Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR

UNTUK PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

HARTINA

20810045

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

DAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

PROGRAM PROFESI STIKES GUNA BANGSA

YOGYAKARTA

2022
i
IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR

UNTUK PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA

Nama Mahasiswi : Hartina

NIM 20810045

Program Studi : S1 Kebidanan

KOMISI PENGUJI

Ketua Penguji : Selasih Putri Isnawati Hadi, S. Tr.Keb., M.Tr.Keb

Anggota Penguji I : Chentia Misse Issabella, S.ST.,M.Tr.Keb

Anggota Penguji II : Evy Ernawati, S. S.T.,M.Kes

Tanggal Ujian : 11 Maret 2022

ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk ananda ku yang paling saya cintai,

Muhammad Alby Fachry Luthfy. Terima kasih sudah menjadi anak yang sabar,

sholeh, pintar dan baik selama saya menempuh pendidikan. I Love You …

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Hartina
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Guntung, 01 Januari 1996
Agama : Islam
No. Hp : 0813-6563-9446
E-mail : hartina379@gmail.com
Alamat : Perum Purnayudha Indah, Blok N No 16,
Punggur,
Kepulauan Riau, Kota Batam.

Riwayat Pendidikan

Tahun 2002-2008 : SDN 001 Tagaraja

Tahun 2008-2011 : MTS-TI Sungai Guntung

Tahun 2011-2014 : SMA Integral Hidayatullah Batam

Tahun 2014-2018 : Diploma III Kebidanan Universitas Awal Bros

Batam
Tahun 2020-Saat ini : STIKES Guna Bangsa Yogyakarta Studi Sarjana
Kebidanan

Pengalaman Kerja 2018-2020 : Klinik Hanika, Batu Aji, Kota Batam

v
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR UNTUK
PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA
Hartina1, Selasih Putri Isnawati Hadi2, Evy
Ernawati3 e-mail : hartina379@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Gizi merupakan faktor penting yang bertujuan membangun


sumber daya manusia yang berkualitas. Status gizi pada balita sangat penting agar
memenuhi kecukupan gizi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangannya. Dampak kekurangan gizi pada balita akan menyebabkan
stunting sehingga memengaruhi kemampuan kognitif dan intelektual. Status
gizi yang baik pada balita menurut Z-Score -2 SD - 2 SD. Kelor merupakan
bahan pangan yang kaya akan zat gizi dan dapat memenuhi kebutuhan balita
selama masa pertumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak daun kelor untuk peningkatan status gizi balita.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Mixed Methods yang


mengabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif
dengan desain Quasi Eksperiment dengan rancangan Control Group Pretest
and Posttest Design, pada metode kualitatif dilakukan dengan interview. Sampel
pada penelitian ini adalah balita dengan nilai Z-Score BB/TB >-2 SD sebanyak
30 responden. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.

Hasil: Hasil penelitian menunujukkan bahwa ρ-value sebesar 0,000<0,05, maka


dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun kelor
terhadap status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan.

Simpulan: Ada pengaruh pemberian ekstrak daun kelor untuk meningkatkan status
gizi pada balita.

Kata Kunci: Gizi Balita, Ekstrak Daun Kelor


1
Sarjana Kebidanan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta
2,3
Dosen Kebidanan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta

vi
THE EFFECT OF GIVING MORAGE LEAF EXTRACT FOR
INCREASING THE NUTRITIONAL STATUS OF TODDLERS
Hartina1, Selasih Putri Isnawati Hadi2, Evy

Ernawati3 e-mail : hartina379@gmail.com

ABSTRAK

Background: Nutrition is an important factor that aims to build quality human


resources. Nutritional status in toddlers is very important in order to meet the
nutritional adequacy needed to support growth and development. The impact of
malnutrition on toddlers will cause stunting so that it affects cognitive and
intellectual abilities. Good nutritional status in toddlers according to Z-Score -2
SD - 2 SD. Moringa is a food that is rich in nutrients and can meet the needs of
toddlers during the growth period. The purpose of this study was to determine
the effect of giving Moringa leaf extract to improve the nutritional status of
children under five.

Research Methods: This type of research is Mixed Methods which combines


quantitative and qualitative research methods. method Quantitative with Quasi
Experiment design with Control Group Pretest and Posttest Design, method
qualitative with interview. The sample in this study were toddlers with a Z-Score
BB/TB >-2 SD as many as
30 respondents. Data analysis using Wilcoxon Signed Rank Test.

Results: The results showed that the -value was 0.000 <0.05, so it could be
concluded that there was an effect of giving Moringa leaf extract on the nutritional
status of toddlers based on body weight according to height.

Conclusion: There is an effect of giving Moringa leaf extract to improve nutritional


status in toddlers.

Keywords: Nutrition of Toddlers, Moringa Leaf Extract


1
Bachelor of Midwifery STIKes Guna Bangsa Yogyakarta 2,3
Lecturer
of Midwifery STIKes Guna Bangsa Yogyakarta

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK
DAUN KELOR UNTUK PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA” ini
sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Adapun tujuan penulisan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program Studi Kebidanan Program Sarjana dan
Program Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta.
Penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.dr.R.Soerjo Hadijono, SpOG(K), DTRM & B (Ch), selaku ketua
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.
2. Selasih Putri Isnawati Hadi, S.Tr. Keb, M.Tr.Keb, selaku Pembimbing I dan
ketua Program studi Kebidanan Program Sarjana STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta.
3. Evy Ernawati, S. S.T.,M.Kes, selaku pembimbing II STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta.
4. Segenap Dosen Prodi S1 Alih Jenjang Kebidanan STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta, yang telah memberikan dan membekali penulisan dengan ilmu
pengetahuan.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang banyak memberikan dorongan dan
dukungan berupa moril maupun materi,sehingga laporan ini dapat di selesaikan
dengan baik.
6. Teman-teman yang banyak membantu memberikan dukungan sehingga laporan
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat, menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pengaruh pemberian ekstrak daun kelor untuk
peningkatan status gizi balita. Penulis juga menyadari bahwa didalam skripsi ini
terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna.

viii
Untuk itu, penulis berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan
katakata yang kurang berkenan. Terima Kasih

Yogyakarta, Maret 2022

Hartina

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI........................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................v
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................vii
ABSTRAK........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR....................................................................................ix
DAFTAR ISI...................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penelitian...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................4
E. Keaslian Penelitian............................................................................6
F. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................10
A. Balita..................................................................................................10
1. Definisi Balita.................................................................................10
2. Kebutuhan Balita............................................................................11
B. Status Gizi Balita................................................................................12
1. Definisi...........................................................................................12
2. Kebutuhan Gizi Balita....................................................................13
3. Penentuan Status Gizi Balita..........................................................14
4. Indek Menentukan Status Gizi Balita.............................................16
5. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Balita........................18
6. Penilaian Status gizi Anak..............................................................19
7. Klasifikasi Menentukan Status Gizi Balita.....................................20
8. Faktor Yang Memengaruhi Status Gizi Balita................................20
C. Daun Kelor.........................................................................................29
1. Definisi Daun Kelor........................................................................29
2. Klasifikasi dan Morfologi...............................................................30
3. Kandungan Kelor............................................................................30
4. Manfaat Daun Kelor Bagi Balita....................................................32
D. Evidance Based..................................................................................34
E. Mekanisme Ekstrak Daun Kelor terhadap Status Gizi Bayi..............34

x
F. Kerangka Teori..................................................................................36
G. Kerangka Konsep...............................................................................37
H. Hipotesis............................................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................38
A. Desain Penelitian...............................................................................38
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................39
C. Populasi dan Sampel..........................................................................39
D. Variabel Penelitian.............................................................................41
E. Definisi Operasional..........................................................................42
F. Instrumen Penelitian..........................................................................43
G. Alur / Tahap Pengumpulan data.........................................................43
H. Analisa Data......................................................................................44
I. Etika Penelitian..................................................................................46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................47
A. Hasil Penelitian..................................................................................47
1. Karakteristik Responden...................................................................47
2. Status Gizi Balita Sebelum Perlakuan..............................................49
3. Status Gizi Balita Setelah Perlakuan.................................................49
4. Pengaruh Ekstrak Daun Kelor Dalam Meningkatkan Status Gizi
Balita..............................................................................................50
B. Pembahasan.......................................................................................51
C. Keterbatasan......................................................................................69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................70
A. Simpulan............................................................................................70
B. Saran..................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Klasifikasi Status Gizi Balita...........................................................19


Tabel 2.2 : Kandungan Nutrisi Polong, Daun Segar dan Serbuk Daun Kelor....29
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Pemberian Daun Kelor Untuk Meningkatkan
Status Gizi Balita...........................................................................................41
Tabel 4.1 : Distribusi Karakteristik Responden......................................................46
Tabel 4.2 : Distribusi Status Gizi Balita Sebelum Dilakukan Pemberian Ekstrak
Daun Kelor.........................................................................................................48
Tabel 4.3 : Distribusi Status Gizi Balita Setelah Dilakukan Pemberian Ekstrak
Daun Kelor.........................................................................................................48
Tabel 4.4 : Pengaruh Ekstrak Daun Kelor Untuk Meningkatkan Status Gizi
Balita..................................................................................................................49
Tabel 4.5 : Pengaruh Bubur Kacang Hijau Untuk Meningkatkan Status Gizi
Balita..................................................................................................................50

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Kelor....................................................................................28


Gambar 2.2 Kerangka Teori.............................................................................35
Gambar 2.3 Kerangka Konsep..........................................................................36

xiii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

BB : Berat Badan

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DinKes : Dinas Kesehatan

HPK : Hari Pertama Kehidupan

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

IRT : Ibu Rumah Tangga

LiLA : Lingkar Lengan Atas

MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu

Kg : Kilogram

Kkal : Kilokalori

KMS : Kartu Menuju Sehat

mg : miligram

PB : Panjang Badan

PSG : Pemantauan Status Gizi

PMT : Pemberian Makanan Tambahan

PMT-P : Pemberian Makanan Tambahan Protein

SD : Standard Deviation

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

TB : Tinggi Badan

U : Umur

WHO : World Health Organisasi

WHO-NCHS : World Health Organisasi Nasional Center for Health Statistics

xiv
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan faktor penting yang bertujuan membangun sumber daya

manusia yang berkualitas. Berbagai penelitian yang telah dilakukan

mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan

berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang kekurangan

gizi akan bertubuh kurus, kecil dan pendek. Gizi kurang juga akan

berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan intelektual pada anak,

serta berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas anak (Hardani M and

Zuraida R 2019).

