Anda di halaman 1dari 22

COMPOUNDING AND DISPENSING

ANALISIS RESEP SUPLEMEN LANSIA

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Compounding and Dispensing

Oleh:

Kelompok 10 Kelas B

Herwin Aji P 2015001217


Maria Trivonia 2015001227
Gina Astari Usman 2015001287
Mardiah 2015001297
Nur Fahmi 2015001307

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA
MEI 2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu merumuskan


kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok penduduk lansia sehingga
dapat berperan dalam pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan,
bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Dengan
bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain
itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi
penyakit menular.

Suplemen yang baik adalah suplemen yang berfungsi sebagai tambahan


nutrisi bagi tubuh lansia yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap, berimbang
dan aman bagi kesehatan tubuh lansia, tentunya dengan komposisi yang lengkap pula.
Beberapa kandungan zat gizi yang disarankan sebagai suplemen bagi lansia
diantaranya, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan makanan berserat.
Disamping itu juga diperlukan kandungan inulin, chromium dan B komplek sebagai
energi kompleks, serta jenis protein baik seperti proteplex. Suplemen yang baik juga
tidak mengandung kolesterol dan asam lemak trans serta laktosa ataupun gluten.
Ketercukupan nutrisi lansia yang dilengkapi dengan mengkonsumsi suplemen
yang baik akan membantu lansia beradaptasi dengan perubahan kemampuan organ
tubuh serta menjaga kesinambungan pergantian sel-sel dalam tubuhnya. Disamping
itu manfaat lain yang bisa didapat antara lain, metabolisme tenaga dan kekuatan otot
akan terjaga, mencegah kerusakan otot karena kerja ginjal yang lebih ringan,
membantu menstabilkan fungsi sistim pencernaan dan meningkatkan pertumbuhan
bakteri baik serta membantu lansia dalam masa pemulihan ketika baru sembuh dari
sakit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.6.1. Definisi Lansia


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.6.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat


2 yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
.tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun

3
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium)
ialah 65 hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old(70-75 tahun), old(75-80
tahun), dan very old( > 80 tahun) (Efendi, 2009)

2.6.3 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.6.4 Karakteristik Lansia


Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan
masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi (Maryam dkk, 2008).

4
2.6.5 Kebutuhan Gizi Pada Lansia

Masalah gizi yang dihadapi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas
biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia yang secara alami memang sudah menurun.

Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada


orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya
massa otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal,
karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi
sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari
karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi
berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan
timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh
akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.

Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per
hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang.
Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan
harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan
senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan
pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan
sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.

5
Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori
yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40%
dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis
(penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari
konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak
jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak
jenuh.

Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat
makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat
yang baik bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara
komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat
diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula
sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari
kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan
sumber serat.

Vitamin dan mineral

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang


mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E
umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi
makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang

6
paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk
membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya
dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine),
membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi
kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

2.6.6 Menu Harian Untuk Lansia

Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-hari
hendaknya :

Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan


persyaratan kebutuhan lansia.
Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya.
Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada
bahan pangan, terutama pangan hewani).
Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung
gula.
Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan
minuman beralkohol.
Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan,
sayuran dan sereal) untuk menghindari sembelit atau konstipasi.
Minuman yang cukup.

7
Susunan makanan sehari-hari untuk manula hendaknya tidak terlalu
banyak menyimpang dari kebiasaan makanan, serta disesuaikan dengan
keadaan psikologisnya. Pola makan disesuaikan dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan dan menu makanannya disesuaikan dengan ketersediaan dan
kebiasaan makan tiap daerah.

Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan


konsep 4 sehat 5 sempuna atau Konsep gizi seimbang, sebagai
contoh
Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 200 gram)
Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong
= 25 gr)
Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 1001 gr)
Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1
gelas = 100 gr)

2.6.7 Kecukupan Gizi

Kebutuhan gizi lansia setiap individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


dibawah ini :

- Umur
- Jenis kelamin
- Aktivitas/kegiatan fisik dan mental
- Postur tubuh
- Pekerjaan
- Iklim/suhu udara
- Kondisi fisik tertentu
- Lingkungan

8
Pola susunan makanan untuk manula dalam sehari

Komposisi Laki-Laki Perempuan


Energi (kal) 1960 1700
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12 (mg) 1 1
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150

2.6.8 Masalah Gizi pada Lansia

Masalah gizi pada lansia menurut Beck (2011) dibedakan menjadi 3


kelompok yaitu:

a. Malnutrisi Umum
Malnutrisi umum dapat diartikan sebagai diet tidak mengandung beberapa
nutrien dalam jumlah yang memadai. Keadaan ini disebabkan oleh
ketidakacuhan secara umum yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
b. Defisiensi nutrien tertentu
Defisiensi ini terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu tidak
ada dalam diet, seperti Vitamin C, Vitamin D, asam folat dan besi.
c. Obesitas

9
Besarnya permasalahan ini akan meningkat bilamana masukan energi tidak
dikurangi saat aktivitas jasmaniah semakin menurun. Obesitas yang ekstrem
jarang terjadi begitu seseorang masuk usia pensiun. Obesitas biasanya
disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda.

