Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PELAYANAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER


PADA MASA NIFAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komplementer I
Dosen pengampu: Bd. Kursih Sulastriningsih, S.SiT., MKM

Disusun oleh:

1. Amalia Aghniya A.D 200401001001


2. Ajeng Sartika 200401002002
3. Salma Ramadhani G 200401008008
4. Uswatun Khasanah 200401005005

PROGRAM STUDI S-I KEBIDANAN


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA TA. 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmatnya kepada kami sehingga atas berkat dan Rahmat serta karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan tugas kelompok makalah Profesionalisme dalam Kebidanan yang berjudul
“Bio etika dan Aplikasinya pada Praktik Kebidanan” ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Terima kasih kami sampaikan juga kepada Sugiharti, S.ST, M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah profesionalisme dalam kebidanan yang telah memberikan kesempatan
bagi kami untuk mengerjakan tugas ini, sehingga kami menjadi lebih mengerti dan
memahami tentang sebuah bioetika seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu upaya penyelesaian
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih
baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam
pembuatan makalah ini masih ditemukan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Terima Kasih.

Jakarta, 24 Mei 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................5
1.4 Manfaat...................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Bio-etika dan Profesionalisme....................................................................6
2.1.1 Bio-Etika........................................................................................................................6
2.1.2 Profesionalisme..............................................................................................................7
2.2 Kebidanan Sebagai Suatu Profesi.......................................................................................9
2.2.1 Pengertian........................................................................................................................10
2.2.2 Peran Bidan & Tugas Pokok............................................................................................10
2.2.3 Fungsi Bidan....................................................................................................................12
2.2.4 Tanggungjawab Bidan......................................................................................................14
2.2.5 Kompetensi Bidan............................................................................................................15
2.3 Konsep Dasar Bio Etika Prfesionalisme Bidan................................................................15
2.3.1 Pengertian Etika, Moral & Hukum...............................................................................15
2.3.2 Kegunaan Etika............................................................................................................18
2.3.3 Macam-Macam Etika...................................................................................................18
2.3.4 Dasar Bioetika, Etika dan Landasan Hukum dlm Praktik dan Pelayanan Kebidanan...19
2.4 Peran Bioetika & Profesionalisme Dalam Dunia Kebidanan.........................................20
2.5 Masalah Yang Timbul Dalam Bioetika Pada Praktik Kebidanan.................................22
BAB III...............................................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................25
3.2 Saran...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia. Begitu halnya
dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi angota profesi tentang bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya
melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat,yang
dalam hal ini kode etik profesi kebidanan (Purwoastuti, E,2017).

Tututan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan


semakin meningkat seiring dengan peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
cepat dalam segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat. Hal ini merupakan
tantangan bagi profesi kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme yang pada saat
yang sama harus memberikan pelayanan yang berkualitas. Landasan komitmen yang
kuat berdasarkan pada etika dan moral yang tinggi diperlukan untuk mendapatkan kualitas
pelayanan yang baik (Suseno T, 2010).

Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam setiap langkahnya, termasuk dalam
langkahnya mengambil keputusan dalam merespons situasiyang muncul dalam usaha.
Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian fundamental dan sangat penting dalam
memberikan asuhan kebidanan, dengan senantiasa menghormati nilai-nilai pasien
(Purwoastuti, E,2017).

Seorang bidan akan terlindung dari kasus pelanggaran etik yang berkembang di
lingkup publik, erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan berperan
sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam bertindak maupun mengambil keputusan
yang tepat untuk tindakkan selanjutnya yang sesuai dengan standar asuhan dan
kewenangan bidan. Penerapan akidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang
tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam dunia medis. Kode etik adalah daftar kewajiban
yang harus ditaati dan dibuat oleh profesi tertentu serta mengikat semua anggotanya. Kode
etik sebenarnya bukan hal yang baru, sudah lama dibuat dengan tujuan untuk mengatur
tingkah laku moral suatu kelompok.

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diangkat penulis dalam
makalah ini antara lain:

1. Apa itu konsep dasar bio etika dan profesionalisme?


2. Jelaskan bagaimana kebidanan sebagai suatu profesi?
3. Apa itu konsep dasar bio etika profesionalisme bidan?
4. Apa saja peran bio etika dan profesionalisme dalam dunia kebidanan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep dasar Bio etika dan profesionalisme.


2. Untuk mengetahui bagaimana peran, sungsi, tanggungjawab dan kompetensi kebidanan
sebagai suatu profesi.
3. Untuk mengetahui konsep dasar bio etika profesionalisme bidan
4. Untuk mengetahui peran bio etika dan profesionalisme dalam dunia kebidanan.

1.4 Manfaat
1) Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan, memperluas
wawasan, meningkatkan pengetahuan, pemahaman, serta pembelajaran tentang bioetika
yang harus diterapkan dalam memberikan praktik kebidanan.
2) Bagi Institusi
Sebagai bahan tambahan kepustakaan mahasiswa/i Stikes BPI untuk meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Bio-etika dan Profesionalisme


2.1.1 Bio-Etika
Dalam kamus Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentangapa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (ahlak). (Diah
Arimbi, 2014). Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai berikut:

1) Menurut bahasa Yunani yaitu ethos (jamaknya; et etha), yang berarti “adat istiadat”
atau “kebiasaan”.
2) Menurut bahasa Inggris berasal dari Eithis, yaitu tingkah laku/perilaku manusia
baik dimana tindakan yang harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada
umumnya (Heryani, R, 2013).

Etika Biomedis, atau disebut juga sebagai Bioetika. Bioetika berasal dari kata bios
yang berarti kehidupan serta Ethos yang berarti norma-norma moral (apa yang seharusnya
dilakukan manusia). Bioetika sendiri merupakan perkembangan pada biologi dan ilmu
kedokteran baik skala mikro ataupun makro. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis (abortus,
transplatasiorgan, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, juga membahas
masalah kesehatan, factor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat,
pengobatan tradisional, demografi dan sebagainya.

Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilih kembali dalam isu-isu etika
medis tradisional yang sudah dikenal sejak ribuan tahun dan lebih tertuju pada hubungan
individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien yang kemungkinan
adanya masalah etika medis.

Pada artian yang lebih sempit, bioetika merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
Sedangkan menurut artian yang lebih luas, bioetika mengevaluasi pada semua tindakan
moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri yang meliputi semua tindakan yang berhubungan

6
dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain peningkatan mutu genetik,
etika lingkunganan pemberian pelayanan kesehatan.

Bioetika muncul sebagai respon atas semakin berkembangnya ilmu dan teknologi
hayati terutama di bidang medis yang berhubungan erat dan menjadikan manusia sebagai
objeknya. Bioetika adalah cabang etika yang berkaitan dengan pertanyaan moral dan
dilema yang muncul dalam bidang biologi, kedokteran, dan ilmu kesehatan. Bioetika
mempertimbangkan implikasi moral dari perkembangan ilmiah dan teknologi dalam
praktik medis dan penelitian. Tujuan utama bioetika adalah memberikan kerangka kerja
untuk memahami dan mengevaluasi keputusan yang terkait dengan kehidupan manusia,
kesehatan, dan kehidupan lingkungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa bioetika lebih
berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, serta aplikasi teori
etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan (Heryani, R, 2013).

2.1.2 Profesionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata profesionalisme
adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang profesional. Profesionalisme merujuk pada sikap, perilaku, dan etika yang sesuai
dengan standar dan nilai-nilai profesi tertentu, seperti kedokteran atau profesi kesehatan
lainnya. Ini melibatkan komitmen terhadap pelayanan yang berkualitas tinggi, integritas,
tanggung jawab, rasa hormat terhadap pasien dan rekan kerja, serta dedikasi terhadap
pengembangan profesional. Istilah profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian. Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk
bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya,
tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi,
artis, sekertaris dan sebagainya.

Arti dari profesionalisme sama dengan orang yang hidup dengan cara
mempraktekkan keterampilan yang mereka miliki dan terlibat dengan kegiatan yang sesuai
dengan keahliannya tersebut. Profesionalisme sama dengan orang yang menjalankan
profesi atau pekerjaan tapi sesuai dengan keahlian. Karena di Indonesia sendiri ada cukup
banyak pekerja yang tidak sesuai antara sekolah, pekerjaan dengan keahlian mereka.

Untuk arti dari profesionalisme menurut beberapa ahli, berarti mendefinisikan diri
mereka sebagai perangkat atribut yang dibutuhkan untuk menunjang tugas supaya sesuai
standar kerja yang diinginkan. Ada juga yang memberikan arti profesionalisme sebagai

7
gambaran bentuk kemampuan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, memprioritaskan
pelayanan, menyusun agenda dan mengembangkan program pelayanan sesuai kebutuhan.

Selain itu seorang profesional juga harus bisa bertindak secara objektif, bebas dari
rasa benci, sentimen, malu, malas dan enggan untuk mengambil keputusan. Perhatikan
juga 3 hal pokok pada sesorang yang memiliki sikap profesional. Mulai dari:

- Skill
- Attitude
- Knowledge

Skill sendiri merupakan keahlian yang benar-benar dimiliki oleh orang tersebut
sesuai keahliannya. Sedangkan knowledge berarti orang tersebut harus menguasai,
berwawasan ilmu sesuai dengan bidangnya. Untuk attitude berarti orang tersebut tidak
hanya pintar, tapi juga harus memiliki etika yang harus diterapkan pada bidang yang
mereka pilih.

Ada perbedaan antara profesi dan pekerjaan yaitu profesi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menafkahi diri sendiri dan keluarganya dimana profesi tersebut
diatur oleh etika profesi yang dimana etika profesi tersebut hanya berlaku sesama profesi
tersebut. Sementara pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri
dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak memiliki etika (Suseno,T,2010).

Seorang pekerja professional perlu dibedakan dari seorang teknisi. Baik pekerja
professional maupun teknisi dapat saja terampil dalam unjuk kerja (mis: menguasai teknik
kerja yang sama dapat memecahkan masalah teknis dalam bidang kerjanya). Akan tetapi,
seorang pekerja professional dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya
yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki sifat yang
positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya (Purwoastuti, E,2017).

Seorang profesional wajib mengembangkan profesionalismenya. Pengembangan


profesionalisme dapat dicapai melalui kewajiban belajar (menguasai lebih banyak
pengetahuan teknis) dan bukan melalui interaksid engan klien. Didalam bukunya, Moore
mengabaikan kemungkinan seorang profesional juga belajar melalui kliennya. (Moore,
Wilbert E, The Professions: Roles and Rules, New York; Russel Sage Foundation, 197).

2.1.3 Tujuan Etik Biomedis/ Bio-etika

8
Bioetika cenderung mengarah pada isu-isu tentang nilai-nilai dan etika yang timbul
karena ilmu dan teknologi serta biomedis. Misal, pada bidang medis bioetika mengarah
pada hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak dilakukan, seperti: Kloning, Abortus,
Transplatasi organ, Bayi tabung, Kontrasepsi, dll. Adapun tujuan dari bioetika adalah:
a) Bioetika sebagai pengawal riset biologi dan bioteknologi modern
b) Pembelajaran bioetika untuk mencegah dampak negatif yang muncul dari teknologi.
c) Pembelajaran bioetika dibutuhkan untuk menekankan pada pengembangan berfikir
kritis untuk menetukan sisi baik buruknya terkait dengan kehidupan.
2.1.4 Prinsip Utama Bioetika
 Otonomi: Menghormati hak individu untuk membuat keputusan tentang perawatan
medis mereka sendiri.
 Non-Malefikasi: Mencegah kerusakan dan melindungi pasien dari risiko yang tidak
diperlukan.
 Benefikasi: Bertindak untuk kepentingan terbaik pasien dan mempromosikan
kesejahteraan mereka.
 Keadilan: Memastikan adilnya alokasi sumber daya kesehatan dan perlakuan yang
adil terhadap semua pasien.
2.1.5 Unsur Profesionalisme Medis
1) Kepatuhan terhadap kode etik profesi: Profesi kesehatan memiliki kode etik yang
menetapkan standar perilaku yang diharapkan dari para profesional.
2) Komunikasi yang efektif: Mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien, rekan
kerja, dan anggota tim kesehatan lainnya.
3) Rasa hormat: Menghormati hak, privasi, dan kepercayaan pasien, serta menghargai
perbedaan budaya dan nilai.
4) Keahlian dan peningkatan kompetensi: Mengembangkan dan mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan perawatan yang
berkualitas tinggi.
5) Tanggung jawab: Mengakui tanggung jawab terhadap pasien, melibatkan praktik yang
aman, serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan.

2.2 Kebidanan Sebagai Suatu Profesi


Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradabadan umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu melahirkan. Peran dan posisi bidan di masyarakat sangat

9
dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan
hati, dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya
dengan baik.