Menurut De Onis & Branca (2016) mengungkapkan balita pendek

atau stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sehingga anak akan lebih pendek

dari yang seharusnya sesuai dengan perkembangan usianya dan

menyebabkan pertumbuhan kognitif gangguan (Putra et al. 2021). Data

World Health Organisasi 2015, terdapat 161 juta anak stunting di seluruh

dunia. Sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut untuk mencapai target

WHA 2025 untuk menurunkan angka tersebut menjadi 100 juta (Antonio

and Weise 2012).

Masalah stunting di Indonesia adalah ancaman serius yang memerlukan

penanganan yang tepat. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia

(SSGBI) pada tahun 2019, prevelensi stunting di Indonesia mencapai 27,7%.

Artinya, sekitar satu dari empat anak balita (lebih dari delapan juta anak) di

Indonesia mengalami stunting. Angka tersebut masih sangat tinggi jika

1
2

dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20% (Izwardy

2020).

Dari data Pemantauan Status Gizi (PSG) di Yogyakarta melaporkan

angka stunting mengalami penurunan pada tahun 2019 sebesar 11,3%.

Untuk target nasional balita stunting sebesar 20% (Dinkes Kota Yogyakarta

2020). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sleman 2020 mengalami

penurunan yang sangat signifikan 2 tahun terakhir tahun 2018 sebesar

11,00% balita stunting dan pada tahun 2019 sebesar 2,62% balita stunting.

Adapun program pemerintah untuk menurunkan stunting dengan

meningkatkan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan pengendalian

penyakit, penguatan promotif dan preventif “Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat”, perbaikan kualitas gizi ibu dan anak. Selain itu program yang telah

dilakukan DinKes Sleman dimulai sejak ibu hamil, masa ASI eksklusif, masa

MP-ASI, masa beyond 100- Hari Pertama Kehidupan (HPK) (Dinkes Sleman

2020).

Stunting yang terjadi pada balita dapat menimbulkan dampak pada

tingkat kecerdasan anak, kerentanan terhadap penyakit, menurunnya

produktivitas, serta dapat menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu

masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Berbagai upaya untuk

mengatasi masalah gizi telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya

adalah pemberian makanan tambahan (PMT) (Santi et al. 2020).

Pemberian makanan tambahan yang sudah ada dapat berupa biskuit,

puding, bubur dan nugget. Salah satu pemanfaatan bahan alam yang dapat

digunakan untuk pemberian makanan tambahan adalah daun kelor. Kelor


3

(Moringa Oleivera) merupakan bahan pangan yang kaya akan zat gizi dan dapat

memenuhi kebutuhan balita selama masa pertumbuhan. Nilai gizi yang terdapat

pada kelor cukup tinggi terutama zat besi. Zat besi dalam 100 gram daun

kelor yaitu 7 mg, apabila ditepungkan menjadi 28,2 mg. Selain kaya akan

zat besi, kelor juga kaya akan protein, karbohidrat, kalsium, vitamin C dan

vitamin A. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rahayu et al 2018,

menyatakan bahwa balita sebelum diberikan ekstrak daun kelor status

gizinya kurus dan setelah diberikan ekstrak daun kelor status gizi pada balita

naik. Tingginya kandungan nutrisi dari daun kelor menjadikannya sebagai

alternatif bahan yang dapat ditambahkan ke berbagai pangan olahan untuk

meningkatkan nilai gizi (Santi et al. 2020).

Tridadi merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sleman, kota

Yogyakarta. Pada bulan Oktober 2021, jumlah balita di Desa Tridadi yaitu

sebanyak 429 balita. Dari jumlah tersebut, berdasarkan status berat badan

menurut tinggi badan terdapat 40 balita mengalami kekurangan gizi. Dari hasil

wawancara yang dilakukan pada ibu yang memiliki balita di Desa Tridadi,

Sleman mengatakan bahwa belum mengetahui manfaat akan kelor sebagai

nutrisi untuk makanan tambahan balita, kelor hanya dijadikan menu sayuran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan melihat

tingginya nilai gizi yang terkandung didalam kelor maka penulis tertarik

untuk meneliti mengenai: ” Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor Untuk

Peningkatan Status Gizi Balita” Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah adakah pengaruh ekstrak daun kelor untuk

meningkatkan status gizi pada balita?

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

ekstrak daun kelor untuk peningkatan status gizi balita.

2. Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden.

b. Mengetahui status gizi balita sebelum dilakukan pemberian ekstrak daun

kelor.

c. Mengetahui status gizi balita setelah dilakukan pemberian ekstrak

daun kelor.

d. Menganalisa pengaruh ekstrak daun kelor dalam meningkatkan status

gizi balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teori

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai manfaat daun kelor untuk meningkatkan status gizi balita.


5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan sumber

informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti

khususnya terdapat pemberian ekstrak daun kelor untuk peningkatan

status gizi balita.

b. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagain sumber informasi

dan bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya mengenai pengaruh

pemberian ekstrak daun kelor untuk peningkatan status gizi balita.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan

sumber informasi atau referensi bagi pengembangan ilmu kebidanan

dalam asuhan kebidanan.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang

pemanfaatan dan mengaplikasikan daun kelor untuk peningkatan status

gizi balita.
6

E. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian
Penelitian
1 Peningkatan Tri Budi Rahayu, Quasi Hasil penelitian Sama menggunakan Dalam penelitian ini menghitung
Status Gizi Yespy Anna Eksperiment menunjukkan variabel independen status gizi balita dengan indikator
Balita Wahyu dengan bahwa terdapat yaitu pemberian dosis berat badan menurut umur. Sedangkan
Melalui Nurindahsari rancangan one pengaruh 10 gr ekstrak daun saya menghitung dengan indikator
Pemberian 2018 group pretest pemberian daun kelor. samasama berat badan dibagi tinggi badan.
Daun Kelor and posttest kelor terhadap mengunakan desain Dalam penelitian ini dilakukan selama
(Moringa Jurnal Kesehatan design. status gizi balita quasi eksperimen. 7 hari, namun waktu penelitian saya
Oleifera) Madani Medika berdasarkan selama 14 hari. Saya menggunakan
Indeks Massa desain penelitian dengan teknik
Vol 9 Tubuh menurut wawancara
Hal 87-91 Umur (IMT/U).
2 Pastel Tutup Fitria Kurniawati True rata-rata daya Sama pemberian Intervensi penelitian dengan
Daging Ayam dan I Nengah eksperimen terima PMT makanan tambahan menggunakan daging ayam 95%
dan Daun Tanu Komalyna purposive pastel tutup pada balita dengan dengan daun kelor 5 % untuk P1 dan
Kelor sebagai Jurusan sampling yaitu 65% menambahkan daun daging ayam 85 % dan kelor
Pemberian 2021 dengan dikarenakan kelor. 15% untuk kelompok P2. Sedangkan
Makanan rancangan rasa dan tekstur saya menggunakan
Tambahan AgriHealth: sistem acak yang kurang ekstrak daun kelor
Balita Journal of group disukai oleh Penelitian ini menggunakan purposive
Stunting di Agrifood, balita. sampling. Desain penelitian dengan
Puskesmas Nutrition and Mixed Methods yaitu dengan metode
Dinoyo Kota Public Health kuantitaf dan kualitatif.
Malang:
Kajian Nilai Vol 2
7

No Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian
Penelitian
Gizi, Mutu Hal 8
Protein dan
Daya Terima
3 Pemberian Zaki Irwan, Andi Randomized Hasil penelitian Sama memberikan Penelitian ini menggunakan desain
Cookies Salim, Adriyani Controlled menunjukkan daun kelor terhadap randomized Controlled Trial Single
Tepung Daun Adam Trial perubahan berat status gizi balita. Blind Pre-post Study.
dan BijiKelor 2020 Single Blind badan sebelum Sedangkan saya mengunakan desain
Terhadap Prepost Study. dan setelah Control Group Pretest and Posttest
Berat Badan dan Action: Aceh pemberian Design. Balita pada penelitian ini
Status Gizi Nutrition Journal cookies biji dengan perlakuan intervensi diberi
Anak Balita Di kelor dan cookies tepung daun kelor dan cookies
Wilayah Vol 5 cookies daun tepung biji kelor pada anak balita.
Kerja Hal 45 kelor dengan Sampel penelitian berusia 3-5 tahun
Puskesmas nilai p=0,025 (p- dengan jumlah 30 responden.
Tampa value<0,05). Sedangkan saya mengunakan
Padang ekstrak daun kelor dengan usia 13
tahun.
4 Manfaat Dyah Muliawati, quasi Hasil penelitian Sama memberikan Desain yang saya gunakan
Ekstrak Nining eksperimen menunjukkan ekstrak kelor menggunakan Mixed Methods
Moringa Sulistyawati, dengan bahwa ada terhadap peningkatan dengan metode kualitatif
Oleifera Fitria Siswi pendekan pre perbedaan rerata gizi balita. Sama-sama menggunakan teknik wawancara.
Terhadap Utami dan post kenaikan tinggi mengunakan desain
Peningkatan 2019 design, badan dengan penelitian quasi
Tinggi Badan
8

Balita Prosiding analisis data pemberian eksperimen. Cara


Seminar dengan ekstrak moringa pengambilan
Nasional: independen oleifera pada sampel dengan
Pertemuan sampel balita. menggunakan teknik
Ilmiah Tahunan t-test. purposive sampling.
Politeknik Lokasi
Kesehatan Karya
Husada
Yogyakarta

Vol 1
Hal 46-55
5 Pemberian Muliawati, Dyah kuasi Hasil penelitian Sama sama Uji hipotesis menggunakan Korelasi
Ekstrak Sulistyawati, eksperimental, menunjukkan memberikan ekstrak Pearson Product. Sedangkan pada
Moringa Nining uji hipotesis bahwa ekstrak daun kelor untuk penelitian ini mengunakan wilcoxon
Oleifera 2019 menggunakan Moringa meningkatkan tinggi dengan 30 responden penelitian.
Sebagai Korelasi oleifera dapat badan balita.
Upaya Jurnal Kesehatan Pearson meningkatkan Penelitian ini sama
Preventif Madani Medika Product tinggi badan mengunakan quasi
Kejadian Moment, dan sebesar 0,342 eksperiment. Teknik
Stunting Pada Vol 10 analisis cm pengambilan
Balita Hal 123-131 multivariat sampel dengan
menggunakan menggunakan
Multipel purposive sampling.
Regresi
Linier
F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup dalam penelitian ini mengenai ilmu kebidanan

terutama kesehatan anak terkait dengan pemanfaatan bahan alam ekstrak

daun kelor untuk meningkatkan status gizi balita.

