Anda di halaman 1dari 200

Sekapur Sirih

Dewan Redaksi Majalah Perinasia

Ketika saya mendapat tugas dari Ketua Pengurus Pusat


Perinasia periode 2018-2021 DR Dr Ali Sungkar SpOG(K) untuk
menuliskan buku sejarah Perinasia saya merasa ini sebuah
kehormatan dan tantangan yang sungguh menarik. Menuliskan
sejarah sebuah organisasi sebesar Perinasia seperti menceritakan
tentang sebuah rumah yang dibangun dari fondasi sampai atap
dari satu periode ke periode waktu sampai di hari ini. Ada
pendapat yang berbunyi: ”Sejarah dituliskan oleh para
pemenang”. Pendapat ini sungguh menggugah dan menyelinap
dalam ruang pikir dan relung hati saya. Generasi hari ini lah yang
menuliskannya. Sejarah adalah peristiwa yang faktual dan apa
adanya. Namun menuliskan sejarah pada periode waktu yang
panjang pasti akan melahirkan ketidaklengkapan dan
kecenderungan akan memihak. Para nara sumber atau saksi
sejarah juga memiliki keterbatasan untuk menceritakan tentang
apa yang telah lama terjadi. Kecenderungan memihak dalam
penulisan sejarah dipengaruhi oleh selera dan interes serta
bagaimana menafsirkannya.

SEJARAH PERINASIA
1
Sejarah Perinasia adalah sejarah tentang kolaborasi
berbagai disiplin ilmu yang memiliki perhatian terhadap periode
kehidupan yang paling awal dari kehidupan manusia. Terhitung
dari saat konsepsi sampai usia neonatal (28 hari). Jika
dijumlahkan dalam satuan hari maka 280 hari (intra uteri)
ditambah 28 hari (ekstra uteri) yaitu 308 hari. Hampir sepertiga
waktu dalam 1000 hari pertama kehidupan.
Sejarah Perinasia juga merupakan cerita dari sekelompok
klinisi yang memiliki kepedulian atas kemanusian. Kesadaran
akan pentingnya kebersamaan dalam memperjuangkan manusia
di periode paling awal kehidupan (perinatal). Cerita tentang para
pendiri (founding father and mother) yang meletakkan milestone
“rumah besar” Perinasia hari ini.
Gagasan Ketua PP Perinasia saat ini DR Dr Ali Sungkar
SpOG(K) untuk menuliskan sejarah Perinasia adalah gagasan
seorang berjiwa pemenang. Karena menghormati sejarah adalah
ciri jiwa yang besar. Ada niat yang kuat untuk menghormati dan
mengenang para pendiri, pendahulu yang telah berbuat banyak
bagi Perinasia.
Kejujuran menceritakan sejarah Perinasia adalah
esensial dengan prinsip “mikul duwur mendem jero”
(menyunjung tinggi hal-hal positif dan meletakkan kekurangan

SEJARAH PERINASIA
2
sebagai bagian introspeksi yang dijaga dan dimasukkan ke dalam
untuk perbaikan). Menuliskan dengan pahatan di atas batu
pualam tentang hal-hal positif dan melukiskan, hal-hal yang
kurang di atas pasir pantai yang akan segera disapu ombak
lautan.
Buku sejarah Perinasia memberi manfaat berupa
pelajaran tentang menghadapi berbagai masalah organisasi,
program dan bagaimana menjaga kesinambungan kegiatan,
kerjasama dan kebersamaan. Buku sejarah ini juga bermanfaat
dalam menguatkan rasa memiliki organisasi dan menjaga roh
persatuan dari berbagai latar belakang keilmuan untuk bakti
kepada kemanusiaan.
Banyak keterbatasan dalam penulisan buku ini.
Kurangnya data, terbatasnya kemampuan mengingat seluruh
kegiatan dan peristiwa, orang, tempat dan waktu. Kekurangan
dari semua itu adalah ruang untuk melakukan perbaikan dan
revisi dan melengkapi di waktu mendatang. Karena buku sejarah
sesungguhnya buku harian (diary) yang harus terus menerus diisi
dan dituliskan.
Semoga rumah besar Perinasia ini terjaga, bertumbuh
menjadi lebih lapang, kokoh teduh untuk mampu melindungi,
mengayomi ide, program dan pelayanan untuk kemanusiaan

SEJARAH PERINASIA
3
khususnya di masa perinatal. Semoga Perinasia mampu menjadi
ladang tempat menumbuhkan gagasan dan upaya membangun
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas unggul,
mandiri dan berbudaya agar mampu menjadi bangsa pemenang
di kancah dunia global. Amin.

Salam,

I Nyoman Hariyasa Sanjaya

SEJARAH PERINASIA
4
DAFTAR ISI

COVER LUAR .......................................................................... i


COVER DALAM ...................................................................... ii
SEKAPUR SIRIH ...................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................. 5
DAFTAR TABEL...................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR ................................................................ 8
DAFTAR SKEMA .................................................................... 9
BAB I: SEJARAH BERDIRINYA PERINASIA .................... 10
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................... 10
1.2 SEKILAS TENTANG PERINASIA ................................ 19
1.3 SEKILAS TENTANG PERKUMPULAN
PERINATOLOGI INDONESIA (PERINASIA) .................... 23
1.4 KONAS PERINASIA ........................................................ 25
BAB II: VISI MISI ORGANISASI ........................................ 30
2.1 VISI DAN MISI (RENSTRA 2016 – 2020) ...................... 30
BAB III: ORGANISASI ......................................................... 32
3.1 TUJUAN ............................................................................ 32
3.2 STRUKTUR ORGANISASI ............................................ 33
3.3 NILAI-NILAI, BUDAYA DAN MOTTO
ORGANISASI ........................................................................ 33

SEJARAH PERINASIA
5
3.4 ARAH PENGEMBANGAN ORGANISASI.................... 34
3.5 KANTOR PERINASIA .................................................... 37
BAB IV: ANGGARAN DASAR (AD) DAN
ANGGATAN RUMAH TANGGA (ART)............................. 38
BAB V: KEGIATAN .............................................................. 76
5.1 KEGIATAN ORGANISASI ............................................. 76
5.2 RENCANA KEGIATAN.................................................. 78
5.3 INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM ................ 90
5.4 MONITORING DAN EVALUASI .................................. 90
BAB VI: PRESTASI............................................................... 91
BAB VII: TANTANGAN....................................................... 92
7.1 ANALISIS POSISI ORGANISASI .................................. 92
7.2 POSISI ORGANISASI DAN ANALISIS KUADRAN .... 94
7.3 KONDISI INTERNAL DAN EKSTERNAL PERINASIA
TAHUN 2012.......................................................................... 96
7.4 PEMBOBOTAN, PEMERINGKATAN (RATING)
DAN NILAI .......................................................................... 103
BAB VIII: KESAN DAN PESAN ........................................ 112
BAB IX: LAMPIRAN .......................................................... 186

SEJARAH PERINASIA
6
DAFTAR TABEL

1. Konas Perinasia .............................................................. 25


2. Tambahan Kegiatan dari Perinasia
Cabang, 2016-2018 ......................................................... 77
3. Rencana Kerja Pada Masing-Masing
Rencana Strategis ............................................................ 83
4. Bobot, Peringkat dan Nilai Faktor Internal ................... 103
5. Bobot, Peringkat dan Nilai Faktor Eksternal................. 106
6. Nilai (S-W) dan (O-T) ................................................... 108
7. Anggota Perinasia Per September 2018 ........................ 192

SEJARAH PERINASIA
7
DAFTAR GAMBAR

1. Posisi Organisasi Berdasarkan Hasil Analisis ................. 93


2. Posisi Organisasi Perinasia Tahun 2015 berdasarkan hasil
analisis SWOT .............................................................. 109

SEJARAH PERINASIA
8
DAFTAR SKEMA

1. Arah Pengembangan Organisasi ............................................. 36

SEJARAH PERINASIA
9
BAB I
SEJARAH BERDIRINYA PERINASIA

1.1. LATAR BELAKANG


Kelahiran seorang anak ke dunia, merupakan suatu momen
yang tiada duanya, bagaimanapun keadaannya. Lahirnya suatu
kehidupan baru sekaligus menjadi awal perubahan yang luar
biasa dalam lingkungan sekitarnya. Bukan hanya orangtua,
namun seluruh aspek dan prioritas kehidupan akan berubah
dengan kehadiran seorang anak. Kita bersyukur bahwa saat ini
cukup banyak perhatian yang dicurahkan bagi suatu proses
kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) akan selamanya menjadi tolok ukur kemajuan dan
kesejahteraan suatu masyarakat. Namun sayangnya, perhatian
masih tercurah semata-mata pada proses kelahiran itu saja, tanpa
memerhatikan luasnya dimensi yang berperan di dalamnya.
Kesadaran mengenai pentingnya peran berbagai pihak dalam
menciptakan ibu dan bayi yang sehat dan selamat seutuhnya
itulah yang menjadi dasar berkembangnya Perinasia
(Perkumpulan Perinatologi di Indonesia).
Peritanologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari
kesehatan janin dalam kandungan dan kesehatan bayi baru lahir.

SEJARAH PERINASIA 1
0
Masa perinatal didefinisikan sebagai periode yang berawal sejak
usia kehamilan 28 minggu sampai 7 hari setelah kelahiran, di
mana masa ini merupakan masa yang paling krusial dalam
memengaruhi angka morbiditas dan mortalitas baik bagi ibu
maupun bayi. Pada awalnya, Perinatologi berkembang
berdasarkan pada keprihatinan atas tingginya angka kematian
pada masa perinatal dan neonatal (sampai 28 hari pasca
kelahiran). Meskipun demikian, ilmu Perinatologi sendiri
berkembang jauh lebih luas daripada itu. Perinatologi menaruh
perhatian pada penanganan komprehensif segala hal yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi, fisiologi maternal, janin,
dan neonatus dimulai sejak sebelum terjadinya kehamilan sampai
42 hari pasca kelahiran. Perinatologi menangani pula data survei
epidemiologi mengenai dampak yang terjadi akibat proses
kehamilan dan kelahiran terhadap kelangsungan dan kualitas
hidup ibu dan bayi, seperti terjadinya retardasi mental dan
komplikasi lainnya. Tujuan dari Perinatologi ini adalah mencapai
intact survival atau keselamatan yang utuh, di mana proses
reproduksi bukan hanya terdiri dari proses pembuahan,
kehamilan, dan kelahiran hidup saja, namun juga usaha untuk
menjamin tumbuh kembang yang seutuhnya. Didasari pemikiran
tersebut, Perinatologi jelas bukan hanya menjadi ranah ilmu

SEJARAH PERINASIA 1
1
Obstetri dan Ginekologi saja, namun juga melibatkan bidang
ilmu lain khususnya Pediatri dan Anestesi serta tidak menutup
kemungkinan bagi berbagai pihak yang menaruh perhatian
terhadap penanganan pada masa-masa krusial ini.
Awal berdirinya Perinasia tercetus pada saat
berlangsungnya Penataran Perinatologi, kerjasama antara
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dengan
The Royal Australian College of Obstetricians and
Gynaecologist, yang diselenggarakan oleh Bagian Obstetri &
Ginekologi dan Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,
pada tahun 1981. Ketika itu almarhum Prof. dr. Sudradji, SpOG
yang juga peserta penataran mendorong almarhum Prof. Dr. dr.
Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG(K) dan dr. Winahyo
Hardjoprakoso, SpOG untuk mendirikan suatu wadah yang dapat
mengembangkan Perinatologi di Indonesia, yang kemudian
dikenal dengan sebutan Perinasia (Perkumpulan Perinatologi
Indonesia). Tepatnya pada 13 Juni 1981, berdirilah Perinasia
yang ditandai dengan penandatanganan Piagam oleh 59 orang.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengesahan
perkumpulan saat itu ditugaskan kepada Panitia Persiapan
Perkumpulan Perinatologi Indonesia yang diketuai almarhum dr.

SEJARAH PERINASIA 1
2
Harun Harahap, SpOG. Saat ini piagam tersebut masih
terpampang di ruang tamu kantor Perinasia
Satu tahun setelah berdirinya Perinasia, diadakan pertemuan
yang akhirnya memilih Prof. dr. Hans E. Monintja, SpA(K)
sebagai Ketua Umum Perinasia pertama. Tahun 1985, Dr. R.
Hariadi, SpOG (Surabaya) terpilih menjadi Ketua Umum
Perinasia kedua. Lalu pada tahun 1988, Prof. Gulardi terpilih
sebagai Ketua Umum yang ketiga dan saat kepemimpinan beliau,
Perinasia yang tadinya lebih mencurahkan perhatian pada
intervensi di bidang klinis, secara perlahan fokus ke arah
community health. Diakuinya hal tersebut terjadi karena adanya
gap (celah) antara penangankan klinis dengan kebutuhan yang
ada di masyarakat. Namun kondisi ini dianggap lebih
menguntungkan karena Perinasia langsung memenuhi tuntutan
masyarakat. Sejak kepemimpinan Prof. Gulardi jugalah Perinasia
mulai berkiprah sebagai anggota FAOPS (Federation of Asia
Oceania Perinatal Society).
Setelah berkiprah 30 tahun, telah banyak perubahan di
organisasi Perinasia, diantaranya kepengurusan yang silih
berganti dalam 10 periode, jumlah cabang di tingkat provinsi
berkembang menjadi 23 cabang, ragam aktivitas organisasi
bertambah dari tahun ke tahun, dan sejak 1991, Perinasia yang

SEJARAH PERINASIA 1
3
awal mulanya menumpang kesekretariatan di RSCM telah
memiliki kantor sendiri.

Berikut nama Ketua Umum Perinasia dalam 13 Periode:

Prof. dr. Hans Eldih Monintja, SpA(K), Jakarta


Ketua Umum Perinasia 1982-1985

Prof.H. R. Hariadi, dr.,Sp.OG(K), Surabaya


Ketu Umum Perinasia 1985-1988

SEJARAH PERINASIA 1
4
Prof. Dr. dr. Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG(K)
Ketua Umum Perinasia 2 periode: 1988-1991 & 1991-
1994 (2 periode)

Prof. dr. Anna Alisyahbana, SpA(K), PhD (Wafat 19


September 2009)
Ketua Umum Perinasia 1994-1997

Prof. dr. Ariawan Soejoenoes, SpOG(K)


Ketua Umum Perinasia 1997-2000

SEJARAH PERINASIA 1
5
dr. Titut. S. Pusponegoro, SpA
Ketua Umum Perinasia 2000-2003 (Wafat 26 Maret
2001)

dr. Imral Chair, SpA(K)


Ketua Umum Perinasia 2003-2006

SEJARAH PERINASIA 1
6
dr. Trijatmo Rachimhadhi, SpOG(K)
Ketua Umum Perinasia 2006-2009 dan 2009-2012 (2
periode)

Dr. dr M. Sholeh Kosim, SpA(K)


Ketua Umum Perinasia 2012-2015

SEJARAH PERINASIA 1
7
Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), Jakarta
Ketua Umum Perinasia 2016-2018 dan 2018-2021 (2
periode)

Dilihat dari komposisi pengurus Perinasia yang berasal


dari berbagai latar belakang dan bidang ilmu, diharapkan
Perinasia dapat menjadi wadah bagi semua orang yang ingin
berkontribusi mewujudkan kesehatan ibu dan anak demi
kehidupan generasi baru yang cemerlang bagi kemajuan bangsa
Indonesia.

SEJARAH PERINASIA 1
8
1.2. SEKILAS TENTANG PERINATOLOGI
PERINATOLOGI adalah Ilmu yang mempelajari
kesehatan janin dalam kandungan dan kesehatan bayi baru lahir.
Ilmu perinatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran
reproduksi.

Tujuan Ilmu Kedokteran Reproduksi


Intact survival: keselamatan yang utuh. Jadi proses
reproduksi bukan hanya terdiri dari proses pembuahan,
kehamilan, kelahiran dan hidup saja, tetapi juga usaha untuk
menjamin tumbuh kembang yang seutuhnya.

Dasar Perkembangan Ilmu Perinatologi


1. Angka kematian perinatal/neonatal yang tinggi
2. Angka retardasi mental yang terjadi sejak proses
kehamilan/kelahiran tinggi.
3. Data survei epidemiologi
4. Penelitian kesehatan reproduksi, fisiologi janin dan
neonatus
5. Kelangsungan hidup bayi BBLR (bayi berat lahir rendah)
dan prematur.
6. Keluarga berencana

SEJARAH PERINASIA 1
9
Masa Kehamilan/Masa Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat
kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (menstrual age
of pregnancy).
 Kehamilan cukup bulan (term/aterm) : masa gestasi 37-42
minggu (259 - 294 hari) lengkap.
 Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang
dari 37 minggu (259 hari).
 Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari
42 minggu (294 hari).
 Bayi cukup bulan (term infant) : bayi dengan usia gestasi 37
- 42 minggu.
 Bayi kurang bulan (preterm infant) : bayi dengan usia
gestasi kurang dari 37 minggu.

Masa Perinatal
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan 4 minggu (28
hari) sesudah kelahiran. Ukuran statistik : masa sejak kehamilan
28 minggu sampai dengan 28 hari sesudah lahir (batasan lama).
Sekarang menjadi masa sejak kehamilan 22 minggu, karena
viabilitas dan harapan hidup janin yang makin besar pada usia
kehamilan yang lebih muda (menurut ICD-10 WHO). Ukuran

SEJARAH PERINASIA 2
0
biologis : masa sejak terjadinya konsepsi sampai satu bulan
sesudah lahir, dihitung sejak hari pertama haid terakhir.

Masa Neonatal
Masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran.

Neonatus
Bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah
lahir.
Neonatus dini : usia 0-7 hari
Neonatus lanjut : usia 7-28 hari.

Berat Badan Lahir (Birthweight)


Berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam
waktu satu jam sesudah lahir.
 Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g.
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) /low birthweight infant :
bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 - 2500 g.
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) /very low
birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir 1000 -
1500 g.

SEJARAH PERINASIA 2
1
 Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)/extremely
very low birthweight infant : bayi lahir hidup dengan berat
badan lahir kurang dari 1000 g.
 Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g,
dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka
harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%.

Lahir Hidup (Live Birth)


Pengeluaran lengkap suatu hasil konsepsi (bayi), tanpa
memandang masa kehamilannya, di mana, setelah terpisah dari
ibunya, bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan
seperti gerakan napas, pulsasi jantung, pulsasi tali pusat, atau
pergerakan otot, tanpa membedakan keadaan tali pusat sudah
dipotong atau belum ataupun masih terhubung dengan plasenta.

Kematian Janin
Kematian sebelum terjadinya pengeluaran yang lengkap
hasil konsepsi dari ibunya, tanpa memandang masa kehamilan.
Kematian ditandai dengan tidak adanya usaha pernapasan atau
tanda-tanda kehidupan yang lain seperti pulsasi jantung, pulsasi
tali pusat atau pergerakan otot-otot.

SEJARAH PERINASIA 2
2
Lahir Mati (Stillbirth)
Kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati, yang telah
mencapai umur kehamilan 28 minggu atau berat lahir sekurang-
kurangnya 1000 g.

Kematian Perinatal
Kematian perinatal: kematian pada masa kehamilan 28 minggu
sampai dengan 7 hari sesudah lahir.
Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate) : jumlah
kematian perinatal dikali 1000 lalu dibagi dengan jumlah bayi
lahir hidup dan lahir mati.
Kematian neonatal dini (early neonatal death): kematian bayi
pada 7 hari pertama sesudah lahir, (jika kurang dari satu hari,
gunakan hitungan yang sesuai - jam atau menit).
Kematian neonatal lanjut (late neonatal death): kematian bayi
pada hari ke 7 - 28 sesudah lahir.

1.3. SEKILAS TENTANG PERKUMPULAN


PERINATOLOGI INDONESIA (PERINASIA)
Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA) adalah
perkumpulan seminat di bidang perinatologi yang anggotanya
multi disiplin terdiri dari dokter spesialis anak, dokter spesialis

SEJARAH PERINASIA 2
3
obstetri dan ginekologi, dokter spesialis lain, dokter umum,
bidan, perawat, ahli kesehatan masyarakat, psikolog dan individu
lain yang tertarik kepada masalah kesehatan bayi baru lahir.
Organisasi ini bersifat nirlaba, independen, serta bertujuan
membantu upaya penurunan morbiditas dan mortalitas perinatal
di Indonesia melalui peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir. Dalam upaya mencapai tujuannya, Perinasia bekerja sama
lintas profesi (terutama dengan POGI, IBI, PPNI, IDI dll.) dan
lintas sektor.
Setelah berkiprah kurang lebih 3 dekade, telah banyak
perubahan di organisasi PERINASIA, diantaranya kepengurusan
yang silih berganti dalam 13 periode, jumlah Cabang di tingkat
propinsi berkembang menjadi 23 Cabang, ragam aktifitas
organisasi bertambah dari tahun ke tahun, dan sejak 1991,
PERINASIA yang awal mulanya menumpang kesekretariatan di
RSCM, sejak 25 April 2016 telah memiliki kantor sendiri.
Masa bakti pengurus PERINASIA adalah selama 3 (tiga)
tahun, dengan sekretariat berkedudukan di ibukota Negara
Republik Indonesia. Anggota PERINASIA wajib menjunjung
tinggi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga PERINASIA,
serta peraturan dan keputusan PERINASIA. Sampai dengan
KONAS PERINASIA XII di Banjarmasin, dengan 23 Cabang

SEJARAH PERINASIA 2
4
serta 5 Cabang Persiapan di tingkat provinsi di Indonesia,
terdaftar 5.581 anggota multidisiplin yang terdiri dari dokter
spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anak, dokter
spesialis anestesi, dokter umum, ahli kesehatan masyarakat,
bidan, perawat, psikolog, dan profesi lain yang mempunyai minat
yang besar terhadap masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia.

1.4. KONAS PERINASIA

KONAS KE-
Tahun Lokasi Ketua Tema
Penyelenggara

I 1983 Yogyakarta Prof dr. Nama tema tidak


Achmad terdokumentasi
Suryono,
SpA(K)

II 1986 Surabaya dr. Hanny Memasyarakatkan


Sumampouw, Kesehatan
SpOG Perinatal Masa
Kini Akan
Menjamin
Tercapainya

SEJARAH PERINASIA 2
5
Kesehatan Untuk
Semua Tahun
2000

III 1988 Denpasar Prof. dr. I Lactation


Made Kornia Management
Karkata, Workshop and
SpOG(K) Related Events

IV 1991 Bandung Prof. dr. Anna Maternal and


Alisjahbana, Infant Mortality:
SpA(K) Closing the Gap
between Perinatal
helath Services

V 1994 Mataram dr. SDA The Prevention


Soesbandoro, and Therapy of
SpOG Perinatal
Infection for
Mother and Child
Health

VI 1997 Manado dr. A. A. Penggunaan


Gerung, SpA Teknologi Tepat

SEJARAH PERINASIA 2
6
Guna Dalam
Menurunkan
Angka Kematian
dan Kesakitan Ibu
dan Perinatal

VII 2000 Semarang dr. Bantuk Kesehatan


Hadijanto, Reproduksi
SpOG(K) Remaja dan
Kesehatan
Perinatal pada
awal Milenium III

VIII 2003 Medan Prof dr. Djafar Meningkatkan


Siddik, Kualitas dan
SpOG(K) Cakupan
Pelayanan
Perinatal

IX 2006 Makassar Prof. dr. Paradigma Baru


Djauhariah A. Dalam Pelayanan
Madjid, Perinatal
SpA(K) Menyongsong

SEJARAH PERINASIA 2
7
Indonesia Sehat
2010
dr. M. Syafak Upaya
X 2009 Balikpapan
Hanung, SpA Peningkatan
Kualitas Hidup
Bayi Berat Lahir
Rendah

XI 2012 Pekanbaru dr. Dewi A. Optimalisasi


Wisnumurti, Pelayanan
SpA(K), Maternal
IBCLC Neonatal Dalam
Pencapaian
Millenium
Development
Goals (MDGs)
2015

XII 2016 Banjarmasin Prof. Dr. dr. “Pencapaian


Ari Yunanto, Target MDGs dan
SpA(K), SH, Program
IBCLC Penurunan Angka
Kematian Ibu &

SEJARAH PERINASIA 2
8
Anak Menuju
Indonesia Sehat”

XIII 2018 Padang Dr. dr. Mayetti, ”Optimalisasi


SpA(K) Pelayanan
Maternal
Neonatal Menuju
Generasi Emas di
Era JKN”

SEJARAH PERINASIA 2
9
BAB II
VISI MISI ORGANISASI

2.1. Visi dan Misi (RENSTRA 2016-2020)


VISI
Menjadi penggerak dan mitra utama pihak terkait dalam
kontribusi penurunan angka kematian ibu dan bayi sekaligus
meningkatkan kualitas hidupnya.

