Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAJEMEN KALA III dan IV

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Bersalin

Dosen Pengampu : Endang Suwanti,SST., M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Prawesthi Arum Palupi P27224020076

2. Qonitah Dhaimawati P27224020077

3. Rahmawati P27224020078

4. Rina Handayani P27224020079

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN

DAN PROFESI KEBIDANAN

POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA

20220
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta

tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Memberikan Asuhan

Manajemen Pada Ibu Bersalin Pada Kala III dan kala IV”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai

pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh

karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat

membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Klaten, 18 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan (healt provider) harus dapat melaksanakan

pelayanan kebidanan dengan melaksanakan pelaksanaan manajemen yang baik. Dengan hal

ini bidan berperan sebagai manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang

kliennya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam mempelajari manajemen

kebidanan diperlukan pengetahuan mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep

dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang

manajemen kebidanan.

Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan

mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika

mendapat kedudukan sebagai seorang pemimpin, dan sebaliknya dapat melakukan

pekerjaan yang baik pula ketika mendapat kedudukan seorang pimpinan dan sebaliknya

dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam satu system organisasi

kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya,

seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari

klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal lebih dulu pemahaman mengenai ilmu

manajemen, dan bahkan manajemen skill.

Manajaemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh

karena itu manajenmen kebidanan merupakan alur piker bagi seorang bidan dalam

memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawab


manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar

bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud manajemen kebidanan?

2. Bagaimana manajemen 7 langkah Varney?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian manajemen kebidanan

2. Menegetahui manajemen 7 Langkah Kala III dan IV


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Keidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis dan sistematis

Dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien

maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi

seorang bidan dalam memberikan arah/rangka dalam menangani kasus yang menjadi

tanggung jawabnya,

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan- temuan, ketrampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

Sesuai dengan perkrmbangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis

dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menuerut

hellen varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi

7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memerikan asuhan kepada klien

memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan

kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan

kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu

dan anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan

untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia,

sejahtera.
Dalam melaksanakan tugasnya, pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan

pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen

kebidanan.

Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu adalah:

1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan

objektif dan analisis dari data yang dikumpul dan dicatat.

2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul(potensi)

serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujukan.

3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil rumusan

4. Pelaksanaaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangan

5. Evaluasi hasil tindakan, hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan sebagai bahan tindak lanjut.

2.2 Manajemen 7 Langkah Hellen Varney

Adapun manajemen 7 langkah kebidanan pada kala III dan IV, yaitu:

MANAJEMEN KALA III

Langkah I: Tahap pengumpulan data

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda vital, meliputi:

- Pemeriksaan khusus

- Pemeriksaan penunjang(laboraturium)
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,

sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan

menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.

Sehingga dalam pendekatan ini harus komperehensif meliputi data subjektif,

objektif dari hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien

yang sebenarnya dan valid.

Contoh :

A. Identitas

Nama : Ny. D
Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Desa Mukiran RT 06/2 Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Semarang
No. Telepon : 087836994xxx

Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seoerti diagnosis tetapi membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan

dengan hal – hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan

hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kkebidanan dan memenuhi standar

nemenklatur diagnosis kebidanan.

Standar nemenklatur diagnosis kebidanan:

1. Diakui dan disahkan oleh profesi

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

3. Memiliki ciri khas kebidanan

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Contoh :

Diagnosa kebidanan

G2P1A0, umur 24 tahun, inpartu kala III

Dasar

a. Ibu melahirkan 2 kali, belum pernah keguguran sebelumnya

b. Ibu menyatakan saat ini berusia 24 tahun

c. Bayi lahir tanggal 18 Maret 2019 pukul 03.35 WIB

d. Plasenta belum lahir

e. TFU setinggi pusat

f. Palpasi tidak teraba janin ke dua

g. Uterus teraba keras

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali untuk melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,

tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan

tindakan antipasti agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini

benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan

Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan

Kondisi Klien.

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga

konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya

pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja

dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila

ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,

diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu

mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi

yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

Contoh : Dari data yang diperoleh tidak ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan

segera / kolaborasi maka bidan tidak perlu mengadakan tindakan segera / kolaborasi

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-

kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana

asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama

klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua

keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang akan dilakukan klien.

