Disusun Oleh :
Kelompok 8
3. Rahmawati P27224020078
20220
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Memberikan Asuhan
Manajemen Pada Ibu Bersalin Pada Kala III dan kala IV”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan (healt provider) harus dapat melaksanakan
pelayanan kebidanan dengan melaksanakan pelaksanaan manajemen yang baik. Dengan hal
ini bidan berperan sebagai manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang
dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang
manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan
mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika
pekerjaan yang baik pula ketika mendapat kedudukan seorang pimpinan dan sebaliknya
dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam satu system organisasi
kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya,
seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan, masalah dari
klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal lebih dulu pemahaman mengenai ilmu
Manajaemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajenmen kebidanan merupakan alur piker bagi seorang bidan dalam
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berpikir logis dan sistematis
Dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/rangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya,
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
Sesuai dengan perkrmbangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis
hellen varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memerikan asuhan kepada klien
memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan
kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu
dan anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia,
sejahtera.
Dalam melaksanakan tugasnya, pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan
kebidanan.
1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan
5. Evaluasi hasil tindakan, hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan sebagai bahan tindak lanjut.
Adapun manajemen 7 langkah kebidanan pada kala III dan IV, yaitu:
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda vital, meliputi:
- Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan penunjang(laboraturium)
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya.
Contoh :
A. Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Desa Mukiran RT 06/2 Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Semarang
No. Telepon : 087836994xxx
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
dengan hal – hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kkebidanan dan memenuhi standar
Contoh :
Diagnosa kebidanan
Dasar
penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antipasti agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja
dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila
ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi
Contoh : Dari data yang diperoleh tidak ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan
segera / kolaborasi maka bidan tidak perlu mengadakan tindakan segera / kolaborasi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
Contoh :
Rencana asuhan
1. Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
2. Suntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada sepertiga paha atas bagian distal lateral
3. Jepit tali pusat sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, mendorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan melakukan penjepitan ke dua pada 2 cm dari klem pertama
4. Potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat dan ikat tali pusat menggunakan
benang steril
6. Letakkan bayi pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti katak. Kepala bayi berada
di antara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu
7. Selimuti bayi dengan kain kering dan memasang topi pada kepala bayi. Kemudian minta
9. Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan tangan kiri
12. Tunggu adanya kontraksi kembali dan memindahkan klem berjarak 5cm dari vulva
13. Lakukan penegangan tali pusat terkendali kembali dan lakukan dorso kranial serta
14. Lahirkan plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar plasenta dengan cara memilin
dan memutar searah jarum jam dan letakkan pada baskom tempat plasenta
15. Lakukan masase uterus selama ± 15 detik, sampai uterus teraba keras dan pantau kondisi
bayi
17. Nilai perdarah serta memeriksa laserasi pada vagina dan perineum
18. Dekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian membilasnya
19. Bereskan ibu Memastikan kontraksi uterus baik Memastikan kondisi bayi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan
Contoh :
2. Pukul 03.38 WIB : Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada sepertiga paha atas bagian
distal lateral
3. Pukul 03.39 WIB : Jepit tali pusat sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi, mendorong isi
tali
5. Pukul 03.41 WIB : Lepaskan klem pertama dan meletakkannya pada bengkok
6. Pukul 03.41 WIB : Letakkan bayi pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti katak.
Kepala
bayi berada di antara kedua payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting susu
7. Pukul 03.42 WIB : Selimuti bayi dengan kain kering dan memasang topi pada kepala bayi.
8. Pukul 03.42 WIB : Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 cm dari vulva
9. Pukul 03.43 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan
10. Pukul 03.43 WIB : Memindahkan klem tali pusat berjarak 5 cm dari vulva dan Melakukan
11. Pukul 03.45 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan melakukan dorso-
kranial
12. Pukul 03.46 WIB : