Anda di halaman 1dari 18

Pedoman Penyusunan Modul

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses atau aktifitas yang memungkinkan terjadinya
perubahan dalam diri seseorang. Hasil dari proses belajar adalah terjadinya
perubahan perilaku yang relatif tetap, baik melalui latihan maupun pengalaman.
Proses belajar anak-anak berbeda dengan yang terjadi pada orang dewasa. Menurut
Soekartawi dkk. (1995) dalam diri orang dewasa terdapat empat tahap kegiatan
dalam proses belajar, yakni: (a) Proses orientasi terhadap isi pelajaran dan cara-cara
penalaran yang dibutuhkan; (b) Proses melakukan latihan kegiatan; (c) Proses
mendapatkan kesadaran tentang hasil belajarnya akibat dari pemberian umpan balik
atas hasil kerjanya; dan (d) Proses melanjutkan belajar isi pelajaran berikutnya.

Selanjutnya, bahan ajar adalah bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mencapai suatu klasifikasi professional tertentu. Dengan demikian bahan ajar
memiliki bentuk yang sangat beragam. Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau
materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-
prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan
siswa belajar. Disamping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik
maksudnya bahwa bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam
proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang
sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
(National Center for Vocational Education Research Ltd./National Center for
Competency Based Training).

Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya bahan pengajaran, diantaranya


adalah modul, sebagai media dan alat bantu pembelajaran sehingga memudahkan
bagi pembelajar untuk memahami suatu materi pelajaran, serta sebagai panduan bagi
pengajar dalam menyampaikan materi pelajaran. Modul merupakan alat atau sarana
pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Penyusunan dan pengembangan modul ini diorientasikan kepada ketersediaan bahan


ajar yang mengimplementasikan kurikulum 2013, dimana tema utama
pengembangan Kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa),
keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.
Sedangkan inti dari Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan dan tematik-
integratif. Karakteristik Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan kompetensi
Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang menuntut penyesuaian model
pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menarik menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific appoach).

1
Pedoman Penyusunan Modul

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki


kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam pendidikan
menengah kejuruan, atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mata pelajaran
kelompok peminatan (C) terdiri atas: (1) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang
Keahlian (C1); (2) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2); dan (3)
Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).

Berkaitan dengan pengembangan spektrum keahlian kejuruan dan mata pelajaran


kelompok peminatan (C2 dan C3) yang penetapannya dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka
perlu dikembangkan modul sebagai bahan ajar SMK.

B. Dasar Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
3. Permendiknas Nomor 24 tentang Pelaksanaan Permen No. 22 dan 23
tahun 2006; dan kemudian disempurnakan dengan Permendiknas Nomor
6 tahun 2007;
4. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan;
5. Permendiknas Nomor 2 tahun 2008 tentang Buku;
6. Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi
Lulusan;
7. Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi;
8. Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses;
9. Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
10. Permendikbud Nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran Dan
Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah;

C. Tujuan

Buku pedoman ini disusun untuk tujuan sebagai berikut:


1. Memberikan kerangka fikir (frame of thinking) dan kerangka kerja
(framework) penyusunan modul/bahan ajar yang sesuai dengan konstruksi
peraturan dan dinamika kebutuhan bahan ajar di sekolah.
2. Menjadi jembatan penghubung antara penyusun modul, dalam hal ini
widyaiswara/instruktur/teknisi atau bahkan guru di sekolah, dengan
stakeholder dan decission makers lainnya menuju terciptanya mutu pendidikan
Indonesia yang sesuai dengan Undang Undang Sisdiknas.

2
Pedoman Penyusunan Modul

D. Sasaran

Sasaran pengguna dari keberadaan buku pedoman penyusunan modul ini adalah:

1. Widyaiswara, Instruktur dan Teknisi sebagai penulis dan editor modul di


Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur;
2. Guru, Kepala Sekolah, dan PTK lainnya sebagai outsourcer dalam
pelaksanaan kegiatan penyusunan modul tahun 2013 ini;
3. Decission maker di PPPPTK Pertanian Cianjur.
4. Stakeholder dan policy maker yang terkait dengan program penyusunan
modul ini.