2. Ruang lingkup responden

Reponden penelitian ini adalah balita berusia 1 tahun - 3 tahun di

Desa Tridadi, Sleman,Yogyakarta dengan memperhatikan kriteria inklusi

dan kriteria ekslusi.

3. Ruang lingkup waktu dan lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021 sampai Maret

2022, Lokasi penelitian di Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Balita

1. Definisi Balita

Menurut Ariani (2010), balita adalah usia anak dari 0-59 bulan, masa

balita biasanya ditandai dengan tumbuh kembang yang begitu pesat

sehingga memerlukan asupan gizi yang baik dengan kualitas yang tinggi

dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi, pada masa balita sangat rawan

terhadap kekurangan gizi sehingga mudah menderita kelainan gizi akibat

dari kurangnya asupan makanan yang dibutuhkan oleh balita. Dengan

mengkonsumsi makanan sangat berperan penting dalam pertumbuhan fisik

dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar

terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan

anak (Kesehatan, Universitas, and Ratulangi 2010).

Balita adalah istilah bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra

sekolah (3-5 tahun). Saat menginjak usia batita, anak masih bergantung pada

orang tuanya seperti makan, mandi, dan kegiatan sehari-hari. Menurut

Sediaotomo 2010, pada masa batita perkembangan berbicara dan

berjalan sudah bertambah baik, akan tetapi kemampuan lain masih

terbatas seperti memakai pakaian sendiri, makan dan mandi. Pada masa

balita merupakan periode yang sangat penting dalam proses tumbuh

kembang anak. Karena perkembangan dan pertumbuhan masa batita

menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada

periode selanjutnya.

10
Masa pertumbuhan dan perkembangan di usia balita merupakan

masa yang berlangsung sangat cepat dan tidak akan pernah terulang

kembali, itu sebabnya sering disebut golden age atau masa keemasan

(Febrianti 2020).

2. Kebutuhan Balita

a. ASUH (Kebutuhan Biomedis)

Kebutuhan biomedis adalah kebutuhan akan asupan zat gizi

balita selama dalam kandungan dan sesudahnya. Seperti kebutuhan akan

perawatan kesehatan sejak dini (imunisasi), kebutuhan tempat

tinggal, kebutuhan pakaian yang layak dan aman.

b. ASIH (Kebutuhan Emosional)

Kebutuhan emosional adalah kebutuhan akan kasih sayang

pada anak balita dan rasa aman seperti orangtua memberikan kontak

fisik dan psikis sedini mungkin kepada balita. Serta memberikan

kasih sayang, pujian dan perhatian kepada balita.

c. ASAH (Kebutuhan Akan Stimulasi Mental Dini)

Kebutuhan stimulasi mental sejak dini merupakan stimulasi yang

diberikan orang tua sebagai upaya dalam melakukan stimulasi yang baik

secara verbal maupun nonverbal. Sehingga anak balita dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya. Stimulasi perlu dilakukan sejak usia dini dan akan

melalui tahapan-tahapan sesuai usia si kecil (Adriani and Maria

2009).
Adapun stimulasi yang perlu dilakukan untuk merangsang dan

melatih kemampuan anak balita yang berasal dari lingkungan luar

anak (orang tua atau pengasuhnya), seperti :

1) Usia 0-1 tahun, tujuannya agar mereka mengenal sumber suara

dan mencari objek yang tidak kelihatan, melatih kepekaan mata,

perabaan, tangan, dan telinga.

2) Pada usia 2-3 tahun, balita perlu mengembangkan keterampilan

dalam berimajinasi, berbahasa, mengenal warna serta

mengembangkan kecerdasan.

3) Balita dengan usia 3-6 tahun adalah harus mengembangkan

kemampuan persamaan dan perbedaan, kemampuan berhitung

serta sportivitas. Sehingga stimulasi ini akan merangsang syaraf

berfungsi dengan baik.

B. Status Gizi Balita

1. Definisi

Status gizi merupakan hasil dari mengosumsi makan sehingga

membuktikan seberapa jauh perhatian manusia terhadap kecukupan gizi

yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Status gizi adalah keadaan tubuh yang

diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Jika

seseorang mengosumsi makanan yang memenuhi kebutuhan gizinya

tentu akan menciptakan status gizi yang baik dan memuaskan bagi

tubuhnya. (Adriani and Wirjatmadi 2014).


Menurut Waspadji el al., (2003) Status gizi yang optimal adalah

keseimbangan antara kebutuhan asupan gizi dan kebutuhan zat gizi.

Sehingga, asupan zat gizi memengaruhi status gizi seseorang. Selain asupan

zat gizi, keadaan infeksi juga berpengaruh pada status gizi. Pada orang yang

status gizinya kurang, masalah kurangnya asupan zat gizi dan adanya infeksi

yang biasanya menjadi penyebab (Adriani and Wirjatmadi 2014).

2. Kebutuhan Gizi Balita

a. Kebutuhan Energi Balita

Kebutuhan energi berpengaruh pada usia, aktivitas dan basal

metabolisme. Dalam aktivitas metabolisme terdapat sekitar 55%

kalori total digunakan, 25 % digunakan untuk aktivitas fisik, 12%

untuk pertumbuhan, dan 8% zat yang dibuang atau sekitar 90-100

kkal/kg BB.

Pada massa bayi kebutuhan kalori tidak selaju saat masa batita

dan prasekolah. Kebutuhan kalori yang dibutuhkan masa awal anak

sebanyak (1.000 kkal) dan akan bertambah (100 kkal) setiap

tahunnya, sehingga anak yang berusia 2 tahun memerlukan 1.200

kkal/hari.

b. Kebutuhan Protein Balita

Kebutuhan Protein dalam tubuh digunakan untuk pertumbuhan

otot dan imunitas tubuh balita. Kebutuhan protein balita, FAO

menyarankan konsumsi protein sebesar 1,5-2 g/kg BB, dimana 2/3 di

antaranya didapat dari protein bernilai biologi tinggi. Pada umur 3-5

tahun konsumsi protein menjadi 1,57 g/kg perhari.


Kecukupan protein dapat digunakan dengan syarat kebutuhan

energi terpenuhi. Apabila kebutuhan energi tidak memenuhi

kebutuhan didalam tubuh, maka sebagian protein yang dikonsumsi akan

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi. Protein sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan rehabilitasi. Dalam hal rehabititasi,

kecukupan protein dan energi lebih tinggi karena digunakan dalam

sintesis jaringan baru yang susunannya sebagian besar terdiri dari

protein (Adriani and Wirjatmadi 2014).

c. Kebutuhan Lemak Balita

Lemak merupakan sumber dari energi yang konsentrasinya

cukup tinggi dalam tubuh balita. Didalam satu gram lemak

terkandung 9 kkal. Selain itu lemak juga berfungsi sebagai sumber

asam lemak esensial pelarut VitaminA, Vitamin D, Vitamin E dan

Vitamin K serta pemberi rasa gurih pada setiap makanan. Pada balita

dianjurkan mengonsumsi lemak sekitar 15-20% dari energi total

(Adriani and Wirjatmadi 2014).

3. Penentuan Status Gizi Balita

Status Gizi Balita dapat ditentukan dengan pengukuran

antropometri. Parameter yang digunakan, antara lain : umur, berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.


a. Umur

Umur sangat penting dalam menentukan status gizi seseorang.

Jika terjadi kesalahan dalam penentuan umur akan menyebabkan

interpretasi status gizi akan salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang

akurat menjadi tidak berarti bila salah dalam menentukan umur.

b. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan ukuran yang sangat penting karena

dengan menghubungkan BB terhadap TB (quack stick), faktor umur

dapat dikesampingkan. Hal ini karena nilai tinggi badan meningkat

terus, walaupun laju tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi

melambat dan kemudian kembali pesat saat seseorang menginjak

masa remaja.

Adapun keuntungan mengukur TB adalah pengukurannya

yang objektif dan dapat diulang-ulang. Selain itu, TB merupakan

indikator yang baik dalam menunjukkan adanya gangguan

pertumbuhan fisik yang sudah lewat (Stunted). Namun kerugian

dalam mengukur TB relatif pelan, sukar mengukur tinggi badan

yang tepat, dan terkadang diperlukan lebih dari seorang tenaga untuk

mengukur TB (Adriani and Wirjatmadi 2014).

c. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan

paling sering digunakan saat bayi baru lahir. Pada usia bayi dan

balita, dilakukan pengukuran BB untuk melihat status gizi pada balita

dan laju pertumbuhan fisik balita. Kecuali apabila terdapat kelainan

klinis pada
balita seperti mengalami dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor.

Selain itu BB juga digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat serta

makanan. BB merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang,

otot, lemak dan cairan tubuh seseorang. BB merupakan paremeter

yang baik dan menjadi pertimbangan, karena antara lain:

1) Berat badan merupakan parameter yang baik digunakan, karena

dalam waktu yang singkat akan terlihat perubahannya.

2) Berat badan dapat memberikan gambaran status gizi seseorang untuk

waktu saat ini dan bila dilakukan secara periodik akan

memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan seseorang.

3) Diindonesia mengukuran berat badan telah banyak dilakukan secara

meluas, sehingga dengan mengukur BB bukan merupakan hal

baru yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.

4) Ketelitian pengukuran berat badan tidak banyak dipengaruhi oleh

keterampilan pengukur.

5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan merupakan alat yang

baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak.

6) Alat pengukur BB bisa diperoleh di daerah perdesaan dengan

ketelitian yang tinggi (Adriani and Wirjatmadi 2014).

4. Indek Menentukan Status Gizi Balita

Antoropometri merupakan kombinasi antara berbagai parameter

gizi. Cara menilai status gizi dilapangan yakni dengan pengukuran

antropometri karena cukup mudah, sederhana, murah, dan bisa dilakukan


oleh siapa saja, dan akurat. Di Indonesia, jenis antropometri yang sering

digunakan untuk menentukan status gizi balita di masyarakat baik

dengan adanya kegiatan program maupun penelitian yakni pengukuran BB,

TB, dan LiLA (Depkes RI, 1988). Pengukuran antropometri yang

digunakan untuk menilai status gizi yaitu berat badan terhadap tinggi

badan (BB/TB) (Adriani and Wirjatmadi 2014).

a. Indeks Menentukan Berat Badan Menurut Umur

Berat badan merupakan parameter yang dapat memberikan

gambaran masa tubuh, dimana masa tubuh seseorang sangat sensitif

terhadap perubahan yang cepat. Contohnya akibat dari menurunnya

nafsu makan, mengalami penyakit, jumlah makanan yang dikonsumsi

menjadi sedikit.

Berat badan akan mengikuti semakin bertambahnya umur.

Dalam keadaan sehat, BB akan mengalami kenaikan secara baik. Namun

sebaliknya dalam keadaan yang abnormal terdapat dua kemungkinan

perkembangan BB, yaitu dapat berkembang secara cepat ataupun

mengalami BB yang lambat dari keadaan sehat. Berdasarkan

kearakteristik BB yang digunakan, maka indeks BB menurut U

digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi seseorang dan

lebih menggambarkan status gizi balita saat ini.

b. Indeks Menentukan Tinggi Badan Menurut Umur

Pertumbuhan skeletal dapat dilakukan dengan melakukan

pengukuran tinggi badan seseorang. Saat kondisi normal, tinggi

badan akan mengikuti dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi

badan
berbeda dengan berat badan. Tinggi badan akan tampak cukup lama dari

pengaruh zat gizi yang dikonsumsi. Dari hasil karakteristik tinggi badan,

maka indeks yang menentukan status gizi mengambarkan gizi masa lalu.

Beaton dan Bengoa (1973) juga menyatakan bahwa indeks

TB/U memberikan gambaran status gizi masa lampau/masa lalu.

c. Indek Menentukan Berat Badan Menurut Tinggi Badan

Berat badan berhubungan dengan tinggi badan. Saat kondisi

normal berat badan akan mengikuti pertumbuhan tinggi badan, sehingga

dengan kecepatan tertentu berat badan akan searah dengan bertumbuhan

tinggi badan (Adriani and Wirjatmadi 2014).

5. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Balita

Penentuan status gizi anak merujuk pada standar antropometri

anak dan grafik pertumbuhan anak, namun grafik lebih menggambarkan

kecenderungan pertumbuhan anak. Baik tabel maupun grafik menggunakan

ambang batas yang sama. Untuk menentukan status gizi anak, baik

menggunakan tabel maupun grafik perlu memperhatikan keempat indeks

standar antropometri secara bersamaan sehingga dapat menentukan masalah

pertumbuhan, untuk dilakukan tindakan pencegahan dan tata laksana

lebih lanjut (Kemenkes 2020).

Tabel Standar Antropometri dan Grafik Pertumbuhan Anak

(GPA) terdiri atas indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat

Badan menurut Tinggi Badan BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U) dan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), berdasarkan

(Kemenkes
2020) sebagai berikut:

a. Standar berat badan menurut umur (BB/U) usia 0-60 bulan

b. Standar panjang badan menurut umur (PB/U) usia 0-12 bulan

c. Standar tinggi badan menurut umur (TB/U) usia 24-60 bulan

d. Standar berat badan menurut panjang badan (BB/PB) usia 0-24 bulan

e. Standar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) usia 12-60 bulan

f. Standar indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) usia 0-24 bulan

6. Penilaian Status gizi Anak

Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks Antropometri

sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth Standards untuk

anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference, 2007 untuk anak 5-18

tahun. Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang

dihitung dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29

hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB)

digunakan pada anak umur 0-12 bulan yang diukur dengan posisi

terlentang, bila anak diukur dalam posisi berdiri, maka hasil

pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara

untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak umur di atas 24

bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan

diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi

dengan mengurangkan 0,7 cm (Kemenkes 2020).


7. Klasifikasi Menentukan Status Gizi Balita

Standar antropometri yang paling sering digunakan untuk

menentukan status gizi balita yakni baku Harvard dan baku WHO-

NCHS (Adriani and Wirjatmadi 2014).

Tabel 2.1 : Klasifikasi Status Gizi Balita

Indeks Status Gizi Simpangan Baku (Z Skor)


Gizi lebih > 2,0 SD
Berat Gizi baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
badan/umur Gizi kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD
(BB/U) Gizi buruk ≤ -3,0 SD
Jangkung > 2,0 SD
Tinggi Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
badan/umur Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD
(TB/U) Sangat pendek ≤ -3,0 SD
Gizi lebih > 2,0 SD
Berat Gizi baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
badan/tinggi Gizi kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD
badan (BB/TB) Gizi buruk ≤ -3,0 SD
Sumber : (Kemenkes RI 2017)

8. Faktor Yang Memengaruhi Status Gizi Balita

a. Faktor Gizi Internal

1) Nilai Cerna Makanan

Makanan yang beranekaragam akan sangat berpengaruh

terhadap nilai makanan yang dicerna. Makanan yang disajikan dalam

bentuk yang berbeda seperti lembek atau keras akan berpengaruh

saat pengelolahan didalam lambung.

2) Status kesehatan

Status kesehatan seseorang turut menentukan kebutuhan

zat gizi. Kebutuhan zat gizi orang sakit berbeda dengan orang

sehat,
karena sebagian sel tubuh orang sakit telah mengalami kerusakan

dan perlu diganti, sehingga membutuhkan zat gizi yang lebih

banyak. Selain untuk membangun kembali sel tubuh yang rusak,

zat gizi lebih ini diperlukan untuk pemulihan.

3) Keadaan infeksi

Di Indonesia dan juga negara berkembang lainnya penyakit

infeksi masih menghantui jiwa dan kesehatan balita. Gangguan

defisiensi gizi dan rawan infeksi merupakan suatu pasangan yang

erat, maka perlu ditinjau kaitannya satu sama lain. Infeksi bisa

berhubungan dengan gangguan gisi melalui beberapa cara, yaitu

memengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan

makanan karena muntah/diare, atau memengaruhi metabolisme

makanan. Gizi buruk dan infeksi, keduanya dapat bermula dari

kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi

buruk. Selain itu, juga diketahui bahwa infeksi menghambat

reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber

energi pada tubuh. Adapun penyebab utama gizi buruk ialah

penyakit infeksi bawaan anak seperti diare, campak, Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA), Tuberculosis dan rendahnya asupan gizi

akibat kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga

atau karena pola asuh yang salah.

4) Umur

Anak balita yang sedang mengalami pertumbuhan

memerlukan makanan bergizi yang lebih banyak dibandingkan


orang dewasa per kilogram berat badannya. Dengan semakin

bertambahnya umur, semakin meningkat pula kebutuhan zat

tenaga bagi tubuh.

Pada usia 2-5 tahun merupakan masa golden age dimana pada

masa itu dibutuhkan zat tenaga yang diperlukan bagi tubuh untuk

pertumbuhannya. Semakin bertambahnnya usia akan semakin

meningkat kebutuan zat tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik.

5) Jenis kelamin

Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi

seseorang. Anak laki-laki lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan

protein daripada anak perempuan, karena secara kodrati anak

lakilaki memang diciptakan lebih kuat dari perempuan. Dan, hal

ini dengan mudah dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan oleh

lakilaki dan perempuan.

6) Riwayat ASI Eksklusif

Pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi hanya

diberikan ASI, tanpa diberikan tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh dan air putih. Pemberian ASI

eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu 4 hingga 6 bulan.

ASI merupakan satu-satunya makanan ideal yang terbaik dan

paling sempurna bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

psikologis bayi yang sedang tumbuh dan berkembang. ASI mudah

dicerna oleh sistem pencernaan bayi, lengkap kandungan gizinya,


juga mengandung zat kekebalan yang mampu melindungi bayi

dari berbagai penyakit infeksi. Selain itu, ASI juga dapat

menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena diare.

Bila bayi tidak mendapatkan ASI dalam jangka waktu yang

lama akan terjadi infeksi berulang. Selain itu, bayi yang

mendapatkan ASI secara eksklusif jarang mendapat sakit terutama

diare dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI tidak secara

eksklusif.

7) Pemberian Makanan Tambahan

Makanan tambahan adalah makanan yang bergizi sebagai

tambahan selain makanan utama bagi balita untuk memenuhi

kebutuhan gizi. Makanan tambahan bagi balita dapat berupa

makanan yang dibuat dengan bahan pangan lokal yang tersedia

dan mudah diperoleh oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau

atau makanan hasil olahan pabrik.

8) Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan

yang diberikan kepada bayi disamping ASI, untuk memenuhi

status gizi anak mulai 4 bulan sampai umur 24 bulan. Bayi

membutuhkan zat gizi yang tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Seiring dengan pertumbuhan umur anak,

kebutuhan zat gizinya juga meningkat.


