Anda di halaman 1dari 8

HAND OUT

MATA KULIAH : KONSEP KEBIDANAN

KODE MATA KULIAH : BD. 401

TOPIK / SUB TOPIK : MANAJEMEN KEBIDANAN

OPS (ENABLING, OBJEKTIF) : Setelah mengikuti mata kuliah ini, diharapkan


mahasiswa dapat menjelaskan tentang proses
manajemen kebidanan secara menyeluruh

WAKTU : 2 x 60 menit

DOSEN : ERNI KURNIAWATI, SST

REFERENSI :

1. Pusdinakes, 1996, Konsep Kebidanan, Depkes RI


2. 50 Tahun IBI, Bidan Menyongsong Masa Depan, Jakarta, 2001
3. Sujianti, Susanti, 2009, Buku Ajar Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika
4. Duwana, Estiwidani, 2008, Konsep Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya
5. Depkes RI, 1993, Asuhan Ibu Hamil dalam Kontek Keluarga, Jakarta
6. Depkes RI, 2001, Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta
7. Varney’s Midwifery Thierd Edition, 1997

PENDAHULUAN :

Pengambilan keputusan klinik yang benar dan tepat menggunakan pendekatan


menggunakan manajemen asuhan kebidanan harus menjadi pola pikir bagi bidan dalam
memberikan asuhannya. Keputusan klinis yang diambil dalam manjemen kebidanan
berdasarkan diagnosa / masalah yang dihadapi harus selalu dipikirkan pada tindakan untuk
mengatasi maslah tersebut. Pengambilan keputusan klinis dengan menggunakan manjaemen
asuhan kebidanan akan menbuat bidan mampu menangani segala kasus yang bersifat
emergensi maupun yang bukan, sehingga mampu mengurangi keterlambatan tindakan.

EKSPLANATION :

Diharapkan mahasiswa mampu memahami :

1. Pengertian manajemen kebidanan


2. Proses Manajemen Kebidanan (Kerangka Konsep)
3. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Varney
DOKUMENTASI KEBIDANAN