3
Pedoman Penyusunan Modul

KARAKTERISTIK DAN DESAIN MODUL

A. Pengertian

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan
didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik
dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.

B. Karakteristik

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar,


pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai
modul. Diantaranya sebagaimana disebutkan dibawah ini.

1. Self Instructional
Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada
pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka modul harus:
a. Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan
pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
b. Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas;
c. Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d. Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan peserta didik;
e. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau
konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik;
f. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif,
g. Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h. Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik
melakukan penilaian mandiri (self assessment);
i. Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik
mengetahui tingkat penguasaan materi;
j. Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2. Self Contained
Modul dikatakan self-contained bila seluruh materi pembelajaran yang
dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran

4
Pedoman Penyusunan Modul

secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang
utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan dengan hati-hati dan
memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik.

3. Berdiri Sendiri (Stand Alone)


Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-
sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan menggunakan modul, peserta
didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau
mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang
berdiri sendiri.

4. Adaptif
Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes
digunakan di berbagai perangkat keras (hardware).

5. Mudah digunakan (User Friendly)


Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau mudah digunakan
oleh para pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan
istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.

C. Desain Modul

Perancangan modul nampaknya perlu juga memperhatikan beberapa hal yang dapat
mempengaruhi sistematika, nilai dan kualitas desain modul yang akan dihasilkan.
Beberapa hal yang dimaksudkan mungkin saja selaras dengan apa yang disebut
sebagai karakteristik modul seperti yang telah digambarkan diatas. diantaranya
bahwa modul harus :
a. Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.
b. Memuat Program pembelajaran yang utuh dan sistematis.
c. Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi/refleksi.
d. Disajikan secara komunikatif, dua arah.
e. Diupayakan agar dapat mengganti beberapa peran pengajar.
f. Cakupan bahasan terfokus dan terukur.
g. Mementingkan aktifitas belajar pemakai.

Modul yang baik ditentukan berdasarkan kecermatannya (accuracy); ketepatannya


(matching); kecukupannya (sufficiency); keterbacaannya (readability); bahasanya
(fluency); illustrasinya (attractiveness); perwajahannya (impression).

5
Pedoman Penyusunan Modul

Selanjutnya, didalam penyusunan modul, terdapat sejumlah prinsip yang perlu


diperhatikan. Modul harus dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dan
kondisi. Perlu diketahui dengan pasti materi belajar apa saja yang perlu disusun
menjadi suatu modul, berapa jumlah modul yang diperlukan, siapa yang akan
menggunakan, sumberdaya apa saja yang diperlukan dan telah tersedia untuk
mendukung penggunaan modul, dan hal-hal lain yang dinilai perlu. Selanjutnya,
dikembangkan desain modul yang dinilai paling sesuai dengan berbagai data dan
informasi objektif yang diperoleh dari analisis kebutuhan dan kondisi. Bentuk,
struktur dan komponen modul seperti apa yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan
dan kondisi yang ada.

Proses penyusunan modul terdiri dari tiga tahapan pokok. Pertama, menetapkan
strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai. Pada tahap ini, perlu
diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi yang akan dipelajari,
karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan situasi dimana modul akan
digunakan. Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul
antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan, substansi
atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen pendukungnya.
Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu diperhatikan agar
semua aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap terkait) dapat
dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