Contoh :

Rencana asuhan
1. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin

2. Suntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada sepertiga paha atas bagian distal lateral

3. Jepit tali pusat sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, mendorong isi tali pusat ke arah

distal (ibu) dan melakukan penjepitan ke dua pada 2 cm dari klem pertama

4. Potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat dan ikat tali pusat menggunakan

benang steril

5. Lepaskan klem pertama dan meletakkannya pada bengkok

6. Letakkan bayi pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti katak. Kepala bayi berada

di antara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu

7. Selimuti bayi dengan kain kering dan memasang topi pada kepala bayi. Kemudian minta

ibu untuk memeluk dan mengawasi bayinya

8. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 cm dari vulva

9. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan tangan kiri

melakukan tekanan ke arah dorso-kranial secara hati-hati

10. Pindahkan klem tali pusat berjarak 5 cm dari vulva

11. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dan melakukan dorso-kranial

12. Tunggu adanya kontraksi kembali dan memindahkan klem berjarak 5cm dari vulva

13. Lakukan penegangan tali pusat terkendali kembali dan lakukan dorso kranial serta

anjurkan ibu meneran sedkit

14. Lahirkan plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar plasenta dengan cara memilin

dan memutar searah jarum jam dan letakkan pada baskom tempat plasenta

15. Lakukan masase uterus selama ± 15 detik, sampai uterus teraba keras dan pantau kondisi

bayi

16. Periksa kelengkapan plasenta

17. Nilai perdarah serta memeriksa laserasi pada vagina dan perineum
18. Dekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian membilasnya

dengan air DTT

19. Bereskan ibu Memastikan kontraksi uterus baik Memastikan kondisi bayi

Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan

seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau

bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dan asuhan klien

Contoh :

1. Pukul 03.38 WIB : Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin

2. Pukul 03.38 WIB : Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada sepertiga paha atas bagian

distal lateral

3. Pukul 03.39 WIB : Jepit tali pusat sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, mendorong isi

tali

pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan penjepitan ke dua pada 2 cm

dari klem pertama


4. Pukul 03.40 WIB : Potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat dan ikat tali pusat

menggunakan benang steril

5. Pukul 03.41 WIB : Lepaskan klem pertama dan meletakkannya pada bengkok

6. Pukul 03.41 WIB : Letakkan bayi pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti katak.

Kepala

bayi berada di antara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

puting susu

7. Pukul 03.42 WIB : Selimuti bayi dengan kain kering dan memasang topi pada kepala bayi.

Kemudian minta ibu untuk memeluk dan mengawasi bayinya

8. Pukul 03.42 WIB : Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 cm dari vulva

9. Pukul 03.43 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan

tangan kiri melakukan tekanan ke arah dorso-kranial secara hati-hati

10. Pukul 03.43 WIB : Memindahkan klem tali pusat berjarak 5 cm dari vulva dan Melakukan

penegangan tali pusat terkendali dan melakukan dorso-kranial

11. Pukul 03.45 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan melakukan dorso-

kranial

12. Pukul 03.46 WIB : Menunggu adanya kontraksi kembali dan memindahkan klem berjarak

5cm dari vulva

13. Pukul 03.46 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali kembali dan melakukan

dorso

kranial serta menganjurkan ibu meneran sedkit

14. Pukul 03.48 WIB : Melahirkan plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar plasenta

dengan cara memilin dan memutar searah jarum jam dan meletakkan

pada baskom tempat plasenta


15. Pukul 03.50 WIB : Melakukan masase uterus selama ± 15 detik, sampai uterus teraba keras

dan Memantau kondisi bayi

16. Pukul 03.51 WIB : Memeriksa kelengkapan plasenta

17. Pukul 03.52 WIB : Menilai perdarah serta memeriksa laserasi pada vagina dan perineum

18. Pukul 03.53 WIB : Mendekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

kemudian

membilasnya dengan air DTT

19. Pukul 03.54 WIB : Membereskan ibu Memastikan kontraksi uterus baik Memastikan kondisi

bayi

Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan

yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap

rencana asuhan tersebut. Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta

berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam
situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak

mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Contoh :