Arisman (2004) berpendapat, bahwa memasuki usia 4-6

bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi

telah tumbuh dan lidah siap menelan makanan setengah dapat.

Disamping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung. Di

awal kehidupannya, lambung dan usus bayi sesungguhnya belum

sepenuhnya matang. Bayi dapat mencerna gula dalam susu (laktosa)

tetapi belum mampu menghasilkan amilase dalam jumlah yang

cukup. Jika kemudian bayi disapih pada usia 4 sampai 6 bulan, tidak

berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI,

tetapi karena kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya

oleh ASI. Memang ada sebagian bayi yang terus tumbuh dengan

memuaskan meskipun tidak diberikan makanan tambahan.

Namun dilain pihak, cukup banyak bayi yang membutuhkan zat gizi

dan energi lebih dari sekadar yang tersedia dalam ASI (Adriani and

Wirjatmadi 2014).

b. Faktor Gizi Eksternal

1) Tingkat Pendidikan Orangtua

Pendidikan adalah suatu usaha sadar seseorang untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar

sekolah. Disebutkan pula bahwa tingkat pendidikan yang rata-rata

masih rendah, khususnya kalangan wanita merupakan salah satu

masalah pokok yang berpengaruh terhadap pada masalah kesehatan.

Maka tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah

menerima informasi pengetahuan mengenai penyediaan makanan

yang baik.
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting

dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik,

maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar

terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga

kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya.

Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat dengan

wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan

yang baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang

berpendidikan akan cenderung memilih makanan yang lebih baik

dan bermutu, dibanding dengan ibu yang pendidikannya lebih

rendah.

2) Tingkat Pendapatan Keluarga

Faktor ekonomi merupakan akar masalah terjadinya gizi

kurang. Kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan

makanan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga itu

sendiri. Keluarga yang mempunyai pendapatan

relatif rendah sulit mencukupi kebutuhan

makanan. Keadaan seperti ini biasanya terjadi pada anak balita dari

keluarga berpenghasilan rendah. Kemampuan keluarga untuk

mencukupi kebutuhan makanan juga bergantung dari bahan

makanan. Bahan makanan yang harganya mahal biasanya jarang

dan bahkan tidak ada.


3) Pengeluaran Keluarga Untuk Makan

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan, antara lain

bergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan harga

bahan makanan. Pola pengeluarann untuk membeli bahan pangan

antara keluarga dengan pendapatan tinggi dan keluarga dengan

pendapatan rendah berbeda. Keluarga dengan pendapatan tinggi

akan mengeluarkan uangnnya untuk membeli kebutuhan bahan

pangan pokok dan bahan pangan penyertanya, misalnya lauk

hewani, susu dan buah. Keluarga dengan tingkat pendapatan

rendah dengan harga kebutuhan bahan pangan yang mahal,

kemungkinan untuk dapat memenuhi kebutuhan makanan sesuai

dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh masih kurang. Keluraga

dengan tingkat pendapatan rendah hanya akan mengeluarkan uang

untuk membeli bahan makanan pokok, sedangkan untuk lauknya

tidak diperhatikan.

4) Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi

berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi.

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga

yang sesungguhnya berpenghasilan cukup, tetapi makanan yang

dihidangkan seadanya saja. Keadaan ini menunjukkan ketidaktahuan

akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh, merupakan sebab

buruknya mutu gizi makanan keluarga.

Penelitian yang dilakukan di Desa Haryana, India pada 1999,

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu akan memengaruhi


pengambilan keputusan dalam hal manfaat gizi dari berbagai jenis

makanan yang akan disediakan, dan berpengaruh pada

kemampuannya untuk mengatur sumber daya yang ada dalam

menyediakan makanan yang akan dikonsumsi oleh anggota

keluarga.

5) Ketersediaan Pangan

Jumlah seta macam pangan yang memengaruhi pola makan

pendukung di suatu daerah atau kelompok masyarakat biasanya

berkembang dari pangan yang tersedia di daerah itu, atau pangan

yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang

panjang. Untuk tingkat rumah tangga, ketersediaan pangan dalam

keluarga antara lain dipengaruh oleh tingkat pendapatan atau daya

beli keluarga, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan ibu tentang

pangan dan gizi.

6) Tingkat Konsumsi Gizi

Keadaan kesehatan gizi anak tergantung dari tingkat

konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kuantitas serta kualitas

hidangan yang tersedia di dalam keluarga. Kualitas hidangan

menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam

susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain.

Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap

kebutuhan tubuh, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, maka

tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang baik.


Konsumsi yang menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya

disebut konsumsi yang adekuat.

Klasifikasi tingkat konsumsi kelompok/rumah tangga atau

perorangan belum ada standar yang pasti. Berdasarkan Buku

Pedoman Petugas Gizi Puskesmas (Depkes RI, 1990, dalam

Almatsier, 2005), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat

dengan cut off point masing-masing sebagai berikut :

a) Baik : ≥ 100% AKG

b) Sedang : > 80-99% AKG

c) Kurang : 70-80%

d) Defisit : < 70%

7) Pola Konsumsi Pangan

Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang

memanfaatkan pangan tersedia sebagai reaki terhadap tekanan

ekonomi dan sosial budaya yang dialaminya.

Pola konsumsi juga memberikan gambaran frekuensi

konsumsi satu pangan dalam periode waktu tertentu. Faktor yang

dapat memengaruhi pembentukan pola konsumsi makan dari

suatu tempat ialah sikap dan kepercayaan seseorang terhadap

makanan yang memengaruji seseorang untuk memilih makanan.

Pola konsumsi di suatu daerah berubah-ubah sesuai

perubahan beberap faktor ataupun kondisi setempat dan dapat dibagi

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, faktor yang

berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan.


Dalam kelompok ini termasuk faktor geografi, iklim dan

kesuburan tanah yang dapat memengaruhi jenis tanaman dan

jumlah produksinya disuatu tempat.

Kelompok kedua, faktor ekonomi dan adat istiadat. Taraf

sosial ekonomi dan adat kebiadaan setempat memegang peranan

penting dalam pola konsumsi makanan penduduk. Disamping itu,

kebijakan dalam bidang pangan, misalnya pemberian bantuan

atau subsidi terhadap bahan tertentu, dapat berpengaruh dalam

pola konsumsi (Adriani and Wirjatmadi 2014).

C. Daun Kelor

Gambar 2.1 : Daun Kelor

Sumber (Krisnadi Dudi A 2015)

1. Definisi Daun Kelor

Moringa oleifera Lam (sinonim: Moringa pterygosperma Gaertner)

yang kita kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari

tiga belas spesies genus Moringacae. Kelor merupakan komoditas

pangan yang penting sebagai sumber 'gizi alami daerah tropis '. Daun,

buah, bunga
dan polong yang belum matang dari pohon Kelor digunakan sebagai sayuran

bernutrisi (Krisnadi Dudi A 2015).

Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur

panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak,

berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan

simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan

memanjang.

Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang).

2. Klasifikasi dan Morfologi

a. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

b. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

c. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

d. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

e. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

f. Sub Kelas : Dilleniidae

g. Ordo : Capparales

h. Famili : Moringaceae

i. Genus : Moringa

j. Spesies : Moringa oleifera Lam

3. Kandungan Kelor

Tabel 2.2 : Kandungan Nutrisi Polong, Daun Segar dan Serbuk Daun Kelor

Per 100 gram bahan


Nutritional Analysis Satuan Daun Serbuk
Polong
Segar Daun
NUTRISI
Kandungan Air (%) 86.9 75.0 7.50
Kalori Cal 26.0 92.0 205.0
Protein Gram 2.5 6.7 27.1
Lemak Gram 0.1 1.7 2.3
Karbohidrat Gram 3.7 13.4 38.2
Serat Gram 4.8 0.9 19.2
Mineral Gram 2.0 2.3 -
Kalsium (Ca) mg 30.0 440.0 2003.0
Magnesium (Mg) mg 24.0 24.0 368.0
Fospor (P) mg 110.0 70.0 204.0
Potassium (K) mg 259.0 259.0 1324.0
Copper (Cu) mg 3.1 1.1 0.6
Zat Besi (Fe) mg 5.3 0.7 28.2
Asam Aksalar mg 10.0 101.0 0.0
Sulphur (S) mg 137 137.0 870.0
VITAMIN
Vitamin A-B Carotene mg 0.10 6.80 16.3
Vitamin B-Choline mg 423.00 423.000.21 -
Vitamin B1-Thiamin mg 0.05 0.21 2.6
Vitamin B2-Riboflavin mg 0.07 0.05 20.5
Vitamin B3-Nicotinic mg 0.20 0.80 8.2
Vitamin C-Ascorbic A mg 120.00 220.00 17.3
Vitamin E-Tocopherois mg - - 113.0
ASAM AMINO *)
Arginine mg 360 406.6 1325
Histidine mg 110 149.8 613
Lysine mg 150 342.4 1325
Tryptophan mg 80 107 425
Phenyianaline mg 430 310.3 1388
Methionine mg 140 117.7 350
Threonine mg 390 117.7 1188
Leucine mg 650 492.2 1950
Isoleucine mg 440 299.6 825
Valine mg 540 374.5 1063

Sumber: Hakim Bey, all things Moringa, 2010 dalam (Krisnadi Dudi A

2015)

Dr Gary Bracey, seorang penulis, pengusaha, motivator, dan ahli

kesehatan di Afrika, mempublikasikan dalam moringadirect.com, bahwa

serbuk daun Kelor mengandung :

a. Vitamin A, 10 kali lebih banyak dibanding Wortel

b. Vitamin B1, 4 kali lebih banyak dibanding daging babi.


c. Vitamin B2, 50 kali lebih banyak dibanding Sardines.

d. Vitamin B3, 50 kali lebih banyak dibanding Kacang.

e. Vitamin E, 4 kali lebih banyak dibanding Minyak Jagung.

f. Beta Carotene, 4 kali lebih banyak dibanding Wortel.

g. Zat Besi, 25 kali lebih banyak dibanding bayam.

h. Zinc, 6 kali lebih banyak dibanding almond.

i. Kalium, 15 kali lebih banyak dibanding pisang.

j. Kalsium, 17 kali dan 2 kali lebih banyak dibanding Susu.

k. Protein, 9 kali lebih banyak dibanding Yogurt.

l. Asam Amino, 6 kali lebih banyak dibanding bawang putih.

m. Poly Phenol, 2 kali lebih banyak dibanding Red Wine.

n. Serat (Dietary Fiber), 5 kali lebih banyak dibanding sayuran pada

umumnya.

o. GABA (gamma-aminobutyric acid), 100 kali lebih banyak dibanding

beras merah (Krisnadi Dudi A 2015).