2.2.1 Pengertian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan pengertian profesi adalah bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dan sebagainya).
Menurut Brandeis yang dikutip oleh A. Pattern Jr., untuk dapat disebut sebagai profesi,
pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya dukungan yang berupa :

1) Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character)


2) Diabdikan untuk kepentingan orang lain
3) Keberhasilan tersebut bukan berdasar pada keuntungan financial
4) Keberhasilan tersebut antara lain menetukan berbagai ketentuan yang merupakan
kode etik, serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan penyebaran profesi
yang bersangkutan
5) Ditentukan adanya standar kualifikasi profesi (Diah Arimbi, 2014).
Kebidanan adalah profesi yang berfokus pada perawatan kesehatan reproduksi wanita,
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Seorang bidan memiliki peran yang penting dalam
memberikan perawatan holistik kepada perempuan selama siklus kehidupan reproduktif
mereka. Profesi kebidanan membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan etika yang kuat.
Bidan harus berkomitmen untuk menghormati hak, privasi, dan kepercayaan perempuan
yang mereka layani. Bidan juga harus terus mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mereka melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman.

2.2.2 Peran Bidan & Tugas Pokok


Dalam menjalankan profesinya, bidan mempunyai beberapa peran, yaitu sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti. Masing-masing peran tersebut mempunyai
tugas pokok tersendiri. Berikut penjelasannya:

1) Pelaksana
Peran pelaksana dilakukan dengan tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan. Berikut beberapa penjelasan tugas pokoknya:
 Tugas Mandiri:
- Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan

10
- Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien.
- Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
- Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
- Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien / keluarga
- Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
- Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien
/ keluarga
- Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana
- Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan
wanita dalam masa klimakterium serta menopause
- Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan
pelaporan asuhan.
 Tugas Kolaborasi
- Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
- Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
- Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
- Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko.
 Tugas Ketergantungan
- Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
- Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
- Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
- Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.

11
- Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.
2) Pengelola
Sebagai pengelola, bidan mempunyai dua tugas utama, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim. Tugas pengembangan
pelayanan dasar yaitu mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah kerja.
Sedangkan tugas partisipasi tim seperti melaksanakan program kesehatan sekton lain
melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lainnya di bawah
bimbingan wilayah kerja.
3) Pendidik
Sebagai pendidik, bidan mempunyai dua tugas utama yaitu pendidik dan penyuluh.
Dalam tugas mendidik, bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada
klien. Dalam tugas sebagai penyuluh, bidan memberikan pelatihan dan membimbing
kader
4) Peneliti
Sebagai peneliti, bidan betugas melakukan penelitian atau investigasi dalam bidang
kesehatan, baik secara mandiri maupun berkelompok. Tugas ini mencakup:
 Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
 Menyusun rencana kerja pelatihan.
 Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
 Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
 Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
 Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan
 program kerja atau pelayanan kesehatan.

2.2.3 Fungsi Bidan


Sama seperti peran bidan, fungsi bidan meliputi fungsi pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti. Masing-masing fungsi ini mencakup beberapa hal yang menjadi
fokus. Berikut penjelasannya:

1) Fungsi Pelaksana

12
 Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
 Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan
kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
 Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
 Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
 Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
 Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
 Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause
sesuai dengan wewenangnya.

2) Fungsi Pengelola

 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,


kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
 Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
 Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
 Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
 Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

3) Fungsi Pendidik

 Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait


dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
 Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan bidang
tanggung jawab bidan.
 Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
 Mendidik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.

4) Fungsi Peneliti

13
 Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri
atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
 Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

2.2.4 Tanggungjawab Bidan


Sebagai tenaga professional, bidan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi
gugatan terhadap tindakan yang 13 dilakukannya. Pertanggungjawaban dibagi dalam dua
aspek sebagai berikut aspek internal yakni pertanggungjawaban yang diwujudkan dalam
bentuk laporan pelaksanaan kekuasaan yang diberikan oleh pimpinan dalam suatu instansi,
aspek eksternal yakni pertanggungjawaban kepada pihak ketiga jika suatu tindakan
menimbulkan kerugian kepada pihak lain berupa tanggung gugat atas kerugian yang
ditimbulkan kepad pihak lain atas jabatan yang diperbuat. Sebagai bidan profesional,
selain memiliki syarat-syarat jabatan profesional bidan juga dituntut memiliki tanggung
jawab sebagai berikut:

a) Mengembangkan keterampilan dan kemahiran seorang bidan

b) Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya


melampaui wewenangnya dalam praktik klinik

c) Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari


keputusan tersebut.

d) Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter dan perawat)dengan


rasa hormat dan martabat.

e) Memelihara kerjasama yang dengan baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan system rujukan yang optimal.

f) Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat,


pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal/perinatal
khususnya dalam KIA/KB.

g) Bekerja sama dengan masyarakat tempat bidan praktik

h) Meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.