1.1. Pengertian
Suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi, data fakta yang bermakna dalam
pelaksanaan kegiatan (Managemen Kebidanan Depkes RI 1995).
Dokumentasi Kebidanan :
- Bagian dari media komunikasi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
- Diperlukan oleh pihak lain
- Diperlukan oleh pihak yang berhak mengetahui tentang klien.
- Mutlak harus ada.
- Perkembangan kebidanan.
- Profesionalisme.
- Bukti upaya mempertahankan profesi luhur.
- Bentuk upaya dalam membina dan mempertahankan tanggung gugat (accountability).
- Kumpulan informasi tertulis tentang kebidanan klien
- Tuntutan bidan profesional dalam rekam kebidanan.
1.2. Tujuan Dokumentasi Kebidanan
1. Dokumentasi pasien merupakan aspek penting dalam melaksanakan asuhan kebidanan
semua instansi kesehatan memiliki dokumen pasien yang dirawatnya walaupun
bentuk formulir masing-masing instansi berbeda.
2. Untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya peningkatan layanan
kesehatan di RS / PKM.
1.3 Istilah
1. Charting, Recording, Record Keeping.
2. Kumpulan, penyimpanan, desiminasi dari catatan, informasi dalam sistem yang
terintegrasi untuk penggunaan yang efisien dan mudah diterima.
3. Merupakan persiapan dan catatan komunikasi mendorong untuk membuktikan suatu
informasi atau kejadian.
1.4 Manfaat
1. Pasien
Informasi yang lengkap memungkinkan dapat menerima perawatan yang diinginkan,
memungkinkan dokter menegakkan diagnosa yang tepat sebagai dasar untuk
memberikan pengobatan secara tepat pula.
2. Dokter / Bidan / Perawat
Pengobatan/asuhan kebidanan/keperawatan yang tepat menjaga / meningkatkan
mutu pelayanan. Informasi yang lengkap merupakan penghematan waktu bagi
tenaga kesehatan.
3. Riset
Informasi yang lengkap mengandung sumber materi ilmiah yang dipercaya. Melalui
penelitian-penelitian memungkinkan tenaga yang profesional mempelajari,
mengevaluasi & mengembangkan dunia ilmu kesehatan untuk lebih menuju kepada
yang lebih kompleks.
1.5 Tehnik Dokumentasi
1. Tradisional (Sistem Kardex)
Pengertian : Merupakan suatu dokumen yang cara pendokumentasian yang mencatat
mengenai informasi pasien dalam suatu buku.
Informasi yang terdapat dalam Kardex :
a. Data Pasien
b. Diagnosa Kebidanan
c. Pengobatan sekarang
d. Test Diagnostik
e. Kegiatan-kegiatan yang blh → sehari-hari
Kelemahan :
a. Mengisi tidak lengkap
b. Tidak cukup tempat / ruang dalam memasukkan data
c. Tidak ”Up to Date”
d. Telah dibaca oleh bidan sebelum memberikan asuhan
2. Komputerisasi
Systim komputer yang berperan dalam menyimpulkan, menyimpan, memroses,
memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pelayanan kebidanan,
penelitian, pendidikan.
Keuntungan secara umum :
1. Meningkatkan pelayanan pada pasien
2. Meningkatkan pengembangan protokol
3. Meningkatkan penatalaksanaan Data & Kom.
4. Meningkatkan pengajaran pada pasien.
MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahap yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan , yang dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah
tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua
situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas
tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
2. Proses Manajemen Kebidanan (Kerangka Konsep)
a. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan.
b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa / masalah.
c. Mengidentifikasi diagnosa / masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-lanhkah sebelumnya.
f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
g. Mengevaluasi keefektivan asuhan yang diberikan engan mengulang kembali
menejemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
3. Ketujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney
Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara :
1. Data Subyektif
Semua data yang diperoleh dari pernyataan atau keluhan dari pasien yang dilakukan
dengan cara :
1. Anamnesa :
a. Biodata
b. Riwayat menstruasi
c. Riwayat kesehatan
d. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas
e. Biopsikososiospiritual
f. Pengetahuan klien
2. Data Obyektif
Data yang diobservasi oleh perawat/bidan/keluarga yang dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
d. Perkusi
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Catatan terbaru dan sebelumnya
Langkah II (kedua) : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitand engan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah
juga sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh :
 Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
 Masalah : Wanita tersebut tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
 Wanita hamil trimester ke III
 Merasa takut terhadap proses persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi.
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan
memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Diagnosa Kebidanan
Adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar “nomenklatur diagnosa kebidanan”
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
5. dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Contoh rumusan diagnosa :
Diagnosa : GI PoAo hamil 10 minggu
Dasar : Tes kehamilan
hamil ke
HPHT
Langkah III (ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada
dan bersiap-siap dapat mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang
berlebihan tersebut (misalnya polyhidramnion, besar dari masa kehamilan,
ibu dengan diabetes kehamilan,a tau kehamilan kembar).
Kemudian bidan harus melakukan perencanaan untuk mengantisipasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan pospartum
yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang
berlebihan.\
Langkah IV (keempat) : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera,
untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain
Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan pre-natal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Langkah V (kelima) : Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi
data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial, ekonomi kultural, atau masalah psikologis. Dengan perkataan
lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan kesepakatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Langkah VI (keenam) : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatnkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
Langkah VII (terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah
dan diagnosa. Pada proses ini pendokumentasiannya menggunakan metode SOAP.
Mengingat bahwa proses menajeman asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka
perlu engulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses
manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


DENGAN MENGGUNAKAN SOAP NOTES
Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang digunakan bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-langkah dalam manajemen
kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan
keputusan klien. Asuhan yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis
sehingga perlu suatu metoda pendokumentasian.
Metoda pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP,
yang merupakan salah satu metode pendokumentasian yang ada, SOAP merupakan singkatan
dari :
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnese.
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab & test
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asseesmen.
A = Assesmen
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi :
1. Diagnosa / masalah
2. Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial
P = Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
Assesmen
Untuk menggambarkan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai pola pikir dengan
pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai