Modul Pelatihan Kelas AyahASI disusun oleh AyahASI Indonesia dengan dukungan dari UNICEF
Indonesia. Modul ini dibuat sebagai salah satu bentuk respon bencana gempa bumi di Palu,
Sulawesi Tengah pada September 2018. Kontribusi lainnya yang dirasakan sangat berharga
datang dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan Sentra Laktasi Indonesia (SELASI).
Modul ini disusun oleh Agus Rahmat Hidayat (AyahASI Indonesia), Hery Firdaus (AyahASI
Medan), Idzma Mahayattika (AyahASI Bandung), Yandra Rahadian Perdana (AyahASI Jogja) dan
Wawan Sugianto (AyahASI Jogja).
Modul ini merupakan dokumen hidup dan dapat diulas secara bebas, disarikan, direproduksi
atau diterjemahkan, sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak untuk dijual atau untuk digunakan
bersama dengan tujuan komersial.
Secara global, Indonesia memiliki jumlah anak stunting terbanyak kelima. Laporan Bank Dunia
menyatakan bahwa 19,6 persen anak-anak Indonesia di bawah usia lima tahun (sekitar 4,4 juta)
kekurangan berat badan akibat kekurangan gizi.
Menyusui adalah intervensi gizi paling efektif untuk menyelamatkan hidup. Jika dipraktikkan
secara optimal, hal ini dapat mencegah 1 juta kematian anak setiap tahun dan memiliki peran
penting dalam pencegahan berbagai bentuk kekurangan gizi pada masa kanak-kanak, termasuk
defisiensi stunting, kekurangan berat badan, dan gizi mikro. Di Indonesia, 96% anak-anak (<24
bulan) disusui. Namun, hanya 42% anak-anak (<6 bulan) yang mendapat ASI eksklusif sesuai
rekomendasi WHO.
Seperti kebanyakan negara besar lainnya di Asia, partisipasi ayah dalam pengasuhan sangat
buruk. Budaya patriarki yang kuat sering menjadi hambatan termasuk melarang ayah/suami
untuk terlibat di ruang domestik atau terlibat di pengasuhan. Kondisi ini berdampak pada
cakupan angka menyusui di Indonesia. Studi menunjukkan bahwa persetujuan yang kuat dari
menyusui oleh ayah dikaitkan dengan tingginya insiden menyusui (98,1%), ini berarti ketika
seorang ibu menyusui memiliki "orang penting" yang dididik dan mendukung pilihannya untuk
menyusui, ia jauh lebih mungkin. untuk menjadi sukses dalam hal itu.
Melatih ayah baru tentang menyusui akan menjadi pendekatan baru keterlibatan laki-laki
dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia.
AyahASI Indonesia
Bikinnya Berdua, Ngurus Anaknya Juga Berdua
Melatih ayah baru tentang menyusui akan menjadi pendekatan baru keterlibatan laki-laki
dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia.
Tujuan Pelatihan
Setelah menyelesaikan pelatihan ini, peserta dapat mendukung istri agar sukses menyusui,
merekomendasikan praktik pemberian makan untuk bayi dan anak mereka sejak lahir hingga
usia 24 bulan dan memberikan informasi yang baik dan benar terkait ASI dan Menyusui kepada
orang lain.
Setiap sesi pelatihan ini memiliki satu set tujuan pembelajaran. Anda harus memastikan bahwa
Anda sudah memahami setiap tujuan sesi.
Dalam sesi uji coba modul ini kami mendapatkan kenyataan bahwa para Ayah lebih bisa leluasa
bercerita jika pesertanya sesama Ayah semua, namun cenderung malu untuk bercerita jika ada
pasangannya atau ada ibu-ibu yang lain.
Bekerja dengan kelompok berjumlah besar tidak dianjurkan, karena dengan jumlah yang besar,
akan sangat sulit melakukan sebuah sesi untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suasana
pelatihan yang akrab, kondusif dan saling mendukung.
Rasio antara Trainer/Fasilitator dengan Peserta adalah 2:25, artinya ada 2 Trainer/Fasilitator
untuk 25 peserta.
Fasilitator sebaiknya sudah memahami informasi dasar tentang ASI dan Menyusui atau sudah
memahami bahan bacaan peserta dan memiliki akses terhadap bahan bacaan fasilitator. Hal ini
dibutuhkan agar fasilitator dapat menindaklanjuti pertanyaan yang muncul saat atau setelah
pelatihan. Penting juga untuk mempertimbangkan mengajak penduduk lokal sebagai fasilitator
pendamping agar mudah menjalankan rencana tindak lanjut.
Topik pada pelatihan ini akan banyak menyentuh isu yang pada sebagian besar laki-laki
mungkin sensitif, tabu dan tidak pernah dibicarakan di depan forum. Karena itu, pelatihan harus
dipimpin oleh fasilitator yang nyaman bekerja dengan permasalahan/isu ini dan memiliki
pengalaman dalam bekerja dengan orangtua (ayah-ibu).
Fasilitator juga harus memiliki keterampilan untuk menangani konflik yang mungkin timbul.
Sangat penting bahwa fasilitator memiliki dasar yang kuat tentang konsep "gender" termasuk
berbagai masalah sosial dan kesehatan yang harus diatasi selama sesi. Sebagai bagian dari
pelatihan mereka, fasilitator juga harus melalui proses refleksi diri tentang pengalaman dan
pengalaman mereka sendiri berkaitan dengan gender, maskulinitas dan pengasuhan anak. Ini
akan memungkinkan fasilitator untuk mendiskusikan masalah ini dengan tenang dan terbuka.
Demikian pula, fasilitator harus peka dan responsif terhadap peserta. Fasilitator harus waspada
terhadap kemungkinan bahwa peserta mungkin memerlukan perhatian khusus selain di dalam
kelompok dan dalam beberapa kasus, mungkin memerlukan rujukan ke layanan kesehatan dan
konseling professional.
Untuk mengatasi permasalahan jenis kelamin ini, penting untuk dilakukan Pelatihan Fasilitator
sebanyak mungkin kepada para Ayah.
Satu studi menunjukkan bahwa sesi pendidikan kelompok berlangsung dua atau dua setengah
jam per minggu, untuk jangka waktu 10 hingga 16 minggu, hal ini dianggap sebagai "dosis"
paling efektif untuk menilai perubahan sikap dan perilaku yang berkelanjutan (Barker, et al.,
2007). Studi lain menunjukkan bahwa hanya dengan 2-6 sesi ada perubahan peserta pada sikap.
Kami percaya bahwa jumlah sesi dengan jeda antar waktu dalam seminggu memungkinkan
penerimaan materi yang lebih efektif, dan menyediakan lebih banyak waktu untuk
merenungkan masalah dan membahasnya dengan pasangan - yang semuanya meningkatkan
kemungkinan tercapainya hasil yang lebih baik.
Siklus Pelatihan
Idealnya, setiap peserta mengikuti siklus pelatihan dengan 7 bagian, masing-masing dua jam,
setiap minggunya. Setiap bagian bersifat terbuka di mana peserta dapat terlibat dalam salah
satu sesi, atau tertutup, yang artinya kelas hanya ditujukan untuk peserta yang sama pada
setiap bagian. Dalam bahasa yang lebih mudah, setiap bagian bisa berdiri sendiri dengan
peserta yang berbeda atau khusus bagi peserta yang sama dengan menyelesaikan semua sesi.
Sebagaimana dinyatakan dalam bagian "Siapa saja yang bisa ikut pelatihan ini?" pertimbangkan
untuk memulai siklus pelatihan bagi Ayah yang sedang menantikan anak pertama. Bekerjasama
dengan rumah bersalin, rumah sakit atau puskesmas bisa menjadi pilihan dalam melakukan
pelatihan.
Namun, jika pelatihan ini terbuka bagi siapa saja dan ada ayah yang sudah punya anak,
manfaatkan pengalaman mereka dan minta mereka untuk berbagi cerita soal menjadi Ayah.
Agar suasana lebih rileks, peserta bisa dibebaskan untuk duduk di mana saja sesuai
kenyamanan peserta, bisa di lantai atau di kursi. Sebisa mungkin, tergambar ciri khas
“nongkrong” ala laki-laki pada pelatihan ini. Minta peserta untuk terlibat secara aktif dengan
kegiatan “Ice Breaker” atau kegiatan fisik lainnya. Sediakan juga minuman dan makanan agar
suasana lebih santai, namun pastikan agar peserta tetap fokus pada materi pelatihan.
Sebuah topik atau permasalahan harus ditangani secara spesifik, dan sebaiknya fokus pada
keadaan peserta saat ini (baik sebagai individu, teman nongkrong kelompoknya, keluarga,
pekerjaan dan komunitas) daripada membahasnya terlalu jauh ke masa depan.
Catat jawaban peserta di flipchart atau papan tulis dan, setelah disetujui, tempelkan Lembar
Kesepakatan Belajar bagian yang mudah terlihat oleh semua peserta.
Persiapan
Ikuti rencana sesi secara akurat dan lengkap
Baca dan pahami petunjuknya secara runut
Persiapkan ko-fasilitator atau peserta untuk membantu Anda (mis. untuk bermain peran)
sebelum sesi – berlatihlah jika memungkinkan
Presentasi
Pastikan peralatan audiovisual (layar, proyektor, microphone, speaker) tersedia dan
berfungsi.
Pastikan audiovisual dan alat bantu pengajaran dapat dilihat oleh semua peserta.
Berdirilah di titik tengah panggung - jangan bersembunyi di balik podium atau meja.
IkutiModul Pelatihan- tetapi bicaralah dengan cara Anda sendiri.
Menghadap peserta saat berbicara - bukan papan atau layar.
Lakukan kontak mata dengan peserta.
Berbicara secara perlahan, jelas, dan cukup keras agar peserta dapat mendengar dan
memahami.
Variasikan nada dan level suara Anda.
Gunakan gerakan alami dan ekspresi wajah.
Hindari menghalangi pandangan peserta pada layar.
Tulis dengan jelas di papan tulis atau flip chart - susun kata-kata dengan hati-hati sehingga
ada cukup ruang.
Biarkan peserta menangani alat bantu pengajaran yang Anda gunakan untuk demonstrasi.
Menutupi, mematikan, atau menghapus alat bantu pengajaran yang tidak digunakan lagi.
Bermain Peran
Siapkan permainan peran dengan hati-hati. Dapatkan alat peraga yang diperlukan (mis.
Boneka). Beri pengarahan singkat kepada mereka yang akan memainkan peran, dan beri
mereka waktu untuk bersiap.
Jelaskan secara detail permainan peran dengan menjelaskan tujuannya, situasi, dan peran
yang akan dilakukan.
Lakukan permainan peran dengan singkat dan langsung pada inti pembahasannya.
Setelah bermain peran, pandu diskusi. Ajukan pertanyaan dari para pemain dan pengamat.
Ambil kesimpulan dari apa yang terjadi dan apa yang dipelajari.
Peragaan
Ikuti instruksi yang ada dalam modul
Nyatakan dengan jelas tujuan peragaan.
Tunjukkan seluruh langkah-langkah yang benar (tidak ada jalan pintas).
Jelaskan langkah-langkah dengan suara yang jelas saat melakukannya.
Bicara dengan suara yang jelas sehingga semua dapat mendengar. Berdiri di tempat yang
dapat dilihat semua orang.
Dorong peserta untuk bertanya dalam setiap sesi.
Ajukan pertanyaan pada peserta untuk memastikan pemahaman mereka akan topik terkait
Latihan Tertulis
Berikan instruksi yang jelas dan waktu untuk mengerjakan latihan sebelum mulai.
Manajemen Waktu
Jaga durasi waktu - tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Jangan terlalu lama dengan
bagian awal sesi.
Jangan habiskan waktu di antara penyampaian materi dengan kerja kelompok (misalnya
dengan mengunjungi kerja kelompok dan mendiskusikan sesuatu secara detail di kelompok
tersebut).
Sebelum peserta mulai bekerja dalam kelompok, jelaskan secara detail apa yang akan
mereka lakukan.
KOMPETENSI PELATIHAN
Pelatihan ini didasarkan pada serangkaian kompetensi yang diharapkan dipelajari oleh setiap
peserta selama pelatihan dan dilakukan di tempat tinggalnya setelah pelatihan. Agar peserta
memiliki kompetensi yang diharapkan, maka peserta harus paham sejumlah pengetahuan dan
mahir pada ketrampilan.
Bagian 'pengetahuan' dari kompetensi akan diajarkan selama pelatihan ini, dan terkandung
dalam
Bahan Bacaan Peserta untuk rujukan peserta. Kebanyakan orang merasa bahwa mereka lebih
mudah memahami ‘pengetahuan’ dibanding dengan ‘ketrampilan’. Sesi ‘ketrampilan’ juga akan
diajarkan pada pelatihan ini, namun bisa jadi tidak semua peserta langsung menjadi mahir
setelah pelatihan, tentu hal ini tergantung pengalaman peserta sebelumnya.
Kompetensi telah diatur dalam urutan tertentu. Kompetensi pada awal tabel adalah tabel yang
paling umum digunakan, dan bergantung pada kompetensi nantinya. Misalnya, untuk
kompetensi menggunakan keterampilan mendengarkan istri digunakan dalam banyak hal dari
kompetensi lainnya.
1. Mulai Tepat Waktu. Setiap orang pasti punya kesibukannya sendiri, jadi penting untuk
memahami kenyataan bahwa peserta mungkin tidak memiliki waktu lebih dari yang sudah
dijadwalkan. Menghormati yang datang duluan jauh lebih baik dibanding menunggu yang
telat.
2. Mulai setiap sesi dengan menyapa peserta. Misalnya: “Bagaimana tidurnya tadi malam?”
“Sudah sarapan?” Fasilitator sebaiknya terlibat dalam situasi ini dengan memberikan contoh
jawaban yang terbuka dan jujur. Jika ada peserta yang terlihat ingin mencurahkan isi
hatinya, berikan waktu secukupnya tanpa harus mengambil alih waktu senggang ini.
3. Lakukan refleksi pada setiap akhir sesi. Tanyakan, “Jadi minggu lalu pelajaran apa yang
teman-teman dapat?" atau “Apa hal yang paling berkesan dari sesi kemarin?”
4. Perkenalkan judul sesi dan tujuannya, selalu sampaikan judul sesi dan tujuannya agar
peserta paham apa yang akan dipelajarinya selama 1-2 jam kedepan.
5. Di akhir sesi, jika ada, ingatkan para peserta tentang rencana tindak lanjut atau hal yang
akan diterapkan segera di rumah
Judul: Mengindikasikan tema besar dari sebuah sesi. Biasanya dalam bentuk frase atau
kalimat, secara umum judul mengandung keseluruhan sesi dan topik yang akan dibahas.
Tujuan: Menjelaskan informasi dan ketrampilan yang akan disampaikan; pada bagian ini
dijelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap sesi. Fasilitator sebaiknya
menginformasikan tujuan dari setiap sesi pada awal pembelajaran.
Durasi: Tergantung pada jumlah peserta dan faktor lainnya, durasi yang disarankan
untuk setiap sesi dapat bervariasi. Penting untuk menyesuaikan panjang setiap sesi
dengan mempertimbangkan kondisi para peserta.
Bahan Yang Dibutuhkan: Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah aktivitas.
Jika tidak tertera pada modul ini, perlengkapan dasar, seperti kertas, sticky notes dan
spidol, harus tersedia. Dalam kasus di mana bahan-bahan yang tercantum mungkin tidak
mudah diperoleh, fasilitator memiliki kebebasan untuk berimprovisasi. Misalnya, flip
chart dapat diganti dengan karton, koran, atau papan tulis.
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 90 menit
Persiapan Fasilitator:
1. Persiapkan bahan tayang sesuai dengan alur sesi, atau
2. Tulis dalam flipchart: Tujuan dan Jadwal Pelatihan
3. Pastikan semua peserta sudah menempelkan papan nama/name tag di dadanya masing-
masing
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak
peserta berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan bahwa pada sesi ini kita akan saling mengenal dan
mengidentifikasi harapan peserta pada pelatihan.
22. Rangkum jawaban peserta dengan menggunakan model kurva seperti pada gambar. Sumbu
X adalah jumlah jawaban benar dan Sumbu Y adalah jumlah pertanyaan.
Pre-Test: Apa yang kita ketahui saat ini? (lembar pre-post test ada di bagian lampiran)
No Apa yang kita ketahui saat ini Benar Salah Tidak Hitung Jawaban
Tahu
1 Bayi hanya minum ASI saja pada usia 0-6 Hitung jumlah peserta
√
bulan adalah definisi dari ASI Eksklusif? yang menjawab BENAR
2 Berdasarkan rekomendasi WHO, Menyusui Hitung jumlah peserta
√
itu minimal sampai 2 tahun yang menjawab BENAR
3 Menyusui bisa membantu ukuran rahim ibu Hitung jumlah peserta
√
kembali ke ukuran sebelumnya yang menjawab BENAR
4 Hormon oksitosin adalah hormon yang Hitung jumlah peserta
√
bertugas memproduksi ASI yang menjawab SALAH
5 Hormon prolaktin bekerja di malam hari, itu
Hitung jumlah peserta
kenapa ibu menyusui disarankan untuk √
yang menjawab BENAR
memerah ASI di malam hari
6 Ketika payudara telah penuh maka tubuh
Hitung jumlah peserta
akan memproduksi zat yang berfungsi √
yang menjawab BENAR
menghentikan produksi ASI secara otomatis
22. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan dan mengucapkan terima kasih atas keaktifan peserta
dan salam penutup
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 90 menit
Persiapan Fasilitator:
1. Baca lampiran metode pembagian kelompok
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak
peserta berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
Melatih ayah baru tentang menyusui akan menjadi pendekatan baru keterlibatan laki-laki
dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia baik pada situasi normal maupun
bencana.
Tambahkan juga bahwa keluarga disatu sisi merupakan faktor pendukung keberhasilan
menyusui namun disisi lain juga bisa menjadi faktor utama kegagalan menyusui. Orang tua
dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti ayah ibu kandung, jadi mengurus anak tentu
bukan saja tugas ibu, tapi juga menjadi tugasnya Ayah.
Sampaikan bahwa menyusui bisa dilakukan sesegera mungkin sesaat setelah melahirkan
dan bisa dilakukan di mana saja. Di banyak daerah di Indonesia kita masih sering melihat
banyak Ibu menyusui anaknya tanpa ditutupi dan ini adalah hal yang wajar, meski begitu
ada yang menyarankan untuk menggunakan Apron Menyusui agar payudara ibu tidak
terlihat. Apapun itu, menyusui atau memerah ASI sebaiknya di tempat yang bersih, nyaman,
aman dan higienis.
Sampaikan bahwa keuntungan menyusui berlaku tidak hanya untuk bayi, tapi juga untuk ibu
dan keluarga.
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 120 menit
Persiapan Fasilitator:
1. Baca lampiran metode pembagian kelompok
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak
peserta berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
12. Jelaskan kepada peserta disamping para suami bisa berperan memberikan rasa nyaman dan
bahagia bagi ibu yang sedang menyusui, suami juga dapat membantu memberikan pijatan
yang berdampak terhadap rasa rileks si ibu dan dapat mempengaruhi aliran ASI agar lancar.
13. Sebagai penutup sesi ajak peserta berpasangan dan mintalah salah satu peserta duduk
menghadap kursi dan peserta lainnya mempraktikkan pijat oksitosin. Pandulah peserta
melakukan pijat oksitosin secara benar.
14. Mintalah pendapat peserta setelah mempraktikkan pijat oksitosin tersebut dan galilah
sejauh mana peserta dapat mengikuti sesi ini sehingga nantinya dapat membantu ibu
menyusui.
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 120 menit
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak
peserta berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
Tahap 2 – Kerja Kelompok dan Diskusi
3. Sampaikan pada peserta bahwa dari waktu ke waktu, ibu menghadapi masalah dengan
menyusui. Sebagian besar masalah sebenarnya dapat dicegah dengan praktik pemberian
ASI yang baik: posisi dan pelekatan yang benar, menyusui sesuka bayi, dan memastikan
keefektifan menyusu bayi. Ketika masalah terjadi, pengenalan dan perawatan dini
memungkinkan seorang ibu untuk memulai atau terus menyusui dan membantu mencapai
sasaran ASI eksklusif yang direkomendasikan yaitu menyusui selama enam bulan dan
melanjutkannya hingga dua tahun atau lebih.
4. Katakan pada peserta bahwa sekarang kita akan bekerja di dalam kelompok.
5. Fasilitator membuat kelompok (3-5 orang/kelompok) berdasarkan jumlah peserta (baca
lampiran Metode Pembagian Kelompok) dan minta mereka untuk menunjuk siapa yang
bertugas menjadi juru bicara dan juru tulis.
6. Fasilitator membagikan gambar kondisi payudara dan ASI tidak cukup sebagai berikut:
a. Puting Lecet
b. Payudara Bengkak
c. ASI Tidak Cukup
Satu kelompok mendapatkan satu gambar kondisi payudara dan minta mereka untuk
mendiskusikannya. Minta masing-masing kelompok untuk:
a) Mejawab kondisi payudara dan ASI tidak cukup pada gambar, lalu;
b) Menjelaskan gejala kondisi tersebut
c) Bagaimana mencegahnya, dan;
d) Bagaimana cara mengatasinya
7. Katakan bahwa mereka punya waktu 5-10 menit untuk berdiskusi, melakukan identifikasi
dan menuliskannya di kerta flipchart.
8. Jika sudah selesai berdiskusi, minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. Minta kelompok lain untuk memberikan tanggapan jika dirasa ada hal yang ingin
ditanyakan atau diklarifikasi.
9. Fasilitator bisa menggunakan tabel dibawah ini untuk memandu diskusi
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 120 menit
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak
peserta berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
Tahap 2 – Penjelasan dan Diskusi
3. Sampaikan pada peserta bahwa peran Ayah sangat penting untuk mendukung keberhasilan
menyusui. Bentuk dukungan tersebut tidak harus Ayah jago soal menyusui, namun bisa
dalam bentuk lain yang sederhana. Ingatkan pada peserta bahwa istri seringkali merasa
tersanjung jika Ayah bisa membantu mengurus anak dan urusan rumah tanpa harus disuruh
oleh istri.
4. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan berdiskusi tentang dukungan apa saja yang bisa
dilakukan oleh Suami untuk membantu Istri di rumah.
5. Bagikan kertas metaplan/sticky note dan spidol kepada peserta lalu minta peserta untuk
menuliskan sebanyak-banyaknya bantuan apa yang Suami bisa lakukan untuk membantu
Istri di rumah.
6. Minta peserta untuk menempelkan tulisannya di papan tulis/dinding ruangan/flip chart
7. Kelompokkan tulisan itu berdasarkan jenis dukungannya (misal menggendong, bercerita,
memandikan dll). Fasilitator bisa meminta salah satu peserta untuk membantu
mengelompokkan tulisan tersebut
8. Minta peserta untuk berbagi pengalaman dan atau pendapat mereka tentang dukungan
yang mereka tulis (cukup satu orang per jenis dukungan). Fasilitator bisa mengajukan
pertanyaan di bawah ini untuk membantu peserta memberikan penjelasan:
a. Apa bentuk dukungan yang diberikan?
b. Kenapa melakukan dukungan tersebut dan apa yang dirasakan ketika melakukan hal
tersebut?
9. Tayangkan bahan tayang BT 5A “Bentuk Dukungan Ayah” dan jelaskan bahwa beberapa hal
yang bisa dilakukan Ayah untuk mendukung istri menyusui antara lain:
Menggendong
Bermain bersama anak
Bercerita
Memijat Bayi
Memandikan Anak
Mengganti Popok
Membersihkan Botol – berikan penekanan pada saat kondisi bencana
10. Jelaskan pada peserta bahwa sebenarnya ada begitu banyak kegiatan yang bisa dilakukan
Ayah untuk mendukung Istri di rumah, namun pada sesi ini kita hanya akan melakukan dua
hal saja, yaitu menggendong bayi dan bercerita
Tahap 3 – Menggendong
12. Ajukan pertanyaan kepada peserta seputar pengalaman peserta dalam menggendong
dengan pertanyaan berikut:
a. Kapan biasanya menggendong bayi?
b. Bagaimana perasaan ketika menggendong bayi?