14
2.2.5 Kompetensi Bidan
Seorang bidan harus memiliki kompetensi bidan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku dalam melaksanakan praktik kebidanan secara aman dan
bertanggung jawab dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. (Drs. Surajiyo, 2014)

Kompetensi adalah kemampuan seseorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu


pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik dan
pekerjaan profesinya. (Cecep Triwibowo, 2014).

Untuk mengetehui kompetensi seorang bidan, bekerja sama antara pihak institusi
dengan badan penyelenggara uji kompetensi dilaksanakanlah uji kompetensi sebanyak 3
kali dalam kurung waktu setahun. Uji kompetensi sendiri adalah ujian yang dilaksanakan
di akhir masa pendidikan tenaga kesehatan, sebelum melaksanakan sumpah profesi untuk
menilai pencapaian kompetensi berdasarkan standar kompetensi dalam rangka
memperoleh sertifikat kompetensi. (Buku Pedoman uji Kompetensi Kementrian Kesehatan
RI, 2011)

2.3 Konsep Dasar Bio Etika Prfesionalisme Bidan


2.3.1 Pengertian Etika, Moral & Hukum
A. Etika
Istilah etika yang kita gunakan sehari-hari pada hakekatnya berkaitan dengan
falsafah dan moral yaitu “ mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat
dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma/nilai.
Dikatakan “kurun waktu tertentu” karena etik moral akan berubah dengan lewatnya
waktu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (ahlak). (Diah
Arimbi, 2014)
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai berikut:
1) Menurut bahasa Yunani yaitu ethos (jamaknya; et etha), yang berarti “adat
istiadat” atau “kebiasaan”.
2) Menurut bahasa Inggris berasal dari Eithis, yaitu tingkah laku/perilaku manusia
baik dimana tindakan yang harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada
umumnya (Heryani, R, 2013).

15
Menurut para ahli:
1) Menurut Martin (1993), etika didefenisikan sebagai “the discipline which can
as the performanceindex or reference for our control system” yang artinya
disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau index capaian untuk sistem
kendali kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak dipersoalkan keadaan
manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak
(Purwoastuti,E,2017)
2) Menurut K. Bartens dirumuskan sebagai berikut:
a. Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
b. Etika berarti kumpulan asas atau moral, yang dimaksud disini adalah kode
etik
c. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk

Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut “menjadi
orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat
yang tepatnya di sebut “ethos”nya. (Diah Arimbi, 2014).

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika diartikan “Sebagai ilmu yang mempelajari
kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang
didorong kehendak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan
perasaan” (Heryani, R, 2013).

B. Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin (mos- bentuk tunggal, mores- bentuk jamak)
yang berarti kebiasaan atau adat. Kata mores dipakai oleh banyak bahasa masih dlam
arti yang sama, termasuk bahasa Indonesia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
“moral” dijelaskan dengan membedakan tiga arti:
1) “Ajaran tertentu” baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan akhlak, budi pekerti, susila dsb.
2) Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemanagat, bergairah
dan disiplim, dsb : isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana teruangkap
dalam perbuatan.

16
3) Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Teori moral mencoba
memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah-
masalah etik (Heryani, R, 2016).
Menurut Ensiklopedia pendidikan Soeganda Poerbacaraka, moral merupakan
suatu istilah uantuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak, maksud-
maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatan yang layak dapat
dinyatakan baik/buruk, benar/salah (Purwoastuti, E, 2017).
Moral; yang mengatur hubungan dengan sesama, tetapi berlainan jenis dan atau
yang menyangkut kehormatan tiap pribadi. (Diah Arimbi, 2014)
Jadi dapat disimpulkan bahwa moral adalah mengenai apa yang sinilai
seharusnya oleh masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagi moral yang
ditunjukkan kepada profesi (Heryani,R, 2013).
C. Hukum
Secara umum, hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi hak dan kewajiban
yang timbal balik dan mengatur yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Beberapa defenisi hukum yang dikemukakan oleh para pakar hukum adalah:
1) H.J. Hamker: hukum merupakan seperangkat aturan yang menunjuk
kebiasaan orang dalam pergaulannya dengan pihak lain di dalam
masyarakat.
2) Kantorowich: hukum adalah keseluruhan aturan-aturan kemasyarakatan
yang mewajibkan tindakan lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat
dibenarkan.
3) Holmes: hukum adalah apa yang diramalkan akan diputuskan oleh
pengadilan
4) Jihn Locke: sesuatu yang ditentukan oleh warga masyarakat pada umumnya
tentang tindakan-tindakan mereka untuk menilai/mengadili mana yang
merupakan perbuatan yang jujur dan mana yang merupakan perbuatan yang
curang.
5) Emmanuel Kant: hukum adalah keseluruhan kondisi-kondisi dimana terjadi
kombinasi antara keinginan-keinginan pribadi orang lain sesuai dengan
hukum umum tentang kemerdekaan (Asmawati, 2011 )
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hukum adalah peraturan
atau ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata cara pergaulan

17
kehidupan masyarakat (subjek hukum) dan adanya sanksi bagi pelanggarnya, serta
ditetapkan atau diakui oleh otoritas tertinggi (Heryani, R,2016).

2.3.2 Kegunaan Etika


Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan:
1) Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2) Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.
3) Menjaga privacy setiap individu.
4) Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5) Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
6) Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah.
7) Menghasilkan tindakan yang benar
8) Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
9) Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk,
benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
10) Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.
11) Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.
12) Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.
13) Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara
di dalam organisasi profesi.
14) Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasa disebut kode etik profesi (Suseno, T,2010).

2.3.3 Macam-Macam Etika


Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya
dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya,
dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya
membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam
etika, sebagai berikut:

18
a. Etika deskriptif, yakni etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan
perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara
apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang
terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b. Etika normatif, yakni etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal
dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif
merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik
dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat. Etika normatif dikelompokakan menjadi:
1) Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi
manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori
dan prinsip-prinsip moral.
2) Etika khusus; terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan.
a) Etika sosial menekan tanggung jawab sosial dan hubungan antar sesama
manusia dalam aktifitasnya
b) Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai
pribadi.
c) Etika terapan adalh etika yang diterapkan pada profesi.

Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapakn MPR-RI No.VI/MPR/
2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa.Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama
yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan
berbangsa antara lain meliputi : Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan Pemerintahan,
Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan,
Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan (Purwoastuti, E, 2017).

2.3.4 Dasar Bioetika, Etika dan Landasan Hukum dalam Praktik dan Pelayanan Kebidanan
Profesi adalah suatu moral Community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita
dan nilai bersama. Mereka membentuk suatu profesi disatukan karena latar belakang
pendidikan yang sama dan memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain. Dengan
demikian, profesi menjadi suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri dan

19
tanggung jawab khusus. Kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi
suatu profesi sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

Kode etik adalah daftar kewajiban yang harus ditaati dan dbuat oleh profesi tertentu
itu serta mengikat semua anggotanya. Kode etik bisa dilihat sebagai produk etika terapan,
sebab dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.
Akan tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak
menggantikan pemikiran etis, tetapi sebaliknya selalu didampingi oleh refleksi etis.

Kode etik supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah
bahwa kode etik itu dibuat oleh profesinya sendiri. Kode etik tidak akan efektif, kalau di
drop begitu saja dari atas, yakni dari instansi pemerintah atau instansi lain, karena tidak
akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barangkali bisa membantu
juga dalam merumuskannya, tetapi pembuatan itu harus dilakukan oleh profesi
bersangkutan.

Supaya bisa berfungsi dengan baik, kode etik harus menjadi hasil self-regulation
(pengaturan diri) dari profesi. Denagn membuat kode etik, profesi sendiri akan
menetapkan hitam diatas putih, niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang hakiki.
Kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu bisa
mendarah daging dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan dengan tekun dan
konsekuen.

Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasil dengan baik, yakni
pelaksanaannya diawasi terus-menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung
sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode. Kasus-kasus pelanggaran akan dinilai dan
ditindak oleh suatu “Dewan Kehormatan” atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu.
Karena tujuannya untuk mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, sering kali kode etik
berisikan ketentuan bahwa professional berkewajiban melapor, bila ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan ini merupakan akibat logis dari self-regulation
yang terwujud dalam kode etik, seperti kode itu berasal dari niat profesi mengatur dirinya
sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan control terhadap
pelanggar (Bertens, 1993, hlm. 277-281) (Drs. Surajiyo, 2014).