MISI

Misi internal:

Menjadi organisasi nirlaba di bidang perinatologi yang


komprehensif dan akuntabel.

Misi eksternal:

1) Melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas


hidup ibu melalui upaya promotif, pencegahan penyakit,
kecacatan dan kematian akibat proses reproduksi.
2) Melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
hidup bayi baru lahir melalui upaya promotif, pencegahan
penyakit, kecacatan dan kematian akibat proses
reproduksi.

SEJARAH PERINASIA 3
0
3) Menjadi mitra pemerintah dan instansi/organisasi terkait
lain dalam bidang pendidikan, pelayanan, dan penelitian
perinatologi.
4) Menjadi organisasi perantara antara bidang kedokteran
dasar dan bidang terapan.

SEJARAH PERINASIA 3
1
BAB III
ORGANISASI

3.1 TUJUAN
Tujuan pokok PERINASIA ialah meningkatkan mutu
anggotanya dan mutu pelayanan perinatal untuk kepentingan
masyarakat dengan usaha:
1. Meningkatkan derajat dan kesehatan perinatal dalam
pembangunan manusia
2. Menyebarluaskan penerangan ilmiah dan populer dalam hal
perinatologi.
3. Merumuskan standar terbaik dalam pendidikan,
perlengkapan, sistem pelayanan dan merangsang riset
perinatologi.
4. Memberikan nasehat dan bekerja sama dengan pemerintah
dan instansi yang berwenang dalam bidang perinatologi.
5. Mengadakan dan memelihara hubungan internasional yang
serupa di luar negeri.
6. Menyelenggarakan kongres mengenai perinatologi dan
menyelenggarakan pertemuan yang berhubungan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan
perinatologi.

SEJARAH PERINASIA 32
7. Menjembatani dunia ilmiah/biomedis dengan ilmu terapan.

3.2 STRUKTUR ORGANISASI


1. Badan Eksekutif (Pengurus Pusat)
Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
Sekretaris Umum
Sekretaris
Bendahara
Anggota
Badan Khusus, terdiri dari Koordinator Program dan
Dewan Redaksi Majalah Perinasia
2. Dewan Pertimbangan

3.3 NILAI-NILAI, BUDAYA DAN MOTTO ORGANISASI


NILAI
Bertanggung jawab (responsibility and accountability)
1. Jujur
2. Learning Organization
3. Kemitraan
4. Kepuasan

SEJARAH PERINASIA 33
5. Mutu
BUDAYA
Profesional yang ramah, jujur dan bertanggung jawab dalam
Tim Terpadu.
MOTTO
Menuju kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi

3.4 ARAH PENGEMBANGAN ORGANISASI


Perencanaan Strategis Perinasia disusun untuk
menjadi penentu arah berjalannya organisasi Perinasia
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. Secara
khusus hasil yang ingin dicapai dari perencanaan
strategis ini sebagai berikut.
1. Menjaga konsistensi perencanaan dan pemilihan
program maupun kegiatan prioritas yang telah
ditetapkan.
2. Menjamin komitmen bersama unsur -unsur
organisasi terhadap program dan kegiatan yang
telah disepakati oleh semua pemegang
kepentingan
3. Memperkuat landasan penentuan program dan
kegiatan tahunan Perinasia.

SEJARAH PERINASIA 34
4. Menjadi pedoman bagi unit kerja dalam
merencanakan program dan kegiatan serta
pembiayaannya sesuai dengan prioritas dan
kemampuan organisasi.

Arah pengembangan Perinasia dalam 5 (lima) tahun


mendatang meliputi 3 (tiga) tahap sebagai berikut.
A. Tahap I: Pembenahan organisasi dan perencanaan
program baru

B. Tahap II: Pelaksanaan dan pengembangan program


baru

C. Tahap III: Peningkatan dan optimalisasi kerjasama


lintas sector

SEJARAH PERINASIA 35
VISI

2020

2019

2018
5
2017
2016

RKAP 2016 RKAP 2017 RKAP 2018 RKAP 2019 RKAP 2020
MISI
Pembenahan Inisiasi Monev Penyempurnaan Optimalisasi
organisasi, kerjasama kegiatan program baru kerjasama lintas
(kebijakan/ dengan Pengemb. sektor sesuai
manajemen) PEMDA/ Implementasi program visi Perinasia
Peningkatan organsasi lain hasil monev penelitian
kerjasama dg. Pengemb.
organisasi lain Inisiasi
penelitian program baru
Perencana
program baru Optimalisasi Optimalisasi
program lama kerjasama
lintas sektor
Skema 1. Pelaksanaan
Arah sesuai visiOrganisasi
Pengembangan
program baru Perinasia

Perencanaan

SEJARAH PERINASIA 36
3.5 KANTOR PERINASIA
Kantor PERINASIA kini beralamat di Jl Tebet Timur
Dalam IIIM no 9 JAKARTA SELATAN, memiliki luas lahan
215 m2.

SEJARAH PERINASIA 37
BAB IV
ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA (ART)

ANGGARAN DASAR
Mukadimah
- Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa
Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari
kaum penjajah, maka setiap warga negara
berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju
tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil dan
makmur.
- Menyadari bahwa Profesi di Bidang Perinatologi
mempunyai tanggung jawab untuk turut mengisi
kemerdekaan bangsa yang berasaskan Pancasila dan
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, dengan
membina masyarakat yang sehat jasmaniah dan
rohaniah, khususnya kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan bayi Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan
Nasional Bangsa Indonesia yaitu untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,

SEJARAH PERINASIA 38
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan kesejahteraan
sosial.
- Meyakini bahwa untuk sampai kepada derajat
pengabdian yang setinggi-tingginya, dan hasil guna
yang sebesar-besarnya, dalam usaha meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi Indonesia
tersebut, maka seluruh Profesi yang bekerja dan
berminat di Bidang Perinatologi perlu
dipersatukan dalam satu wadah organisasi bernama
Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
- Meyakini bahwa tujuan dan cita-cita organisasi yang
luhur hanya dapat dicapai atas petunjuk Tuhan Yang
Maha Esa, serta disertai usaha-usaha teratur, terencana
dan penuh kebijakan, digerakkan dengan pedoman dan
langkah-langkah organisasi yang terarah sebagai
berikut:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Profesi yang bekerja dan atau berminat di Bidang
Perinatologi adalah semua tenaga kesehatan dan non

SEJARAH PERINASIA 39
kesehatan warga negara Indonesia yang telah mendapat
ijasah dan berminat di bidang kesehatan dan kesejahteraan
ibu dan bayi.
2. Organisasi yang mewadahi seluruh Profesi di Bidang
Perinatologi di Indonesia adalah Perkumpulan
Perinatologi Indonesia.
3. Ibu adalah calon ibu, ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu
pasca melahirkan.
4. Bayi adalah sejak lahir sampai berusia satu tahun.

SEJARAH PERINASIA 40
BAB II
NAMA, KEDUDUKAN, DAN WAKTU
Pasal 2
Organisasi ini bernama Perkumpulan Perinatologi
Indonesia disingkat PERINASIA. Dalam hubungan
Internasional dipergunakan terjemahan The Indonesian
Society of Perinatology.
Pasal 3
Pengurus Harian PERINASIA berkedudukan di Ibu Kota
Negara Republik Indonesia.
Pasal 4
PERINASIA didirikan di Jakarta pada tanggal 13 bulan
Juni 1981 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

BAB III
ASAS
Pasal 5
PERINASIA berasaskan Pancasila, berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945.
BAB IV
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 6

SEJARAH PERINASIA 41
PERINASIA bertujuan untuk :
1. Meningkatkan derajat dan kesehatan masyarakat
khususnya di bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan bayi dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya.
2. Mengembangkan serta meningkatkan ilmu dan
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
3. Meningkatkan kesejahteraan anggota.

Pasal 7
Untuk mencapai tujuannya PERINASIA berusaha:
1. Berpartisipasi aktif dalam membina dan
meningkatkan mutu pelayanan masyarakat kesehatan
dan kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia.
2. Berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan
pengetahuan ilmiah dan populer dalam bidang
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
3. Berperan aktif dalam memberikan pengarahan,
pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan
pendidikan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi di
Indonesia.

SEJARAH PERINASIA 42
4. Merumuskan standar terbaik dalam pendidikan,
perlengkapan, sistem pelayanan dan mengembangkan
riset kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
5. Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan instansi
yang berwenang, organisasi- organisasi profesi dan
organisasi seminat lainnya di dalam dan di luar negeri,
dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu dan
bayi.
6. Membina dan meningkatkan kemampuan profesi
anggota
7. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Perinasia.
8. Berpartisipasi aktif dan mendukung semua program
pemerintah yang berdampak positif pada pelayanan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 8
Anggota PERINASIA terdiri atas:
1. Anggota biasa

SEJARAH PERINASIA 43
2. Anggota luar biasa
3. Anggota kehormatan

BAB VI
ORGANISASI
Pasal 9
Organisasi terdiri dari :
1. Badan Legislatif, yaitu Sidang Organisasi Kongres
Nasional PERINASIA
2. Badan Eksekutif:
a. Pengurus Pusat
b. Pengurus Cabang
c. Badan Khusus adalah badan yang dibentuk oleh
Pengurus Pusat untuk membantu pengurus
melaksanakan program kerjanya, terdiri dari:
1. Koordinator Program
2. Badan lain yang dianggap perlu

SEJARAH PERINASIA 44
BAB VII
KEKAYAAN
Pasal 10
Kekayaan Perkumpulan diperoleh dari:
1. Iuran anggota
2. Sumbangan-sumbangan dalam bentuk apapun yang sah
dari badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan
dari dalam dan luar negeri, yang tidak bertentangan
dengan maksud tujuan Perkumpulan dan tidak mengikat.
3. Hasil kegiatan perkumpulan.

BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 11
1. Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan dalam Sidang
Organisasi Kongres Nasional PERINASIA.
2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus
Pusat atau oleh Pengurus Cabang.
3. Usulan perubahan Anggaran Dasar harus disampaikan
kepada Pengurus Pusat selambat- lambatnya 3 bulan
sebelum Kongres Nasional PERINASIA.

SEJARAH PERINASIA 45
BAB IX
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 12
Pembubaran PERINASIA diselenggarakan oleh Kongres
Luar Biasa yang khusus diselenggarakan untuk keperluan
tersebut

BAB X
PERATURAN TAMBAHAN
Pasal 13
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga sepanjang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I
SIFAT ORGANISASI
Pasal 1
PERINASIA merupakan organisasi yang berdiri sendiri,
tidak semata-mata bertujuan mencari keuntungan,
mempunyai wewenang penuh dalam menentukan dan

SEJARAH PERINASIA 46
melaksanakan jalannya organisasi, baik ke dalam maupun
ke luar.

Pasal 2
PERINASIA mengupayakan peningkatan ilmu dan mutu
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya di bidang
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi di dalam wilayah
negara Republik Indonesia.

Pasal 3
PERINASIA bekerjasama dengan instansi pemerintah
maupun swasta, organisasi profesi, organisasi seminat,
dan organisasi lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan, peningkatan usaha pelayanan, riset dan
pendidikan kesehatan masyarakat khususnya di bidang
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

Pasal 4
PERINASIA mengadakan dan memelihara hubungan
internasional baik dengan organisasi- organisasi profesi
maupun organisasi seminat lain. Tujuannya adalah
tukar-menukar pengalaman dan pengetahuan, tukar-

SEJARAH PERINASIA 47
menukar tenaga atau sumber daya manusia (SDM) yang
dimiliki oleh PERINASIA untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu serta pelayanan di bidang kesehatan
dan kesejahteraan ibu dan bayi.

Pasal 5
PERINASIA mendorong para anggotanya untuk selalu
meningkatkan pengetahuan, dengan mengikuti
perkembangan ilmu, serta mengadakan penelitian-
penelitian, hasilnya disebarluaskan kepada seluruh
anggota dan masyarakat.

BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota
1. Anggota biasa adalah tenaga kesehatan dan non
kesehatan, berijasah, warga negara Indonesia, yang
berminat dan bersedia menyumbangkan tenaga dan
pikiran baik dalam pengembangan sistem pelayanan,
pendidikan maupun penelitian kesehatan masyarakat,

SEJARAH PERINASIA 48
khususnya di bidang kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan bayi.
2. Anggota luar biasa adalah individu dalam masyarakat
yang mempunyai minat dalam pengembangan sistem
pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang kesehatan
masyarakat , khususnya di bidang kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.
3. Anggota kehormatan adalah individu yang berjasa dalam
pengembangan pendidikan, penelitian, atau pelaksanaan
program PERINASIA.

Pasal 7
Penerimaan anggota
1. Calon anggota biasa dan luar biasa mengajukan
permintaan tertulis untuk menjadi anggota kepada
Pengurus Cabang, dengan mengisi formulir
keanggotaan.
2. Pengurus Cabang mengadakan evaluasi mengenai data-
data calon, dan apabila memenuhi syarat dapat langsung
diterima sebagai anggota.
3. Pengurus Cabang menentukan seorang calon diterima
sebagai anggota biasa atau anggota luar biasa.

SEJARAH PERINASIA 49
4. Pengusulan seorang menjadi anggota kehormatan
dilakukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Cabang.
5. Penerimaan anggota kehormatan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Pengurus Pusat.
6. Keanggotaan berlaku seumur hidup

Pasal 8
Pemberhentian anggota
1. Seorang anggota kehilangan keanggotaannya oleh
karena:
a. meninggal dunia
b. atas permintaan sendiri secara tertulis
c. diberhentikan
2. Seorang anggota diberhentikan karena bertindak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, atau melakukan pelanggaran hukum
pidana dan telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan
3. Pemberhentian anggota diusulkan oleh Pengurus Cabang
disertai data-data tertulis dan diputuskan sementara oleh
Pengurus Pusat.
4. Anggota yang diberhentikan sementara dapat membela
diri di depan Pengurus Pusat yang dihadiri oleh Pengurus

SEJARAH PERINASIA 50
Cabang yang mengusulkan. Bila pembelaan tersebut
diterima maka hak-hak keanggotaan yang bersangkutan
direhabilitasi. Apabila pembelaannya tidak diterima
maka yang bersangkutan akan diberhentikan secara
tetap.
5. Dalam hal luar biasa, Pengurus Pusat dapat
melakukan pemberhentian sementara secara langsung
dengan pemberitahuan kepada Pengurus Cabang yang
bersangkutan.

Pasal 9
Hak dan kewajiban anggota
1. Hak anggota
a. Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan
kesetiakawanan dalam melaksanakan tugas
organisasi dan program PERINASIA
b. Anggota biasa mempunyai hak mengeluarkan
pendapat, hak memilih, hak dipilih dan hak mengikuti
kegiatan organisasi
c. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan
mempunyai hak mengeluarkan pendapat dan hak
mengikuti semua kegiatan organisasi, tanpa hak
untuk memilih atau dipilih.

SEJARAH PERINASIA 51
d. Mendapatkan Kartu Tanda Anggota yang diterbitkan
oleh Pengurus Pusat.

2. Kewajiban anggota
a. Menjunjung tinggi dan mengamalkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERINASIA.
b. Berperan dalam mengembangkan pendidikan,
penelitian dan pelayanan program- program
perinatologi di Indonesia.
c. Melaksanakan segala keputusan-keputusan
Kongres Nasional dan Pengurus PERINASIA.
d. Melengkapi persyaratan administrasi keanggotaan
PERINASIA.

BAB III
KONGRES NASIONAL
Pasal 10
1. membahas perkembangan organisasi serta
perkembangan perinatologi.
2. Kongres Nasional mempunyai 2 sidang, yaitu sidang
organisasi dan sidang ilmiah.

SEJARAH PERINASIA 52
3. Sidang Organisasi Kongres Nasional PERINASIA
adalah badan legislatif tertinggi PERINASIA yang
merupakan musyawarah utusan Cabang dan Pengurus
Pusat.
4. Sidang Ilmiah Kongres Nasional PERINASIA adalah
kegiatan ilmiah yang membahas perkembangan
perinatologi terkini di tingkat nasional maupun
internasional.
5. Kongres Nasional diadakan sekali dalam 3 tahun.
6. Dalam keadaan mendesak, Kongres Nasional Luar Biasa
PERINASIA dapat diadakan atas usul Pengurus Pusat,
atau salah satu Cabang dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 2/3 (duapertiga) dari jumlah Cabang.

Pasal 11
Kekuasaan dan wewenang Kongres Nasional
Tugas dan wewenang rapat organisasi dalam Kongres
Nasional adalah :
1. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga PERINASIA.
2. Menetapkan rencana strategis (renstra) organisasi.
3. Menilai pertanggungjawaban hasil kerja Pengurus Pusat

SEJARAH PERINASIA 53
4. Memilih dan menetapkan Ketua Umum.
5. Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan.
6. Menetapkan dan mengesahkan Cabang baru.
7. Menentukan besarnya iuran anggota.
8. Menetapkan tempat penyelenggaraan kongres berikutnya.

Pasal 12
Penyelenggaraan Kongres Nasional PERINASIA
1. Penyelenggara Kongres Nasional PERINASIA adalah
Pengurus Pusat dan Cabang terpilih.
2. Pengurus Pusat bersama Pengurus Cabang terpilih
membentuk Panitia Penyelenggara Kongres Nasional
PERINASIA yang disahkan oleh Pengurus Pusat.
3. Panitia Penyelenggara Kongres Nasional PERINASIA
merupakan suatu badan otonom dalam hal organisasi,
administrasi dan perbendaharaan, dan bertanggung jawab
kepada Pengurus Pusat.
4. Dalam menyelenggarakan Kongres, Panitia
Penyelenggara mengacu pada Panduan
Penyelenggaraan Kongres yang telah ditetapkan oleh
Pengurus Pusat.

SEJARAH PERINASIA 54
5. Sidang Organisasi pada Kongres Nasional dianggap sah
jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari
jumlah utusan Cabang. Jika yang hadir kurang dari 50%,
sidang ditunda selambat - lambatnya dalam 2 kali 15 menit
dan dianggap sah tanpa memandang jumlah peserta yang
hadir.
6. Sidang organisasi Kongres Nasional PERINASIA
dipimpin oleh Ketua Cabang Penyelenggara Kongres
didampingi oleh Sekretaris Umum Pengurus Pusat.
7. Keputusan-keputusan diambil atas musyawarah mufakat,
atau pemungutan suara yaitu suara terbanyak.
8. Peserta Sidang Organisasi Kongres Nasional
PERINASIA adalah utusan Cabang, Pengurus Pusat,
Badan Khusus, Dewan Pertimbangan dan Peninjau.
9. Utusan cabang terdiri dari Pengurus Cabang dan
atau Anggota Biasa cabang bersangkutan yang ditunjuk
dengan Surat Mandat. Utusan Cabang harus membawa
Surat mandat dari Pengurus Cabang yang bersangkutan.
10. Hak suara Cabang sesuai dengan jumlah anggota setiap
cabang setelah menyelesaikan kewajiban organisasi akan
menentukan besarnya hak suara sebagai berikut.
11. Setiap Cabang yang memiliki:

SEJARAH PERINASIA 55
- kurang dari 25 anggota mendapat hak 1 suara
- 25-50 anggota utusan Cabang mendapat hak 2 suara
- 51-100 anggota mendapat hak 3 suara
- 101-300 anggota mendapat hak 4 suara
- lebih dari 300 anggota mendapat hak 5 suara. Jumlah
maksimum Utusan Cabang adalah 5 orang.
12. Setiap Cabang mempunyai hak untuk mengirimkan 2
orang Peninjau. Peninjau mempunyai hak bicara tetapi
tidak memiliki hak suara.

BAB IV
PENGURUS PUSAT
Pasal 13
Status dan struktur Pengurus Pusat
1. Pengurus Pusat adalah Badan Eksekutif tertinggi
organisasi PERINASIA dan bertanggung jawab kepada
Kongres Nasional PERINASIA.
2. Masa bakti Pengurus Pusat adalah tiga tahun atau sampai
dengan Kongres Nasional PERINASIA berikutnya.
3. Setelah pertanggungjawaban pada akhir masa jabatan,
Pengurus Pusat menjadi demisioner sampai terbentuknya
Pengurus Pusat Baru.

SEJARAH PERINASIA 56
4. Pengurus Pusat Baru mulai menjalankan tugasnya segera
setelah dilakukan serah terima dengan Pengurus Pusat
demisioner, paling lambat dalam 30 hari setelah
penyelenggaraan kongres.
5. Ketua Umum Pengurus Pusat tidak boleh memangku
jabatannya lebih dari dua kali masa bakti berturut-turut.
6. Pengurus Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua Umum
b. Ketua I
c. Ketua II
d. Sekretaris Umum
e. Bendahara
f. Beberapa anggota
g. Badan Khusus terdiri dari :
- Koordinator Program
- Dewan Redaksi Majalah PERINASIA

Pasal 14
Tugas dan wewenang Pengurus Pusat
1. Menyusun dan melaksanakan program kerja yang
berlandaskan keputusan-keputusan dan tujuan pokok
PERINASIA yang ditetapkan oleh Kongres Nasional.

SEJARAH PERINASIA 57
2. Membentuk Badan Khusus untuk melaksanakan program-
programnya.
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi
pemerintah, organisasi profesi, dan badan-badan lain di
dalam dan di luar negeri yang dipandang perlu, dalam
rangka usaha mencapai tujuan PERINASIA.
4. Monitoring dan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas-
tugas Pengurus Cabang dalam hal mengamankan
pelaksanaan keputusan-keputusan Kongres Nasional.
5. Mewakili PERINASIA di tingkat Nasional dan
Internasional.
6. Melantik Pengurus Cabang.
7. Mempertanggungjawabkan semua kegiatan dan kekayaan
perkumpulan selama masa jabatannya kepada Kongres
Nasional.
8. Dalam melaksanakan program kerjanya Pengurus Pusat
dapat mempergunakan tenaga yang dipandang perlu demi
kelancaran organisasi.

Tugas Ketua Umum


1. Mengangkat dan menetapkan Susunan Pengurus Pusat.
2. Memimpin kegiatan Pengurus Pusat.

SEJARAH PERINASIA 58
3. Mengeluarkan keputusan-keputusan yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga untuk kelancaran jalannya organisasi.
4. Mengarahkan, mengawasi, memberikan pembinaan dan
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan PERINASIA
selama masa jabatannya.
5. Mewakili PERINASIA di tingkat Nasional maupun
Internasional.

Tugas Ketua-ketua
1. Ketua I adalah Ketua Eksekutif Harian dan merupakan
Wakil Ketua Umum dalam kegiatan organisasi.
2. Ketua I mempunyai wewenang penuh atas nama Ketua
Umum dalam memimpin kegiatan rutin organisasi
PERINASIA.
3. Melakukan koordinasi semua unsur kepengurusan dalam
sistem organisasi PERINASIA.
4. Ketua II mempunyai tugas koordinasi bidang riset dan
pendidikan.
5. Ketua I dan Ketua II bertanggung jawab kepada Ketua
Umum.

SEJARAH PERINASIA 59
Tugas Sekretaris Umum dan Bendahara
1. Sekretaris Umum bertugas memimpin dan
bertanggungjawab atas administrasi organisasi, serta
membantu Ketua Umum agar dapat menjalankan tugas
dan wewenangnya dengan lancar.
2. Bendahara bertugas mengelola, mengatur, dan
bertanggung jawab atas keuangan serta kekayaan
PERINASIA Pusat.
3. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum.

Tugas Anggota Pengurus Pusat


1. Melaksanakan dan mengamankan tugas yang diberikan
oleh Ketua Umum.
2. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua
Umum baik diminta maupun tidak.
3. Bertanggung jawab kepada Ketua Umum.

Badan Khusus
1. Koordinator Program
a. Membantu Pengurus Pusat dalam melaksanakan
program kegiatan sesuai bidangnya.

SEJARAH PERINASIA 60
b. Koordinator program dibantu oleh Penanggung
Jawab Program
c. Bertanggungjawab kepada Ketua Umum.

2. Dewan Redaksi Majalah PERINASIA


Dewan Redaksi Majalah Perinasia adalah Badan
Khusus PERINASIA yang dibentuk untuk menjalankan
tugas pengelolaan dalam menerbitkan Buletin dan Jurnal
PERINASIA. Masa jabatan Dewan Redaksi Buletin dan
Jurnal PERINASIA sama dengan masa jabatan Pengurus
Pusat.
Dewan Redaksi Buletin dan Jurnal PERINASIA
sekurang-kurangnya terdiri dari penanggung jawab:
Pimpinan Redaksi dan Redaksi Pelaksana.
Dewan Redaksi Buletin dan Jurnal PERINASIA
adalah otonom di lingkungan Pengurus Pusat.

Tugas dan Wewenang Dewan Redaksi :


a. Mengelola, menerbitkan Buletin dan Jurnal PERINASIA.
b. Menggairahkan anggota untuk menulis dan mengirim
tulisannya ke Buletin dan Jurnal PERINASIA.

SEJARAH PERINASIA 61
c. Mengadakan hubungan dan tukar menukar bahan dan hasil
penerbitan dengan berbagai penerbit lainnya baik di dalam
atau di luar negeri.
d. Bertanggung jawab pada Ketua Umum.

Pasal 15
Rapat Kerja, Rapat Pleno, Rapat Pengurus Harian dan
Rapat Koordinasi
Rapat Kerja
a. Rapat Kerja adalah rapat yang diselenggarakan oleh
Pengurus Pusat dan dihadiri oleh Dewan Pertimbangan,
Pengurus Pusat, Pengurus Cabang, dan Badan Khusus
b. Menetapkan program kerja PERINASIA sesuai amanat
Kongres Nasional PERINASIA untuk dilaksanakan pada
masa bakti kepengurusan
c. Menetapkan Kompendium PERINASIA
d. Rapat Kerja diadakan sekurang-kurangnya 2 kali dalam
masa bakti kepengurusan
e. Rapat Kerja pertama diselenggarakan paling lambat 6
bulan setelah penyelenggaraan Kongres Nasional
PERINASIA.

SEJARAH PERINASIA 62
f. Rapat kerja terakhir diselenggarakan paling lambat 3
bulan sebelum penyelenggaraan Kongres Nasional
PERINASIA.
g. Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Umum

Rapat Pleno
1. Rapat Pleno adalah rapat Pengurus Pusat lengkap
2. Menyusun, menilai, dan menyempurnakan program kerja
Pengurus Pusat
3. Rapat Pleno dipimpin oleh Ketua Umum
4. Diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 kali dalam
setahun

Rapat Pengurus Harian


1. Rapat Pengurus Harian adalah rapat yang dihadiri oleh
para Ketua, Sekretaris Umum, Benda hara dan Anggota
Pengurus Pusat
2. Diselenggarakan dalam rangka kelancaran tugas sehari-
hari
3. Diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
4. Rapat Pengurus Harian dipimpin oleh Ketua I

SEJARAH PERINASIA 63
Rapat Koordinasi
1. Rapat Koordinasi adalah rapat antara Pengurus Pusat
dengan para Koordinator Program
2. Diselenggarakan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali atau
atas permintaan Pengurus Pusat
3. Rapat Koordinasi dipimpin oleh Ketua I

BAB V
DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 16
Status
1. Ketua Dewan Pertimbangan dipilih dan ditetapkan dalam
Kongres Nasional
2. Anggota dipilih oleh Ketua Dewan Pertimbangan.
3. Jumlah anggota Dewan Pertimbangan, maksimal 5
termasuk Ketua.
Tugas
1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua
Umum, baik diminta maupun tidak, secara tertulis.
2. Mengadakan rapat sekurang-kurangnya satu kali dalam
satu tahun.
3. Bertanggung jawab pada Kongres Nasional.

SEJARAH PERINASIA 64
BAB VI
PENGURUS CABANG
Pasal 17
Status dan Struktur Pengurus

1. Cabang dapat dibentuk di satu propinsi yang mempunyai


paling sedikit 25 anggota biasa dalam wilayah tersebut
2. Satu Propinsi hanya dibentuk satu Cabang
3. Propinsi yang belum memenuhi syarat untuk membentuk
Cabang, dapat dibentuk Komisariat dan bergabung dengan
Cabang PERINASIA di Propinsi terdekat
4. Pembentukan Cabang baru harus diajukan kepada
Pengurus Pusat dan disahkan pada Sidang Organisasi
Kongres Nasional PERINASIA
5. Pengurus Cabang dibentuk dalam Rapat Anggota, paling
tidak 3 bulan setelah penyelenggaraan Kongres Nasional
PERINASIA.
6. Ketua Pengurus Cabang tidak boleh memangku
jabatannya lebih dari dua kali masa bakti berturut-turut
7. Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil ketua

SEJARAH PERINASIA 65
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Beberapa anggota
8. Pengurus Cabang dapat membentuk Dewan Pertimbangan
Cabang dengan keanggotaan sesuai kebutuhan.
Pasal 18
Tugas dan Wewenang Pengurus Cabang
1. Menyusun serta melaksanakan program dan peraturan
yang ditetapkan oleh Kongres Nasional PERINASIA dan
Pengurus Pusat.
2. Menyusun dan melaksanakan program Cabang
3. Mengusahakan dan mengadakan dana untuk membiayai
kegiatan Cabang.
4. Menyusun peraturan-peraturan yang berlaku bagi
Cabangnya sepanjang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
5. Melakukan koordinasi dengan Instansi
Pemerintah/Organisasi lain dalam rangka mencapai
tujuan PERINASIA.
6. Memberikan laporan kepada Pengurus Pusat sekurang-
kurangnya sekali setahun

SEJARAH PERINASIA 66
Tugas dan wewenang Ketua
1. Memimpin kegiatan Cabang
2. Mengatur pembagian tugas antar anggota pengurus
Cabang
3. Bertindak keluar atas nama Pengurus Cabang
4. Bertanggungjawab kepada Rapat Anggota

Tugas dan wewenang Wakil Ketua


1. Melaksanakan tugas Ketua bila Ketua berhalangan
2. Membantu Ketua dalam melaksanakan tugas
3. Bertanggung jawab kepada Ketua Cabang

Tugas dan wewenang Sekretaris dan Bendahara


1. Sekretaris memimpin dan bertanggungjawab atas
administrasi organisasi, membantu Ketua agar dapat
menjalankan tugas dan wewenang dengan lancar
2. Bendahara mengelola, mengatur, dan bertanggung jawab
atas keuangan serta kekayaan Cabang
3. Bertanggungjawab kepada Ketua Cabang

SEJARAH PERINASIA 67
Tugas dan wewenang Anggota
1. Melaksanakan dan mengamankan tugas yang diberikan
oleh Ketua
2. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua baik
diminta maupun tidak
3. Bertanggung jawab kepada Ketua Cabang

Tugas dan wewenang Dewan Pertimbangan Cabang


1. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ketua
Cabang baik diminta maupun tidak
2. Bertanggung jawab kepada Ketua Cabang

Pasal 19
RAPAT ANGGOTA
1. Status
a. Rapat Anggota adalah badan legislatif tertinggi di
tingkat Cabang
b. Rapat Anggota merupakan rapat lengkap yang
dihadiri segenap Anggota Cabang
c. Rapat Anggota diselenggarakan oleh Pengurus
Cabang, sekurang-kurangnya 2 kali selama masa
bakti

SEJARAH PERINASIA 68
d. Dalam keadaan luar biasa Rapat Anggota dapat
diadakan sewaktu-waktu, atas usul
e. sekurang-kurangnya 5 (lima ) Anggota dan
mendapat persetujuan sekurang-kurangnya oleh
setengah dari jumlah Anggota Biasa yang ada
2. Kekuasaan dan wewenang
a. Menetapkan Program Kerja Cabang sesuai dengan
Program Kerja Pengurus Pusat
b. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Cabang
c. Memilih Ketua Cabang

SEJARAH PERINASIA 69
BAB VII
KEKAYAAN
Pasal 20
1. Kekayaan PERINASIA diperoleh dari uang pangkal dan
uang iuran anggota, usaha serta sumbangan-sumbangan
yang sah dan tidak mengikat dari organisasi dalam
maupun luar negeri.
2. Besarnya uang pangkal dan uang iuran ditetapkan dalam
Sidang Organisasi Kongres Nasional PERINASIA.
3. Pengurus Cabang berkewajiban menarik uang pangkal dan
iuran dari anggota
4. Pengurus Cabang berkewajiban menyerahkan 50 % uang
pangkal dan 25 % uang Iuran anggotanya kepada
Pengurus Pusat.
5. Pengurus Cabang dapat mengusahakan penambahan dari
sumber-sumber yang sah dan tidak mengikat.

PENGHARGAAN PERINASIA
Pasal 21
1. Penghargaan PERINASIA diberikan sebagai pengakuan
atas prestasi individu/ kelompok/ organisasi

SEJARAH PERINASIA 70
kemasyarakatan yang berjasa terhadap perkembangan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi .
2. Jenis penghargaan
a. Penghargaan Titut S. Pusponegoro, diberikan kepada
yang dianggap berjasa dan memiliki dedikasi prima
untuk pelayanan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan
bayi di lapangan
b. Penghargaan Achmad Suryono, diberikan kepada
yang dianggap berjasa dalam penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan dan kesejahteraan
ibu dan bayi .
c. Penghargaan Gulardi H. Wiknjosastro, diberikan
kepada yang dianggap berjasa dalam bidang
organisasi dan pengembangan di bidang kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.

Pasal 22
Tatacara pemberian penghargaan PERINASIA
1. Nama-nama calon penerima penghargaan diusulkan oleh
Cabang PERINASIA dan atau Pengurus Pusat paling
lambat 6 bulan sebelum pelaksanaan Kongres
Nasional PERINASIA

SEJARAH PERINASIA 71
2. Pemilihan calon penerima penghargaan dilakukan oleh
Panitia Pemilih yang dibentuk oleh Pengurus Pusat
3. Kriteria penilaian dikembangkan oleh Panitia Pemilih
berdasarkan panduan penerima penghargaan PERINASIA

ATRIBUT PERINASIA
Pasal 23
Atribut PERINASIA terdiri dari Lambang, Himne dan Mars
1. Lambang ditentukan oleh Kongres Nasional.
2. Perubahan lambang harus diajukan sekurang-kurangnya
tiga bulan kepada Pengurus Pusat dan harus diputuskan
dalam Kongres Nasional
3. Lambang hanya dipakai untuk kegiatan atau program yang
ada hubungannya dengan Perkumpulan.

Pasal 24
1. Lambang PERINASIA adalah kotak persegi panjang
berwarna biru berisi elips sebagai simbol uterus berwarna
putih dengan janin presentasi kepala menengok ke kiri
2. Himne PERINASIA adalah himne ciptaan Dadang Syarif
E dan aransemen oleh Arvin Zaenullah
3. Mars PERINASIA adalah Mars ciptaan Nazardi Oyong

SEJARAH PERINASIA 72
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN
RUMAH TANGGA
Pasal 25
1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ditetapkan dalam Rapat Organisasi Kongres
Nasional PERINASIA
2. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Pusat
atau oleh Pengurus Cabang.
3. Usulan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga harus disampaikan kepada Pengurus Pusat
selambat-lambatnya 3 bulan sebelum Kongres Nasional
PERINASIA.

SEJARAH PERINASIA 73
BAB X
PEMBUBARAN ORGANISASI PERINASIA
Pasal 26
1. Kongres Luar Biasa yang khusus diselenggarakan untuk
keperluan tersebut.
2. Usulan pembubaran harus disampaikan kepada Pengurus
Pusat dalam waktu selambat- lambatnya 3 bulan sebelum
Kongres Luar Biasa tersebut dan harus disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Cabang.
3. Keputusan pembubaran harus disetujui dengan dihadiri
oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) jumlah
Cabang dan dengan sekurang-kurangnya 3/4 (tiga
perempat) jumlah suara yang ada.
4. Kekayaan PERINASIA sesudah dibubarkan diserahkan
kepada suatu Badan Sosial.

PERATURAN TAMBAHAN
Pasal 27
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PERINASIA ini
diatur di dalam Kompendium PERINASIA oleh Pengurus
Pusat sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran

SEJARAH PERINASIA 74
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
dipertanggungjawabkan pada Kongres Nasional
PERINASIA berikutnya.

SEJARAH PERINASIA 75
BAB V
KEGIATAN

5.1. KEGIATAN ORGANISASI


1. Melaksanakan upaya promotif, preventif dan rehabilitatif
dalam Bidang Kesehatan Reproduksi dan Perinatal.
2. Melaksanakan penyebarluasan informasi dalam Bidang
Kesehatan Reproduksi dan Perinatal (antara lain melalui
kongres nasional, seminar, simposium, penerbitan buku
dan buletin).
3. Melaksanakan upaya pengembangan sumber daya
manusia, baik tenaga medis, paramedis maupun nonmedis,
melalui pelatihan dan penelitian.
4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan pelatihan di
bidang Perinatologi.
5. Melaksanakan advokasi dan jasa konsultasi di Bidang
Perinatologi.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan PERINASIA


2016-2018:
1. Pelatihan Perawatan Paliatif pada Neonatus
2. Pelatihan Stabilisasi Neonatus Pasca Resusitasi
3. Pelatihan Manajemen BBLR dengan Metode Kanguru

SEJARAH PERINASIA 76
4. Pelatihan Manajemen Makanan Pendamping ASI
5. Pelatihan Manajemen Laktasi
6. Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam (Standar
WHO/KEMKES/UNICEF)
7. Pelatihan Penatalaksanaan BBLR untuk YANKES level I-
II
8. Pelatihan Resusitasi Neonatus
9. Pelatihan Membantu Bayi Bernapas
10. Pelatihan Membantu Menyelamatkan Ibu

Tabel 2. Tambahan Kegiatan dari Perinasia Cabang, 2016-2018


CABANG Melaksanakan Pelatihan HMS di 4 Kabupaten KALTARA
KALTIM (Maret-April 2017: di Kabupaten Nunukan, Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Tanah Tidung, Kabupaten Malinau).
Total diikuti 205 bidan.
Melaksanakan pelatihan MP ASI untuk awam di Balikpapan
sebanyak 2 angkatan: 14 Juli 2018 dan 11 Agustus 2018.
Total diikuti 69 peserta.
Pengenalan HBB dalam Midwifery Up Date di Balikpapan,
5 Agustus 2018 (2 kelas, @ 30 orang, total 60 peserta)

SEJARAH PERINASIA 77
CABANG Penanganan Komprehensif BBLR dalam 3in1 Obgyn
BALI Meeting. Diikuti 80 peserta bidan, PPDS Obgin, PPDS
Anak, dokter umum (Desember 2017).
CABANG Lari pagi dan Konseling ASI di Car Free Day Pekanbaru, 16
RIAU Oktober 2016.
CABANG World Breastfeeding Week Foundation of Life, 5 Agustus
KALSEL 2018 (Kerjasama IDAI – PERINASIA – AIMI – IDI – POGI
CABANG KALSEL)
CABANG Workshop USG Kegawatdaruratan Obstetri dan Resusitasi
JABAR Neonatus untuk Dokter Umum. Bandung, 3 Oktober 2018
CABANG Menulis liputan hasil Audit Kematian Ibu dan Bayi di
ACEH Langsa dan liputan kegiatan pelatihan resusitasi neonatus di
Banda Aceh. Masuk berita Koran di Aceh.

5.2. RENCANA KEGIATAN


Tim Koordinasi Bidang Ilmiah
Melakukan kegiatan Simposium/Workshop untuk
mensosialisasikan ilmu pengetahuan yang mutakhir di bidang
Perinatologi.

SEJARAH PERINASIA 78
Tim koordinasi Bidang Riset
Melaksanakan penelitian multisenter “Kematian Perinatal dan
Neonatal di Rumah Sakit di Indonesia”

Tim Koordinasi Pengembangan dan Kerjasama


Tujuan: untuk memperkuat dan mengembangkan program kerja
yang sudah ada.
1. Menjalin kerjasama dan jejaring dengan Organisasi
Profesi IDAI, POGI, PAPDI, IAKMI, PPNI, IBI,
Perhimpunan Psikolog dan lain lain yang dipandang perlu.
2. Menjadikan pengurus cabang Perinasia sebagai kelompok
ahli di bidang Perinatologi yang bertugas memberikan
nasehat secara independen kepada Pemerintah terutama
dalam melaksanakan program pemerintah di bidang
Perinatologi.
3. Menguatkan ikatan kerja sama yang sudah terbentuk
antara Perinasia dengan Pemerintah Daerah dengan
melaksanakan kegiatan yang berdampak pada peningkatan
kualitas pelayanan perinatal baik di tingkat Nasional
maupun daerah.
4. Menerbitkan Kartu Anggota elektronik

SEJARAH PERINASIA 79
5. Lebih terlibat dalam organisasi internasional terkait yaitu
FAOPS (Federation of Asia Oceania Perinatal Societies).

Tim Koordinasi Bidang Pendidikan & Pelatihan


Rencana Kerja Program Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Kegiatan KRR selama ini yang biayanya cukup mahal perlu
dipikirkan untuk dibuat lebih murah
2. Memberikan informasi tentang Kesehatan Reproduksi di
setiap level pendidikan (Paud, SD, SMP, SMA),
melibatkan:
 Tenaga Kesehatan: SpOG, SpA, Dokter Umum
 Tenaga Pendidik: Guru, Guru BK, Guru Paud
 Komite Sekolah
3. Pembuatan Materi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
 SMA /SMK
 SMP
 SD
 PAUD
4. Mengusulkan Materi Kesehatan Reproduksi masuk dalam
kurikulum Pendidikan, minimal ekstra kulikuler

SEJARAH PERINASIA 80
5. Pengumpulan data Kehamilan remaja di setiap cabang, bila
memungkinkan penelitian epidemiologi tetang kehamilan
remaja.
6. Membuat kajian Ilmiah tentang dampak Perkawinan remaja
untuk bekal melakukan uji meteriil ulang tetang UU
Perkawinan, sehingga usia perkawinan untuk wanita 19
tahun.
7. Kerja sama dengan kelompok yang peduli tentang kesehatan
reproduksi
8. Mengedukasi tokoh masyarakat/warga di lingkungan kantor
PP Perinasia tentang Kesehatan Reproduksi Remaja agar
keberadaan Perinasia lebih dikenal dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

Rencana Kerja Program Perawatan Metode Kanguru


Latar Belakang
Angka kematian bayi baru lahir selama lima tahun terakhir masih
tetap yaitu 19/1000 kelahiran hidup (Riskesdas 2012) walaupun
sudah dilakukan berbagai upaya pemerintah dan berbagai pihak
melalui Milleneum Development Goals (MDGs). Hipotermia
merupakan masalah pada bayi berat lahir rendah (BBLR) yang
meningkatkan risiko terjadinya kematian. Perawatan Metode

SEJARAH PERINASIA 81
Kanguru (PMK) telah terbukti dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dan kualitas BBLR.
Analisis Situasi
Kekuatan:
 Pelatihan PMK Perinasia telah dilaksanakan secara rutin
 Tim Pelatih PMK merupakan pakar di bidangnya masing-
masing
 Tim Pelatihan PMK didukung oleh pengelola program
yang berpengalaman
 Sarana pendudkung pelatihan lengkap
Kelemahan
 Peninjauan materi belum dilakukan secara berkala
 Belum punya tempat penyelenggaraan sendiri (masih harus
sewa)
Peluang
 Adanya kebijakan pemerintah terkait program PMK
 Terbukanya kerjasama dengan institusi pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan institusi lainnya
Tantangan
 Masih ditemukannya berbagai masalah di pelayanan
kesehatan dalam mengimplementasikan perawatan metode
kanguru diantaranya kurangnya dukungan manajemen

SEJARAH PERINASIA 82
 Masih terbatasnya tenaga kesehatan yang telah
mendapatkan pelatihan perawatan metode kanguru di
pelayanan kesehatan
Sasaran Strategis
1. Meningkatnya cakupan praktik PMK
2. Termutakhirkannya modul PMK
3. Terjalinnya kerjasama dengan institusi lain dalam
mensosialisasikan PMK
4. Didapatkannya gambaran pelaksanaan dan penerimaan
PMK di masyarakat melalui penelitian

Tabel 3. Rencana Kerja Pada Masing-Masing Rencana


Strategis
Rencana Kegiatan Indikator Tahun
Strategis 2016 2017 2018
Meningkatnya Pelatihan Minimal v v v
cakupan PMK 4x/tahun
peserta (dengan
pelatihan minimal 12
PMK peserta)

SEJARAH PERINASIA 83
Termutakhir  Telaah Modul v
kannya literature terbarukan
modul PMK  Merevisi
Modul
Terjalinnya  Menangka Adanya satu v
kerjasama p peluang kejasama
dengan kerjasama dengan
institusi lain yang institusi lain
dalam ditawarkan
mensosialisa  Menginisia
sikan PMK si
kerjasama
Didapatkann  Penelitian 1 kali v
ya gambaran –
pelaksanaan kerjasama
dan dengan
penerimaan Tim
PMK di Koord.
masyarakat Penelitian
melalui
penelitian

SEJARAH PERINASIA 84
Rencana Kerja Program Metodologi Penelitian
1. Pelatihan rutin Metodologi Penelitian tiap 4 bulan,
bergantian di Yogyakarta dan Jakarta. Pelatihan
terselenggara bila peserta 20 orang.
2. Pelatihan di luar yang rutin bekerjasama dengan
Cabang/Institusi lain

Rencana Kerja Program Resusitasi Neonatus


Kira – kira 10 % neonatus membutuhkan beberapa bantuan
untuk mulai bernafas saat lahir. Kurang dari 1% membutuhkan
tindakan resusitasi ekstensif. Setiap tindakan resusitasi neonatus
pada bayi baru lahir memerlukan berbagai macam-macam alat
resusitasi yang harus disediakan, sehingga bisa dilaksanakan
sesuai dengan prosedur tetap atau SOP yang berlaku di rumah
sakit. Yang menjadi permasalahan adalah tidak lengkapnya alat-
alat resusitasi neonatus di ruang bersalin, ruang NICU,IGD dan
ruang OK.
Dalam peningkatan kualitas pengetahuan dan
kemampuan atau skill penanganan resusitasi neonatus terutama
staf ruang bersalin, NICU dan Instalasi Gawat Darurat sebaiknya
institusi membuat kurikulum dalam peningkatan mutu SDM staf

SEJARAH PERINASIA 85
RS dengan adanya Capacity Building yang terjadwal dengan
baik.
1. Melaksanakan Pelatihan Resusitasi Neonatus setahun 36
kali.
2. Menerjemahkan Buku PRN Edisi 7, 2016
3. Mensosialisasikan perubahan materi Buku PRN edisi 7,
2016 pada seluruh pelatih setelah buku selesai (2017)
4. Meningkatkan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak
terkait untuk pelaksanaan PRN di daerah (organisasi profesi,
Dinkes, Rumah Sakit Umum Daerah, mitra lain)
5. Meningkatkan peran pelatih-pelatih di daerah untuk
sosialisasi & melatih.

SEJARAH PERINASIA 86
Rencana Kerja Program Membantu Bayi Bernapas
1. Melaksanakan Pelatihan Membantu Bayi Bernapas bersama
Perinasia Cabang dan Dinas Kesehatan (minimal 20 peserta).
2. Meningkatkan peran pelatih-pelatih di daerah untuk sosialisasi
& melatih.
3. Sosialisasi materi HBB melalui seminar dan pertemuan yang
relevan
4. Merencanakan TOT HMS & HBB secara Terintegrasi
(kerjasama LDSC & Kemkes) 2016
5. Menggalakkan rekrutmen pelatih muda Obgin di daerah untuk
HMS & HBB.
6. Meningkatkan kerjasama dengan IBI, Dinkes dan mitra lain

Rencana Kerja Program Konseling Menyusui dan MP-ASI


1. Menyelenggarakan Pelatihan konseling Menyusui dan MPASI
minimal rata-rata 6 kali dalam setahun di Jakarta (minimal 18
peserta).
2. Memperkaya Modul Pelatihan yang digunakan selama ini
dengan materi-materi yang up-to-date.
3. Membuat data base peserta-peserta yang pernah dilatih untuk
bisa dilihat di website Perinasia
4. Mengadakan TOT/menambah jumlah Fasilitator

SEJARAH PERINASIA 87
5. Mengadakan evaluasi program minimal 6 bulan sekali.
6. Meningkatkan peluang kerjasama dengan institusi
pemerintah/swasta/ pihak terkait lainnya.
7. Meningkatkan peluang kegiatan “Pemantapan Kapasitas dan
Peningkatan kompetensi” Konselor Menyusui
8. Menginisiasi berdirinya tempat praktik konseling menyusui

Rencana Kerja Program Tatalaksana BBLR Untuk Yankes Level


I-II
1. Pembenahan buku (update materi pelatihan). Target tahun
2016: buku edisi kedua
2. Pembenahan slides presentasi
3. Membuat perjanjian dengan beberapa rekanan alat medis yang
menunjang pelatihan. Akan dibuat perjanjian baru dengan
prinsip tidak disediakan dana khusus untuk rekanan sebagai
pengganti biaya transpor. Mengingat hal ini menguntungkan
kedua belah pihak.
4. Kontak dengan jejaring untuk memperluas akses
penyelenggaraan pelatihan
5. Pelatihan akan diselenggarakan 3-4 bulan sekali.

SEJARAH PERINASIA 88
Rencana Kerja Program Stabilisasi Neonatus
1. Revisi dan cetak ulang buku – MOU dengan Perinasia untuk
penyelenggaraan pelatihan.
2. Sosialisasi program pelatihan di website
Perinasia, dan rencana akan diselenggarakan 2-3 bulan sekali.
3. Pelatihan stabilisasi 2-3 bulan sekali, dan akan ditambahkan
bila banyak yang memerlukan.
4. Sosialisasi dan mengadakan networking dengan jejaring
(Dinas Kesehatan, dsb).
5. Akhir tahun 2016 mengadakan pertemuan untuk tim pelatih
baru.

Rencana Kerja Program Manajemen Laktasi


1. Melaksanakan program Pelatihan Manajemen Laktasi secara
rutin.
2. Mengajak lebih banyak pelatih muda untuk terlibat dalam
kegiatan dengan bimbingan pelatih senior.
3. Meningkatkan jejaring kerjasama untuk penyelenggaraan
pelatihan di daerah.
4. Mengedukasi tokoh masyarakat/warga di lingkungan kantor PP
Perinasia agar keberadaan Perinasia lebih dikenal dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat sekitar.

SEJARAH PERINASIA 89
5.3. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM
1. Terlaksananya program-program ilmiah, riset, dan
pelatihan sesuai target yang ditetapkan dan hasil
monitoring evaluasi.
2. Meningkatnya cakupan peserta pelatihan dilihat dari
pelaporan.
3. Meningkatnya peran Perinasia dalam bidang kerjasama,
dinilai dari banyaknya kegiatan bersama jejaring.
4. Adanya laporan keuangan yang akuntabel dan transparan

5.4. MONITORING DAN EVALUASI


MONITORING
Pemantauan meliputi pencapaian misi dan hasil
kegiatan/program

EVALUASI
Pencapaian misi dilakukan setiap tahun, sedangkan
pencapaian program kegiatan dilaksanakan setiap 6 bulan.
Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi hasil kegiatan
bulanan, proses pelaksanaan kegiatan, dan faktor
penghambat pelaksanaan kegiatan.

SEJARAH PERINASIA 90
BAB VI
PRESTASI

PENGHARGAAN PERINASIA
PERINASIA memberikan 3 (tiga) jenis penghargaan
sebagai pengakuan atas prestasi individu/kelompok/organisasi
kemasyarakatan yang berjasa terhadap PERINASIA dan atau
perkembangan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
Penghargaan Titut S. Pusponegoro, diberikan kepada yang
dianggap berjasa dan memiliki dedikasi prima untuk
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi di lapangan.
Penghargaan Achmad Suryono, diberikan kepada yang dianggap
berjasa dalam penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan
dan kesejahteraan ibu dan bayi. Penghargaan Gulardi H.
Wiknjosastro, diberikan kepada yang dianggap berjasa dalam
bidang organisasi dan pengembangan di bidang kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.

SEJARAH PERINASIA 91
BAB VII
TANTANGAN

7.1. ANALISIS POSISI ORGANISASI


Analisis SWOT (strength/kekuatan,
weakness/kelemahan, opportunity/peluang dan,
threat/ancaman merupakan salah satu metode
analisis secara sistematis untuk mengidentifikasi faktor-
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
(peluang dan ancaman) suatu organisasi guna menentukan
posisi organisasi tersebut saat ini. Hasil analisis SWOT
digunakan sebagai acuan organisasi dalam menentukan
langkah-langkah selanjutnya sebagai upaya
memaksimalkan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang
yang ada dan meminimalkan kelemahannya untuk
mengatasi ancaman
Hal ini penting dilakukan dalam rangka
meningkatkan kinerja organisasi yang berkesinambungan.
Berdasarkan hasil analisis SWOT posisi organisasi dapat
dipetakan seperti pada gambar berikut.

SEJARAH PERINASIA 92
O (+)

Kuadran II Kuadran I

w (+) S (+)

Kuadran III Kuadran IV

T (+)
Gambar 1. Posisi organisasi
berdasarkan hasil analisis
SWOT

SEJARAH PERINASIA 93
7.2. POSISI ORGANISASI dan ANALISIS KUADRAN
Berdasarkan hasil analisis SWOT posisi organisasi
dapat terletak di Kuadran I, II, III atau IV (lihat Gambar 1)
1. Kuadran I (Pengembangan dan Pertumbuhan)
Dalam kuadran ini kekuatan yang dimiliki perusahaan
lebih dominan dari pada kelemahannya. Selain itu,
peluang untuk tumbuh yang dimiliki organisasi
sangat bagus, maka perlu dipupuk dana yang lebih
besar untuk investasi/pengembangan organisasi
dalam mengejar pertumbuhan.
2. Kuadran II (Stabilisasi dan Konsolidasi Internal)
Dalam kuadran ini peluang untuk tumbuh masih ada
dengan terlebih dahulu melakukan stabilisasi dan
konsolidasi internal, karena masih terdapat
kelemahan faktor internal baik dalam bidang
keuangan, organisasi, sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana.
3. Kuadran III (Penciutan Kegiatan)
Dalam kuadran ini organisasi menghadapi tantangan
yang cukup berat, karena tidak mempunyai peluang
untuk tumbuh, pasarnya menurun dan kondisi internal
lemah, sehingga perlu dilakukan penciutan usaha.

SEJARAH PERINASIA 94
4. Kuadran IV (Diversifikasi Kegiatan)
Dalam kuadran ini pasar organisasi sangat kecil dan tingkat
pertumbuhan rendah, sehingga perlu dilakukan diversifikasi
usaha.

SEJARAH PERINASIA 95
7.3. KONDISI INTERNAL dan EKSTERNAL
PERINASIA TAHUN 2012
Perinasia adalah suatu organisasi yang bergerak
dalam bidang jasa pelayanan, pendidikan, pelatihan,
penelitian dan usaha lainnya dalam bidang kesehatan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi yang
berkesinambungan, analisis secara sistematis untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan
ancaman) suatu organisasi harus senantiasa dilakukan
guna menentukan posisi organisasi tersebut. Analisis
SWOT dilakukan mengacu kepada 4 (empat)
perspektif Balanced Score Card yaitu:
a) Keuangan (Perspektif Finansial)
b) Pelayanan (Perspektif Pelanggan)
c) Organisasi (Perspektif Proses Bisnis Internal)
d) Sumber Daya Manusia (Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan)

FAKTOR INTERNAL

SEJARAH PERINASIA 96
1. Keuangan (Perspektif Finansial)
a. Kekuatan
 Pengelolaan keuangan mandiri
 Likuiditas dan solvabilitas tinggi
b. Kelemahan
 Sistem informasi dan pengelolaan
keuangan belum balk
 Penggunaan dana belum efisien dan
efektif
 Utilisasi asset masih rendah

2 . Pelayanan, Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian


(Perspektif Pelanggan)
a. Kekuatan
 Pelatihan berkualitas tinggi
 Peralatan pelatihan lengkap
b. Kelemahan
 Monitoring dan evaluasi masih lemah
 Integrasi pelatihan perlu dtingkatkan

3 . Organisasi (Perspektif Proses Bisnis Internal)

SEJARAH PERINASIA 97
a. Kekuatan
 Mempunyai sistem jaringan yang balk
 Administrasi terintegrasi
b. Kelemahan
 Organisasi belum berorientasi kepada
pencapaian visi dan misi Perinasia
 Sarana, prasarana dan alat perlu
ditingkatkan
 Proses layanan kepada pelanggan belum
optimal

4 . Sumber Daya Manusia (Perspektif Pembelajaran


dan Pertumbuhan)
a. Kekuatan
 Sumber daya manusia berkompetensi
tinggi
 Sumber daya manusia berkomitmen
tinggi
b. Kelemahan
 Belum ada program pengembangan SDM
yang komprehensif

SEJARAH PERINASIA 98
 Sistem karier dan sistem merit belum
diterapkan

FAKTOR EKSTERNAL
1. Keuangan (Perspektif Financial)
a. Peluang
 Peluang untuk melakukan berbagai kegiatan
profit di masyarakat untuk peningkatanpelayanan
kesehatan maternal dan perinatal sangat besar
 Kerja sama finansial terbuka
b. Ancaman
 Harga bahan, alat, imbalan jasa meningkat,
sehingga biaya operasional meningkat
 Pangsa pasar berkurang karena organisasi lain
lebih aktif dan lebih baik dalam berperan dan
berkontribusi di berbagai kegiatan di
bidang kesehatan maternal dan perinatal.

2. Pelayanan, Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian


(Perspektif Pelanggan)
a. Peluang

SEJARAH PERINASIA 99
 Kesadaran masyarakat untuk
meningktakan derajat kesehatan
maternal dan perinatal semakin tinggi
 Kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan, pendidikan,
pelatihan dan penelitian dalam bidang
kesehatan maternal dan perinatal
semakin meningkat
b. Ancaman
 Pelayanan organisasi lain lebih
kompetitif
 Sarana/prasarana organisasi lain lebih
lengkap

3. Organisasi (Perspektif Proses Bisnis Internal)


a. Peluang
 K erj a sama den gan i nst i t usi
kesehat an, pendi di kan dan
penel i ti an maupun pemerintah pusat
dan daerah lebih terbuka

SEJARAH PERINASIA 10
0
 Terbuka peluang untuk meningkatkan
status organisasi Perinasia
b. Ancaman
 Kualitas proses bisnis internal
organisasi pesaing lebih baik dalam
aspek kecepatan, ketepatan,
kenyamanan dan informasi
 Organisasi lain lebih agresif dalam
hunting project

4. Sumber Daya Manusia (Perspektif Pembelajaran


dan Pertumbuhan)
a. Peluang
 Peluang untuk meningkatkan
kompetensi SDM besar karena peluang
kerja sama dengan institusi pendidikan
lebih terbuka
 Peluang untuk merekrut SDM
professional dan kompeten lebih terbuka
b. Ancaman

SEJARAH PERINASIA 10
1
 Masuknya SDM profesional dari luar
negeri
 Pembajakan SDM Perinasia oleh
organisasi pesaing
 Kompensasi organisasi pesaing lebih
menarik

SEJARAH PERINASIA 10
2
7.4. PEMBOBOTAN, PEMERINGKATAN (RATING) dan
NILAI
Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut
diberi bobot berdasarkan pengaruhnya masing-masing
terhadap kinerja organisasi yang diukur dari kontribusi
yang dihasilkan dan besarnya usaha.
Pembobotan dilakukan dengan cara memberi bobot
dalam persentase (%) untuk masing-masing faktor sesuai
dengan besarnya peranan terhadap kinerja organisasi.
Pemeringkatan (rating) dilakukan dengan skala 1
— 5 untuk masing-masing faktor sesuai dengan
besarnya peranan terhadap kinerja organisasi.
5 = sangat kuat
4 = kuat
3 = cukup
2 = lemah
1= sangat lemah
Nilai masing-masing faktor diperoleh dari perkalian antara
angka bobot dengan angka pemeringkatan.

ANALISIS SWOT
Tabel 5. Bobot, Peringkat dan Nilai Faktor Internal
SEJARAH PERINASIA 10
3
Faktor Internal
Uraian Bobot Peringkat Nilai Ket.
(%)
A. Kekuatan
1. Keuangan (Finansial)
6 4 24
a. Pengelolaan keuangan mandiri
b. Likuiditas dan solvabilitas tinggi 6 4 24
2. Pelayanan/Pelatihan/Penelitian (Pelanggan)
8 5 40.
a. Pelatihan berkualitas tinggi
b. Peralatan pelatihan lengkap 6 5 30
3. Organisasi (Proses Bisnis Internal)
a. Mempunyai sistem jaringan yang baik 5 4 20
b. Administrasi terintegrasi 5 4 20
4. Sumber Daya Manusia (Pembelajaran)
a. Sumber Daya Manusia berkompetensi
tinggi
(belum ada personil yang memenuhi 6 4 24
b. Sumber daya
kualifikasi manusia
akuntansi/ 8 4 32
berkomitmen/dedikasi
Sarjana Akuntansi) tinggi
Sub-Total A 50 214
Uraian Bobot Peringkat Nilai Ket.
(%)
B. Kelemahan
1. Keuangan (Finansial)
a. Sistem pengelolaan
7 4 28
keuangan belum baik
(masih manual, belum semua
SEJARAH PERINASIA 10
standar akuntansi) 4
b. Penggunaan dana belum 4 3 12
c. Utilisasi asset masih rendah 4 3 12
efisien dan efektif
2.
Pelayanan/Pelatihan/Penelitia
n (Pelanggan) 8 5 40
a.
b. Monitoring dan evaluasi
Integrasi pelatihan perlu 3 3 9
3. Organisasi
masih lemah
ditingkatkan (Proses Bisnis
Internal)
a. Organisasi belum berorientasi 6 4 24
kepada pencapaian visi dan misi 5 3 9
Perinasialayanan kepada
Proses 6 4 24
b. Sarana, prasarana dan alat
pelanggan
4. Sumber Daya Manusia
perlu
belumditingkatkan
optimal
(Pembelajaran)
a. Belum ada program
pengembangan SDM yang 4 2 8

komprehensif 3 3 9
Sub-Total
b. Sistem karier B
dan sistem 50 175
Total A— B 39
merit belum diterapkan

SEJARAH PERINASIA 10
5
Tabel 5. Bobot, Peringkat dan Nilai Faktor Eksternal
Faktor Eksternal
Uraian Bobot PeringkatNilaiKet.

(%)
C. Peluang
1. Keuangan (Finansial)
a. Peluang berbagai kegiatan profit untuk6
meningkatkan kesehatan ibu dan anak 8 4 32
besar
2. Pelayanan (Pelanggan)
b.
a. Kerja sama finansial
Kesadaran lebih terbuka
masyarakat untuk 68 45 24
40
meningkatkan kesehatan ibu dan anak
semakin tingi
b. Kebutuhan masyarakat untuk 6 5 30
memperoleh pelayanan, pendidikan,
pelatihan dan penelitian bidang
kesehatan ibu dan anak meningkat
3. Organisasi (Proses Bisnis Internal) 4 3 12
a. Kerja sama dengan institusi kesehatan,
pendidikan dan penelitian pemerintah
pusat & daerah terbuka 6 4 24
b. Peluang untuk meningkatkan status
Perinasia
SEJARAH PERINASIA 10
6
4. Sumber Daya Manusia 4 4 16
(Pembelajaran)
a. Peluang untuk meningkatkan
kompetensi SDM besar karena
peluang kerja sama dengan institusi
Sub-Total C
pendidikan lebih terbuka 50
8 5 218
40
b. Peluang untuk merekrut SDM
profesional besar PeringkatNilai Ket
Bobot((%)
D. Ancaman
1. Keuangan (Finansial) 4 4 16
a. Harga bahan, alat, dan imbal jasa
b. Pangsa pasar berkurang 8 5 40
meningkat
2. Pelayanan (Pelanggan)
7
a. Pelayanan organisasi lain lebih 4 28
b. Sarana/prasarana organisasi lain
kompetitif 3 2 6
lebih lengkap
3. Organisasi (Proses Bisnis Internal)
a. Kualitas proses bisnis 6 3 18
internal organisasi lain lebih baik
dalam aspek kecepatan,
ketepatan, kenyamanan dan
informasi 5 3 15
b. Organisasi lain lebih agresif
dalam 'hunting project" SEJARAH PERINASIA 10
7
4. Sumber Daya Manusia 4 3 12
(Pembelajaran)
b. PembajakanSDM
a. Masuknya SDMprofesional
Perinasia oleh
dari 8 3 24
c. Kompensasi organisasi lain lebih
organisasi
luar negeripesaing 5 3 15
menarik
Sub-Total D 50 174
Total C — D 44
Tabel 6. Nilai (S-W) dan (O-T)
Nilai
No. Faktor Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1 Keuangan 48 52 56 56
2 Pelayanan 70 49 70 34
3 Organisasi 40 57 36 33
4 Sumber Daya Manusia 56 17 56 51
Jumlah 214 175 218 174
Nilai (S-W) dan (O-T) 39 44

39

SEJARAH PERINASIA 10
8

T (-)
O
(+) 44,39 48

W (-) S (+)

Gambar 2. Posisi Organisasi Perinasia Tahun 2015


berdasakan hasil analisis SWOT

Berdasarkan hasil analisis SWOT posisi


organisasi Perinasia ada di dalam Kuadran I, yang
berarti bahwa kekuatan yang dimiliki organisasi lebih
dominan dari pada kelemahannya. Selain itu, peluang
untuk tumbuh yang dimiliki organisasi sangat bagus,
maka perlu dipupuk dana yang lebih besar untuk
investasi/pengembangan organisasi dalam mengejar
pertumbuhan. Kegiatan usaha Perinasia difokuskan
SEJARAH PERINASIA 10
9
untuk memperkuat kondisi internal dengan
mengarahkan segenap kekuatan yang dimiliki dan
meminimalkan berbagai kelemahan yang ada sampai
terwujudnya pelayanan yang profesional untuk
memenuhi kepuasan pelanggan seperti yang dicita -
citakan.
Berdasarkan analisis SWOT diperoleh suatu
tujuan gambaran tentang kemampuan organisasi
sebagai dasar dalam merumuskan tujuan, dengan cara
memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang serta memperbaiki kelemahan untuk menahan
ancaman. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
Rencana Strategis Perinasia harus sesuai dengan Vi si
dan Misi serta dengan memerhatikan analisis kondisi
internal dan eksternal organisasi Perinasia, maka
dirumuskanlah tujuan Perinasia tersebut ke dalam
empat perspektif yaitu keuangan (perspektif finansial),
pelayanan (perspektif pelanggan), organisasi
(perspektif proses bisnis internal) dan sumber daya
manusia (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan)
yaitu sebagai berikut.

SEJARAH PERINASIA 11
0
1. Mengembangkan sistem keuangan yang efektif dan
efisien, akuntabel dan transparan.
2. Meningkatkan mutu layanan (termasuk pendidikan,
pelatihan dan penelitian), produktivitas layanan serta
tercapainya kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana.
4. Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme
Sumber Daya Manusia.

SEJARAH PERINASIA 11
1
BAB VIII
KESAN DAN PESAN
Wawancara yang Pernah dilakukan dengan Beberapa
Aktivis Perinasia

Mengenal lebih dekat dr. Imral Chair, SpAK

Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun


1970, pria berdarah Minang kelahiran Klaten, 26 Agustus 1946
ini melanjutkan karir sebagai dokter spesialis anak dan lulus dari
universitas yang sama pada tahun 1975. Seiring berjalannya
waktu, beliau mulai memberi perhatian khusus pada masalah
pediatri gawat darurat dan pada tahun 1987, menerima
pengukuhan sebagai Konsultan di bidang pediatri gawat darurat
dari Kolegium Ikatan Dokter Anak Indonesia.
SEJARAH PERINASIA 11
2
Ayah 4 orang putri dan suami dari dr. Eviana Roza Kadri (dokter
di poliklinik Depkes RI) ini memulai kiprahnya di Perinasia sejak
penandatanganan piagam berdirinya Perkumpulan Perinatologi
Indonesia pada tahun 1981. Tahun 1994, beliau mulai bergabung
dalam kepengurusan Perinasia di tingkat Pusat sebagai Sekretaris
Jenderal, setelah sebelumnya hampir 12 tahun menjadi Sekretaris
Perinasia Cabang DKI Jakarta.

Pada Kongres Perinasia VI di Manado tahun 1997, beliau terpilih


menjadi Ketua II dan pada Kongres berikutnya tahun 2000,
secara otomatis menjadi Ketua I Perinasia. Kala itu Dr. Titut S.
Pusponegoro, SpA (alm) terpilih menjadi Ketua Umum
Perinasia. Namun sayang, Dr. Titut hanya bertahan sampai akhir
Maret 2001 karena dipanggil Sang Pencipta setelah menderita
sakit pada bagian usus besarnya. Semenjak itulah mau tidak mau
Dr. Imral sebagai Ketua I harus memikul tanggung jawab dan
menyelesaikan berbagai program dan kegiatan di lingkungan
Perinasia yang tidak sempat diselesaikan oleh kepemimpinan
almarhumah. Dedikasi dan kepedulian yang tinggi terhadap
kepentingan organisasi Perinasia itulah, lalu membuatnya
terpilih menjadi Ketua Umum Perinasia pada Kongres VIII di
Medan, Oktober 2003.

SEJARAH PERINASIA 11
3
Dokter yang memiliki hobby nonton dan membaca beragam
buku terutama mengenai politik, budaya dan kesehatan ini,
mengaku pertama kali ragu-ragu dengan ajakan beberapa rekan
sejawatnya untuk terlibat di Perinasia karena pada saat itu ia
melihat bahwa Perinasia lebih banyak berurusan dengan masalah
keluarga berencana dan kesehatan masyarakat, sementara ia
sendiri bergelut di bidang pediatri gawat darurat yang sudah
memakai teknologi tinggi dan pada masa itu NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) di Indonesia masih sulit dilaksanakan.
Keraguan Dr. Imral untuk bergabung dengan Perinasia
diutarakan kepada pimpinannya dan saat itu pimpinannya
memberi lampu hijau dengan catatan bahwa semua yang
dilakukan tidak menyimpang dari pendekatan pediatri gawat
darurat.

Tidaklah heran ketika ditanya apa yang didapat dari Perinasia,


dengan spontan beliau menjawab TEMAN dan RELASI. Namun
jangan salah, perhatiannya yang sangat besar terhadap
keselamatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia membuatnya
bertahan dan berjuang bersama-sama di Perinasia, dan hal
tersebut patut diacungi jempol mengingat beliau sendiri
sebenarnya bukanlah seorang neonatolog. Harapannya untuk

SEJARAH PERINASIA 11
4
Perinasia kelak, Perinasia dapat menjadi ajang pertemuan para
dokter dan tenaga kesehatan dalam penggunaan baik teknologi
tepat guna maupun teknologi tinggi untuk menolong dan
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.

Itulah Dr. Imral… sosoknya yang sederhana, lebih suka kerja


daripada bicara dan sifatnya yang sedikit pemalu, membuat ia
selalu kelihatan serius baik dalam urusan pekerjaan di institusi
maupun di berbagai organisasi yang ia tekuni. Hal ini mungkin
sesuai dengan motto hidupnya “KERJAKAN APA YANG
HARUS DIKERJAKAN”.
(Hesti Tobing)

SEJARAH PERINASIA 11
5
DR. Dr. Nani Dharmasetiawani, SpA

Tahun 2005, genap 10 tahun Dr. Nani menjadi bendahara


Perinasia Pusat. Dokter anak lulusan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ini bergabung dengan Perinasia pada 1995
karena diajak oleh teman Sejawat antara lain Dr. Imral, SpA(K)
– yang saat itu adalah Ketua Umum Perinasia; Prof. Dr. Anna

SEJARAH PERINASIA 11
6
Alisjahbana, SpA(K) – mantan Ketua Umum Perinasia dan Alm.
Dr. Titut S. Pusponegoro, SpA – juga mantan Ketua Umum
Perinasia Pusat.

Dalam 3 kali periode kepengurusan di Perinasia, dokter kelahiran


Yogyakarta, 10 Juli 1949 ini mengaku merasa terkesan dengan
keterlibatannya secara aktif di Perinasia karena teman-teman di
Perinasia mempunyai karakter yang berbeda-beda tetapi saling
melengkapi, sehingga menjadi “Orkestra” yang harmonis.

Bersuamikan Drs. Henry Walandouw yang seorang dosen di


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia,
kehidupan rumah tangga Dr. Nani menjadi terasa sangat berarti
dengan hadirnya ketiga putra/putri mereka yaitu Paksi, Lintang
dan Bara serta seorang menantu perempuan dari putra
pertamanya. Memiliki suami dan anak-anak yang mendukung
serta mendampinginya dalam suka dan duka adalah suatu karunia
yang sangat disyukurinya. Sejak awal menjadi dokter, Dr. Nani
yang lulus dari pendidikan kedokteran umum pada tahun 1974
telah berkomitmen untuk tidak berpraktek pada hari Jumat dan
Sabtu sehingga ia masih mempunyai waktu untuk berinteraksi
dengan keluarga di samping melakukan kegiatan organisasi.
SEJARAH PERINASIA 11
7
Dokter yang menamatkan SMP dan SMA di Santa Ursula Jakarta
ini mengawali karirnya menjadi dokter klinik (Klinomobil)
bidang pembinaan kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dari
tahun 1974-1980.

Pada Program Pelatihan Resusitasi Neonatus di Perinasia yang


telah mulai dikembangkan pada tahun 1997, Dr. Nani adalah
anggota tim pelatih yang mempunyai jam terbang paling tinggi
diantara pelatih lainnya. Dari 83 angkatan yang dilatih oleh tim
Perinasia sampai bulan Pebruari 2005 (pada saat wawancara ini
dilakukan-red), ia telah melatih sebanyak 75 kali. Patut diteladani
bahwa di tengah-tengah kesibukannya sebagai dokter anak di
RSB Budi Kemuliaan (dari tahun 1985-2005), ia juga telah
berhasil memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran di
Universitas Indonesia pada tanggal 7 Januari 2005 yang lalu.
Minatnya mengambil program Doktor dimotivasi oleh kondisi
bayi kurang bulan yang selalu merupakan tantangan baginya dan
hal itu dibuktikannya dengan disertasi yang berhasil
dipertahankannya dengan judul “Perkembangan Aktivitas
Laktase dan Kadar Elastase 1 Pankreas Pada Bayi Kurang
Bulan dan Cukup Bulan” dengan nilai cumlaude.

SEJARAH PERINASIA 11
8
Di bawah ini adalah sepenggal petikan wawancara tertulis
dengan Dr Nani:
T: Mengapa ingin menjadi dokter? Khususnya dokter
anak?
J: Terus terang ketika masih di SMA, saya ingin
menjadi seorang arsitek. Tetapi ternyata masuk
kedokteran dan enjoy aja.

T: Dalam karir atau tugas sebagai dokter anak, apakah


masih ada yang belum dicapai?
J: Selalu ada mimpi yang belum tercapai, tetapi ini
lebih bersifat pribadi.

T: Dalam pengamatan, kurang peduli dengan sponsor


misalnya dari perusahaan obat, perusahaan susu, dll.
Apakah ada alasan tertentu?
J: Sebenarnya tidak juga kalau dikatakan tidak
peduli, hanya meminimalisasi dan tidak ada alasan
tertentu
T: Apa yang dilakukan setelah pensiun nantinya?

SEJARAH PERINASIA 11
9
J: Ingin menulis, kalau ada kesempatan mengajar
juga boleh.
T: Prinsip hidup?
J: Mengalir seperti air, asal tidak salah arah.
T: Bagaimana menyikapi suatu kegagalan atau
keberhasilan?
J: Bila gagal, coba lagi, mungkin belum waktunya
berhasil. Bila gagal lagi, nilai apakah ada cara
atau alternatif lain, lalu pertimbangkan tindak
lanjutnya. Bila berhasil, sadari bahwa
keberhasilan adalah gabungan dari semua usaha
diri sendiri dan orang-orang/teman-teman kita;
dan yang utama adalah bahwa kita dapat
mengendalikan diri sendiri.
T: Apa harapan untuk Perinasia?
J: Perinasia dapat menjadi tempat untuk mereka yang
berminat pada kesejahteraan ibu dan anak.
T: Apa suka duka menjadi bendahara di Perinasia?
J: Sukanya, mendapat pengalaman dan teman-teman.
Dukanya, nggak kepikiran tuh...

SEJARAH PERINASIA 12
0
Demikian wawancara tertulis dengan Dr. Nani. Siapapun yang
pernah mengenalnya pasti pernah merasakan kesederhanaan
yang dimilikinya dan yang paling penting bahwa komitmen yang
telah dijalaninya selama ini, terbukti telah membuahkan hasil.
Ditulis oleh: Hesti Tobing

SEJARAH PERINASIA 12
1
Prof. DR. Dr. Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG(K)

Sebagai Pendiri yang juga mantan Ketua Umum Perinasia selama


2 periode berturut-turut (tahun 1988–1994) -- Prof. DR. Dr.
Gulardi H. Wiknjosastro, SpOG(K) mengungkapkan bahwa awal
berdirinya Perinasia tercetus pada saat berlangsungnya Penataran
Perinatologi, kerjasama antara Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia (POGI) dengan The Royal Australian
College of Obstetricians and Gynaecologist, yang
diselenggarakan oleh Bagian Obstetri & Ginekologi dan Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM pada tahun 1981. Ketika itu
Prof. Dr. Sudradji, SpOG yang juga peserta penataran
mendorong Prof. Gulardi dan Dr. Winahyo Hardjoprakoso,

SEJARAH PERINASIA 12
2
SpOG untuk mendirikan suatu wadah yang dapat
mengembangkan Perinatologi di Indonesia.

Tepatnya pada tanggal 13 Juni 1981 berdirilah Perinasia yang


ditandai dengan penandatanganan Piagam oleh 59 orang. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan pengesahan Perkumpulan saat
itu ditugaskan kepada Panitia Persiapan Perkumpulan
Perinatologi Indonesia yang diketuai alm. Dr. Harun Harahap,
SpOG.

Satu tahun setelah berdirinya Perinasia, diadakan pertemuan


berikutnya yang akhirnya memilih Prof. Dr. Hans E. Monintja,
SpA(K) sebagai Ketua Umum Perinasia yang pertama. Tahun
1985, Dr. R. Hariadi, SpOG (Surabaya) terpilih menjadi Ketua
Umum Perinasia yang kedua. Saat kepemimpinan Prof. Gulardi,
Perinasia yang tadinya lebih mencurahkan perhatian pada
intervensi di bidang klinis, perlahan-lahan fokus ke arah
community health. Diakuinya hal tersebut terjadi karena adanya
gap antara klinik dengan kebutuhan yang ada di masyarakat.
Namun kondisi ini dianggap lebih menguntungkan karena
Perinasia langsung memenuhi tuntutan masyarakat. Sejak
kepemimpinannya jugalah Perinasia mulai berkiprah sebagai
anggota FAOPS (Federation of Asia Oceania Perinatal Society)

SEJARAH PERINASIA 12
3
yang juga pernah mendudukkan beliau sebagai salah seorang
Sekretaris Jenderal di sana. Bahkan di tingkat dunia, Prof.
Gulardi juga menjadi salah seorang pendiri World Federation of
Perinatal Medicine. Pengalamannya dalam berorganisasi baik di
tingkat nasional maupun internasional membuatnya menjadi
pembicara yang sering diundang dalam pertemuan ilmiah di
dalam maupun luar negeri.

Sampai saat init (tahun 2005, saat wawancara dilakukan-rred),


Guru Besar Tetap bidang Obstetri dan Ginekologi yang
dikukuhkan pada tahun 1995 tersebut berpendapat bahwa sudah
banyak tujuan Perinasia yang telah dicapai. Namun, secara
organisatoris dan merupakan hal yang juga penting dan
kelihatannya belum tercapai di Perinasia adalah “Konsolidasi
Organisasi” dimana Cabang sangat berperan pada penyebaran
visi organisasi. Di masa mendatang, Perinasia diharapkan dapat
melaksanakan sebuah training course untuk pengkaderan
leadership dan hal ini harus diprogram dari sekarang. Masing-
masing Cabang Perinasia harus mampu membuat rencana
strategik dan program kerja yang disesuaikan dengan pusat.
Sebagai contoh, tepat pada tanggal 13 Juni dimana Perinasia
merayakan HUTnya dapat mengambil tema “MAWAS DIRI

SEJARAH PERINASIA 12
4
Keberhasilan Program Manajemen Laktasi”, dimana semua
cabang harus bisa berpartisipasi aktif membuat program kegiatan
yang berkaitan dengan program manajemen laktasi, entah
seminar 2 jam, pelatihan 2 hari atau apa saja yang mendukung.

“Organisasi tidak bisa hidup jika tidak ada aktivitas bisnis”,


ujarnya tegas. Mungkin itu sebabnya Perinasia yang notabene
organisasi ‘non-profit oriented’ mendirikan Yayasan Perinasia
agar dapat mengembangkan produk-produk untuk kebutuhan
pelayanan dan pelatihan-pelatihan keterampilan yang saat ini
gencar dilaksanakan di Perinasia. Tidak salah jika Prof. Gulardi
yang sampai saat ini dipercaya sebagai Bendahara Yayasan
Perinasia terus memikirkan untuk meningkatkan pemasukan
dana ke organisasi. “Organisasi jangan sampai mati dan harus
berkembang terus”, tambahnya lagi.

Suami dari Dra. Sri Tresnaningtias, MA sekaligus ayah 2 putri


yang juga telah memiliki 2 cucu dari putri pertamanya itu
mengaku saat ini sudah tidak ada lagi yang dikejar dalam karir.
Mantan Ketua Umum PB POGI 2000–2003 ini hanya ingin
beramal sebanyak-banyaknya sesuai dengan motto hidup yang
dianut sejak dulu yaitu “Beribadah demi manusia dan Tuhan”.
Dokter berdarah Madura yang lulus dari FKUI pada tahun 1970

SEJARAH PERINASIA 12
5
dan menamatkan pendidikan Spesialis Obgin pada tahun 1976,
serta memperoleh gelar Doktor tahun 1992 di universitas yang
sama ini mengatakan baru bisa tenang di alam kubur jika Angka
Kematian Perinatal telah turun sampai 80% secara nasional.
Mimpi indahnya adalah jika di Indonesia terbentuk Tim
Perinatologi di tiap RS. Tidak mudah menyatukan berbagai pihak
dari multidisiplin ilmu dan itu hanya bisa dicapai jika ada wadah
dan kerjasama tim yang baik.

Jumlah kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi di Indonesia,


itulah yang membuatnya menggeluti bidang obstetri dan
ginekologi, bukan karena ia adalah anak dari alm. Prof. Dr.
Hanifa Wiknjosastro, SpOG yang pernah disebutnya sebagai
seorang yang memiliki prinsip ilmu dan seorang profesional yang
patut menjadi teladan dalam altruisme (sifat mementingkan
kepentingan orang lain). Walau secara tak sengaja mungkin
teladan sang ayah itulah yang menular pada sang anak.

Itulah Prof. Gulardi, dengan prinsip keilmuan yang teguh dan


gaya bicara blak-blakan, ia bahkan mengaku sadar bahwa dirinya
sering dianggap “ekstrim” oleh orang lain. Dalam dunia
pendidikan, ia tidak segan-segan memberi nilai 0 atau 2 kepada
mahasiswa jika dilihat kondisinya memang jelek, namun jika

SEJARAH PERINASIA 12
6
baik ia tak sungkan memberi pujian dan memberi angka 8 atau
10. Alasannya, jika diberi angka 5 atau 6, mereka kadang terlena
& tidak sadar bahwa mereka jelek.

Dalam petikan wawancara langsung, penulis bertanya:


T: Apa pendapat Prof Gul tentang perhatian pemerintah
Indonesia menyikapi masalah kesehatan ibu dan anak?
J: Pemerintah tidak memperhatikan kesehatan. Ada tiga
hal yang disebut-sebut sebagai indikator kesejahteraan
yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan. Tapi, berapa
persen anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan?
Sangat sedikit sekali!

T: Jadi, perhatian pemerintah masih sangat sedikit ya,


Prof?
J: Bukan sedikit, tapi TIDAK ADA!!!
(Hesti Tobing)

SEJARAH PERINASIA 12
7
Prof. Dr. HANS ELDIH MONINTJA, SpA(K)

Di sela-sela berlangsungnya Kongres Nasional Perinasia IX di


Makassar, Prof. Dr. Hans Eldih Monintja, SpA(K) – tokoh yang
menjadi Ketua pertama Perinasia tersebut berhasil kami temui.
Di bawah ini adalah penuturannya tentang Perinasia dulu,
sekarang dan yang akan datang.

Pendirian organisasi Perinasia dilatarbelakangi oleh tingginya


angka kematian ibu dan bayi saat itu. Namun, kondisi Indonesia
masih lebih baik dibanding negara tetangga ketika itu. Akhirnya
dikumpulkan profesi yang seminat di bidang perinatologi seperti
dokter anak, obgin, bidan, perawat untuk membidani berdirinya
organisasi Perinasia. Pada saat itu ilmu Perinatologi diartikan

SEJARAH PERINASIA 12
8
sebagai ilmu yang mengupayakan tumbuh kembang hasil
reproduksi secara optimal dan dilahirkan dari ibu yang sehat.
Perinasia adalah organisasi ”seminat”. Hal itu diartikan bahwa
dengan pengetahuan minimal tentang perinatologi, orang
tersebut dapat mengembangkan diri. Seminat juga diartikan
dapat mengorbankan diri. Organisasi didirikan untuk mencapai
cita-cita. Sense of belonging kepada cita-cita diwujudkan melalui
perkumpulan.

Prof. Hans yang dilahirkan di Manado tanggal 4 Juli 1936, pada


tahun 1981 turut membidani lahirnya Perinasia. Pada tahun 1982
akhirnya ia resmi diangkat menjadi Ketua Perinasia yang
pertama (periode tahun 1982-1985). Pada tahun yang sama, Hans
Monintja yang pernah menjadi Ketua IDAI Jaya periode 1978-
1981 dan menjadi profeesor di usianya yang ke 52 itu,
sebenarnya adalah kandidat Ketua IDAI. Pada Kongres IDAI di
Medan ketika itu, sekitar 80% suara sudah berada di tangannya.
Namun, saat itu Perinasia juga membutuhkan Ketua Umum. Dr.
Imral Chair (Ketua Umum Perinasia 2003-2006) memotivasi
beliau untuk lebih memilih Perinasia. Karena di IDAI, beliau
masih harus berjuang lagi untuk memperebutkan posisi Ketua
Umum dengan kandidat lainnya.

SEJARAH PERINASIA 12
9
Perinasia dulu benar-benar tidak punya apa-apa. Tidak ada kas,
tidak ada stempel, tidak ada kop surat, jadi benar-benar kosong.
Upaya pencarian dana dilakukan dengan membuat proposal ke
Ford Foundation dan mendapat tanggapan dari penyandang dana
tersebut. Ketika itu Hans dan Gulardi (Ketua Umum dua periode
berturut-turut yaitu tahun 1988-1994) sangat aktif membuat
proposal dan melakukan lobbying ke sana.

Di bawah ini adalah kutipan wawancara langsung dengan Prof.


Hans yang mempunyai hobby bongkar pasang alat elektronik dan
konon sempat membuatnya menjabat sebagai Wakil Ketua
ORARI.

T: Perinasia lama kelamaan menjadi besar, kira-kira


apa yang menyebabkannya?
J: Action dalam Perinatologi ditanggapi sangat
responsif. Ilmunya dinamis dan memberikan reward
untuk pribadi, dengan kata lain juga bermanfaat
digunakan sendiri sehingga demandnya banyak.

T: Apa usulan-usulan perbaikan untuk Perinasia di


masa yang akan datang?

SEJARAH PERINASIA 13
0
J: Menjual ide Perinasia supaya masyarakat kenal
Perinasia, sementara pemantapan organisasi harus
terus menerus dilakukan. Dulu yang dilakukan adalah
mengidentifikasi masalah kemudian merumuskan
masalah, dan menanganinya dengan cara-cara yang up
to date, tepat guna dari grassroot level. Sekarang
malah sedang dipikirkan ke arah ”Antenatal
Diagnosis” (mis: kalau ada hidrocephalus dicoba
diselesaikan selama janin berada dalam kandungan).

T: Type kepemimpinan yang bagaimana yang cocok


untuk Perinasia?
J: (1) memiliki filosofi hidup yang “CUKUP” dilihat
dari segi waktu, ilmu, keluarga stabil (karena sering
meninggalkan keluarga), (2) Bersedia mengorbankan
uang (terkendali, dapat ditanggung – contohnya kalau
ingin menyumbang organisasi Perinasia ya... jangan
sampai mengambil jatah uang rumah tangga), (3)
Memiliki kharisma (wibawa, hal ini memang sulit
untuk diajarkan), (4) Leadership (memberikan contoh
sehingga orang lain mau mengikuti).

T: Bisa sedikit cerita mengenai perjalanan hidup?

SEJARAH PERINASIA 13
1
J: Saya adalah anak pertama dari 4 bersaudara, lahir dari
seorang guru SD. Adik saya yang kedua wanita, sudah
meninggal. Yang ketiga adalah insinyur pertanian,
dan yang ke-empat adalah guru besar di IPB.

Berbekal selembar tiket kapal laut, dan mengantongi


ijasah SMA yang nilai rata-ratanya 9.5, ketika itu
Hans remaja mengarungi lautan dengan kapal laut
selama 1 minggu untuk merantau dan bersekolah di
Jakarta. Untungnya di kapal saya bertemu saudara
jauh yang tinggal di Jakarta. Dengan dibekali uang
saku yang sangat sedikit untuk berjuang hidup di
Jakarta, saya bersyukur diajak menginap di rumah
saudara tersebut. Namun ternyata saudara itu juga
bukan orang mampu sehingga saya terpaksa tidur di
emperan rumahnya dengan memeluk ijasah yang saya
bawa dari Manado.

Besoknya saya bergegas ke Fakultas Kedokteran–


Universitas Indonesia (FK-UI) dan mendaftar di sana.
Setelah itu pergi ke Bandung mencoba menemui
teman saya. Ketika di sana, ada yang mengabarkan
bahwa ternyata saya diterima di FK-UI. Jika teman-

SEJARAH PERINASIA 13
2
teman menjalani pendidikan kedokteran sampai
bertahun-tahun, saya hanya menjalaninya selama 5½
tahun dan upaya keras itu saya lakukan karena
ekonomi yang akan bertambah bengkak jika berlama-
lama di pendidikan.

Lulus dari FK-UI pada tahun 1961, saya masuk ke


sekolah perwira cadangan. Lulus dari sekolah
tersebut, saya mendapat gelar Letnan 1 dan masuk ke
Pakes (Perwira Kesehatan) ADLA Pemirbar
(Pembebasan Irian Barat) KODAM 13 Merdeka –
Manado.

Setelah itu diangkat jadi Perwira Kesehatan Komando


Tempur Tegas di Toli-Toli. Saya satu-satunya dokter
yang ada di situ, sehingga pada saat itu tangan kanan
saya memegang stetoskop dan di sebelah kiri
memegang pistol. Masa itu saya jalani selama 3 bulan.
Usia saya ketika itu 26 tahun.

Setelah keluar dari situ, saya dijadikan Kepala Tempat


Perawatan Sementara Amurang Minahasa Selatan. Di
Amurang saya bertugas selama 1 tahun dan

SEJARAH PERINASIA 13
3
dipindahkan ke Kodim 133 Bolaang Mongondow
(Bolmong) sebagai Perwira Kesehatan Dinas Militer
(Pakesdim) 133 Bolmong, KaDinkes Bolmong,
KaRumkit Kotamobagu. Pada bulan Desember 1963,
masih dalam status anggota tentara, saya masuk ke
Bagian Anak FK-UI dan lulus menjadi dokter anak
bulan Desember tahun 1966.
T: Mengapa masuk ke bagian anak?
J: Di daerah, saya paling sering melakukan operasi.
Namun hal ini sulit saya kerjakan bila menghadapi
pasien anak-anak. Diajak bicara sulit. Ini menjadi
tantangan bagi saya untuk menghadapi anak-anak.
Terlebih menghadapi bayi yang begitu lemah dan
tidak dapat diajak berkomunikasi. Dan hal itu jugalah
yang membuat saya menekuni bidang perinatologi,
karena saya sangat menyukai tantangan.

