i i
STRATEGI MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
DIRI DAN KOMPETENSI BIDAN DAN CALON
BIDAN
Penulis :
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST., M.Keb., Ph.D
Giyawati Yulilania Okinarum, SST., M.Keb
Lani Gumilang, SST., MM
Ari Indra Susanti, SST., M.Keb
Neneng Martini, SST., M.Keb
Ade Zayu Cempaka Sari, SST
Ira Nufus Khaerani, S.Tr. Keb, Bdn
Editor :
Dewi Susanti, SST, M.Keb
Dian Purnama, S.Pd
Desain Cover :
Apriliyanto Rhamadhan, S.Pd
Penata Letak :
Lila Andana Fitri, S.T.
Diterbitkan oleh :
CV. Penulis Cerdas Indonesia
Anggota IKAPI No. 280/JTI/2021
Jalan Selat Karimata E6/No. 1
Kota Malang
E-mail: Idbookstore.official@gmail.com
Website: Idbookstore.id
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian
atau selurruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, bak secara elektronis maupun mekanis, termasuk
me-fotokopi, merekam, atau dengan system penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ii
KATA PENGANTAR
iii
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya buku ini terutama
kepada Universitas Padjdjaran yang telah memberikan dukungan
sehingga buku ini dapat diselesaikan.
Bandung, 2023
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
vi
DESKRIPSI MODUL
1
1. Konsep kepercayaan diri
2. Kompetensi Bidan
3. Upaya peningkatan kepercayaan diri dan kompetensi mahasiswa
bidan
4. Alat ukur tingkat kepercayaan diri dan kompetensi mahasiswa bidan
2
PENDAHULUAN
3
pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan (Indonesia
2019).
4
praktisi mandiri. Sehingga bidan yang percaya diri dapat berkontribusi
efektif untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/
Sustainable Development Goals, khususnya Tujuan 3 yang berusaha
untuk memastikan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi
semua orang di setiap tahap kehidupan (Kieny et al. 2017)
1. Materi
5
3. Petunjuk Penggunaan Modul
a. Bacalah dan pahami setiap ulasan materi pada modul ini hingga
selesai
b. Penerapan Instrumen Inosco pada Bidan maupun mahasiswa
Kebidanan.
6
KONSEP TEORI KEPERCAYAAN
BAB I DIRI MAHASISWA
7
dilakukan, sopan, berprestasi, serta mampu mengenal kelebihan
dan kekurangan pada dirinya (Kadi, 2016).
8
didik akan lebih jernih dalam mengatur tujuan dan sasaran pribadi
yang jelas, maka akan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku
menuju keberhasilan.
9
terhadap langkah yang sudah diambil.
c. Memiliki rasa positif yaitu terdapat penilaian yang baik dari diri
sendiri meliputi pandangan dan tindakan yang memuat nilai-nilai
positif terhadap diri sendiri dan masa depan.
10
b. Pemahaman diri, yaitu menyadari potensi diri, mengenal
kelemahan dan keterbatasan diri, dan tumbuh dengan
menyadari identitas diri sendiri.
a. Konsep Diri
b. Harga Diri
11
menjadi positif juga karena harga diri adalah penilaian terhadap
diri sendiri. Harga diri merupakan aspek yang penting dalam
menentukan perilaku individu karena tingkat harga diri akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Jika harga diri
terpenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan memiliki sikap
optimis dan kepercayaan diri meskipun memiliki kelemahan dan
kekurangan dari segi fisik maupun psikis. Sebaliknya, apabila
kebutuhan harga diri tidak terpenuhi maka seseorang akan
berperilaku ke arah negatif (Gufron and Risnawati 2011).
c. Pengalaman
12
yang sehat (Gufron and Risnawati 2011).
d. Pendidikan
1. Orang Tua
13
diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa.
2. Kawan Sebaya
3. Masyarakat
14
seperti yang sudah ditentukan.
1. Pemikiran Individu
15
anak akan membangkitkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata
orang tuanya meskipun melakukan kesalahan.
16
4. Penampilan fisik sangat mempengaruhi pada rasa percaya diri,
daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam
pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.
17
bekerja dengan tim saja membutuhkan dasar percaya diri yang
tinggi. Untuk memastikan kegiatan yang anda lakukan dan anda
kerjakan setiap harinya diharuskan adanya rasa percaya diri yang
tinggi. Terlepas dari apa yang harus anda kerjakan, minimal
kepercayaan diri memang harus ada untuk membantu diri anda
bertahan dan memiliki kehidupan yang berkualitas.
Bertindak Independent
18
menunjukkan kepercayaan akan penilaiannya sendiri. Melihat
dirinya lebih baik dari orang lain.
Cinta
Yang penting bukan besarnya jumlah cinta yang diberikan,
tetapi mutunya. Individu perlu terus dicintai tanpa syarat, untuk
perkembangan harga diri yang sehat dan langgeng, mereka
harus merasa dihargai karena keadaan mereka sesungguhnya,
bukan keadaan mereka yang seharusnya, bukan keadaan
mereka yang sesungguhnya atau yang diinginkan orang lain.
Rasa aman
Ketakutan dan kekhawatiran merupakan hal yang berpengaruh
terhadap kepercayaan diri individu. Individu yang selalu
khawatir bahwa kebutuhan dasar mereka tidak akan terpenuhi,
atau dunia lahiriah atau batiniah mereka setiap saat akan hancur.
Akan sulit mengembangkan pandangan positif tentang diri
19
mereka, orang lain, dan dunia pada umumnya. Bila individu
merasa aman, mereka secara tidak langsung akan mencoba
mengembangkan kemampuan mereka dengan menjawab
tantangan serta berani mengambil resiko.
Model peran
Mengajar lewat contoh adalah cara paling efektif agar
anak mengembangkan sikap dan keterampilan sosial yang
diperlukan untuk percaya diri. Dalam hal ini peran orang lain
sangat dibutuhkan untuk dijadikan contoh bagi individu dalam
meningkatkan kepercayaan dirinya.
Hubungan
Untuk mengembangkan rasa percaya diri terhadap “segala
macam hal”, individu jelas perlu mengalami dan bereksperimen
dengan beraneka hubungan dari yang dekat dan akrab di rumah,
teman sebaya, maupun yang lebih asing. Melalui hubungan,
individu juga membangun rasa sadar diri dan pengenalan diri
yang merupakan unsur penting dari rasa percaya diri batin.
Kesehatan
Untuk bisa menggunakan kekuatan dan bakat kita, kita
membutuhkan energi. Jika individu dalam keadaan sehat, bisa
dipastikan bahwa ia akan mendapatkan lebih banyak perhatian,
dorongan moral, dan bahkan kesempatan dalam masyarakat
atau lingkungan sekitarnya
20
E. Karakteristik Individu Yang Mempunyai Kepercayaan Diri
Rendah
21
external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat
tergantung pada keadaan dan pengakuan atau penerimaan serta
bantuan orang lain).
22
lain dan situasi di luar dirinya.
23
G. Penyebab Timbulnya Kurang Percaya Diri
24
10. Merasa bentuk fisik tidak sempurna.
11. Merasa berpendidikan rendah.
1. Cinta diri
Orang yang percaya diri akan mencintai diri mereka sendiri, dan
cinta diri ini bukan merupakan sesuatu yang dirahasiakan. Ia akan
25
lebih peduli pada diri sendiri karena perilaku dan gaya hidupnya
untuk memelihara diri.
2. Pemahaman diri
Orang yang percaya diri batin, ia juga sadar diri. Mereka tidak
terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka
memikirkan perasaaan, pikiran, dan perilaku. Mereka selalu ingin
tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka.
4. Berpikir positif.
Orang yang mempunyai kepercayaan diri biasanya hidupnya
menyenangkan. Salah satunya ialah karena mereka biasa melihat
kehidupannya dari sisi positif dan mereka mengharap serta
mencari pengalaman dan hasil yang bagus.
26
BAB II KOMPETENSI BIDAN
1. Pengertian Standar
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2001),
standar merupakan ukuran tertentu yang dijadikan sebuah
patokan. Standarisasi ialah penyesuaian bentuk (ukuran,
kualitas, dll) dengan standar yang sudah ditetapkan.
Standarisasi adalah spesifikasi baku pada hal tertentu yang
disusun dari konsensus seluruh pihak dengan memperhatikan
berbagai aspek untuk meraih banyak manfaat dan juga diakui
badan standarisasi berwenang terkait (Djatin and Hartinah,
2004).
2. Pengertian Kompetensi
Pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 045/U/2002 Tentang Kurikulum
Inti Pendidikan Tinggi Pasal 1 disebutkan bahwa Kompetensi
merupakan seseorang yang memiliki seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggung jawab sebagai syarat agar dianggap
pandai oleh masyarakat dalam melakukan atau melaksanakan
berbagai tugas pada bidang tertentu. (Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI 2011)
27
dan pelayanan kepada bayi baru lahir, bayi, balita dan
anak prasekolah, remaja, pra kehamilan, hamil, bersalin,
pasca keguguran, nifas, masa antara, keluarga berencana,
masa klimakterium, kesehatan reproduksi dan seksualitas
(perempuan), juga keterampilan dasar praktis klinis
(kebidanan). (Kementerian Kesehatan RI, 2020)
28
kompetensi tambahan/lanjutan. Kompetensi Inti atau Dasar
adalah Kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan.
Kompetensi Tambahan atau Lanjutan adalah Pengembangan
dari pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mendukung
tugas bidan dalam memenuhi tuntutan / kebutuhan masyarakat
yang sangat dinamis serta perkembangan IPTEK (Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, 2014; Kementerian
Kesehatan, 2020).
29
Sebagaimana yang telah tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi
Bidan bahwa pada dasarnya, kompetensi bidan terdiri dari
tujuh area kompetensi yakni Etik legal dan keselamatan klien;
Komunikasi efektif; Pengembangan diri dan profesionalisme;
Landasan ilmiah praktik kebidanan; Keterampilan klinis dalam
praktik kebidanan; Promosi kesehatan dan konseling; serta
Manajemen dan kepemimpinan. (Kementerian Kesehatan RI
2020)
2) Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik kebidanan
dengan menerapkan etika, legal, dan keselamatan
klien dalam seluruh praktik dan pelayanan kebidanan
untuk perwujudan profesionalisme bidan.
30
berbeda.
b) Bekerja sesuai standar pelayanan kebidanan yang
telah ditetapkan.
c) Bersikap adil pada semua pihak yang berinteraksi
dengan bidan, khususnya klien yaitu perempuan,
bayi, balita, dan anak prasekolah.
d) Menghormati mitra kerja yang memiliki
kelebihan dan menghargai setiap pihak yang
memiliki keterbatasan.
e) Menyadari keterbatasan diri, sehingga terbuka
untuk berkolaborasi dengan profesi lain.
f) Senantiasa mengupayakan yang terbaik untuk
klien.
g) Mengutamakan keselamatan klien di atas
kepentingan pribadi dan kelompok.
h) Cermat dan teliti dalam setiap perkataan, dan
perbuatan terkait pelayanan kebidanan.
i) Sadar hukum dan senantiasa mematuhi ketentuan
perundangan yang berlaku.
j) Jujur dan bertanggungjawab terhadap setiap
tahap dan bagian pelayanan kebidanan yang
dipercayakan kepadanya.
k) Melindungi hak asasi perempuan dalam
kesehatan reproduksi dan seksualitas.
l) Menjaga rahasia yang diketahui karena
keterlibatan dalam pelayanan.
m) Memperlakukan perempuan sebagai mitra yang
bertanggungjawab menjaga dan memperhatikan
31
kesehatan reproduksinya.
n) Menempatkan diri dengan tepat di masyarakat,
sehingga dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat yang menjadi sasaran binaannya.
o) Mampu menjalin kerja sama dengan seluruh
pihak.
b. Komunikasi Efektif
1) Komponen Kompetensi
a) Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota
keluarganya.
b) Berkomunikasi dengan masyarakat.
c) Berkomunikasi dengan rekan sejawat.
d) Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan
lain.
e) Berkomunikasi dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders).
2) Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik kebidanan dengan
menggunakan teknik komunikasi efektif untuk
interaksi dengan klien, Bidan, tenaga kesehatan lain,
dan masyarakat dalam bentuk anamnesis, konseling,
advokasi, konsultasi, dan rujukan, dalam rangka
memenuhi kebutuhan klien, dan menjaga mutu
pelayanan kebidanan.