4. Manfaat Daun Kelor Bagi Balita

a. Melawan Infeksi

Daun kelor mempunyai sifat antiinflamasi (anti-peradangan). Hal

tersebut membuat Moringa oleifera berguna untuk melawan infeksi

yang menjadi penyebab penyakit. Konsumsi kelor dalam bentuk bubuk

dapat membantu meredakan penyakit yang disebabkan infeksi

ringan seperti batuk dan pilek pada anak.

b. Menunjang Metabolisme
Saat balita mengalami sakit, metabolisme dalam tubuh anak

mengalami penurunan yang signifikan. Kandungan mineral yang ada

dalam daun kelor dapat menjaga metabolisme balita tetap dalam

kondisi normal. Tingkat metabolisme sangat penting untuk menjaga

agar berat badan dan tinggi badan balita tetap dalam kondisi normal.

c. Meningkatkan kekebalan tubuh

Kandungan vitamin C yang terkandung dalam daun kelor dapat

meningkatkan kekebalan tubuh balita, sehingga melawan virus dan

bakteri penyebab penyakit.

d. Meningkatkan Berat Badan

Mengosumsi daun kelor dapat membantu meningkatkan berat

badan balita. Menurut studi penelitian yang dilakukan Tri Budi Rahayu

at al dalam jurnal peningkatan status gizi balita melalui pemberian daun

kelor tahun 2018 menyebutkan bahwa balita yang mengosumsi ekstrak

daun kelor dalam 7 hari mengalami peningkatan berat badan

(Rahayu, Anna, and Nurindahsari 2018)

e. Meningkatkan Pertumbuhan Balita

Tingginya kadar kalsium dalam ekstrak Moringa oleifera sangat

dibutuhkan oleh balita yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Penelitian lain juga menyebutkan bayi dan anak pada masa

pertumbuhan dianjurkan organisasi kesehatan dunia mengkonsumsi

daun kelor (Muliawati, Sulistyawati, and Utami 2019).

f. Menjaga Kesehatan Mata


Kandungan beta-karoten yang ada didalam daun kelor dapat membantu

asupan vitamin A dalam tubuh balita. Vitamin A mempunyai

manfaat untuk meningkatkan kesehatan mata dan fungsi penglihatan

anak.

D. Evidance Based

Berdasarkan hasil penelitian Tri Budi Rahayu, Yespy Anna Wahyu

Nurindahsari yang dilakukan pada april 2018 dipaseban Kecamatan Bayat

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah pada 30 responden balita dengan Z-Score

<2SD menunjukkan bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 dengan

ratarata indeks masa tubuh sebelum perlakuan yaitu 13,29. Sedangkan

untuk indeks masa tubuh sesudah perlakuan diperoleh rata-rata 14,19 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian daun kelor terhadap

status gizi balita berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Pemberian daun kelor dapat meningkatkan IMT pada balita. Dengan kata lain,

terjadi kecenderungan peningkatan IMT sebelum dan sesudah perlakuan

dengan rata-rata peningkatannya adalah 0,13 (Rahayu et al. 2018).

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Dyah Muliawati et al yang

dilakukan pada tahun 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Piyungan pada 45

responden pada kelompok perlakuan dan 45 responden pada kelompok kontrol

menunjukkan bahwa nilai T sebesar 3,526 dengan signifikansi 0,042

dengan nilai p-value < 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan rata-rata kenaikan tinggi badan dengan pemberian

ekstrak moringa oleifera pada balita (Muliawati et al. 2019).


E. Mekanisme Ekstrak Daun Kelor terhadap Status Gizi Bayi

Takle et al 2015 mengatakan bahwa Tanaman moringa oleifera

(kelor) mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Pada daun kelor

kering kandungan kalsium lebih tinggi yaitu sejumlah 1600-2200mg dari daun

basah yaitu sejumlah 350-550mg, dengan demikian banyak disediakan dalam

bentuk ekstrak. Ekstrak daun kelor lebih memudahkan ketika dikonsumsi, baik

orang dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu kelor disebut miracle tree

and mother’s best friend (Muliawati et al. 2019).

Selain itu Julian el at mengatakan bahwa daun kelor dapat

bermanfaat bagi balita yang mengalami kekurangan protein karena didalam

daun kelor terkandung arginin dan histidin yang mampu mengikat protein

untuk pertumbuhannya. Sebuah studi komparatif tentang daun kelor segar

bila dibandingkan dengan makanan lain mengandung 7 kali vitamin C dari

jeruk, 4 kali vitamin A dari wortel, 4 kali lipat kalsium susu, 3 kali potassium

pisang dan 2 kali protein dari yogurt 8. Konsumsi daun kelor merupakan

salah satu alternatif untuk menanggulangi kasus kekurangan gizi di

Indonesia. Vitamin A yang terdapat pada serbuk daun kelor setara dengan

10 (sepuluh) kali vitamin A yang terdapat pada wortel, setara dengan 17

(tujuh belas) kali kalsium yang terdapat pada susu, setara dengan 15 (lima

belas) kali kalium yang terdapat pada pisang, setara dengan 9 (sembilan)

kali protein yang terdapat pada yogurt dan setara dengan 25 (dua puluh

lima) kali zat besi yang terdapat pada bayam (Letlora, Sineke, and Purba

2020).
Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : (Adriani and Wirjatmadi 2014), (Febrianti 2020), (Kesehatan et al.

2010), (Krisnadi Dudi A 2015), (Letlora et al. 2020).


G. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan penelitian, maka kerangka konsep dalam

penelitian adalah pengaruh pemberian ekstrak daun kelor untuk peningkatan

status gizi balita di Desa Tridadi, Sleman. Yogyakarta

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Ekstrak Daun Kelor Status Gizi Balita

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban dari penelitian sementara yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian (Setiabudi 2012). Dugaan jawaban tersebut

merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya

dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.

Ada pengaruh pemberian ekstrak daun kelor untuk peningkatan status

gizi balita di Desa Tridadi, Sleman. Yogyakarta.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja sistematis yang digunakan

untuk melaksanakan penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan

masing-masing, namun prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan. Jenis

penelitian ini adalah Mixed Methods yang mengabungkan metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif. Pada metode kuantitatif dengan desain Quasi

Eksperiment dengan rancangan Control Group Pretest and Posttest Design.

Kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 2 yakni kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Sedangkan metode kualitatif dilakukan dengan interview

atau wawancara terhadap responden.

Rancangan penelitian sebagai berikut :

Pre Test Post Test

O1 X O2

O3 C O4

Gambar 1. Rancangan Penelitian

38
Keterangan :

O1 : Nilai sebelum pada kelompok intervensi dengan menghitung

berat badan dibagi tinggi badan

O3 : Nilai sebelum pada kelompok kontrol dengan menghitung berat

badan dibagi tinggi badan

O2 : Nilai sesudah pada kelompok intervensi dengan menghitung

berat badan dibagi tinggi badan

O4 : Nilai sesudah pada kelompol kontrol dengan menghitung berat

badan dibagi tinggi badan

X : Intervensi dengan diberikan ekstrak daun kelor

C : Intervensi dengan diberikan makanan tambahan standar bubur

kacang hijau

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tridadi, Sleman. Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2021 sampai Maret 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang

memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang

untuk di teliti (Setiabudi 2012). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai anak balita yang memenuhi kriteria. Populasi

penelitian ini adalah ibu yang mempunyai Balita usia 1 tahun – 3 tahun yaitu

jumlah populasi 30 balita di Desa Tridadi, Sleman. Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Adapun

pengertian sampling adalah proses menyeleksi jumlah dari populasi yang

ada (Subarkah, Nursalam, and Rachmawati 2016). Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling.

Sugiyono, 2017 menyatakan bahwa untuk penelitian yang

menggunakan analisis daya statistik, ukuran sampel yang paling minimal

sebanyak 30 sampel.

3. Teknik Sampel

Pengambilan sampel menggunakan random sampling yaitu

pengambilan informasi dari responden yang dimana penentuan

respondennya secara acak dan teknik wawancara dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula. Karakteristik

sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria Inklusi

1) Balita yang usia 1 tahun – 3 tahun.

2) Balita yang terdaftar di posyandu

3) Status gizi balita kurang

4) Tidak ada alergi terhadap kelor.


b. Kriteria Ekslusi

1) Ibu yang menolak balita dijadikan responden.

2) Yang selama penelitian berpindah tempat tinggal.

3) Balita memiliki riwayat penyakit seperti dehidrasi, edema, diare,

tuberculosis dan infeksi saluran pernafasan atas.

4) Tidak memiliki riwayat premature, berat badan lahir rendah, kurang

bulan.

5) Balita yang tidak mengkonsumsi obat multivitamin.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

sesuatu seperti benda, manusia dan lain-lain (Subarkah et al. 2016).

Penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel Independent adalah variabel yang bersifat bebas. Tujuan

penelitian ini melihat efeknya bagi variabel terikat (dependent) atau variabel

yang dipengaruhinya (Subarkah et al. 2016). Variabel Independen dalam

penelitian ini adalah pemberian daun kelor pada balita di Desa Tridadi,

Sleman, Yogyakarta.