Sampaikan kepada peserta bahwa saat ini kita akan mempraktekkan cara menggendong
bayi dengan posisi Craddle Hold atau Pegangan Buaian. Ikuti tahapan praktek
menggendong bayi seperti pada Bahan Tayang, setelah semua selesai baru kemudian
fasilitator putar video peragaan menggendong bayi pada bahan tayang BT5A
16. Sampaikan juga kepada peserta bahwa selain dengan tangan, menggendong bayi juga bisa
dengan gendongan Bayi. Jelaskan bahwa tips memilih gendongan bayi harus memenuhi
unsur TICKS
a. Tight – cukup kuat menahan bayi
b. In view at all times – bayi selalu dalam pandangan yang menggendong
c. Close enough to kiss – cukup dekat untuk bisa dicium
d. Keep chin off the chest – dagu bayi menempel di dada ibu
e. Supported back – bagian punggung belakang harus tertahan
Tahap 5 – Bercerita
18. Ajukan pertanyaan kepada peserta seputar pengalaman mereka bercerita kepada anak
dengan pertanyaan berikut:
a. Kapan biasanya bercerita kepada anak dan apakah menggunakan alat bantu?
b. Bagaimana perasaan ketika bercerita kepada anak?
19. Buka bahan tayang BT 5A tentang “Manfaat Bercerita kepada Bayi” dan jelaskan hal-hal
berikut secara singkat:
a. Bercerita membantu anak-anak mengenal suara, kata-kata dan Bahasa serta
meningkatkan ketrampilan literasi sejak dini
b. Bercerita membantu anak untuk belajar soal nilai-nilai yang terkandung di dalam
cerita
c. Bercerita memicu imajinasi anak dan merangsang rasa ingin tahu
d. Bercerita membantu perkembangan otak, meningkatkan ketrampilan sosial dan
komunikasinya.
e. Bercerita membantu anak memahami perubahan dan peristiwa baru atau
menakutkan, dan juga emosi kuat yang dapat menyertainya.
20. Tekankan kepada peserta bahwa kita tidak harus menjadi pendongeng professional untuk
bercerita kepada anak, karena kita bisa bercerita apa saja (dongeng, kisah, cerita sehari-hari
dll).
21. Jelaskan bahwa bercerita sama dengan komunikasi lainnya, yaitu selaras antara kata-kata,
ekspresi, intonasi dan gesture/gerak tubuh.
22. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan berlatih intonasi:
a. menceritakan orang berjalan mengendap-endap dengan suara pelan dan;
b. ketika cerita orang berlari dengan suara lebih keras dan cepat
23. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan berlatih ekspresi:
a. ekspresi ketika tim kesayangan mencetak gol,
b. ekspresi kesal karena tim kesayangan kebobolan dan;
c. ketika istri protes saat nonton bola berisik.
24. Sampaikan kepada peserta bahwa sekarang kita akan berlatih gesture:
a. Gerakan tangan yang menunjukkan naik mobil
b. Gerakan naik pesawat dan;
c. Gerakan kapal laut.
4. Berlatih mengubah suara (suara besar, kecil dan biasa)
5. Membuat cerita sederhana tentang kehidupan sehari-hari dengan mengambil satu
cerita saat di luar rumah dan menstrukturkan cerita menjadi
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 120 menit
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak peserta
berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
Tahap 2 – Bermain Peran
3. Mintalah peserta untuk berpasangan. Lalu perintahkan mereka untuk memikirkan satu cerita
tentang pengalaman membantu mengurus anak atau membantu urusan rumah untuk diceritakan
kepada temannya
4. Kemudian minta peserta saling bercerita pada saat yang bersamaan selama 2 menit
5. Ajak kembali peserta pada kelompok besar, ajak diskusi dengan menanyakan hal berikut:
Bagaimana rasanya anda berbicara pada saat yang bersamaan dengan seseorang?
Apakah anda menangkap semua isi cerita?
6. Tanggapi respon dari peserta tanpa harus membahasnya secara detail
7. Dalam pasangan yang sama, ulangi lagi latihan mendengar sebelumnya, namun kali ini minta
peserta untuk saling mendengarkan satu sama lain dengan berkonsentrasi. Perintahkan peserta
untuk tidak mencatat sama sekali dan harus mendengarkan dengan seksama.
8. Beri waktu masing-masing 1 menit untuk bercerita dan bergantian.
9. Kemudian, berikan waktu kepada peserta untuk saling menceritakan cerita pasangannya (masing-
masing berbicara selama 1 menit). Contoh: A menceritakan cerita B setelah B tadi berbicara dan
sebaliknya.
10. Jika sudah selesai, minta peserta untuk berkumpul kembali di dalam kelompok besar, kemudian ajak
peserta untuk berdiskusi dengan menanyakan hal berikut:
a. Berapa banyak dari cerita anda yang benar diceritakan oleh pasangan anda.
b. Bagaimana perasaan anda ketika bercerita dan melihat seseorang mendengarkan cerita anda?
11. Kemudian, tanyakan juga hal apa yang anda lakukan yang membuat anda yakin bahwa pasangan
anda mendengarkan anda? Catat jawaban peserta pada kertas flipchart yang tersedia.
Gunakan jawaban dan gerakan yang menunjukkan ketertarikan dengan respon sederhana (”Oo”,
”mengangguk”)
Gunakan komunikasi non-verbal
12. Jelaskan kepada peserta bahwa apa yang kita lakukan tadi adalah teknik mendengarkan dan
mempelajari dan kita akan membahasnya bersama-sama.
13. Dengan bantuan Ko-Fasilitator atau bantuan peserta lakukan demonstrasi ketrampilan komunikasi
non-verbal sebanyak dua kali. Pertama gunakan komunikasi non-verbal yang ”salah”; dan kemudian
lakukan komunikasi non verbal yang benar satu persatu:
Kepala anda sejajar dengan kepala ibu/ayah/pengasuh
Berikan perhatian (kontak mata)
Singkirkan penghalang (meja dan catatan-catatan)
Sediakan waktu
Sentuhan yang wajar
14. Kemudian lanjutkan dengan mendemonstrasikan teknik mendengarkan dengan menggunakan
ketrampilan dalam ”mengulang kembali apa yang dikatakan Istri” dan ”tidak menggunakan kata-
kata menghakimi”. Pertama, gunakan kata-kata menghakimi, dan kemudian baru
mendemonstrasikan memberikan reaksi yang tepat dengan tidak menggunakan kata-kata
menghakimi.
Mungkin memang anaknya butuh proses, besok kita coba metode lain yah
Kamu pasti capek yah? Besok cobain aja menyusuinya sambal tiduran, jadi kamu bisa
istirahat juga
Sini peluk dulu, kamu kayanya khawatir banget, nanti aku cariin jawabannya yah
15. Lakukan latihan Mengajukan Pertanyaan
a. Setiap orang dapat mengajukan satu pertanyaan kepada saya (Fasilitator) dengan diawali
kalimat tanya.
b. Fasilitator akan menjawab pertanyaan tersebut. (Fasilitator menghentikan Peserta untuk
mengajukan hanya satu pertanyaan saja)
c. Diskusikan, apa yang anda dapatkan dari latihan ini? (Beberapa tipe pertanyaan akan
mengundang dan menghadirkan informasi lebih banyak dibanding yang lain). Mengajukan
pertanyaan mengenai usia: akan membuat anda mendapatkan sepotong informasi yang spesifik
(yang kadang-kadang memang anda inginkan).
d. Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan mengapa, bagaimana, kapan dan dimana.
e. Hal-hal apa saja yang dapat lakukan untuk menggali lebih banyak informasi?
Dengarkan apa yang ibu pengasuh katakan.
Pelajari apa yang menjadi perhatian ibu/pengasuh
Hindari penggunaan kata-kata menghakimi
16. Diskusikan dan rangkum berbagai keterampilan mendengarkan dan keterampilan mempelajari
lainnya. Hubungkan bahwa ”Kita memiliki dua buah telinga dan satu mulut, oleh sebab itu kita harus
mendengarkan dua kali lebih banyak dari pada kita berbicara”
Tahap 3 – Paparan
14. Sampaikan kepada peserta bahwa sebenarnya secara tidak langsung kita sudah menggunakan
ketrampilan mendengar. Jelaskan bahwa siapapun lawan bicara kita, apalagi istri, pasti ingin
pembicaraanya didengarkan dengan baik.
15. Tulis pada kertas Flip Chart dan tempelkan pada dinding ruang pelatihan “KETRAMPILAN
MENDENGAR” dengan 6 ketrampilan mendengar atau gunakan bahan tayang BT 6A kemudian
jelaskan secara ringkas tentang ketrampilan mendengar:
a. KETRAMPILAN 1: MENGGUNAKAN KOMUNIKASI NON-VERBAL
b. KETRAMPILAN 2: PERTANYAAN TERBUKA
c. KETRAMPILAN 3: TUNJUKKAN MINAT DENGAN TANGGAPAN DAN GESTUR
d. KETRAMPILAN 4: REFLEKSIKAN PERNYATAAN
e. KETRAMPILAN 5: EMPATI – TUNJUKKAN BAHWA KITA MENGERTI PERMASALAHANNYA
f. KETRAMPILAN 6: HINDARI KATA-KATA YANG MENGHAKIMI
Sampaikan juga bahwa sangatlah penting untuk tidak membuat istri kita merasa bahwa ia telah
membuat kesalahan. Seorang ibu mudah percaya bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya atau
air susunya, atau bahwa ia tidak berbuat benar. Ini dapat menurunkan kepercayaan dirinya.
Bantulah istri kita untuk memutuskan sendiri apa yang terbaik bagi dirinya dan bayinya.
19. Memberikan dukungan dan membangun kepercayaan diri dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
a. Terima saja apa yang dikatakan dan dirasakan oleh istri/pengasuh (untuk membangun
kepercayaan diri, biarkan istri/pengasuh mengutarakan keluhannya sebelum membetulkan
informasi)
b. Akui dan berikan pujian atas yang dilakukan oleh ibu/ayah/pengasuh dan bayi secara benar.
c. Berikan bantuan praktis
d. Berikan informasi yang relevan (jika memungkinkan
e. Gunakan bahasa yang sederhana
f. Berikan satu atau dua saran, bukan perintah.
20. Tayangkan Bahan Tayang-BT 6A “Mendengarkan Curhatan Istri” dan Perkenalkan beberapa ide
tentang ketrampilan mendengar dan memberikan dukungan dengan beberapa poin berikut:
a. Laki-laki dan perempuan tumbuh dengan tuntutan yang berbeda dari masyarakat. Pada akhirnya
membentuk karakter laki-laki yang cenderung berbicara langsung tanpa bunga-bunga, ini
berbeda dengan perempuan yang cenderung ingin mencurahkan segala isi hati dan pikirannya.
Seringkali laki-laki hanya menangkap sebagian isi pembicaraan dari yang istri sampaikan.
b. Mendengar dan memberikan tanggapan yang tepat bisa membantu memahami kondisi istri dan
pada akhirnya membantu mereka untuk mengambil keputusan yang tepat.
c. Meski secara spesifik kita membicarakan istri, namun ketrampilan ini juga bisa digunakan jika
kita berbicara dengan sesama Ayah yang sedang memiliki masalah terkait pemberian makan
bayi dan anak
d. Seringkali yang dibutuhkan istri adalah seorang suami yang bisa mendengarkan curahan hatinya
dengan seksama, meski dia tahu bahwa suaminya tak cukup wawasan terkait permasalahan
yang dialami
Durasi Pelajaran:
Estimasi sesi ini bisa dibawakan selama 90 menit
Struktur Sesi
Tahap 1 – Pembukaan
1. Ucapkan salam pembukaan dan ucapan terima kasih kepada peserta yang sudah hadir, ajak peserta
berdoa sebelum memulai pertemuan.