32
komunikasi untuk menggali informasi dari
klien yang bermanfaat dalam perumusan
diagnosa kebidanan/masalah, serta melakukan
edukasi sebagai salah satu upaya meningkatkan
kepatuhan dan keberhasilan asuhan kebidanan.
b) Memahami dan membangun kerja sama dan
kolaborasi dengan sesama bidan maupun tenaga
kesehatan lain untuk pelayanan terbaik kepada
klien.
c) Memahami dan menyusun serta melaksanakan
edukasi kepada perempuan, orang tua bayi, balita
dan anak prasekolah, serta remaja perempuan
tentang reproduksi sehat sebagai bagian dari
upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak,
serta kecacatan ibu hamil dan bayi baru lahir.
d) Memahami dan menyusun serta melaksanakan
edukasi kepada perempuan, orang tua bayi, balita
dan anak prasekolah serta remaja perempuan
tentang gangguan/masalah kesehatan reproduksi
sebagai bagian dari upaya menurunkan angka
kematian ibu dan anak, serta kecacatan ibu hamil
dan bayi baru lahir.
e) Memberikan informasi tentang pilihan pelayanan
(informed choice) dan memperlakukan
klien sebagai mitra sejajar dalam meminta
persetujuannya untuk memutuskan suatu
tindakan (informed consent).
f) Menyampaikan informasi kesehatan kepada
33
masyarakat melalui berbagai media, bahasa yang
mudah dipahami, dengan mempertimbangkan
kearifan lokal masyarakat setempat.
g) Memahami dan melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan terkait situasi kesehatan
perempuan, keluarga, masyarakat dan profesi.
1) Komponen Kompetensi
a) Bersikap mawas diri.
b) Melakukan pengembangan diri sebagai bidan
profesional.
c) Menggunakan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang menunjang
praktik kebidanan dalam rangka pencapaian
kualitas kesehatan perempuan, keluarga, dan
masyarakat.
2) Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik kebidanan dengan
memahami keterbatasan diri, kesadaran meningkatkan
kemampuan profesional, dan mempertahankan
kompetensi yang telah dimiliki, serta senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam memberikan pelayanan kebidanan
yang terbaik bagi masyarakat dan semua pemangku
kepentingan.
34
3) Lulusan Bidan Mampu
35
Professional Development (CPD).
l) Menunjukkan komitmen atas kebijakan yang
telah diputuskan Organisasi Profesi.
m) Menggunakan dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam praktik kebidanan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi terkini.
n) Mengidentifikasi kesenjangan penerapan ilmu
kebidanan dalam praktik dan memberikan
usulan solusi atas kesenjangan penerapan ilmu
kebidanan dalam praktik.
o) Mengembangkan diri sebagai pendidik,
pembimbing, dan fasilitator klinis dalam
pengembangan profesi bidan melalui pendidikan
formal, dan informal.
36
- Masa Nifas.
- Masa Antara.
- Masa Klimakterium.
- Pelayanan Keluarga Berencana.
- Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan
Seksualitas Perempuan.
2) Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik kebidanan dengan
mengaplikasi ilmu biomedik, kebidanan, ilmu
kesehatan anak, sosial budaya, kesehatan masyarakat,
biokimia, fisika kesehatan, dan farmakologi, perilaku,
humaniora, hukum kesehatan, komunikasi secara
terintegrasi untuk pemberian asuhan kebidanan
komprehensif secara optimal, terstandar, aman, dan
efektif.
37
fisika kesehatan, farmakologi, komunikasi
secara terintegrasi untuk pemberian pelayanan
kebidanan yang berkualitas dan tanggap budaya
pada bayi baru lahir/neonatus.
38
kebidanan yang berkualitas dan tanggap budaya
pada masa sebelum hamil.
39
keguguran.
40
ilmu biomedik, kebidanan, ilmu kesehatan anak,
sosial budaya, kesehatan masyarakat, perilaku,
humaniora, hukum kesehatan, biokimia,
fisika kesehatan, farmakologi, komunikasi
secara terintegrasi untuk pemberian pelayanan
kebidanan yang berkualitas dan tanggap budaya
pada pelayanan keluarga berencana.
1) Komponen Kompetensi
a) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada bayi baru
41
lahir (neonatus), kondisi gawat darurat, dan
rujukan.
b) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada bayi, balita
dan anak pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan
rujukan.
c) Kemampuan memberikan pelayanan tanggap
budaya dalam upaya promosi kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan.
d) Kemampuan memberikan pelayanan tanggap
budaya dalam upaya promosi kesehatan
reproduksi pada masa sebelum hamil.
e) Memiliki keterampilan untuk memberikan
pelayanan ANC komprehensif untuk
memaksimalkan, kesehatan Ibu hamil dan janin
serta asuhan kegawatdaruratan dan rujukan.
f) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu bersalin,
kondisi gawat darurat dan rujukan.
g) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada pasca
keguguran, kondisi gawat darurat dan rujukan.
h) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu nifas,
kondisi gawat darurat dan rujukan.
i) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada masa antara.
j) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
42
komprehensif dan berkualitas pada masa
klimakterium.
k) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada pelayanan
Keluarga Berencana.
l) Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
m) Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar
praktik klinis kebidanan.
2) Kompetensi Inti
Mampu mengaplikasikan keterampilan klinis
dalam pelayanan kebidanan berlandaskan bukti
(evidence based) pada setiap tahap dan sasaran
pelayanan kebidanan.
43
dan anak prasekolah, remaja, masa sebelum
hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa
pasca keguguran, masa nifas, masa antara, masa
klimakterium, pelayanan Keluarga Berencana,
kesehatan reproduksi, dan seksualitas perempuan.
44
Keluarga Berencana, kesehatan reproduksi dan
seksualitas perempuan.
45
pasca keguguran, pelayanan keluarga berencana,
kesehatan reproduksi perempuan, dan seksualitas.
1) Komponen Kompetensi
a) Memiliki kemampuan merancang kegiatan
promosi kesehatan reproduksi pada perempuan,
keluarga, dan masyarakat.
b) Memiliki kemampuan mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan promosi kesehatan
reproduksi, dan seksualitas perempuan.
c) Memiliki kemampuan mengembangkan program
KIE dan konseling kesehatan reproduksi dan
seksualitas perempuan.
2) Kompetensi Inti
Mampu menerapkan pengetahuan dan
keterampilan untuk berperan aktif dalam upaya
peningkatan kualitas kesehatan perempuan, dan
anak dalam bentuk-bentuk edukasi dan konseling
masalah-masalah kesehatan khususnya dalam bidang
reproduksi perempuan.
46
bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan
profesi terkait.
b) Mengidentifikasi peran perempuan, keluarga,
dan masyarakat dalam upaya promosi kesehatan.
c) Menentukan prioritas intervensi promosi
kesehatan yang sesuai dalam rangka peningkatan
status kesehatan ibu & bayi, keluarga dan
masyarakat.
d) Menentukan prioritas intervensi promosi
kesehatan yang sesuai dalam rangka peningkatan
status kesehatan perempuan dan seksualitas.
e) Merancang media promosi kesehatan dan
konseling untuk perencanaan kehamilan yang
sehat, persiapan persalinan dan kelahiran,
antisipasi kegawatdaruratan dan persiapan
menjadi orang tua.
f) Melakukan kerja sama dalam tim di lingkungan
kerjanya dalam promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesehatan perempuan dan
masyarakat.
g) Menggunakan metode promosi kesehatan
dan konseling yang tepat untuk perencanaan
kehamilan yang sehat, persiapan persalinan
dan kelahiran, antisipasi kegawatdaruratan dan
persiapan menjadi orang tua.
h) Mengadvokasi pemberdayaan komunitas untuk
melakukan inisiatif promosi kesehatan.
i) Melakukan kolaborasi secara efektif dengan
47
komunitas, organisasi, dan sektor-sektor lain.
j) Memotivasi keluarga dan masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya.
k) Mengembangkan program promosi kesehatan
ibu & bayi, keluarga, dan masyarakat.
l) Mengevaluasi kegiatan promosi kesehatan.
m) Melakukan analisis situasi dan analisis sosial
terkait penerimaan masyarakat terhadap konsep
fisiologis dalam siklus kehidupan perempuan.
n) Mengembangkan strategi pemberdayaan
perempuan untuk mampu mengontrol dirinya.
o) Mengembangkan strategi dukungan yang tepat
pada proses pencapaian peran ibu.
p) Memberdayakan keluarga dan masyarakat untuk
mendukung keberhasilan pencapaian peran ibu.
q) Mengembangkan potensi perempuan dalam
pengambilan keputusan terkait kesehatan
reproduksinya.
r) Mengembangkan metode pendekatan untuk
dapat memahami kondisi, kebutuhan dan masalah
perempuan terkait kesehatan reproduksinya.
s) Merancang KIE dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan.
t) Melakukan KIE dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan.
u) Mengevaluasi keberhasilan KIE dan konseling
kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
v) Memahami dan melakukan teknik penyuluhan
48
dan konseling dalam lingkup pelayanan
kebidanan.
1) Komponen Kompetensi
a) Memiliki pengetahuan tentang konsep
kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya
kebidanan.
b) Memiliki kemampuan melakukan analisis faktor
yang mempengaruhi kebijakan dan strategi
pelayanan kebidanan pada perempuan, bayi, dan
anak.
c) Mampu menjadi role model dan agen perubahan
di masyarakat khususnya dalam kesehatan
reproduksi perempuan dan anak.
d) Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas
program dan lintas sektor.
e) Mampu menerapkan Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan.
2) Kompetensi Inti
Mampu menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan dalam perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi dalam pelayanan
kebidanan sehingga mampu menetapkan prioritas
dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan
sumber daya secara efisien.
49
3) Lulusan Bidan Mampu
a) Mengembangkan konsep kepemimpinan dalam
pelayanan dan praktik kebidanan sebagai model
peran dan mentor.
b) Merancang alternatif pemecahan masalah dalam
pelayanan dan praktik kebidanan.
c) Merencanakan keputusan strategis dalam
pelayanan dan praktik kebidanan.
d) Mengelola pelayanan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
e) Merancang pembentukan tim (team building)
dalam praktik kebidanan.
f) Membangun kemitraan/jejaring bersama
pemangku kepentingan interprofesional dalam
meningkatkan kualitas asuhan kebidanan.
g) Merancang advokasi untuk memperjuangkan
hak-hak kesehatan reproduksi perempuan dan
anak.
h) Merancang advokasi mendukung kebijakan
dalam penerapan prinsip keadilan gender.
i) Mengidentifikasi potensi dalam upaya
penggerakan peran serta masyarakat untuk
peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
j) Merancang strategi pemberdayaan perempuan
dalam bernegosiasi dan mengatasi risiko.
k) Melakukan advokasi dan berpartisipasi aktif
dalam menentukan kebijakan pelayanan dan
praktik kebidanan terhadap perempuan dan anak.
50
l) Merumuskan alternatif pemecahan masalah
yang muncul dalam proses perubahan praktik
kebidanan.
m) Menganalisis peluang dalam meningkatkan
profesionalisme bidan.
n) Mengembangkan penelitian kebidanan sebagai
sumber informasi profesi.
o) Melakukan toleransi ambiguitas, untuk dapat
berfungsi dengan nyaman, sabar dan efektif
dalam lingkungan yang tidak pasti.
p) Mengelola praktik kebidanan secara mandiri
yang berkesinambungan.
q) Menganalisis peluang dan mempelopori
pembaharuan dalam pelayanan dan praktik
kebidanan.
r) Menerapkan Manajemen Risiko dalam Pelayanan
kesehatan dan/atau Kebidanan.
s) Mengembangkan manajemen mutu Pelayanan
Kesehatan dan/atau kebidanan.
t) Mengembangkan kerja sama lintas program dan
lintas sektor tingkat nasional, regional, maupun
lokal.
u) Menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam rangka membangun dan mengembangkan
jejaring lintas program dan lintas sektor.
51
A. Komponen Kompetensi
52
1) Bayi Baru Lahir (Neonatus).
3) Remaja.
5) Masa Kehamilan.
6) Masa Persalinan.
8) Masa Nifas.
9) Masa Antara.
