh peser- ta
dengan target 800 orang.
2. Sidang Paralel
Sidang Paralel akan dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Juli 2018 di
beberapa ruang pertemuan. Sidang Paralel membahas perma-
salahan dari setiap bidang sesuai kerangka acuan masing-masing
topik. Sidang Paralel membahas 5 (lima) bidang bahasan, yaitu:
a. Peningkatan Gizi Masyarakat dengan target 300 peserta
b. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam dengan tar-
get 100 peserta
c. Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan den-
gan target 100 peserta
d. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan target
100 peserta
e. Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi dengan target 100
peserta
6
Buku Panduan WNPG XI 2018

Pembagian ruangan berdasarkan sub tema. Jumlah peserta/kap-


asitas ruangan direncanakan maksimal 100 orang.
3. Sesi Poster
Poster diadakan untuk menampung ide-ide dan karya penelitian dari
kalangan peneliti dan akademisi terkait tema WNPG XI. Karya
tersebut dilakukan melalui Call for Poster dan terkait dengan 5
bidang bahasan. Karya tulis terpilih ditampilkan dalam bentuk poster
selama penyelenggaraan WNPG XI pada tanggal 3-4 Juli 2018.

B. Pameran
Pameran terkait tema WNPG XI dengan mengangkat tema “ Percepatan
penurunan stunting melalui revitalisasi ketahanan pangan dan gizi dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan” akan diadakan pada
tanggal 3 s.d 4 Juli 2018 bertempat di lobby ruang Birawa Hall. Peser- ta
pameran terdiri dari seluruh sektor yang terlibat dengan tema WNPG XI terdiri
dari Kementerian dan Lembaga, sektor swasta, universitas, indus- tri, LSM,
dan institusi lainnya.
Pelaksanaan pameran yang ditampilkan berupa produk pameran hasil-
hasil penelitian yang berhubungan dengan sumber pangan lokal, makanan
non terigu dan non beras, teknologi terkini terkait pangan dan gizi. Panitia
juga akan memilih booth terbaik dan diumumkan pada saat penutupan acara
WNPG XI.
Pameran WNPG XI menampilkan karya dan produk hasil serta hasil
riset dari instansi, lembaga, dan industri yang terkait dengan bidang ba-
hasan yaitu:

1. Bidang Peningkatan Gizi Masyarakat: Bidang peningkatan gizi


masyarakat merupakan bidang yang akan merumuskan strategi
peningkatan gizi masyarakat dalam upaya percepatan penguran- gan
angka stunting.
2. Bidang Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam: Bidang
peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam akan
7
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

merumuskan peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam dalam


percepatan pengurangan angka stunting.
3. Bidang Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan:
Bidang peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan akan
merumuskan peningkatan pengawasan mutu dan keaman- an
pangan dalam upaya percepatan pengurangan stunting.
4. Bidang Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat: Bidang
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat akan merumuskan
masukan kebijakan peningkatan perbaikan perilaku hidup bersih dan
sehat pada masyarakat, khususnya pada tingkat keluarga da- lam
upaya percepatan pengurangan stunting.
5. Bidang Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi: Bidang koor-
dinasi pembangunan pangan dan gizi akan merumuskan strate- gi
penguatan koordinasi pembangunan pangan dan gizi dalam rangka
percepatan pengurangan prevalensi stunting.
Peserta Pameran WNPG XI
1. LIPI
2. Kementerian/Lembaga
3. Industri
4. Universitas
5. Media massa
6. LSM/OI
7. Pemerintah Daerah
8. dll

C. Tata Tertib
1. Umum
Peserta sidang dimohon memenuhi ketentuan-ketentuan sidang
sebagai berikut:
a. Memasuki ruang sidang paling lambat 15 (lima belas) menit
sebelum acara dimulai.
8
Buku Panduan WNPG XI 2018

b. Peserta dimohon mengikuti sidang-sidang sesuai dengan


kelompok, topik, dan jadwal sidang yang telah ditentukan.
c. Bila ada perubahan kepersertaan pada sidang paralel, dimohon
memberitahukan kepada Panitia Persidangan atau Sekretariat
WNPG XI.
d. Peserta yang berhalangan hadir dan/atau meninggalkan si-
dang, dimohon memberitahukan kepada Panitia Persidan- gan
WNPG XI.
e. Peserta wajib memakai tanda pengenal yang diberikan oleh
Panitia selama berlangsungnya WNPG XI.
2. Persidangan Pleno dan Paralel
Umum:
a. Pengarahan dan Keynote Lectures disajikan dalam persidan-
gan pleno pada tanggal 3 dan 4 Juli 2018.
b. Para narasumber bidang bahasan akan dilakukan dalam si-
dang paralel masing-masing bidang bahasan pada tanggal 3
dan 4 Juli 2017.
c. Menyerahkan softcopy presentasi dalam flashdisk kepa-
da Sekretariat pada waktu WNPG XI, untuk dimuat dalam
laporan.
d. Peserta WNPG XI tidak diperkenankan memperbanyak soft-
file presentasi pembicara tanpa ijin pemakalah dan panitia.
Khusus:
a. Pembicara dimohon hadir 15 (lima belas) menit sebelum aca- ra
dimulai untuk mengisi formulir biodata dan menyerahkan
kepada panitia untuk disampaikan kepada moderator.
b. Penyajian makalah pleno dan paralel bidang pembahasannya
sesuai dengan jadwal yang disiapkan panitia.
c. Di setiap sidang paralel terdapat seorang penanggung jawab
persidangan/notulis.
d. Setiap penanya diminta untuk menuliskan nama dan instansi
asal serta pertanyaan yang diajukan dalam lembar
9
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

pertanyaan yang disediakan dan diserahkan kembali kepada


panitia.
e. Isi pertanyaan hendaknya ringkas dan jelas.
f. Sidang paralel akan diakhiri dengan perumusan tentang kes-
impulan dan rekomendasi tiap Bidang Bahasan.
g. Seluruh masalah dan pembahasan dari proses persidangan
dalam setiap bidang bahasan akan ditelaah dan dirumuskan
secara menyeluruh pada tanggal 4 Juli 2018 oleh Tim Peru-
mus dan Tim llmiah sebelum acara penutupan.
h. Kesimpulan dan rekomendasi WNPG XI akan dibacakan pada
Sidang Pleno Penutupan.
3. Pelaksanaan Sesi Sidang Paralel
a. Pembicara: Narasumber yang sudah ditentukan tim ilmiah
untuk menyampaikan gagasan/ide/hasil FGD dan pemikiran- nya
terkait topik bidang.
b. Pembahas: Narasumber yang telah ditetapkan oleh tim ilmi- ah
untuk membahas substansi bidang untuk bahan perumu- san
/rekomendasi RPJMN.
c. Moderator: Tiap sidang dipimpin oleh seorang moderator yang
mengatur jalannya sidang sehingga penyajian dan pem- bahasan
makalah dapat dilaksanakan dalam batas waktu yang telah
disediakan. Pada akhir persidangan moderator dengan bantuan
Notulis membuat rangkuman diskusi se- cara tertulis untuk
diserahkan kepada Seksi Persidangan. Moderator ditetapkan
sebanyak 2 orang dari LIPI dan per- wakilan
Kementerian/Lembaga.
d. Notulis: Bertugas mengikuti jalannya sidang dan mencatat
pokok-pokok gagasan yang dikemukakan selama sidang. Pada
akhir persidangan, Notulis membantu Moderator dalam
membuat rangkuman sidang secara singkat dan diserahkan
kepada Seksi Persidangan segera setelah sidang selesai.
Notulis dari seksi pelaporan dikoordinasikan dengan sekretaris
bidang dan kesekretariatan.
10
Buku Panduan WNPG XI 2018

e. Panitia Penghubung: Bertugas untuk menyiapkan kelancaran


sidang dan menjamin tersedianya sarana sidang.
4. Kepesertaan
a. Tanda Pengenal: Selama pelaksanaan WNPG XI 2018, peser-
ta wajib mengenakan tanda pengenal (name tag) yang wajib
dikenakan selama mengikuti acara.
b. Pakaian Peserta: Para peserta baik pra maupun wanita meng-
gunakan batik untuk acara pembukaan dan bebas rapi pada
acara WNPG XI.
c. Registrasi Ulang Peserta: Registrasi ulang peserta WNPG XI
2018 akan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Juli 2018,
pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai, di Hotel Bidakara, Jl.
Jend. Gatot Subroto Kav. 71-73, Pancoran, Jakarta Selatan.
d. Akomodasi: Selama WNPG XI berlangsung, sekretariat
menyediakan akomodasi fullboard hanya bagi Pembicara
kunci dan narasumber yang sudah ditentukan
e. Konsumsi: Panitia menyediakan konsumsi bagi para peserta
selama acara berlangsung yang terdiri dari 2 (dua) kali rehat
kopi dan 1 (satu) kali makan siang setiap harinya. Para pe-
serta wajib memperlihatkan voucher/name tag apabila akan
makan. Panitia tidak menyediakan hidangan khusus bagi para
peserta yang memiliki pantangan dan/atau diet khusus.

D. Penyajian Poster dan Prosiding


1. Panitia menyeleksi poster yang terpilih untuk disajikan pada tang- gal
3–4 Juli 2018.
2. Peserta memasang sendiri poster pada panel display yang telah
disediakan Panitia pada tanggal 2 Juli 2018 sesuai nomor poster.
3. Para peserta poster yang lolos seleksi harus menyiapkan poster
dan diserahkan softcopy (dalam format JPG atau PDF) ke panitia
dengan batas maksimal tanggal 26 Mei 2018 untuk dinilai kese-
suaian format dan ketentuan yang diterapkan.
4. Kelengkapan, pemasangan, dan pelepasan poster dilakukan
11
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

sendiri oleh peserta poster bekerja sama dengan panitia. Waktu


pelepasan poster setelah acara penutupan WNPG selesai.
5. Penyaji poster diwajibkan mendampingi posternya selama waktu
istirahat, untuk berkomunikasi dengan peminat.
6. Panitia tidak bertanggung jawab atas kerusakan/kehilangan poster
yang disajikan.
7. Panitia akan membuatkan prosiding bagi pemakalah poster yang
telah memenuhi ketentuan dan lolos seleksi.
8. Prosiding (dalam bentuk softcopy) pemakalah poster akan dis-
ampaikan kepada perwakilan penulis setelah melalui proses
penyuntingan substansi dan penerbitan.

E. Konferensi Pers
Konferensi Pers WNPG XI 2018 akan diadakan setiap hari selama kegia- tan
berlangsung yang bertempat di Ruang Birawa, Hotel Bidakara, Jl. Jend. Gatot
Subroto Kav. 71-73, Pancoran, Jakarta Selatan.
LAMPIRAN
15

TENTATIVE AGENDA WNPG XI


Jakarta 3-4 Juli 2018

3 JULI 2018 KEGIATAN KETERANGAN

07.30–08.30 Registrasi Peserta WNPG XI Lobby Ruang Birawa


Hall
08.30–09.00 Kopi Pagi Ruang Samping Birawa
Hall
09.00–09.05 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Birawa Hall, Hotel
Bidakara
09.00–09.08 Pembacaan Doa
09.08–09.10 Pembukaan WNPG XI
09.10–09.20 Laporan Pelaksanaan WNPG XI oleh Kepala LIPI
09.20–09.30 Sambutan Menristekdikti
09.30–09.40 Sambutan Menteri PPN/Kepala BAPPENAS
09.40–09.50 Sambutan dan Pembukaan WNPG XI oleh Menko PMK RI
SESI PLENO: KEYNOTE SPEAKERS
09.50–10.20 Menteri Kesehatan: “Mewujudkan Indonesia Sehat Melalui Percepatan Penurunan Stunt- Birawa Hall, Hotel
ing” Bidakara
10.20–10.50 Menteri Kelautan dan Perikanan: “Peningkatan Asupan Protein Berbasis Ikan Untuk
Moderator: Deputi
Percepatan Penurunan Stunting”
Bidang Ilmu Pengeta-
10.50–11.20 Menteri Pertanian: “Peningkatan Akses Pangan Beragam Untuk Mewujudkan Percepatan huan Hayati LIPI
Penurunan Stunting”
11.20–11.35 Kunjungan Pameran Pangan & Gizi Salasar Ruang Birawa

11.35–12.00 Sesi Poster/Konferensi Pers Ruang Birawa


16

12.00–13.00 ISHOMA
13.00–17.00 SESI PARALEL 1

10.10–10.40 Pameran Pangan dan Gizi

19.00–20.00 Jamuan Makan Malam

4 JULI 2018 KEGIATAN


09.00–09.30 PEMBICARA KUNCI DAN PLENO

Menteri Sosial: “Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Keluarga Miskin” Birawa Hall, Hotel
Bidakara
09.30–12.00 KEPALA Badan Standardisasi Nasional : "Peningkatan Standard Mutu dalam Industri Moderator: Deputi
Pangan Indonesia" Bidang Pembangunan
KEPALA BKKBN: "Membangun Keluarga yang Memperhatikan 1000 Hari Pertama Manusia Masyarakat
Kehidupan" dan Kebudayaan, Ke-
men PPN/BAPPENAS
KEPALA Badan Ketahanan Pangan : "Pengembangan Pangan Beragam"
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan : " Pengembangan Pangan Beragam Berbasis Hasil Perikanan dan Kelautan"
12.00–13.00 ISHOMA
13.00–15.00 SESI PARALEL 2
15.00–15.30 Rehat Kopi dan Perumusan WNPG XI
15.30 –16.30 PENUTUPAN WNPG XI:
1. Launching Produk Pangan Lokal *
2. Pembacaan Rekomendasi WNPG XI
3. Penyerahan Rumusan Rekomendasi WNPG XI kepada Presiden RI
4. Sambutan dan Penutupan oleh Presiden RI *
5. Kunjungan ke Pameran Pangan dan Gizi
10.00 – 16.00 Pameran Pangan dan Gizi dari K/L, lndustri, Balitbang, Universitas, dll

*: dalam kofirmasi
17

SESI PARALEL 1
Bidang Bidang 1: Bidang 2: Bidang 3: Bidang 4: Bidang 5:
Peningkatan Gizi Masyarakat Peningkatan Aksesibilitas Pangan Peningkatan Penjaminan Kea- Peningkatan Perilaku Koordinasi Pembangunan
yang Beragam manan dan Mutu Pangan Hidup Bersih dan Sehat Pangan dan Gizi

Venue RUANG BINAKARNA Lantai 1 RUANG BIMA Lantai 2 RUANG KUNTHI 202 Lantai 2 RUANG KUNTHI 203 RUANG KUNTHI 206
Lantai 2 Lantai 2

Pembicara 1. Ir. Doddy Izwardy (KEMEN- 1. Benny Rachman, APU (KEMEN- 1. Deputi Bidang Pengawasan dr. Riskiyana Sukandhi 1. Pungkas Bajuri Ali, MS.,
KES) TAN) Pangan Olahan, BPOM Putra, M.Kes PhD
2. Prof. Hardinsyah (Ketua 2. Prof. Sri Rahardjo, M.Sc 2. Prof. Nuri Andarwulan (IPB) 2. Prof. Aman Wirakartaku-
Pokja AKG Nasional) 3. Direktur Logistik, KKP sumah

Pembahas 1. Ir. H. Herwin Yatim, MM, 1. Dr. Drajat Martianto (IPB) 1. Prof. Dedi Fardiaz (IPB) 1. Prof. Bustanul Arifin 1. Prof. M. Firdaus (IPB)
Bupati Banggai 2. Netty Heryawan (Ketua FORIKAN 2. Ketua GAPMMI (UNILA) 2. Bupati Gorontalo
2. Prof.dr. Hamam Hadi MS., JABAR) 3. Bapak Agus Pambagyo 2. Staf Ahli Bupati 3. Stefanus Indrayana
Sc.D (Univ. Alma Ata) 3. Bupati Kulonprogo, dr. H. Hasto (YLKI) Sambas (INDOFOOD)
3.Prima Sehan Puteri, Anggota Wardoyo, SP.og (K) 4. BKP Provinsi DIY* 3. Bidan Pandes 4. SUN Business Network
GAPMMI 4. Ir. Muhamad Najikh (CEO PT. 4. Sinta Kaniawati,
4. Anggia Ermarini, Fatayat NU Mina Laut) UNILEVER

Perumus Prof. Dr. Hardinsyah (PERGIZI) Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc (UGM) Prof. Nuri Andarwulan (IPB) Prof. Dr. Fasli Jalal (UNJ) Dr. Minarto (PERSAGI)

Moderator 1. Dr. Atmarita (PERSAGI) 1. Khudori (Pengamat Ketahanan 1. Dr. Agus Haryono (LIPI) 1. Dra. Haning Romdiati, 1. Dr. Bambang Sunarko
2. Dr. Ainia (LIPI) Pangan/Penulis KOMPAS) 2. Dr. Wahyu Purbowarsito M.A. (LIPI) (LIPI)
2. Dr. Iwan Saskiawan (LIPI) (BSN) 2. Risang Rimbatmaja, 2. Ardiansyah (GAPPMI)
M.Si. (UI)

Sekretaris Puguh Prasetyoputra, M.H. Vanda Ningrum, MGM Anastasia Fitria Devi, Ph.D Esta Lestari, M.Econ Chichi Shintia Laksani, ME
Bidang Econ (LIPI)
18

SESI PARALEL 2
Sesi Paralel Bidang 1: Bidang 2: Bidang 3: Bidang 4: Bidang 5:
Peningkatan Gizi Masyarakat Peningkatan Aksesibilitas Pangan Peningkatan Penjaminan Kea- Peningkatan Perilaku Koordinasi Pembangunan
yang Beragam manan dan Mutu Pangan Hidup Bersih dan Sehat Pangan dan Gizi

Venue RUANG BINAKARNA Lantai 1 RUANG BIMA Lantai 2 RUANG KUNTHI 202 Lantai 2 RUANG KUNTHI 203 RUANG KUNTHI 206
Lantai 2 Lantai 2

Pembicara EAT FORUM:"Healthy Diet Presentasi WHO: "Strategi Presentasi FAO: Presentasi UNICEF: Presentasi WFP: "Koor-
from Sustainable Production: Penurunan/Pencegahan Stunting "Strategi Penurunan/Pencega- "Strategi Penurunan/ dinasi Pembangunan
The Case of Indonesia" melalui Peningkatan Aksesibilitas han Stunting melalui Pening- Pencegahan Stunting Pangan dan Gizi"
Pangan yang Beragam" katan Penjaminan Keamanan melalui Peningkatan
dan Mutu Pangan" Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat"

Perumusan Perumusan Perumusan Perumusan Perumusan


ABSTRAK
PRESENTASI POSTER
21
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 1
PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DARI PANGAN LOKAL UNTUK
PERBAIKAN GIZI KURANG PADA BALITA: STUDI KASUS DI KECAMATAN
SAMIGALUH DAN KOKAP, KULONPROGO
*)
Yuniar Khasanah, Dini Ariani, Wiwin Widiastuti
Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) LIPI
Gading, Playen, Gunungkidul
Telp/Fax : 0274 392570/391168

Abstrak

Masih adanya kasus balita dengan status gizi kurang di Kabupaten


Kulonprogo mendorong semua pihak bersama sama berperan dalam
penanganan kausu ini. Balai Pengembangan Tekologi Bahan Alam (BPT-
BA) LIPI bersama Badan Ktahanan Pangan dan Penyuluhan DIY melaku-
kan kegian intervensi pemberian makanan tambahan bag balita, melalui
pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal. Pengembangan
pangan fungsional berbasis pangan lokal dimulai sejak tahun 2002 yai- tu
dengan mengembangkan Tepung Bahan Makanan Campuran (BMC) yang
terdiri dari beras, kacang hijau dan tempe. Formula tepung BMC ini untuk
membuat makanan tambahan (Program Makanan Tambahan bagi Anak
Sekolah/PMT-AS) bergizi tinggi bagi anak-anak usia sekolah da- sar (SD)
serta balita.
Sebelum dilakukan intervensi, dilakukan pelatihan bagi kader po- syadu
dan tenag kesehatan dalam pembuatan makanan tambahan dari tepung
BMC tersebut. Makanan kudapan tersebut yang kemudia diberi- kan sebagai
makanan tambahan selama intervensi. Intervensi dilakukan di tiga (3)
posyandu di Kecamatan Kokap dan dua (2) posyandu di keca- matan
Samigaluh, selama 4 bulan. Balita yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak
163 orang, dengan rentang usia 8 – 72 bulan. Makanan tambahan yang
diberikan berupa makanan kudapan dari tepung Bahan Makanan Campuran
yang berbasis pangan lokal, dengan kandungan pro- tein minimal 5 % dan
karbohidrat 300 kkal. Pemberian makanan tambah- an dan pemantauan
dilakukan oleh kader posyandu dan dari puskesmas
22
Buku Panduan WNPG XI 2018

setempat. Pemantauan dilakukan setiap bulan dengan melakukan penim-


bangan berat badan balita.
Selama intervensi, menu kudapan yang diberikan bervariasi untuk
menghidarkan kebosanan pada balita dan dilakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pemberian. Hasil pemantauan berat badan menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan berat badan balita 0,5 – 3,2 % berat badan di
kecamatan Kokap dan 4,1 – 6,1 % di kecamatan Samigaluh. Rendahnya
kenaikan berat badan balita dikecamatan Kokap diakibatkan oleh adanya
beberapa balita yang mengalami sakit yang agak lama, serta kurang
tertibnya dalam mengikuti protokol yang diberikan.

Kata kunci : Tepung BMC, Balita, Maka tambahan


23
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 2
POLA PERTUMBUHAN LINIER ANAK DENGAN PANJANG LAHIR PENDEK
DAN ANAK DENGAN PANJANG LAHIR NORMAL

Pusparini*1, Hardinsyah2, Dodik Briawan2, Fitrah Ernawati3, Abas B Jahari3


1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung, Bandung 40514
2
Departmen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
3
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 10560

*Korespondensi: pusparinie@yahoo.com ; 081573112511

Abstrak

Gangguan pertumbuhan linier atau tinggi badan tidak mencapai


standar, merupakan salah satu masalah gizi yang banyak ditemukan di
negara berkembang, yang terjadi karena defisiensi asupan zat gizi dan
penyakit. Stunting merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan
linier yang didefinisikan sebagai panjang atau tinggi badan dengan nilai
Z-skor < -2 SD. Hasil Riskesdas 2013, didapatkan 20.2% bayi yang dilahir-
kan tergolong pendek (PB < 48 cm). Angka ini semakin meningkat seiring
bertambahnya usia, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 24-35 bulan yai- tu
sebesar 42.0%. Anak yang dilahirkan stunting memiliki angka kesakitan dan
angka kematian lebih tinggi, terutama akibat penyakit infeksi sehing- ga
proses pertumbuhan anak mengalami gangguan. Penelitian ini bertu- juan
untuk menganalisis pola pertumbuhan linier anak dengan panjang lahir
pendek dan anak dengan panjang lahir normal sampai usia 3 tahun.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari
penelitian longitudinal status gizi ibu hamil dan anak yang dilahir- kan di
Kabupaten Bogor. Variabel yang digunakan meliputi hemoglobin, seng
serum, dan retinol serum, frekuensi sakit dalam satu bulan terakhir, tinggi
badan, pencapaian tinggi badan anak usia 3 tahun. Regresi logis- tik
berganda digunakan untuk melihat pengaruh tersebut. Hasil peneli- tian
menunjukkan bahwa pertumbuhan linier pada usia 6 bulan dan 1 tahun
berpengaruh terhadap pertumbuhan linier anak usia 3 tahun. Anak dengan
panjang lahir pendek sulit untuk memiliki tinggi badan normal pada usia 3
tahun, sebaliknya anak dengan panjang lahir normal memiliki
24
Buku Panduan WNPG XI 2018

peluang besar mengalami tinggi badan pendek pada usia 3 tahun. Selain
itu, gangguan pertumbuhan linier anak secara signifikan dipengaruhi oleh
gangguan pertumbuhan anak pada tahun pertama kehidupannya, angka
kesakitan dan defisiensi mikronutrien (OR = 10.5: 3.0; and 2.5). Ini berar-
ti perlunya pencegahan gangguan pertumbuhan linier pada masa janin
dengan meningkatkan status gizi ibu hamil, meningkatkan status mikro-
nutrien anak untuk mencegah tingginya angka morbiditas yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan linier anak usia 3 tahun.

Kata kunci: angka kesakitan, panjang lahir pendek, pemberian ASI, pertumbuhan,
linier
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 3
ASAM AMINO YANG KURANG DALAM NUTRISI ANAK DIBAWAH 2
TAHUN AKAN MENGAKIBATKAN ANAK STUNTING.

Wan Nedra *1 , Hardiono Pusponegoro2 Muhammad Juffrie3, Indwiani Astuti4,


Suryono Yudha Patria5.

Linar Zalinar Uddin 6 , Andreas7, Sri Handayani8, Dian Muzdalifah 9, Anas-


tasia Fitria Devi 10 Nina Artanti11
1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI, Jakarta,
10510
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakar- ta,
10510
3,5
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada,
Jogjakarta, 55281
4
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada, Jogjakarta,
55281
6-11
Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta,

*Korespondensi: Wan Nedra, Email: nedrawan@gmail.com ; 081381212216

Abstrak

Selama 4 dekade terakhir, paradigma utama gizi anak di negara


berkembang adalah gizi buruk mikronutrien, dengan perhatian yang relatif
rendah terhadap protein. Anak stunting memiliki peredaran asam amino
esensial yang lebih rendah dibanding anak yang tidak stunting. Asupan
asam amino esensial kurang akan mempengaruhi pertumbuhan, karena
asam amino diperlukan untuk sintesis protein. Pengaturan utama untuk
pertumbuhan melalui jalur Mechanistic Target of Rapamycin Com- plex
(mTORC), sangat peka terhadap ketersediaan asam amino. Bila Asam Amino
esensial kurang mTORC akan menekan sintesis protein, lipid dan
pertumbuhan sel. Hipotesis bahwa asupan protein total dari makanan sudah
cukup untuk pertumbuhan perlu dievaluasi ulang. Tujuan pene- litian ini
melakukan pemeriksaan kadar asam amino pada darah anak stunting, non
stunting untuk menentukan salah satu penyebab stunting,
26
Buku Panduan WNPG XI 2018

agar intervensi yang diberikan dalam menangani anak stunting tepat dan
sesuai sasaran. Metode penelitian ini cross sectional, pada anak stunting
dan bukan, usia dibawah 2 tahun. Plasma darah anak tersebut dilaku- kan
pemeriksaan kadar asam amino esensial dengan menggunakan alat UPLC,
Lokasi penelitian di wilyah kerja Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.
Penelitian sedang dilakukan di Lab Kimia LIPI. Penelitian pertama untuk
pembuktian bahwa Asam Amino kurang dalam nutrisi anak telah dibuktikan
oleh Richard D. Samba di Malawi tahun 2016. Dengan keber- hasilan
tersebut mengarahkan intervensi anak Stunting pada nutrisi yang kaya Asam
Aminonya. Balai laboratorium Kementrian Kelutan RI telah menemukan
bahwa ikan Gabus dan Ikan Selar kaya akan asam amino essensial.
Rekomendasi kepada Kementrian Kesehatan dan Kementrian Kelautan
untuk melakukan edukasi bersama pentingnya pemenuhan zat gizi yang
mengandung Asam Amino untuk mencegah stunting. Kepada para peneliti
untuk mencari penghambat mekanisme kerja dari faktor pertumbuhan yang
menyebabkan anak stunting.

Kata kunci: asam amino, mTORC, protein, stunting, UPLC.


27
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 4
ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DEFISIENSI BESI DAN STUNTING PADA ANAK
USIA 6-23 BULAN DI ACEH

Aripin Ahmad1, Siti Madanijah2, Cesilia Meti Dwiriani3, Risatianti Kolopak- ing3
1. Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Aceh, Banda Aceh 23352
2. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB Bogor, Bogor
16680
3. Fakultas Psikologi, Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta 15412
*Korespondensi: aripinturime@gmail.com ; 08126939592

Abstrak

Stunting pada 1000 hari pertama kehidupan disebabkan oleh multi-


faktor, salah satunya disebabkan oleh asupan zat gizi mikro dan defisiensi
besi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan zat gizi mikro,
defisiensi besi dan stunting pada anak usia 6-23 bulan. Desain crossec-
tional dilakukan pada 257 anak usia 6-23 bulan diambil secara stratified
random sampling dari 3 kecamatan di kabupaten Aceh Besar. Asupan zat gizi
dikumpulkan dengan metode 24-hours recall dianalisis dengan pro- gram
nutrisurvey, stunting dianalisis dengan indeks PB/U, serum ferritin, CRP dan
AGP ditentukan dengan metode enzime-linked Immunoassay, un- tuk
mengetahui perbedaan asupan zat gizi berdasarkan status besi dan stunting
dilakukan uji independent t-test, sedangkan untuk mengetahui pengaruh
defisiensi terhadap stunting dengan uji ANCOVA pada tingkat
kepercayaan 95%. Rata-rata kadar serum ferritin 23,9±23,1 µ/L dengan
prevalensi defisiensi besi 36,2% rerata nilai z-score indeks PB/U adalah,
-1,17±1,17 dengan prevalensi stunting 19.1%. Asupan energi, protein, vi-
tamin B1, B2, vitamin C, calcium, asam folat, zat besi dan zink lebih rendah
pada anak yang menderita defisiensi (p<0.01). Anak yang menderita de-
fisiensi mempunyai nilai z-skor PB/U lebih rendah 0,28 dibandingkan
dengan anak yang normal (p=0.02), hasil analisis ANCOVA menunjukkan
status defisiensi besi mempengaruhi nilai z-skor (PB/U) anak (r2=0.095,
p=0.005) artinya 9.5% kejadian stunting dipengaruhi oleh defisiensi besi.
Asupan gizi mikro dan nilai z-skor PB/U anak yang menderita defisiensi
28
Buku Panduan WNPG XI 2018

lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak menderita defisiensi


besi, perlu dilakukan intervensi peningkatan asupan zat gizi mikro
dan penanggulangan defisiensi besi pada anak usia 6-23 bulan untuk
mencegah stunting.

Kata kunci: Asupan zat gizi mikro, defisiensi besi, stunting, anak usia 6-23 bulan
29
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 5
NUTRITEEN (NUTRITIONIST TEEN) SEBAGAI AGEN PENYEBAR INFOR-
MASI GIZI REMAJA PUTRI DI JAKARTA SELATAN

Putri Mei Saimima, S.Gz *1 , Mia Muthiasari, S.Gz2, Lutfiatur Rohmah,


S.Gz3, Linda Dhena Puspita, S.Ikom4 , Bertri Maulidya Masita5, Dian Nur
Laili Mayang6, Gusti Indah Lestari7
1,2,3,4,5,6,7
Konsorsium Indonesia Bergizi, Jakarta, 12810

*Korespondensi: putmeis@gmail.com ; 081510994181

Abstrak

Masalah gizi pada remaja berpengaruh pada kualitas sumber daya


manusia dan menimbulkan masalah gizi pada generasi berikutnya. Data
riskesdas 2013 menyatakan bahwa anemia pada usia 15-24 tahun men-
capai 18,4% dan prevalensi wanita usia subur (WUS) risiko kurang energi
kronis (KEK), baik hamil dan tidak hamil, di tahun 2007 dan 2013 mening- kat
di segala usia dengan peningkatan terbesar pada WUS tidak ham- il usia
15-19. Jika kejadian tersebut berlanjut hingga hamil, maka akan
memengaruhi 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Bila 1000 HPK tidak
sukses maka akan meningkatkan risiko stunting. Pengetahuan gizi mer-
upakan faktor penting dalam masalah gizi. Beberapa penelitian menun-
jukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi remaja masih rendah. Berdasar- kan
latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pengetahuan remaja putri melalui program NutriTEEN. Metode
yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yakni pelatihan
tentang kebutuhan gizi remaja, gizi seimbang dan eating disorder bagi 46
peserta NutriTEEN 2017 dan penyebaran informasi gizi seimbang di 9 SMA
di Jakarta Selatan oleh 46 peserta setelah pelatihan. Pelatihan dan
penyebaran informasi dilakukan dengan metode penyuluhan. Dalam setiap
sesi pelatihan dan penyebaran informasi diperoleh peningkatan
pengetahuan melalui pre-test dan post-test. Penelitian dilakukan pada
bulan September-November 2017 di Jakarta Selatan. Sasaran penelitian ini
adalah remaja putri/siswi SMA yang termasuk dalam program Nu- triTEEN
2017. Berdasarkan penelitian diperoleh rata-rata pengetahuan
30
Buku Panduan WNPG XI 2018

kebutuhan gizi remaja, gizi seimbang dan eating disorder dalam pelatihan
peserta NutriTEEN secara berturut-turut adalah 78,26 menjadi 89,57 (p-
value<0,001); 66,74 menjadi 95,65 (p-value<0,001) dan 58,7 menjadi 82,17
(p-value<0,001). Sedangkan rata-rata pengetahuan gizi seimbang di 9 SMA
sasaran program adalah 54,96 menjadi 71,92. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diketahui pengetahuan gizi remaja putri sebelum eduka- si terbilang
rendah. Dengan meningkatnya pengetahuan tentang gizi, di- harapkan
perilaku terkait gizi pun menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pe- neliti
merekomendasikan untuk mencegah stunting di masa mendatang
diperlukan pemberian edukasi kepada remaja, terutama remaja putri.

Kata kunci: gizi seimbang, remaja putri, stunting, penyuluhan


31
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 6
INTERVENSI MULTI MICRONUTRIENT MASA PRAKONSEPSI PADA
CALON PENGANTIN UNTUK MENCEGAH NEONATAL-STUNTING DI KA-
BUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR

Sri Sumarmi*1, Bambang Wirjatmadi1, Kuntoro2, A Razak Thaha3,


Soekirman4
1Dept Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,
Surabaya
2Dept Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universi- tas
Airlangga, Surabaya
3Dept Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar
4Yayasan Kegizian dan Fortifikasi Indonesia, Jakarta

1Coresponding author:
Sri Sumarmi
Departemen Gizi Kesehatan, FKM Unair Kampus
C Jl. Ir Soekarno Mulyorejo, Surabaya – 60115
Telp 031-5964808; Fax 031-5964809
Email: msrisumarmi@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang. Neonatal stunting sebagai akibat dari bayi lahir dengan
berat badan rendah (BBLR), merupakan dampak dari kondisi gizi ibu yang
buruk, terutama defisiensi zat gizi mikro sebelum dan sela- ma
kehamilan. Intervensi multi-micronutrient sangat penting dilakukan sejak
sebelum hamil. Penelitian ini bertujuan mempelajari efikasi pem-
berian suplemen multi-micronutrient sejak masa prakonsepsi untuk
menurunkan neonatal stunting. Metode. Penelitian randomized double blind
community-based trial dua kelompok perlakuan (register trial No- mor
TCTR20150614001), dilakukan di 9 kecamatan Kabupaten Proboling- go
Jawa Timur, dengan subjek calon pengantin wanita. Kelompok 1 diberi
plasebo pada masa prakonsepsi dilanjutkan suplemen 30 mg zat besi, 250
µg asam folat (iron folic acid) dosis harian pada masa kehamilan
32
Buku Panduan WNPG XI 2018

(kelompok Plasebo-IFA); kelompok 2 diberi multi-micronutrient formula dari


UNIMMAP yang berisi 15 vitamin dan mineral dengan dosis 2 hari sekali
pada masa prakonsepsi dan dilanjutkan dosis harian selama ke- hamilan
(kelompok MMN). Variabel outcome utama adalah panjang badan bayi lahir.
Index masa tubuh, status zat besi, status seng serta status vita- min A ibu
diamati sebagai confounding variable. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji ANCOVA untuk melihat perbedaan panjang bayi lahir, serta
uji Chi Square untuk melihat perbedaan presentasi neonatal stunting pada
kedua kelompok. Hasil Penelitian. Setelah dilakukan adjus- ment terhadap
confounding variable, rerata panjang badan lahir berbe- da signifikan pada
kedua kelompok, yaitu 47,6 ± 2,3 cm pada kelompok Plasebo-IFA, dan
49,3 ± 1,7cm pada kelompok MMN (p=0,000). Persen- tase neonatal
stunting (panjang lahir <48 cm) pada kelompok Plase- bo-IFA lebih besar
dibandingkan kelompok MMN, berturut-turut 38% dan 10,7% (0=0,001).
Kesimpulan. Pemberian suplemen multi-micronutrient sejak masa
prakonsepsi dapat menurunkan kejadian neonatal stunting dibandingkan
pemberian suplemen zat besi folat hanya pada masa ke- hamilan. Hal ini
menujukkan bahwa pemberian multi-micronutreint sejak masa prakonsepi
dapat mencegah stunting sejak bayi lahir. Oleh karena itu, sudah saatnya
pemerintah menggunakan suplemen multi-micronutri- ent sebagai program
pencegahan stunting dengan sasaran calon pengan- tin dan ibu hamil.

Kata kunci : multi-micronutrients, neonatal stunting, intervensi prakonsepsi


33
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

PREVALENSI KEKURANGAN GIZI PENDUDUK INDONESIA (INTERVENSI

POSTER NO 7
PENGUKURAN KALORI UNTUK PREVALENSI STUNTING)

Sugeng Supriyanto, SST, MSi


Statistisi pada Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat, Badan Pusat Statistik,
Jakarta, 10710
email: sugengspr@bps.go.id; 081909031319

Abstrak

Perhatian global pada kerawanan pangan saat ini lebih berfokus pada
persoalan gizi sebagaimana dituangkan dalam tujuan ke dua Sus- tainable
Development Goals (SDGs) yaitu menghilangkan kelaparan, men- capai
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian
berkelanjutan. Sejalan dengan komitmen global tersebut, salah satu pro-
gram prioritas pembangunan pemerintah Indonesia adalah peningkatan
derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Hingga saat ini Intervensi Stunting
belum efektif dan prosentase prevalensi stunting masih cukup tinggi di
Indonesia berkisar di 37% tahun 2017. Salah satu indikator penting da- lam
SDGs adalah Prevalence of Undernourishment (PoU) atau prevalensi
kekurangan gizi. PoU memberikan gambarangan mengenai prevalensi
penduduk yang mengonsumsi kalori dibawah kebutuhan kalori minimum untuk
hidup sehat dan aktif. PoU berbeda dengan Angka Rawan Pangan. Angka
Rawan Pangan mempunyai batasan minimum konsumsi kalori tertentu (70%
dari Angka Kecukupan Gizi). Kebutuhan minimum kalori dalam
penghitungan PoU akan berbeda untuk setiap orang, tergantung pada
umur, jenis kelamin, dan aktifitas fisiknya. Hasil penghitungan PoU
diperoleh angka tahun 2017 sebesar 7,80 persen dengan menggunakan
metode penghitungan kalori dengan konversi kalori menggunakan har- ga
per unit kalori. Dari angka tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2017,
sebesar 7,80 persen penduduk Indonesia mengonsumsi kalori ku- rang dari
yang dibutuhkan untuk hidup sehat dan tetap aktif. Hampir sama dengan
Angka Rawan Pangan tahun 2017 sebesar 7,90 persen.

Kata kunci: Susenas, PoU, stunting


34
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 8
PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT TERHADAP PENINGKATAN
STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMPUNG KABU-
PATEN BATANG

Sholikhatul Mahmudah1, Yuliana Noor Setiawati Ulvie*2


1.2 Program Studi S1 Gizi Faklutas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
*Korespondensi: ulvieanna@gmail.com; 081802746846

Abstrak

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapa-


iannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi ini menjadi pent- ing
karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan
kematian. Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Kurang Energi Protein (KEP) sampai saat ini ma- sih
merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Salah satu upaya
untuk mengatasi KEP adalah dengan memberikan MP-ASI biskuit pada
balita kurus dan sangat kurus. Penelitian ini bertujuan untuk men- getahui
pengaruh pemberian MP-ASI biskuit terhadap peningkatan sta- tus gizi balita
di wilayah kerja Puskesmas Limpung Kabupaten Batang. Penelitian ini
merupakan penelitian quasi eksperimen dengan rancan- gan one group
pretest posttest. Jumlah sampel 16 balita kurus dan san- gat kurus di
wilayah kerja Puskesmas Limpung Kabupaten Batang yang mendapatkan
MP-ASI biskuit selama 90 hari. Variabel yang diteliti yaitu peningkatan status
gizi balita. Uji statistik yang digunakan adalah Paired t test untuk menguji
perbedaan status gizi berdasar BB/U dan Wilcoxon untuk menguji
perbedaan status gizi berdasar BB/TB. Perbedaan status gizi berdasar
BB/TB setelah pemberian MP-ASI biskuit adalah 25% balita sangat kurus
dan 75% kurus mengalami peningkatan menjadi 50% kurus dan 50% normal,
sedangkan berdasarkan BB/U adalah dari 43,8% gizi bu- ruk turun menjadi
37,5%, 43,8% gizi kurang turun menjadi 25% dan gizi
35
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

baik dari 12,5% naik menjadi 37,5%. Terdapat peningkatan yang signifikan
terhadap nilai z-score BB/U dan BB/TB dengan nilai p=0,021 dan p=0,000.
Pemberian MP-ASI biskuit selama 90 hari memberikan pengaruh terha- dap
peningkatan status gizi balita berdasarkan BB/U dan BB/TB.

Kata Kunci: MP-ASI biskuit, Status gizi balita, Balita kurus dan sangat kurus.
36
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 9
PEMBUDAYAAN MAKAN IKAN MELALUI MFG TERHADAP STATUS GIZI
ANAK BALITA DI WILAYAH LINGKAR KAMPUS UNNES

Dr. Sus Widayani, M.Si* dan Ir. Bambang Triatma, M.Si


1
Pendidikan Tata Boga, Fakultas Teknik, UNNES, Semarang, 50229
2
Pendidikan Keluarga , Fakultas Teknik, UNNES, Semarang, 50229

Abstrak

Status gizi, salah satu komponen utama dalam IPM yang mendukung
terciptanya SDM berkualitas dan ahli menuju keberhasilan pembangunan
kesehatan. Upaya pencapaian kesehatan, salah satunya dengan merubah
mindset dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sesuai Visi Indo-
nesia Sehat 2025. Kesehatan terwujud salah satunya dari konsumsi ikan.
Ikan banyak mengandung protein dan mineral. Namun ikan tidak dige- mari
anak-anak, karena berbau hanyir (amis), cara pengolahannya mem-
bosankan dan tidak variatif (digoreng saja). Studi pendahuluan Widayani dan
Triatma (2012), 60.6% anak balita tidak suka makan ikan, konsumsi ikan
sangat rendah (19,9 g/hari), anjuran WHO (39.8%). Sangat mencen-
gangkan! bisa berakibat fatal pada perkembangan anak balita. Tingkat
konsumsi ikan masyarakat kota Semarang sangat rendah (11.3 kg/tahun/
kapita), seharusnya 31.4 kg/tahun/kapita. Melonjaknya harga daging di
pasar tradisional tahun 2013, sebagai pemicu terjadinya kekurangan pro-
tein. Kondisi kekurangan protein membahayakan pertumbuhan dan
perkembangan anak dan dapat beresiko fatal, ditandai penurunan
status gizi, pertumbuhan dan perkembangan terhambat, serta
menjadi generasi bodoh karena kurang protein hewani; mengingat
fungsi gizi ikan untuk pembentukan sel otak. Ikan air tawar (FWF) mer-
upakan pangan potensial rakyat, memiliki protein tinggi dan sempurna,
murah, mudah dibudidayakan, lebih aman dikonsumsi dibanding ikan laut.
Fenomena tersebut menggelitik hati peneliti untuk membudaya- kan makan
ikan melalui model feedeng group (MFG) kepada anak balita dengan
makanan berbasis FWF. Tujuan penelitian untuk membudayakan anak balita
gemar makan ikan. Penelitian menggunakan disain experiment
37
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

dengan randomized controlled trial (RCT) terhadap anak-anak balita di


wilayah Lingkar Kampus UNNES. Pengambilan data konsumsi dengan
metode Food Consumption Recall (FCR) dan status gizi dengan antropome-
tri. Hasil penelitian berupa prototype nugget dan sosis lele. Anak balita
menyukai pangan olahan nugget dan sosis lele. Konsumsi ikan anak balita
menjadi membaik dan meningkat (p<0.05). Di akhir penelitian status gizi
anak balita menjadi baik. Prototype nugget dan sosis dapat dimanfaatkan
untuk penyusunan program perbaikan gizi berbasis ikan air tawar men-
dukung program gemarikan.

Kata kunci: anak balita, konsumsi ikan air tawar, status gizi
38
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 10
PENGEMBANGAN KUDAPAN ALTERNATIF PADAT ENERGI DAN KAYA
ZINC BAGI IBU HAMIL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

Nurjaya *1, Wery Aslinda 2


1, 2 Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palu Kode Pos 94148
Korespondensi : email jayajastal@yahoo.com, telp. (0451) 491451

Abstrak

Stunting (pendek) menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka


waktu panjang (malnutrisi kronik). Salah satu zat gizi mikro yang sering
dikaitkan dengan kejadian stunting pada anak balita adalah zinc. Zinc ber-
peran dalam sintesa dan sekresi hormon-hormon pertumbuhan dan hor- mon
insulin-like growth factors. Penelitian ini bertujuan untuk mengem- bangkan
suatu kudapan alternatif bagi ibu hamil yang mengandung energi dan zinc
yang tinggi dan uji daya terimanya. Kudapan yang dikem- bangkan berupa
roti yang ditambahkan bagian isi perut dan hati ikan Cakalang yang dijadikan
dalam bentuk tepung. Alasan pemilihan bagian hati dan isi perut ikan
Cakalang karena bagian tersebut mengandung zinc yang cukup tinggi
diantara jenis ikan lainnya. Dalam 100 gr berat bersih perut ikan Cakalang
mengandung 9,3 mg zinc dan bagian hati mengand- ung 4,3 mg zinc
(Persagi, 2009). Disamping itu Cakalang merupakan salah satu pangan yang
melimpah di laut Sulawesi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis sensori deskriptif dengan pa- rameter organoleptik uji
hedonik (kesukaan) yaitu meliputi uji kesukaan terhadap tekstur, warna, rasa
dan aroma. Panelis dalam penelitian ini adalah 47 ibu hamil yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Mamboro Ke- camatan Palu Utara Kota Palu. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa panelis tidak menyukai produk kudapan
dari parameter aroma dan rasa dengan persentase terbesar yang memilih
“tidak suka” 46,8% (aroma) dan 40,4% (rasa). Dengan kata lain, hampir
setengah dari jumlah panelis tidak menyukai aroma dan rasa produk
kudapan. Sedang berdasarkan parameter warna dan tekstur, panelis lebih
banyak yang memilih suka
39
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

dengan persentase masing-masing 36,2% (warna) dan 31,9% (tekstur). Sa-


ran: perlu perbaikan rasa pada produk kudapan mengingat kandungan
zincnya yang tinggi.

Kata kunci : kudapan, alternatif , zinc, ibu hamil, stunting, cakalang.


40
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 11
PENGARUH HARGA KOMODITAS PANGAN TERHADAP KONSUMSI
PROTEIN HEWANI IDEAL RUMAH TANGGA: STUDI KASUS DI PROVINSI
LAMPUNG

Rizqa Fithriani, SST, M.Si *1 K. Nurika Damayanti, SST, M.STAT 2


1 Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupat-
en Lampung Timur, Lampung Timur, 34190
2 Seksi Statistik Sosial, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Bandar
Lampung, 35215

*Korespondensi: rizqa.fithriani@bps.go.id ; (0725)7660014

Abstrak

Tingkat prevalensi stunting di Provinsi Lampung sangat tinggi, yak- ni


42,64 persen, diatas angka prevalensi stunting nasional yang hanya sebesar
37,2 persen (Riskesdas 2013). Stunting akan menghambat pem- bangunan
sumber daya manusia, dan pada akhirnya akan menghambat pembangunan
ekonomi. Salah satu upaya dalam mengatasi permasalah- an stunting ialah
menggalakkan diversifikasi pangan, dengan mendorong peningkatan
asupan protein hewani. Pola konsumsi pangan masyarakat Lampung
selama ini belum ideal , masih terpusat pada pemenuhan kar- bohidrat
dengan konsumsi protein hewani sangat rendah (11,56 gram per kapita per
hari). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat faktor ekonomi yang
mempengaruhi konsumsi protein ideal rumah tangga. Pe- nelitian ini
menggunakan data SUSENAS Provinsi Lampung tahun 2013 dan 2017
untuk membangun model konsumsi protein hewani ideal pada rumah tangga
di Provinsi Lampung. Hasil analisis menggunakan bina- ry logistic model
menunjukan bahwa kenaikan harga harga komoditas ikan-ikanan akan
menurunkan kecendrungan rumah tangga untuk mengkonsumsi protein
hewani di Provinsi Lampung, hingga menjadi 0,82 kalinya dibandingkan jika
tidak terjadi kenaikan harga. Harga beras pun turut menjadi penentu
konsumsi protein hewani rumah tangga. Ke- naikan satu persen harga beras
akan menurunkan kecendrungan rumah
41
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

tangga untuk mengkonsumsi protein hewani secara ideal hingga menjadi 0,21
nya kali dibandingkan jika tidak terjadi kenaikan harga beras. Faktor kondisi
ekonomi rumah tangga memiliki pengaruh paling tinggi akan kon- sumsi
protein hewani rumah tangga, pendapatan per kapita yang lebih tinggi akan
meningkatkan kecendrungan rumah tangga untuk memenuhi asupan protein
hewani secara ideal hingga 21 kali nya. Hasil dari penilitian ini
menggambarkan bahwa upaya kampanye pola makan sehat dengan
mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi pangan hewani yang
selama ini telah dilakukan di Provinsi Lampung tidak akan banyak
berdampak terhadap pola pangan masyarakat, selama pemerintah be- lum
mampu menjaga kestabilan harga pangan terutama harga beras dan
komoditas ikan-ikanan. Menjaga pasokan beras dan ikan-ikanan di pasa- ran
sangat penting untuk dilakukan untuk menjaga kestabilan harga ikan- ikanan
dan beras.

Kata kunci: SUSENAS, konsumsi pangan, protein hewani, binary logistic.


42
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 12
PROVISION OF DAILY SMALL-QUANTITY LIPID-BASED NUTRIENT SUP-
PLEMENTS CAN ENHANCE IRON AND ZINC INTAKE

Nurul Muslihah *1 , Ali Khomsan 2 , Dodik Briawan 2 , Hadi Riyadi 2


1 Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang, 65145
2 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bo- gor,
Bogor, 16680

*Korespondensi: nurul_muslihah@yahoo.cm; 0341-569-117

Abstrak

Inadequate quantity and/or poor quality of complementary food is a


strong determinant of stunting among childhood. Complementary feed- ing
intervention using Small-quantity lipid-based nutrient supplements (SQ-LNS)
are designed to fill gap micronutrient intake and adequacy. The previous
publication that SQ-LNS in the study, can improve linear growth and reduce
stunting. The objective of the study was to compare the ef- fect of daily
provision SQ-LNS and biscuit on a daily iron and zinc intake among
Indonesia infants 9-to-10 months old. A six-month community non-
randomized controlled trial was performed among 168 infants who received
20 g of LNS, or 3-pieces biscuit or who were controls with no intervention.
The mean energy and nutrient intake of Indonesian infants 9-to-10 months
old were assessed using an interactive 24-hour recall. After the three-
month intervention, there were no significant differenc- es were found
in mean intake and densities of energy and nutrient from complementary
food except SQ-LNS and biscuit. The mean of the contri- bution of iron and
zinc intake from SQ-LNS (Fe 3.3 mg, 47.1% RDA; Zn 4.4 mg, 146.6% RDA
was higher than biscuit consumption (Fe 1.7 mg, 24.3% RDA; Zn 0.8 mg,
26.6% RDA). A total of daily intake iron and zinc intake was significantly
higher among infants in SQ-LNS (Fe 76.8% RDA, Zn 187% RDA) with
compared in Biscuit group (Fe 48.58% RDA, Zn 62.5% RDA) and
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Control group (Fe 41.3% RDA, Zn 53.7% RDA), p<0.01. Provision of daily
SQ-LNS can enhance and fill gap iron and zinc intake from complementa-
ry food among infants in Rural Indonesia. The study was funded by Neys
Van-Hoogstraten Foundation.

Kata kunci: complementary food, SQ-LNS, iron, zinc, infant


44
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 13
JENIS DAN KEBERAGAMAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA USIA 6-24 BULAN

Mitra, Nurlisis, Reni Destriyani


Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Abstrak

Laporan Riskesdas Tahun 2013, kejadian stunting pada anak balita di


Propinsi Riau sebesar 36,8%, angka tersebut termasuk kategori berat dalam
masalah kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan jenis dan keberagaman makanan pendamping Air Susu Ibu dengan
kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Teluk Pambang Kabupaten Bengkalis Tahun 2017. De- sain penelitian
adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sec- tional studi.
Populasi adalah seluruh anak usia 6-24 bulan yang tinggal di Wilayah Kerja
Puskesmas Pambang Kabupaten Bengkalis. Sampel diambil dari populasi
yaitu sebesar 205 anak usia 6-24 bulan yang memenuhi kri- teria inklusi.
Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara stratified ran- dom
sampling. Pengukuran keberagaman makanan menggunakan Indi- vidual
Dietary Score (IDDS). Jenis Makanan pendamping ASI dikategorikan menjadi
makanan olahan, instan dan campuran. Hasil penelitian menun- jukkan
bahwa proporsi kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Pambang sebesar 20,5%. Jenis Makanan Pen- damping
ASI yaitu makanan instan (OR:8,468 95% CI;1,857-38,617), Ku- rang
beragamnya makanan (OR:7,031 95% CI: 2,068-23,910), asupan ener- gy <
70% AKG (OR;5,665 95%CI; 1,482-21,668), Asupan karbohidrat <80% AKG
(OR:4,210 95% CI; 1,074-15,803) dan tidak diberi ASI eksklusif (OR: 4,246
95%CI; 1,608-11,204) lebih beresiko untuk terjadinya stunting pada anak
balita usia 6-24 bulan. Untuk itu kepada pihak terkait yaitu Dinas
45
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan pemberian edukasi gizi


kepada ibu melalui penyuluhan dan konseling gizi pada waktu hamil dan
menyusui agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif, membuat makanan
olahan sesuai dengan potensi pangan yang ada di daerah setempat serta
bervariasinya menu makanan pendamping ASI untuk mencegah stunting
pada balita.