Desain penulisan modul yang dimaksud di sini adalah Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat
strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran
dan metoda penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai
desain dalam penyusunan/penulisan modul. Penulisan modul belajar diawali dengan
menyusun buram modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buram sampai
dengan selesainya proses validasi dan uji coba. Bila hasil uji coba telah dinyatakan
layak, barulah suatu modul dapat diimplementasikan secara riil di lapangan.
Penulisan modul dilakukan sesuai dengan RPP. Namun, apabila RPP belum ada, maka
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tetapkan kerangka bahan yang akan disusun.
b. Tetapkan tujuan akhir (performance objective), yaitu kemampuan yang harus
dicapai peserta didik setelah selesai mempelajari suatu modul.
c. Tetapkan tujuan antara (enable objective), yaitu kemampuan spesifik yang
menunjang tujuan akhir.
d. Tetapkan sistem (skema/ketentuan, metoda dan perangkat) evaluasi.
e. Tetapkan garis-garis besar atau outline substansi atau materi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yaitu komponen-komponen: kompetensi (SK-
KD), deskripsi singkat, estimasi waktu dan sumber pustaka. Bila RPP-nya
sudah ada, maka dapat diacu untuk langkah ini.
f. Materi/substansi yang ada dalam modul berupa konsep/prinsip-prinsip, fakta
penting yang terkait langsung dan mendukung untuk pencapaian kompetensi
dan harus dikuasai peserta didik.
g. Tugas, soal, dan atau praktik/latihan yang harus dikerjakan atau diselesaikan
oleh peserta didik.

6
Pedoman Penyusunan Modul

h. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta


didik dalam menguasai modul
i. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau tugas.

Sebelum modul diimplementasikan, perlu diuji coba terlebih dahulu. Uji coba
dilakukan terhadap buram modul yang telah dinyatakan valid. Karena modul telah
dinyatakan valid tidak berarti modul tersebut siap digunakan. Uji coba buram modul
dimaksudkan untuk mengetahui apakah buram modul dapat diimplementasikan pada
situasi dan kondisi sesungguhnya. Langkah ini dapat membantu meningkatkan
efisiensi penyiapan modul, sebelum diperbanyak untuk kepentingan pembelajaran.
Hal-hal yang perlu diujicoba antara lain adalah: (a) Kemudahan bahan ajar
digunakan oleh peserta didik dalam proses belajar. (b) Kemudahan guru dalam
menyiapkan fasilitas (alat dan bahan) belajar, mengelola proses pembelajaran, dan
dalam mengadministrasikannya.

Untuk melakukan uji coba buram modul dapat diikuti langkah-langkah berikut ini:
a. Siapkan perangkat untuk uji coba (kriteria modul yang layak dan kuesioner
kelayakan modul). Penyiapan sebaiknya dilakukan oleh tim.
b. Tentukan responden uji coba. sesuai dengan kondisi.
c. Siapkan dan gandakan buram modul yang akan diujicobakan sesuai dengan
jumlah responden.
d. Siapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mengimplementasikan
modul.
e. Informasikan kepada responden tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang
harus dilakukan oleh responden.
f. Lakukan uji coba sebagaimana melakukan kegiatan pembelajaran dengan
modul. sesungguhnya
g. Kumpulkan data hasil uji coba.
h. Olah data dan simpulkan hasilnya.

Bila hasil uji coba buram modul layak, berarti modul tersebut siap diimplemtasikan
untuk kepentingan pembelajaran yang sesungguhnya, siap dicetak dan diperbanyak.
Sebaliknya, bila belum layak, maka harus dilakukan perbaikan seperlunya, sesuai
dengan masukan pada saat uji coba.

D. Hasil Akhir yang Diharapkan

Hasil akhir yang diharapkan adalah modul atau bahan ajar yang memuat tentang
pernyataan yang menggambarkan kemampuan tertentu pada siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajar tertentu. Kemampuan tersebut disusun dengan
format ABC (Audience, Behaviour, Content) dan menggunakan rumusan tingkah laku
yang spesifik dan jelas. Rumusan tingkah laku harus jelas, artinya menggunakan kata
kerja yang operasional, yaitu hanya menggunakan 1 (satu) kata kerja (tingkah laku)
yang spesifik, dapat diamati dan dapat diukur.