Penuaan akan terjadi pada semua orang, namun bisa berbeda


mekanismenya pada tiap individu. Stres yang dialami sepanjang hari dan juga
perilaku tidak sehat sangat memengaruhi kesehatan tubuh. Tekanan yang
dihadapi, baik berupa tekanan fisik seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-
obatan, rokok, luka, udara panas dan sakit, maupun tekanan psikis berupa
ujian, perceraian, pindah dan kematian orang yang dicintai, menyebabkan
tubuh memberikan respons. Respons yang diberikan tubuh terhadap tekanan
tersebut terjadi melalui serangkaian tahap-tahap fisiologis, menggunakan
sistem saraf dan sistem hormonal untuk mempertahankan setiap organ tubuh
dari kerusakan yang ditimbulkan tekanan tersebut.

Tekanan yang berkepanjangan atau stres berat akan menghabiskan


cadangan yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan tubuh menjadi lemah, tua
dan rentan terhadap penyakit, terutama jika kegiatan fisik tidak dilakukan. Saat
seseorang menjadi tua, kemampuan untuk beradaptasi terhadap gangguan
internal maupun eksternal menurun, bahkan hilang. Jika penyakit menyerang,
dapat menyebabkan orang yang berusia tua lebih rentan mengalami kematian
dibandingkan dengan yang lebih muda, akibat kurangnya kemampuan
beradaptasi ini.

10
BAB III
ANALISIS RESEP

3.1. Skrining Resep


Resep Asli:

11
Penulisan Ulang Resep:

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH


DINAS KESEHATAN

PUSKESMAS : Pekik Nyaring


DOKTER : dr. Mona Ahyar

Bengkulu, 20 Maret 2016

R/ Curcuma No. X
S 1 dd 1

R/ Rovital No. X
S 1 dd 1

Nama : Ny. Melati


Umur : 57 tahun
Alamat : Jl. M.Jamil No. 17

12
3.1.1. Kajian Administratif
Berdasarkan pengkajian resep yang dilakukan, didapatkan hasil pengkajian
administratif resep sebagai berikut:
No. Keterangan Ada Tidak
1. Nama dokter
2. SIP dokter
3. Alamat dokter
4. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
5. Tanda /paraf dokter (subscriptio)
6. Nama pasien
7. Umur
8. Jenis kelamin pasien
9. Berat badan pasien
10. Tinggi badan pasien
11. Tanda resep diawal penulisan resep (R/)

Berdasarkan hasil pengkajian administratif resep, diketahui bahwa terdapat


beberapa syarat administratif yang tidak tepenuhi pada resep tersebut, yaitu:
Berat badan
Tinggi badan pasien.
Dalam hal ini, berat badan pasien sangat penting diketahui dalam penulisan
suatu resep karena hal tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya dosis yang harus diberikan kepada pasien. Jika dosis yang diberikan terlalu
besar dapat menyebabkan toksisitas, sebaliknya jika dosis terlalu kecil maka tidak
akan memberikan efek terapi yang diinginkan.

13
3.1.2. Kajian Farmasetik
Berdasarkan pengkajian resep yang dilakukan, didapatkan hasil pengkajian
kesesuaian farmasetik resep sebagai berikut:
No. Keterangan Ada Tidak
1. Nama Obat
2. Bentuk sediaan
3. Kekuatan sediaan
4. Dosis
5. Jumlah obat
6. Aturan pakai
7. Stabilitas
8. Kompatibilitas

Berdasarkan hasil pengkajian kesesuaian farmasetik, diketahui bahwa


terdapat beberapa syarat yang tidak terdapat pada resep, yaitu:
Bentuk sediaan
Stabilitas
Kompabilitas
Dalam hal ini, bentuk sediaan penting untuk mengetahui apakah obat sesuai dengan
umur dan keadaan pasien. Sedangkan stabilitas dan kompatibilitas penting dalama
hal peracikan dan penyimpanan obat.

