Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL


DI RUANG NICU RSUD KOTA SALATIGA

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Praktik


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Disusun oleh:
Nama : Tira Seyudhianti
NIM : 220911006
Kelas : Profesi Kebidanan

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL
DI RUANG NICU RSUD KOTA SALATIGA

Disusun oleh:
Nama : Tira Seyudhianti
NIM : 220911006
Kelas : Profesi Kebidanan

Disetujui:
Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik
Tanggal : April 2023 Tanggal : ................................

( Tri Lestari, S.Kep., Ners)


(Siti Fadhilah, S.Tr.Keb., M.Keb., Bdn)
NIK.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal di Ruang NICU
RSUD Kota Salatiga”. Selain itu laporan ini juga bertujuan supaya pembaca dapat
mengetahui dan memahami secara jelas mengenai asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan neonatal. Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan pendahuluan ini, diantaranya :
1. Pembimbing Lapangan Ibu Tri Lestari, S.Kep., Ners
2. Pembimbing institusi Ibu Siti Fadhilah, S.Tr.Keb., M.Keb
3. Teman-teman seperjuangan yang membantu dan mendukung laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa
pihak.

TTD

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
A. KONSEP DASAR ASUHAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN ............. 1
1. Konsep Dasar Asuhan ............................................................................... 1
2. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 2
B. KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN NEONATAL ...................... 3
1. Pengertian ................................................................................................. 3
2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan ........................................................... 4
3. Cara Merespon Kegawatdaruratan ............................................................ 4
4. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan .......................................... 5
5. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan Secara Cepat ...... 7
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN NEONATAL 8
D. MODEL DOKUMENTASI KEBIDANAN .................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iv
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL

A. KONSEP DASAR ASUHAN DAN MANAJEMEN KEBIDANAN


1. Konsep Dasar Asuhan
Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu,
klien. Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif dan
karakteristik berdasarkan ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan pada
wanita atau khususnya dalam masa prakonsepsi, masa kehamilan, masa nifas
dan bayi baru lahir, upaya masa interval dengan upaya promotif, preventative
dan rehabilitatif baik secara individu, keluaarga, kelompok masyarakat sesuai
wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi bidan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa
persalinan, masa nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana. (Depkes
RI, 2017).
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan
kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell,
2016).
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
danmanajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28
hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2018).

1
2. Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Menurut Verney Hellen.
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengevaluasi keadaan
pasien termasuk didalamnya, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
catatan rumah sakit sebelum atau baru, data laboratorium.
b. Langkah II (Interprestasi Data Dasar)
Identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klain berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang
spesifik. Masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi dibutuhkan
penaganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap
klien.
c. Langkah III (Antisipasi Masalah atau Diagnosa Potensial)
Setelah didapatkan masalah atau diagnosa, maka masalah tersebut
dirumuskan mencakup masalah potensial yang berkaitan dengan diagnosa
kebidanan adalah merupakan masalah yang mungkin timbul apabila tidak
segera ditanggulangi maka dapat mempegaruhi keselamatan hidup
pasien/klien. Oleh sebab itu masalah potensial haruslah segera diatasi,
dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan untuk mengatasinya.
d. Langkah IV (Tindakan segera atau Kolaborasi)
Beberapa hal yang mencerminkan kesinambungan dan kegiatan
yang dilakukan dari mulai ANC sampai persalinan. Dalam langkah
tersebut mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi
ataupun rujukan. Bisa jadi dalam kegiatan ini dapat mengumpulkan data
baru yang kemudian dievaluasi bila menunjukan klien gawat dapat
direncanakan tindakan segera baik mandiri maupun kolaborasi.

2
e. Langkah V (Rencana Manajemen)
Perencanaan asuhan kebidanan merupakan lanjutan dan masalah
atau diagnosa yang telah ada. Di dalam langkah ini bidan dapat mencari
informasi yang lengkap dan memberi informasi tambahan. Perencanaan
asuhan yang mencakup kegiatan bimbingan, penyuluhan dan rujukan
pada klien.
f. Langkah VI (Pelaksanaan)
Dalam langkah pelaksanaan ini, bidan dapat melakukan secara
mandiri kolaborasi maupun rujukan, namun bidan tetap bertanggung
jawab untuk terus mengarahkan pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan.
g. Langkah VII (Evaluasi)
Menjelaskan tentang penilaian atau evaluasi terhadap asuhan yang
telah dilaksanakan apakah efektif atau tidak, sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan apakah perlu mengulang kembali rencana asuhan
pemeriksaan fisik seterusnya (Varney, 1997).

B. KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN NEONATAL


1. Pengertian
Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi
secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan,
2011). Kegawatdaruratan dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius
dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga
dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa
(Campbell, 2016).
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis
(≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali
perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2018).
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu
pertolongan tepat, cermat, dan cepat untuk mencegah

3
kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah
waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian lain dari
penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong segera
akan meninggal atau menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan
diagnosis dan penanggulangan segera. Karena waktu yang terbatas
tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan
menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC,
yaitu:
• A (Airway) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas
bebas hambatan
• B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancer
• C (Circulation) : yaitu melakukan pemantauan peredaran darah
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan
yang serius, yang harus mendapatkan pertolongan segera. Bila terlambat
atau terlantar akan berakibat buruk, baik memburuknya penyakit atau
kematian. Kegawatan atau kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah
kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil,
melahirkan atau nifas. Kegawatdaruratan dalam kebidanan dapat terjadi
secara tiba tiba, bisa disertai dengan kejang, atau dapat terjadi sebagai
akibat dari komplikasi yang tidak dikelola atau dipantau dengan tepat.
2. Cara Mencegah Kegawatdaruratan
Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan
melakukan perencanaan yang baik, mengikuti panduan yang baik dan
melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap ibu/klien.
3. Cara Merespon Kegawatdaruratan
Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya
mengetahui peran mereka dan bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk
berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling efektif. Anggota tim
seharusnya mengetahui situasi klinik dan diagnose medis, juga tindakan
yang harus dilakukannya. Selain itu juga harus memahami obat-obatan
dan penggunaannya, juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut.

4
Anggota tim seharusnya mengetahui peralatan emergensi dan dapat
menjalankan atau memfungsikannya dengan baik.
4. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
a. Prinsip Dasar
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan
dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun
prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat,
prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam
menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.
b. Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa
memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini petugas
harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi
gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah
wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.
c. Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan
setiap langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan, termasuk
menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang enak tidak
dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memerikan
pengobatan, tetapo prosedur akan dilakukan selembut mungkin
sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
d. Komunikatif
Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa
dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai
norma kultur setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, petugas
kesehatan harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan
diperikssssa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan

5
normal atau kondisi pasien sudah stabil,upaya untuk memastikan hal
itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada
pasien sangatlah penting.
e. Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,
hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan
kerahasiaan status medik pasien.
f. Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan
senantiasa memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan
keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat
dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan syok, dan
petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin
untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur
untuk menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun
keluarga pasien belum diberi informasi.
g. Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah
dalam keadaa gawatdarurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena
pemeriksaan sistematis membutuhkan waktu yang agak lama,
padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan
penilaian awal.
Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat
kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan kegawatdarurat dan
membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit
yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap belum

6
dilakukan. Anamnesa awal dilakukan bersama-sama periksa
pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan kasus.
Misalnya apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak sadar,
kejang, sudah mengedan, atau bersalin berapa lama, dan sebagainya.
Fokus utama penilaian adalah apakah pasieng mengalami syok
hipofolemik, syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok
neurologik, dan sebagainya), koma, kejang-kejang, atau koma
disertai kejang-kejang, dan hal itu terjadi dalam kehamilan,
persalinan, atau pasca persalinan.
5. Pengkajian Awal Kasus Kegawatdaruratan Kebidanan Secara Cepat
a. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan
pada kulit: adakah pucat, suara paru: adakah weezhing, sirkulasi
tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan
lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
b. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu
sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan
sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji kondisi vulva
(jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus (adakah atonia
uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan,
periksa: tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur
(lebih dari 38°C)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih.
Periksa temperature (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku
kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva
(keluar cairan purulen), payudara bengkak.