7
Pedoman Penyusunan Modul

Rumusan tingkah laku yang dimaksud dapat disajikan dalam berbagai aspek dan
tingkatan, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik, sebagai berikut : mempunyai
tingkatan sebagai berikut :
a. Tingkah laku yang berhubungan dengan aspek pengetahuan (cognitive)
mempunyai tingkatan ingatan (C1) : Mendefinisikan, mengidentifikasi,
menggambarkan, menyatakan, menamakan ; Pemahaman (C2) : Meringkas,
menyimpulkan, mengklasifikasi, menjelaskan, membedakan, membandingkan,
menyontohkan ; Penerapan (C3) : Melaksanakan, menggunakan,
menampilkan, menerapkan, menunjuk, mengerjakan ; Analisis (C4) :
Menguraikan, menata, mengintegrasikan, memisahkan, merinci, menyusun,
mengubah, menghubungkan ; Evaluasi (C6) : Memeriksa, mengkritik, menilai,
menguji, mendeteksi, memantau, menyimpulkan ; Mencipta (C6) : Merancang,
membangun, merancang, merencanakan, memproduksi, menemukan,
membuat
b. Tingkah laku yang berhubungan dengan aspek sikap (affective) mempunyai
tingkatan sebagai berikut : Penerimaan (A1) : Menyatakan, memilih, mengikuti
; Tanggapan (A2) : Menjawab, membahas, mengerjakan ; Keyakinan (A3) :
Menguraikan, membedakan, mengajak ; Berkarya (A4) : Mengubah, mengatur,
mengintegrasikan ; Ketekunan (A5) : Mengusulkan, mempraktekan,
membuktikan.
c. Tingkah laku yang berhubungan dengan aspek perbuatan (psychomotoric)
mempunyai tingkatan sebagai berikut : Pemilihan (P1) : Memilih,
menggambarkan, memisahkan ; Beraksi (P2) : Melakukan, Menggerakkan,
memperlihatkan ; Pamer (P3) : Memamerkan, memasang, mendiskusikan ;
Membangun (P4) : Membangun, mengatur, menyusun ; Mengatur (P5) :
Mengatur, mengukur, melukiskan, dan sebagainya.

E. Elemen Mutu Modul

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan


perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan
dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkannya,
yaitu: format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, spasi kosong, dan konsistensi.

1. Format
a. Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan
kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuruan kertas
yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan
perbandingan antar kolom secara proporsional.
b. Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat. Penggunaan
format kertas secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata letak
dan format pengetikan.
c. Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk
menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus. Tanda dapat
berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.

8
Pedoman Penyusunan Modul

2. Organisasi
a. Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas dalam modul.
b. Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahami materi
pembelajaran.
c. Susun dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga
informasi mudah mengerti oleh peserta didik.
d. Organisasikan antarbab, antarunit dan antarparagrap dengan susunan dan
alur yang memudahkan peserta didik memahaminya.
e. Organisasikan antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti oleh
peserta didik.

3. Daya Tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a. Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna, gambar
(ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.
b. Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.

4. Bentuk dan Ukuran Huruf

a. Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum peserta didik.
b. Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi
naskah.
c. Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat
proses membaca menjadi sulit.

5. Ruang (spasi kosong)


Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah
kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan
catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada peserta didik/peserta
didik. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional.
Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:
a. Ruangan sekitar judul bab dan subbab.
b. Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta didik
untuk masuk ke tengah-tengah halaman.
c. Spasi antarkolom; semakin lebar kolomnya semakin luas spasi diantaranya.
 Pergantian antarparagraf dan dimulai dengan huruf kapital.
 Pergantian antarbab atau bagian.

6. Konsistensi
a. Gunakan bentuk dan huruf secara konsisten dari halam ke halaman. Usahakan
agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran
huruf yang terlalu banyak variasi.

9
Pedoman Penyusunan Modul

b. Gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antar judul dengan baris pertama, antara
judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering
dianggap buruk, tidak rapih.
c. Gunakan tata letak pengetikan yang konsisten, baik pola pengetikan maupun
margin/batas-batas pengetikan.

10
Pedoman Penyusunan Modul

PENULISAN MODUL

A. Kerangka Modul

Kerangka modul yang disusun sebagaimana tercantum dalam outline berikut ini.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM

PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
B. DESKRIPSI
C. WAKTU
D. PRASYARAT
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
F. TUJUAN AKHIR PEMBELAJARAN
G. CEK PENGUASAAN STANDAR KOMPETENSI
H. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 : KOMPETENSI DASAR


1. LEMBAR INFORMASI
2. LEMBAR KERJA SISWA
3. LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
4. LEMBAR REFLEKSI/EVALUASI

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 : KOMPETENSI DASAR


1. LEMBAR INFORMASI
2. LEMBAR KERJA SISWA
3. LEMBAR KERJA PRAKTIKUM
4. LEMBAR REFLEKSI/EVALUASI

C. KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 : .....


....
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 : .....
.....