T: Bagaimana dengan kehidupan perkawinan?


J: Pada bulan Mei 1962, saya menikahi seorang wanita
yang sudah sejak kecil saya kenal tapi dia tidak
mengenal saya. Kami dikaruniai 5 orang anak, 4 putra
dan 1 putri. Yang pertama menikah dengan orang

SEJARAH PERINASIA 13
4
Toraja-Ambon, yang kedua menikah dengan orang
Batak–Sibuea, yang ketiga Vienno-salah seorang
manajer di PT Wyeth menikah dengan orang Betawi,
yang satu masih di New Zealand, dan anak perempuan
menikah dengan WNI keturunan Cina. Cucu saat ini 7
orang. Isteri saya sekarang aktif dalam kegiatan
pelayanan rohani.

Saya adalah orang yang setia pada keluarga. Saya


berusaha untuk setia, berusaha dapat dipercaya oleh
isteri saya, dan saya juga berusaha untuk dapat
mempercayainya. Kalau cucu sakit, saya tidak
sungkan-sungkan untuk datang mengobati, atau kalau
kebetulan lagi ada pasien, saya suruh anak saya untuk
datang membawa cucu ke saya.

T: Prinsip hidup?
J: ”JALAN LURUS-LURUS AJA”. Belajar dari ibu
saya, pernah saya menanyakan langsung ke ibu saya
tentang bagaimana ibu dapat memberikan anak-
anaknya ASI. Dengan sederhana ibu saya menjawab,
”Tuhan kasih bayi ya... Tuhan kasih ASI”. Dulu khan

SEJARAH PERINASIA 13
5
tidak ada pilihan makanan bagi seorang ibu untuk
menghidupi bayinya.

T: Bagaimana kalau mengalami kesulitan hidup?


J: Introspeksi diri, komunikasikan dengan istri, berdoa,
selamatkan yang masih bisa diselamatkan. Dari segi
ekonomi, saya tidak pernah merasa mengalami
kesulitan karena saya selalu puas dengan apa yang
ada. Saya selalu berusaha menjauhi konflik, namun
jika memang harus dihadapi, ya... dihadapi. (Hesti
Tobing)

SEJARAH PERINASIA 13
6
Prof. Dr. Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC

PEDULI ASI, kata itulah yang mungkin terus memotivasi


dirinya untuk selalu menekuni hal-hal yang berhubungan dengan
Air Susu Ibu yang pernah disebutnya sebagai salah satu
keajaiban dunia. Kepedulian itu jugalah yang membawa karirnya
menjadi salah seorang dari 7 orang di Indonesia yang mendapat
gelar IBCLC (International Board Certified Lactation
Consultant). Tidak salah, jika Perinasia menunjuk seorang pakar
ASI yaitu Prof. Dr. Rulina Suradi, SpA(K), IBCLC menjadi
Koordinator Program Manajemen Laktasi. Pelatihan Manajemen

SEJARAH PERINASIA 13
7
Laktasi yang awalnya dirasa tidak akan laku dipasarkan, di
tangannya kini sudah berjalan 39 angkatan (sejak Maret 2002
sampai bulan Maret 2006) dengan jumlah lebih dari 2.000 orang
tenaga kesehatan yang sudah dilatih.

Lulus dari SMAN IIIB Jakarta pada tahun 1958, ia dan teman
sebangkunya mendaftar ke ITB jurusan Farmasi karena ia sangat
menyenangi pelajaran ilmu kimia dan biologi. Namun
sebenarnya sang ayah, Prof. Idrak Jassin, MA (1911-1984) yang
juga adalah paman dari sastrawan terkenal H.B. Jassin, sangat
menginginkan putri pertamanya itu menjadi dokter, alasannya
karena ia sendiri pernah bercita-cita menjadi dokter dan terpaksa
gagal dengan alasan biaya. Namun secara tidak sengaja teman
sebangku mendaftarkannya ke Fakultas Kedokteran UI, padahal
ketika itu pendaftaran seharusnya sudah ditutup tetapi
diperpanjang 2 hari. Akhirnya Rulina remajapun lulus tes
keduanya, walau akhirnya ia memutuskan untuk masuk
Kedokteran karena pertimbangan letak ITB di luar Jakarta dan
kuliahnyapun berpindah-pindah tempat.

Saat duduk di tingkat 6 di FK-UI, ia mendapat kesempatan


pertama kali menolong sendiri ibu bersalin. Peristiwa tersebut
membuatnya kagum dan keberhasilannya itu membuatnya

SEJARAH PERINASIA 13
8
melamar ke bagian Ilmu Kebidanan FK-UI. Sayangnya,
kebijakan Kepala Bagian saat itu mensyaratkan semua wanita
harus menandatangani kontrak untuk tidak hamil dan
mempunyai anak selama masa pendidikan. Akhirnya ia memilih
ke bagian Ilmu Kesehatan Anak dan memilih jurusan
Perinatologi sehingga berhubungan juga dengan ibu bersalin dan
bayinya. Kepergian putra keduanya pada usia 7 bulan (alm.
Firman Hadiwibowo) semakin memperkuat tekadnya untuk
mendalami Perinatologi.

Lahir di Surabaya pada tanggal 23 Juli 1940, isteri dari Dr. H.


Suradi, Sp.B, ibu dari Ir. Faizal Budi Prianto, MM, MBA, Bayu
Prakoso, SE, dan Dr. Bintari Puspasari, SpOG serta nenek dari 3
cucu ini sampai sekarang (saat wawancara ini dilakukan yakni
tahun 2006) masih berpraktek sebagai dokter anak dan konsultan
laktasi di RSB ASIH dan Poliklinik Spesialis TRIBRATA
Jakarta. Tahun 1964, ia tamat dari FK-UI dan berhasil
menamatkan Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak FK-UI pada
tahun 1970 serta mendapat pengakuan sebagai Spesialis Anak
Konsultan pada tahun 1987. Pada tahun 2004, ia dikukuhkan
sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Kesehatan Anak. Ia juga
pernah mengecap pendidikan di luar negeri a.l.: Postgraduate

SEJARAH PERINASIA 13
9
Training in Pediatrics University of Singapore (1973), Advanced
Study in Perinatology, Kobe University, Japan (1980), Advaced
Course in Lactation Management, Wellstart San Diego, USA
(1989).

Di usianya yang senja dan seharusnya sudah pensiun, ternyata


Prof. Rulina, yang juga mantan dokter sukarelawan Dwikora di
Aceh 1964-1966 dan termasuk salah seorang pendiri
Perkumpulan Perinatologi Indonesia masih ditugaskan untuk
kegiatan pendidikan mahasiswa, PPDS, dan Fellow di bidang
Perinatologi FK-UI. Beliau juga masih aktif melatih petugas
kesehatan dalam: Manajemen Laktasi, Perawatan Metode
Kanguru, Resusitasi Neonatus (kegiatan Perinasia),
Penatalaksanaan BBL (kegiatan IDAI). Sampai saat ini ia masih
mengisi rubrik ASI dan Laktasi di Buletin IDAI, menjadi
konsultan rubrik ASI dan Laktasi di Majalah Ayahbunda, Editor
Buletin Perinasia, Editor Pediatrica Indonesiana (majalah Ilmu
Kesehatan Anak berbahasa Inggris), Ketua POKJA ASI IDAI,
dan Wakil Ketua Yayasan Perinasia. Kadang ia juga diminta
untuk mengisi acara “Talk Show” di berbagai TV atau radio.

SEJARAH PERINASIA 14
0
Di bawah ini adalah sepenggal petikan wawancara tertulis
dengan Prof. Rulina:

T : Sebagai pakar ASI, kondisi apa yang “paling”


meresahkan saat ini, terutama di Indonesia?
J : Pertama, ada perusahaan Susu Formula (SF) yang
masih memberi hadiah kepada petugas kesehatan
berdasarkan jumlah SF yang dapat didistribusi oleh
petugas. Kedua, sebagian besar rumah sakit dan
rumah bersalin belum sayang bayi, yaitu belum
melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui.

T : Apa yang mestinya dilakukan oleh Perinasia? Apa


yang sudah dan belum dilakukan?
J : Kegiatan Perinasia saat ini sudah cukup baik, akan
tetapi masih terpusat pada profesi kesehatan saja.
Padahal Perinasia bukan organisasi profesi tetapi
perkumpulan seminat untuk keamanan ibu bersalin
dan keselamatan bayi yang dilahirkan. Mungkin perlu

SEJARAH PERINASIA 14
1
ditingkatkan kegiatan untuk orang awam atau ada
acara keluarga bersama?

T : Apa pesan-pesan sebagai Pakar ASI?


J : Agar semua petugas kesehatan terutama yang
berhubungan dengan ibu dan bayi mengetahui tentang
manajemen laktasi serta semua rumah sakit
melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui.

T : Apa yang sering dilakukan untuk menyenangkan


keluarga di sela-sela kesibukan / jadwal yang padat?
J : Berkumpul di rumah pada malam Minggu / hari libur,
mengajak keluarga jalan-jalan ke tempat hiburan atau
mengajak keluarga jalan-jalan ke luar kota/negeri.

T : Apakah masih pernah memasak untuk keluarga di


usia ini?
J : Saya tidak pandai memasak, pernah mencoba tetapi
tidak memenuhi selera keluarga, sehingga tidak
pernah mencoba lagi.

SEJARAH PERINASIA 14
2
T : Pernahkah mengalami/merasa mengalami
kegagalan hidup? Bagaimana mengatasinya?
J : Alhamdullilah tidak menganggap sesuatu kejadian itu
sebagai kegagalan, sebab kegagalan itu adalah
permulaan dari sukses dan setiap kejadian itu pasti ada
tujuannya dan kita cari saja hikmahnya.

T : Apa tujuan dan motto hidup?


J : Tujuan hidup adalah mencari ridho ALLAH dengan
berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi
orang lain. Motto “Bersyukur dalam kelebihan,
bersabar dalam kekurangan dan ikhlas dalam
memberi.”

T : Hobi?
J : Jalan-jalan menikmati keindahan alam karunia
ALLAH SWT bersama keluarga, membaca dan
mengisi teka-teki silang, menonton. Mengajar juga
dianggap hobi membagi ilmu. Dahulu waktu masih
muda, pernah hobi olahraga.
Oleh: Hesti Tobing
SEJARAH PERINASIA 14
3
Prof. DR. Anna Alisjahbana, dr. SpA(K)

”Sesuatu yang bisa menolong orang banyak,


jangan dipatenkan atau dimiliki sendiri”.

Kalimat di atas terlontar ketika Professor Emeritus ini ditanya


tentang motto/prinsip hidup yang sampai saat ini masih
dianutnya. Ketua Perinasia periode tahun 1994-1997 ini merasa
terkadang the copy right movement tidak bisa menolong banyak
orang. Berdasarkan prinsip tersebut, dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) ini berusaha untuk
merancang alat-alat kesehatan tepat guna yang dapat

SEJARAH PERINASIA 14
4
diperbanyak dan digunakan oleh banyak pihak. Contohnya:
timbangan pegas dengan warna yang dibuat bagi dukun bayi
untuk membedakan bayi berat lahir rendah yang memerlukan
rujukan dan KMS terpadu yang pernah dibuatnya dan
disosialisasikan ke hampir seluruh daerah di Indonesia ini. Alat
ini tidak dipatenkan karena alat ini dapat menolong banyak bayi
dari kematian dan meningkatkan rujukan. Di jaman
kepemimpinannya jugalah ia memotivasi Perinasia untuk
membuat model alat resusitasi sederhana yang saat ini dikenal
dengan istilah ”Sungkup Resusitasi”.

Prof. Anna, yang dilahirkan pada tanggal 20 Pebruari 1931


adalah anak ke-tujuh dari 9 bersaudara, putri dari Bapak
Kartadireja, seorang mantan Bupati di Jatinegara. Nama
Alisjahbana disandangnya karena pernikahan dengan Iskandar
Alisjahbana (mantan rektor ITB tahun 1977-1979 yang saat itu
tidak disukai Pak Harto karena memihak mahasiswa sehingga
diharuskan mengundurkan diri), anak kedua Sutan Takdir
Alisjahbana, seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan
buku karangannya ”Layar Terkembang”. Pada tahun 1950,
beliau masuk FK-UI dan enam tahun kemudian mendapat gelar
Dra. med. Setelah itu ia memutuskan untuk mengambil cuti

SEJARAH PERINASIA 14
5
melahirkan serta membesarkan ketiga anaknya dahulu, barulah
ia melanjutkan kembali kuliahnya hingga menjadi dokter umum
pada tahun 1962. Tahun 1968 ia lulus sebagai dokter spesialis
anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,
Bandung. Gelar Doktor diraihnya pada tahun 1993 di Erasmus
University Rotterdam, Netherlands dengan tesis “The
Implementation of the Risk Approach by Traditional Birth
Attendants in Tanjungsari, West-Java”. Pada tahun 1996 ia
dikukuhkan sebagai Profesor Emeritus dalam bidang pediatrik di
FK Universitas Padjadjaran.

Saat Kongres Perinasia ke-5 di Lombok-Mataram pada tahun


1994, Prof. Anna Alisjahbana dipilih menjadi Ketua Perinasia
setelah kepemimpinan Prof. Gulardi selama 2 periode berturut-
turut. Keadaan Perinasia saat itu sangat memprihatinkan. Kondisi
keuangan yang menurun drastis, hanya cukup untuk 3 bulan
pembayaran gaji karyawan, hampir membuat kapal Perinasia
tenggelam, demikian saat itu Pengurus menganalogikannya.
Namun kegigihannya sebagai project hunter dan kelihaiannya
dalam meloby orang-orang yang duduk di pemerintahan
membuat Perinasia mendapat 5 proyek penelitian sekaligus di
tahun 1996 yaitu tentang (1) mother baby package, (2) metode

SEJARAH PERINASIA 14
6
kanguru, penelitian lintas budaya, (3) Tatalaksana bayi baru lahir
yang mencakup resusitasi asfiksia-lahir (mulai memperkenalkan
penggunaan sungkup untuk menolong bayi baru lahir yang
membutuhkan tindakan resusitasi) dan Metode Kanguru di
Puskesmas, (4) manajemen bayi-baru-lahir di luar rumah sakit
(Management of the sick neonate) dan (5) penelitian mengenai
pengukuran Fundus Uteri yang dilakukan sebagai penelitian
Multisenter dengan bagian-bagian ObGin. Kelima penelitian itu
dapat dijalankan dan mulai disosialisasikan di beberapa propinsi
di Indonesia dengan dana dari World bank (melalui Departemen
Kesehatan dan WHO). Karena pada saat itu Prof. Anna juga
merangkap menjadi Direktur WHO Collaborating Center for
Perinatal Care (1992-2003). Penelitian-penelitian tadi disusun
sedemikian sehingga Perinasia menjadi subcontractor dari
penelitian yang peneliti utamanya adalah Prof. Anna sendiri.
Beberapa uji coba dari kegiatan penelitian yang dikembangkan,
akhirnya dapat diterapkan di beberapa daerah seperti Metode
Kanguru yang sampai saat ini menjadi salah satu program
pelatihan di Perinasia. Tindakan ini sekaligus berdampak
terhadap perbaikan kondisi keuangan di Perinasia. Saat itu
Perinasia dikenal sebagai perkumpulan profesi yang dipandang
oleh World-Bank, WHO dan Ford Foundation bertujuan
SEJARAH PERINASIA 14
7
memperkenalkan dan melindungi hak-hak profesi dan bukan
merupakan suatu lembaga research sehingga untuk mendapatkan
project research menjadi sulit. Salah satu sikap yang dianjurkan
untuk keberlangsungan hidup (sustainability) Perinasia dan yang
kemudian disepakati oleh pimpinan Perinasia saat itu adalah
bahwa Perinasia harus mencari kegiatan (penelitian dan kursus
hasil penelitian) yang akhirnya menjadi sumber pemasukan
keuangan Perinasia. Dengan demikian Perinasia akan mandiri
dan tidak tergantung dari donasi pabrik obat dan pabrik susu.

Perlu dicatat bahwa penelitian dan konsep the Sick Neonate


akhirnya dengan bantuan dr. Titut (alm), dr. Rulina, dr. Imral dkk
(1996), sekarang menjadi dasar dari program MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Usia Muda, 0-2 tahun) oleh Depkes.
Algoritma bayi sakit mulai dikembangkan oleh alm. dr. Titut.
Demikian pula konsep Prof. Anna mengenai Continuous of Care
(1995) dengan intervensi yang komprehensif dan terintegrasi
melihat anak lebih holistik dengan tujuan hasil kehamilan yang
berkualitas, saat ini dijadikan program Kesehatan Balita oleh
Departemen kesehatan RI.

Dalam menjalankan penelitian yang sedang berlangsung,


adakalanya Perinasia kekurangan dana karena sistem penyerahan

SEJARAH PERINASIA 14
8
dana yang bertahap dari Pemerintah. Untuk itu, beliau tidak
segan-segan untuk mentransfer sejumlah dana yang diperlukan
(biasanya merupakan sisa-sisa dana penelitian) kepada Perinasia
sebagai pinjaman sementara tanpa bunga. Pada tahun 1997, yaitu
saat Konas Perinasia ke-6 di Manado yang bertema ”Penggunaan
Teknologi Tepat Guna Untuk Menurunkan Angka Kematian dan
Kesakitan Ibu dan Bayi”, dilakukan penandatanganan dengan Dr.
Groberg dan tim dalam hal memperkenalkan program Resusitasi
Bayi metode American Academy of Pediatric dan American
Heart Association, yang hingga kini masih menjadi salah satu
kegiatan Perinasia.

Ketika ditemui di sela-sela acara Konas Perinasia di Makassar


pada bulan September tahun 2006 lalu, Prof. Anna mengatakan
bahwa sebanyak 80% kelahiran bayi demikian juga angka
kematian banyak terjadi di desa-desa atau di daerah-daerah di
luar rumah sakit. Sebenarnya kejadian tersebut dapat ditangani
dengan teknologi tepat-guna. Namun perhatian pihak-pihak yang
berkepentingan (khususnya tenaga ahli) justru banyak
berkonsentrasi di lingkup rumah sakit yang menangani dan
menyelamatkan bayi baru-lahir antara 10-20% dari seluruh
persalinan di Indonesia. Dengan kata lain, anak-anak yang

SEJARAH PERINASIA 14
9
diuntungkan dengan teknologi kedokteran mutakhir adalah bayi-
baru-lahir yang hanya 10-20% itu atau ia mengistilahkan bayi-
bayi dari the haves. Perinasia sampai saat ini dinilainya sudah
maju dibandingkan beberapa tahun silam, namun ia
mengingatkan bahwa Perinasia masih kurang menjangkau
pelayanan dan penanganan dengan teknologi tepat-guna.
Professor dengan berbagai pengalaman lapangan dan puluhan
kegiatan penelitian maupun sosial di bidang kesehatan ibu dan
anak ini menghimbau agar orang-orang di Perinasia dapat
mengembangkan alat-alat dan metodologi yang bisa diterapkan
di tengah-tengah masyarakat ditingkat akar bawah (grassroot
level).

Saat ini yang terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia adalah


kurangnya tenaga kesehatan yang dapat menetap di daerah
pedesaan. Bidan desa yang telah ditempatkan di desa-desa pergi
setelah kontraknya selesai dan banyak diantara mereka yang
tidak mau memperpanjang kontraknya. Untuk itu, ia berpendapat
bahwa keberadaan dukun tidak boleh diabaikan sama sekali.
Kemitraan dukun dan bidan harus dibina. Bagaimanapun dukun-
bayi merupakan bagian dari budaya masyarakat. Kemitraan
antara dukun-bayi dan bidan harus dipelihara dimana bidan

SEJARAH PERINASIA 15
0
merupakan tenaga persalinan teknis, sedangkan dukun–bayi
berperan sebagai emotional supporter. Dengan demikian
kemitraan dapat berjalan lebih baik dan masing-masing pihak
mendapat penghargaan yang sama.

Perinasia juga harus aware bahwa ada gangguan komunikasi,


sosial dan edukasi antara tenaga kesehatan dengan masyarakat.
Selain itu kehamilan dan persalinan sejak berabad-abad
merupakan bagian dari budaya, sehingga menurunkan angka
kematian tidak mungkin dilakukan dengan upaya medis saja
tetapi harus disertakan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Itulah salah
satu yang menyebabkan pentingnya alat-alat untuk training yang
murah dan efektif yang dapat diterapkan di community level,
disertai kemampuan melakukan komunikasi antar-personal,
antar konsumer dan tenaga kesehatan. ”Untuk itu, kita harus
mengandalkan alat-alat dalam negeri disertai peningkatan
keterampilan berkomunikasi. Kita harus percaya pada
kemampuan diri sendiri”, ujarnya dengan mantap.

Salah satu kepedulian Prof. Anna pada anak-anak,


diwujudkannya dengan mendirikan ”Yayasan Surya Kanti” di
Bandung pada tahun 1984. Yayasan tersebut adalah organisasi
non-profit yang bergerak di bidang pencegahan dan pengobatan

SEJARAH PERINASIA 15
1
anak-anak usia 0-5 tahun yang mengalami gangguan
perkembangan. Surya berarti matahari dan Kanti berarti sinar
sehingga diartikannya bahwa dalam kegelapan masih ada
seberkas sinar terang. Di yayasan ini juga ia mengembangkan
teknologi tepat-guna dengan memadukan beberapa multidisiplin
ilmu terkait seperti medis, psikolog, dokter anak, neurolog,
psikiater dan berbagai tenaga terapis. Perjuangannya di lembaga
ini telah membuatnya meraih penghargaan ”Aktion
Sonnenschein Medaille” dari Aktion Sonnenschein International
Congress of German Sosial Pediatric Association pada tahun
1991. Ikatan Dokter Anak Indonesia juga pernah
menganugrahinya penghargaan atas segala upaya yang dilakukan
di bidang kesehatan ibu dan anak pada tahun 1993. Tidak kurang
dari 10 penghargaan telah ia terima baik dari dalam maupun luar
negeri atas komitmennya memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan
anak di Indonesia.

Pada tahun 2003 sampai saat ini, Prof. Anna menjadi konsultan
dan penasehat ”Frontiers for Health (F2H)” Foundation yang
bekerjasama dengan UNICEF mendirikan program” Taman
Posyandu” yang bertujuan mempersiapkan generasi mendatang
melalui program Taman Posyandu. Dalam kegiatannya program

SEJARAH PERINASIA 15
2
ini menggabungkan komponen kesehatan, gizi dan
perkembangan psiko-sosial anak. Dalam implementasinya
sasaran program adalah ibu hamil sampai anak mencapai usia 6
tahun. Program yang dilandaskan Pemberdayaan Masyarakat ini
menjadikan indikator keberhasilan sebagai tolok ukur yaitu anak-
anak sehat dan siap sekolah. Kerjasama dengan berbagai
lembaga internasional dan pemerintahan menghasilkan Taman
posyandu yang jumlahnya mendekati 1000 taman Posyandu di
17 propinsi di Indonesia dari Aceh sampai propinsi Papua.