Kata Kunci: Stunting, Jenis Makanan Pendamping ASI, Keberagaman makanan, ASI
eksklusif
46
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 14
PENINGKATAN ASUPAN MAKAN YANG BERANEKA RAGAM PADA ANAK
USIA 6-23 BULAN GUNA MENCAPAI STATUS GIZI BAIK DAN PENCEGAH-
AN STUNTING DI INDONESIA

Nursyifa Rahma Maulida1 dan Rika Rachmalina2


1Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Prof. DR. Hamka, Jakarta 12130
2Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes Kemenkes, Jakarta 10560

*Korespondensi: nursyifa.maulida@gmail.com

Abstrak

Keragaman pangan (dietary diversity) merupakan indikator proksi dari


kualitas konsumsi yang dapat digunakan untuk menilai kecukupan
makronutrien maupun mikronutrien pada anak. Oleh karena itu, diet
seimbang melalui konsumsi makanan beragam dapat menjadi indikator
tercapainya status gizi optimal dan merupakan salah satu upaya dalam
pencegahan stunting pada anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk me- lihat
hubungan antara keragaman pangan dengan status gizi anak usia 6-23
bulan di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Sebanyak 340 anak
direkrut dalam penelitian menggunakan desain potong lintang den- gan teknik
pengambilan sampel yang menggunakan Probability Propor- tional to Size.
Data konsumsi dan keragaman makan diperoleh melalui metode recall 24
jam, kategori keragaman pangan diperoleh berdasarkan keragaman minimum
WHO untuk anak balita. Data status gizi diperoleh melalui pengukuran berat
badan dan tinggi badan yang dinilai meng- gunakan indikator komposit Z-
score. Pengambilan darah jari dilakukan untuk memperoleh kadar
hemoglobin anak. Analisis bivariat chi-square dilakukan untuk melihat
hubungan antar variabel utama. Hasil peneli- tian ini menunjukkan bahwa
proporsi underweight sebesar 17.9%, stunt- ing sebesar 24.4%, wasting
7.6%, dan anemia sebesar 63.7%. Temuan
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

penting lainnya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan


antara keragaman pangan dengan status anemia anak usia 6-23 bulan.
Hasil analisis bivariat menggambarkan bahwa anak yang tidak memenuhi
minimum keragaman pangan dalam asupan makanannya sehari memili- ki
risiko 2.7 kali untuk menjadi anemia dibandingkan dengan anak yang
terpenuhi minimum keragaman pangannya. Proporsi anemia anak usia 6-23
bulan sangat mengkhawatirkan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya
stunting pada usia selanjutnya. Penyuluhan gizi untuk ibu bali- ta melalui
promosi makanan beragam sangat diperlukan untuk memper- baiki konsumsi
makanan anak secara kuantitas dan kualitas.

Kata kunci: anemia, keragaman pangan, stunting, underweight, wasting


48
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 15
PEMANFAATAN IKAN BILIH SEBAGAI MAKANAN TAMBAHAN SUMBER
ZINK BAGI ANAK BATITA STUNTING DI KAB. SOLOK

Marni Handayani*1 dan M. Husni Thamrin2


1-2Jurusan Gizi Potekkes Kemenkes Padang kode pos 25146
Email-Marni2000@gmail.com Telp.0751-7051769

Abstrak

Prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 sebesar


39,2%, termasuk kedalam 20 provinsi yang mempunyai prevalensi lebih
tinggi dari nasional. Prevalensi anak stunting di Kabupaten Solok sebe- sar
42 %. Stunting salah satunya disebabkan oleh kekurangan gizi mikro seperti
zink. Ikan bilih dari Danau Singkarak Kabupaten Solok dapat menjadi
alternatif sebagai pangan lokal tinggi zink dalam mengatasi masalah
tersebut. Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh pembe- rian makanan
tambahan berbasis pangan lokal tepung ikan bilih dalam bentuk biskuit untuk
optimalisasi pertumbuhan anak batita stunting usia 12-36 bulan di Kabupaten
Solok. Disain penelitian adalah eksperimen membuat makanan tambahan
dalam bentuk biskuit dari tepung ikan bi- lih, tepung labu kuning dan sari
buah markisa, dengan rancangan acak lengkap 5 perlakuan 2 kali ulangan.
Dilanjutkan dengan Intervensi pem- berian biskuit pada kelompok sasaran
selama 60 hari sebanyak 100 gr. Data diolah dan dianalisis dengan uji t-test
tingkat kemaknaan p<0.05 dan CI 95%. Hasil analis kandungan gizi biskuit
ikan bilih adalah protein 35,29 gram dan zink sebesar 2,89 mg. Hasil
penelitian diperoleh formula biskuit terpilih berdasarkan uji organoleptik
adalah biskuit dengan penambahan 20 gram tepung ikan bilih. Kandungan
energi dan zat gizi biskuit dapat membantu melengkapi kebutuhan zink anak
dari kebutuhan hariannya. Rata rata peningkatan tinggi badan anak batita
stunting yang diinterven- si adalah sebesar 1,75 cm. Ada perbedaan yang
bermakna peningkatan tinggi badan atau panjang badan anak batita stunting
pada kelompok per- lakuan dan kontrol (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan sebagai makanan tambahan di posyandu bagi anak balita
untuk pencega- han stunting.

Kata Kunci : batita,stunting, ikan bilih, biscuit


49
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 16
PEMBERIAN JUS KELOR DAN MARNING PADA IBU HAMIL UNTUK MEM-
PERLANCAR ASI DALAM PENCEGAHAN STUNTING

Putu Candriasih(1*), Elvyrah Faisal (2)


(1) (2) Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palu Kode Poss 94113
*email : putucandriasih@yahoo.co.id(1*) cc; 081392098108

Abstrak

Latar Belakang : Keberhasilan menyusui dini dapat mencegah


terjadinya stunting karena asi mengandung zat gizi yang seimbang se- suai
kebutuhan bayi. Produksi ASI sangat tergantung asupan gizi ibu. Kelor dan
jagung merupakan salah satu pangan lokal yang tinggi dengan kandungan
vitamin dan mineral serta asam amino.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran pemberian Jus Kelor dan
Marning guna melancarkan ASI untuk mencegah stunting.
Bahan dan Metode: Bahan yang digunakan yaitu Jus Kelor dan Marn-
ing. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan rancangan pe-
nelitian quasi experiment dengan mengunakan studi one group pre test- post
test design. dimana ibu hamil diberikan pengamatan awal (pretest)
selanjunya diberikan intervensi Jus Kelor (Moringa Oleifera) dan Marning. lalu
diobservasi (Post Test). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
hamil yang ada di Pusekesmas Mamboro berjumlah 35 orang. Jumlah
sampel 15 orang dengan kriteria yaitu usia kehamilan lebih dari 35 ming- gu.
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan statistik univari- ant
untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian: Hasil wawancara awal pada 15 orang ibu hamil, ada 13
orang yang sudah pernah melahirkan dan 2 orang belum pernah mela- hirkan.
Dari 13 orang ibu hamil yang berhasil menyusu dini 2 orang (13,3
%) dan yang tidak menyusu dini 21 orang (86,7 %) dengan alasan asi tidak
lancar keluar. Selanjutnya ke 15 ibu hamil diberikan intervensi, Jus kelor dan
marning selama 30 hari atau hingga melahirkan. Setelah melahirkan ada 13
(86,7%) orang ibu hamil yang dapat memberikan asi dini dan ha- nya 2
orang (13,3%) tidak lancar asinya karena baru 3 hari pemberian jus kelor dan
marning tiba tiba melahirkan.
50
Buku Panduan WNPG XI 2018

Kesimpulan: pemberian jus kelor dan marning saat hamil dapat


memperlancar ASI. Ibu pada masa hamil dan menyusui disarankan untuk
mengkonsumsi Jus daun kelor dan jagung marning sebagai variasi menu
makanan untuk meningkatkan produksi ASI

Kata Kunci: Jus Kelor, Marning, Ibu hamil, ASI, Stunting


51
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 17
PENGAWALAN BPOM RI MENDUKUNG KONTRIBUSI PRODUSEN DALAM
PROGRAM FORTIFIKASI GARAM KONSUMSI BERYODIUM

Fitrianna Cahyaningrum, M.Gizi*, Spica Arumning AG., S.Farm, Apt., Ret- no


Priyandani, S.Farm, Apt.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Jalan Percetakan Negara No. 23,
Jakarta Pusat, Telp (021)4241781, e-mail: f_anna_c@yahoo.com

Abstrak

Tingginya prevalensi stunting atau pendek menjadi masalah yang se-


rius di Indonesia. Fortifikasi pangan merupakan salah satu program yang
efektif dalam peningkatan asupan mikronutrien, khususnya fortifikasi yo-
dium pada garam konsumsi, yang menjadi salah satu program nasional
dalam mendukung upaya penurunan stunting. Produsen garam beryodi- um
memiliki peranan penting dalam program fortifikasi, Badan POM RI
bertugas memastikan proses produksi, termasuk pelaksanaan fortifikasi
garam konsumsi beryodium.

Tujuan dari survey ini yaitu menganalisis kesesuaian cara pro- duksi
dan kadar fortifikasi yodium (KIO3) pada garam konsumsi. Studi
cross-sectional ini dilakukan di seluruh Indonesia pada tahun 2015-2017 dan
melibatkan 119 sarana produksi yang dipilih secara purposive ber- dasarkan
risiko dan 7.584 sampel garam konsumsi yang dipilih secara multistage
random sampling. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat profil cara
produksi dan kadar yodium pada garam, sedangkan uji mann whitney
dan chi square dilakukan untuk mengetahui uji beda dan hubun- gan antara
variabel. Selama tahun 2015-2017, walaupun persentase sa- rana produksi
yang tidak memenuhi ketentuan masih tinggi, namun tren nya menurun, dari
72% menjadi 65%. Sedangkan kadar yodium pada sampel menunjukkan
tren yang juga fluktuatif, yaitu antara 20 - 25% tidak memenuhi syarat
(<30ppm). Uji mann whitney dan chi square menun- jukan tidak ada
perbedaan dan hubungan yang signifikan antara kadar yodium pada
garam dari produsen yang memenuhi ketentuan dan tidak memenuhi
ketentuan cara produksi yang baik (p>0.05). Masih tingginya persentase
cara produksi yang tidak memenuhi ketentuan dan sampel
52
Buku Panduan WNPG XI 2018

yang tidak memenuhi syarat antara lain disebabkan oleh regulasi atau
standard yang sulit dipenuhi oleh produsen. Prioritas program fortifikasi
yodium bisa diterapkan, sekaligus pembinaan cara produksi yang baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlu ada peninjauan ulang terha- dap
regulasi yang harus dipenuhi oleh produsen garam beryodium dan perlu
strategi dalam pembinaan produsen untuk dapat meningkatkan kesadaran
produsen dalam mendukung program penurunan stunting.

Kata kunci: fortifikasi, garam konsumsi beryodium, sampling, stunting.


53
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 18
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS PENETAPAN KADAR BAHAN TAM-
BAHAN PANGAN PADA MINUMAN RINGAN DENGAN KROMATOGRAFI
CAIR KINERJA TINGGI SECARA SIMULTAN

Wiwi Hartuti*, Tanti Lanovia, Sutanti Siti Namtini


Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan, Badan POM RI
JL. Percetakan Negara No.23, Jakarta Pusat
*Email: hartuti.wiwi@gmail.com, Telp: 081387265946

Abstrak

Metode analisis penetapan kadar Bahan Tambahan Pangan (BTP):


asesulfam k, sakarin, kuning FCF, kafein, natrium benzoat dan merah al-
lura dari minuman ringan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) yang dikembangkan oleh Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan
(PRKOM) telah divalidasi berdasarkan parameter validasi yaitu, uji spesi-
fisitas, uji linieritas, uji presisi, nilai perolehan kembali serta penetapan
batas deteksi dan kuantifikasi (LOD & LOQ).
Hasil validasi metode untuk lima parameter validasi yaitu: (i) uji spe-
sifisitas menunjukkan kromatogram dan waktu retensi (RT) larutan baku
sama dengan larutan uji, tidak terjadi interferensi puncak utama larutan uji
dengan puncak utama pada larutan baku senyawa sejenis; (ii) Uji linier- itas
baku menghasilkan nilai koefisien korelasi untuk asesulfam k, sakarin,
kuning FCF, kafein, natrium benzoat dan merah allura secara berurutan
adalah 0.9999; 0.9999; 0.9999; 0.9998; 0.9999 dan 0.9998 (syarat keberter-
imaan > 0,999); Uji linieritas sampel menghasilkan nilai koefisien korelasi
asesulfam k, sakarin, kuning FCF, kafein, natrium benzoat dan merah al-
lura secara berurutan adalah 0.997; 0.999; 0.997; 0.998; 0.997 dan 0.998
(syarat keberterimaan > 0,99); (iii) nilai %RSD uji presisi larutan sampel
untuk asesulfam k, sakarin, kuning FCF, kafein, natrium benzoat dan mer- ah
allura memenuhi persyaratan (Nilai % RSD < Nilai % 2/3 CV Horwitz) secara
berurutan adalah 0.960; 1.170; 1.357; 2.111; 0.866 dan 2.263 dan
nilai % 2/3 CV Horwitznya adalah 5.366; 5.373; 5.351; 5.377; 4.653 dan
5.374; (iv) nilai persentase perolehan kembali asesulfam k, sakarin, kuning
54
Buku Panduan WNPG XI 2018

FCF, kafein, natrium benzoat dan merah allura adalah antara 94.847 dan
101.733; 94.260 dan 99.109; 97.396 dan 103.092; 94.570 dan
100.028;
108.987 dan 119.726; 93.842 dan 98.519 (syarat keberterimaan 80 – 120
%); (v) nilai LOD dan LOQ untuk asesulfam k, sakarin, kuning FCF, kafein,
natrium benzoat dan merah allura secara berurutan adalah 0.026; 0.019;
0.032; 0.025; 0.012; 0.033 ug/mL (LOD) serta 0.086; 0.064; 0.108; 0.082;
0.041; 0.110 µg/mL (LOQ). Berdasarkan hasil uji lima parameter tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode analisis penetapan kadar BTP (asesul-
fam k, sakarin, kuning FCF, kafein, natrium benzoat dan merah allura) pada
minuman ringan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi valid dan
dapat digunakan untuk pengujian sampel.
Hasil pengujian terhadap 15 sampel minuman ringan mengggu- nakan
metode ini menunjukkan kadar BTP berada dibawah nilai batas maksimum
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 4
Tahun 2014 Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan
Pangan Pemanis (asesulfam k dan sakarin); Peraturan Kepala Badan POM
RI Nomor 36 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum Peng- gunaan Bahan
Tambahan Pangan Pengawet (natrium benzoat) dan Peraturan Kepala
Badan POM RI Nomor 37 Tahun 2013 Tentang Batas Maksimum
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna (kuning FCF dan merah
allura).