EVALUASI SEMESTER
LAMPIRAN KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA

11
Pedoman Penyusunan Modul

B. Deskripsi
Kerangka

Halaman Sampul
Berisi antara lain: label kode modul, label milik negara, bidang/program studi
keahlian dan kompetensi keahlian, judul modul, gambar ilustrasi (mewakili kegiatan
yang dilaksanakan pada pembahasan modul), tulisan lembaga seperti Kementerian
Pendidikan danKebudayaan, Direktorat Pembinaan SMK, tahun modul disusun.

Kata Pengantar
Memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran.

Daftar Isi
Memuat kerangka (outline) modul dan dilengkapi dengan nomor halaman.

Glosarium
Memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan asing yang
digunakan dan disusun menurut urutan abjad (alphabetis).

PENDAHULUAN
A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi yang akan dipelajari pada modul
B. Deskripsi
Penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul, kaitan modul
dengan modul lainnya, hasil belajar yang akan dicapai setelah menyelesaikan
modul, serta manfaat kompetensi tersebut dalam proses pembelajaran dan
kehidupan secara umum.
C. Waktu
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang menjadi target
belajar.
D. Prasyarat
Kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul tersebut, baik
berdasarkan bukti penguasaan modul lain maupun dengan menyebut kemampuan
spesifik yang diperlukan.
E. Petunjuk Penggunaan Modul
Memuat panduan tatacara menggunakan modul, yaitu
 Langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mempelajari modul secara benar,
 Perlengkapan,
seperti sarana/prasarana/ fasilitas yang harus dipersiapkan sesuai dengan
kebutuhan belajar ,
F. Tujuan Akhir Pembelajaran
Pernyataan tujuan akhir (performance objective) yang hendak dicapai peserta didik
setelah menyelesaikan suatu modul. Rumusan tujuan akhir tersebut harus memuat
1. Kinerja (perilaku) yang diharapkan
2. Kriteria keberhasilan
3. Kondisi atau variable yang diberikan

12
Pedoman Penyusunan Modul

G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi


Berisi tentang daftar pertanyaan yang akan mengukur penguasaan awal
kompetensi peserta didik, terhadap kompetensi yang akan dipelajari pada modul
ini. Apabila peserta didik telah menguasai standar kompetensi/ kompetensi dasar
yang akan dicapai, maka peserta didik dapat mengajukan uji kompetensi kepada
penilai.
H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berisikan tentang rencana kegiatan belajar mengajar di kelas untuk setiap upaya
pencapaian standar kompetensi sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Tahapan pembelajaran disampaikan secara lebih rinci pada RPP ini.

KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran 1
Kompetensi dasar yang hendak dipelajari.
7. Lembar Informasi
Berisikan tentang uraian materi berupa pengetahuan, konsep, prinsip tentang
kompetensi yang sedang dipelajari. Serta memuat kemampuan yang harus dikuasai
untuk satu kesatuan kegiatan belajar. Rumusan tujuan kegiatan belajar relatif tidak
terikat dan tidak terlalu rinci.

8. Lembar Kerja Siswa


Memuat tentang serangkaian instruksi dan perintah pembelajaran pada setiap
kompetensi dasar tertentu, berisikan Materi pembelajaran yang menyediakan
aktivitas berpusat pada siswa, dikemas dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).

