Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS KOMPLEK OBSETRIC PADA


PERSALINAN UMUM TERJADI”

Disusun oleh:

Idola Fitriani Marion (1903010)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT (UNISBAR)
YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB)
PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima

kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini

dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap

lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Pasaman Barat, 17 Februari 2022

Idola Fitriani Marion


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Asuhan kebidanan meliputi kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang


alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun alamiah, kehamilan, persalinan, dan nifas
dapat terjadi adanya suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Agar proses-proses yang alamiah ini berjalan dengan lancar dan tidak
berkembang menjadi patologis diperlukan upaya sejak dini dengan memantau kesehatan
ibu yang berkesinambungan dan berkualitas serta melakukan pemeriksaan kehamilan
secara teratur ke petugas kesehatan, melakukan kunjungan minimal 4x. Pada trimester
pertama yaitu minimal 1 kali (usia kehamilan 0-12 minggu). Pada trimester kedua yaitu
minimal 1 kali (usia kehamilan 12-28 minggu). Pada trimester ketiga minimal 4 kali ( usia
kehamilan 28 minggu-bayi lahir). (Kemenkes, 2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka Kematian
Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 126 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksebilitas fasilitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan


bahwa AKI pada tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB
tahun 2017 mencapai 24 per 1.000 kelahiran hidup (http://www.depkes.go.id, diakses
tanggal 20 Juni 2019, pukul 16.35). Kajian United International Children’s Emergency
Fund (UNICEF) Indonesia seperti yang telah di ungkapkan dalam buku Kesehatan
Masyarakat di Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa setiap 1 jam, 1 wanita meninggal
dunia saat melahirkan atau akibat hal yang berhubungan dengan kehamilan.

Menurut data World Health Organization(WHO) tahun 2015, sebanyak 99%


kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara- negara
berkembang, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin.
Faktor yang menyebabkan kematian ibu secara garis besar dapat dikelompokan menjadi
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu yaitu faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, misalnya perdarahan,
pre-eklampsi atau eklampsi, infeksi, persalinan macet, dan abortus. Faktor langsung
penyebab tingginya AKI adalah perdarahan 45%, terutama perdarahan post partum. Selain
itu ada keracunan kehamilan 24%, infeksi 11%, dan partus lama atau macet 7%.
Pelayanan antenatal meliputi pemeriksaan kehamilan, persiapan persalinan, informasi
tanda bahaya, pencegahan kehamilan yang tidak di inginkan, dan ketersediaan darah.
Kesehatan pada ibu yang tidak optimal dapat menyababkan kematian pada ibu. Kematian
ibu adalah kematian yang dapat di sebabkan oleh kehamilan, persalinan atau nifas, bukan
karena kecelakaan. Persalinan yang dilakukan didukun disebabkan oleh faktor ekonomi,
pengetahuan, kebiasaan keluarga, pendidikan dan geografis. Dampak yang mungkin akan
timbul pada ibu apabila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan adalah
perdarahan. Masa nifas juga dapat menjadi masalah potensial komplikasi sehingga perlu
perhatian dari tenaga kesehatan. Kematian ibu masih dapat terjadi pada masa ini karena
perdarahan atau sepsis. Ibu pasca persalinan yang sosial ekonomi dan pendidikan kurang
sering tidak mengerti potensi bahaya masa nifas. (Kemenkes RI, 2015).

2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Konsep Asuhan Kebidanan?

2) Bagaimana Konsep Obsertric pada Persalinan Normal?

3. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Asuhan Kebidanan

2) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Obsertric pada Persalinan Norma


BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh


bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan, khususnya
dalam KIA atau KB.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab
bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan
dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan
keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan
kesehatan masyarakat (Asrinah, dkk, 2017).
A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Pendokumentasian
atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.
Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analis/assessment dan P adalah planning. SOAP merupakan catatan yang
sederhana, jelas, logis dan singkat.
B. Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No
938/Menkes/2007
Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan
kebidanan.
Standar I : Pengkajian
Pernyataan standar:
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian:
a. Data tepat, akurat, dang lengkap
b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnese; biodata, keluhan utama,
riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
c. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi, dan pemeriksaan
penunjang).
Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Pernyataan standar:
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikan
secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang
tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
Standar III : Perencanaan
Pernyataan standar:
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
ditegakkan.
Kriteria perencanaan
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien,
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
b. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
c. Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya klien/ keluarga
d. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan
bermanfaat untuk klien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilitas yang ada
Standar IV : Implementasi
Pernyataan standar:
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.

Kriteria evaluasi:
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-
kultural
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya (informed consent)
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d. Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan
e. Menjaga privasi klien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Standar V : Evaluasi
Pernyataan standar:
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
Kriteria hasil
a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi
klien
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien
Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Pernyataan standar:
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/
kejadian yang ditemukan
Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang
tersedia rekam medis/ KMS (Kartu Menuju Sehat/ KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak)/status pasien)
b. Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
c. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
d. O adalah data objektif, mancatat hasil pemeriksaan
e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanan yang
sudah dilakukan

2. Konsep Obsetric pada persalinan normal


a. Pengertian

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 -42 minggu) lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2005).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002).

Beberapa istilah yang dipakai adalah:

1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil

2. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil

3. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali hamil

4. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup

di dunia luar (viable)

5. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi


6. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali

7. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan beberapa kali bayi

8. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 6 kali atau lebih.

9. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang dapat hidup di dunia luar

10. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam persalinan atau dalam

inpartu

11. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja selesai melahirkan bayi.
12. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia

luar.

b. Tanda-tanda permulaan persalinan

Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang

sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau

“minggu-nya” atau hari-nya. Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan

memberikan tanda-tanda sebagai berikut (Mochtar, 2011):

1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak

begitu jelas.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung

kemih tertekan oleh bagian bawah janin.

4. Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah uterus, kadang-kadang disebut ”false labor pains”.

5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,

mungkin bercampur darah (bloody show).

c. Tanda-tanda Inpartu

1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak

karena robekan- robekan kecil pada pada serviks.

3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada


pembukaan.

d. Tahap Persalinan

Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

1. Kala I (kala pembukaan)

Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati,

yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan

pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13

jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :

1) Fase laten

Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika

pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak

kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter

atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini

presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

2) Fase aktif

Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi

komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai

dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian

presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama

kala dua persalinan.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :


(1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4

cm

(2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm

(3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).

Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat

kepada ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri

dan percaya pada penolong.

Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada

indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan-

jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban

sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa

dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan

membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada

kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan

menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah

lengkap sampai 10 cm.

2. Kala II (kala pengeluaran janin)

Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah

Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu

merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum

terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka,

peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan

pada otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa

mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar

dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva

membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin

akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada

primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada

permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang

menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus

dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan.

Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.

Ada 2 cara ibu mengedan:

1. Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua

lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai

dada. Mulut dikatup.

2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya

punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.

Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka

(membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju,

anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus menahan perinium dengan

tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi

robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi.

Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk

lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium.

Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan episiotomi
adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada

m. spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan

menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan

mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu

untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur

uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.

Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan

bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan

ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan-

pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala

dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion,

kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka

dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala

akan mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan

menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan-

pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah,

yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.

Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan

kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira

membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan,

dan lendir diisap dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan

10 cm dari umbilikus, lalu digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat

dengan pita atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan.

Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung

kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab

dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.


3. Kala III (pengeluaran plasenta)

Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup

beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi

fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus

teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta

yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul

his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta

terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit

dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta

disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).

Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera,

pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta

lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam

waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya

tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga,

dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks dan

vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

4. Kala IV

Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa

fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam

kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras.

Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit

pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga

menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu


diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan

hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena

menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul H,

2008).
BAB III

PENUTUP

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada
klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB. Asuhan
kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab bidan dalam memberikan
pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi
perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat (Asrinah, dkk, 2017).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37 -42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawirohardjo,

2005).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2002).

Beberapa istilah yang dipakai adalah:

A. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil

B. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil

C. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali hamil

D. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup di

dunia luar (viable)

E. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

F. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali

G. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan beberapa kali bayi

H. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 6 kali atau lebih.

I. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang dapat hidup di dunia luar

J. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam persalinan atau dalam

inpartu

K. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja selesai melahirkan bayi.
L. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2011

Arief Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculpius. Jakarta . 2011

Aziz Alimul.H. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan Jakarta. Salemba Medika 2011

Bothamley, Judy. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: penerbit buku kedokteran


EGC. 2013

Departemen Agama RI. AL-Quran Dan Terjemahannya. Jakarta : Toha putra. 2011.

Erlin Ika Sari Wulan. Jurnal Penelitian Asuhan Kebidanan Post Partum Dengan

Anemia Sedang Di RB Marga waluya . Surakarta. 2012. Situs web:


http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/1/01-gdl-erlinikawu-25-1-
erlinik-i.pdf. Di aksestanggal 23 mei 2017 pukul 23.09 wita.

Feryanto Ahmad. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta; SalembaMedika. 2011

Jannah, Nurul. Buku ajar asuhan kebidanan Kehamilan. Yongyakarta: C.V Andi

Offest. 2012.
Lilis indahswari, dkk. Jurnal penelitian Hubungan Pola Komsumsi D engan kejadian
Anemia prakonsepsi di RS Bhayangkara. Makassar
2011. http://pdf.documentslide.com/documents/hubungan-pola-
konsumsi-dengan- kejadian-anemia-pada-wanita-prakonsepsi-di-
kecamatan.html. Di akses tanggal 23 Mei 2017 pukul 23.18
wita.

Kusmiyati, Y. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. 2011

Marmi. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Nuha Medika. 2011.

Mangkuji Betty. Asuhan Kebidanan Tujuh Langkah Varney. Jakarta. Penerbit buku
kedokteran EGC. 2013
Maryunani, Anik. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info
Medika. 2010.

Nirwana, Ade Benih. Kapita Selekta Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2011

Nugroho Taufan. Patologi Kebidanan. Yongyakarta: Naha Medika. 2012. Nugroho,

Taufik. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Naha Medika. 2014. Nurhayati,

Aprina. Konsep kebidanan. Jakarta. Penerbit salemba medika. 2013 Prawirohadjo,

Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono. 2014

Purwoastuti, Endang. Ilmu Obstetri Dan Ginekologi Sosial bagi Kebidanan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2015.

Pantikawati, Ika. Asuhan kebidanan 1 kehamilan. Yongyakarta: nuha medika. 2012

Rukiyah, Ai Yeyeh. Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan Jakarta: CV Trans Info

Medika. 2013.

Ravishankar Suryanarayana, dkk. Prevalence of Anemia Among Pregnant Women In


Ruralpopulation Of Kolar District English Online. International Journal of
Medical Science and Public Health. Vol. 5 issue 3 (2016). Situs web:
http://www.ejmanager.com/mnstemps/67/67-1438595775.pdf. Di akses
tanggal 21 Agustus 2017 pukul 23.48 wita.

Anda mungkin juga menyukai