1. Pukul 03.38 WIB : Ibu sudah mengerti dan bersedia disuntik oksitosin

2. Pukul 03.39 WIB : Oksitosin 10 IU sudah disuntikkan secara IM di sepertiga paha atas

bagian

distal lateral

3. Pukul 03.40 WIB : Klem sudah terpasang

4. Pukul 03.41 WIB : Tali pusat sudah terpotong dan tali pusat sudah di ikat menggunakan

benang steril

5. Pukul 03.41 WIB : Klem sudah dilepas dan ditelakkan pada bengkok

6. Pukul 03.42 WIB : Bayi sudah di letakkan pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti

katak. Kepala bayi di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

puting susu

7. Pukul 03.42 WIB : Bayi sudah diselimuti dengan kain kering dan sudah menggunakan topi

pada kepala

8. Pukul 03.43 WIB : PTT sudah dilakukan terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta dengan

tali

pusat bertambah panjang, terdapat semburan darah tiba-tiba, uterus

globuler

9. Pukul 03.43 WIB : Klem tali pusat sudah dipindahkan berjarak 5 cm dari vulva

10. Pukul 03.44 WIB : Tali pusat sudah ditegangkan sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas) tanpa menarik

11. Pukul 03.47 WIB : Tali pusat sudah ditegangkan sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah

bawah-sejajar lantai-atas)

12. Pukul 03.48 WIB : Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta dengan tali pusat bertambah

panjang dan terdapat semburan darah tiba-tiba, ibu sudah sedikit

meneran, serta plasenta sudah terlihat di introitus vagina

13. Pukul 03.50 WIB : Plasenta sudah lahir spontan

14. Pukul 03.51 WIB : Masase uterus sudah dilakukan, kontraksi uterus baik, uterus teraba

keras

15. Pukul 03.52 WIB : Plasenta lahir lengkap. Kotiledon lengkap, selapaut ketuban utuh,

panjang

tali pusat 45cm, tidak terdapat pengapuran

16. Pukul 03.53 WIB : Tidak terdapat perdarahan aktif dan tidak terdapat robekan pada jalan

lahir

17. Pukul 03.54 WIB : Sarung tangan sudah didekontaminasi pada larutan klorin 0,5% dan

sudah

dibilas dengan air DTT

18. Pukul 03.55 WIB : Ibu sudah merasa nyaman

MANAJEMEN KALA IV

Langkah I: Tahap pengumpulan data

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:


1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda vital, meliputi:

 Pemeriksaan khusus

 Pemeriksaan penunjang(laboraturium)

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga

kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini

harus komperehensif meliputi data subjektif, objektif dari hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

Contoh :

Identitas

Nama : Ny. D

Umur : 24 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Desa Mukiran RT 06/2 Kecamatan Kaliwungu

Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seoerti diagnosis tetapi membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan


dengan hal – hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan

hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah

diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kkebidanan dan memenuhi standar

nemenklatur diagnosis kebidanan.

Standar nemenklatur diagnosis kebidanan:

1. Diakui dan disahkan oleh profesi

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

3. Memiliki ciri khas kebidanan

4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Contoh :

Diagnosa kebidanan

P2A0, umur 24 tahun, inpartu kala IV

Dasar

a. Ibu melahirkan 2 kali, belum pernah keguguran sebelumnya

b. Ibu menyatakan saat ini berusia 24 tahun

c. Ibu mengatan mngatakan bayinya sudah lahir

d. Plasenta sudah lahir

e. TFU 2 jari bawah pusat

f. Uterus keras

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan. Bidan diharapkan dapat waspada dan

bersiap siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali untuk melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,

tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan

tindakan antipasti agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini

benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan

Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan

Kondisi Klien.

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga

konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya

pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja

dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara

yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila

ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi

dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti

pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini

bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa

konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.

Contoh : Dari data yang diperoleh tidak ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan

segera / kolaborasi maka bidan tidak perlu mengadakan tindakan segera / kolaborasi .

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang

tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi

juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-

kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana

asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama

klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua

keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang

apa yang akan dilakukan klien.