9. Lembar Kerja Praktikum


Berisi petunjuk atau prosdur kerja suatu kegiatan praktik yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka penguasaan kemampuan psikomotorik. Isi lembar kerja
antara lain: alat dan bahan yang digunakan, petunjuk tentang keamanan/keselamatan
kerja yang harus diperhatikan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan)
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Lembar kerja perlu dilengkapai dengan
lembar pengamatan yang dirancang sesuai dengan kegiatan praktik yang dilakukan.
Memuat tentang petunjuk pelaksanaan praktikum secara rinci, lengkap dan
sistematis yang diharapkan dapat meamndu siswa dalam rangka penerapan ilmu
teori yang telah dipelajarinya kedalam praktik. Dalam lembar ini juga dapat berisi
instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman terhadap konsep/
pengetahuan/prinsip-prinsip penting yang dipelajari. Bentuk-bentuk tugas dapat
berupa:
a) Kegiatan observasi untuk mengenal fakta,
b) Studi kasus,
c) Kajian materi,
d) Latihan-latihan.
Setiap tugas yang diberikan perlu dilengkapi dengan lembar tugas, instrumen
observasi, atau bentuk-bentuk instrumen yang lain sesuai dengan bentuk tugasnya

10. Lembar Refleksi/Evaluasi


Berisikan tentang lembaran evaluasi materi secara kognitif yang diikuti oleh proses
pembelajaran refleski siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Selain itu juga

13
Pedoman Penyusunan Modul

terdapat instruksi tugas bagi siswa. Disini siswa diharapkan mampu menuangkan
pengalaman belajarnya kedalam bentuk essay naratif ilmiah. Sebagai bahan
evaluasinya lembar kerja ini memeuat tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi
peserta didik dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang
telah dicapai, sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya.

B. Pembelajaran 2 s.d n (tata cara sama dengan pembelajaran namun berbeda


topik dan fokus bahasan)

EVALUASI
Teknik atau metoda evaluasi harus disesuaikan dengan ranah (domain) yang dinilai,
serta indikator keberhasilan yang diacu.
A. Tes Kognitif
Instrumen penilaian kognitif dirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan kognitif (sesuai standar kompetensi dasar). Soal
dikembangkan sesuai dengan karakteristik aspek yang akan dinilai dan dapat
menggunakan jenis-jenis tes tertulis yang dinilai cocok.
B. Tes Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotor dirancang untuk mengukur dan menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan psikomotorik dan perubahan perilaku (sesuai kompetensi
inti/kompetensi dasar). Soal dikembangkan sesuai dengan karakteristik aspek yang
akan dinilai.
C. PenilaianSikap
Instrumen penilaian sikapdirancang untukmengukur sikap kerja (sesuai kompetensi
inti/kompetensi dasar).

KUNCI JAWABAN
Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran
dan evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi dengan kritria penilaian pada setiap
item tes.

DAFTAR PUSTAKA
Semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai acuan serta rujukan pada saat
penyusunan modul. Setidaknya tahun penyusunan buku rujukan tidak lebih lama dari
tahun 2000.

C. Ketentuan
Penulisan Modul

1) Ketentuan
Umum
Ketentuan yang dimaksudkan disini adalah beberapa aturan yang disusun guna
mendasari proses penyusunan modul sehingga menjadi lebih baik dan sistematika
penulisannya pun baik serta tentunya modul yang dihasilkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dan tepat sasaran. Dalam sub bab desain modul
sebelumnya telah disinggung beberapa hal teknis terkait dengan hal ini, seperti

14
Pedoman Penyusunan Modul

dalam elemen mutu modul dan kerangka modul. Akan tetapi beberapa hal umum
sebagai ketentuan penyusunan modul yang dimaksudkan diantaranya adalah :
a. Modul yang
disusun adalah bahan ajar yang dipersiapkan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan, bukan modul kegiatan
Diklat.
b. Modul harus
memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
c. Setiap modul
hanya ditulis oleh 1 (satu) orang penulis modul.
d. Setiap modul
memiliki 1 (satu) orang editor yang bertanggungjawab untuk melihat dan
menyunting substansi serta kedalaman kompetensi yang diajarkan dan/atau
aspek kebahasaannya.
e. Validator
adalah pejabat yang berwenang untuk memvalidasi bahan ajar/modul yang
telah melalui proses tahapan penyusunan modul
f. Bahasa yang
digunakan :
 Menggunakan
bahasa yang baik dan benar
 Mudah dicerna
dan enak dibaca
 Menarik dan
merangsang rasa ingin tahu
 Urutan sajian
yang logis
 Sapaan
menggunakan kata “Anda”
g. Kutipan dalam
modul. Kutipan dapat berupa kata, ungkapan, bagian kalimat, paragraf,
gambar, ilustrasi, peta yang diambil dari sumber lain (orang, buku, dokumen,
media massa dan elektronik, internet, dsb.) yang dimabil secara langsung
atau disadur. Syarat kutipan harus bersifat menegaskan dan relevan dengan
suatu ide, berasal dari sumber pertama, mutakhir, sahih/valid, tidak lebih
dari ½ halaman, dan menggunakan tatacara kutipan yang berlaku.