Kata Kunci: simultan, sakarin, KCKT, metode, minuman, pangan


55
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 19
KEPEDULIAN DAN JARINGAN PESANTREN UNTUK GERAKAN EDUKASI
POLA HIDUP SEHAT MASYARAKAT

Samsul Arifin

Bimbingan & Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas


Ibrahimy, Situbondo 68374,
E-mail: goessyam@gmail.com; 081336262720

Abstrak

Kiai, sebagai pengasuh pesantren, mempunyai karisma yang luar biasa


di mata santri dan masyarakat sekitarnya. Kiai memegang monop- oli
interpretasi atas dunia di luar pesantren dan monopoli suara kolek- tif
pesantren ke dunia luar. Dengan berbasis keagamaan santri dan
masyarakat akan mendengar titah dan patuh (sam’an wa thaatan) kepada kiai.
Tujuan tulisan: untuk mengetahui kepedulian pesantren terhadap pola hidup
sehat dan jaringan pesantren yang dapat dimanfaatkan untuk edukasi
masyarakat tentang pola hidup sehat. Metode penelitian dengan pendekatan
kualitatif hermeneutic-etnografi. Hasil temuan: Kepedulian pesantren
untuk menjaga pola hidup sehat sangat besar; dan termasuk bagian dari
ibadah karena ibadah memerlukan kekuatan fisik dan jiwa yang sehat.
Menjaga kesehatan termasuk dalam lima prinsip universal (al-kulliyât al-
khams) untuk memujudkan kemashlahatan masyarakat. Kesehatan spiritual
mengacu kepada prinsip terpeliharanya agama (hifzh al-dîn), kesehatan
pikiran mengacu kepada eksistensi akal dan kebebasan berpikir (hifzh al-
‘aql), kesehatan badan/fisik mengacu kepada prinsip keselamatan jiwa
dan seluruh anggota tubuh (hifzh al-nafs), kesehatan ekonomi mengacu
kepada kepemilikan harta benda (hifzh al-mâl) dan kesehatan sosial
mengacu kepada menjaga kehormatan (hifzh al-nasl dan hifzh al-‘irdh).
Sedangkan jaringan yang dimiliki pesantren untuk melakukan pendidikan
masyarakat, terdapat lima jaringan yaitu pertama, jaringan kegiatan yang
bersifat rutin bulanan yang diselenggarakan kiai pesantren. Kedua, jaringan
kegiatan rutin yang diselenggarakan pengikut kiai tertentu. Ketiga, jaringan
kegiatan tahunan yang diselenggarakan kiai. Keempat, jaringan kegiatan
temporer yang diselenggarakan masyarakat
56
Buku Panduan WNPG XI 2018

dan mengundang kiai. Kelima, jaringan kegiatan yang diselenggarakan


lembaga pendidikan pesantren, organisasi santri atau alumni pesantren.
Kelima jaringan tersebut hendaknya digunakan dalam melakukan eduka- si
tentang pola hidup sehat kepada masyarakat; terutama kepada para ibu dan
remaja putri.

Kata kunci: jaringan pesantren, edukasi, dan kesehatan


57
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 20
PENGETAHUAN DAN PRAKTIK IBU HAMIL TENTANG SUPLEMENTASI
BESI DI WILAYAH DENGAN ANGKA KEMATIAN IBU YANG TINGGI

(PREGNANT MOTHER’S KNOWLEDGE AND PRACTICES ON IRON SUPPLEMEN-


TATION AT THE HIGH MATERNAL MORTALITY RATE AREAS)

Dodik Briawan1,2, Siti Madanijah1,2, Nunung Ciptadiany3


1Seafast Center, Institut Pertanian Bogor, 2Departemen Gizi Masyarakat, Institut
Pertanian Bogor, 3Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Abstrak

Salah satu program spesifik dalam penurunan stunting adalah pem-


berian tablet tambah darah (TTD) kepada ibu hamil. Masih rendahnya
kepatuhan minum TTD pada ibu hamil juga menjadi penyebab masih
tinginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Tujuan penelitian adalah
mengkaji pengetahuan dan praktik ibu hamil tentang suplementasi besi di
wilayah dengan AKI tinggi. Studi cross-sectional dilakukan di Kabupat- en
Tasikmalaya dan Kota Tangerang pada tahun 2015 yang melibatkan ibu
hamil sebanyak 121 dan 120 orang berturut-turut di kedua lokasi.
Karakteristik ibu hamil rata-rata pada usia kehamilan 6-7 bulan, berusia 30
tahun, berpendidikan SMP, dan 80% sebagai ibu rumahtangga. Seba- gian
besar ibu hamil yaitu 65.0% di Tangerang dan 69.4% di Tasikmala- ya
mempunyai pengetahuan tentang anemia dan TTD dengan kategori rendah.
Kebanyakan ibu hamil tidak mengetahui tentang risiko anemia, sumber
pangan zat besi, manfaat zat besi, cara konsumsi dan mengata- si efek
samping, serta mendeteksi kejadian anemia. Pada waktu pemer- iksaan
ANC, sebanyak 20.8% dan 47.3% ibu hamil di kedua lokasi tidak
mendapatkan penjelasan tentang manfaat TTD. Dari ibu hamil yang mi- num
TTD, sebanyak 71.7% di Tangerang dan 54.5% di Tasikmalaya minum TTD
program (generik), dan selebihnya dari suplemen mandiri. Rata-rata
konsumsi kapsul generik dalam seminggu terakhir sebanyak 3.5 butir dan
2.1 butir. Anggota keluarga yang paling berperan dalam mengingatkan
konsumsi TTD sebanyak 65% adalah suami. Konsumsi pangan sumber besi
heme (daging/hati) masih sangat rendah yaitu pada persentil 75
58
Buku Panduan WNPG XI 2018

(P75) hanya 7.2 gram per hari. Sehingga asupan besi (P75) di kedua lo- kasi
berurut-turut sebesar 11.9 mg dan 8.6 mg per hari, masih jauh lebih rendah
dibandingkan AKG besi sebesar 35 mg. Disimpulkan bahwa ting- kat
pengetahuan ibu hamil masih rendah, yang menyebabkan kurangnya
kepatuhan terhadap konsumsi TTD. Karena konsumsi pangan heme dan
asupan besi juga masih sangat rendah, maka diperlukan upaya yang lebih
keras edukasi tentang pentingnya TTD kepada ibu hamil.

Kata kunci: besi, ibu hamil, pengetahuan, praktik, tablet tambah darah
59
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

FAKTOR SOSIAL BUDAYA DALAM PENGASUHAN ANAK DI KOTA

POSTER NO 21
MEDAN, SUMATERA UTARA

Yuly Astuti*1 dan Widayatun2

S,2 Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indone-


sia, Jakarta 12710

*Korespondensi: yuly.astuti.19@gmail.com; 021-5221687

Abstrak

Tingginya angka kematian bayi (AKB) hingga saat ini masih menja- di
permasalahan kesehatan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut estimasi global, gizi kurang berkontribusi terhadap satu per tiga
kematian balita usia 0-5 tahun. Budaya, etnisitas, dan status sosial ekonomi
menjadi faktor penentu dalam pola pengasuhan anak. Studi ini bertujuan
untuk mengkaji faktor sosial dan budaya yang berpengaruh terhadap
pengasuhan anak di Kota Medan. Pengumpulan data studi kuantitatif ini
dilakukan dengan menggunakan metode survei terhadap 400 rumah tangga
di 20 kelurahan yang berada di 12 kecamatan di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik Probalility Sampel to Size (PPS), sedangkan pemilihan
rumah tangga yang menjadi sampel survei di setiap kelura- han dilakukan
melalui teknik purposive snowballing. Responden adalah ibu berusia 15-49
tahun yang memiliki anak kandung berusia 0-24 bu- lan. Pola pengasuhan
anak dalam kajian ini dilihat dari pemberian ko- lostrum, praktik inisiasi
menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) serta pemberian imunisasi dasar lengkap untuk
anak usia 0-9 bulan. Kurangnya pengeta- huan ibu dan kepercayaan yang
salah mengenai kolostrum menyebabkan pemberian kolostrum pada bayi di
Kota Medan belum optimal. Selain itu, penempatan ruangan bayi yang
terpisah dengan ibu setelah dilahirkan juga turut memengaruhi pemberian air
susu ibu yang keluar pertama kali. Data yang ada menggambarkan praktik
pemberian IMD dipengaruhi oleh metode persalinan. Hasil survei
menunjukkan pemberian ASI eksklusif di
60
Buku Panduan WNPG XI 2018

Kota Medan masih rendah dan faktor budaya memengaruhi keberhasi- lan
ASI eksklusif. Dukungan suami menjadi salah satu faktor penting da- lam
pemberian ASI eksklusif. Penolakan terhadap imunisasi sudah mulai
ditemukan di Kota Medan. Rekomendasi yang ditawarkan melalui hasil
kajian ini, antara lain pelayanan komunikasi, informasi, dan edukasi ber-
basis daring. Media sosial memiliki fungsi edukasi sekaligus sarana efektif
untuk menangkal informasi yang kurang tepat terkait pengasuhan anak.
Selain itu, diperlukan teguran dan saksi yang jelas bagi fasilitas maupun
petugas kesehatan yang menghalangi keberhasilan pemberian ASI eksk-
lusif.sama seluruh stake holdernya dalam menjalankan 10 program PK-
Knya.

Kata kunci: Sosial budaya, kolostrum, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI eksklusif,
imunisasi, Kota Medan.
61
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

POSTER NO 22
VENTILASI RUMAH SALAH SATU DETERMINAN KEJADIAN ANAK BADU-
TA STUNTING DI KECAMATAN AMUNABAN BARAT, KABUPATEN TIMOR
TENGAH SELATAN, PROVINSI NUSATENGGARA TIMUR

Salimar

Abstrak

Anak pendek berkaitan dengan kondisi yang terjadi dalam waktu yang
lama seperti kemiskinan, intake konsumsi kurang, perilaku hidup ku- rang
bersih, kesehatan lingkungan kurang baik, pola asuh kurang baik dan
rendahnya pendidikan orangtua. Satu hal yang menjadi perhatian adalah
tidak semua keluarga miskin memiliki anak balita yang kurang gizi, banyak
keluarga miskin yang memiliki anak dengan status gizi baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan
status gizi stunting pada anak baduta pada keluarga miskin, Disa- in penelitian
adalah case control, kelompok kasus adalah kelompok anak yang tidak
stunting (gizi normal) dan kelompok kontrol adalah kelompok anak
pendek/stunting. Hasil analisis multivariate ditemukan factor de- terminan
status gizi stunting baduta pada keluarga miskin di Kecamatan Amunaban
Barat adalah Perilaku frekuensi pemberian makan anak yang mempengaruhi
kecukupan makanan (OR=3,1). Keadaan ventilasi rumah apakah
terang/masuk matahari ketika pagi dan siang hari (OR=3,0), dan
pendidikan ayah (OR=2,4). Kesimpulan. determinan positif status gizi
stunting anak baduta dipengaruhi secara signifikan oleh faktor pola asuh
makan, keadaan ventilasi rumah dan pendidikan ayah.

Kata kunci: baduta, miskin, perilaku, stunting.


62
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 23
MENDORONG PERUBAHAN POLA KONSUMSI PANGAN: PENDEKATAN
PERILAKU

Esta Lestari, Yuly Astuti, Tuti Ermawati, Jiwa Sarana


Lembaga Ilmu Pengetahuan indonesia

Abstrak

Di Indonesia malnutrisi terjadi tanpa mengenal status ekonomi.