2. Perkenalkan diri Anda dan jelaskan secara singkat tujuan dari sesi ini.
Tahap 2 – Diskusi PMBA pada Situasi Bencana
3. Katakan kepada peserta bahwa saat ini kita akan berdiskusi dengan pemberian makan bayi dan anak
pada situasi bencana dan bagaimana kita sebagai Ayah bisa mendukung istri.
4. Bagi peserta menjadi 3-5 kelompok kecil berdasarkan jumlah peserta (baca lampiran Metode
Pembagian Kelompok) dan minta mereka untuk memberi nama kelompoknya, lalu minta setiap
kelompok untuk menunjuk siapa yang bertugas menjadi juru bicara dan juru tulis.
5. Lalu bagikan kertas flip chart, spidol dan selotip kertas pada tiap kelompok dan minta mereka untuk
mendiskusikan pertanyaan berikut (atau bisa tampilkan Bahan Tayang 7A):
a. Apa itu bencana
b. Apa pilihan pilihan makanan yang baik bagi bayi dan anak usia 0-6 bulan, 7-12 bulan dan
diatas 12 bulan pada situasi bencana?
c. Apa sebaiknya yang suami/ayah lakukan untuk memastikan bayi dan anak-anak tetap
sehat pada kondisi bencana?
6. Katakan bahwa mereka punya waktu 15 menit untuk berdiskusi, menjawab pertanyaan dan
menuliskannya di kerta flipchart.
7. Jika sudah selesai berdiskusi, minta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Minta kelompok lain untuk memberikan tanggapan jika dirasa ada jawaban yang berbeda dengan
kelompok yang sedang melakukan presentasi. Ingatkan juga bahwa kelompok selanjutnya hanya
mempresentasikan hasil diskusi yang berbeda dengan kelompok sebelumnya, jawaban yang sama
tidak perlu dipresentasikan kembali.
8. Tutup tahap diskusi kelompok ini dengan mengatakan terima kasih atas hasil diskusinya dan katakan
bahwa kita akan membahasnya
9. Tayangkan Bahan Tayang BT 6A dan sampaikan hal berikut:
Bahwa definisi bencana menurut UU No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulan Bencana adalah
sebagai berikut
a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
c. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
masyarakat, dan teror.
Berdasarkan panduan WHO dan UNICEF, berikut adalah Panduan Cara Penyajian, Tekstur dan
Frekuensi makan untuk bayi dan anak di situasi normal dan bencana:
a. 0-6 Bulan: ASI Eksklusif
b. 6-9 Bulan: Lanjutkan menyusui, 2-3x makan, 1-2x selingan, 2-3sdm bertahap hingga 125ml,
makanan dibuat dengan disaring. Tekstur makanan lumat dan kental
c. 9-12 Bulan: Lanjutkan menyusui, 3-4x makan, 1-2x selingan, 125ml bertahap hingga 200ml,
bahan makanan sama dengan orang dewasa, tekstur makanan dicincang/dicacah, dipotong kecil
dan selanjutnya makanan yang diiris-iris serta perhatian respons anak saat makan.
d. 12-24 bulan: Lanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih, 3-4x makan, 1-2x selingan, 200ml
bertahap hingga 250ml, bahan makanan sama dengan orang dewasa, tekstur makanan yang
diiris-iris serta perhatian respons anak saat makan.
Setiap peserta sudah menentukan jawabannya, fasilitator meminta 2-3 peserta untuk menjelaskan
alasan jawaban mereka. Setelah peserta memberikan jawaban, fasilitator bisa membahas
pernyataan tersebut dengan jawaban yang benar.
Jika ruangan tidak cukup untuk peserta saling berpindah sisi. Fasilitator bisa menggunakan kartu
metaplan dua warna, warna A untuk setuju, warna B untuk tidak setuju dan tidak mengangkat kartu
jika ragu-ragu.
13. Jika peserta sudah berbaris dengan dua kelompok, fasilitator bisa membacakan pernyataan atau
pertanyaannya:
14. Selesaikan semua pertanyaan dan pembahasannya, lalu sampaikan beberapa kesimpulan berikut
a. Hampir 95% kematian bayi dan anak dalam keadaan darurat disebabkan oleh diare karena air
yang terkontaminasi dan lingkungan yang tidak bersih.
b. Susu formula memiliki kaitan erat dengan peningkatan penyakit dan kematian bayi: susu
formula juga dapat terkontaminasi dan membutuhkan air bersih dan bahan bakar untuk
mensterilkan botol-dot. Kekurangan listrik juga dapat membuat susu formula sulit dibuat.
c. Menyusui menyelamatkan bayi. ASI selalu bersih, higienis dan tidak membutuhkan bahan bakar,
air, atau listri dan selalu tersedia bahkan dalam keadaan sangat kotor paska bencana
d. ASI mengandung antibodi yang melawan infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran pernapasan
yang umum di antara bayi dalam situasi darurat.
e. ASI menyediakan gizi sempurna untuk bayi, termasuk jumlah vitamin dan mineral yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal.
f. Menyusui juga melepaskan hormon yang menurunkan stres dan kecemasan pada bayi dan ibu.
g. Ibu yang menyusui dapat menjaga bayinya agar tetap hangat untuk mencegah hipotermia.
15. Sebelum sesi ini ditutup, berikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya atas seluruh sesi yang
disampaikan hari ini, jikalau tidak ada dan sudah selesai tutuplah pertemuan ini dan ucapkan
terimakasih.
Sebaliknya, jika tidak ada perubahan nilai, atau penurunan nilai yang banyak dialami peserta, maka
ada sesuatu yang perlu kita cari tahu lebih jauh. Mungkin masalahnya ada pada materi yang kita
berikan, cara atau metode yang kita gunakan, atau penyebab-penyebab lainnya.