2. Variabel terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variable bebas


(Subarkah et al. 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status

gizi balita indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB-PB).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-

variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya

dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut. Sehingga karakteristik

dapat diamati dan diukur. (Ridha 2017)

Tabel 3.1 Definisi operasional pemberian daun kelor untuk


meningkatkan status gizi balita di Desa Tridadi, Sleman.
Yogyakarta

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori


Independen Pemberian makanan Lembar daun Nomin Dikonsumsi
Ekstrak tambahan pada kepatuhan al
Daun Kelor responden untuk mengosumsi
meningkatkan status ekstrak kelor
gizi dengan
memanfaatkan
sumber bahan
pangan lokal kelor.
Pada kelompok
intervensi berikan
daun kelor dalam
bentuk ekstrak
dengan dosis
sebanyak 10
gram/hari selama
14 hari. Pada
kelompok kontrol
diberikan bubur
kacang hijau
selama 14 hari
(Rahayu et al. 2018).
Status gizi Keadaan gizi balita Kategori dan Ordinal a. Gizi buruk :
balita
berdasarkan indeks ambangbatas tampak
massa tubuh yang status gizi anak sangat
diukur dengan cara balita kurus atau
berat badan dalam berdasarkan edema pada
satuan kilogram (kg) perbandingan kedua
dibagi dengan tinggi berat badan punggung
badan dalam satuan yang diukur kaki sampai
centimeter (cm) dengan seluruh
menggunakan tubuh.
timbangan digital <-3 SD **)
dengan b. Gizi kurang
: tampak

tinggi badan kurus. -3 SD


mengunakan – <- 2SD
microtoise c. Gizi baik :
yang tampak sehat.
dilakukan -2 SD – 2 SD
berdasarkan d. Gizi lebih
hasil : tampak
penelitian gemuk. >2
SD
(Direktorat Bina
Gizi Masyarakat
2011)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yaitu melalui informed consenst penelitian terlampir pada lampiran,

form identitas responden, lembar evaluasi kepatuhan, wawancara.

G. Alur / Tahap Pengumpulan data

Tahap pertama menentukan judul penelitian dilanjutkan dengan

menentukan masalah, rumusan masalah, studi pendahuluan, meminta


permohonan izin pada pihak-pihak terkait dan izin pengambilan data pada

Kepada Desa Tridadi Sleman dan Puskesmas Sleman. Menentukan jumlah

populasi dan sampel penelitian lalu sampel dibagi menjadi 2, kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan sistem kocokan. Selanjutnya membuat

etika penelitian, lalu kontrak waktu dan menjelaskan tujuan penelitian,

memberikan lembar informed consent dan form responden. Masing-masing

dari kelompok diberikan pretest dengan menimbang berat badan dibagi

tinggi badan selanjutnya pada kelompok intervensi diberikan daun kelor dalam

bentuk ekstrak dengan dosis 10 gram/hari selama 14 hari dan pada kelompok

kontrol diberikan bubur kacang hijau. Lalu pada hari ke 15 dilakukan

posttest pada masing-masing kelompok dengan menghitung berat badan

dalam satuan kilogram dibagi tinggi badan, melakukan wawancara pada orang

tua responden, pengecekan kelengkapan lembar observasi, pengelola data,

analisa data, dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

H. Analisa Data

1. Pengelolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk memperoleh penyajian data dan

kesimpulan yang baik, data yang diperoleh dari penelitian masih mentah,

belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan pengolahan data

(Notoatmodjo 2010). Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan

data oleh peneliti, yaitu : editing, coding, processing, cleaning :


a. Editing

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan

oleh peneliti sendiri melalui proses wawancara kepada responden

penelitian (Setiadi, 2013). Peneliti memeriksa daftar pertanyaan yang

telah terisi antara lain kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan

relevansi jawaban dari responden.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka / bilangan. Pengklasifikasian

dilakukan peneliti dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk

angka pada masing-masing jawaban (Setiadi, 2013).

c. Processing

Processing adalah proses memasukkan data ke dalam tabel

dilakukan dengan program yang ada di komputer. Data kuesioner

yang sudah dikoding dimasukkan sesuai dengan tabel program

perangkat komputer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan teknik pembersihan data, data–data yang

tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi, 2013). Peneliti

melakukan kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang sudah di

entry apakah ada kesalahan atau tidak dalam program perangkat

komputer terdapat kesalahan atau tidak.


2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dari variable yang ada dalam penelitian ini. Sehingga setiap variabel

dianalisis masing-masing untuk mengetahui distribusi frekuensi, mean,

median, modus berdasarkan umur, jenis kelamin, ASI, riwayat penyakit,

pendidikan, pekerjaan, pendapatan.

3. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui ada perbedaan status gizi

balita setelah pemberian ekstrak daun kelor dengan menggunakan uji

Frekuensi dan Wilcoxon didalam SPSS.

I. Etika Penelitian

Menurut (Notoatmojo 2010) Etika penelitian adalah suatu pedoman

etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara

pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut. Peneliti perlu mendapatkan adanya

rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

kepada institusi atau lembaga penelitian. Penelitian yang subjek

penelitiannya menggunakan manusia harus sesuai dan tidak bertentangan

dengan etika penelitian yang meliputi:

a. Right to self determination Subyek yang bersedia diteliti, diberikan

lembar pesetujuan men jadi responden dengan terlebih dahulu diberi

kesempatan membaca isi lembar tersebut. Selanjutnya harus mencantumkan

tanda tangan sebagai bukti kesediaan menjadi subyek penelitian. Jika

subyek menolak
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak subyek.

b. Right to privacy and dignity Untuk menjaga kerahasiaan responden,

responden tidak perlu mencantumkan nama dalam kuesioner. Pada

lembar pengumpulan data penelitian hanya menuliskan atau memberi

kode tertentu pada setiap lembaran..

c. Right of fair treatment Dalam memenuhi hak ini nama responden

dirahasiakan, responden berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang

telah dia lakukan dalam penelitian. Responden juga harus diberitahu apa

hasil dari penelitian tersebut (Di et al. 2019)


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., and F. N. Maria. 2009. “Hubungan Pola Asuh, Asih, Dan Asah
Dengan Status Gizi Balita Usia 1-3 Tahun.” Journal of Public Health
6(1):24–29.

Adriani, Merryana, and Bambang Wirjatmadi. 2014. Gizi Dan Kesehatan


Balita. 1st ed. edited by Y. Rendy. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Antonio, W. H. O., and Suarez Weise. 2012. “WHA Global Nutrition Targetkan
2025 : Kebijakan Stunting Singkat.”

Di, Persalinan, Puskesmas Ciomas, Kabupaten Bogor, and Kata Kunci.


2019. “Jurnal Ilmiah Wijaya Volume 11 Nomor 1 , Januari-Juni 2019
The Purpose of This Study Was to Find out the Relationship between
Husband ’ s Companion and the Reduction of Pain in Labor in Ciomas
Puskesmas , Bogor Regency in 2018 . This Type of Research Is A.”
11:107–13.

Dinkes Kota Yogyakarta. 2020. “Profil Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta


Tahun 2020.” Profil Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2019 1–
234.

Dinkes Sleman. 2020. “Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun 2020.”


Dinas Kesehatan Sleman (6):1–173.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2011. “Bagan Tata Laksana Anak Gizi Buruk
(Buku I).” 2,3.

Febrianti, Yeni. 2020. “Gambaran Status Ekonomi Keluarga Terhadap


Status Gizi
Balita (BB/U) Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.” Skripsi
2(1):5–
7.

Hardani M, and Zuraida R. 2019. “Penatalaksanaan Gizi Buruk Dan


Stunting Pada Balita Usia 14 Bulan Dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga.” Medula 09(03):565–75.

Izwardy, Doddy. 2020. “Studi Status Gizi Balita.” Balitbangkes Kemenkes RI


(2020):40.

Kemenkes RI. 2020. “Standar Antropometri Anak.” (3):151–56.

Kemenkes RI. 2017. “Buku Saku Pemantauan Status Gizi.” Buku Saku 1–150.

Kesehatan, Fakultas, Masyarakat Universitas, and Sam Ratulangi. 2010.


“PADA
BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TOULUAAN PENDAHULUAN Balita Adalah Anak Yang Berumur 0-59
Bulan , Pada Masa Ini Ditandai Dengan Proses Pendek ) Di Indonesia
Tahun 2013 Adalah 37 , 2 %, Jika Dibandingkan Dengan Tahun 2010
Signifikan.” 7.

Kesehatan, Jurnal, Madani Medika, Vol No, P. Issn, Faktor Yang,


Mempengaruhi Gizi, Kurang Balita, and D. I. Desa. 2018. “Faktor Yang
Mempengaruhi Gizi Kurang Balita Di Desa Kepek Dan Karangtengah
Wonosari Gunungkidul Yogyakarta.” Jurnal Kesehatan Madani Medika
9(1):7–14. doi:
10.36569/jmm.v9i1.27.

Krisnadi Dudi A. 2015. “Edisi Revisi Maret 2015.” Kelor Super Nutrisi.

Letlora, Julians A. S., Jufri Sineke, and Boyke Purba. 2020. “Bubuk Daun Kelor
Sebagai Formula Makanan Balita Stunting.” Jurnal GIZIDO 12(2):105–
12.

Mada, Gadjah. 2018. “Journal of Nutrition.” Nature 184(4681):156. doi:


10.1038/184156a0.

Muliawati, Dyah, Nining Sulistyawati, and Fitria Siswi Utami. 2019. “Manfaat
Ekstrak Moringa Oleifera Terhadap Peningkatan Tinggi Badan Balita.”
Prosiding Seminar Nasional: Pertemuan Ilmiah Tahunan Politeknik
Kesehatan Karya Husada Yogyakarta 1(1):46–55.

Mutika, Wira, and Darwin Syamsul. 2018. “Analisis Permasalahan Status


Gizi Kurang Pada Balita Di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten
Simeuleu.” Jurnal Kesehatan Global 1(3):127–36.