2) Ketentuan
Khusus
Perlakuan khusus untuk penyusunan modul SMK tahun 2013 ini dibuat agar para
penyusun (penulis, editor, validator, dan unsur yang terlibat lainnya) memiliki
perhatian tertentu terhadap mutu modul yang akan dihasilkan. Diantara
ketentuan tersebut adalah :

a. Setiap modul
terdiri dari 40 s.d. 100 halaman.

15
Pedoman Penyusunan Modul

b. Tulisan diketik
menggunakan huruf Arial 12pt dengan spasi 1,5.
c. Penulis hanya
diperkenankan menulis modul sebanyak-banyak 3 (tiga) judul modul.
d. Penulis tidak
boleh menjadi editor modul.
e. Penulis tidak
sedang dalam tugas belajar

16
Pedoman Penyusunan Modul

PENUTUP

Pedoman penulisan modul ini merupakan rambu-rambu umum bagi penulis atau
pengembang modul pembelajaran peserta didik SMK. Melalui pedoman ini
diharapkan terwujud modul SMK dengan pola pengembangan dan penulisan yang
baku. Sebagaimana umumnya keberadaan rambu-rambu, maka pedoman ini tidak
harus diikuti secara kaku, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kekhususan, karakteristik unit kompetensi yang dikembangkan. Rambu-rambu
modul yang akan dikembangkan mengacu pada ketentuan sebagai berikut :
1. Modul dikembangkan berdasarkan Kompetensi Inti/Kompetensi Dasar yang
tertuang didalam Kurikulum/Silabus/RPP Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Desain penyusunan modul sesuai dengan RPP yang telah disusun guru.
3. Modul akan digunakan oleh peserta didik pada kegiatan pembelajaran di
Sekolah Menengah Kejuruan.
4. Modul dikembangkan untuk membantu pencapaian kompetensi yang telah
ditargetkan di dalam kurikulum

17
Pedoman Penyusunan Modul

DAFTAR PUSTAKA

Arend, Ricards I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc Graw
Hill Pub. Co.

Blanchard, Allan. 2001. Contextual Teaching and Learning. B.E.S.T.

Blank, William E, 1982, Handbook for Developing Competency Based Training


Programme. London: Prentice hall,

Burk, John, 1989, Competency Based Education and Training, London: The Patmer
Press.

Collete, Alfred T. dan Chiappetta, Eugene L. 1994. Science Instruction in The Middle
and Secondary Schools. New York: MacMillan Pub.Co.

Direktorat PLP Dirjen Dikdasmen Depdiknas. 2004. Pedoman Penunjang Kurikulum


2004: Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen


Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2008. Teknik Penyusunan Modul.
Seri Bahan Bimbingan Teknis KTSP.

Hutapea, P. 2002. Bahan dan Metode Dalam Pengajaran Komunikatif. Lembaga


Administrasi Negara. Jakarta.

Merril Physical Science. 1995. Teacher Resource Guide. New York: Glencoe
MacMillan/McGraw Hill.

__________. 1995. Laboratory Manual (Teacher Anotaion Edition). New York: Glencoe
MacMillan/McGraw Hill.

Podjiastuti, Sri. 2000. Media Pembelajaran. Surabaya: Unipress.

Soetrisno & Azhari. 2006. Pengembangan Modul Diklat. Lembaga Administrasi


Negara. Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai