Anda di halaman 1dari 99

MODUL

PENGANTAR
PRAKTIK
KEBIDANAN
PROGRAM STUDI

KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

i
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
PROGRAM PROFESI

Visi :
Menjadi Program Studi Kebidanan Program Sarjana dan Pendidikan Profesi
Bidan yang Bermartabat dan Unggul dalam Bidang Pelayanan Kebidanan
Komplementer pada Tingkat Asia Tahun 2032
- Bermartabat bermakna Mahasiswa dan alumni memiliki karakter
kepemimpinan, moralitas yang tinggi, dan kontributif untuk mewujudkan nilai-
nilai luhur Pancasila dalam pekerjaan dan kehidupannya
- Unggul bermakna substantif yang bernilai berdaya saing tinggi, sehingga
mampu menghasilkan Bidan yang kompeten, berdaya saing, beretika dan
mampu mengembangkan dan mengaplikasikan Pelayanan Kebidanan
Komplementer yang berimplikasi dalam asuhan kebidanan pada setiap siklus
kehidupan wanita

Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan unggul di bidang Pelayanan Kebidanan Komplementer serta
bermartabat dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Meningkatkan kualitas dan kualifikasi dosen untuk mengikuti studi lanjut ke
jenjang S3 ilmu kebidanan dan kesehatan baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
3. Mengembangkan penelitian dan Pengabdian masyarakat sesuai dengan
roadmap penelitian yang berfokus pada Pelayanan Kebidanan Komplementer
4. Memperluas jaringan kerjasama dalam dan luar negeri dan meningkatkan
kompetensi lulusan dalam bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat

ii
FAKULTAS KEBIDANAN
Visi :
Menjadi Fakultas Kebidanan yang Menghasilkan Tenaga Bidan Profesional yang
Bermartabat dan Unggul pada Tingkat Asia Tahun 2032.

Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan kebidanan yang berkualitas untuk menghasilkan
lulusan yang unggul dan bermartabat dan berdaya saing pada Tingkat Asia.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui studi lanjut dosen dan
tenaga kependidikan
3. Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan roadmap
yang berfokus pada pelayanan kebidanan.
4. Memperluas jaringan kerjasama dalam dan luar negeri dan meningkatkan
kompetensi lulusan dalam bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNYA sehingga dapat menyelesaikan Modul
Pengantar Praktik Kebidanan.
Modul Pengantar Praktik Kebidanan ini disusun untuk digunakan oleh
mahasiswa dan dosen pembimbing sebagai pedoman pembelajaran dalam
melaksanakan perkuliahan Pengantar Praktik Kebidanan Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung dalam penyusunan Modul Pengantar Praktik
Kebidanan ini. Akhirnya kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan
Modul Pengantar Praktik Kebidanan ini dimasa mendatang.

Deli Tua, 2022

iv
DAFTAR ISI

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM
PROFESI ................................................................................................................. ii
VISI DAN MISI FAKULTAS KEBIDANAN ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
MODUL I PRAKTIK KEBIDANAN ..................................................................... 1
1. Defenisi Bidan ........................................................................................1
SOAL.......................................................................................................2
2. Sejarah dalam Kebidanan ......................................................................2
SOAL.......................................................................................................8
3. Peran Bidan dalam 8 Nasional dan Global .............................................9
SOAL.....................................................................................................27
4. Ruang Lingkup Praktik Bidan ............................................................28
SOAL.....................................................................................................36
5. Paradigma dan Kompetensi Bidan .....................................................36
SOAL.....................................................................................................39
6. Regulasi yang Mengatur Sertifikasi, Lisensi Bidan Indonesia .......40
SOAL.....................................................................................................42
7. Critical Thingking and Critical Reasoning (Konsep) .......................42
SOAL.....................................................................................................44
8. Informed Choice Dan Informed Consent .........................................44
SOAL.....................................................................................................46
9. Aspek Legal dan Statuta dalam Kebidanan.......................................46
SOAL.....................................................................................................47
10. Isu Professional dalam Praktik Kebidanan........................................48
SOAL.....................................................................................................49
11. Pengenalan EPB Dalam Praktik Kebidanan,Promosi Kesehatan ..49
v
SOAL ! ..................................................................................................53
MODUL II MODEL PRAKTIK KEBIDANAN ................................................. 54
1. Midwifery Led Care ( L&D) ..............................................................54
SOAL.....................................................................................................57
2. Partnership ............................................................................................58
SOAL.....................................................................................................64
3. Social Model (Vs Medical Model) .....................................................64
SOAL ! ..................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 91

vi
MODUL I

PRAKTIK KEBIDANAN

1. Defenisi Bidan

Definisi Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program


pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) atau memiliki
ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (International
Confederation of Midwives,2011).
Definisi Bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2016, Bidan
adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi, dan secara
sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik bidan.
Definisi bidan menurut Permenkes nomor 28 pada tahun 2017, Bidan
adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peran
Bidan yaitu sebagai pelaksana (tugas mandiri, tugas kolaborasi, tugas
ketergantungan/rujukan), sebagai pengelola,sebagai pendidik,dan peran
sebagai peneliti. Jenjang tertinggi bidan untuk menjalankan praktik bidan
adalah jenjang diploma III Kebidanan. Setiap Bidan harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Bidan (STRB) untuk dapat melakukan praktik
keprofesiannya. STRB diperoleh setelah bidan memiliki sertifikat kompetensi
sesuai dengan ketentuan
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu,pelayanan kesehatan
anak,dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
(Kementerian Kesehatan, 2017). Indonesia saat ini masih dalam katagori
negara berkembang yang memiliki masalah di bidang kesehatan khususnya
dalam pelayanan kebidanan. Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian
ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka kejadian berat bayi lahir rendah
(BBLR), pasangan usia subur (PUS), pertolongan persalinan oleh tenaga non
medis dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Angka Kematian Ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator derajat kesehatan suatu
negara yang juga dapat mencerminkan pembangunan kesehatan di negara
tersebut serta kualitas masyarakatnya. Semakin tinggi AKI dan AKB maka
semakin rendah derajat kesehatan di negara tersebut (Kementrian Kesehatan
RI, 2015).

1
SOAL
1. Jelaskan definisi bidan!
Jawab : bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.

2. Sejarah dalam Kebidanan

a. Sejarah Pendidikan Kebidanan


Perkembangan Pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan
pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab
kebutuhan tuntutan Masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud
dengan Pendidikan ini adalah Pendidikan formal dan non formal.
1. Tahun 1851
Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda.
Seorang dokter militer Belanda (DR. W. Bosch) membuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak
berlangsung lama karena kurangnya peserta didik karena adanya
larangan bagi wanita untuk keluar rumah.
2. Tahun 1902
Pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di Rumah Sakit
militer di Batavia dan tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indo
dibuka di Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia
ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong
msyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma cuma. Lulusan ini
mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per
bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden perbulan (tahun
1922).
3. Tahun 1911/1912
Dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ
(RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HIS ( SD 7
Tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya
hanya menerima peserta didik pria pada tahun 1914 telah diterima
juga peserta didik wanita pertama , bagi perawat wanita yang lulus
bisa melanjutkan kependidikan bidan selama 2 tahun. Untuk perawat

2
pria dapat meneruskan pendidikan keperawatan lanjutan selama dua
tahun juga.
4. Tahun 1935-1938
Pemerintah colonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo
(setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan di buka sekolah
bidan di beberapa kota besar antara lain : di Jakarta di Rumah Sakit
BersalinBudi Kemulyaan, RSB Palang Dua, dan RSB mardi Waluyo
di Semarang. Pada tahun itu dikeluarkan peraturan yang membedakan
lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan.
• Bidan dengan latar pendidikannya Mulo dan pendidikan kebidanan
selam 3 tahun disebut bidan kelas satu.

• Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan kelas dua


• Perbedaan ini menyangkut gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.
5. Tahun 1550-1953
Dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal
17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat tenaga untuk
menolong persalinan cukup banyak maka dibuka pendidikan
pembantu bidan disebut penjenang kesehatan E atau pembantu bidan.
Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan sekolah itu ditutup.
Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan
dasar. Lulusan PK/E sebagian besar melanjutkan ke pendidikan bidan
selam 2 tahun.
6. Tahun 1953
Dibuka kursus tambahan bidan (KTB) di Yogya karta. Lamanya
kursus antara7-12 minggu. Tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta.
Tujuan TKB adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan
mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagi bidan terutama
menjadi bidan di BKIA. Tahun 1967 KTB ditutup.
7. Tahun 1954
Dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru
perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya
pendidikan ini berlangsung satu tahun kemudian menjadi 2 tahun dan
terakhir berkembang menjadi 3 tahun. Pada awal tahun 1972, institusi
pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).
Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan
sekolah bidan.

3
8. Tahun 1970
Dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari
sekolah pengatur rawat (SPR) ditambah dengan 2 tahun pendidikan
bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan
(SPLJK) pendidikan ini tidak dilaksanakan merata di seluruh provinsi.
9. Tahun 1974
Mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat
banyak (24 katergori), Depkes melakukan penyederhanaan pendidikan
tenaga kesehatan non sarjana. Setalah bidan ditutup dan dibuka
Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga muti
porpose dilapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong
persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan falsafah dan
kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan
, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong perasalinan tidak
tercapai atau terbukti tidak berhasil.
10. Tahun 1975-1984
Institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga dalan 10 tahun tidak
menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada
dan hidup secara wajar
11. Tahun 1981
Untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam
pelayanan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan
diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. ini hanya berlangsung 1 tahun dan
tidak diberlakukan oleh seluruh institusi
12. Tahun 1985
Dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut dengan PPB yang
menerima lulusan dari SPR dan SPK. Pada saat itu dibutuhkan bidan
yang memiliki kewenangan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat. Lama
pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang
mengirim.
13. Tahun 1989
Dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang
memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program
pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai program pendidikan
bidan A (PPB/A). lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya
ditempatkan di desa-desa, dengan tujuan untuk menberikan pelayanan
kesehatan terutama pelayanan kesehatan terhadap ibu dan anak di
4
daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan sesejahteraan keluarga
dan menurunkan angka kematian ibu dan anak, untuk itu pemerintah
menempatkan bidan di setiap desa sebagai PNS golongan II. Mulai
tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (bidan
PTT) dengan kontrak selama 3 tahun dengan pemerintah, yang
kemudian dapat diperpanjang dua kali tiga tahun lagi. Penempatan
bidan ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah.
Bidan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya
kemampuan klinik sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk
berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak.
Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik
cukup besar. Diharapkan tahun 1996 sebagian besar desa sudah
memiliki minimal seorang bidan. Lulusan pendidikan ini
kenyataannya juga tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang
diharapkan seorang bidan profesional, karena pendidikan terlalu
singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu satu
tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktik
klinik kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang
dimiliki seorang bidan juga kurang.
14. Tahun 1993
Dibuka program pendidikan bidan B (PBB/B) yang peserta didiknya
lulusan AKPER dengan lama pendidkan 1 tahun. Tujuan penidikan ini
dalah untuk mempersiapkan tenaga pengajaran pada PPB A.
berdasarkan penelitian terhadap kamapuan klinik kebidanan dari
lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena
lama pendidikan yang hanya 1 tahun. Pendidikan ini hanya
berlangsung 2 angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.
b. Sejarah Pelayanan Kebidanan
Perkembangan pelayanan dan Pendidikan kebidanan di Indonesia
tidak terlepasdari masa penjajahan belanda, era kemerdakaan,
politik/kebijakan pemerintahan dalam pelayanan dan Pendidikan tenaga
Kesehatan, kebutuhan Masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
1. Pada tahun 1907 (Zaman Gubernur Jendaral Hendrik William
Deandels)
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda. AKI dan AKB sangat tinggi,
Tenaga penolong persalinan adalah dukun . Para dukun dilatih dalam
pertolongan persalinan tapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena
tidak adanya pelatih kebidanan. Pelayanan kesehatan termasuk

5
pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada
di Indonesia.
2. Tahun 1849
Dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto), seiring dengan dibukanya pendidikan
dokter tersebut pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch)
lulusan ini kemudian bekerja di RS dan di masyarakat. Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
3. Tahun 1952
Mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung
sampai dengan sekarang yang memberikan kursus adalah bidan.
Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh di msyarakat dilakukan dengan kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah kursus tambahan bidan (KTB)
pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-
kota besar lain. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung
jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan
mencakup palayanan antenatal. Postnatal dan pemeriksaan bayi dan
anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA,
bidan memberikan portolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi
melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca
persalinan. Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan
yang terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Puskesmas pada
tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada
wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas barfungsi
memberikan pelayan KIA termasuk pelayanan KB baik diluar Gedung
maupun didalam gedung.Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar
gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu). Pelayanan di Posyandu mencakup
empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB,
imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
5. Mulai tahun 1990
Mulai tahun 1990 Pelayanan kebidanan diberikan secra merata dan
dekat masyarakat. Kebijakan ini melalui Inpres secara lisan pada sidang
Kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah
sebagai pelaksana KIA kususnya dalam palayanan kesehatan ibu hamil,

6
bersalin, nifas serta pelayanan kesehatan BBL, termasuk pembinaan
dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan didesa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang
memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah
kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan
yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan
berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda dengan halnya bidan
yang bekerja di RS dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada
individu. Bidan di RS memberikan pelayanan poliklinik antenatal,
gangguan kesehatan reproduksi di klinik KB, senam hamil, pendidikan
perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan
ruang perinatal. Bertitik tolak dari konferensi kependudukan dunia di
Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada kespro, memerlukan
area garapan pelayanan bidan. Area tersebut melipuiti :
• Family Planning
• PMS termasuk infeksi saluran reproduksi
• Safe Motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
• Kesehatan Reproduksi pada remaja
• Kesehatan Reproduksi pada orang tua
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan
pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut
diatur melalui Permenkes. Permenkes yang menyangkut wewanang bidan
selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari ; Permenkes No.
5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada pertolongan
persalinan normal secara mandiri didampingi tugas lain.
1. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi
Permenkes 623/1989.
2. Wewenang bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang
khusus. Dalam wewenang khusus ditetapkan bila bidan melaksanakan
tindakan khusus dibawah pengawasan dokter. Hai ini berarti bahwa
bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas tidakan yang dilakukan. Pelaksanaan dari
Permenkes ini , bidan dalam melaksanakan praktek perorangan dibawah
pengawasan dokter.
3. Permenkes No. 572/VI/1996 Wewenang ini mengatur tentang registrasi
dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi
7
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut
mencakup : pelayanan kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana
anak, pelayanan KB, pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tenttang registasi dan
praktek bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
5. Kepmenkes No 1464 Tahun 2010
6. Kepmenkes No 28 Tahun 2017
7. UU No 4 Tahun 2020 tentang Kebidanan
Dalam melakukan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan
kemampuannya. Dalam keadaan keadaan darurat bidan juga diberi
wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan
praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalamam berdasarkan standar profesi.

SOAL
1. Sebutkan Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya
pelayanan dan pendidikan kebidanan!

Jawab : Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya


pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas
dan mordibitas pada wanita hamil, dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan di negara miskin.
2. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar
Negeri muncul pada abad keberapa?
Jawab : Sebelum abad 20 (1700-1900)

3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Kebidanan


Di Indonesia?

Jawab : Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia


tidak terbatas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan,
politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga
kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
8
4. Sebutkan jenis pelayanan yang dilaksanakan oleh Belanda!
Jawab : Pelayanan Antenatal, Pelayanan Intrapartum, Pelayanan
Postpartum
5. Sebutkan Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat!
Jawab :
a. Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives
masih dianggap ilegal dibeberapa negara bagian.
b. Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional
sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang
yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan
jumlah data persalinan yang mereka tangani
c. Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah
dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah
mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan
medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat

3. Peran Bidan dalam 8 Nasional dan Global

Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri


1. Sebelum abad 20 (1700-1900) William Smellie dari Scotlandia (1677-
1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik seperti kurva
shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis
dalam pelvi metri, menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya
kepala pada presentasi bokong, dan penanganan resusitasi bayi asfiksia
dengan penonpaan paru-paru melalui sebuah metal kateler. Ignos Phillip
Semmelweis, seorang dokter dari Hungaria (1818- 1865) mengenalkan
tentang cuci tangan yang bersih, mengacu pada pengendalian species
puerperium. James Young Simpsosn dari Edenburgh, Scotlandia (1811-
1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum. Tahun 1824,
James Blundell dari Inggris menjadi orang pertama yang berhasil
menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan tranfusi darah.

9
Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu
Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin
dengan stetoskop pada tahun 1920. Jhon Charles Weaven dari Inggris
(1811-1859), pada tahun 1843, adalah orang pertama yang tes urin pada
perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya
dengan eklamsipsia. Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) , pada tahun
1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal. Carl Crede dari
Jerman (1819-1892), menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut
dan lentur untuk mengeluarkan plasenta. Juduig Bandl, dokter obstetri dari
jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi
yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim dalam persalinan macet atau sulit. Daunce dari Bordeauz, pada
tahun 1857, memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi
prematur.
2. Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah
berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend
“Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian
pada “cara yang lebih alami”.Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan
bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan
alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma.
Perkembangan teknologi yang cepat seperti pengguraan ultrasonografi dan
cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara
dramatis ketika dirawat di neonatal intersive care unit, hal ini juga
memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.

Sejarah Perkembangan Pelayanan dan peran bidan di Beberapa Negara


1. Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang
dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824
kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di

10
Inggris dan Australia, kebidanan masih didominasi oleh profesi dokter.
Pendidikan bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862.
Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan
diploma kebidanan dimulai tahun 1893. Dan sejak itu tahun 1899 hanya
bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah
sakit Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan
selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di
Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini
menyebabkan banyak wanita hamil diluar nikah dan jarang mereka dapat
memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial
mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di
Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja
sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan
harus reflek menjadi perawat dan program pendidikan serta prakteknya
banyak dibuka di beberapa tempat dan umumnya disediakan oleh non
bidan.
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak
10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional
hospital base programme menjadi tertiary course of studies
menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat. Tidak semua
institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan
perubahan ini, beberapa masih menggunakan program yang berorientasi
pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik
berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan
kebidanan. Kekurangan yang bisa dilihat dari pendidikan di Australia
hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum
ada persamaan persepsi mengenai penerapan kurikulum pada masing-
masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai komponetensi klinik
yang berbeda, tergantung pada institusi pendidikannya. Ini di tambah
dengan kurangnya kebijaksaan formaldan tidak adanya standar nasional
menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct

11
entry. Perawat kebidanan tidak boleh menolong persalinan. Pendidikan
kebidanan di Australia setingkat universitas, mahsiswanya berasal dari
lulusan degree perawat dan 2 tahun bidan. Pada tahun 200, di University
of technology of Sidney, telah terbentuk S2 kebidanan (Doctor of
Midwifery).
2. Afrika
Usia yang diijinkan masuk Sebelum ada peraturan-peraturan Dewan
Medis Afrika Selatan, tidak ada penentuan batas usia. Beberapa sekolah
menetapkan bahwa para siswa harus berusia 21-50 tahun, sekolah yang
lain menetapkan 21-45 tahun. Semua sekolah mewajibkan orang yang
sudah dewasa. Kebidanan bukan merupakan profesi yang diinginkan
gadis-gadis yang belum menikah. Kemudian, siswa perawat dan siswa
bidan tidak diijinkan untuk menikah dan siapapun yang memutuskan
untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada tahun 1960-an,
peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan perempuan yang sudah
menikah dijinkan untuk melanjudkan pelatihan keperawatan dan
kebidanan.
Standar pendidikan Pada tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat
diterima, kemudian muncul standar tujuh pada tahun1929. Standar
delapan pada tahun 1949, dan pada tahun 1960, standar sepuluh
merupakan standar pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan
lamanya pelatihan. Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan
Medis setelah dimulai di Cape pada tahun 1892, dan siswa harus
menolong minimal 12 persalinan serta merawat 12 perempuan pada masa
puerperium. Pelatihan dilakukan di lapangan dan di ruang perawatan
rumah sakit kalau ada tersedia atau ada. Sebagian besar pusat pelatihan
merasa bahwa masa pelatihan terlalu pendek, dan pada tahun 1917,
Asisoasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga mengungkapkan
ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan terlalu
sedikit dan kurangnya bed yang tersedia bagi para pasien kebidanan.
Asosiasi ini merekomendasikan ketentuan rumah sakit kebidanan yang

12
disubsi oleh pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai
sekolah pelatihan, di mana pelatihan harus diperpanjang sampai minimal
selama 6 bulan, dan di mana ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan
teoritis dan praktik di lapangan dan ruang perawatan. Dewan perawatan
Afrika Selatan mengambil kembali pelatihan kebidanan pada tahun 1945,
dan pada tahun 1949, masa pengajaran lebih lanjut meningkat menjadi 18
bulan bagi perawat yang belum terdaftar, dan 9 bukan bagi perawat yang
sudah terdaftar. Pada tahun 1960, masa tersebut bertambah 24 bulan, dan
12 bulan berturut-turut. Diwajibkan untuk menolong persalinan sebanyak
30 persalinan dan 30 asuhan postnatal. Perawat yang belum terdaftar
mengikuti ujian awal umum bersama siswa keperawatan umum.
Sekarang ini, kadang-kadang secara kontroversi, pengajaran kebidanan
termasuk dalam pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun pada
registrasi bagi seorang perawat (umum,psikiatrik, dan komunitas) dan
sebagai seorang bidan. Pada tahun 1977, laki-laki diijinkan mengikuti
pengajaran kebidanan untuk pertama kalinya di Afrika Selatan.
3. Amerika
Pelayanan bidan di Amerika Di Amerika, para bidan berperan seperti
dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart,
atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan
sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar
yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan
akhirnya vacum, profesi bidan hampir mati. Sekitar tahun 1700, para ahli
sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%.
Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah
untuk menghilangkan praktek sihir yang mash ada pada saat itu. Dokter
memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak
mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani
persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun
statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan
mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam

13
nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan
maternal dan kematian saat itu. Tahun 1765 pendidikan formal untuk
bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang
berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat
belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk
menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung
dan tidak dianggap profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770
dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai
meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990
setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani
persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan
berubahnya kondisi kehidupan di kota, persepsi-persepsi baru para
wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin
meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga dikelola oleh
dokter. Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran
bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di
dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS
yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks
berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan episiotomi,
melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika
serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai
angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-
1930, dan sebanyak 30-50% Wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter
Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini
membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga
diluar medis, termasuk bidan.Pada waktu yang sama karena pelatihan
para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya
sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang
dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi
sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya. Tahun
1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada

14
tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara
mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat
Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam
dosis tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran
perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik
pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran
bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam
homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktek
profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi
dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang
mengatur profesi tersebut. Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance
Of North America) di bentuk untuk meningkatkan komunikasi antar
bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk
melindungi bidan. Di beberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai
tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya seperti
merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya
melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1%
persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria
menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan forcep
menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan
berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi
kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa
tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi
lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan
mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan
tradisional.
Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini
antara lain:
• Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives
masih dianggap ilegal dibeberapa negara bagian.

15
• Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional
sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang
yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan
jumlah data persalinan yang mereka tangani.
• Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah
dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah
mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan
medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat
ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4
tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang
sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk
standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek.
4. Belanda
Perkembangan kebidanan di Belanda Seiring dengan meningkatnya
perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian,
pemerintah mengambil tindakan untuk masalah tersebut. Perempuan
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau rumah sakit,
hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi,
sedangkan kematian prenatal relative rendah. Prof. Geerit Van
Kloosterman pada kenferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan
bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka
bebas memilih untuk tinggal di rumah atau rumah sakit, dimana bidan
yang sama akan memantau kehamilannya. Astrid Limburg mengatakan :
Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik
karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan
untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer
yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan dengan
keperawatan, kebidanan adalah profesi mandiri. Pendidikan kebidanan di

16
Amsterdam memiliki prinsip, yakni sebagaimana member anastesi dan
sedative pada pasien, begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan
member dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan
harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk
menolong dirinya sendiri. Pada kasus rsisiko rendah dokter tidak ikut
menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal. Pada rsisiko
menengah mereka selalu memberi tugas tersebut pada bidan dan pada
kasus risiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Bidan di
Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi
yang mandiri dan aktif.
Adapun pelayanan yang dilaksanakan oleh Belanda, yaitu : a. Pelayanan
Antenatal Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri
daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan
menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi
antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa ahli kandungan yang
menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan
harus merujuk wanita denganresikotinggiatau kasus patologi ke ahli
kebidanan untuk dirawat dengan baik.Untuk memperbaiki pelayanan
kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar
bidan dan ahli kebidanan dibentuklah daftar indikasi oleh kelompok kecil
yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda. b. Pelayanan
Intrapartum Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil
sampai satu jam setelah lahirnya plasenta. Bidan mempunyai kemampuan
untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat
kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi,
untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Ergometrin diberikan
jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya.
Analgesik tidak digunakan dalam persalinan. c. Pelayanan Postpartum
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh
bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada
community–normal, bidan sudah mempunyai independensi yang jelas.

17
Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai
tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami,
menyeleksi kapan wanita perlu intervensi, yang menghindari teknologi
dan pertolongan dokter yang tidak penting.Pendidikan bidan digunakan
sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.
5. Moskow, Uni Soviet
Pelayanan Antenatal Pada awalnya, pelayanan antenatal di Moskow
dilakukan oleh dokter bersama beberapa perawat atau bidan, yang
melakukan tugas rutin yang cukup berat, pemerikasaan urin, dan sebagai
asisten dokter. Di beberapa area pedesaan, bidan lebih terlibat dalam
pelayanan antenatal. Angka kematian ibu bervariasi, tetapi biasanya lebih
tinggi di area pedesaan, dimana akses untuk mendapatkan pelayanan
sulit. Pengelolaan masalah seperti kehamilan yang menyebabkan
hipertensi dan preeklampsia sering terjadi. Terdapat kekurangan pada
perlengkapan monitor dan fasilitas untuk pemeriksaan yang akan
menghasilkan bentuk manajemen kuno. Ibu mengunjungi klinik secara
rutin setiap bulan pada umur kehamilan 12-20 minggu dan pada
kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan urin rutin, tekanan darah dan
berat badan dilakukan pada setiap kunjungan.
6. Jepang
Pelayanan kebidanan di Jepang Jepang merupakan sebuah negara dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat
yang tinggi.Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih
banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat
masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan
kebidanan dan perawat Kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan
sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan
oleh dokter dan perawat. Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan
pendidikan bidan serta mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun
1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus
kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimakterium serta kembali

18
ke persalinan normal. Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal
yang kotor dan tidak diiinginkan.Banyak wanita yang akan melahirkan
diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti
gedung dan gudang. Dokumentasi relevan pertama tentang praktek
kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada
periode Heian (794- 1115).Dokumentasi hukum pertama tentang praktek
kebidanan diterbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi
dasar untuk peraturanperaturan hukum utama untuk profesi medis
Jepang. Tahun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan
profesional kualifikasi.
7. New Zealand
Selama 50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada medicalisasi
kelahiran bayi yang progresif. Wanita tukang sihir telah dikenal sebagai
bagian dari maternal sejak tahun 1904. Tindakan keperawatan mulai dari
tahun 1971 mulai diterapkan pada setiap ibu hamil, hal ini menjadikan
bidan sebagai perawat spesialis kandungan. Pada tahun 1970 Selandia
Baru telah menerapkan medicalisasi kehamilan. Ini didasarkan pada
pendekatan mehasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas
Aukland untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah
satu konsekuensi dari pendekatan ini adalah regional jasa. Iniadalah efek
dari sentralisasi yang mengakibatkan penutupan runah sakit pedesaan dan
wilayah kota. Dengan adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan
feminis, banyak wanita yang berjuang untuk meningkatkan medicalisasi
dan memilih persalinan di rumah. Kumpulan Homebirth di Aukland
dibentuk tahun 1978. dimulai dengan keanggotaan 150 orang dan
menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA (New Zaeland
Nurses Association). Perkumpulan ini didukung oleh para langganan,
donator dan tenaga kerja suka rela atau fakultatif yang bertanggung
jawab atas banyaknya perubahan positif dalan system RS. Tahun 1986
homebirth sangat berpengaruh dalam kemajuan melawan penetapan yang
dibuat oleh medis, akhirnya menteri pelayanan kesehatan secara resmi

19
mengakui homebirth tahun 1986. Pada tahun 1980 NZNA membuat garis
besar mengenai statemen kebijakan atas pembatasan rumah hal ini
disampaikan olah penasehat panitia meternal jasa kepada jawatan
kesehatan. Panitia meternal jasa adalah suatu panitia dimana dokter
kandungan menyatakan peraturan mengenai survey maternal terutama
dalam hal memperdulikan rumah. Sekarang NZNA telah membuat
kemajuan yang patut dipertimbangkan dalam menetapkan konsep general
perawat kesehatan keluarga secara berkesinambungan menyediakan
pelayanan mulai dari kelahiran sampai meninggal. Sejak tahun 1904 RS
St. Hellen mengadakan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup
tahun 1979. Sebagi penggantinya sejak tahun 1978 beberapa politeknik
keperawatan berdiri, selain itu ada yang melanjutkan pendidikan di
Australia untuk memperoleh keahlian kebidanan. Tercatat 177 (86 %)
bidan telah memperolah pendidikan kebidanan di luar negeri pada tahun
1986 dari 206 bidan yang ada, dan hanya 29 orang lulusan kebidanan
Selandia Baru tahun 1987. Tahun 1981sebagian besar RS memasukkan
bidan keperkumpulan perawat, para bidan mengalami krisis untuk
membentuk organisasi dan pemimpin dari mereka. Kemudian muncul
perkumpulan bidan yang menentang NZNA untuk mendapatkan
rekomendasi lebih lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter
kandungan.
8. Denmark
Merupakan Negara Eropa lainnya yang berpendapat bahwa profesi bidan
tersendiri. Pendidikan bidan disini mulai pada tahun 1787 dan pada tahun
1987 yang lalu merayakan 200 tahun berdirinya sekolah bidan. Kini ada
2 pendidikan bidan di Denmark. Setiap tahun menerima 40 siswa dengan
lama pendidikan 3 tahun direct entry. Mereka yang menjadi perawat
maka pendidikan ditempuh 2 tahun. Hal ini menimbulkan berbagai
kontroversi dikalangan bidan sendiri, apakah tidak sebaiknya pendidikan
bidan didirikan atas dasar perawat sebagian besar berpendapat tidak.
Pendidikan post graduad terbagi bidan selama 9 bulan dalam bidang

20
pendidikan dan pengelola. Tahun 1973 disusun rangkaian pedoman bagi
bidan yang mengelompokkan klien dari berbagai resiko yang terjadi. Hal
ini menimbulkan masalah kerena tidak jelas batasan mana yang resiko
rendah dan tinggi. Pada tahun 1990 diadakan perubahan pedoman baru
yang isinya sama sekali tidak menyinggung masalah resiko. Penekanan
pelayanan adalah pada kesehatan non invansi care.
9. Spanyol
Spanyol merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang telah lama
mengenal profesi bidan. Dalam tahun 1752 persyaratan bahwa bidan
harus lulus ujian, dimana materi ujiannya adalah dari sebuah buku
kebidanan “ A Short Treatise on the Art Of Midwifery) pendidikan bidan
di ibu kota Madrid dimulai pada thain 1789. Bidan disiapkan untuk
bekerja secara mandiri di masyarakat terutama dikalangan petani dan
buruh tingkat menengah kebawah. Bidan tidak boleh mandiri
memberikan obat-obatan , melakukan tindakan yang menggunakan alat-
alat kedokteran. Pada tahun 1942 sebuah RS Santa Cristina menerima
ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan lebih
banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi menjadi
School of Midwife. Antara tahun 1987-1988 pendidikan bidan untuk
sementara ditutup karena diadakan penyesuaian kurikulum bidan
menurut ketentuan Negara-negara masyarakat Eropa, bagi mereka yang
telah lulus sebelum itu, penyesuaian pada akhir 1992.
10. Ontario, Kanada
Onatario adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan
tentang kebidanan, setelah adanya sejarah panjang tentang kebidanan
yang illegal dan berakibat meningkatkan praktik bidan yang tidak berijin.
Mereka membuat pilihan asuhan dan keputusan yang sesuai dengan
pengalaman untuk dijadikan model kebidanan terbaru. Model kabidanan
yang dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan
yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi praktik terbatas pada
persalianan normal. Sasaran dari praktik kebidanan adalah masyarakat.

21
Bidan memiliki akses pada rumah sakit maternitas dan perempuan
mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau rumah sakit. Ontario
tidak menganut konsep partnership sebagai pusat praktik kebidanan
walaupun terbatas atas dua model. Sebagai contoh, Ontario Kanada
menerapkan model partnership dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek
di dalamnya antara lain hubungan antar wanita , asuhan praktik
kebidanan terfokus pada kehamilan dan persalinan normal. Dalam
membangun dunia profesi kebidanan yang baru, Kanada membuat sistem
dalam mempersiapkan bidan-bidan untuk registrasi. Dimulai dengan
sebuah keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan
maternitas dan menetpakan ruang lingkup praktik kebidanan. Ruang
lingkup praktik kebidanan di negara tersebut tidak keluar jalur yang telah
ditetapkan ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam
lingkup persalinan normal dan pelayanan maternits primer. Bidan bekerja
dan berkonsultasi dengan ahli obstetric bila terjadi komplikasi, dan ibu
serta bayi memerluakan bantuan dan pelayanan sekunder. Bidan di
negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus
bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah sakit atau di rumah sakit
meternitas dan dapat mengakses fasilitas. Kanada menetapkan program
direct entry (pendidikan kebidanan selama 3 tahun tanpa melalui
pendidikan kepeawatan). Bagaimana pun negara tersebut yakin bahwa
untuk mempersiapkan bidan mampu bekerja secara otonom dan bisa
member dukungan kepada perempuan agar dapatmenentukan sendiri
persalinannya. Penting untuk mendukung perempuan yang sebelumnya
belum perna berkecimpung dalam sisem kesehatan untuk menempuh
program pendidikan kebidanan, tetapi program direct entry lebih
diutamakan. Perawat yang inin menjadi bidan sepenuhnya harus
melewati program pendidikan kebidanan terlebih dahulu, walupun
meraka harus memenuhi beberapa aspek program. Negara tersebut
menggunakan dua model pendidikan, yaitu pembelajaran teori dan
mangang. Pembelajaran teori di kelas di fokuskan pada teori dasar, yang

22
akan melahirkan bidan-bidan yang mampu mengartikulasikan filosofinya
sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka
dan berpikir kritis tentang praktik.
Pendidikan dilengkapi dengan belajar mangang, di mana mahasiswa
bekerja dalam bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam
waktu yang cukup lama. Tidak seperti model mangang tradisional,
dimana mahasiswa bekerja bersama lebih dari seorang bidan, dengan
berbagai macam prkatik. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal positif,
tetapi juga harus mengetahuai hal-hal yang negatif untuk pengetahuan
dimasa mendatang. Satu mahasiswa lagi akan bekerja bersama satu
bidan, sehingga mereka tidak dikacaukan dengan bermacam-macam
model praktik, dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Bidan
tersebut memberikan role model yang penting bagi proses pembelajaran.
Mahasiswa bidan juga akan akan mulai belajar tentang model
partnership. Model ini terdiri dari hubungan antara perempuan dan
mahasiswa bidan, mahsiswa bidan bersama bidan, mahasiswa bidan
dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, hubungan antara program
kebidanan dan profesi kebidanan serta program kebidanan dengan
wanita. Dari sini kitadapat lihat model pendidikan yang digunakan oleh
Kanada saling terkait satu sama lain sebagi bagian dari pelayanan
maternitas. Setiap bagian dari lingkaran tersebut mewakili
bermacammacam partnership yang salin berintegrasi. Partnership ini
menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utama, yaitu
mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja sama secara mandiri sebagai
pemberian asuhan maternitas primer. Kanada telah sukses dalam
menghidupkan kembali status bidan status wanita. Kesesuain antara
pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian
terpenting dari keberhasilan tersebut.

23
Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Kebidanan Di Indonesia
(nasional)
Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak
terbatas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan
pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan
masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
1. Perkembangan Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan
khususnya ibu dan anak.Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatkan
keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur
Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan
persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya
pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi
orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka
pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda
sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum
merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan
Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan
bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.
Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh
dukun dan bidan.Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.
Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu
dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB)
pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota
besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah

24
Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).Dari BKIA inilah yang akhirnya
menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana. Mulai tahun 1990
pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah
sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan
ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya
bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang
memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah
kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan
oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan
masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit,
dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di
rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan
kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil,
pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas
dan ruang perinatal.Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di
Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health
(kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan. Area
tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja e. Kesehatan reproduksi pada orang tua.

25
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan
pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut
diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang
menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai
dari :
1) Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada
pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
2) Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi
Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu
wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan
tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari
Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah
pengawasan dokter.
3) Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi
dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi
kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut
mencakup :
• Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak
• Pelayanan Keluarga Berencana
• Pelayanan Kesehatan Masyarakat
• Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996

Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,


konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan
kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang
pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam
aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek

26
harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman
serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai
dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan
yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan
kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.

SOAL
1. Sebutkan 4 peran bidan !
Jawab : Sebagai pelaksana, sebagai pengelola, sebagai pendidik,
sebagai peneliti
2. Sebutkan Jabatan Profesional Bidan ditinjau dari dua aspek!
Jawab : abatan struktural dan Jabatan Fungsional
3. Sebutkan ciri-ciri bidan sebagai profesi! Jawab :
a. Mengembangkan pelayanan yang unik bagi Masyarakat
b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan
yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan.
c. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
d. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode
etik yang belaku
e. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam
menjalankan profesinya.
f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas
pelayanan yang diberikan.
g. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh
anggotanya
4. Sebutkan Persyaratan jabatan profesional bidan!
Jawab :
a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat
khusus atau spesialis
b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai
tenaga professional
c. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
d. Memiliki kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
27
e. Memiliki peran dan fungsi yang jelas
f. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur
g. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
h. Memiliki kode etik kebidanan
i. Memiliki standar pelayanan
j. Memiliki standar praktek
k. Memiliki standar pendidikan yang mendasar dan mengembangkan
profesi sesuai kebutuhan pelayanan
l. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana
pengembangan kompetensi
5. Apa yang dimaksud dengan peran bidan ?
Jawab : Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki
oleh orang yang berkedudukan dalam Masyarakat

4. Ruang Lingkup Praktik Bidan

Ruang lingkup praktik kebidanan adalah serangkaian peran, fungsi,


tanggung jawab dan kegiatan yang diharapkan dimana seorang bidan yang
terdaftar di NMBI dididik dan kompeten serta berwenang untuk
melaksanakannya. Lebih khusus lagi, ruang lingkup praktik kebidanan
diidentifikasi dalam Petunjuk Komisi Eropa tahun 2005 (2005/36/EC)
sebagaimana telah diubah. Pasal 42 Petunjuk (2005) menyatakan bahwa:
Negara Anggota harus memastikan bahwa bidan dapat memperoleh akses dan
melakukan setidaknya kegiatan-kegiatan berikut:
a) Mendiagnosis dan memantau kehamilan normal; melaksanakan
pemeriksaan yang diperlukan untuk melakukan hal ini
b) Meresepkan atau memberi saran mengenai pemeriksaan yang diperlukan
untuk diagnosis sedini mungkin terhadap kehamilan berisiko
c) Memberikan program persiapan menjadi orang tua dan memberikan
nasihat persiapan persalinan, termasuk nasihat tentang kebersihan dan gizi
d) Perawatan dan pertolongan ibu selama persalinan dan memantau kondisi
bayi dalam kandungan dengan menggunakan sarana klinis dan teknis yang
sesuai.
e) Melakukan persalinan spontan, termasuk, jika diperlukan, episiotomi, dan
dalam kasus mendesak, persalinan sungsang; mengenali tanda-tanda
peringatan adanya kelainan pada kondisi ibu atau bayi yang perlu dirujuk
ke dokter, dan bantu dokter bila diperlukan. Bidan juga harus mengambil
tindakan darurat yang diperlukan jika dokter tidak ada, khususnya
28
pengeluaran plasenta secara manual, yang mungkin diikuti dengan
pemeriksaan rahim secara manual.
f) Periksa dan rawat bayi baru lahir dan ambil semua inisiatif yang
diperlukan, termasuk resusitasi bila diperlukan
g) Merawat dan memantau perkembangan ibu pada masa nifas dan
memberikan nasehat mengenai perawatan bayi agar bayi mengalami
kemajuan yang sebaik-baiknya
h) Melaksanakan pengobatan yang ditentukan oleh dokter
i) Menyusun laporan tertulis yang diperlukan
j) Memberikan informasi dan nasihat keluarga berencana yang baik

Hal mendasar dalam praktik kebidanan adalah penyediaan layanan yang


aman, kompeten, baik hati, dan penuh kasih sayang yang didasari oleh bukti
terbaik yang ada; keahlian bidan itu sendiri; dan pengalaman, preferensi dan
nilai-nilai wanita. Praktik kebidanan didasari oleh nilai-nilai yang memandu
cara bidan memberikan pelayanan. Dewan Keperawatan dan Kebidanan
Irlandia menganggap bahwa nilai-nilai berikut harus mendasari praktik
kebidanan dan memberikan dasar bagi perumusan filosofi kebidanan.

Nilai-nilai ini juga dianut oleh Konfederasi Bidan Internasional:

1. Memiliki bayi adalah pengalaman yang mendalam; yang mempunyai arti


mendalam bagi perempuan, bayinya, keluarganya dan masyarakat.

2. Wanita adalah pengambil keputusan utama dalam perawatannya dan dia


berhak atas informasi yang membantunya mengambil keputusan.

3. Kelahiran adalah proses fisiologis yang normal.

4. Bidan merupakan penyedia layanan yang paling tepat untuk membantu


perempuan selama kehamilan, persalinan, kelahiran dan periode pasca
melahirkan dan bekerja sama dengan profesional kesehatan lainnya bila
diperlukan.

5. Bidan menghormati semua orang secara setara tanpa membeda-bedakan


usia, jenis kelamin, ras, suku, agama, status sipil, status keluarga, orientasi
seksual, disabilitas (fisik, mental atau intelektual), atau keanggotaan dalam
komunitas Traveler.

6. Bidan menghargai pemberdayaan perempuan untuk memikul tanggung


jawab atas kesehatan mereka dan kesehatan keluarga mereka.

7. Asuhan kebidanan memadukan seni dan ilmu pengetahuan. Pelayanan


kebidanan bersifat holistik - didasarkan pada pemahaman tentang
pengalaman sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologis dan fisik
29
perempuan, dan didasarkan pada penelitian terbaik yang tersedia dan bukti
pengalaman.

8. Bidan mempunyai rasa percaya diri dan rasa hormat terhadap perempuan
dan kemampuan mereka dalam melahirkan.

9. Praktik kebidanan harus senantiasa berlandaskan pada prinsip-prinsip


perilaku profesional sebagaimana tertuang dalam Kode Etik dan Etika
Profesi Perawat Terdaftar dan Bidan Terdaftar .

Ruang lingkup praktik seorang bidan bersifat dinamis – artinya, ruang


lingkup praktik tersebut akan berubah dan berkembang seiring dengan
kemajuan kariernya.

Ruang lingkup praktik bidan perorangan dipengaruhi oleh beberapa faktor


antara lain:

• Persiapan pendidikan, pengalaman dan kompetensi bidan

• Pedoman, kebijakan, dan basis bukti lokal, nasional dan internasional

• Pengaturan latihan

• Latihan kolaboratif

• Faktor lain seperti keselamatan ibu dan bayi, kebutuhan dan hasil
perawatan mereka

Menurut Dwiana (2008) yang dikutip dalam jurnal oleh siswati (2019)
ruang lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan mandiri atau otonomi pada
anak anak perempuan, remaja putri, wanita dewasa prakonsepsi, wanita
dewasa selama hamil. Dalam hal ini bidan bertugas memberikan:
1. Pengawasan yang diperlukan, asuhan serta nasihat bagi wanita selama
masa hamil, bersalin, dan masa nifas.
2. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat
bayi baru lahir.
3. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan
masyarakat di Posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan
pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga berencana, deteksi kondisi
abnormal pada ibu dan bayi, usaha memperoleh pendamping khusus bila
diperlukan (konsultasi atau rujukan), dan pelaksanaan pertolongan

30
kegawatdaruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan
medis.
4. Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada masyarakat lainya, dokter, perawat, dan dokter spesialis
di pusat-pusat rujukan.
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan terhadap perempuan pada masa prakonsepsi, masa hamil,
melahirkan dan postpartum, maupun masa interval, melaksanakan
pertolongan persalinan di bawah tanggung jawabnya sendiri, memberi asuhan
Bayi Baru Lahir, bayi dan anak balita. Meliputi tindakan pemeliharaan,
pencegahan, deteksi, serta intervensi, dan rujukan pada keadaan risiko tinggi,
termasuk kegawatan pada ibu dan anak. Sasaran pelayanan kebidanan adalah
individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.
Menurut Kepmenkes no 900/Menkes/SK/VII/2002: Pelayanan
kebidanan: asuhan bagi perempuan mulai dari:
1. Pranikah,
2. Pra kehamilan,
3. Selama kehamilan,
4. Persalinan,
5. Nifas,
6. Menyusui,
7. Interval antara masa kehamilan
8. Menopause
9. Termasuk asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita Pelayanan KB
(konseling KB, penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi, nasehat dan
tindakan bila terjadi efek samping)
10. Pelayanan kesehatan masyarakat (Asuhan untuk keluarga yang mengasuh
anak, Pembinaan kesehatan keluarga, Kebidanan komunitas, Persalinan
di rumah, Kunjungan rumah, Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak
Sasaran pelayanan kebidanan, Individu, Keluarga, Masyarakat )

31
a. Hubungan kompetensi dengan lingkup praktik kebidanan
Hubungan kompetensi dengan lingkup praktik kebidanan yaitu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Suatu kompetensi yang diberikan
tanpa adanya kewenangan (lingkup praktik) maka dikatakan sebagai
bentuk pelayanan tidak sesuai dengan standar pelayanan. Pelayanan
kebidanan seperti pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di
posyandu, penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada ibu, keluarga dan
masyarakat. Berperan ganda menjadi orang tua, menentukan KB,
mendeteksi keadaan abnormal pada ibu dan bayi, mengusahakan
memperoleh pendampingan khusus bila diperlukan (konsultasi dan
rujukan), dan pelaksanaan kegawatdaruratan primer dan sekunder pada
saat tidak ada pertolongan medis.
b. Sasaran praktik kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Pelayanan kebidanan
merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan
yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak
(Asry, 2017).
Sasaran praktik kebidanan:
1. Anak-anak perempuan
2. Remaja putri
3. WUS (wanita usia subur)
4. Wanita hamil
5. Ibu bersalin
6. Ibu nifas dan menyusui
7. BBL (bayi baru lahir)
8. Bayi dan balita
9. Keluarga, kelompok dan masyarakat
10. Wanita masa interval dan menopause

32
11. Ibu/wanita dengan gangguan sistem reproduksi
12. Konselor Sebaya terhadap perilaku remaja
c. Upaya pelayanan kebidanan
Dalam rangka untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu bagi
masyarakat, dengan cara mengikuti perkembangan teknologi dalam ilmu
kebidanan yang berkembang sangat pesat. Upaya preventif dan promotif,
upaya rehabilitatif dan kuratif sebagai solusi yang diperlukan dalam
meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. Seorang bidan memiliki
peranan penting dalam mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan yang
maksimal di masyarakat dengan tujuan agar meningkatkan kemauan,
kesadaran dan keinginan untuk hidup sehat di masyarakat sehingga
terwujudlah derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Upaya tersebut
ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang
maksimal di masyarakat. Upaya Promotif adalah upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat secara optimal
menolong dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya, dan
mampu berperilaku mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut sudah
terlanjur datang), serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan. Lingkup promosi kesehatan dalam
praktek kebidanan menurut sasarannya: Bayi, anak balita, remaja, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, PUS/WUS,
klimakterium/menopause. Upaya promotif dalam praktek kebidanan pada
ibu hamil adalah dengan mencegah adanya anemia dalam kehamilan
melalui penyuluhan – penyuluhan dan kegiatan kegiatan lain. Anemia
dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik dalam
kehamilan maupun persalinan, untuk anak tentang pemberian imunisasi,
yaitu menjelaskan mengenai keuntungan-keuntungan yang didapat setelah

33
pemberian imunisasi, serta bahaya apabila imunisasi tersebut tidak
diberikan (Widyastuti, 2009).
Contoh upaya promotif yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan:
1. Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi pada ibu tentang
pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita pada usianya.
2. Memberikan informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki
bayi, informasi tersebut meliputi manfaat, efek samping, jenis-jenis
imunisasi dan akibat jika tidak dilakukan imunisasi pada bayi
3. Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi tentang
pemantauan tumbuh kembang balita pada ibu-ibu yang memiliki
balita.
4. Pemeriksaan kesehatan reproduksi pada usia pranikah untuk
mengetahui keadaan organ reproduksinya.
5. Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil.
6. Penyuluhan tentang gizi pada ibu hamil karena selama kehamilan ibu
mengalami peningkatan kebutuhan gizi dan ibu harus memenuhi gizi
tersebut.
7. Pemberian informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan pada ibu
hamil agar ibu hamil segera memeriksakan diri jika mengalami salah
satu tanda tersebut.
8. Memberikan informasi tentang perawatan payudara pada ibu hamil
sebagai persiapan untuk masa laktasi nantinya
9. Memberikan informasi tentang persalinan dan kebutuhan selama
persalinan
10. Memberikan informasi tentang kebutuhan nifas seperti kebutuhan gizi,
kebutuhan hygiene, perawatan bayi, dan lain-lain
11. Memberikan informasi tentang diet yang tepat pada masa lansia
12. Memberikan informasi tentang menopause pada lansia
13. Memberikan informasi tentang pentingnya olahraga dan istirahat yang
cukup pada masa lansia

34
14. Memberikan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eklusif
pada ibu yang baru melahirkan (Widyastuti, 2009).
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Upaya preventif
ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1. Imunisasi massal terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil.
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
3. Pemberian vitamin A, Yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun
di rumah.
4. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui
(Laxmi, 2019)

Upaya kuratif dalam upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit


menjadi lebih parah melalui pengobatan
Contoh upaya kuratif pada pelayanan kebidanan:
1. Pemberiaan vitamin k
2. Pemberin tetes mata
3. Pengobatan diare tanpa dehidrasi
4. Balita dengan kasus BGM
5. Pengobatan pada remaja dengan dismenorhoea
6. Pengobatan pada kasus anemia ringan
7. Pengobatan pada efek samping alat kontrasepsi
8. Pengobatan pada kasus hyperemesis tingkat I dan tingkat II
9. Pelaksanaan manajemen aktif kala III
10. Pengobatan pada kasus atonia uteri
11. Penjahitan robekan perineum pada ibu bersalin
12. Pengobatan pada sub involusi

35
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara
dan memulihkan kondisi/mencegah kecacatan.

SOAL

1. Sebutkan factor yang mempengaruhi ruang lingkup praktik bidan


perorangan

Jawab :

• Persiapan pendidikan, pengalaman dan kompetensi bidan

• Pedoman, kebijakan, dan basis bukti lokal, nasional dan internasional

• Pengaturan latihan

• Latihan kolaboratif

• Faktor lain seperti keselamatan ibu dan bayi, kebutuhan dan hasil
perawatan mereka

5. Paradigma dan Kompetensi Bidan

Suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan keberhasilan


pelayanan tersebut di pengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang bidan
dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara manusia/wanita, lingkungan,
perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan.

a. Wanita

Wanita adalah makhluk bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang utuh


dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Wanita/ibu adalah penerus generasi
keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani
rohani dan social sangat diperlukan. Wanita/ibu adalah pendidik pertama
dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan olah
keberadaan/kondisi dari wanita/ibu dalam keluarga. Para wanita
dimasyarakat adalah penggerak dari peningkatan kesejahteraan keluarga.

36
b. Lingkungan

Merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi


individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya, meliputi lingkungan sisik,
lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan
masyarakat. Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara keluarga, kelompok,
komuniti dan masyarakat. Masyarakat mepupakan kelompok msosial yang
paling penting dan kompleks yang telah dibentuk manusia sebagai
lingkungan social. Masyarakat adalah lingkungan pergaulan hidup
manusia yang terdiri dari individu, kelompok dan komuniti yang
mempunyai tujuan dan sistem nilai, ibu.wanita merupakan bagian dari
anggota keluarga dan unit dari komuniti.

c. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi


menusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia bersifat
holistic(menyeluruh). Adapun perilaku professional dari bidan mencakup
hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi etika


profesi bidan dan aspek legal

2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan klinis


yang dibuatnya

3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan


mutakhir secara berkala

4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan


penyakit dan strategi pengendalian infeksi.

5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan


asuhan kebidanan

6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan


praktek kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan,
bayi baru lahir dan anak.

7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum


wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah
dikonfirmasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan
secara terulis supaya mereka b ertanggung jawab atas kesehatan
sendiri.

8. Menggunakan keterampilan komunikasi

37
9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan keluarga

10. Merupakan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.


Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi kehamilannya,

11. perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi


kesejahteraan ibu dan janin yang dilahirkan, demikian pula perilaku
ibu pada masa nifas akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan janin.

d. Keturunan

Pelayanan kebidanan merupakan bagiuan integral dari pelayanan


kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam
rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan
merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan
yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak
dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat,
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan penyembuhan dan
pemulihan. Focus pada layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :

• Layanan kebidanan primer, yaitu pelayanan bidan yang sepenuihnya


nejjadi tanggung jawab bidan

• Layanan kebidanan kolaborasi, yaitu Pelayanan Kebidanan kolaborasi,


yaitu layanan yang dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai
salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan 3.
layanan kebidanan rujukan, yaitu layanan yang diberikan bidan dalam
rangka rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya
yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerimarujukan
dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan dilakukan
bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontall
maupun vertical atau profesi kesehtatan lainnya.

Kualitas manusia diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia


yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut penyiapan
perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan (pra konsepsi), masa
kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.

Walaupun kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses fisiologis


namun bila tidak ditangani secara akurat dan benar, keadaan fisiologis
akan menjadi patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang
dilahirkannya. Oleh karena itu, layanan pra perkawinan, pra kehamilan dan
nifas sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tidak
dapat dipisahkan dariu semua tugas utama bidan.
38
SOAL
1. Apa yang dimaksud paradigma kebidanan?
Jawab : paradigma kebidanan adalah suatu cara pandang bidan dalam
memberi pelayanan. Keberhasilan bidan dalam bekerja/memberikan
pelayanan berpegang pada paradigma, berupa pandangan terhadap
manusia/perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
cara pandang bidanatauhubungan timbal balik antara manusia,
lingkungan, perilaku, pelayanan kebidanan dan keturunan.
2. Apa saja komponen paradigma kebidanan?
Jawab : manusia/wanita, lingkungan, perilaku pelayanan kebidanan,
keturunan
3. Apa yang dimaksud pelayanan kebidanan?
Jawab : pelayanan kebidanan adalah layanan yang diberikan oleh
bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Sasarannya adalah
induvidu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitasi).
4. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi 3, sebutkan!
Jawab : layanan primer, layanan kebidanan kolaborasi, layanan kebidanan
rujukan
5. Sebutkan macam-macam asuhan kebidanan! Jawab :
a. Asuhan pra konsepsi, kb & ginekologi
b. Asuhan selama kehamilan
c. Asuhan selama persalinan
d. Asuhan pd ibu nifas & menyusui
e. Asuhan pd bayi baru lahir (bbl)
f. Asuhan pd bayi & balita
g. Asuhan kebidanan komunitas
h. Asuhan pada wanita dengan gangguan reproduksi

39
6. Regulasi yang Mengatur Sertifikasi, Lisensi Bidan Indonesia

1. Dasar Hukum

1) UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2) UU No.4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3) UU 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4) UU No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
5) PP No.32 tahun 2996 tentang Tenaga Kesehatan
6) PP 61 Tahun 2014 ttg Pelayanan Kesehatan Reproduksi
7) Permenkes 28 tahun 2011 tentang Klinik
8) Permenkes nomor 1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
9) Permenkes 28 Th 2017 tentang izin & Penyelenggaraan Praktek Bidan
10) Permenkes 1464 Tahun 2010 tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
11) Permenkes nomor 900 tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan
12) Kepmenkes nomor 836 tahun 2005 tentang Pedoman pengembangan
manajemen kinerja perawat dan bidan
13) Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang Asuhan Kebidanan
14) Kepmenkes nomor 1134 tahun 2010 tentang Keanggotaan, Organisasi
dan Tata Kerja Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

2. Surat Tanda Registrasi (STR)

• Pasal 21: setiap bidan yang menjalankan PraktikKebidanan wajib


memiliki STR
• Pasal 22: STR berlaku selama 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang
setelah memenuhi persyaratan

• pasal 23: Konsil menerbitkan STR paling lama 30 hari kerja terhitung
sejak pengajuanditerima

40
• pasal 25: Bidan yang akan menjalankan praktik kebidanan wajib
memiliki izin praktik-->SIPB
• pasal 26: Bidan paling banyak mendapatkan 2 SIPB ( ditempat praktik
mandiri dan difasilitas pelayanan kesehatan)
• Pasal 27: SIPB tidak berlaku apabila: bidan meninggal dunia, habis
masa berlaku, dicabut,atau permintaan sendiri
• Pasal 28 bidanharus menjalankanpraktik kebidanandi tempat
praktiksesuai SIPB, jika tidak sesuai akan dikenakan sanksi
administratif
• Pasal 30: Penyelenggara fasilitas PelayananKesehatan harus
mendayagunakan bidan yang memiliki STR dan SIPB--> jika tidak
akan kena sanksi administrative
• UU no 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
• Pendidikan Kebidanan
• Registrasi dan izin praktik
• Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri
• Bidan warga negara Asing
• Praktik Kebidanan
• Hak dan kewajiban
• Organisasi profesi Bidan
• Pendayagunaan Bidan
• Pembinaan dan pengawasan
• Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Bidan yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi kebidanan yang telah mempunyai kualifikasi
tertentu, lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik
kebidanan. Surat tanda registrasi berlaku selama 5 tahun.

3. Registrasi bidan oleh pemerintah melalui registrasi yang dilakukan oleh


Konsil/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Hal ini berdasarkan
Undang-Undang No.36 Tenaga Kesehatan, pasal 44 yang berbunyi “Setiap
tenaga kesehatan harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang
diterbitkan oleh Konsil”.
4. Legislasi proses pembuatan UU atau penyempurnaan perangkat hukum
yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi, registrasi,dan
lisensi
41
Tujuannya:

1) Menjamin kualitas pelayanan


2) memberikan kewenangan
3) menjamin perlindungan hukum
4) Meningkatkan profesionalisme

5. Sertifikasi

Yaitu dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan


pendidikan formal maupun non formal.

Bentuk sertifikasi:

1) Ijazah
2) Sertifikai LISENSI

Yaitu proses administrasi yangdilakukan olehpemerintah atau


yangberwenang berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga
profesibyangtelah teregistrasiuntuk pelayanan mandiri Setiap tenaga
kesehatan yang praktik harus memiliki izin (Undang-Undang Np.36 Tahun
2014, pasal 46)

SOAL

1. Jelaskan yang disebut dengan registrasi !

Jawab : Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Bidan yang telah


memiliki Sertifikat Kompetensi kebidanan yang telah mempunyai
kualifikasi tertentu, lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan
praktik kebidanan. Surat tanda registrasi berlaku selama 5 tahun

7. Critical Thingking and Critical Reasoning (Konsep)

a. Critical thingking

Berpikir kritis merupakan seni gambaran sikap seseorang dalam


menganalisis, mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang
didengar, metode pengetahuan untuk berfikir logis dan berargumen serta
aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat suatu keputusan dan
memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini.

42
Berpikir kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan
manajemen asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan
dan tepatnya asuhan yang diberikan. Proses berfikir kritis bertujuan untuk :

1. Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat

2. Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan

3. Berfikir terbuka dalam system pemikiran

4. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu


solusi untuk masalah yang kompleks

Berpikir kritis memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan


potensi dirinya melihat, memecahkan masalah dan menciptakan suatu hal
baru dalam manajemen asuhan kebidanan, berpikir kritis meningkatkan
kretifitas untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah.

Bidan sebagai praktisi maupun dalaam Pendidikan harus


menggunakan unsur unsur dalam dasar berfikir kritis agar asuhan
kebidanan yang akan diberikan berkualitas. Unsur pertama dalam berfikir
kritis adalah konsep. Seorang bidan harus memahami konsep dasar
manajemen asuhan kebidanan.

Penerapan berfikir kritis dalam asuhan kebidanan pada dasarnya


sudah tergambar dalam manajemen kebidanan. Berpikir kritis
berdampingan dengan berfikir kreatif, artinya kemampuan berfikir seorang
bidan untuk membuat hubungan yang baru dan yang lebih berguna dari
informasi yang sebelumnya sudah diketahui oleh bidan.

b. Critical reasoning

Berpikir kritis yang dilakukan seorang bidan tidak terpisah dari


clinical reasoning, artinya bidan memusatkan pikirannya kearah diagnose
kebidanan yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan
dan penalaran. Thingking / reasoning merupana suatu cara untuk
memperoleh suatu kebenaran, dimana kriteria dari suatu kebenaran adalah
relatif.

Ada beberapa aspek penalaran klinis yang harus diaplikasikan oleh


seorang bidan dalam menjalankan manajemen asuhan kebidanan.

1. Penalaran berdasarkan pengetahuan atau ilmiah

2. Penalaran naratif/narasi

3. Penalaran pragmatic/isu praktek yang mempengaruhi tindakan klinis

43
4. Penalaran etis/ melakukan penalaran secara moral dalam melakukan
tindakan

Hasil penalaran,berfikir kritis , clinical reasoning dari manajemen asuhan


kebidanan akan dilakukan mencatat dan pelaporan , pencatatan atau
pendokumentasian ceklist.

Bidan menerapkan setiap kegiatan manajemen asuhan kebidanan selalu


menggunakan penalaran, berfikir kritis. Berfikir kritis harus diintegrasikan
kepada seluruh profesi bidan dan dimulai pada mahasiswa kebidanan
untuk setiap manajemen asuhan kebidanan yang akan dilakukan sehingga
menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu.

SOAL

1. Sebutkan tujuan dari berfikir kritis !

Jawab :

• Merumuskan masalah dengan jelas dan tepat

• Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan

• Berfikir terbuka dalam system pemikiran

• Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dalam mencari tahu


solusi untuk masalah yang kompleks

8. Informed Choice Dan Informed Consent

Informed choice dan informed consent bukanlah istilah baru dalam


dunia Kesehatan khususnya di bidang kebidanan. Kedua istilah ini kerap kali
muncul saat seorang wanita berkonsultasi soal kehamilannya dengan bidan.
Baik informed choice maupun informed consent merupakan etika yang harus
dipegang teguh oleh bidan.
Kesepakatan tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008. Dapat dikatakan bahwa
informed choice dan informed consent termasuk hak yang harus diperoleh
setiap pasien. Dengan adanya dua persetujuan tersebut, mereka bisa mendapat
perawatan atau tindakan medis sesuai dengan yang dibutuhkan.
a. Informed choice
Informed choice adalah opsi atau pilihan yang diberikan kepada pasien
mengenai alternatif perawatan yang akan dialaminya. Informed choice
44
penting dilakukan agar pasien bisa memilih pelayanan yang dirasa aman
dan nyaman baginya. Karena itu, seorang bidan harus bisa menyampaikan
dengan jelas setiap pilihan yang diberikan kepada pasien.
Hal tersebut sejalan dengan kode etik internasional bidan yang
menyatakan bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung
jawab dari hasil pilihannya.
Contoh informed choice dalam pelayanan kebidanan antara lain sebagai
berikut:

• Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan


laboratorium/screening antenatal.
• Tempat bersalin, apakah ingin dilakukan di rumah, polindes, rumah
bersalin, rumah sakit bersalin, atau rumah sakit. Ini juga mencakup
kelas perawatan yang ada di rumah sakit.
• Pendampingan saat bersalin.
• Percepatan persalinan.
• Metode monitor denyut jantung janin.
• Diet selama proses persalinan.
• Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
• Mobilisasi selama proses persalinan.
• Posisi ketika bersalin.
• Keterlibatan suami saat bersalin (misalnya pemotongan tali pusar).
• Klisma dan cukur daerah pubis.

Setelah memberikan informasi mengenai berbagai pilihan yang ada, bidan


harus memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk
mempertimbangkan semua pilihan tersebut.

b. Informed consent

Informed consent sejatinya memiliki tujuan yang serupa dengan


informed choice, yakni untuk mengedepankan hak-hak pasien selama
masa perawatan. informed consent merupakan persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau walinya setelah mendapatkan informasi (informed
choice).
Lebih lengkap, informed consent dapat didefinisikan sebagai suatu
persetujuan atau kesepakatan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan
dokter terhadap pasien setelah pasien mendapatkan informasi mengenai
hal tersebut lengkap dengan segala risiko yang mungkin terjadi.
Dalam praktiknya, istilah informed consent kerap kali disamakan
dengan surat izin operasi (SIO) yang diberikan kepada pasien sebelum
dirinya dioperasi sebagai bentuk persetujuan tertulis.

45
Informed consent memungkinkan terjadinya kerja sama antara bidan
dan pasien sehingga memperlancar tindakan yang akan dilakukan. Dengan
demikian, tindakan medis yang dilakukan pun bisa berjalan lancar.
Di sisi lain, informed consent juga dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kehati-hatian bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan sehingga kejadian malpraktik pun dapat dihindari.

SOAL
1. Jelaskan yang dimaksut dengan informed choice !
Jawab : Informed choice adalah opsi atau pilihan yang diberikan kepada
pasien mengenai alternatif perawatan yang akan dialaminya

9. Aspek Legal dan Statuta dalam Kebidanan

a. Defenisi

Legal berasal dari kata legal ( Bahasa belanda ) yang pengertiannya


adalah sah menurut undang undang. Menurut kamus Bahasa Indonesia,
legal diartikan sesuai dengan undang undang atau hukum.

Aspek legal dapat diartikan sebagai kelayakan yang


mempermasalahkan suatu tindakan ditinjau dari segi hukum yang berlaku
diindonesia .pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari system
pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar yang
dapat dilakukan secara mandiri kalaborasi atau rujukan.

Pengertian aspek hukum dalam pelayanan kebidanan adalah


penggunaan norma hukum yang telah disah kan, untuk melaksanakan
pemenuhan kebutuhan klien. Aspek legal dalam pelayanan kebidanan
adalah penggunaan norma hukum yang telah disah kan untuk menjadi
sumber hukum yang paling utama dan sebagai dasar pelaksaaan kegiatan
dan membantu mememnuhu kebutuhan seseorang oleh bidan dalam Upaya
peningkataan, pencegahaan, pengobatan dan pemulihan.

b. Statuta Kebidanan

Statuta kebidanan merupakan sebuah pedoman dasar atau asuan


seorang bidan dalam membrikan tindakan atau asuhan yang berasas pada
kode etik bidan dan standart profesi sesuai dengan peratutan perundang
undang yang telah ditetapkan.statuta kebidanan memiliki beberapa fungsi :

46
2. Memberikan kerangka untuk menntukan tindakan kebidanan
3. Membedakan tanggung jawab dangan profesi lain
4. Membantu mempertahankan standart praktek kebidanan dengan
meletakkan posisi bidan memiliki akuntabilitas dibawah hukum

c. Otonomi Bidan dalam Pelayanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal


yang penting dan dituntut dari suatu hal yang penting dan dituntut dari
suatu profesi. Akuntabilitas diperkuat dengan satu landasan hukum yang
mengatur batas batas wewenang profesi ynag bersangkutan .

Praktik kebidanan harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui :

1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan


2. Penelitian dalam kebidanan
3. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji kompetensi
8. Lisensi

d. Dasar otonomi pelayanan kebidanan

• Kepmenkes 900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi & praktik bidan


• Standar pelayanan kebidanan
• UU Kesehatan no 23 th 1992
• PP No 32/1996 tentang tenaga Kesehatan
• Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja
depkes
• UU No.22/1999 tentang otonomi daerah
• UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
• UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplatasi

SOAL

1. Jelaskan yang dimaksut dengan aspek hukum dalam pelayanan kebidanan


!

