DISUSUN OLEH :
FATIMA AZ-ZAHRA
(PO 71.24.2.16.009)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ini, yang berjudul “manajemen
Pelayanan Kebidanan” dengan baik. Modul ini, dapat diselesaikan dengan baik karena
dukungan dan partisipasi berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir
kata,penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran
kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Akademi Kebidanan maupun lingkungan
masyarakat.
penulis
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
A. DESKRIPSI
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan
angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan.
Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab
terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan juga berperan
dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola
hidup dan gaya hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu
tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai
pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat
dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan
anak. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Definisi Operasional
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena
data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4
untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki cirri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
2. Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan
medis dan tindakan non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini
tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di harapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.
3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan
Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek medis
pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
PWS KIA
Defenisi dan kegiatan PWS sama dengan defenisi surveilens, menurut WHO survelens
adalah suatu kegiatan sistematis dan berkesinambungan mulai dari kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menginterprestasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang
esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarak. Oleh karena itu pelaksanaan survelens oleh kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA yang diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran disuatu wilayah kerja.
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA
atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah. Adapun program KIA yang dimaksud meliputi :
Pelayanan ibu hamil.
Pelayanan ibu bersalin.
Pelayanan ibu nifas.
Ibu dengan komplikasi kebidanan.
Keluarga berencana.
Bayi baru lahir.
BBL dengan komplikasi.
Bayi dan balita.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
dan AKB akan turun sesuai harapan. Pendataan Sasaran adalah pendataan suatu masyarakat
yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas
masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta
keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi
serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi,
kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah
disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
Puskesmas dfan timnya dapat memonitoring dan mengikuti setiap individu yang ada di
daerah tersebut. Dengan Puskesmas memiliki seluru data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil tersebut
mempunyai faktor resiko atau tidak sehingga dapat menyelamatkan ibu dan bayi yang
dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu
cakupan layanan Antenatal (KI untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus/nifas. Untuk itu
sejak awal 1990 –an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilaya Setempat –
Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS KIA), yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan
adannya PWS KIA data cakupan layanan program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap
tahunnya dari semua provensi.
Walau demikian disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi gambaran
untuk menilai kemajuan menurunkan AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI sebagai
indikator dampak secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahum tidak realistis, maka
pakar dunia mengajukan pemakaian indicator outcome. Indikator tersebut :
a. Cakupan penanganan kasus obstetri.
b. Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani .
c. Jumlah kematian absolut.
d. Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
e. Presentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.
Pendataan Sasaran
Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat
peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,rumah serta setiap
waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu
yang hamil,neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan
dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru
lahir,bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut dibenarkan buku KIA
dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain itu data
sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang
berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di
wilayah kerjanya.
Data sasaran PWS-KIA meliputi:
§ Jumlah seluruh ibu hamil.
§ Jumlah seluruh ibu bersalin.
§ Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatal).
Beberapa cara untuk mengetahui 3 sasaran dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:
Sasaran bumil:
a. CBR (crude birth rate) propinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat.
b. Jika tiadak punya CBR / angka kelahiran kasar,memakai angka
nasional,dengan rumus 3% x jumlah penduduk setempat.
c. Untuk DKI Jakarta dengan rumus : 2,8 % x jumlah penduduk CBR
propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat.
b. Angka nasional dengan rumus :2,8 % x jumlah penduduk setempat.
c. DKI Jakarta :2,67 % x jumlah penduduk setempat.
Sasaran bayi
a. CBR propinsi x jumlah penduduk setempat.
b. Angka nasional dengan rumus : 2,7 % x jumlah penduduk setempat
c. DKI Jakarta ; 2,55 % x jumlah penduduk setempat.
Data pelyanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA
didalam kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak
balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera
setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan
untuk memantau secara intensif dan terus manerus kondisi dan
permasalahan yang dutemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain:
Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada
jadwal yang seharusnya.
Imunisasi yang belum diterima para bayi
Penimbangan anak dll
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan
yang berasal dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada
di wilayah kerjanya.
Pengolahan Data
Setiap bulan bidan di desa engolag data yang tercantum dalam buku
kohort dan dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA.bidan
koordinator di puskesmas menerima laporan bulanan tewrsebut dari
semua bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi
kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.informasi
perdesa/kelurahandan perkecamatan tersebut di sajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap bidan koordinator.
Langkah-langkah data
a) Pembersihan data
Melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia.
Contoh :
melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari bidan di
desa/kelurahan mengenai duplikasi nama,doplikasi alamat,catatan ibu
langsung di K4 tanpa melewati K1.
Validasi
Melihat kebenaran dan ketepatan data
Contoh :
Mencocokkan apabila ternyata K4 dan K1 lebih besar dari ibu
hamil,jumlah ibu bersalin lebih besar dari ibu hamil.
Pengelompokkan
Sesuai dengan kebutuhan data yang harus di laporkan.
Contoh:
Mengelompokan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk
persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan
intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : narasi, tabulasi,
grafik dan peta.
a. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu
wilayah kerja,misalnya dalam laporan PWS KIA yang
diserahkan kepada instansi terkait.
b. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk
lampiran.
c. Grafik : digunakan utuk presentasi dalam membandingkan keadaan
antar waktu,tempat dan pelayanan.
d. Peta : dipergunakan untuk menggambarkan kejadin berdasarkan
gambaran geografis.