Nilakesuma, Aisyah, Yusri Dianne Jurnalis, and Selfi Renita Rusjdi. 2015.
“Hubungan Status Gizi Bayi Dengan Pemberian ASI Ekslusif, Tingkat
Pendidikan Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga.” Jurnal Kesehatan Andalas
4(1):37–44. doi: 10.25077/jka.v4i1.184.

Notoatmodjo, S. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.” Jakarta : Rineka


Cipta.

Nurhayati, S., and P. S. Nugroho. 2021. “Pengaruh Kebiasaan Sarapan Dan


Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Gizi Kurang Pada Remaja.”
Borneo Student Research (BSR) 2(2):1223–28.

PRADO, Guilherme, Marize Silva OLIVEIRA, Fabiana Moreira ABRANTES,


Luciana Gonçalves SANTOS, Carina Rodrigues SOARES, and Thaís
VELOSO. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Status Gizi Balita Di Pedesaan.” Ciência e Tecnologia de Alimentos
19(3):420–23.
doi: 10.1590/s0101-20611999000300022.
Purhadi, Purhadi, Rahmawati Rahmawati, and Zaenat Joni Mustofa. 2019.
“Pengaruh Pemberian Bubur Kacang Hijau Terhadap Perubahan Berat
Badan Balita Dengan Status Gizi Kurang Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tawangharjo
Kabupaten Grobogan.” The Shine Cahaya Dunia Ners 4(1). doi:
10.35720/tscners.v4i1.137.

Putra, Agus Indra Yudhistira Diva, Nyoman Budhi Wirananda Setiawan, Made
Indira Dianti Sanjiwani, Ida Ayu Ika Wahyuniari, and Agung Wiwiek
Indrayani. 2021. “Nutrigenomic and Biomolecular Aspect of Moringa
Oleifera Leaf Powder as Supplementation for Stunting Children.” Journal
of Tropical Biodiversity and Biotechnology 6(1). doi:
10.22146/jtbb.60113.

Putri, Rona Firmana, Delmi Sulastri, and Yuniar Lestari. 2015. “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas
4(1):254–61. doi:
10.25077/jka.v4i1.231.

Rachman, Tahar. 2018. “Edukasi Kandungan ASI Dan Pemberian ASI


Eksklusif Pada Bayi.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952. 5(2):10–27.

Rahayu, Tri Budi, Yespy Anna, and Wahyu Nurindahsari. 2018.


“Peningkatan Status Gizi Balita Melalui Pemberian Daun Kelor
(Moringa Oleifera).” Jurnal Kesehatan Madani Medika 9(2):87–91.
doi: 10.36569/jmm.v9i2.14.

Rahmawati, Fitria Nur, Tri Mulyaningsih, and Akhmad Daerobi. 2019.


“Pengaruh Karakteristik Rumah Tangga, Keragaman Makanan,
Lingkungan Hidup Terhadap Status Gizi Balita.” Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia 15(4):367. doi: 10.30597/mkmi.v15i4.7929.

Ridha, Nikmatur. 2017. “Proses Penelitian, Masalah, Variabel, Dan Paradigma


Penelitian.” Jurnal Hikmah 14(1):62–70.

Santi, Maya Weka, Cherry Triwidiarto, Theo Mahiseta Syahniar, Refa


Firgiyanto, and Mira Andriani. 2020. “Peningkatan Pengetahuan Kader
Posyandu Dalam Pembuatan PMT Berbahan Dasar Kelor Sebagai
Upaya Percepatan Pencegahan Stunting.” Dharma Raflesia : Jurnal
Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS 18(2):77–89. doi:
10.33369/dr.v18i2.12056.

Setiabudi, Nur Andi. 2012. “Uji Hipotesis Dua.” 2(2):140–48.


Subarkah, Toni, Nursalam, and Praba Diyan Rachmawati. 2016. “Pola
Pemberian Makan Terhadap Peningkatan Status Gizi Pada Anak Usia 1
– 3 Tahun.” Jurnal INJEC 1(2):146–54.
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

I. Jadwal Wawancara
1. Hari, Tanggal :
2. Waktu mulai dan selesai :
II. Identitas Responden
1. Data Balita
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
ASI :
Riwayat Penyakit :

2. Data Orangtua/Wali

Nama :
Pendidikan :
Pendapatan :
Jumlah Anggota Keluarga :

III. Pertanyaan Penelitian


1. Apakah anak ibu/bapak mengalami kesulitan untuk makan?
2. Apakah ibu/bapak pernah mencari informasi mengenai makanan yang sehat
untuk balita?
3. Menurut ibu/bapak makanan seperti apa yang baik bagi balita?
4. Dengan pendapatan perbulan apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan
makan ibu/bapak?
5. Banyaknya anggota keluarga apakah memenuhi kebutuhan makan harian?
DATA BALITA

Z Score Status Gizi


Kelompok Balita
Pretest Posttest Pretest Posttest
I -2.1 -0.9 Kurang Baik
II -2.3 -1.2 Kurang Baik
III -2.1 -0.9 Kurang Baik
IV -2.1 1 Kurang Baik
V -2.4 -1.9 Kurang Baik
VI -2.1 -0.7 Kurang Baik
VII -2.2 1 Kurang Baik
Intervensi VIII -2.2 -1.3 Kurang Baik
IX -2 -0.9 Kurang Baik
X -2 -0.9 Kurang Baik
XI -2.3 -1.3 Kurang Baik
XII -2.1 -1.8 Kurang Baik
XIII -2.1 -1.9 Kurang Baik
XIV -2 -0.2 Kurang Baik
XV -2.1 -0.8 Kurang Baik
I -2 -1.6 Kurang Baik
II -2 -1.8 Kurang Baik
III -2.1 -2.1 Kurang Kurang
IV -2.1 -1.9 Kurang Baik
V -2.3 -2.1 Kurang Kurang
VI -2.3 -2 Kurang Kurang
VII -2.3 -2.1 Kurang Kurang
Kontrol VIII -2 -0.9 Kurang Baik
IX -2.3 -2.1 Kurang Kurang
X -2.2 -2 Kurang Kurang
XI -2.1 -1.9 Kurang Baik
XII -2 -1.2 Kurang Baik
XIII -2.2 -2 Kurang Kurang
XIV -2.1 -2 Kurang Kurang
XV -2.2 -2.1 Kurang Kurang
LEMBAR EVALUASI
Kelompok Kepatuhan Mengosumsi Ekstrak Daun Kelor
I √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
II √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
III √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
V √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
VI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
VII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Intervensi VIII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
IX √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XIII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XIV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kelompok Kepatuhan Mengosumsi Bubur Kacang Hijau
I √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
II √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
III √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
IV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
V √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
VI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
VII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kontrol VIII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
IX √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XIII √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XIV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
XV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Nomor : /STIKES-GB/Eks/I/2022
Hal : Surat Izin Ethical Clearance

Kepada Yth.
Komisi Etik STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta Di Tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakan penelitian oleh mahasiswa Program Studi
Kebidanan Program Sarjana STIKES Guna Bangsa Yogyakarta kami mengajukan
permohonan untuk mendapatkan Ethical Clearance dari Komisi Etik STIKES Guna
Bangsa Yogyakarta atas nama mahasiswa :
Nama : Hartina
NIM 20810045
Keperluan : Untuk mengurus surat Ethical Clearance
penelitian Rancangan Penelitian : Quasi Eksperimen.
Subyek Penelitian : Balita berusia 1 tahun sampai 3
tahun Tempat Penelitian : Desa Tridadi, Sleman.
Yogyakarta
Bersama dengan ini kami lampirkan proposal skripsi mahasiswa yang bersangkutan.
Demikian surat permohonan ini kami ajukan, atas perhatian dan bantuannya kami
ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 10 Februari 2022
Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana dan Program
Pendidikan Profesi Program Profesi

Selasih Putri IH, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb


Tembusan :
1. Arsip
PERSETUJUAN ETIK
Ethical Approval
Nomor: 014/KEPK/II/2022

Komisi Etik Penelitian Kesehatan STIKES Guna Bangsa Yogyakarta telah


melakukan kajian terhadap prinsip etik yang dilandasi studi kepustakaan dalam
upaya melindungi subjek penelitian kesehatan. Usulan penelitian telah disetujui dan
dinyatakan layak etik dengan judul:
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor Untuk Peningkatan Status Gizi
Balita”

The Health Research Ethics Commission of The College of Health Sciences of Guna
Bangsa Yogyakarta has conducted an assessment of ethical principles based on
library studies to protect health research subjects. The research proposal has been
approved and appropriate for ethics with the title:
“The Effect Of Giving Moringa Leaf Extract On Improving The Nutritional Status
Of Toddlers”

Nama Peneliti : Hartina


Name of Researcher
NIM/NIDN Peneliti :
20810045 Student
number/main number
of researcher
Asal Institusi : STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Ditetapkan di: Yogyakarta
Issued in
Tanggal. : 23 Februari 2022
Date.
Ket ua
Chairpers on

M.
Dr. Fatimah Sari, S.SiT.,Kes
Nomor : 201/STIKES-GB/Eks/II/2022
Hal : Surat Izin Penelitian

Kepada Yth.
Desa Tridadi,
Sleman Di Tempat

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : Selasih Putri Isnawati Hadi, S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb
Jabatan : Ketua Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Perguruan Tinggi : STIKES Guna Bangsa Yogyakarta
Alamat : Jl. Ringroad Utara Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta

Dengan ini bermaksud mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian dalam


rangka penyusunan Skripsi bagi mahasiswa kami:
Nama : Hartina
NIM 20810045
Semester/TA : III (Tiga)/2020-2022
Program Studi : Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor Untuk Peningkatan
Status Gizi Balita
No.Hp 0813 6563 9446

Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.

Yogyakarta, 14 Januari 2022


Mengetahui, Ketua Program Studi Kebidanan
Pembantu Ketua Bidang Akademik Program Sarjana

Siti Fadhilah, S.Si.T., M.Kes Selasih Putri Isnawati Hadi,S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


NIK. 42.050180.02 NIK. 42.230392.02

Tembusan:
1. Arsip
DOKUMENTASI
HASIL SPSS

Anda mungkin juga menyukai