Itulah, sekilas gambaran Prof. Anna yang mempunyai hobi


memelihara dan memperbanyak anggrek. Namun karena
kesibukannya, hobi itu jarang ia lakukan. Tetapi kesibukannya
itu tidak pernah membuatnya lalai akan perawatan dan
pendidikan ketiga putranya. Saat ini putranya yang pertama
adalah ahli konstruksi pesawat terbang, putra kedua adalah
Direktur Perusahaan swasta dan yang ketiga adalah seorang
dokter spesialis penyakit dalam di bidang TBC dan HIV . Dan
untungnya juga, sang suami selalu mendukung semua
kegiatannya, dan cukup mengerti ketika sang istri sering pergi
untuk Yayasan Surya Kanti maupun Yayasan F2H. (Hesti
Tobing)

SEJARAH PERINASIA 15
3
dr. Trijatmo Rachimhadhi, SpOG(K)

Pada Kongres Nasional (Konas) Perinasia IX di Makassar –


Sulawesi Selatan, tepatnya pada tanggal 8 September 2006
sekitar pk. 17.30 wita, saat itulah para petinggi Perinasia
menetapkan dr. Trijatmo Rachimhadhi, SpOG(K) sebagai Ketua
Umum Perinasia menggantikan dr. Imral Chair, SpA(K).
Kesediaannya memimpin Perinasia untuk periode 2006-2009
membuat lega banyak pihak yang berkepentingan. Betapa tidak,
beberapa bulan menjelang Konas tersebut, Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia (POGI) ternyata juga mencalonkan
dirinya sebagai Ketua Umum. Berikut pernyataannya ketika
ditanya mengapa ia bersedia menjadi pimpinan di Perinasia.

SEJARAH PERINASIA 15
4
“Profesi saya ialah dokter spesialis kebidanan dan subbagian
yang saya tekuni adalah fetomaternal yang lingkupnya adalah
seputar ibu hamil/bersalin/melahirkan/nifas/menyusui dan bayi
baru lahir. Fokus utama bidang pekerjaan saya ialah kesehatan
dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Perinasia bergerak dalam
lingkup yang sama. Kalau di fakultas ruang gerak utamanya
adalah keilmuan, maka untuk membumikan ilmu itu ke
masyarakat, Perinasia adalah salah satu organisasi yang tepat.”

Ada pertanyaan mendasar sehubungan dengan nama


“Rachimhadhi” yang disandangnya, apakah memang dokter
yang lahir di Solo tanggal 13 Desember 1946 tersebut diinginkan
untuk menjadi ahli kebidanan dan kandungan (Obgin) yang kelak
bergelut dengan “rahim” seorang ibu.

“Nama tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan profesi


Obgin. Almarhum ayah saya bernama Durakim Sastrohusodho.
Durakim adalah istilah Jawa dari kata Abdurrachim. Dari
seluruh kakak-kakak saya, tidak ada satu pun yang mempunyai
nama Rachim, maka sewaktu saya lahir, almarhumah ibu saya
meminta kepada almarhum ayah saya untuk memberi nama saya
Rachim.”

SEJARAH PERINASIA 15
5
Hari-harinya semasa kecil dari masuk Sekolah Dasar hingga
SMA dilewatinya di daerah kelahirannya yaitu di Solo. Pada
tahun 1965 ia memilih untuk melanjutkan sekolah di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

“Almarhum ayah saya adalah Dokter Jawa alumnus Stovia


seputar tahun 1910. Benar-benar Dokter Jawa, karena dalam
kesehariannya menjalankan profesi dokter selalu memakai kain
batik lengkap dengan ikat kepalanya. Kalau memeriksa pasien di
rumah, pemeriksaan laboratorium dan meracik obat beliau
lakukan sendiri. Saya selalu memperhatikan hal itu, yang
kemudian menjadi cita-cita saya.”

Pada tahun 1971, gelar dokter disandangnya. Suami dari Drg. Sri
Untari Dwiarsi (ibu rumah tangga) dan ayah dari Aryaprabu
Pratomo (pilot), Dwihananto Danardono (semoga tahun ini lulus
dokter), serta Hapsari Nareswari (sarjana ekonomi) kemudian
ditugaskan di daerah Ngabang – Mempawah, Kalimantan Barat
yang berpenduduk asli Dayak, Melayu serta mayoritas Cina dan
Madura, selama 4 tahun.

“Pada waktu menjalankan tugas sebagai dokter umum di


daerah, dalam satu wilayah Kabupaten hanya ada satu dokter,

SEJARAH PERINASIA 15
6
yaitu saya sendiri. Jadi saya laksanakan seluruh fungsi dokter,
baik sebagai dokter anak, penyakit dalam, bedah, kebidanan dan
lainnya. Karena banyak melakukan tindakan kebidanan
termasuk bedah kebidanan, maka akhirnya saya memilih Bagian
Kebidanan.”

Selama kurun waktu 3½ tahun (tahun 1976 - Desember 1979),


dr. Trijatmo menyelesaikan spesialisasinya dan kemudian
memilih subbagian Fetomaternal.

“Subbagian Fetomaternal adalah intinya Bagian Kebidanan.


Membantu ibu hamil, bersalin dan melahirkan anak adalah
membantu orang lain dalam mewujudkan kebahagiaan”.

Mengawali karirnya sebagai Obgin, iapun memilih menjadi staf


di bagian kebidanan dan kandungan FK-UI/RSCM. Namun
beberapa tahun kemudian ia ditunjuk sebagai Direksi RS Anak
dan Bunda Harapan Kita (RSAB HK) – Jakarta.

“Pada saat itu jabatan Wakil Direktur Medik Kebidanan RSAB


HK kosong. Menteri Kesehatan saat itu almarhum dr. Adhyatma
melalui Direktur Jenderal Pelayanan Medik menyampaikan
kepada Dekan FKUI dan Kepala Bagian Kebidanan FKUI
bahwa saya ditunjuk untuk menduduki jabatan itu dan tidak

SEJARAH PERINASIA 15
7
boleh ditolak. Alasannya apa saya tidak tahu. Padahal saat itu
posisi saya di Bagian Kebidanan FKUI bukan senior apa lagi
paling senior.”

Akhirnya karir dr. Trijatmo harus berlanjut di rumah sakit yang


didirikan oleh keluarga Cendana tersebut. Sejak 1993 sampai
1999, ia mengabdi sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medik dan
selama 2 periode berturut-turut, yaitu tahun 1999-2005 ia pun
ditunjuk menjadi Direktur.

“Pada saat itu Direksi RSAB HK ada 5 orang terdiri dari 1


Direktur dan 4 Wakil Direktur. Secara bersamaan 4 Direksi
pensiun, yang belum pensiun hanya saya, maka saya yang
ditunjuk. Memimpin rumah sakit itu sulit dan jauh lebih sulit
daripada memimpin hotel. Saat ini sebagai Pegawai Negeri saya
sudah pensiun, jadi tidak mungkin aktif lagi di institusi
pemerintah”

Di samping menjalani profesinya, dr. Trijatmo juga aktifis di


Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI).

”Saya cukup lama di PKMI. Mula-mula sebagai Sekretaris


Jenderal, kemudian Wakil Ketua merangkap Ketua Terpilih,
kemudian sebagai Ketua Umum sampai 2 kali dalam 2 periode

SEJARAH PERINASIA 15
8
yang berbeda. Berminat di PKMI, karena PKMI bergerak di
bidang KB dan KB adalah salah satu upaya untuk kesehatan dan
kesejahteraan ibu, termasuk upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.”

Sebagai salah seorang yang turut membidani lahirnya Perinasia


pada tahun 1981, dokter yang saat ini juga menjabat sebagai
Ketua Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo dan Badan
Pembina PKMI (Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia)
ini memimpikan Perinasia menjadi organisasi dalam bidang
kesehatan maternal dan neonatal yang bermanfaat bagi
masyarakat, dimiliki dan menyatu dengan masyarakat, mudah
dihubungi/diakses dan bersama-sama meningkatkan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan maternal dan neonatal.

Karir yang dijalaninya hingga kini tidak pernah membuatnya


lupa akan keluarganya. Sebagai suami dan seorang ayah, dr.
Trijatmo menjalani perannya dengan memberi contoh dan
memberi dorongan kepada istri dan ketiga anaknya. Merekapun
selalu mendukung apa yang dilakukannya. Meski telah pensiun,
hari-hari dilaluinya dengan penuh warna. Setiap hari
dialokasikan dengan baik, seakan tiada hari yang dibiarkan
kosong tanpa melakukan hobbynya.

SEJARAH PERINASIA 15
9
“Hobby saya banyak. Catat saja. Wayang, musik/karawitan,
membaca, melukis, tanaman, memelihara dan beternak
unggas/burung, akuarium air tawar/air laut, olah raga, mancing
dan lain-lain.”

Namun dari sekian banyak kegemarannya, dunia pewayangan


mendapat perhatian yang sangat khusus.

“Bagi saya dunia pewayangan itu sudah tercetak di jantung


terukir di tulang. Sejak kecil saya hidup dalam lingkungan
pewayangan. Saat kecil kalau ada pertunjukan wayang kulit
semalam suntuk, saya selalu menonton di samping kotak wayang
sampai selesai. Dunia pewayangan itu kaya akan filsafat, tata
krama, sastra, seni pertunjukan, seni drama & komedi, seni
musik/karawitan, seni suara, seni kriya membuat wayang, seni
gerak menghidupkan wayang, seni suara yang keseluruhannya
bernilai sangat tinggi, karena sudah dikembangkan ratusan
tahun dan tidak ada habisnya untuk dipelajari dan didalami. Apa
yang dicari manusia dalam kehidupan ini ada dan dikiaskan
dengan sangat baik dalam wayang, karena disajikan dengan
sangat halus dalam suatu alur ceritera. Sebenarnya pertunjukan
wayang semalam suntuk tidak tepat untuk disingkat dalam waktu
yang lebih pendek, karena dalam setiap adegan mempunyai

SEJARAH PERINASIA 16
0
makna tersendiri yang dalam. Uraian sastra, filsafat, dialog,
musik yang mengiringi dan lainnya tidak sama. Setiap adegan
mempunyai arti tersendiri dan memberi kenikmatan tersendiri.
Dalam tangan dalang yang baik, walaupun dalam 3 hari
berturut-turut setiap hari dia harus mementaskan cerita yang
sama, penyajian dan filsafat yang disampaikan tidak akan sama,
meskipun akhir cerita sama. Itulah yang menarik untuk dilihat
dan dinikmati.”

Dalam dunia kedokteran dan pewayangan yang sudah sangat


dijiwainya, berikut pernyataan dr. Trijatmo tentang tokoh
idolanya.

“Tokoh idola dalam dunia kedokteran tidak ada, mungkin ayah


saya. Kalau dalam dunia pewayangan, perlu diketahui kalau
tokoh dalam pewayangan itu sebenarnya adalah sifat manusia
yang dipersonifikasikan (diwujudkan sebagai manusia). Jadi,
kalau saudara tertua Pandawa itu selamanya sabar, memang
betul, karena dia personifikasi sifat sabar; kalau Kurawa itu
jahat, memang mereka personifikasi sifat jahat, maka selamanya
jahat. Mungkin untuk tokoh idola pewayangan ialah Kresna,
karena dia melambangkan sifat-sifat yang mampu
menyelesaikan permasalahan.”

SEJARAH PERINASIA 16
1
BELAJAR SEPANJANG HAYAT. Demikian prinsip hidup
yang dianutnya hingga kini. Segala sesuatu menarik karena ada
yang dipelajari. Namun menyikapi segala masalah yang tidak
dapat diselesaikannya, demikian ia berujar,

“Yang utama upayakan semaksimal mungkin untuk


menyelesaikannya. Kalau tidak berhasil harus diingat bahwa
kita sebagai manusia mempunyai keterbatasan dan bahwa dalam
hidup ini Tuhan telah menentukan segala sesuatu. Mohonlah
kepada Tuhan untuk diberi petunjuk. Kalau memang harus
demikian, kita pun tak mungkin memaksakan untuk
mengubahnya.”

Banyak keberhasilan yang telah diperolehnya, namun dr. Tri –


demikian ia sering dipanggil, merasa tidak ada yang paling
sukses. Seluruh keberhasilan sama saja.

“Yang paling berkesan ialah saat berhasil mempunyai tanah dan


rumah sendiri, karena rumah adalah pusat keluarga tanpa
memandang besar atau kecil, luas ataupun sempit. Tapi masih
ada mimpi yang masih ingin diwujudkan, yaitu memimpikan
anak-anak saya hidup mandiri.”

SEJARAH PERINASIA 16
2
Dr. M. Andalas, SpOG

Ketua Perinasia Cabang Nangroe Aceh Darussalam (NAD)

“Saat gempa dahsyat menyusul terjadinya tsunami, saya sedang


bermain tennis di RS Zainoel Abidin. Setelah itu, saya sempat
keliling kota mencari baterai kamera. Saya senang fotografi .
Saya sempat memotret lapangan Blangpadang-tempat yang
cukup parah terkena gempa. Setelah meninggalkan arena
tersebut, air datang. Saya benar-benar terhindar dari musibah
tersebut”.

Demikian sepenggal kisah Dr. M. Andalas, SpOG-Ketua


Perinasia Cabang NAD saat terjadinya bencana tsunami di Aceh
beberapa tahun lalu. Ia menyayangkan bahwa ternyata
manajemen disaster kita (Indonesia) masih kurang, sehingga
banyak hal yang terjadi berkaitan dalam pertolongan medis tidak

SEJARAH PERINASIA 16
3
sesuai dengan kondisi di negara kita. Aturan baku tentang syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh sukarelawan belum ada sehingga
banyak penolong tidak kompeten. Sosialisasi masalah gempa dan
tsunami masih sangat kurang, sehingga masyarakat tidak pernah
tahu tsunami, bila mereka tahu, ratusan ribu korban bisa
dihindari.

Obgin yang dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 28 Nopember


1960 ini bergabung dengan Perinasia pada tahun 1995. Ketika itu
ia masih menjalani pendidikan di bagian kebidanan dan
kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Hal
yang memotivasinya untuk bergabung adalah karena Perinasia
sangat perhatian dalam hal penurunan morbiditas perinatologi.
Sebelum ia terpilih, Perinasia Aceh dipimpin oleh Dr. TMA
Chalik, SpOG. Karena beliau cukup lama memimpin (beberapa
periode), maka pada tahun 2003 melalui musyawarah khusus
anggota Perinasia Aceh secara aklamasi memilih Dr. Andalas
menjadi ketua cabang sampai saat ini. Ia mengaku bahwa sangat
banyak manfaat yang dirasakannya sebagai bagian dari keluarga
besar Perinasia. Selain pengetahuan bertambah, teman
bertambah dan ia dapat belajar banyak tentang organisasi profesi.
Pada kepengurusan Perinasia Pusat periode tahun 2006-2009, ia

SEJARAH PERINASIA 16
4
dipilih menjadi anggota Panitia Tetap Organisasi dan Nominasi.
Tahun 2001, atas dukungan dana dari IAMANEH (International
Association for Maternal and Neonatal Health), ia mendapat
beasiswa mewakili Perinasia mengikuti “Postgraduate Course on
Reproductive Medicine and Reproductive Biology” di Geneva,
Swiss.

Selama periode kepengurusannya, ia memiliki target utama


untuk membuat pencerahan bagi anggota dalam hal peningkatan
pengetahuan perinatologi, melalui seminar dan diskusi,
selanjutnya meningkatkan jumlah anggota Perinasia NAD
melalui penyebaran berbagai brosur. Ia ingin banyak anggota
yang paham membantu pertolongan bayi gagal nafas, sehingga
kematian atau kesakitan bayi bisa ditekan. Sampai saat ini
anggota Perinasia NAD baru berjumlah 33 orang (dokter umum
5, dokter anak 8, obgin 2, bidan 12, perawat 4 dan sarjana lain 2
orang).

Berawal ketika ia mengalami sakit dan tidak punya uang untuk


berobat, ia berniat menjadi dokter. Pada tahun 1980, ia pun
diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang,
Sumatera Barat dan menyelesaikan pendidikannya tahun 1987.
Di kota itu pulalah ia bertemu dengan pujaan hatinya yaitu

SEJARAH PERINASIA 16
5
Yashtina Ratu, SE dan mereka menikah pada tahun 1990.
Mereka dikaruniai 3 orang anak yaitu Visa Yunanda, M. Shanan
Asyi, dan M. Rizal Akbar.

Sebenarnya masyarakat di NAD lebih banyak mengenal sosok


Dr. Andalas sebagai dokter olahraga. Sejak tahun 1987, ia sudah
aktif sebagai anggota PPKORI (Perhimpunan Peminat
Kesehatan Olah Raga Indonesia). Selain itu, ia aktif sebagai
dokter tim sepakbola Persiraja dan pernah menjadi salah seorang
tim dokter PON Aceh pada tahun 1987, 1993, dan 2001. Sejak
menjadi asisten ahli di FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
yang ditempatkan di bagian pediatrik, kemudian ia ditempatkan
lagi di bagian kebidanan. Sejak itulah akhirnya ia memutuskan
untuk melanjutkan pendidikan di bagian Obgin tepatnya pada
tahun 1994 di FK Universitas Padjadjaran (Unpad) dan selesai
tahun 1998. Pada tahun yang sama ia mengikuti pendidikan
berkelanjutan Fetomaternal dan Onkologi di FK-Unpad dan
beberapa postgraduate course, diantaranya Tropical Medicine/
Infection Control di Rostock-German-2005, Hands-on Pelvic
Anatomi and Vaginal Surgery di Boca Raton-Florida-USA-2005,
dan Hands-on Reconstructive Vaginal Surgery di Charlotte-NC-
USA-2007.

SEJARAH PERINASIA 16
6
Dokter yang mempunyai hobi jalan-jalan, tennis, memancing dan
fotografi ini masih aktif melakukan praktek sebagai ahli
kebidanan dan kandungan di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh, juga di beberapa RS jejaring seperti RS Kesdam dan
Klinik Putroe Phang PKBI Aceh (di klinik ini, ia juga sebagai
pengelola). Selama 2 periode berturut-turut yaitu tahun 2001-
2008, ia pernah terpilih menjadi Pudek (Pembantu Dekan)
bidang keuangan/administrasi dan saat ini ia ditunjuk menjadi
wakil direktur pengembangan sumber daya manusia (SDM)
RSUD Dr. Zainoel Abidin, namun tetap aktif dalam pendidikan
dan pengajaran. Tidak ketinggalan, selain aktif menjadi
penasehat PKBI Aceh, wakil ketua NU NAD, pengurus IDI
Aceh, dan Yayasan ayah 3 anak ini pun ikut mengurus sekolah
menengah atas Unggul Fajar Harapan Banda Aceh sebagai ketua
komite sekolah dimana kedua anaknya kini mengenyam
pendidikan.

Walau dengan segudang aktifitas yang digelutinya, ia tetap


menjaga keseimbangan menjalani peran dalam keluarganya.
”Mereka sangat mendukung kegiatan saya, walau kadang sedikit
protes kalau pada hari keluarga ada tindakan emergensi.”

SEJARAH PERINASIA 16
7
Pada minggu pertama pasca tsunami, Dr. Andalas pernah
melakukan operasi caesar dengan menggunakan lampu senter
dan pasiennya pulang ke rumah dalam 12 jam pasca operasi
karena takut gempa berulang. Ia pun pernah menolong ektraksi
vakum tengah malam dijemput bidan dan keluarga, akan tetapi
saat pulang ke tempat pengungsian, ia terpaksa naik sepeda
dengan menempuh jarak sekitar 6 km karena bensin motor habis.
Kejadian tersebut dianggapnya merupakan pengalaman yang
sangat istimewa dalam hidupnya. Dalam keteguhannya
memegang prinsip untuk terus berkarya membantu masyarakat
yang membutuhkan tenaganya, ia juga pernah merasakan
kebanggaan juga kekecewaan.

”Saya bangga bila menolong persalinan sungsang anak pertama


pervaginam sehat. Tapi juga kecewa jika menolong pasien
hasilnya tidak optimal. Bisa-bisa saya tidak praktek selama
seminggu karena hal itu. Tapi setiap kegagalan akan saya jadikan
sebagai guru.”  (Hesti Tobing)

SEJARAH PERINASIA 16
8
Dr. I Wayan Retayasa, SpA(K)

Setelah berakhirnya kepengurusan Perinasia Cabang Bali


periode 2003-2006 yang diketuai oleh Prof. DR. Dr. I Gede Putu
Surya, SpOG(K), diadakan rapat anggota dan saat itu secara
aklamasi memilih Dr. I Wayan Retayasa, SpA(K) sebagai Ketua
Perinasia untuk periode 2006-2009.

“Selama kepengurusan ini saya berusaha membawa kegiatan


dengan melibatkan instansi swasta. Beberapa kali kegiatan
Program Resusitasi Neonatus dan Program Manajemen Laktasi
dilaksanakan dengan RS swasta dan hasilnya cukup sukses, baik

SEJARAH PERINASIA 16
9
dalam penggalian dana maupun pencarian peserta pelatihan.
Penyegaran terhadap bidan di beberapa kabupaten telah kami
lakukan, selain ikut juga dalam kegiatan audit maternal perinatal.
Kami juga mengirim staf Perinasia dalam pelatihan fellowship di
rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri.”
Tingginya angka kematian bayi di masyarakat yang sebenarnya
bisa diselamatkan, memotivasi dokter spesialis anak ini
bergabung dengan Perinasia sejak tahun 1998. Di samping itu,
dokter yang dilahirkan di Kuta pada tanggal 29 Desember 1959
mengaku bahwa ia sangat suka dengan bayi dan senang
mengamati perkembangan bayi. Kecintaannya pada anak kecil
membuatnya melakukan stimulasi dini terhadap semua anak-
anaknya dan hasilnya ternyata cukup bagus untuk
perkembangannya. Dengan sang istri, Dra. Ni Wayan Joni,
mereka dikaruniai 4 orang anak, yang pertama Putu Krisna
Dwivayana (20, putra) yang saat ini menjalani pendidikan
kedokteran di FK Hang Tuah Surabaya, anak ke dua adalah Made
Diah Ayu (18, putri) yang saat ini duduk di semester 2 FK Wijaya
Kusuma, yang ke tiga Nyoman Ayu Wulan (14, putri) duduk di
kelas 3 SMP dan yang ke empat Ketut Satria (11, putra) duduk di
kelas 6 SD.

SEJARAH PERINASIA 17
0
“Sebagai seorang ayah, saya orangnya demokratis dan menjadi
teman anak-anak, juga selalu mendorong anak-anak agar mau
maju. Mungkin karena sering diajak menghadiri kegiatan ilmiah
maka dua anak saya sudah mengikuti jejak saya untuk menjadi
dokter. Kami memberi kebebasan pada anak untuk memilih
metode belajarnya dan mengikuti kegiatan extra kurikuler di
sekolah. Sebagai seorang suami, saya biasanya mengajak istri
dan anak jalan-jalan tiap hari libur ke objek wisata atau pedesaan
untuk membina keharmonisan rumah tangga kami.”

Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK-


UNUD) pada tahun 1987, iapun ditempatkan menjadi Kepala
Puskesmas Plampang, Sumbawa (1988-1993). Pada tahun 1998
ia menamatkan pendidikan dokter spesialis anak di universitas
yang sama dan pernah menjadi staf medis di Lab. IKA RSU
Bangli (1999-2000). Selanjutnya ia menjadi staf medis di Lab
IKA RSUD Wangaya, Sub Divisi Perinatologi dan sebagai staf
pengajar di FK UNUD sampai sekarang. Tepatnya pada tanggal
17 Januari 2006, ia dikukuhkan sebagai Konsultan Perinatologi.