Contoh :

Rencana asuhan

1. Hitung jumlah kehilangan darah dengan gelas ukur

2. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik

3. Pastikan kandung kemih kosong

4. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, dan

membilas pada air DTT

5. Bereskan ibu dari darah dan cairan dengan waslap dan air DTT

6. Pakaikan pembalut pada ibu

7. Selimuti ibu dengan kain bersih

8. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

9. Rendam alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan mendekontaminasi tempat

bersalin menggunakan larutan klorin 0,5%

10. Lepaskan sarung tangan

11. Cuci kedua tangan dengan 6 langkah cuci tangan

12. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

13. Angkat peralatan partus dari rendaman klorin

14. Lengkapi partograf halaman depan dan belakang, serta P 10

Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada

langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau

bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang

mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan

mutu dan asuhan klien

Contoh:

1. Pukul 03.57 WIB : Menghitung jumlah kehilangan darah dengan gelas ukur

2. Pukul 04.00 WIB : Memastikan uterus berkontraksi dengan baik

3. Pukul 04.00 WIB : Memastikan kandung kemih kosong

4. Pukul 04.05 WIB : Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, dan membilas pada air DTT

5. Pukul 04.07 WIB : Membereskan ibu dari darah dan cairan dengan waslap dan air DTT

6. Pukul 04.10 WIB : Memakaikan pembalut pada ibu

7. Pukul 04.12 WIB : Menyelimuti ibu dengan kain bersih

8. Pukul 04.13 WIB : Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

9. Pukul 04.14 WIB : Merendam alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan

mendekontaminasi tempat bersalin menggunakan larutan klorin

0,5%

10. Pukul 04.14 WIB : Melepas sarung tangan

11. Pukul 04.15 WIB : Mencuci kedua tangan dengan 6 langkah cuci tangan
12. Pukul 04.16 WIB : Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

13. Pukul 04.25 WIB : Mengangkat peralatan partus dari rendaman klorin

14. Pukul 04.20 WIB : Melengkapi partograf halaman depan dan belakang, serta P 10

Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu

kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan

yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap

rencana asuhan tersebut. Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta

berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam

situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak

mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Contoh :

1. Pukul 04.00 WIB : Jumlah kehilangan darah ± 150 cc

2. Pukul 04.00 WIB : Uterus berkontraksi dengan baik

3. Pukul 04.05 WIB : Terlihat kandung kemih penuh dan sudah dilakukan kateterisasi, urin
keluar ± 50cc

4. Pukul 04.07 WIB : Tangan yang masih menggunakan sarung tangan sudah dicelupkan

kedalam larutan klorin 0,5% dan air DTT

5. Pukul 04.10 WIB : Ibu sudah dibersihkan, ibu sudah merasa nyaman dan bersih

6. Pukul 04.12 WIB : Ibu sudah menggunakan pembalut

7. Pukul 04.13 WIB : Ibu sudah diselimuti menggunakan jarik bersih

8. Pukul 04.14 WIB : Ibu dan keluarga sudah mengerti cara melakukan masase dan dapat

menilai bila terba keras itu pertanda uterus berkontraksi dengan baik

9. Pukul 04.24 WIB : Alat sudah direndam pada larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan

tempat bersalin sudah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%

10. Pukul 04.15 WIB : Sarung tangan sudah dilepas dan didekontaminasi pada larutan klorin

0,5%

11. Pukul 04.16 WIB : Sudah melakukan cuci tangan 6 langkah

12. Pukul 04.20 WIB : KU : Baik, Kesadaran: composmentis, Status emosional: stabil

TTV : TD:110/70 mmHg

Suhu: 36,7°C

Nadi: 79x/menit

Kontraksi: Baik

Jumlah darah: 150cc

TFU: 2 jari pusat

13. Pukul 04.25 WIB : Peralatan sudah ditiriskan diatas handuk kering

14. Pukul 06.05 WIB : Lembar partograf sudah terisi dengan lengkap

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :

1. Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan

konsumen.

2. Meliputi seluruh kegiatan.

3. 3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk

mengidentifikasi seluruh konsumen.

4. 4. Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.

5. 5. Memonitor kepuasan konsumen.

6. 6. Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui

pemantauan ulang.

7. 7. Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab

pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang

fleksibel.

3.2 SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena

itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal. 109

Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan. Fitramaya : Yogyakarta. Hal. 117

Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes Makassar : Makassar. Hal 70

Anda mungkin juga menyukai