3.1.3. Pertimbangan Klinis


Curcuma
Kriteria Dalam Resep Keterangan
Ketepatan Indikasi Suplemen Tepat (suplemen)
Ketepatan Dosis 200 mg Tepat (DR DL geriatrik)

14
Aturan pakai 1x sehari 1 tab Tepat
Cara penggunaan Digunakan pada malam hari Tepat
Duplikasi Indikasi - -
Alergi dan RTOD - -
Kontraindikasi - -
Interaksi Obat - -
Rovital
Kriteria Dalam Resep Keterangan
Ketepatan Indikasi Suplemen Tepat (Suplemen)
Ketepatan Dosis 1 x sehari Tepat (DR DL geriatri)
Aturan pakai 1xsehari 1 tablet Tepat
Cara penggunaan Digunakan pada malam hari Tepat
Duplikasi Indikasi - -
Alergi dan RTOD - -
Kontraindikasi - -
Interaksi Obat - -

3.2. Perhitungan Dosis Resep


Dosis merupakan hal sangat penting dalam suatu terapi pengobatan, karena
bila dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya toksisitas, namun sebaliknya
bila dosis terlalu rendah dapat menyebabkan efek terapi suatu obat tidak tercapai
sehingga terjadi gagal terapi.
Perhitungan dosis

1. Curcuma tablet
Dosis lazim dewasa (DL) curcuma tablet : 1-2 kali 200 mg/hari
Dosis dalam resep : 1 kali perhari (200mg)
Kesimpulan: dosis sesuai DL
Dapus : Iso vol 46 hal 488/ mims vol 14 hal 297

2. Rovital
Komposisi :
Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin B12
Dosis lazim dewasa (DL) rovital tablet : 1-2 tablet/hari

15
Dosis dalam resep : 1 tablet/hari
Kesimpulan : dosis sesuai DL
Dapus : iso vol 46 hal 583

Dosis Rovital dalam resep sesuai dengan dosis lazim Rovital menurut
literatur (DR DL).
Berdasarkan perhitungan dosis, penggunaan dosis curcuma dan rovital dalam
resep sesuai dengan interval dosis lazim geriatrik.

3.3. Perhitungan Harga Resep


Berdasarkan resep yang didapat, pasien mendapatkan dua obat, yaitu
curcuma dan rovital . Berikut adalah penjabaran perhitungan harga resep tersebut.

Perhitungan :

1. Curcuma tab
HNA
100 tab = Rp. 46.000,-
1 tab = Rp. 46.000,- / 100 tab
= Rp. 460,-
HJA
Rp. 460,- x 10 tab x 1.1 x 1.3 = Rp. 6.578 = 6.600
(ISO hal 488)

2. Rovital tab
HNA Rp. 35.090,- / 10 tab
1 tabletnya = Rp 3.509
HJA = 3.509 x 10 x 1.1 x 1.3 = Rp 50.178 = 50.200
(medicationstore.com)

1. Harga Resep
Harga Resep = (Harga Curcuma + Harga Rovital tab + Biaya Pelayanan
Non-Racik
= (Rp 6.600 + Rp 50.200) + Rp 1000

16
Harga Resep = Rp 57.800
Jadi, jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk menebus resep tersebut
adalah sebesar Rp 57.800

3.4. Analisis Drug Related Problem (DRP)


No DRP Keterangan
1. Indikasi yang tidak ditangani -
2. Pilihan obat yang kurang tepat -
3. Penggunaan obat tanpa indikasi -
4. Dosis sub terapi -
5. Dosis tinggi -
6. Reaksi obat yang tidak dikehendaki -
7. Interaksi obat -
8. Gagal menerima obat -

3.5 Penyiapan Dan Penyerahan Obat

1. Penyiapan Obat
Pada saat penyiapan obat, seorang apoteker harus mengetahui petunjuk
pemakaian suatu obat, yang meliputi dosis, waktu pemakaian dan lama
pemakaian suatu obat sehingga pengobatan dapat efektif. Selain itu informasi ini
juga bermanfaat pada penyiapan etiket untuk obat yang akan diserahkan. Berikut
adalah langkah-langkah dalam penyiapan obat:
a. Menyiapkan Curcuma sebanyak 10 tablet dan Rovital sebanyak 10 tablet.
b. Memberikan etiket pada masing-masing sediaan agar dapat dengan jelas
dibaca.
Dalam memberikan etiket, jenis etiket yang digunakan harus diperhatikan.
Etiket putih digunakan untuk obat yang melewati sistem pencernaan, sedangkan

17
etiket biru digunakan untuk pemakaian luar tubuh tidak melewati sistem
pencernaan. Curcuma tablet dan Rovital tablet merupakan sediaan tablet
multivitamin untuk pemakaian secara oral sehingga etiket yang digunakan adalah
etiket berwarna putih.