7
e. Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa
tekanan darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari
110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus (status
kehamilan).
f. Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit
kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWATDARURATAN


NEONATAL
1. Penyebab Kegawatdaruratan Pada Neonatal
Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada
neonatus. Faktor tersebut antara lain :
a. Faktor kehamilan yaitu:
1) kehamilan kurang bulan
2) kehamilan dengan penyakit DM
3) kehamilan dengan gawat janin
4) kehamilan dengan penyakit kronis ibu
5) kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
6) infertilitas
b. Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu:
Persalinan dengan infeksi intrapartum dan persalinan dengan
penggunaan obat sedative. Faktor bayi yang menyebabkan
kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi
kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan
frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.
2. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatal
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1) Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat

8
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah
lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat
janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu
penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting
pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya
masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.
Menurut Manuaba (2010), karakteristik Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut:
a) Berat kurang dari 2.500 gram
b) Panjang badan kurang dari 45 cm
c) Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f) Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
g) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang, otot hipotonik- lemah
h) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan
sekitar 40- 50 kali per menit.
i) Kepala tidak mampu tegak
j) Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

9
2) Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif
adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal
4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur
kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama
faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
b) Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama
kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka
dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan
baik.
c) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
d) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan
dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi
keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama
hamil.
3) Penatalaksanaan BBLR
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai
kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas maka
perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu,
pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi
a) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
b) Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi karena pusat pengaturan panas belum
berfungsi dengan baik, metabolisme rendah dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus

10
dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol berisi
air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
c) Makanan bayi prematur.
d) Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim
peneernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek
masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan
cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan
sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
b. Asfiksia
1) Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat
janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia

11
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi :
a) Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi
dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b) Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
c) Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia
dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang
tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat
2) Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu:
a) Memastikan saluran terbuka
• Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal
2-3 cm.
• Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
• Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.
b) Memulai pernafasan
• Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

12
• Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa
ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c) Mempertahankan sirkulasi
• Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
• Kompresi dada.
• Pengobatan
3) Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a) 2 helai kain / handuk.
b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
c) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
e) Kotak alat resusitasi.
f) Jam atau pencatat waktu.

13
14
c. Hipotermia
1) Pengertian Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh
pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu
gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir
dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai
konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan
glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak
dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan
meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor predisposisi dari
hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi
neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral,
pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure
suhu lingkungan yang dingin.
2) Penanganan hipotermia ditujukan pada:
a) Mencegah hipotermia
b) Mengenal bayi dengan hipotermi,
c) Mengenal resiko hipotermia
d) Tindakan pada hipotermia.
3) Tanda-tanda klinis hipotermia :
a) Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-
tandanya antara lain: kaki teraba dingin, kemampuan
menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak
rata atau disebut kutis marmorata.
b) Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara
lain: sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan

15
pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat,
terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.
c) Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka,
ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh
lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema
terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
d. Ikterus
1) Pengertian Ikterus
Lebih dari 50% bayi baru lahir normal dan 80% bayi kurang bulan
mengalami ikterus. Ikterus dibagi menjadi Ikterus abnormal dan
normal :
Ikterus abnormal (non fisiologis)
a) Ikterus dimulai pada hari pertama kehidupan
b) Ikterus berlangsung tidak lebih dari 14 hari pada bayi cukup
bulan, 21 hari pada bayi kurang bulan
c) Ikterus disertai demam
d) Ikterus berat: telapak tangan dan kaki bayi kuning.
Ikterus Normal (fisiologis)
a) Kulit dan mata kuning tetapi bukan seperti di atas.
2) Pengebab Ikterus
a) Infeksi bakteri berat
b) Penyakit hemolitik yang disebabkan oleh ketidakcocokan
golongan darah atau defisiensi G6PD
c) Sifilis kongenital atau infeksi intrauterin lainnya
d) Penyakit hati misalnya hepatitis atau atresia bilier
e) Hipotiroidisme
3) Pemeriksaan Ikterus Abnormal
Jika mungkin, konfirmasi kesan kuning dengan pemeriksaan
bilirubin. Pemeriksaan lain tergantung dugaan diagnosis dan
pemeriksaan apa saja yang tersedia, meliputi :
a) Hemoglobin atau hematokrit.

16
b) Hitung darah lengkap untuk mencari tanda infeksi bakteri berat
(hitung neutrofil tinggi atau rendah dengan batang > 20%) dan
tanda hemolisis.
4) Tatalaksana
Terapi sinar jika :
a) Ikterus pada hari ke-1
b) Ikterus berat, meliputi telapak tangan dan telapak kaki
c) Ikterus pada bayi kurang bulan
d) Ikterus yang disebabkan oleh hemolisis.
Lanjutkan terapi sinar hingga kadar bilirubin serum di bawah nilai
ambang atau sampai bayi terlihat baik dengan telapak tangan dan
kaki tidak kuning.
Jika kadar bilirubin sangat meningkat (lihat tabel dibawah) dan
dapat dilakukan transfusi tukar dengan aman, pertimbangkan
untuk melakukan hal tersebut.

Antibiotik
• Jika diduga terdapat infeksi atau sifilis obati untuk infeksi
bakteri berat.

17
Antimalaria
• Jika terdapat demam dan bayi berasal dari daerah endemis
malaria, periksa apus darah untuk mencari parasit malaria dan
berikan antimalaria jika positif.
• Anjurkan ibu untuk memberikan ASI.
e. Infeksi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan
tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik.Infeksi neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit
sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan. Bakteri,
virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.
Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan
Perinatologi dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup
tinggi dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban keruh
bercampur mekonium (selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan
sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia
neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi
neonatal.
Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis.
Penyebab SAM belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera
sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta kejadian
kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada
menit ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur
atau tidak jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit,
didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
penunjang. Banyak panduan atau sistem skor untuk menegakkan
diagnosis infeksi neonatal.
Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di
Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan
serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat

18
berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan
sensitivitas dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan
menghentikan secara dini terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun
uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup sensitif dan spesifik.
Sebagian besar infeksi neonatal dini dapat dicegah dengan:
• Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan
• Perhatian khusus pada perawatan tali pusat
• Perawatan mata
Sebagian besar infeksi neonatal lanjut didapat di rumah sakit. Hal
ini dapat dicegah dengan:
• ASI eksklusif
• Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga
sebelum dan sesudah memegang bayi
• Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator
(Pseudomonas akan mudah berkolonisasi) atau hindari
penggunaan inkubator (gunakan perawatan metode kanguru)
• Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
• Tindakan menyuntik yang bersih
• Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan
lagi
• Hindari transfusi darah yang tidak perlu.

D. MODEL DOKUMENTASI KEBIDANAN


Dalam melakukan pencatatan asuhan kebidanan ada beberapa metode
pendokumentasian yang dapat dilakukan oleh bidan, salah satunya yaitu dengan
model SOAP. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Bidan hendaknya menggunakan dokumentasi SOAP setiap kali bertemu
pasien. Alasan catatan SOAP dipakai dalam pendokumentasian adalah karena
metoda SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang
mengorganisirpenemuan dan kesimpulan dalam rencana asuhan, metoda SOAP
dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses penatalaksanaan kebidanan dalam

19
tujuannya penyediaan dan pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat
membantu bidan dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh.
a. S= Subjektif
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang pasien atau
segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien bisu maka
dibagian data belakang “S” diberi kode”0” atau “X”.
b. O=Objektif
Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil pemeriksaan /
observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang termasuk dalam data
objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, atapu
pemeriksaan diagnostik lainnya.
c. A=Assesment
Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data subjektif dan
data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat diperlukan guna
pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
d. P=Planning
Planning (Perencanaan) adalah rencana yang dibuat berdasarkan hasil analisa.
Rencana asuhan ini meliputi rencana saat ini dan akan datang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. (2012). Biologi Jilid 2. Edisi 8. Terjemahan D.T Wulandari. Jakarta:
Erlangga Djanah. 2018. Modul Praktik Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal. Yogyakarta:

Sharrief et al, Foundations of Maternal Newborn Nursing . Sunder

Prawirohardjo, S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


PT Yayasan Bina PustakaPrawirohardjo.

Setyarini, Didien Ika, Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Mtaernal Neonatal. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan.

Sriningsih. 2018. Modul Asuhan KEbidanan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal. Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press.

Triana, A; Damayanti, I.P.; Afni, R; dan Yanti, J.S. 2015. Buku Ajar Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal: Penuntun Belajar Mata Kuliah
Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta:
Deepublish.

Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal


Esensial Dasar. Jakarta : Depkes RI.

21

Anda mungkin juga menyukai