20
2.4 Peran Bioetika & Profesionalisme Dalam Dunia Kebidanan
Peranan penting bidan sangatlah penting dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian maternal dan perinatal, salah satunya bisa melalui pendekatan kepada hukum dukun
beranak dengan memberikan bimbingan pada kasus yang memerlukan rujukan medis.
Disamping itu, kerjasama dengan masyarakat melalui posyandu juga penting peranannya
dalam menepis kehamilan resiko tinggi sehingga mampu menekan angka kesakitan dan
kematian maternal dan perinatal.

Berdasarkan peranan bidan yang vital itulah diperlukan pengaturan profesi bidan
dalam memberikan pertolongan yang optimal. Secara umum tenaga profesi kesehatan
dibatasi oleh ketiga kaedah utama, yaitu sumpah profesi, kaedah masyarakat dalam bentuk
tertulis atau kebiasaan pula. Oleh karena itu, profesi tenaga kesehatan yang selalu berkaitan
dengan manusia geraknya sangat terbatas (Heryani, R, 2013).

Bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan kebidanan yang
berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan kebidanan.
Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan bidan dan berlanjut pada forum
atau kegiatan ilmiah baik formal atau non formal denganteman, sejawat, profesi lain maupun
masyarakat. Salah satu perilaku etis adalah bila bidan menampilkan perilaku pengambilan
keputusan yang etis dalam membantu memecahkan masalah klien.

Dalam membantu memecahkan masalah ini bidan menggunakan dua pendekatan


dalam asuhan kebidanan, yaitu:

1) Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam etika kedokteran atau


kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan khusus.
2) Pendekatan berdasarkan asuhan atau pelayanan, dimana bidan memberikan perhatian
khusus kepada pasien (Purwoastuti, E, 2017).

Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan. Untuk menjadi jabatan
profesional, bidan harus mampu menunjukkan ciri- ciri jabatan profesionalya, yaitu:

1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.


2) Melalui jejang pendidikan yang menyiapkan
3) Keberadaannya diakui dan diperlukan di masyarakat
4) Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
5) Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah

21
6) Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
7) Memilki kode etik bidan
8) Memiliki etika bidan
9) Memiliki standar pelayanan
10) Memiliki standar praktik
11) Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi.

Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan
menghilangkan praktik kultur yang merugikan kaum wanita (Purwoastuti,E, 2017). Dengan
dasar demikian berarti masyarakat sulit untuk memberikan penilaian kemampuan profesi.
Oleh karena itu, jaminan yang diharapkan dilandasi padasumpah profesi dan etika profesi
yang mengatur tingkah laku seseorang (Heryani,R,2016).

2.5 Masalah Yang Timbul Dalam Bioetika Pada Praktik Kebidanan


Kaidah bioetik merupakan hukum mutlak bagi seorang dokter dan tenaga kesehatan
lainnya. Seorang tenaga kesehatan wajib mengamalkan prinsip-prinsip yang ada pada kaidah
tersebut. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran
barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran dan tenaga medis Indonesia mengacu pada 4
dasar kaidah dasar moral yang disebut dasar etik biomedis (Beneficence, Non-Malefience,
Justic dan Autonomi).

A. Beneficence
Seorang tenaga kesehatan berbuat baik, menghormati martabat manusia, tenaga
kesehatan tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.
Beneficence menegaskan peran tenaga kesehatan untuk menyediakan kemudahan dan
kesenangan pada pasien untuk mengambil langkah maksimalisasi akibat daripada hal
yang buruk. Prinsip-prinsip yang terkandung didalam kaidah ini :
1) Menjamin nilai pokok dan martabat.
2) Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakkan tidak hanya
menguntungkan seorang tenaga kesehatan.
3) Memberikan resep berkhasiat namun terjangkau.
4) Mengembangkan profesi secara terus menerus
B. Non-maleficent

22
Suatu prinsip dimana seorang tenaga kesehatan tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien
yang dirawat olehnya. Ciri-cirinya, yaitu:
1) Menolong pasien emergensi.
2) Mengobati luka pasien.
3) Tidak membunuh pasien.
4) Tidak memandang pasien sebagai objek.
5) Tidak menghina, melecehkan pasien.
6) Tidak membahayakan pasien dari kelalaian
C. Autonomi
Seorang tenaga kesehatan wajib menghormati martabat dan hak manusia. Pasien
diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi
bermaksud menghendaki, membenarkan dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.
Adapun prinsip-prinsipnya:
1) Menjaga rahasia pasien
2) Melaksanakan informed consent.
3) Tidak mengintervensi autonomi pasien.
4) Tidak berbohong kepada pasien walaupun demi kebaikkan.
5) Menghargai privasi pasien.
D. Justice
Keadilan adalah suatu prinsip dimana seorang tenaga kesehatan wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan pasien tersebut. Dengan ciri-ciri :
1) Menghargai hak sehat pasien.
2) Menghargai hak hukum pasien.
3) Menghargai hak orang lain.

Isu Etik dalam Pelayanan Kebidanan merupakan topik yang penting dan telah
berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakkan yang
berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik buruknya. Beberapa
pembahasan:

 Persetujuan dalam proses persalianan


 Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
 Bidan dan pendidik seks.
 Kematian
23
 Aborsi
 AIDS
 Pengambilan data
 Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi:
1) Pengambilan keputusan dan penggunaan etik
2) Otonomi bidan dank ode etik professional
3) Etik dalam penelitian kebidanan
4) Penelitian tentang masalah kebidanan sensitif.
 Contoh Masalah Bioetik pada Kontrasepsi:
Kontrasepsi bertujuan untuk mengatur atau mencegah kehamilan jarak dekat. “Ny. R
dating ke PMB Kasih menggunakan mobil mewah, dia ingin menggunakan alat
kontrasepsi jangka panjang. Tanpa menjelaskan terlebih dahulu bidan V langsung
menyarankan Ny. R untuk menggunakan AKDR dengan merk mahal.” Apakah bidan
tersebut menggunakan prinsip Bioetika?

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan adanya kemajuan teknologi hingga munculah berbagai problem etika. Setiap
Institusi pun telah melakukan berbagai pembahasan problematika mengenai bioetika seperti
transplantasi organ tubuh, abortus, rekayasa genetik, serta penyimpangan prilaku hingga
berkaitan dengan kematian. Adapun kaidah dasar bioetik merupakan hal yang penting
sebagai seorang tenaga kesehatan dalam menangani kasus-kasus pada pasien. Dimana KDB
dapat membantu tenaga kesehatan memutuskan apa yang harus dilakukan sekaligus
mengingatkan bahwaada hal-hal yang harus dilakukan pada pasien sebelum bertindak dan
jika hal yangitu tak kita lakukan maka akan berakibat fatal diri sendiri, oleh sebab itu,bioetika
menyelidiki dimensi etis dari masalah-basalah teknologi, ilmu kesehatan serta biologi.
Prinsip-prinsip dalam biotik ini dapat diterapkan dalam melayani pasien sehingga, terciptanya
situasi yang baik antara pasien dan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan demi
kesembuhan pasien.

3.2 Saran
Sebagai Bidan kelak sudah seharusnya memiliki etika yang baik dan profesional
dalam bekerja baik ketika berhadapan dengan siapapun itu terutama pasien tanpa membeda-
bedakan latar belakang, jabatan, ras, suku dan agama. Bidan juga dituntut memiliki
kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan
di masyarakat karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting
dalam pelayanan maternal dan perinatal. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan
tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan (Kemenkes).

25
DAFTAR PUSTAKA
Heryani, R. 2013. Buku Ajar Etikolegal dalam Praktik Kebidanan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: TIM.
Purwoastuti, E dan Walyani, E.S. 2017. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. PT Pustaka
Baru : Yogyakarta.
Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.PT. Bumi Akasara-Jakarta.
Triwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogykarta: Nuha Medika
Asmawati dan Sri Rahayu Amri, S.R. 2011. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pustaka
Refleksi: Makassar.
Arimbi, Diah. 2014. Etikolegal Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama
Fitriani, Prof Absori, dkk. Profesionalisme Bidan Berbasis Transendetal. 26 Mei 2023.
http://repository.unimus.ac.id/3598/1/PROFESIONALISME%20BIDAN
%20BERBASIS%20TRANSENDENTAL.pdf diakses pada hari jumat, 26 Mei 2023
pukul 19.00

26

Anda mungkin juga menyukai