47
Jawab : Pengertian aspek hukum dalam pelayanan kebidanan adalah
penggunaan norma hukum yang telah disah kan, untuk melaksanakan
pemenuhan kebutuhan klien

10. Isu Professional dalam Praktik Kebidanan

Isu adalah topik yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang
memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat . isu moral adalah
merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam
kehidupan sehari hari.

Contoh nilai nilai yang berhubungan dengan kehidupan orang sehari


hari menyangkut kasus abortus, keputusan untuk terminasi kehamilan.
Beberapa permasalahan etik dalam kehidupan sehari hari sebagai berikut:

1. Persetujuan dalam proses melahirkan


2. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
3. Kegagalan dalam proses persalinan
4. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
5. Konsep normal dalam pelayanan kebidanan
6. Bidan dan Pendidikan seksual

Masalah etik berhubungan dengan teknologi sebaagai berikut:

1. Perawatan intensif pada bayi


2. Skreeing bayi
3. Transplantasi organ
4. Teknik reproduksi dan kebidanan

Etik berhubungan erat dengan profesi, yaitu :

1. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik


2. Otonomi bidan dan kode etik professional
3. Etik dalam penelitian kebidanan
4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif

Contoh isu etik dalam pelayanan kebidanan berhubungan dengan :

• Agama/ kepercayaan
• Hubungan dengan pasien
• Hubungan dokter dengan bidan
• Kebenaran
48
• Pengambilan keputusan
• Pengambilan data
• Kematian
• Kerahasian
• Aborsi
• AIDS

SOAL

1. Berikan contoh isu etik dalam pelayanan kebidanan !

Jawab :

• Agama/ kepercayaan

• Hubungan dengan pasien


• Hubungan dokter dengan bidan
• Kebenaran
• Pengambilan keputusan
• Pengambilan data
• Kematian
• Kerahasian
• Aborsi
• AIDS

11. Pengenalan EPB Dalam Praktik Kebidanan, Promosi Kesehatan

Proses pembelajaran seumur hidup dan self-directed di mana merawat


pasien akan menciptakan kebutuhan akan informasi penting secara klinis
tentang diagnosis, prognosis, terapi, dan masalah klinis dan perawatan
kesehatan lainnya, dan dari evidence based practice tersebut akan mengubah
kebutuhan informasi ini menjadi pertanyaan yang dapat dipertanggung
jawabkan; melacak dengan efisiensi maksimum, yang merupakan bukti
terbaik untuk menjawabnya (baik dari pemeriksaan klinis, laboratorium
diagnostik dari bukti penelitian, atau sumber lainnya); menilai secara kritis
bukti validitasnya (kedekatan dengan kebenaran) dan kegunaan (penerapan

49
klinis); mengintegrasikan penilaian ini dengan keahlian klinis dan
menerapkannya dalam praktik; serta mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan
(Sackett et al., 2000). 7 langkah dalam EBP :
1. Menumbuhkan semangat menyelidiki
2. Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT format
3. Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelititan) yang paling
relevan dengan PICO/PICOT
4. Melakukan penilaian critis terhadap bukti-bukti (artikel penelititan)
5. Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan salah satu
ahli di klinik serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien
dalam membuat keputusan atau perubahan
6. Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan berdasarkan
bukti-bukti.
7. Menyebarluaskan hasil dari EBP
• Langkah ke-1 Menumbuhkan Semangat Menyelidiki “Budaya ini
ditanamkan dalam visi dan misi institusi” Elemen-elemen dalam
membudayakan EBP
a. Mengajak semua petugas kesehatan untuk menanyakan kembali praktik
kesehatan yang sedang mereka lakukan.
b. Memasukkan EBP dalam visi, misi, dan promosi yang dilakukan oleh
institusi kesehatan
c. Adanya mentor serta kadernya yang mempunyai kemampuan dalam
EBP dan kemampuan untuk mengatasi hambatan terkait dengan
perubahan dalam individu dan institusi
d. Adanya infrastuktur yang menyediakan alat-alat untuk pengembangan
EBP
e. Dukungan administrasi dan adanya leadership yang menilai,
menentukan EBP model, serta menyediakan sumber daya yang
diperlukan untuk mempertahankan budaya EBP
f. Secara teratur mengenali/mengidentifikasi individu atau
kelompokkelompok yang secara consisten melakukan EBP

50
• Langkah ke-2 Pertanyaan Klinik dengan PICO/PICOT Format
P : Populasi pasien atau disease of interest
I : Intervensi atau Issues of Interest
C : Intervensi pembanding/ kelompok pembanding
O : Outcomes/hasil-hasil yang diharapkan
T : Time frame (batas waktu)
• Langkah ke-3 Mencari dan Mengumpulkan Bukti-bukti
1. Kata kunci untuk mencari bukti-bukti = kata-kata yang ada dalam
PICO/PICOT
2. Cari kata-kata lain yang mempunyai makna sama seperti katakata yang
ada di PICO/PICOT
3. Setiap jenis pertanyaan mempunyai hierarchy of evidence yang berbeda
Database:
- Pubmed
- CINAHL
- Ovid-medline
- National Guideline Clearing house
- Chochrane Databases
• Langkah ke-3 Melakukan Critical Appraisal Terhadap Bukti-bukti
Critical Appraisal menyesuaikan dari jenis/level artikel, Pertanyaan utama
dalam Critical Appraisal adalah VIA
- Apakah hasil dari penelitian tersebut valid?
- Apakah penelitian tersebut menggunakan metodologi penelitian yang
baik?
- Apakah hasil dari penelitian tersebut reliable?
- Apakah intervensinya bekerja dengan baik?
- Sebesar apa efek dari intervensi tersebut?
- Apakah hasil penelitian tersebut akan membantu dalam melakukan
perawatan untuk pasien saya?
- Apakah sample penelitiannya mirip dengan pasien saya?
- Apakah keuntungannya lebih besar dari pada resikonya?

51
- Apakah intervensi tersebut mudah untuk di implementasikan
• Langkah ke-4 Mengintegrasikan Bukti-bukti Clinical expertise (CE)
Ini merupakan bagian yang paling penting dalam proses EBP decision
making. Contoh: saat follow up untuk evaluasi hasil, CE mencatat bahwa
saat treatment kasus acute otitis media first-line antibiotik tidak effective.
Artikel terbaru menyatakan Antibiotik A mempunyai manfaat yang lebih
baik dari pada Antibiotik B sebagai second-line antibiotik pada anak-anak.
– Pasien
Jika kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan manfaat,
akan tetapi jika hasil diskusi dengan pasien menghasilkan suatu alasan
yang membuat pasien menolak treatment, maka intervensi tersebut tidak
bisa diaplikasikan.
• Langkah ke-5 Mengevaluasi Outcome
Langkah ini penting, untuk menilai dan mendokumentasikan dampak dari
perubahan pelayanan berdasarkan EBP dalam kualitas pelayanan
kesehatan/ manfaatnya bagi pasien.
Menilai apakah perubahan yang terjadi saat mengimplementasikan hasil
EBP di klinik sesuai dengan apa yang tertulis dalam artikel.
Jika hasil tidak sesuai dengan artikel-artikel yang ada
 Apakah treatment dilaksanakan sesuai dengan SOP di artikel; apakah
pasien kita mirip dengan sample penelitian dalam artikel tersebut?
• Langkah ke-6 Menyebarluaskan Hasil dari EBP
Dessiminasi dilakukan untuk meng-share hasil EBP sehingga perawat dan
tenaga kesehatan yang lain mau melakukan perubahan bersama dan atau
menerima perubahan tersebut untuk memberikan pelayanan perawatan
yang lebih baik
Bentuk-bentuk dessiminasi:
o Melalui oral presentasi
o Melalui panel presentasi
o Melalui roundtable presentasi
o Melalui poster presentasi

52
o Melalui small-group presentasi
o Melalui podcast/vodcast presentasi
o Melalui community meetings
o Melalui hospital/organization-based & professional committee meetings
o Melalui journal clubs
o Melalui publishing

SOAL !

1. Jelaskan defenisi bidan !

Jawab : bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun


imternasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.

2. Apa tujuan pelayanan kebidanan !

Jawab: meningkatkan Kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan


Kesehatan dan Masyarakat

3. Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada


individu pasien atau klien yang pelaksanaanya dilakukan dengan
cara? Sebutkan !

Jawab: bertahap dan sistematis & melalui suatu proses yang disebut
manajemen kebidanan

53
MODUL II

MODEL PRAKTIK KEBIDANAN

1. Midwifery Led Care ( L&D)

a. Definisi, Karakteristik, Nilai dan Skema Model pada Midwifery L&D


Care
Pengertian Midwifery Led Care (L&D), Care dalam bahasa inggris
mempunyai arti memelihara, mengawasi, memperhatikan dengan
sepenuhnya. Dihubungkan dengan dunia kebidanan maka “care” disini
sering disebut dengan asuhan. Bidan merupakan seorang pemimpin
profesional yang menyediakan asuhan berkelanjutan mlai dari
perencanaan, pengorganisasian dan pemberian asuhan yang diberikan
kepada perempuan mulai dari kunjungan awal hingga masa nifas. Bidan
merupakan pemimpin profesional yang bertanggung jawab untuk menilai
kebutuhan perempuan, merencanakan asuhan, merujuk kepada tenaga
profesional lain yang tersedia. Menyediakan konsultasi oleh staf medis lain
(obgin atau nakes lain) pada beberapa kasus asuhan antenatal, intranatal
dan postnatal, kolaborasi atau rujukan.
Karakteristik, Nilai, Skema Dan Prinsip Model Midwifer Led Care
1) Karakteristik Midwifery Led Care (L&D), berikut ini adalah
karakteristik yang dimiliki Midwifery Led Care :
a) Kebidanan modern ialah prilaku dan reaksi atas rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Beberapa perempuan membutuhkan penguatan
untuk menerima rasa sakit dan menciptakan rasa nyaman disekitar
perempuan termasuk bidan.
b) Perempuan mampu mengatur kebutuhan diri dan reproduksi
mereka sendiri, penguatan dilakukan oleh bidan.
c) Perempuan melaporkan pengalaman asuhan kebidanan termasuk
kepuasa ibu mengenai informasi, saran, penjelasan, tempat
persalinan dan persiapan untuk persalinan dan kelahiran, serta
54
persepsi pilihan untuk meredakan rasa nyeri dan evaluasi tingkah
laku pemberi asuhan.
d) Kepuasan dalam berbaigai aspek asuhan kebidanan tampaknya
lebih tinggi pada asuhan yang dilakukan bidan dibandingkan model
asuhan yang lain.
2) Nilai Midwifery Led Care (L&D). Nilai-nilai yang dimiliki oleh
Midwifery Led Care (L&D) adalah sebagai berikut :
a) Respek terhadap individu dan kehidupannya
b) Fokus pada wanita dalam proses childbirth
c) Keterpaduan yang merefleksikan kejujuran dan prinsip moral
d) Keadilan dan kebenaran
e) Menerapakan proses dan prinsip demokrasi
f) Mengembangkan diri diambil dari pengalaman hidup dan proses
pendidikan
g) Pendidikan kebidanan merupakan dasar dari praktek kebidanan

b. Prinsip Model Midwifery Led Care

Bidan dalan memengang prinsip midwifery led care yaitu sebagai berikut :

55
1) Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik, psikis dan
lingkungan kultur social.
2) Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalin ditolong tanpa intervensi.

3) Mendukung dan meningkatkan persalinan alami.

4) Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu


dan seni.

5) Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama


untuk suatu pengambilan keputusan, tetapi wanita punya kontrol atau
keputusan akhir mengenai keaadan dirinya dan bainya.
6) Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik.

7) Berprinsif women centercer

c. Jenis dan Pendekatan Model Midwifery Led Care

Tim kebidan, bertujuan untuk menyediakan asuhan berkelanjutan


yang dilakukan oleh kelompok bidan dengan berbagai tugas. Perempuan
akan merima asuhan dari beberapa bidan sebagai tim kebidanan, jumlah
berpariasi.
Beban kasus kebidanan, bertujuan untuk menawarkan
kesinambungan hubungan yang lebih besar dari waktu kewaktu, dengan
memastikan bahwa seorang perempuan yang melahirkan menerima asuhan
antenatal, intra dan postnatalnya dari satu bidan atau pasangan praktiknya
(obgin).

d. Tujuan dan Pentingnya Model Midwifery Led Care

Model midwifery led care bertujuan untuk menyediakan pelayanan


tidak hanya dimasyarakat atau rumah sakit tetapi juga pada perempuan
sehat tanpa komplikasi atau kehamilan dengan resiko rendah.
Untuk dapat memberikan care ( asuhan) yang baik, bidan harus
menerapkan hal-hal berikut ini:
1) Lakukan intervensi minimal.
56
2) Memberikan asuhan yang komprehensif.

3) Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan.

4) Melakukan segala tindakan yang sesuai dengan standar, wewenang,


otonomi dan kompetensi.
5) Memberikan informed content.

6) Memberikan asuhan yang aman, nyaman, logis dan berkualitas.

7) Menerapkan ashan sayang ibu.

Yang dimaksud asuhan sayang ibu ini adalah :

a) Asuhan yang tidak menimbulkan penderitaan bagi ibu.

b) Ibu punya otonomi dalam setiap pengambilan keputusan.

c) Asuhan yang berorientasi dengan kebutuhn ibu.

d) Memberdayakan ibu/wanita dan keluarga.

SOAL
1. Sebutkan nila-nilai yang dimiliki oleh Midwifery Led Care (L&D) !
Jawab :
a. Respek terhadap individu dan kehidupannya
b. Fokus pada wanita dalam proses childbirth
c. Keterpaduan yang merefleksikan kejujuran dan prinsip moral
d. Keadilan dan kebenaran
e. Menerapakan proses dan prinsip demokrasi
f. Mengembangkan diri diambil dari pengalaman hidup dan proses
pendidikan
g. Pendidikan kebidanan merupakan dasar dari praktek kebidanan

57
2. Partnership

a. Primary Care

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang


berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara
setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri
dan menentukan nasib sendiri. Primary Health Care:

1) Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik


masyarakat dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-
sosial-biomedis dan pelayanan kesehatan masyarakat.
2) Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat
dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3) Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan
cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan
peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi
terhadap penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic,
pengobatan penyakit umum dan cedera serta penediaan obat esensial.
4) Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan,
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan,
penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan
sebagainya.

b. Women Centered Care


Women centred care adalah asuhan kesehatan yang berpusat pada
wanita. Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep
yang mencakup hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan
dan aspirasi masingmasing wanita dengan memperhatikan lingkungan
sosialnya daripada kebutuhan institusi atau profesi terkait (Asri Hidayat,
dkk, 2008:108). Women centred care adalah istilah yang digunakan untuk
filosofi asuhan maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan
kebutuhan pengguna, dan menekankan pentingnya informed choice,
kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respon
dan aksebilitas Women centred care adalah istilah yang menggambarkan

58
kesehatan yang menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi
wanita dan keluarganya, dalam konteks mempromosikan hasil kesehatan
yang optimal. Perempuancentredness dirancang untuk meningkatkan
kepuasan dengan pengalaman bersalin, perawatan dan meningkatkan
kesejahteraan bagi perempuan, bayi, keluarga dan profesional kesehatan,
yang merupakan komponen penting dari peningkatan kualitas kesehatan.
Dalam praktik kebidanan, “Women centred care” adalah konsep
yang menyiratkan hal berikut:
1) Perawatan yang berfokus pada perawatan wanita yang unik, harapan
dan aspirasi wanita tersebut daripada kebutuhan lembaga-lembaga atau
profesi yang terlibat.
2) Memperhatikan hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri
dalam hal pikiran, control dan kontinuitas perawatan dalam bidang
kebidanan. Meliputi kebutuhan janin, bayi atau keluarga wanita itu,
orang lain yang signifikan, seperti yang diidentifikasi dan dipercaya
oleh wanita tersebut.
3) Melibatkan peran serta masyarakat, melalui semua tahap mulai dari
kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran bayi.
4) Melibatkan kolaborasi dengan professional kesehatan lainnya bila
diperlukan.
5) ‘Holistik’ dalam hal menangani masalah social wanita, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spiritual dan budaya.