53
(neonatus), kondisi gawat darurat, dan rujukan.
b. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada bayi, balita dan anak
pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan rujukan.
c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya
dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada remaja
perempuan.
d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya
dalam upaya promosi kesehatan reproduksi pada masa
sebelum hamil.
e. Memiliki keterampilan untuk memberikan pelayanan
ANC komprehensif untuk memaksimalkan, kesehatan
Ibu hamil dan janin serta asuhan kegawatdaruratan dan
rujukan.
f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu bersalin, kondisi
gawat darurat dan rujukan.
g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada pasca keguguran,
kondisi gawat darurat dan rujukan.
h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada ibu nifas, kondisi
gawat darurat, dan rujukan.
i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada masa antara.
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada masa klimakterium.
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
54
komprehensif dan berkualitas pada pelayanan Keluarga
Berencana.
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif dan berkualitas pada pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksualitas perempuan.
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik
klinis kebidanan.
55
d. Memiliki kemampuan menjalin jejaring lintas program
dan lintas sektor.
e. Mampu menerapkan Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan.
56
STRATEGI MENINGKATKAN
BAB III KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP
KOMPETENSI
57
yang harus dilakukan oleh pendidik kebidanan, instruktur klinis dan
supervisor untuk meningkatkan kepercayaan diri dan pengembangan
kompetensi pada siswa selama pelatihan. Diperlakukan dengan hormat
dan bermartabat dalam lingkungan belajar klinis meningkatkan motivasi,
harga diri dan kepercayaan diri. Sangatlah penting bahwa pelaksanaan
program pendidikan kebidanan berbasis kompetensi didukung penuh
oleh lingkungan, yang akan memungkinkan lulusan untuk dipersiapkan
secara memadai untuk profesional mereka berperan sebagai praktisi
kebidanan (Mudokwenyu-Rawdon et al. 2020).
58
diri dianggap sebagai salah satu yang utama komponen kompetensi klinis
dan merupakan indikator penting dari kemampuan dan kompetensi,
desain kurikulum pendidikan harus mendapat perhatian serius. Desain
baru harus dipertimbangkan agar dapat meningkatkan kepercayaan
diri siswa, dan kurikulum harus dapat mempersiapkan bidan untuk
melakukan tugasnya secara memadai dalam kegiatan profesional
mereka untuk membuat perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan.
Selain itu, program pelatihan harus ditambahkan dalam program, yang
bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang memiliki keterampilan
klinis yang diperlukan dan yang siap dalam peralihan perilaku dan
emosional sehingga mereka dapat membangun kepercayaan diri
mengenai kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan klinis
(Mirzakhani and Shorab 2015)
1. Simulasi
59
efek yang lebih kuat, simulasi juga menjadi metode tambahan
yang efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri, yang dapat
dimiliki baik sebelum atau setelah memperoleh pengalaman
klinis (Patmawati et al. 2018).
2. Metode Ronde
3. Konferensi Klinis
60
4. Demonstrasi Model
5. Peta Konsep
61
konsep pemetaan berguna untuk mengurangi kecemasan dalam
lingkungan klinis, peta konsep adalah metode pengajaran yang
efektif yang membuat mahasiswa menikmati ketika menggunakan
peta konsep dalam lingkungan klinis.
62
INOSCO (INOVASI INSTRUMEN
BAB IV SELF-ASSESSED CONFIDENCE)
63
Tabel Instrumen Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Kehamilan diatas terdiri dari 16 pernyataan.
64
Tabel 4.2 Instrumen Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Persalinan
65
66
Tabel instrumen Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Persalinan diatas terdiri dari 38 pernyataan.
67
Tabel instrument Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Nifas diatas terdiri dari 13 pernyataan.
68
Tabel instrument Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus diatas terdiri dari 16 pernyataan.
69
Tabel 4.5 Instrument Analisis Kepercayaan Diri dalam Kompetensi
Asuhan Kebidanan Komplementer
70
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
71
72
DAFTAR PUSTAKA
73
Goleman, D. 2001. Working with Emotional Intelligence : Kecerdasan
Emosi Untuk Mencapai Prestasi. 4th ed. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
74
Lindenfield, G. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jakarta:
Arcan.
Mirzakhani, Kobra, and Nahid Jahani Shorab. 2015. “Study of the Self-
Confidence of Midwifery Graduates from Mashhad College of
Nursing and Midwifery in Fulfilling Clinical Skills.” Electronic
Physician 7(5):1284–89. doi: 10.14661/1284.
75
Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
76
77
78
79
80