“Menurut ibu dan bapak saya, dahulu sewaktu masih bayi, saya
sudah diberitakan meninggal oleh karena diare. Tetapi berkat
SEJARAH PERINASIA 17
1
pertolongan dokter dari Inggris yang kebetulan mengontrak
tanah kakek saya, hanya dengan memberikan air kelapa saya bisa
diselamatkan. Sejak ingat cerita itu keinginan menjadi dokter
semakin kuat. Betapa mulianya tugas dokter tersebut sehingga
bisa menyelamatkan orang yang hampir meninggal. Sewaktu
WKS (Wajib Kerja Sarjana) di Sumbawa dulu, saya sering
bertemu dengan Dr. Djelantik, SpA(K), beliau adalah senior saya
di Mataram. Terinspirasi oleh beliau dan kesukaan saya dengan
anak-anak, saya memutuskan untuk memilih menjadi dokter
anak.” (Dokter Djelantik saat ini adalah Ketua Perinasia Cabang
Nusa Tenggara Barat).

Saat ini, dokter yang mempunyai hobi jalan-jalan berwisata ini


masih aktif menjadi salah seorang pelatih resusitasi neonatus
sejak tahun 2004. Kegiatan praktek sebagai dokter anak juga
masih dilakukannya di RS Wangaya (RS Kodya Denpasar), RS
Surya Husadha (RS Swasta), dan di apotek miliknya sendiri yaitu
Krisna Farma.

“Saya ingin mengenal seluruh wilayah Indonesia dan


mempunyai obsesi agar bisa mengunjungi tempat-tempat
terkenal di seluruh dunia.”
SEJARAH PERINASIA 17
2
Rasanya tidak muluk-muluk jika Dr. Retayasa memiliki obsesi
demikian, karena di samping profesinya sebagai seorang dokter,
beliau juga adalah seorang pengusaha.

“Kami adalah perintis pariwisata di Kuta tepatnya di Gang


Poppies (gang yang sangat terkenal di Kuta). Kami mulai
membangun Home Stay sejak tahun 1972 kemudian
mengembangkannya menjadi Hotel La Walon tahun 1985 saat
booming pariwisata di Bali (Website hotel:
http://www.lawalonhotel.com dan email:
lawalonhotel@hotmail.com). Tahun 1996 kami membangun
klinik pariwisata (Legian Klinik) dan apotek kemudian
mengembangkannya di beberapa daerah pariwisata tahun 1999
seperti di Ubud, Sanur, Nusa Dua, dan Seminyak. Tapi sekarang
sudah banyak yang saya tutup setelah kena imbas bom Bali I dan
II. Tahun 2002 kami membangun komplek pertokoan La Walon
Centre di daerah elit Legian. Sekarang kami beralih sebagai
pengusaha rumah kos karena peluang bisnis itu sangat
menjanjikan dimana pendatang ke Denpasar dan Kuta sangat
banyak dan perlu pemondokan. Kami menyediakan dari yang

SEJARAH PERINASIA 17
3
murah sampai eksklusif. Saat ini kami sedang membangun
restoran di kawasan hotel.

Lalu bagaimana ia mensiasati waktu antara praktek dokter


dengan bisnis? Apakah keluarga juga turut mendukung bisnis
tersebut?

”Di sela-sela kesibukan sebagai dokter, saya juga mengawasi


pembangunan usaha dan mengontrolnya, baik secara langsung
maupun lewat telpon. Memang cukup berat tetapi usaha tanpa
pengawasan akan banyak bocornya. Saya punya orang yang
dipercaya mengurus masing-masing usaha yaitu keluarga saya.
Peranan istri saya pada bisnis yang saya jalani sekarang sangat
besar. Saya punya ide dan dana, sedangkan istri saya yang
menjalankan dan membantu mengawasi.”

Dari berbagai pengalaman mengarungi hidup, ada peristiwa yang


dirasakannya paling sukses dan sangat layak untuk dibanggakan
yaitu ketika ia terpilih mendapat beasiswa fellowship di Kobe
Jepang selama 6 bulan. Waktu itu di tahun 1999 ia baru setahun
menyelesaikan pendidikan spesialis anak. Dengan melengkapi
semua persyaratan akhirnya ia lulus seleksi dan terpilih di antara
SEJARAH PERINASIA 17
4
beberapa yang mendaftar. Yang kedua ketika ia mendapat
beasiswa untuk tugas belajar ke Genewa Swiss selama satu
setengah bulan pada tahun 2005. Ia menjadi salah seorang dokter
anak dari Indonesia yang bisa belajar di markasnya WHO.
Pengalaman bergaul dengan orang yang berasal dari negara lain
memberikan kepuasan tersendiri baginya. Bagaimana Dr. Reta
bisa meraih semua itu?

”Cara mencapainya tentu saja dengan melengkapi semua


persyaratan yang diminta pihak sponsor, lalu diseleksi.
Selebihnya adalah keberuntungan.”

Hidup sukses dalam karir sebagai dokter maupun pengusaha


tidak membuat Dr. Reta lupa akan pengalaman masa kecilnya
ketika ia menjadi seorang pedagang “Acung” di pantai Kuta pada
tahun 1972-1973. Pedagang acung adalah pedagang post card
dan topi di pantai. Di saat anak sebayanya sibuk sekolah, Dr. Reta
kecil yang masih duduk di kelas 6 SD belajar mandiri dan merasa
ada kepuasan tersendiri bisa mendapat uang walau saat itu sang
bapak sudah menjadi pengusaha homestay kecil-kecilan dan
berdagang mas serta sang ibu yang membuka art shop. Dengan
uang hasil jerih lelahnya ia bisa menabung dan membeli sepeda
SEJARAH PERINASIA 17
5
baru. Rupanya jiwa bisnis sudah tertanam sejak usianya masih
belia. Tetapi apakah Dr. Reta pernah merasa gagal dalam hidup?

“Puji syukur kepada Tuhan, sampai saat ini saya belum pernah
merasa gagal dalam hidup. Namun pernah ada pengalaman buruk
yang saya alami yaitu ketika saya didiagnosa menderita
Lymphoma Maligna (Kanker Kelenjar Getah Bening) tahun
1985. Perasaan saya waktu itu seperti tunggu eksekusi saja, 6
bulan atau 1 tahun berikutnya. Mulanya tidak terima tetapi
kemudian pasrah. Keluarga sangat sedih dan bertekad untuk
mengobati sampai sembuh walau harus jual tanah atau ke luar
negeri, tapi ternyata tidak sampai jual tanah. Saya sudah
menjalani kemoterapi dan radioterapi di Surabaya tetapi tidak
tuntas. Saya meninggalkan tugas sebagai dokter muda di RS
selama 6 bulan untuk berobat. Karena saya pasrah dan dapat
menerima, saya mau diobati walau sudah tahu efek samping
kemoterapi dan radioterapi. Saya berdoa terus dan membuat
catatan di buku harian biar ada yang dibaca bila saya sudah
meninggal. Setelah pengobatan 6 bulan, saya merasa tidak apa-
apa. Saya merasa sembuh, jadi obat tidak dilanjutkan. Syukur
sudah 23 tahun tidak kumat. Mungkin karena kebesaran Tuhan

SEJARAH PERINASIA 17
6
dan semangat hidup saya yang tinggi serta ditemukan pada
stadium dini, saya bisa sembuh.”

Dr. Reta menuturkan bahwa ada orang-orang yang sangat


berperan membantunya melewati masa-masa sulit ketika itu
yaitu orang tuanya, bibi (saudara jauh dimana dr. Reta kost) dan
sepupunya yaitu Prof. Dr. Ketut Budha, Sp.B(K).

”Disamping itu pacar saya yang banyak beri semangat. Saya


tidak diputusin walau tahu penyakit saya mungkin menyebabkan
saya meninggal. Dialah istri saya sekarang. Saya pacaran 7 tahun
dan menikah dengannya setelah sama-sama diwisuda. Dialah
yang paling berperan terhadap sukses yang saat ini saya raih. Dia
orang yang ulet, cerdas dan baik hati dan sebagai ibu yang sangat
sayang pada anak-anaknya.”

Itulah sosok Dr. Retayasa, anak pertama dari 5 bersaudara.


Teladan sang kakak dan peran orang tuanya ternyata juga telah
diikuti oleh keempat adiknya. Terbukti seorang adik laki-lakinya
telah menjadi dokter THT dan tiga orang saudara perempuannya
kini juga menjadi pengusaha. Semoga teladan dan kerja kerasnya
juga dapat memicu putra-putrinya kelak untuk berhasil menjalani
SEJARAH PERINASIA 17
7
hidup, seperti motto hidup yang diungkapkannya ”Carilah
pengalaman hidup sebanyak-banyaknya dan belajarlah dari
kesuksesan orang lain, karena itu dapat menuntun anda dalam
mengarungi kehidupan ini. Hidup adalah perjuangan, tiada
kesuksesan tanpa kerja keras. Kebahagiaan tertinggi adalah bila
kita membuat orang lain senang.”

Di bawah ini adalah hal khusus yang juga ingin disampaikannya


untuk teman-teman Perinasia.

”Persiapkan masa pensiun dengan passive income, tentu saja


dengan jeli melihat peluang bisnis. Berbisnislah pada bidang
yang anda kuasai dan bukan sekedar ikut-ikutan. Pengawasan
adalah faktor yang paling penting dalam bisnis, bukan modal.”

Terimakasih dr. Reta atas pengalamannya. Akankah banyak


dokter yang mengikuti jejak Dr. Reta? (Hesti Tobing)

SEJARAH PERINASIA 17
8
Dr. Achmad Mediana, SpOG

Profil kita kali ini adalah Ketua PERINASIA CABANG DKI


JAYA periode 2006-2009, dr. Achmad Mediana, SpOG, sosok
yang cukup fenomenal dan unik. Beliau bergabung di Perinasia
sejak tahun 2000, alasannya sederhana karena Perinasia sangat
mendukung dan berhubungan dengan profesinya sebagai seorang
dokter kebidanan. Berikut ini petikan wawancara dengan beliau.

T : Apa yang dirasakan setelah bergabung dengan Perinasia?

J : Saya merasakan manfaat keilmuan yang sangat baik, bahkan


saya merasa banyak mendapat tambahan ilmu dan
pengetahuan semenjak bergabung di Perinasia.

SEJARAH PERINASIA 17
9
T: Pengalaman apa yang dirasakan ketika pertama kali
bergabung dengan Perinasia?

J: Jadi Tahu bagaimana cara Resusitasi Neonatus yang benar.

T : Bagaimana jalan ceritanya dokter bisa menjadi ketua


Perinasia Jaya?

J: Karena setelah habis masa kepengurusan dr. Effek Alamsyah,


tidak ada yang mau menjadi ketua.

T: Apa yang membuat dokter mau menerima ”tantangan”


menjadi ketua Perinasia Jaya?

J: Menurut saya, Perinasia mempunyai ruang lingkup yang luas


dan strategis, tetapi yang terpenting adalah saya senang, bisa
bermanfaat dengan mengamalkan ilmu untuk masyarakat.

T : Lalu, apa langkah atau kebijakan prioritas yang ingin


diterapkan di Perinasia Jaya?

J : Banyak, tetapi yang terutama mungkin 3 ini :

1. Menjadikan Perinasia Jaya dikenal dan bermanfaat bagi


masyarakat luas.

2. Menjalankan Pelatihan Resusitasi Neonatus (PRN) secara


teratur, terutama di kalangan Bidan dan Perawat.

SEJARAH PERINASIA 18
0
3. Membuat Program E-Learning, atau pembelajaran lewat
dunia maya, yang bisa diakses terutama oleh anggota,
maupun masyarakat pada umumnya.

T : Apa yang dirasakan selama menjadi pimpinan di Perinasia


Jaya?

J : Akrab dan kreatif, personilnya ingin maju.

T : Adakah hal-hal unik menurut dr. Achmad yang membuat


Perinasia berbeda dengan organisasi sejenis lainnya?

J : Perinasia adalah salah satu contoh organisasi yang dijalankan


secara fokus, mandiri, dan profesional, setiap kegiatan sudah
terjadwal dan terprogram dengan baik, buktinya Perinasia
punya kantor sendiri.

T: Kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan selama


kepemimpinan dr. Achmad?

J: Meneruskan sosialisasi program Skrining Hipotiroid


Kongenital, Pelatihan Resusitasi Neonatus (PRN) untuk bidan
dan perawat sebanyak 4x, Seminar PMTCT HIV/AIDS 1x,
dan sekarang yang sedang dalam proses penggarapan adalah
e-Learning tentang PMTCT HIV/AIDS. Rencananya, sampai
akhir kepengurusan, saya ingin melakukan 6x PRN dan 2x

SEJARAH PERINASIA 18
1
seminar lagi, serta merealisasikan Program e-Learning ini.
Mudah–mudahan bukan hal yang muluk dengan dukungan
rekan Pengurus yang lain.

T: Bagaimana pendapat dr. Achmad mengenai Perinasia Jaya


sekarang?

J : Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan Pengurus


sekarang, karena mereka mempunyai semangat dan kemauan
untuk berbuat sesuatu.

Dokter Achmad Mediana adalah anak keempat dari enam


bersaudara, tiga diantaranya berprofesi sebagai dokter juga.
Dalam keluarga besar beliau ada 4 orang yang berprofesi
sebagai dokter kebidanan, yaitu ayahnya dr. R. Endjun,
SpOG; kakaknya, dr. Judi Januadi Endjun, SpOG; beliau
sendiri; serta kakak iparnya, yaitu dr. Boyke Dian Nugraha,
SpOG. Meski begitu ketika ditanya bagaimana bekerja sama
dengan saudara yang punya profesi sama, jawabannya singkat
saja, ”Susah”.

Di tengah padatnya aktifitas sehari-hari sebagai Direktur


Pelayanan Medik RS Gandaria Jakarta, serta berpraktek di RS
Gandaria dan RS Pondok Indah, dokter kebidanan yang ingin

SEJARAH PERINASIA 18
2
berpraktek hanya sampai umur 60 tahun saja ini, mengaku
menyediakan waktu khusus untuk keluarga, yaitu 4 hari
dalam seminggu dengan tidak berpraktek di sore hari.

Suami dari Ibu Jaju Darini dan ayah dari M. Reza Cahyana
dan Raisa Chairunnisa ini ternyata adalah penggemar
olahraga. ”Berenang 2x seminggu, golf 2x dalam sebulan,
serta Jalan Pagi”, jawabnya ketika ditanya apa hobby dan
bagaimana resepnya menjaga kebugaran fisik. Selain itu,
beliau juga aktif dalam kegiatan sosial, minimal 1 bulan sekali
mengunjungi Posyandu binaannya di daerah Ciawi, atau
melakukan kegiatan sosial lain bersama rekan-rekan dokter
dari RS Gandaria.

T: Bagaimana mensiasati kepentingan dunia pekerjaan dan


keluarga?

J: Dengan kerja fokus, Full Praktek pada satu tempat, sehingga


menjadi ada waktu untuk berpikir mengembangkan sesuatu,
serta menjadi ada waktu luang untuk keluarga. Yang penting
adalah manajemen waktu, pada dasarnya bila kita mau
membagi waktu, maka waktu itu akan ada dengan sendirinya.

T: Apa karir yang pernah dicapai dalam dunia kedokteran?

SEJARAH PERINASIA 18
3
J : Ada beberapa, diantaranya

1. Lulus Obgyn tahun 1995 ( termuda saat itu)

2. Ikut membantu suksesnya Kursus USG yang diakreditasi oleh


ISUOG (International Society of Ultrasound in Obstetry and
Gynaecology)

3. Menjabat sebagai Direktur YanMed di RS Gandaria dan


Ketua Perinasia Jaya.

T: Mungkin ada pengalaman hidup yang bisa dibagikan ke


pembaca Buletin Perinasia?

J : Ada, kaitannya, dengan manajemen waktu dan kerja fokus.


Tahun 1988–2005, saya bekerja sebagai PNS di RSPAD
Gatot Soebroto, serta praktek di beberapa RS lain, akibatnya
menjadi sangat sibuk dan tidak fokus, kadang-kadang waktu
habis di perjalanan, apalagi di tengah kota Jakarta yang
semakin lama semakin macet, sehingga akhirnya
memutuskan untuk keluar dari PNS, dan fokus
mengembangkan praktek di satu tempat saja. Hasilnya ya
tadi, jadi punya waktu untuk berpikir dan mengembangkan
sesuatu, bisa ada waktu luang untuk keluarga, hobby, juga
Perinasia Jaya.

SEJARAH PERINASIA 18
4
T: Terakhir, mungkin ada pesan untuk anggota Perinasia Jaya?

J : Perinasia merupakan wadah multidisiplin, bukan hanya untuk


dokter spesialis anak atau kebidanan saja, tetapi juga spesialis
lain, dokter umum, perawat, bidan, dan masyarakat umum
yang tertarik dengan masalah Perinatal. Sebagai suatu
organisasi seminat yang terbuka, Perinasia diharapkan bisa
menyentuh langsung ke sasaran, dimana angka kematian dan
kesakitan Perinatal masih tinggi, oleh karena itu marilah kita
bekerja bersama-sama. Jangan pernah mengharapkan
keuntungan, biar nanti Allah SWT saja yang membalasnya. 
Bob Erissa

SEJARAH PERINASIA 18
5
BAB IX
LAMPIRAN

Pelatihan Perawatan Paliatif pada Neonatus

SEJARAH PERINASIA 18
6
SEJARAH PERINASIA 18
7
Kegiatan Pelatihan Resusitas Neonatus

SEJARAH PERINASIA 18
8
SEJARAH PERINASIA 18
9
Kegiatan Pelatihan Helping Babies Breath

SEJARAH PERINASIA 19
0
Kegiatan MP-ASI

SEJARAH PERINASIA 19
1
ANGGOTA PERINASIA PER SEPTEMBER 2018

NO CABANG JUMLAH

1 Aceh 82

2 Bali 133

3 D.I. Yogyakarta 121

4 DKI Jakarta 1434

5 Jambi 107

6 Jawa Barat 617

7 Jawa Tengah 480

8 Jawa Timur 494

9 Kalimantan Selatan 197

10 Kalimantan Timur + Kaltara 509

SEJARAH PERINASIA 19
2
11 Lampung 96

12 Maluku 21

13 Nusa Tenggara Barat 88

14 Nusa Tenggara Timur 76

15 Papua 170

16 Riau 237

17 Sulawesi Selatan 239

18 Sulawesi Tengah 45

19 Sulawesi Utara 76

20 Sumatera Barat 271

21 Sumatera Selatan 121

22 Sumatera Utara 178

23 Kepulauan Riau 31

NO NON CABANG

24 Sulawesi Tenggara 8

SEJARAH PERINASIA 19
3
25 Bengkulu 34

26 Kalimantan Tengah 56

27 Kalimantan Barat 83

28 Sulawesi Barat 5

TOTAL 6001

SEJARAH PERINASIA 19
4
SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERINASIA
PERIODE 2018 - 2021

Ketua Umum Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K)


Ketua I dr. T.B. Firmansyah B. Rifai, SpA,
MARS
Ketua II Dr. dr. J.M. Seno Adjie, SpOG(K)
Sekretaris Umum dr. Setyadewi Lusyati, SpA(K), PhD
Sekretaris I dr. Neza Puspita, SpOG(K)
Sekretaris Eksekutif Sari Handayani, SKM
Bendahara dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy.,
SpA(K)
Wakil Bendahara dr. Arietta Djuned Pusponegoro,
SpOG(K)

SEJARAH PERINASIA 19
5
Anggota Prof. Dr. dr. Ari Yunanto SpA(K),
SH, IBCLC
Dr. dr. Dewi A. Wisnumurti, SpA(K)
dr. Nuswil Bernolian, SpOG(K),
MARS
Yeni Rustina, SKp, MApp.Sc, PhD
Heru Herdiawati, SST., SH., MH

TIM KOORDINATOR Prof. Dr. dr. Sjarif Hidajat Effendi,


ILMIAH SpA(K)
dr. Herman Kristanto, SpOG(K), MS
dr. Setya Wandita, SpA(K), MKes

TIM KOORDINATOR Dr. dr. Nani Dharmasetiawani,


PENELITIAN SpA(K)
dr. Ekawaty L. Haksari, SpA(K),
MPH, IBCLC

TIM KOORDINATOR dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA(K)


PELATIHAN dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K)

SEJARAH PERINASIA 19
6
Penanggung Jawab
Program

Resusitasi Neonatus dr. Ferdy Panusunan Harahap, SpA


Sari Handayani, SKM

Membantu Bayi Bernapas dr. Budining Wirastari Marnoto, SpA,


IBCLC
dr. Aris Primadi, SpA(K)

Membantu Menyelamatkan dr. Yudianto Budi Saroyo, SpOG(K)


Ibu

Manajemen Laktasi dr. Asti Praborini, SpA, IBCLC

Konseling Menyusui & dr. Jeanne Roos Tikoalu, SpA, IBCLC


Manajemen Hesti Kristina Pinita Tobing, SKM,
MP-ASI IBCLC, CIMI

Perawatan Metode Kanguru Yeni Rustina, SKp, MApp.Sc, PhD

SEJARAH PERINASIA 19
7
Penatalaksanaan BBLR dr. Setyadewi Lusyati, SpA(K), PhD
untuk Yankes
Level I-II & Stabilisasi
Neonatus

Pelayanan Paliatif pada dr. Anky Tri Rini Kusumaning Edhy,


Neonatus SpA(K)

Kesehatan Reproduksi dr. Agung Witjaksono, SpOG


Remaja Indra Supradewi, SKM, MKM

DEWAN REDAKSI Dr. dr. I Nyoman Hariyasa, SpOG(K)


MAJALAH PERINASIA dr. Eko Sulistijono, SpA(K)

DEWAN
PERTIMBANGAN
Ketua dr. Trijatmo Rachimhadhi, SpOG(K)
Wakil ketua dr. M. Syafak Hanung, SpA
Prof. dr. Ariawan Soejoenoes,
SpOG(K)
Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH

SEJARAH PERINASIA 19
8
Prof. dr. Rulina Suradi Sp A(K),
IBCLC
dr. Sri Durjati, MSc, PhD, SpGK,
IBCLC

KETUA PENGURUS CABANG PERIODE 2018-2021

1 DKI JAKARTA dr. Agung Witjaksono, SpOG


2 JABAR Dr. dr. Tetty Yuniarti, SpA(K)
3 JATENG dr. Herman Kristanto, SpOG(K), MS
4 D.I. YOGYAKARTA dr. Tunjung Wibowo, SpA(K), MPH
5 JATIM Prof. dr. Bambang Permono, SpA(K),
MBA
6 BALI Dr. dr. I Made Kardana, SpA(K)
7 NTT dr. Woro Indri Padmosiwi, SpA
8 KALSEL dr. Wulan Dewi Marhaeni, SpA(K)
9 SULSEL Dr. dr. Ema Alasiry, SpA(K)
10 KALTIM dr. Landelina Lany Tantiyo, SpA

SEJARAH PERINASIA 19
9
11 ACEH Prof. Dr. dr. Mohd. Andalas, SpOG(K)
12 SUMBAR Dr. dr. Mayetti, SpA(K)
13 RIAU dr. Nazardi Oyong, SpA
14 LAMPUNG Dr. dr. Prambudi Rukmono, SpA(K)
15 SUMSEL dr. Afifa Ramadanti, SpA(K)
16 JAMBI dr. Mustarim, SpA(K)
17 SUMUT Dr. dr. Makmur Sitepu, SpOG(K)
18 SULUT Prof. dr. Sarah Salendu Warouw, SpA(K)
19 NTB Dr. H. Agus Rusdy Hariawan Hamid,
SpOG(K)
20 PAPUA dr. Sandra Bulan, SpA(K)
21 KEPRI dr. Indra Yanti, SpA, MARS
22 SULTENG Non aktif
23 MALUKU Non aktif

SEJARAH PERINASIA 20
0

Anda mungkin juga menyukai