Anda di halaman 1dari 20

MODUL

ORGANISASI DAN MANAJEMEN PELAYANAN


KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

FATIMA AZ-ZAHRA
(PO 71.24.2.16.009)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG


PRODI D IV KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul ini, yang berjudul  “manajemen
Pelayanan Kebidanan” dengan baik. Modul  ini, dapat diselesaikan dengan baik karena
dukungan dan partisipasi berbagai pihak.
  Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini,
begitupun makalah  yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir
kata,penulis berharap semoga makalah  ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran
kecil bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Akademi Kebidanan maupun  lingkungan
masyarakat.

Palembang, 16 agustus 2019

penulis
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

A. DESKRIPSI
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan
angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan.
Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang tanggung jawab
terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat, bidan juga berperan
dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat terhadap pola
hidup dan gaya hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu
tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh karena itu, bidan harus mempunyai
pendekatan manajemen agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat
dalam pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan
anak. Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

B. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Manajemen Pelayanan Kebidanan


 Definisi
 Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
2. Perencanaan Manajemen Pelayanan Kebidanan
 Input
 Proses
 Output
3. Pemantauan pelayanan kebidanan
 Kohort Ibu
 Kohort Bayi
 PWS KIA
 Pendataan sasaran
C. URAIAN MATERI

1. Manajemen Pelayanan Kebidanan


Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan
kepuasan bidan sebagai provider. Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah
ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka
diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai
seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika
bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal
memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi
manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan
yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

 Definisi Operasional

a.       Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai


pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
b.      Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan
medik.
c.       Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
d.      Ada diagnosa kebidanan.
e.       Ada rencana asuhan kebidanan .
f.       Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan.
g.      Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
h.      Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
i.        Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

 Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan


Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada
umumnya. Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu
perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, kordinasi, dan pengawasan (supervisi
dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
1. Anamnesa
a. Biodata
b. Riwayat Menstruasi
c. Riwayat Kesehatan
d. Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
e. Biopsikospiritual
f. Pengetahuan Klien

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital


3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi

4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena
data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4
untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki cirri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.Contoh :
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut,
misalnya:
• Besar dari masa kehamilan
• Ibu dengan diabetes kehamilan, atau
• Kehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.
Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran
kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus
premature atau bayi kecil.Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan
mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium
terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi
saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan


Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter,
misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.demikian juga bila ditemukan
tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya
seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan
kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang MenyeluruhPada langkah ini direncanakan
asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan
apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-
ekonomi, kultural atau masalah psikologis.Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap
rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.Semua keputusan
yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi
tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien Rasional berarti tidak
berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang
benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap
valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,
atau\ anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan
agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan
klien.

Langkah VII : Evaluasi


Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah
dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.

2. Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan


Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari
administrasi kesehatan, yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan.
Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga ,dana dan sarana. Secara umum
disebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar
yang ditetapkan, serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka
sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

2. Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan
medis dan tindakan non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini
tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di harapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.

3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan
Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek medis
pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

3. Pemantauan Pelayanan Kebidanan


 Kohort Ibu
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal,
bayi dan balita yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu
dan bayi yang terdeteksi dirumah tangga yang teridentifikasi dari data
bidan. Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan dan resiko yang dimiliki ibu yang diorganisir
sedemekianrupa yang pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi
diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan
pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
Cara pengisian berdasarkan nomor urut kolom :
1)      Di isi nomor urut
2)      Di isi nomor indeks dari famili folder
3)      Di isi nama ibu hamil
4)      Di isi nama suami ibu hamil
5)      Di isi alamat ibu hamil
6)      Di isi umur ibu hamil
7)      Di isi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal
HPL
8)      Faktor resiko : di isi V (rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
9)      Paritas diisi gravidanya.
10)   Di isi bila jarak kehamilan
11)   Di isi berat badan ibu
12)   Di isi tinggi badan ibu
13)   Sampai dengan kolom 17 resiko tinggi : di isi dengan tanggal ditemukan
ibu hamil dengan resiko, hasi pemeriksaan HB
18) Pendeteksian faktor resiko : di isi dengan tanggal ditemukannya ibu
hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19) Di isi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
non kesehatan  
20) sampai kolo 22 di isi tanggal imunisasi sesuai dengan statusnya
23) Sampai dengan kolom 34 di isi umur kehamilan dalam bulan, kode
pengisiannya sebagai berikut :
·         K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja
pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara
langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙
·         K 4 : kunjungan ibu hamil yang ke empat kalinya, untuk
memperoleh K 4 dapat memakai rumus 1-1-2 atau 0-2-2 dengan
rambu-rambu Δ. K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan,
pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5
bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung
atau di kunjungi agar tidak kehilanhgan K4. Pada ibu hamil
yang awal periksanya diluar kota dan pada akhir kehamilannya
periksa diwilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk
setempat bisa mendapatkan KI, K4 dan sekaligus akses apabila
ibu tersebut dapat menunjukkan pemeriksaan dengan jelas.
Akses kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak
memandang usia kehamilan dengan rambu-rambu O.
35) Penolong persalinan, di isi penolong persalianan tenaga kesehatan
36) Di isi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37) Hasil akhir kehamilan : abortus di isi tanggal kejadian abortus
38) Di isi lahir mati
39) Di isi BB bila BBL kurang
40) Di isi BB bila BBL lebih dari 2.500 gram
41) Keadaan ibu bersalin, diberi tanda V bila sehat
42) Dijelaskan sakitnya
43) Di isi sebab kematiannya
44) Diisi V (rumput)
45) Disi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan.

 Kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk


neonatal yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan bayi yang
terdeteksi di rumah tangga yang teridentifikasi dari data bidan.
Cara pengisian kohort bayi :
1.  Diisi nomor urut, sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut
ibu pada register kohort ibu.
2.  Diisi nomor indeks dari family folder.
3.   Sampai kolom 7 jelas.
8.   Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sampai dengan 10 diisi tanggal
pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan.
11.  Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan.
12.  Sampai dengan kolom 23 diisi hasil penimbangan bayi dalam Kg dan
rambu gizi itu : N = naik, T = turun, R = bawah garis titik-titik (BGT),
BGM = bawah garis merah.
24.  Sampai dengan kolom 35 diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi.
36.  Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal .
37.  Disi penyebab kematian bayi tersebut.
38.  Disi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

 PWS KIA   
         Defenisi dan kegiatan PWS sama dengan defenisi surveilens, menurut WHO survelens
adalah suatu kegiatan sistematis dan berkesinambungan mulai dari kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menginterprestasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan yang
esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan
masyarak. Oleh karena itu pelaksanaan survelens oleh kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA yang diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran disuatu wilayah kerja.
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut dengan PWS KIA
atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah. Adapun program KIA yang dimaksud meliputi :
  Pelayanan ibu hamil.
  Pelayanan ibu bersalin.
  Pelayanan ibu nifas.
  Ibu dengan komplikasi kebidanan.
 Keluarga berencana. 
  Bayi baru lahir.
  BBL dengan komplikasi.
  Bayi dan balita.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya Pamong setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan
sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis,
sehingga semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI
dan AKB akan turun sesuai harapan. Pendataan Sasaran adalah pendataan suatu masyarakat
yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas
masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta
keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi
serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin, neonatal, bayi dan
balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa
terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun bayi,
 kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah
disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki puskesmas.
Dengan puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas dalam hal ini bidan
Puskesmas dfan timnya dapat memonitoring dan mengikuti setiap individu yang ada di
daerah tersebut. Dengan Puskesmas memiliki seluru data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil tersebut
mempunyai faktor resiko atau tidak sehingga dapat menyelamatkan ibu dan bayi yang
dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu
cakupan layanan Antenatal (KI untuk akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus/nifas. Untuk itu
sejak awal 1990 –an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilaya Setempat –
Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS KIA), yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan
adannya PWS KIA data cakupan layanan program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap
tahunnya dari semua provensi.
Walau demikian disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi gambaran
untuk menilai kemajuan menurunkan AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI sebagai
indikator dampak secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahum tidak realistis, maka
pakar dunia mengajukan pemakaian indicator outcome. Indikator tersebut : 
a.       Cakupan penanganan kasus obstetri.
b.      Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani .
c.       Jumlah kematian absolut.
d.      Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
e.       Presentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah.

 KEGIATAN PWS KIA


            Kegiatan PWS KIA terdiri dari :
            a)      Pengumpulan data.
            b)      Pengolahan data.
            c)   Analisis dan interprestasi data.
d)   Penyebarluasan informasi ke penyelenggaraan program dan pihak atau instansi
terkait.
            e)   Tindak lanjut.

 TUJUAN PWS KIA        


            a)      Tujuan umum :
 Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus
disetiap wilayah kerja.       
b)      Tujuan khusus :
 Memantau pelayanan KIA secara individu melalui kohor.
 Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indicator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus.
 Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
 Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indicator KIA terhadap target
yang ditetapkan.
 Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensifberdasarkan besarnya kesenjangan.
 Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan.
 Meningkatkan peran lintas sector setempat dalam penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya.
 Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA.

 Pendataan Sasaran

Data Sasaran
 Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat
peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,rumah serta setiap
waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu
yang hamil,neonatus dan anak balita.
 Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan
dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru
lahir,bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut dibenarkan buku KIA
dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain itu data
sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang
berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di
wilayah kerjanya.
 Data sasaran PWS-KIA meliputi:
 §  Jumlah seluruh ibu hamil.
 §  Jumlah seluruh ibu bersalin.
 §  Jumlah seluruh bayi berusia kurang dari 1 bulan (neonatal).
 Beberapa cara untuk mengetahui 3 sasaran dalam 1 tahun yaitu
dengan rumus:
 Sasaran bumil:
a.  CBR (crude birth rate) propinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat.
b. Jika tiadak punya CBR / angka kelahiran kasar,memakai angka
nasional,dengan rumus 3% x jumlah penduduk setempat.
c. Untuk DKI Jakarta dengan rumus : 2,8 % x jumlah penduduk CBR
propinsi x 1,05 x jumlah penduduk setempat.
b. Angka nasional dengan rumus :2,8 % x jumlah penduduk setempat.
c. DKI Jakarta :2,67 % x jumlah penduduk setempat.
 Sasaran bayi
a.  CBR propinsi x jumlah penduduk setempat.
b. Angka nasional dengan rumus : 2,7 % x jumlah penduduk setempat
c.  DKI Jakarta ; 2,55 % x jumlah penduduk setempat.

 Data pelyanan
 Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA
didalam kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak
balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera
setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan
untuk memantau secara intensif dan terus manerus kondisi dan
permasalahan yang dutemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain:
 Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada
jadwal yang seharusnya.
 Imunisasi yang belum diterima para bayi
 Penimbangan anak dll
 Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan
yang berasal dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada
di wilayah kerjanya.

 Pengolahan Data
 Setiap bulan bidan di desa engolag data yang tercantum dalam buku
kohort dan dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA.bidan
koordinator di puskesmas menerima laporan bulanan tewrsebut dari
semua bidan dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi
kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.informasi
perdesa/kelurahandan perkecamatan tersebut di sajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap bidan koordinator.
 Langkah-langkah data
a)    Pembersihan data
Melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang tersedia.
Contoh :
melakukan koreksi terhadap laporan yang masuk dari bidan di
desa/kelurahan mengenai duplikasi nama,doplikasi alamat,catatan ibu
langsung di K4 tanpa melewati K1.
 Validasi
 Melihat kebenaran dan ketepatan data
 Contoh :
 Mencocokkan apabila ternyata K4 dan K1 lebih besar dari ibu
hamil,jumlah ibu bersalin lebih besar dari ibu hamil.
 Pengelompokkan
 Sesuai dengan kebutuhan data yang harus di laporkan.
 Contoh:
 Mengelompokan ibu hamil anemi berdasarkan desa/kelurahan untuk
persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan
intervensi.
 Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : narasi, tabulasi,
grafik dan peta.
a.  Narasi   : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu
wilayah kerja,misalnya dalam laporan PWS KIA yang
diserahkan kepada instansi terkait.
b. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk
lampiran.
c. Grafik : digunakan utuk presentasi dalam membandingkan keadaan
antar waktu,tempat dan pelayanan.
d. Peta   : dipergunakan untuk menggambarkan kejadin berdasarkan
gambaran geografis.

 B.     Langkah-langkah Pendataan Sasaran


 Pendataan
 Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
 Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin,
neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh
ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang
dilakukan oleh kader dan dukun bayi kemudian bidan desa
memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort yang telah
disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki
puskesmas.
 Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan
Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat
memonitor dan mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut.
 Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu
hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat
menyelamatkan jiwa ibu dan anak yang dikandung.
 Dalam memantau program kesehatan ibu , dewasa ini digunakan
indikator cakupan , yaitu : cakupan layanan Antenatal (K1 untuk
akses dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal), cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus
/nifas .Untuk itu , sejak awal tahun 1990-an telah digunakan alat
pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak
(PWS KIA) , yang mengikuti program jejak imunisasi. Dengan
adanya PWS KIA , data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat
diperoleh setiap tahunnya dari semua propinsi.
 Walau demikian , disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum
cukup memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan
angka AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI , Sebagai indikator
dampak , secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 tahun tidak
realistis , maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator
outcome . Indikator tersebut antara lain :
-  Cakupan penanganan kasus obstetri
-  Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
-  Jumlah kematian absolut
-  Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan
PONED.
-  Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu
wilayah.
KESIMPULAN

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian


pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan
sebagai provider.
            Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
            Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu: input,poses dan
outcome. Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang paling
dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat. Untuk membantu
dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –
Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA).
            Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
penting untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara dan status kesehatan masyarakat.
Dalam salah satu upaya untuk kesehatan ibu dan anak maka setiap ibu hamil di suatu daerah
dicatat agar resiko – resiko yang dapat terjadi dapat dideteksi lebih dini lagi yang disebut
register kohort. Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal,
bayi dan balita. Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal. 109


Saifuddin,Abdul Bari.dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Simatupang,Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta; EGC.
Soepardan ,Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta; EGC.
http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/02/makalah-organisasi-dan-manajemen.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/jaminan-mutu-dan-manajemen-pelayanan.html

Anda mungkin juga menyukai