Tidak
No Apa yang kita ketahui saat ini Benar Salah Hitung Jawaban
Tahu
1 Bayi hanya minum ASI saja pada usia 0-6 bulan Hitung jumlah peserta
√
adalah definisi dari ASI Eksklusif? yang menjawab BENAR
2 Berdasarkan rekomendasi WHO, Menyusui itu Hitung jumlah peserta
√
minimal sampai 2 tahun yang menjawab BENAR
3 Menyusui bisa membantu ukuran rahim ibu Hitung jumlah peserta
√
kembali ke ukuran sebelumnya yang menjawab BENAR
4 Hormon oksitosin adalah hormon yang bertugas Hitung jumlah peserta
√
memproduksi ASI yang menjawab SALAH
5 Hormon prolaktin bekerja di malam hari, itu
Hitung jumlah peserta
kenapa ibu menyusui disarankan untuk memerah √
yang menjawab BENAR
ASI di malam hari
6 Ketika payudara telah penuh maka tubuh akan
Hitung jumlah peserta
memproduksi zat yang berfungsi menghentikan √
yang menjawab BENAR
produksi ASI secara otomatis
7 Ibu Menyusui perlu makan makanan bergizi agar Hitung jumlah peserta
√
ASInya banyak yang menjawab SALAH
8 Bayi baru lahir seringkali menangis dan itu adalah Hitung jumlah peserta
√
tanda bahwa bayi memerlukan ASI yang banyak yang menjawab SALAH
9 Puting lecet saat menyusui disebabkan karena Hitung jumlah peserta
√
perlekatan bayi ke payudara tidak sempurna yang menjawab BENAR
10 Penggunaan susu formula yang tidak tepat Hitung jumlah peserta
√
meningkatkan risiko kesehatan pada bayi yang menjawab BENAR
11 Salah satu cara untuk memastikan bayi mendapat
Hitung jumlah peserta
cukup ASI adalah dengan melihat pipisnya dalam √
yang menjawab BENAR
sehari
12 Menggendong dan memijat bayi mengurangi Hitung jumlah peserta
√
tingkat stress pada Ayah yang menjawab BENAR
13 Memberikan pertanyaan terbuka bisa membuat Hitung jumlah peserta
√
istri merasa ceritanya didengar yang menjawab BENAR
14 Dengan teknologi terkini, botol-dot sudah
Hitung jumlah peserta
memiliki cara kerja yang sama dengan puting pada √
yang menjawab SALAH
payudara
15 Bayi sebaiknya tidak perlu terlalu sering
Hitung jumlah peserta
digendong karena akan membuatnya jadi “bau √
yang menjawab SALAH
tangan”
16 Memastikan lokasi tenda kesehatan dan
Hitung jumlah peserta
keberadaan konselor menyusui adalah salah satu √
yang menjawab BENAR
tugas Ayah saat kondisi bencana.
17 Suami umumnya bekerja dari pagi hingga sore di
luar rumah, karena hal tersebut maka suami Hitung jumlah peserta
√
cukup mendukung Ibu Menyusui saat sudah yang menjawab SALAH
berada di rumah saja.
Dengan kata lain, bergantung pertanyaan evaluasi yang kita ajukan, kita bisa mendapatkan informasi
apa saja yang kita butuhkan untuk meningkatkan efektifitas sesi-sesi dan pelatihan kita, memenuhi
kebutuhan peserta, dan memastikan bahwa prosesnya dilakukan secara menyenangkan dan tidak
membosankan atau mengintimidasi peserta.
1. Metode Menghitung
Metode pertama yang bisa dicoba dalam membentuk kelompok diskusi/kelompok belajar yakni
dengan cara menghitung, misalnya saja akan dibentuk 5 kelompok, maka peserta diminta berhitung
dari 1-5. Peserta yang ditunjuk pertama mulai menghitung angka 1 dilanjutkan dengan peserta yang
duduk disebelahnya dengan angka 2 kemudian peserta yang disebelahnya lagi menyebut angka 3
dan begitu seterusnya sampai angka 5.
Jika sudah sampai angka 5, peserta selanjutnya kembali menghitung mulai dari angka 1-5 sampai
semua peserta dalam kelas telah memiliki no.urut/kepala, selanjutnya peserta yang memiliki
no.urut/kepala yang sama menjadi teman satu kelompok. Jadi semua peserta yang menyebut angka
1 berkumpul semua, peserta yang menyebut angka 2 berkumpul dalam satu kelompok dan
seterusnya hingga kelompok ke 5.
2. Metode Undian
Cara membentuk kelompok dengan metode undian yakni dengan mengetahui terlebih dahulu
jumlah peserta yang ada di dalam kelas, selanjutnya menetukan jumlah kelompok yang akan
dibentuk. Misalkan saja dalam kelas ada 20 peserta dan akan dibentuk 5 kelompok maka dibuat
gulungan kertas yang bernomorkan angka 1 sebanyak 4, bernomorkan angka 2 sebanyak 4,
bernomorkan angka 3 sebanyak 4 buah, bernomorkan angka 4 sebanyak 4 buah dan bernomorkan
angka 5 sebanyak 4 buah.
Selanjutnya peserta diminta satu persatu untuk mengambil masing-masing satu gulungan kertas,
dan peserta yang mendapat angka sama otomatis menjadi satu kelompok.
Perintahkan peserta untuk berbaris sesuai urutan kelahiran, kemudian pecah menjadi sejumlah
kelompok yang anda perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalam kelas yang besar, bentuklah
kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai contoh, 60 peserta bisa dibagi menjadi tiga
kelompok dengan anggota yang kira-kira sama dengan menyusun kelompok yang dianggotai oleh
siswa yang lahir pada (1) januari, feb, mar, apr, (2) mei, juni, juli, agust, (3) sept, okt, nop des. Jika
kemudian ada jumlah kelompok yang tidak seimbang, fasilitator bisa menggeser 1-2 orang untuk
pindah ke kelompok lain.
1. Agus Rahmat Hidayat, A. S. (2018). Catatan AyahASI; Ditambah-tambahin. Jakarta: Buah Hati.
2. REDMAS, P. E. (2013). Program P: A Manual for Engaging Men in Fatherhood, Caregiving, and
Maternal and Child Health. Rio de Janeiro, Brazil and Washington, D.C. USA.
3. UNICEF. (2013). Modul Pelatihan Konseling: Pemberian Makan Bayi dan Anak. UNICEF.
4. WHO, U. (2016). Breastfeeding Counselling: A Training Course. WHO, UNICEF.
5. WHO, U. L. (2001). Infant Feeding in Emergencies Modules. WHO, UNICEF, LINKAGES, IBFAN, ENN
and additional contributors.