Women centred care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk


mengatasi berbagai pengalaman perempuan di seluruh dunia, meliputi
berbagai kondisi medis, budaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus
mencakup perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan
atau mengalami keguguran.
1) Prinsip-prinsip Woman Centred Care
a) Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam
perencanaan dan pemberian perawatan maternitas

59
b) Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka
dan keinginan daripada orang-orang staf atau manajer
c) Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang
tersedia selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal
d) Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu
membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang
peduli pada mereka.
e) Memberikan control perempuan atas keputusan-keputusan kunci
yang mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.
Women centred care harus mencakup:
1) Sebuah filosofi yang menegaskan perempuan itu sendiri, kekuatan dan
keterampilan, komitmen untuk mempromosikan persalinan fisiologis
dan kelahiran.
2) Kebidanan yang dipimpin perawatan kehamilan normal, kelahiran dan
periode pascanatal.
3) Layanan yang direncanakan dan disediakan dekat dengan perempuan
dan masyarakat dimana mereka tinggal atau bekerja.
4) Terintegrasi perawatan dibatas-batas sector akui dan primer.
5) Sebuah perspektif kesehatan masyarakat, yang mempertimbangkan
factor social dan lingkungan yang lebih luas, berkomitmen sumber
daya untuk perawatan kesehatan preventif dan bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan kesehatan dan social.
6) Maximized kontinuitas perawatan dan perawat, dengan satu kesatuan
perawatan kebidanan selama persalinan.
7) Focus pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari kehidupan
keluarga, bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi, dengan
memperhitungkan penuh makna dan nilai-nilai setiap wanita
membawa pengalaman keibuannya.
8) Pendanaan struktur dan komitmen yang mengakui hasil seumur hidup
kesehatan ibu dan bayi.
9) Keterlibatan pengguna yang melampaui tokenistic, untuk
mengembangkan kemitraan yang nyata antara wanita dan bidan.
60
10) Keluarga berpusat perawatan yang memfasilitasi pengembangan
percaya diri orangtua yang efektif.
11) Memperkuat kepemimpinan kebidanan dalam rangka untuk
mempromosikan keunggulan professional dan memaksimalkan
kontribusi pelayanan maternitas ke agenda kesehatan masyarakat yang
lebih luas.
12) Cukup membayar dan keluarga ramah kondisi kerja bagi semua bidan

Women centred care ini sangat sesuai dengan keinginan ICM


(International Confederation Of Midwifery) yang tertuang dalam visi-nya,
yaitu:
1) Bidan memberikan asuhan pada wanita yang membutuhkan asuhan
kebidanan.
2) Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai
kerjasama team dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan
wanita dan keluarga.
3) Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan di masa mendatang
termasuk pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh
wanita dan keluarga.
4) Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memberikan asuhan sesuai
dengan harapan wanita.
c. Empowering
Pemberdayaan Permpuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan ” sebagai sumber daya insani,
potensi yan dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak
dibawah laki-laki. Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status
perempuan dan peranan permpuan dalam masyarakat masih bersifat
subordinatif dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki”. Tujuan
Pembangunan Pemberdayaan Perempuan:

61
1) Untuk meningkatkan status, posisi dan kondisi perempuan agar dapat
mencapai kemajuan yang setrara dengan laki-laki
2) Untuk membangun anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan
bertaqwa serta terlindungi.
Realisasi Pemberdayaan Perempuan
1) Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang
kehidupan
2) Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan dalam
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
3) Meingkatkan kualitas perandan kemandirian organisasi perempuan
dengan mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan
4) Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua lembaga yang
memperjuangkan kesetaraan dan kaeadilan gender
5) Mengembangkan usaha pemeberdayaan perempuan, kesjahteraan
keluarga dan masyarakat serta perlindungan anak.
d. Trust
Kepercayaan adalah suatu keadaan yang terjadi ketika seorang mitra
percaya atas keandalan serta kejujuran mitranya. Kepercayaan melibatkan
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu karena keyakinan
bahwa mitranya akan memberikan apa yang ia harapkan dan suatu harapan
yang umumnya dimiliki seseorang bahwa kata, janji atau pernyataan orang
lain dapat dipercaya (Barnes, 2003:148). Sheth (2004) mendefinisikan
kepercayaan sebagai berikut “Trust is a willingness to rely on the ability,
integrity and motivation of the other party to act to serve the needs and
interests as a agreed upon implicitly or explicitly”.
Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting sebagai
berikut:
• Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia untuk bergantung
pada penyedia jasa dan juga bersedia untuk melakukan tindakan untuk
penyedia jasa.

62
• Kepercayaan memiliki tiga aspek dari karakteristik penyedia jasa yaitu
ability, integrity, motivation. Pertama-tama konsumen akan menilai
apakan provider cukup kompeten untuk menjalankan kewajibannya dan
melayani konsumen. Kedua konsumen akan menilai apakah perusahaan
memiliki integritas, dimana konsumen dapat percaya pada pekerjaan
perusahaan. Terakhir konsumen mempercayai bahwa penyedia jasa
memiliki motivasi untuk tidak melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan harapan konsumen.
• Pihak yang dipercaya akan menjaga pihak yang lain, memperlihatkan
kebutuhan dan harapan pihak lain tersebut, bukan hanya
memperlihatkan kebutuhan dan harapannya sendiri.

❖ Harapan Perempuan
Harapan perempuan dapat muncul dari kondisi sosialnya,
pendidikannya, dan pengalaman kelahiran sebelumnya. Informasi yang
telah diterima oleh perempuan akan meyakinkan tentang apayang
diharapkan perempuan saat menerima asuhan.
Perempuan menginginkan kenyamanan dan lingkungan yang
menyenangkan. Perempuan berharap bidan menyambut kedatangannya
yang sebelumnya bidan memperkenalkan dirinya, menanyakan identitas
perempuan dan pendamping, menemani perempuan masuk ke ruang
pemeriksaan dan mengkonfirmasi apakah akan melahirkan atau tidak,
bidan diharapkan membantu membuka pakaian perempuan. Selain itu
perempuan berharap bidan dapat membantu perempuan untuk percaya diri
selama kehamilan agar emosi perempuan dapat terkontrol saat persalinan. Hal ini
sangat mendukung pentingnya membina hubungan yang kondusif selama
kehamilan agar percaya diri menghadapi proses persalinan. Meskipun persalinan
caecar mejadi pilihan yang digemari saaat ini, masih banyak perempuan yang
membutuhkan bidan untuk dukungan, saran, dan bimbingan informasi. Berbagai
pengalaman positif antara bidan dan perempuan akan menjadikan motivasi
alamiah dalam menjalani persalinan.

63
Pada saat bersalin perempuan mengalami stress dan kelelahan. Bidan
diharapkan memfasilitasi lingkungan yang memungkinkan agar proses
persalinan berjalan lancar serta informasi yang akurat agar perempuan dpat
membuat keputusan yang relevan. Pada saat kelahiran bayi, perempuan
berharap bidan mengajarkan cara merawat bayinya, dan perempuan
berharap bidan dapat mengembalikan nilai-nilai inti dan profesi kebidanan
dan menjadikan kebanggaan profesional untuk mengangkat persepsi
publik. Meskipun berbeda dalam konteks, budaya organisasi, layanan,
serta proses rujuan, pandangan perempuan dari kebutuhan, dan harapan
tentang pelayanan yag mereka harapkan sangat mirip. Setelah kelahiran
diharapkan bidan tetap bersikap interpersonal, memberikan keterampilan
klinis, pengetahuan, dan perawatan yang positif.

SOAL
1. Apa yang disebut dengan PHC ?
Jawab : Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri dan menentukan nasib sendiri

3. Social Model (Vs Medical Model)

a. Whole person- physiology spiritual


1) Family / Keluarga. Hal ini sangat ditekankan sebagai hal pertama yang
harus diberi perhatian khusus dalam menjaga keseimbangan hidup kita.
Dengan alasan tuntutan pekerjaan, kita sering melupakan menghabiskan
waktu bersama keluarga. Keluarga adalah harta yang paling berharga.

64
2) Health / kesehatan Makan-makanan yang sehat dan bersih, banyak
minum air mineral, kurangi makan makanan yang tidak sehat, dan
berolahrgalah secara rutin. Onderdil tubuh hanya ada 1, rawatlah
sebaik-baiknya supaya tetap bisa bekerja dengan baik dan optimal.
Tidak ada pengganti sebaik onderdil asli dan biaya penggantiannya
sangat mahal.
3) Education & Personal Growth / Pendidikan dan pengembangan pribadi.
tidak akan pernah merasa cukup untuk belajar. Jangan cepat merasa
cukup hebat, cukup belajar, karena jaman terus berkembang. Jika kita
tidak mau belajar hal baru, maka kita akan tertinggal. Ilmu yang
digunakan 5 tahun yang lalu, belum tentu bisa digunakan saat ini. Keep
update, besarkan kapasitas masing-masing.
4) Carier / Karier. Dapatkan pencapaian-pencapaian tertentu dalam dunia
kerja, meraih penghargaan
5) Financial / Keuangan. Dengan memiliki karier yang bagus, bisnis yang
bagus, dan mempersiapkan untuk mengantisipasi resiko keuangan yang
mungkin terjadi.
6) Service & Giving Back / melayani memberi sumbangan. Tanamkan
sifat mau melayani sesama
7) Spiritual. Jika kita memiliki spiritual yang baik hal-hal baik akan selalu
datang Konsep whole person ini menekankan kepada keseimbangan
pikiran dan tubuh Karena dengan pikiran yang baik dan badan yang
sehat akan membuat kehidupan lebih baik.
“Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan di dalam
dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh
dan tidak ada individu yang sama”. Dalam implementasinya: “Praktik
kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner
dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik,
psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi”.
Kutipan di atas merupakan pernyataan yang termuat dalam falsafah

65
kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan praktik kebidanan yang
termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia. Profesi bidan berperan dalam
memberikan asuhan yang aman, bersifat holistik, dan berpusat pada individu
di segala batasan usia dan berbagai setting kehidupan.
Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling komprehensif dalam
pelayanan kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam pendekatan ini, seorang
individu merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental,
emosional, sosio kultural dan spiritual, dan setiap bagiannya memiliki
hubungan dan ketergantungan satu sama lain. Untuk mempertahankan
seorang individu sebagai satu kesatuan, pemenuhan kebutuhan spiritual
merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan disamping pemenuhan
terhadap kebutuhan lain. Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan
pelayanan kesehatan sebagian besar hanya membahas tentang spiritualitas
pada akhir kehidupan, sedangkan aspek spiritualitas sendiri juga melekat pada
praktik dan peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan (kebidanan),
dan termasuk di dalamnya adalah proses kelahiran. Fatma Sylvana Dewi
Harahap (2018) dalam penelitiannya berjudul “Keseimbangan Fisik, Psikis,
dan Spiritual Islam pada Masa Kehamilan dan Persalinan” memaparkan
tentang pentingnya keseimbangan fisik, psikis dan spiritual dalam asuhan
kebidanan. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa Indonesia merupakan
negara yang menganut budaya ketimuran dalam tatanan kehidupan sehari-hari
masyarakatnya. Keberagaman agama dan budaya merupakan entitas yang
mendasari pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual ibu hamil dengan
mempertemukan kedua komponen tersebut

• Spiritualitas
Hingga saat ini masih terjadi perdebatan terkait definisi spiritualitas. Donia
Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care
Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa spiritualitas
dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan yang menyatukan semua aspek
manusia, termasuk komponen agama, memberikan dorongan kepada
seseorang untuk menemukan arti, tujuan, dan pemenuhan dalam
66
kehidupan, serta dan menumbuhkan semangat untuk hidup. Konsep
spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam pelayanan
kebidanan. Price et al. (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The
Spiritual Experience of High‐Risk Pregnancy” menyebutkan bahwa aspek
spiritualitas membantu dalam mengatasi stres pada kehamilan risiko
tinggi, dan diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.
Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam publikasinya menyebutkan
bahwa asuhan kebidanan yang diberikan selama kehamilan dengan
memperhatikann keseimbangan fisik, psikis dan spiritual pada wanita
dengan risiko rendah dapat menurunkan intervensi medis dalam proses
persalinan. Dalam publikasi yang sama, Fatma Sylvana Dewi Harahap
(2018) dengan mengutip dari berbagai sumber menyebutkan efek positif
dari pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam asuhan kebidanan, baik saat
kehamilan, persalinan, maupun nifas yang dikutip dari berbagai sumber.
Dalam kehamilan, asuhan kebidanan yang diberikan secara seimbang, baik
aspek fisik, psikis, dan spiritual akan meningkatkan derajat kesehatan,
serta menghindarkan kecemasan. Kondisi ini jika dijaga, dapat
meningkatkan keyakinan ibu hamil serta menghindarkan ibu dari persoalan
psikologis saat menghadapi dan menjalani proses persalinan, disebabkan
spiritualitas sendiri merupakan bentuk coping dalam menghadapi
persalinan. Dalam masa setelah melahirkan, spiritualitas membantu proses
penyembuhan dan mengurangi depresi postpartum.
• Spiritual Care
Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa kehamilan
berdampak positif pada hasil persalinan. Pengabaian terhadap aspek
spiritual dapat menyebabkan klien akan mengalami tekanan secara
spiritual. Dalam melakukan asuhan kebidanan yang holistik, pemenuhan
kebutuhan spiritual klien dilakukan dengan pemberian spiritual care.
Aspek penghormatan, menghargai martabat dan memberikan asuhan
dengan penuh kasih sayang merupakan bagian dari asuhan ini. Donia
Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul Spiritual Care
Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa dalam
67
memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya
mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan
memperhatikan aspek penghormatan pada klien. Bidan juga berperan
memfasilitasi klien dalam melakukan kegiatan ritual keagamaan. Selain
itu, membangun komunikasi, memberikan perhatian, dukungan,
menunjukkan empati, serta membantu klien untuk menemukan makna dan
tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan kondisi yang sedang mereka
hadapi. Spiritual care dapat membantu klien untuk dapat bersyukur dalam
kehidupan mereka, mendapatkan ketenangan dalam diri, dan menemukan
strategi dalam menghadapi rasa sakit maupun ketidaknyamanan yang
dialami, baik dalam masa kehamilan, maupun persalinan. Selain itu, hal ini
juga akan membantu klien dalam memperbaiki konsep diri bahwa kondisi
sakit ataupun tidak nyaman yang dialami juga bentuk lain dari cinta yang
diberikan oleh Tuhan.
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif dalam
kehidupan seorang wanita. Pemberian asuhan kebidanan dengan tidak
mengabaikan aspek spiritual merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase tumbuh
kembang anak yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan
berkontribusi positif bagi masyarakat merupakan harapan bersama. Bidan
sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam kesehatan ibu dan anak
diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan pemahaman holistik
terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018)
"merekonstruksi bangunan keseimbangan kesehatan dengan sinergitas
fisik, psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui pendidikan dan
pelayanan kebidanan".
b. Respek dan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat,
dengan mendorong, memptivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi
tindakan nyata (Zubaed, 2007)sedangkan Erich Fromm, seorang filsuf

68
Jerman mengatakan bahwa “To respect a person is not possible without
knowing him; care and responsibility would be blind if they were not
guided by knowledge”. Jadi seseorang yang melakukan aktivitas “respek”
seharusnya didasari oleh ilmu pengetahuan yang akan membimbingnya
memberikan perhatian dan bertanggung jawab sehingga dapat mengerti
akan seseorang. Respek adalah mengakui, menghargai dan menerima
siswa apa adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima
pendapat dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk
berkomunikasi dengan siswa dan tidak hanya menghargai akademik,
memberi keamanan psikologis dan memberi pengalaman sukses kepada
siswa (Paterson, 1973). Salah satu prinsip dasar dalam berkomunikasi
secara efektif adalah dengan memberikan penghargaan jujur dan tulus.
Kebutuhan untuk dihargai merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi. Dalam konsep manajerial, supaya dapat membangkitkan
antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah
dengan memberikan penghargaan yang tulus. Rogers mulai mengangkat
tema “Respect” dalam artikelnya yang terbit tahun 1957 (Patterson,1985).
Dia menyebutkan bahwa respek merupakan penghargaan tanpa syarat
sebagai salah satu kondisi untuk merubah kepribadian secara konstruktif.
Penghargaan positif yang tanpa syarat ketika hal ini tidak bergantung pada
tingkah laku orang lain. Mereka dihargai sebagai seorang manusia bukan
sebuah kumpulan tingkah laku. Rogers menggunakan pernyataan ini untuk
menjelaskan bahwa kondisi ini termasuk didalamnya menerima orang lain
sebagai seorang manusia, dengan aspek negatif sebagaimana aspek
positifnya. Kondisi respek didalamnya ada perhatian, menghargai, menilai
dan menyukai. Orang lain dihargai sebagai seorang manusia yang dia
butuhkan dalam respek terhadap dirinya (Patterson,1985). Aspek kondisi
respek yang lain adalah nonpossessive warmth. Adalah sebuah bentuk
melihat kenyataan diri seeorang dengan sebuah kepercayaan dan cinta
tulus padanya. Namun ini tidak bermaksud pasif atau tidak merespon,
nonpossesive warmth adalah sebuah aksi positif secara personal. Respek

69
dapat dikomunikasikan dalam beberapa cara, seperti kehangatan dan suara
yang dimodulasikan, terbuka dan jujur, benar-benar genuine. Carkhuff dan
Berenson(1967) merasakan bahwa unconditional positive regard atau
menerima tanpa syarat sebagaimana nonpossesive warmth.
c. Rasional / subjektif
Rasional ialah suatu pikiran seseorang yang didasarkan pada sebuah
pertimbangan akal sehat dan logis. Atau dapat juga dikatakan sebagai
sesuatu yang dilakukan berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang
logis, pikiran yang sehat, dan cocok dengan akal. Jadi yang dinamakan
dengan pilihan rasional ialah suatu pilihan yang didasarkan atas rasio akal
sesuai dengan logika pribadi individu masing-masing. Rasionalitas mucul
ketika dihadapkan sama banyaknya suatu pilihanpilihan yang ada di depan
mata, yang memberi kebebasan untuk menentukan. pilihan, dan menuntut
adanya satu pilihan yang harus ditentukan. Suatu pilihan dapat dikatakan
rasional apabila pilihan tersebut diambil dengan maksud untuk
memaksimalkan kebutuhannya. Pilihan rasional yang diambil akan
menghasilkan konsekuensi tertentu berupa sikap maupun tindakan.
d. Lingkungan yang terpadu
Lingkungan adalah kombinasi dari kondisi fisik meliputi keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di darat dan di laut, dengan lembaga-lembaga yang
mencakup penciptaan manusia sebagai keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik. Lingkungan juga dapat diartikan ke dalam
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia. Terdapat pembidangan persyaratan
perizinan lingkungan terpadu yang mengakomodasi segala bentuk
komponen dasar perlindungan, yang dalam hal ini meliputi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1) Persyaratan standar (”standard condition”);
2) Persyaratan batas (”limit condition”);
3) Persyaratan operasi (”operating condition”);

70
4) Persyaratan pemantauan (”monitoring condition”);
5) Persyaratan pelaporan (”reporting condition”)
e. Antisipasi keadaan normal
Sikap Antisipasi adalah sikap yang dilakukan seseorang sebelum
terjadinya sesuatu yang bertujuan untuk mengurangi kerugian yang terjadi.
Antisipasi ialah presepsi,pendapat yang terbentuk sebelumnya mengenai
sesuatu.Gagasan antisipasi disuarkan oleh mahzab Epikurean. Antisipasi
menunjukkan sebuah konsep unium yang muncul dalam kesadaran
sebelum persepsi terhadap hal-hal individual kongkret yang berlangsung
berdasarkan logos. Tampilnya aktivitas-aktivitas pengaturan-diri
itu,termasuk dalam usaha mempromosikan kesehatandidasari oleh tiga
prinsip pengaturan-diri, yaitu: antisipasi pengaturan (regulatory
anticipation), rujukanpengaturan (regulatory reference) dan fokus
pengaturan(regulatory focus) (Higgins, 1997). Ketiga predisposisiitu
berperan dalam pengaturan tingkahlaku apa yang dianggap baik untuk
ditampilkan dan tingkahlaku apa yang sebaiknya dihindari (Higgins,
Grant, dan Shah,1999; Friedman & Förster 2001). Antisipasi pengaturan
mempengaruhi persepsi tentang masa depan dan bagaimana menyikapi
situasi yang akan datang. Antisipasi pengaturan didasari oleh kemampuan
orang mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan
pengalaman-pengalaman di masa lalunya. Secara umum ada dua jenis
antisipasi yaitu:
1) Antisipasi untuk menghindari kesakitan
2) Antisipasi memperoleh kenikmatan.
Pengaturan-diri yang dilakukan orang secara umum mengandung
dua antisipasi ini, yaitu menghindari kesakitan yang diantisipasi dan
mendekati kenikmatan yang diantisipasi. Ada orang yang antisipasi
pengaturannya didasari oleh antisipasi terhadap kesakitan sehingga ia
cenderung melakukan tingkahlaku menghindari dari kesakitan. Di pihak
lain, ada orang yang pengaturan antipasinya didasari oleh antisipasi
terhadap kenikmatan yang mungkin diperoleh sehingga ia cenderung

71
menampilkan tingkahlaku mendekati hal-hal yangdiantisipasi
menghasilkan kenikmatan (Higgins, 1997).
Rujukan pengaturan adalah gambaran-gambaranemosional yang
dirujuk oleh seseorang dalam kegiatan-kegiatan mengatur dirinya. Variasi
gambaran emosionalitu terdiri dari muatan emosi yang menyenangkan
danmuatan emosi yang menyakitkan. Gambaran-gambaranitu diperoleh
dari pengalaman-pengalaman masa lalu.Jika di masa lalu seseorang lebih
banyak mengalamikejadiankejadian yang menyakitkan, maka besar
kemungkinan bahwa ia selalu merujuk kepada situasi yang menyakitkan.
Sebaliknya, jika di masa lalu ia banyak mengalami kesenangan, maka
besar kemungkinannya ia selalu merujuk kepada situasi yang
menyenangkan. Ada dua jenis rujukan pengaturan. Pertama, pengaturan
penghindaran hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan dengan rujukan
keadaan-akhir yang tak diinginkan, disingkat dengan istilah “rujukan
pengaturan-diri kepada keadaan akhir yang tak diinginkan”.
Kedua, pengaturan pendekatan terhadap hal-hal yang mempermudah
pencapaian tujuan dengan rujukan keadaan-akhir yang diinginkan atau hal-
hal yang menyenangkan yang ingin dicapai. Jenis kedua ini disingkat
dengan istilah “rujukan pengaturan-diri kepada hal-hal menyenangkan
yang ingin dicapai. Fokus pengaturan adalah kecenderungan tingkahlaku
yang ditampilkan seseorang dalam mengatur dirinya; bisa disebut sebagai
strategi penentuan tingkahlakudalam rangka pencapaian tujuan (Higgins,
1997).
Ada dua fokus pengaturan :
1) Fokus pengaturan prevensi(pencegahan), dan
2) Fokus pengaturan promosi
Fokus pengaturan prevensi memiliki ciri-ciri:
1) Secara strategis menghindari kesalahan pencapaian keadaan yang ingin
dicapai (dan menghindaritingkahlaku yang mendekatkan pada keadaan
yang tak diinginkan)
2) Memastikan penolakan yang tepat;

72
3) Memastikan diri menentang kehendak yang menjauhkan dari
pencapaian tujuan dan menghindari kesalahan tindakan.
Fokus pengaturan promosi memiliki ciri-ciri:
1) Secara strategis mendekati hal-hal yang mendukung pencapaian
keadaan yang diinginkan (dan mendekati tingkahlaku yang tidak sesuai
dengan keadaan yang tak diinginkan);
2) Memastikan pencapaian sasaran; dan
3) Memastikan tidak ada kelalaian dan langkah yang terlewat.
Ketiga prinsip itu, meski merupakan predisposisi kepribadian, secara
teoritis isinya dapat diubah melalui serangkaian proses perubahan
keyakinan, sebaliknya juga ketiga prinsip itu, terutama fokus pengaturan,
mempengaruhi kecenderungan perubahan tingkahlaku (Liberman, Idson,
Camacho & Higgins 1999). Dengan demikian, pembiasaan perilaku
promosi kesehatan dapat dilakukan pula melalui serangkaian program
yang memfasilitasi proses-proses perubahan itu. Namun, sejauh ini belum
ada studi khusus yang meneliti hubungan antara prinsip-prinsip
pengaturan-diri dan kesehatan secara empirik. Oleh karen ini, sebelum
memikirkan dan meneliti program apa yang dapat dijalankan untuk
mengubah prinsip-prinsip pengaturan-diri dalam rangka pembiasaan
perilaku promosi
f. Seni
Seni dalam praktik kebidanan adalah kemampuan seorang bidan
dalam melakukan asuhan atau praktek kebidanan kepada pasien dengan
ketrampilan dan kemampuan yang dia miliki. Keberhasilan seorang bidan
dalam melakukan tugasnya sangat bergantung pada seni yang ia miliki,
karena seni merupakan kemampuan yang ia miliki sebagai seorang bidan.
Banyak seni yang dapat diaplikasikan oleh para tenaga kesehatan
khususnya bidan untuk menolong pasiennya, macam-macam seni itu
mempunyai manfaat masing-masing yang dapat membantu proses
pemberian pelayanan kesehatan yang nyaman dan memuaskan.

73
Diantaranya seni yang sering diaplikasikan oleh seorang bidan adalah
sebagai berikut:
1) Dukungan psikis dari suami Dukungan psikis dari suami sangat
membantu proses pemberian pelayanan kesehatan dalam praktek
kebidanan. Hal itu telah banyak dibuktikan dan hasilnya memang
benar-benar terbukti. Dukungan psikis dari suami dapat menambah
dukungan dan semangat seorang ibu dalam proses persalinan.
2) Perasaan seorang ibu yang tengah berjuang melahirkan bayinya harus
mendapat dukungan psikis dari keluarga khususnya suami karena
dukungan itu sendiri merupakan obat yang mujarab yang dapat
membantu untuk mencapai keberhasilan.
3) Posisi ibu saat melahirkan Seni dalam praktek kebidanan dapat
diterapkan dalam seni bidan dalam mengatur posisi seorang ibu yang
akan melahirkan. Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin
dan melahirkan memilih sendiri posisi persalinan yang diinginkannya
dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan kebebasan
untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.
Manfaat pemilihan posisi berdasarkan pilhan ibu:
a) Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan.
b) Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek.
c) Laserasi perineum lebih sedikit.
Macam-macam posisi yang dapat dipilih oleh seorang ibu:
a) Posisi terlentang (supine).
b) Posisi duduk/setengah duduk .
c) Posisi jongkok/ berdiri.
d) Berbaring miring kekiri
e) Posisi merangkak
4) Teknik persalinan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini) IMD atau Inisiasi.
Menyusui Dini adalah adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, di mana bayi diletakkan di dada ibu dan dibiarkan bergerak
untuk mencari puting susu ibunya sendiri. Menurut penelitian

74
diperkirakan sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat di cegah bila
bayi di susui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Pada satu
jam pertama ini bayi harus disusukan pada ibunya, bukan untuk
pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan
menghisap puting susu dan mempersiapkan ibu untuk mulai
memproduksi ASI kolostrum (depkes), kolostrum ini sangat berguna
bagi bayi.
• Cara Pendekatan Pengaplikasian Seni Dalam Praktik Kebidanan
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab
memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran
fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang
dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk
pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam
melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya
paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa
pelayanan atau informasi yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu
yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya. Pelayanan
kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara
berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,
ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan
baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembati
pelayanannya kepada pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang
optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan

75
dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah
profesi, antara lain:
1) Memiliki pengetahuan yang adekuat.
2) Menggunakan pendekatan asuhan kebidanan
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi,melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan
yang dapat digunakan dengan berbagai cara misalnya paguyuban, kesenian
tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang
diberikan guna meningkatkan guna bidan.
g. Lokal/Komunitas
Berdasarkan kesepakatan antara ICM, FIGO, WHO pada tahun 1933
menyatakan bahwa bidan adalah seorang telah mengikuti pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan
pendidikan dan lulus serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan
praktik kebidanan. Menurut IBI, Bidan adalah seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi
diwilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kualifikasi untuk
diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.
Komunitas Berasal dari bahasa latin: - comunicans : kesamaan -
communis : sama, public, banyak - community : masyarakat setempat
Menurut J.H Syahlan bidan komunitas adalah bidan yang berkerja
melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu. Menurut United
Kingdom Central Council for Nursing Midwifery Health para praktisi
bidan yang berbasis komunitas harus dapat memberikan supervise yang
dibutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan
BBL secara komprehensif. Kebidanan Komunitas adalah pelayanan
kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan

76
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kebidanan.
Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan
untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam
keluarga di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar
rumah sakit atau institusi. Kebidanan komunitas dapat juga merupakan
bagian atau kelanjutan dari pelayanan yang diberikan dirumah sakit dalam
upaya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses kelahiran. Bidan
komunitas mempunyai pengetahuan yang luas dalam segala aspek dalam
kehamilan dan persalinan karena tugasnya adalah bersama-sama
perempuan sebagai partner untuk menerima secara positif pengalaman
proses kehamilan dan persalinan, serta mendukung keluarga agar dapat
mengambil keputusan atau pilihan secara individual berdasarkan informasi
yang telah diberikan.
• Tujuan Kebidanan Komunitas
Tujuan umum:
1) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak, balita dalam keluarga
sehingga terwujud keluarga sehat kesehatan dalam komunitas
tertentu
2) Meningkatkan kemandirian kesehatan dalam mengatasi masalah
kebidanan komunitas untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Tujuan khusus:
1) Mengidentifikasi masalah kebidanan komunitas
2) Melakukan upaya promotif dan preventif pelayanan Kesehatan
3) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh Masyarakat
4) Mengidentifikasi struktur masyarakat daerah setempat
5) Meningkatkan kemampuan individu/keluarga/masyarakat untuk
melaksanakan askeb dalam rangka mengatasi masalah

77
6) Tertanganinya kelainan resiko tinggi/rawan yang perlu pembinaan
dan pelayanan kebidanan
7) Tertanganinya kasus kebidanan dirumah
8) Tertanganinya tidak lanjut kasus kebidanan dan rujukan
9) Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
10) Pelayanan KIA/KB/imunisasi
11) Menggambarkan keadaan wilayah kerja dengan daerah
12) Mengidentifikasi faktor penunjang KIA/KB diwilayah
13) Bimbingan pada kader posyandu/kesehatan/dukun bayi
14) Mengidentifikasikan kerjasama LP/LS
15) .Kunjungan rumah
16) Penyuluhan laporan dan seminar dan evaluasi
17) Askeb pada sasaran KIA
18) Menolong persalinan rumah
19) Melakukan tindakan kegawatdaruratan kebidanan sesuai
kewenangan
• Sasaran Kebidanan Komunitas
1) Ibu : Pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa
interval, menopause
2) Anak : Meningkatkan kesehatan janin dalam kandungan, bayi,
balita, prasekolah, dan anak usia sekolah
3) Keluarga : Pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi,
pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah persalinan, perbaikan
gizi, imunisasi
4) Kelompok penduduk : Kelompok penduduk rumah kumuh, daerah
terisolir, daerah tidak terjangkau
5) Masyarakat : Dari satuan masyarakat terkecil sampai masyarakat
keseluruhan : remaja, calon ibu, kelompok ibu.
• Ruang lingkup kebidanan komunitas:
1) Promotif (peningkatan kesehatan)
2) Informasi tentang imunisasi pada ibu

78
3) Ibu yang memiliki bayi
4) Penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil
5) Informasi tentang tanda bahaya kehamilan - ASI eksklusif.
6) Preventif (pencegahan penyakit)
7) Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
8) Pemberian tablet Fe
9) Pemeriksaan kehamilan, nifas, dll
10) Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
11) Kuratif (pemeliharaan dan pengobatan)
12) Perawatan payudara yang mengalami masalah
13) Perawatan bayi, balita, dan anak sakit dirumah
14) Rujukan bila diperlukan
15) Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
16) Latihan fisik pasca ibu bersalin
17) Pemberian gizi ibu nifas
18) Mobilisasi dini pada ibu pasca salin 5.
19) Resosiantitatif (mengfungsikan kembali individu, keluarga,
kelompok masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya)
20) Menggerakkan individu
21) Masyarakat kelingkungan masyarakatnya seperti dasawisma, desa
siaga, tabulia
Membuat masyarakat untuk melakukan suatu program dalam bidang
kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut
• Peran dan fungsi kebidanan komunitas
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sebagai bidan yang
bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di
komunitas, yaitu :
1) Sebagai Pendidik Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di
masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya merubah perilaku

79
komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam
berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan
memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan
ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan
sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara
langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak langsung misalnya
dengan poster, leaflet, spanduk dan sebagainya.
2) Sebagai Pelaksana (Provider) Sesuai dengan tugas pokok bidan
adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini
bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai
pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi
kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan
b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan
masa interval dalam keluarga
c) Pertolongan persalinan di rumah
d) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan resiko tinggi
di keluarga
e) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan
f) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.
g) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
3) Sebagai Pengelola Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat
melaksanakan kegiatan praktik Mandiri. Bidan dapat mengelola
sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah
sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes,
posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin
dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang
pendidikannya lebih rendah.

80
4) Sebagai Peneliti Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan
pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan masyarakat.
Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotesis
dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan,
maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan
komunitas yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera
melaksanakan Tindakan
h. Teknologi sebagai penolong
Teknologi tepat guna Suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
berguna serta sesuai dengan fungsinya.
Manfaat teknologi tepat guna yaitu :
• Meningkatkan taraf hidup & kesejahteraan Masyarakat
• Mempermudah & mempersingkat waktu pekerjaan tenaga kesehatan
dan klien
• Hasil diagnosa akan lebih akurat , cepat dan tepat
• Lebih cepat ditangani oleh tenaga Kesehatan
• Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi
tepat guna tersebut.
Fungsi teknologi tepat guna:
• Alat kesehatan yang digunakan sesuai
• Dengan kebutuhan masyarakat yang tepat yang tepat
• Biaya yang di gunakan cukup rendah dan relatif murah
• Tehnis cukup sederhana dan mampu di pelihara
• Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosisi suatu penyakit
Dampak teknologi tepat guna:
❖ DAMPAK POSITIF :
➢ Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka
masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan
yang lebih efisien dan efektif
➢ Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam
kebidanan akan lebih sederhana dan mudah.
81
❖ DAMPAK NEGATIF :
➢ Jika penggunaanya teknologi tepat guna tidak sesuai dengan lingkup
yang memerlukan makan itu akan sia – sia .contoh , penggunaan
USG di daerah pedalaman, di sana tidak ada yang mengelola dan
tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat di sana.
➢ Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang
tidak ahli akan menimbulkan resiko terhadap pasien.
Macam teknologi terapan dan tepat guna dalam pelayanan kebidanan:
• Tourniquet Fetal Doppler : alat yang di gunakan utuk mendeteksi
denyut jantung bayi, yang mengunakan prinsip pantulan glombang
elektro magnetik, alat ini alat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, sangat di sarankan untuk di miliki di rumah sebagai
deteksi rahim harian , selain aman juga mudah dalam penggunaanya
serta harga yang sangat terjangkau untuk di miliki.
• Fetal Doppler Sunray : salah satu jenis dan merk doppler yang di
gunakan untuk mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan ,
fetal doppler ini sangat praktis di gunakan baik secara pribadi atau di
gunakan oleh kalangan para medic.
• Staturmeter : alat yang di gunakan untuk mengukur tinggi badan , alat
ini sangat sederhana pada desainnya karna hanya di tempelkan pada
tembok bagian atas dan ketika akan di gunakan hanya perlu untuk
menariknya sampai kebagian kepala teratas , sehingga dapat di ketahui
tinggi bandan orang tersebut.
• Eye Protector Photo Therapy : alat yang di gunakan untuk melindungi
bagian mata bayi pada saat di lakukan pemeriksaan dengan
menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang
menggunakan media sinar agar tidak mengganggu penglihatan bayi
yang akan di periksa
• Alat Pengukur Panjang Bayi : merupakan peralatan sederhana yang
biasa di gunakan oleh bidan dan petugas posiando, untuk mengertahui

82
perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dan
mistar yang mudah di baca.
• Breast Pupm : biasanya di gnakan oleh para ibu yang berkarir di luar
rumah, agar ASI tidak terbuang dengan percuma, sehingga tetap bisa
mendapatkan ASI dari bunda nya
• Lingkar Lengan Ibu Hamil : tanda yang di gunakan untuk
mempermudah mengidentifikasi bayi dan bundanya, pada umumnya di
pakaikan pada bayi dan bunda nya di rumah sakit bersalin
• Reflek Hammer / Reflek Patela : Sejenis hammer yang dilapisi dengan
karet yang digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota
tubuh biasanya kaki.
• Tali Pusat Clem Nylon : Adalah merupakan alat yang digunakan untuk
menjepit tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan.
• Tourniquet : alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada
pengmbilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada lengan saat akan
dilakukan pengabilan darah segar, agar darah bisa lebih mudah untuk di
ambil
i. Menghargai perbedaan
Menghargai perbedaan saat bermasyarakat, berada di sekolah dan
lingkungan kerja menjadi penting. Indonesia adalah negara multikultural,
tapi bukan negara multikulturalis. Karena itu multikulturalisme tidak
menjadi solusi dalam pengelolaan keragaman di Indonesia.Beberapa
kategori multikulturalisme yang diproblematisasi di Indonesia, terutama
misalnya, terkait dengan pertanyaan siapa orang asli, minoritas nasional,
dan imigran dalam konteks masyarakat Indonesia. Keberagaman di
Indonesia terbentuk dari lebih banyak varian daripada yang terjadi di
belahan dunia Barat. Dalam varian itu terdapat adat istiadat, hubungan
dengan keturunan suku bangsa yang sudah tinggal di Indonesia sejak lama.
Kondisi masyarakat yang beragam, sangat signifikan di mana masyarakat
mudah terpecah dengan isu-isu menyangkut agama, kebudayaan, ras dan

83
lain sebagainya. Oleh sebab itu konflik rasial dan konflik agama cepat
sekali membesar dan membutuhkan penanganan serius dari pemerintah.
j. Kepercayaan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan
seseorang. Mcknight et al. Menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen yaitu reputation, dan
perceived quality.
1) Reputation reputasi merupakan suatu atribut yang diberikan kepada
penjual berdasarkan pada informasi dari orang atau sumber lain.
Reputasi dapat menjadi penting untuk membangun kepercayaan
seorang konsumen terhadap penjual karena konsumen tidak memiliki
pengalaman pribadi dengan penjual, Reputasi dari mulut ke mulut yang
juga dapat menjadi kunci ketertarikan konsumen. Informasi positif yang
didengar oleh konsumen tentang penjual dapat mengurangi persepsi
terhadap resiko dan ketidakamanan ketika bertransaksi dengan penjual.
Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan konsumen tentang
kompetensi, benevolence, dan integritas pada penjual
2) Perceived quality Perceived quality yaitu persepsi akan kualitas baik
itu dari segi produk, pelayanan maupun penghargaan. Tampilan serta
desain perusahaan jua dapat mempengaruhi kesan pertama yang
terbentuk. Menurut Wing Field (dalam Chen & Phillon,).
k. Intuisi/Memaknai Intuisi
Secara harfiah intuisi dapat diartikan perasaan batin atau getaran jiwa yang
dapat merasakan sesuatu, yang selanjutnya menimbulkan pengaruh ke
dalam sikap, ucapan dan perbuatan.Intuisi adalah istilah untuk kemampuan
memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional danintelektualitas.
Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di
luar kesadaran.Intuisi adalah sensasi yang muncul secara tiba-tiba tanpa
disadari orang yang bersangkutan. Kerap kali, intuisi menjadi dasar pilihan
seseorang ketika dihadapkan pada beberapa pilihan sekaligus
l. Hubungan
Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih
yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan
terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. Hubungan dapat dibedakan

84
menjadi hubungan dengan teman sebaya, orang tua, keluarga, dan
lingkungan sosial.
m. Aktualisasi diri (Mackenzie et al, 2010)
Carl Rogers dan Abraham Maslow adalah tokoh dalam aliran psikologi
pertumbuhan yang menyebutkan aktualisasi diri sebagai tingkatan dalam
menuju kepribadian yang sehat. Menurut Duane Schutz aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta
potensi psikologisnya yang unik. Rogers percaya bahwa manusia memiliki
dorongan yang telah dibawa sejak lahir untuk menciptakan, dan hasil
ciptaan yang sangat penting adalah menjadi diri sendiri (Schlutz, 1991).
Sedangkan aktualisasi diri menurut Maslow yang dikutip pula oleh Duane
Schlutz didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan
penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas
kita (Schlutz, 1991). Abraham Maslow juga mendasarkan teorinya yang
dikutip oleh Hasyim Muhammad bahwa aktualisasi diri pada sebuah
asumsi dasar, yaitu manusia pada hakekatnya memiliki nila intrinsik
berupa kebaikan. Dari sinilah manusia memiliki peluang untuk dapat
mengembangkan dirinya. Perkembangan yang baik sangat ditentukan oleh
kemampuan manusia untuk mencapai tingkat aktualisasi diri (Muhammad,
2002).
❖ Aktualisasi Diri Sebagai Tingkatan Kebutuhan
Tingkatan kebutuhan dapat digambarkan seperti sebuah anak tangga.
Kita harus meletakan kaki pada anak tangga paling bawah sebelum
mencapai anak tangga berikutnya, demikian seterusnya. Dengan cara
yang sama pula kebutuhan yang paling rendah dan paling tinggi harus
di puaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua, ketiga, keempat
dan seterusnya hingga sampai pada tingkat paling tinggi. MIF Baihaqi
mengutip Maslow, pada awalnya, ia mengemukakan ada lima
kebutuhan manusia, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan memiliki dan cinta, kebutuhan akan penghargaan
dan aktualisasi diri. Kelima kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
dasar (basic needs), namun dalam tulisan-tulisan yang timbul
kemudian, Maslow dalam kutipan MIF Baihaqi mengemukakanadanya
kebutuhan tambahan, berupa kebutuhan untuk mengetahui dan
memahami, serta kebutuhan estetika/estetis (Baihaqi, 2008). Adapun
uraian dari tujuh kebutuhan dasar (basic needs) sebagai berikut:
1) Kebutuhan Fisiologis

85
Kebutuhan paling dasar, paling kuat dan paling jelas di antara sekian
banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupan (fisik). Kebutuhan ini meliputi: oksigen,
air, makanan-minuman, serta kebutuhan- kebutuhan fisik lain.
Kebutuhan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup, karenanya
kebutuhan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan terkuat dari
semua kebutuhan. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan,
harga diri dan cinta, maka ia akan memburu makanan terlebih
dahulu. Ia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan
lain sampai kebutuhan fisiologisnya terpenuhi (Baihaqi, 2008).
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman
Menurut Maslow jika kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan dan
terpenuhi maka kita akan didorong oleh kebutuhan selanjutnya yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Ingin menemukan situasi dan kondisi
yang aman, stabil dan terlindungi merupakan beberapa contoh dari
kebutuhan tersebut. Maslow percaya bahwa kita semua
membutuhkan sedikit banyak sesuatu yang bersifat rutin dan dapat di
ramalkan (di prediksi). Misalnya di kalangan orang-orang dewasa di
Amerika, kebutuhan ini terwujud dalam keinginan mereka yang
sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik,
pekerjaan yang aman, perencanaan masa pensiun yang matang,
membeli asuransi dan lain sebagainya (Baihaqi, 2008).
3) Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan akan rasa amanya, ia akan
beralih kepada kebutuhan berikutnya, yakni kebutuhan akan rasa
cinta dan memiliki. Sebuah dorongan dimana seseorang
berkeinginan untuk menjalin sebuah hubungan secara efektif atau
hubungan emosional dengan individu lain, baik yang ada dalam
lingkungan keluarga maupun di luarnya (Muhammad, 2002).
Kebutuhan akan rasa cinta itu penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan seseorang. Jika kebutuhan ini tidak

86
terpenuh maka dapat menimbulkan salah penyesuaian. Haus cinta
adalah bagian dari penyakit karena kekurangan, seperti halnya
seseorang yang kekurangan gizi, seorang yang kekurangan rasa cinta
akan menampakan gejala yang sama (Muhammad, 2002).
4) Kebutuhan akan penghargaan
Apabila seseorang cukup berhasil mencintai dan memiliki, maka dia
juga membutuhkan sebuah dan penghargaan. Maslow membedakan
dua macam kebutuhan akan penghargaan, yang pertama yaitu
penghargaan yang berasal dari orang lain, dan yang kedua yaitu
penghargaan terhadap diri sendiri atau harga diri. Penghargaan yang
berasal dari orang lain meliputi pengakuan, penerimaan, perhatian,
kedudukan, prestise, reputasi, nama baik serta penghargaan atas
sejumlah keberhasilan dalam masyarakat; yaitu semua sifat
bagaimana orang lain berpikir dan bereaksi terhadap kita.
5) Kebutuhan kognitif
Maslow meyakini bahwa salah satu ciri mental yang sehat ialah
adanya rasa ingin tahu. Menurutnya, waktu seseorang masih anak-
anak dia telah memiliki rasa ingin tahu kodrati tentang dunianya.
Seseorang tersebut dengan spontan dan dengan keinginan besar
menyelidiki atau mengamati segala sesuatu dalam usaha untuk
mengetahui dan memahami, sedangkan di rentang usia dewasa yang
sehat terus menerus ingin tahu tentang dunianya. Mereka ingin
menganalisisnya dan mengembangkan suatu kerangka untuk
memahaminya. Kegagalan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
ini (pengetahuan dan pemahaman) menyebabkan munculnya rasa
kecewa dan mengakibatkan seorang tersebut menjadi pribadi yang
rasa ingin tahunya rendah, bahkan yang paling buruk yaitu semangat
hidupnya menjadi rendah (Baihaqi, 2008). Jadi dapat ditekankan di
sini bahwa manusia tidak mungkin dapat mencapai puncak
aktualisasi diri apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Jika ada

87
seseorang yang tidak mengetahui dan memahami dunia sekitarnya,
maka ia akan kesulitan berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
6) Kebutuhan estetis
Kata Maslow, ilmu behavioral biasanya mengabaikan kemungkinan
bahwa orang memiliki kebutuhan yang bersifat naruliah atau sejenis
naluri akan keindahan. Ia menemukan bahwa paling tidak pada
sementara orang, kebutuhan akan keindahan ini begitu mendalam,
sedangkan hal-hal yang serba jelek benar-benar membuat mereka
muak. Hal ini diperkuat oleh penelitian terhadap kelompok
mahasiswa tentang efek lingkungan yang indah serta lingkungan
yang jorok atas diri mereka. penelitian itu menunjukan bahwa
keburukan menimbulkan kejemuan serta melemahkan semangat.
Maslow menemukan bahwa setiap orang membutuhkan keindahan,
dan keindahan akan membuat seseorang menjadi lebih sehat, atau
ibarat kata seperti kebutuhan manusia akan kalsium yang terkandung
dalam makanan (Baihaqi, 2008).
Kebutuhan akan aktualisasi diri Apabila seseorang telah memuaskan
semua kebutuhan di atas, maka dia akan di dorong oleh kebutuhan yang
paling tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Ini dapat di definisikan
sebagai perkembangan yang paling tinggi, disertai penggunaan semua
bakat, mencakup pemenuhan semua kualitas dan kapasitas seseorang.
Meskipun semua kebutuhan di tingkat lebih rendah sudah di puaskan,
namun seseorang akan merasa kecewa,tidak tenang, tidak puas, kalau
kita gagal berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri
ini (Baihaqi, 2008). Seorang individu pada akhirnya akan dituntut untuk
jujur terhadap segala potensi dan sifat yang melekat pada dirinya. Ia
termotivasi untuk menjadi dirinya sendiri, kecenderungan ini dapat di
wujudkan dengan kehendak untuk menjadi semakin istimewa, menjadi
apa saja sesuai dengan kemampuannya. Namun untuk mencapai hal
tersebut, individu akan dihadapkan pada beberapa hambatan, baik
hambatan internal maupun eksternal. Hambatan internal yakni berasal

88
dari dirinya sendiri, antara lain; ketidak tahuan akan potensi diri sendiri,
keraguan, dan perasaan takut untuk mengungkapkan potensi yang
dimiliki, sehingga potensi tersebut terpendam. Hambatan eksternal
berasal dari budaya masyarakat yang kurang mendukung terhadap
upaya aktualisasi potensi yang dimiliki seseorang karena perbedaan
karakter. Seperti contoh, ada suatu kelompok masyarakat yang
cenderung menganggap kejantanan sebagai sifat yang di junjung tinggi,
akan merepresi atau menekan watak-watak yang cenderung ke arah
feminitas. Aktualisasi diri hanya akan dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkanya, sementara pada kenyataan, tidak ada satu pun
lingkungan masyarakat yang sepenuhnya menunjang terhadap upaya
aktualisasi diri yang di lakukan oleh warganya (Muhammad, 2002).
❖ Kriteria Aktualisasi Diri
Kriteria yang dimiliki oleh orang-orang yang mengaktualisasikan
diri yakni: Pertama, mereka bebas dari psikopatologi atau penyakit
psikologis. Mereka tidak mengalami neurosis ataupun psikosis yang
mempunyai kecenderungan terhadap gangguan-gangguan psikologis.
Hal ini merupakan kriteria negatif yang penting, di karenakan
beberapa individu yang neurotik dan psikotik mempunyai beberapa
kesamaan dengan orang-orang yang mengaktualisasikan diri, seperti
kepekaan akan kenyataan yang tinggi, pengalaman pengalaman
mistis, kreativitas dan pemisahan diri dari orang lain. Kedua, orang-
orang yang mengaktualisasikan diri telah memenuhi semua yang ada
dalam hierarki kebutuhan, oleh karena itu mereka hidup dengan level
kecukupan yang tinggi dan tidak mengalami ancaman terhadap
keamanan mereka. Selain itu, mereka juga mendapatkan cinta dan
mempunyai rasa penghargaan diri yang kuat, sehingga mereka bisa
menerima dan menghadapi kritik ataupun caci maki. Mereka mampu
mencintai bermacam macam orang, tetapi tidak mempunyai
kewajiban untuk mencintai semua orang. Ketiga, orang-orang
tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai being/kehidupan

89
(kebenaran,kebaikan, keindahan, kesatuan). Orang- orang yang
mengaktualisasikan diri merasa nyaman dengan itu, bahkan
menuntut nilai-nilai tersebut. Keempat, kriteria terakhir adalah
menggunakan seluruh bakat, kemampuan dan potensi lainya, dengan
kata lain, mereka yang mengaktualisasikan diri dalam daftarnya
memenuhi kebutuhan merekauntuk tumbuh, berkembang dan
semakin menjadi seperti apa yang mereka bisa (Koeswara, 1989)

SOAL !
1. Apa yang dimaksud dengan model kebidanan ?
Jawab: model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman / acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan

2. Sebutkan model dalam kebidanan berdasarkan pada 4 elemen !


Jawab: a. Orang ( Wanita. Ibu, pasangan, dan orang lain )
b. Kesehatan
c. Lingkungan
d. kebidanan

3. Sebutkan macam model kebidanan !


Jawab : model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktek kebidanan.,
model medical, model sehat untuk semua, model sistem maternitas di
komunitas yang ideal university of southeer queensland, model
asuhan home based

90
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010.Konsep Kebidanan.Yogyakarta : Graha Ilmu.


Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007
Dafid. 2008. Konsep Berubah. Jakarta: Wikipedia.
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep
kebidanan,Jakarta.1995

DepKes RI. 2002. Pola Karir Pegawai Negri Sipil Dijajaran Kesehatan.
Jakarta.

Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan.


Yogyakarta, 2008.

Kozier dkk. 2006. Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta


:buku kedokteran EGC.
Kumala, Popy. 2007. Manajemen Pelayanan Primer. Jakarta: EGC
Mufdilah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter dan perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC.
Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah dan
Profesionalisme. Jakarta: EGC
Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.

Seminar Nasional Kebidanan. 2005. Bidan Diera Global. Bandung

Simatupang, Juliana, Erna. 2008. Manajemen Kebidanan. Jakarta: EGC

Soemardjan.1996. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan.


Jakarta:Pengurus Pusat IBI.

Soepardan, Suryani, Hajjah. 2006. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sofyan, Mustika dkk. 2004. 50 tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan.
Jakarta : PP IBI.

Sujianti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Numed


Sujiati, Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan Teori dan
91
Aplikasi. Jogyakarta:Nuha Medika
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta; Salemba


Medika.

92
93

Anda mungkin juga menyukai