Etiket Curcuma
Apotek
Jl. Bhakti Husada Lingkar Barat Bengkulu 11255
Tlp. 12345
APA : Fitri Pratiwi S.Farm., Apt
SIPA : 956754010

No. Resep : Tgl. 20/03/2016


Nama Pasien : Ny. Melati
Nama Obat : Curcuma tablet
Tab
Kapl
1 X 1 Kaps
Bungkus
Malam Hari / Habiskan Sendok takar
Sebelum / Saat / Sesudah Makan

Etiket Rovital
Apotek
Jl. Bhakti Husada Lingkar Barat Bengkulu 11255
Tlp. .....
APA : Fitri Pratiwi S.Farm., Apt
SIPA : 956754010

No. Resep : Tgl. 20/03/2016


Nama Pasien : Ny. Melati
Nama Obat : Rovital tablet
Tab
Kapl
1 X 1 Kaps
Bungkus
Malam Hari / Habiskan Sendok takar
Sebelum/ Saat/ Sesudah Makan

c. Memasukkan masing-masing obat kedalam kemasan klip plastik untuk agar


mutu obat tetap terjaga dengan baik dan berikat etiket.
d. Melakukan recheck/kontrol mengenai kesesuian obat (jumlah dan jenis obat)
dengan resep.

18
2. Penyerahan Obat
Dalam penyerahan obat, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
seorang Apoteker agar pengobatan yang diterima pasien dapat menjadi lebih
efektif. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Mengontrol kesesuaian nomor R/ pada masing-masing etiket, nama pasien,
nama dokter
b. Memanggil nama pasien sesuai yang tertera pada etiket dan meminta pasien
untuk menyerahkan nomor resep yang sama dengan yang terdapat di R/
c. Memberikan informasi tentang, khasiat, efek samping obat, penggunaan obat,
dan cara penyimpanan.
Khasiat obat

Curcuma digunakan sebagai multivitamin penambah nafsu makan,


membantu pengobatan gangguan fungsi hati serta memelihara kesehatan,
sedangkan Rovital digunakan untuk mencegah kekurangan vitamin
mineral, kelelahan fisik dan mental, meningkatkan nafsu makan selama
kerja fisik yang berat.
Efek samping obat
Curcuma dan Rovital tidak memiliki efek samping.
Penggunaan Obat
- Selama menggunakan obat, hindari mengkonsumsi minuman keras
yang mengandung alkohol, karena dikhawatirkan akan terjadi
reaksi yang merugikan
- Usahakan untuk mengonsumsi obat pada jam yang sama setiap
hari untuk menghindari lupa atau absen meminum obat
- Informasikan ke dokter Anda jika kondisi Anda tidak ada
perubahan.

19
Penyimpanan Obat
Simpan ditempat yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya, dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis resep diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada skrining resep, penulisan resep masih belum memenuhi syarat administratif
(berat badan, dan tinggi badan pasien) dan kesesuaian farmasetik (dosis, bentuk
sediaan, stabilitas dan kompatibilatas).
2. Pada analisis DRP, tidak terdapat resep dikatakan rasional
3. Pada resep diberikan dua jenis obat terdiri dari Curcuma tablet sebagai suplemen,
dan Rovital tablet sebagai multivitamin yang diberikan pada pasien geriatri.

4.2. Saran
Dalam kegiatan skrining resep, bila ditemukan adanya ketidaksesuaian dari
hasil pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis agar terapi obat
yang diterima pasien efektif dan aman untuk digunakan sehingga tujuan terapi pada
pasien tercapai.

21
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.(1999).Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas


Kesehatan: Kebijaksanaan Program. Jilid II . Jakarta: Depkes RI.

Ferry Efendi. (2009). Psikologi Pada Lansia. Diambil pada tanggal 20 mei 2016,
http://ilmupsikologi.wordpress.com/2009/12/11/psikologi-lansia

ISFI. (2010). Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia Volume 46 2011 s/d 2012.
Jakarta: PT ISFI Penerbitan
ISFI. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
Komite Penyusun IONI BPOM. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia
(IONI) Cetakan Pertama. Jakarta: BPOM RI, KOPERPOM dan CV Sagung
Seto. Halaman 244 & 261.
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesian No. 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Menkes
RI.
World Health Organization (WHO), (2009), Classification of Geriatric.

22

Anda mungkin juga menyukai