Kelompok miskin cenderung mengalami undernutrition (kekurangan nu-
trisi), sementara kelompok kaya mengami overnutrition (kelebihan nu- trisi).
Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan mendasar terkait
pengetahuan dan pola asuh dalam pemilihan jenis-jenis pangan.
Studi ini menggunakan teori perilaku oleh Ajzen dan Fishbein, yaitu
Theory of Reasoned Action (TRA) (1980) yang dikembangkan menjadi Theory
of Planned Behaviour (TPB) (1985) dan mengadopsi Randal dan Sanjur
(1981). Kerangka ini secara empiris digunakan di lokasi penelitian, yaitu
Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta, serta Kota Kupang dan
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sumber data primer berasal dari kue-
sioner terhadap 330 responden. Selain itu, wawancara mendalam dan di-
skusi kelompok terfokus di tingkat rumah tangga, kelompok wanita tani, dan
pemangku kebijakan daerah juga dilakukan pada saat pengumpulan data.
Dalam konteks perubahan perilaku konsumsi, upaya diawali dengan
penetapan tujuan persuasif, yaitu upaya mendorong/menggeser un- tuk pola
konsumsi pangan sehat. Upaya ini dilakukan melalui beberapa strategi
sebagai berikut:

1. Memperkuat kekuatan keyakinan dan evaluasi individu terhadap


makanan sehat;

2. Membangun norma subyektif yang mendukung dan melemahkan nilai


yang bertentangan terhadap pemilihan jenis pangan; serta

3. Membangun sikap baru terhadap pangan sehat.


63
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Upaya merubah perilaku adalah sebuah upaya jangka panjang yang


harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan dengan prasyarat
adanya dukungan banyak pihak dari berbagai kepentingan dan entitas.
Upaya untuk mendorong perubahan perilaku konsumsi di tingkat rumah
tangga dapat dilakukan dengan pendekatan keluarga (family-based) yang
khususnya menyasar pada ibu, anak serta keluarga/komunitas.
64
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 24
PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM PENCEGAHAN STUNTING MELALUI
MEDIA ANIMASI ASAKI

Adriyani Adam*1, Andi Salim2, Zaki Irwan3


1,2,3 Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Mamuju, Sulawesi Barat
Jl. Poros Mamuju Kalukku Km. 16 TaduiSulawesi Barat 91511, Indonesia
*Korespondensi : pinkymkes@yahoo.com
0811415843

Abstrak

Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di
bawah lima tahun akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Dengan kondisi gagal tumbuh akan menyebab- kan
kegagalan dalam perkembangan dan berakhir pada kegagalan dalam
metabolisme. Di Indonesia, stunting menjadi masalah yang sangat seri- us
dengan persentase diatas toleransi yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia
yaitu 20 % atau lebih (WHO, 2010). Menurut hasil South East Asia Nutritions
Surveys (SEANUTS), sekitar 24,1% anak laki-laki dan 24,3% anak
perempuan di Indonesia mengalami ukuran tubuh pendek (stunting). Ha- sil
Riset Kesehatan Dasar (2013), kejadian stunting pada balita di Sulawe- si
Barat masih tinggi, yaitu pada tahun 2010 sebesar 44,50% meningkat
menjadi 48,02% pada tahun 2013 dan saat ini prevalensi stunting Sulawe- si
Barat berada pada posisi kedua tertinggi di Indonesia. Model Pengem-
bangan Media Animasi ASAKI (Atasi Stunting Sejak Dini) adalah salah satu
metode edukasi gizi tentang stunting berupa pengertian, penyebab serta
pencegahannya dengan tujuan untuk memberikan gambaran dan pema-
haman khususnya kepada ibu hamil bahwa Sulawesi Barat dalam kondi- si
darurat stunting. Tujuan penlitian ini adalah untuk menilai efektivitas Media
Animasi ASAKI terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil dalam
pencegahan stunting. Metode ini dilakukan pada 57 orang ibu hamil di
wilayah Puskesmas Binanga berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan setelah intervensi dengan
menggunakan media animasi ASAKI dengan nilai signifikansi <
65
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

0,005. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikembangkan penelitian lebih


lanjut output intervensi media animasi ASAKI terhadap peningkatan feed- ing
Practice pada ibu hamil dan ibu balita.

Kata Kunci : Media Animasi ASAKI, pengetahuan, ibu hamil


66
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 25
EKSPLORASI PRAKTIK PEMBERIAN PRELAKTEAL PADA BAYI DI
MASYARAKAT ADAT KALUPPINI DI SULAWESI SELATAN

Nurbaya *1
1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Mamuju, Sulawesi Barat, 91511
*Korespondensi: bukansiti_nurbaya@yahoo.com; +628111520666

Abstrak

Latar belakang: Banyak penelitian menyebutkan bahwa masyarakat


adat adalah kelompok yang sangat rentan terhadap masalah gizi dan
kesehatan. Namun Indonesia belum melakukan pengukuran status gizi
secara spesifik pada masyarakat adat. Kepercayaan tradisional, adat dan
budaya setempat sangat mempengaruhi praktik pemberian makanan pada
bayi dan balita termasuk pemberian prelakteal. Praktik ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak ke depannya. Metode:
Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk _mengek-
splorasi praktik pemberian pralakteal pada bayi di masyarakat adat Kaluppini
di Sulawesi Selatan dalam hubungannya dengan stunting. In- forman utama
adalah para ibu yang memiliki balita dan memiliki identitas diri sebagai
masyarakat adat Kaluppini. Sebanyak 22 informan terlibat da- lam wawancara
mendalam dan FGD. Status gizi anak menjadi salah satu variasi pemilihan
informan. Semua informasi direkam dan ditranskripsi verbatim. Data lalu
diolah menggunakan aplikasi Dedoose dalam tiga tahap yaitu dari tahap
pengkodean, kategorisasi hingga menjadi tema yang dijadikan sebagai
kesimpulan. Hasil dan diskusi: Penelitian kualitatif ini menunjukkan bahwa ibu
pada masyarakat adat Kaluppini memberikan makanan prelakteal berupa
madu, air tajin, air kelapa, dan bahkan kopi kepada bayi pada usia tiga hari
pertama setelah kelahiran. Kepercayaan dan pengetahuan tradisional para
ibu adalah alasan utama mereka melakukan praktik ini. Selain itu, Sando Pea
(dukun anak), memiliki peran yang sangat penting dalam praktik ini. Sando
Pea memberikan madu ke bayi baru lahir setelah menolong persalinan atau
pada saat ritual yang disebut ma’paka’tan. Mereka percaya bahwa
pemberian madu tersebut
67
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

dapat menambah daya tahan tubuh menjadi lebih kuat. Kesimpulan: Ke-
percayaan dan pengetahuan tradisional masyarakat adat sangat mem-
pengaruhi praktik pemberian prelakteal. Hal ini merupakan tantangan bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan pendekatan yang inovatif dan lebih
efektif dalam melakukan promosi kesehatan dan gizi dengan tetap
menghargai adat budaya pada masyarakat adat.

Kata kunci: prelakteal, status gizi, stunting, masyarakat adat, kualitatif


68
Buku Panduan WNPG XI 2018

Aplikasi Teknologi Android dan iOS Optimalisasi


POSTER NO 26
1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Metode Pengumpulan
Data untuk Monitoring dan Evaluasi Program
Lucy Widasari1*.,Muhamad Erros Sublianto2
1Mahasiswa Program Doktor, Universitas Hasanuddin, Makassar,Indonesia
2Information Technology Developer Jakarta, Indonesia

*Presenting author :LucyWidasari, 0812-19533645 E-mail:drlucywidasari@.gmail. com

Abstrak

Latar belakang: Tantangan gizi yang dialami selama periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (1000 HPK) menentukan kualitas hidup dimasa yang
akan datang. Perlu pendekatan inovatif, aplikatif dan informatif plat- form basis
data dalam menyajikan informasi dengan metode pengumpu- lan data untuk
monitoring dan evaluasi program.
Method: Aplikasi berbasis teknologi android dan iPhone Operation
System (iOS) yang dapat digunakan oleh pemangku kebijakan di tingkat
pusat dan daerah, pemegang program serta petugas kesehatan dalam
wilayah kerja (kabupaten, kecamatan, desa) dengan melibatkan berbagai
tingkatan profesi petugas kesehatan dengan instansi kesehatan yang ter- kait
serta partisipasi masyarakat dalam program penyelamatan gizi 1000 HPK.
Hasil: Aplikasi terdiri dari 10 fitur utama yaitu fitur akun saya, fitur
peta akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, fitur program suplementa-
si, fitur pemeriksaan, fitur status gizi balita, fitur safemotherhood, fitur
pendekatan multisektor, fitur tanya jawab langsung dengan petugas kese-
hatan (hotline services) oleh petugas kesehatan di wilayah kerja, dan fitur
tentang aplikasi. Aplikasi ini disertai bahan bacaan (Komunikasi, Informa- si
dan Edukasi) gizi bagi remaja putri, wanita prakonsepsi, ibu hamil, ibu
menyusui, bayi usia 0-6 bulan, bayi usia 6-12 bulan dan bayi usia 12-24
bulan sesuai dengan tahap periode emas.
69
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Kesimpulan: Perlu upaya kerjasama tidak hanya multisektor, juga antar


bidang kelompok ilmu (multidisiplin) agar dapat bekerja bersama dalam
program penyelamatan gizi 1000 HPK dan percepatan penanganan serta
penurunan stunting.

Kata kunci:Aplikasi,1000 Hari Pertama Kehidupan, android, ios


70
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 27
PENINGKATAN KAPASITAS KADER GIZI MELALUI SOCIAL MEDIA BASED
LEARNING ACTIVITY: PILOT PROJECT KOALISI DONOR LOKAL PEMERIN-
TAH DAERAH DAN UNIVERSITAS

Zahra Anggita Pratiwi*1, Manik Nur Hidayati1, BJ Istiti Kandarina1, Fiyya


Setyaningrum2, Sri Muslimatun3, Muhamad Widiharto4, Sri Mujian- to4,
Nurulhayah4, Adi Nugrahawati5, Rika Handayani5, Mubasysyir
Hasanbasri1
1Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas
Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
2Puskesmas Pakem, Sleman, D.I.Yogyakarta
3Wakil Bupati Kabupaten Sleman
4Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
5Puskesmas Depok 2, Sleman, D.I. Yogyakarta

*Korespondensi: zahraanggita@mail.ugm.ac.ic

Abstrak

Latar belakang: Pengentasan masalah gizi berbasis masyarakat me-


merlukan peran aktif kader kesehatan. Mereka mendapatkan pelatihan
konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) menggunakan
standar kurikulum dan modul yang dikeluarkan Kementerian Keseha- tan.
Penelitian ini merupakan pilot program yang bertujuan memberikan
kesempatan bagi kader untuk refleksi tentang konseling yang mereka ter-
apkan setelah mendapat pelatihan. Metode: Pilot project ini bekerja sama
dengan dinas kesehatan, puskesmas, kader, dan universitas. Penelitian
melibatkan 10 kader terlatih, dengan sasaran 18 ibu yang memiliki anak
pendek di Depok, Yogyakarta. Program berbasis masyarakat selama 3 bu- lan
ini menekankan proses pembelajaran aktif melalui kelompok diskusi dua
arah dan grup WhatsApp. Salah satu penentu keaktifan kader dan ibu dalam
belajar berbasis sosial media adalah penggunaan gambar-gambar yang
menunjukkan pola menu, cara memasak, perilaku penyajian, dan kegiatan
kolektif, yang semua gambar itu berasal dari mereka sendiri. Paket program
untuk ibu adalah home-based counseling, weekly feeding
71
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

practices, dan pemberian paket bahan makanan. Hasil: Pendekatan lo- cally
produced material untuk pembelajaran kader sangat tepat kare- na dengan
demikian menambah keyakinan dalam kemandirian belajar. Cara ini
memberikan kesempatan untuk semua kader berpartisipasi dan
menunjukkan kontribusi mereka dalam community learning. Sosial media
WhatsApp mendorong interaksi dinamis antar pihak universitas, kader, dan
ibu. Ibu secara aktif mengirimkan foto makanan olahan mereka. Sim- pulan:
Kader dan ibu mendapatkan pembelajaran berkelanjutan melalui grup
WhatsApp. Program seperti ini merupakan bentuk keberlanjutan proses
pembelajaran kader dan ibu dalam mengolah makanan sehat da- lam upaya
pencegahan stunting dengan melibatkan kerja sama pemerin- tah daerah dan
universitas.

Kata kunci: kader gizi; keberlanjutan proses belajar; university-community partner- ship;
social media based community health learning
72
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 28
PENGETAHUAN DAN SIKAP TOKOH AGAMA TENTANG 1000 HARI
PERTAMA KEHIDUPAN DALAM MENCEGAH STUNTING

Tetty Herta Doloksaribu *1 , Fanny Sri Ulina Sitorus 1 , dan Bibi Ahmad
Chahyanto 2
1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, Lubuk Pakam, 20514 2
Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Sibolga, Sibolga, 22521

*Korespondensi: tettyhertadolok1000@gmail.com ; 061-795-1478

Abstrak

Gerakan 1000 HPK merupakan upaya menurunkan angka stunting


melalui kerjasama berbagai sektor termasuk sektor keagamaan melalui
tokoh agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
pengetahuan dan sikap tokoh agama yang memberikan konseling pra nikah
kepada calon pengantin tentang 1000 HPK. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan rancangan cross sectional yang dilaku- kan di
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada bulan Juni hingga
Juli tahun 2017. Responden pada penelitian ini adalah 41 tokoh agama yang
memberikan konseling pra nikah kepada calon pengantin yang terdiri dari
tokoh agama Islam, Kristen dan Katolik. Pengetahuan dan sikap tokoh
agama terkait 1000 HPK diperoleh dengan cara pengisian kuesioner secara
mandiri oleh responden. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan
dan sikap terdiri dari 15 pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya 26,8% tokoh agama yang pernah mendengar tentang Gerakan 1000
HPK. Sangat sedikit yaitu 2,4% tokoh agama yang memiliki pengetahuan
terkait 1000 HPK dengan kategori baik, sebanyak 61.0% dengan kategori
cukup, sisanya yaitu 36.6% dengan kategori ku- rang. Tokoh agama memiliki
sikap terkait 1000 HPK dengan kategori baik dan cukup dengan persentase
yang hampir sama, berurut-urut sebesar 51,2% dan 48.8%. Hanya tingkat
pendidikan saja yang secara signifikan berhubungan dengan
pengetahuan tokoh agama terkait 1000 HPK. Perlu dilakukan sosialisasi
ataupun pelatihan terkait 1000 HPK kepada tokoh agama terutama kepada
tokoh agama yang memberikan konseling pra
73
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

nikah bagi calon pengantin. Selanjutnya informasi tentang pentingnya 1000


HPK dapat diintegrasikan dalam materi konseling pra nikah kepada calon
pengantin.

Kata kunci: 1000 HPK, pengetahuan, sikap, tokoh agama


74
Buku Panduan WNPG XI 2018

POSTER NO 29
FAKTOR REGULASI DAN RENDAHNYA PENGIMPLEMENTASIAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH MERUPAKAN PEMICU TINGGINYA ANGKA
STUNTING DI BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

Arifah Ulviah, S. Pd.

Abstrak

Latar Belakang : Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang


disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. 1000 Hari
Pertama Kehidupan (270 hari selama kehamilan dan sampai 730 hari dari
kelahiran sampai usia 2 tahun) merupakan “golden age periode” dari per-
tumbuhan dan perkembangan anak yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Stunting merupakan salah satu ancaman serius terhadap
kualitas generasi mendatang. Untuk itulah diperlukan adanya suatu upaya
pencegahan yakni dengan memaksilmalkan implementasi Regula- si dan
Kebijakan Pemerintah tentang Upaya penurunan Angka Stuting di
Kabupaten Bulukumba.
Tujuan : Mengetahui apakah faktor regulasi dan rendahnya pengim-
plementasian kebijakan pemerintah merupakan pemicu tingginya angka
stunting di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Metode : Wawancara- Tanya Jawab dengan responden pemangku
kebijakan di Kabupaten Bulukumba.
Hasil : Kabupaten Bulukumba belum memiliki Regulasi baik dalam
bentuk Perda, Perbup dan atau surat edaran tentang upaya penurunan
Angka Stunting. Sementara berdasrkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten
Bulukumba tahun 2017, angka Stunting 240 anak balita.
Kesimpulan : perlu ada inisiasi Pembuatan Perda dalam Upaya
penurunan angka Stunting di Kabupaten Bulukumba.

Kata kunci : Inisiasi Perda Stunting, Penurunan Angka Stunting. SUSUNAN KEPANI-
TIAAN
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

SUSUNAN KEPANITIAAN
SK Kepala LIPI Nomor 13/A/2018 Tanggal 2 Januari 2018

A. Panitia Pengarah (Steering Committee)


Ketua : Prof. Dr. Bambang Subiyanto
(Pelaksana Tugas Kepala LIPI)
Wakil : Dr. Ir. Subandi, M.Sc.
(Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan
BAPPENAS)
Sekretaris : Dr. Laksana Tri Handoko
Merangkap (Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI/ Plt. Sekretaris
Anggota Utama LIPI)

Anggota : 1. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti


(Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
LIPI)
2. Dr. Zainal Arifin
(Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI)
3. Prof. Dr. Enny Sudarmonowati
(Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI)
4. Dr. Mego Pinandito
(Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI)
5. Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc.
(Deputi Kemaritiman dan SDA, BAPPENAS)
6. dr. Anung Sugihantono. M.Kes.
(Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementeri-
an Kesehatan)
7. dr. Kirana Pritasari, MQIH
(Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan)
8. dr. Siswanto, MHP
(Kepala Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan)
9. Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng.
(Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian)
10. Drs. Suratmono, MP.
(Deputi Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berba-
haya, Badan Pengawas Obat dan Makanan)
76
Buku Panduan WNPG XI 2018

11. Drs. Kukuh Syaefudin Achmad, M.Sc.


(Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi, Badan Standard-
isasi Nasional)
12. Ir. Nilanto Perbowo, M.Sc.
(Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Peri-
kanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan)
13. dr. Sigit Priohutomo, MPH.
(Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan, Kemen-
terian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan)

B. Tim Pakar Inti


Ketua : Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, M.A. (LIPI)
Sekretaris : Dr. Bambang Sunarko (LIPI)

Bidang 1 : Peningkatan Gizi Masyarakat


Anggota : Ir. Doddy Izwardy, M.A. (Kementerian Kesehatan)
Galopong Sianturi, SKM., MPH. (Kementerian Kesehatan)
Yuni Zahraini, SKM., MKM. (Kementerian Kesehatan)
Dr. Agus Triwinarto, SKM., M.Kes. (Kementerian Kesehatan)
Dr. Entos Zainal, SP., MPHM. (BAPPENAS)
Ir. Sri Hartinah, MSi. (LIPI)
Ir. Umi Windriani, M.M. (Kementerian Kelautan dan
Perikanan)
Dr. Tedy Dirhamsyah, SP, M.A.B. (Kementerian Pertanian)
Prof.Dr. dra. Ratu Ayu Dewi Sartika, (Universitas Indonesia)
Apt., M.Sc
Sekretaris : Puguh Prasetyoputra, M.H.Econ. (LIPI)
Yuli Astuti, M.A. (LIPI)

Bidang 2 : Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang Beragam


Anggota : Dr. Benny Rachman, APU (Kementerian Pertanian)
Ir. Sadullah Muhdi, MBA. (Kementerian Kelautan dan
Perikanan)
77
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Prof. Dr. Hari Eko Irianto (Kementerian Kelautan dan


Perikanan)
Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, (Kementerian Kelautan dan
M.Sc. Perikanan)
Ir. Wiji Lestari, MP. (Kementerian Kelautan dan
Perikanan)
Dr. Rachmi Widiarini, S.P., M.Si. (Kementerian Pertanian)
Drs. Muhtar, M.Si. (Kementerian Sosial)
Dr. Iwan Saskiawan (LIPI)
Dr. Enung Sri Mulyaningsih, S.P., (LIPI)
M.Si
Dr. Sri Yanti JS, MPM. (BAPPENAS)
Sekretaris : Vanda Ningrum, M.GM. (LIPI)

Bidang 3 : Peningkatan Penjaminan Keamanan dan Mutu Pangan


Anggota : Dr. Wahyu Purbowasito (Badan Standardisasi
Nasional)
Ir. Tetty H. Sihombing, M.P. (Badan POM)
Dra. Mauizzati Purba, Apt., M.Kes. (Badan POM)
Yusra Egayanti, S.Si., Apt., M.P. (Badan POM)
Dr. Purwowibowo, M.T. (LIPI)
Roch Ratri Wandansari (GAPMMI)
Ir. Chandrini Mestika Dewi, M.Si. (Kementerian
Perdagangan)
Innes Rahmania, A.Pi., S.Sos., M.M. (Kementerian Kelautan dan
Perikanan)
Dr. Nelis Imanningsih, M.Sc (Kementerian Kesehatan)
Apriyanto Dwi Nugroho, S.T.P., (Kementerian Pertanian)
M.Sc
Prof. Nuri Andarwulan (IPB)
Dr. Linar Zalinar Udin (LIPI)
Sekretaris : Anastasia Fitria Devi, Ph.D. (LIPI)
78
Buku Panduan WNPG XI 2018

Bidang 4 : Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Anggota : dr. Riskiyana Sukandhi Putra (Kementerian Kesehatan)
Dra. Herawati, M.A. (Kementerian Kesehatan
Dr. Astuti Lamid (Kementerian Kesehatan
Ir. Tri Agustin Satriani, M.M. (Kementerian Pertanian)
Iwan Triono (EMTEK)
Dr. Tetty Sihombing (Strategi Komunikasi
Kesehatan)
Dr. Dian Sulistyawati, M.Hum (Universitas Indonesia)
Risang Rimbatmaja, M.Si (Universitas Indonesia)
Dr. Hifni Alifahmi (Universitas Indonesia)
Prof. Dr. Bustanul Arifin (Universitas Lampung)
Dra. Haning Romdiati, M.A. (LIPI)
Sekretaris : Esta Lestari, M.Ec. (LIPI)

Bidang 5 : Koordinasi Pembangunan Pangan dan Gizi


Anggota : Pungkas Bajuri Ali, MS, Ph.D. (BAPPENAS)
Meida Octarina, MCN. (Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Ma-
nusia dan Kebudayaan)
Gantjang Amanullah, M.A. (Badan Pusat Statistik)
Dr. Ardiansyah (GAPPMI) (GAPPMI)
Dr. Tri Widiyanto M.Si (LIPI)
Nina Hermayani Sadi S.Si., M.Si. (LIPI)
Lutfah Ariana, MPP, MSE (LIPI)
Sekretaris : Chichi Shintia Laksani, M.E. (LIPI)

C. Tim Perumus
Bidang 1 : Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, M.S. (PERGIZI PANGAN)
Bidang 2 : Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc. (UGM)
79
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Bidang 3 : Prof. Purwiyatno Hariyadi (CODEX)


Prof. Nuri Andarwulan IPB
Bidang 4 : Prof. Dr. Fasli Jalal (UNJ)
Bidang 5 : Dr. Minarto (PERSAGI)

D. Panitia Pelaksana (Organizing Committee)


Ketua : Dr. Mego Pinandito (Deputi Bidang Jasa Ilmiah
LIPI)
Wakil Ketua : Nur Tri Aries Suestiningyas, MA (BKHH - LIPI)
Sekretaris I : Mila Kencana, MA (BKHH - LIPI)
Sekretaris II : Rahmi Lestari Helmi S.Si. M.Si. BMR (LIPI Press)
Bendahara I : Nia Rosmiati, SE (BKHH - LIPI)
Bendahara II : M. Iqbal Firmansyah S.E. (BKHH - LIPI)

Persidangan
Koordinator : Srining Widati, SH, MH (BKHH - LIPI)
Anggota : Yusuar, SH (BKHH - LIPI)
Opan Supandi, S.Kom., M.T.I (BPK - LIPI)
Veny Luvita M.T. (Puslit Metrologi - LIPI)
Dr. Rullyana Susanti, M.Si (Puslit Biologi - LIPI)
M. Yunus Zulkifli, S.S., M.A. (BKHH – LIPI)

Materi dan Pelaporan


Koordinator : Prakoso Bhairawa Putera, M.A. (BPK – LIP)
Anggota : Mila Hanifa, Sh, MH (BKHH – LIPI)
Dr. Puspita Lisdiyanti (Puslit Bioteknologi – LIPI)
Dr. Iwan Saskiawan (Puslit Biologi – LIPI)
Dr. Ikbal Maulana, M.Ud. (PAPIPTEK – LIPI)
80
Buku Panduan WNPG XI 2018

Kehumasan
Koordinator : Dwie Irmawaty Gultom, Ph.D. (BKHH – LIPI)
Anggota : Purwadi, S.Sos. (BKHH – LIPI)
Lyra Verbita, S.I.Kom. (BKHH – LIPI)
Sri Nuryanti, SIP, M.A. (Puslit Politik – LIPI)

Pameran Pangan dan Gizi


Koordinator : Kamera Sembiring, M.Si (BKHH – LIPI)
Anggota : Isrard, S.H., M.H. (BKHH – LIPI)
Sobari (BKHH – LIPI)
Dianita Adiwirjono, S.E. (Puslit SMTP – LIPI)
Dr. Dyah Rachmawati (BKHH – LIPI)
Dr. Sasa Sofyan Munawar (Pusat Inovasi LIPI)
Ir. Minta Rachmawati (PDII - LIPI)

Akomodasi
Koordinator : Iwan, S.AP (BKHH – LIPI)
Anggota Kusharjati Ningrum (Biro Umum – LIPI)
Melinda Sinaga, S.Sos (Biro Umum – LIPI)
Listianingsih, S.Kom. (BKHH – LIPI)

Kesekretariatan
Koordinator : Agung Nugroho S. IP. (BKHH – LIPI)
Anggota : Agisa Kuntias, S. IA . (BKHH – LIPI)
Restu Riandini (Biro Umum – LIPI)
Renatha Rosdiana, S.IP. (BKHH – LIPI)
Ika Smaradhani, S.T. (BKHH – LIPI)
Iwan Ridwan Stiaji, MAP. (BKHH – LIPI)
Dyah Arum Kusumastuti, Sn (BKHH – LIPI)
81
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

Protokoler & Trasportasi


Koordinator : Amas, S.E., M.M. (Biro Umum – LIPI)
Anggota : Suhendra Mulia, M.Si. (Biro Umum – LIPI)
Bukky Suwarno, S.S. (Biro Umum – LIPI)
Sri Rachmi Fitrianti, S.E. (Biro Umum – LIPI)
Agung Legowo, S.H. (BKHH – LIPI)

Media Sosial : 1. Fahri Zakaria, S.IP. (BKHH – LIPI)


2. Gustaf Wijaya, S.S. (BKHH – LIPI)

Perlengkapan
Koordinator : Drs. Dedi Supratman (Biro Umum – LIPI)
Anggota : 1. Indra Mulia (BKHH – LIPI)
2. Reyder, S.Sos (BKHH – LIPI)
3.Eka Yudiarto, LLM (BKHH – LIPI)
4.Adib Hasan, SH (BKHH – LIPI)

Konsumsi
Koordinator : Dra. Retno Darwanti (BKHH – LIPI)
Anggota : Eka Zulfiany, S.Sos
Kesi Purnani (Biro Umum – LIPI)

Tim IT
Koordinator : Rachmat Hidayat, S.Kom (BKHH – LIPI)
Anggota : Nugraha Ramadhany, S.Kom (BKHH – LIPI)
Farham Harvianto , S.Kom BPK - LIPI
82
Buku Panduan WNPG XI 2018

Dokumentasi
Koordinator : Tommy Hendrix, S.T., M.Sc. BIT - LIPI
Fitria Laksmi Pratiwi, SE BIT - LIPI
Penny Sylvania Putri, M.Sn BIT - LIPI
Rusli Fazi, S.Sn. BMR (LIPI Press)

Koordinator : Lina Marlina, M.Gizi KEMENKES


Kementerian dr. Rivani Noor, MKM KEMENKES
/Lembaga
Winitra Rahmani A, S.Sos KEMENKES
Dewi Sibuea, SKM, MKM KEMENKES
Singgih Harjanto, STP, MSc BSN
Anna Melianawati, STP, MT BSN
Pratiwi Yuniarti Martoyo, STP, MP Badan POM
Meliza Suhartatik, S.T.P Badan POM
Nur Akbar Bahar, S.KM., M.Kes Bappenas
Ratna Kusuma Dewi, SST, M.Kes. KEMENKO PMK
Sri Martini, MKM KEMENKO PMK
Dr. Tono, SP, M.Si KEMENTAN
Arif Syaifudin, ST, M.Sc KEMENTAN
Febriana Cholida KEMENTAN
83
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

LOKASI KEGIATAN
A. Denah Sidang Pleno (Ruang Birawa)
84
Buku Panduan WNPG XI 2018

B. Denah Ruang Sidang Paralel Bidang I


85
Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi XI

C. Denah Ruang Sidang Paralel Bidang II-V

Anda mungkin juga menyukai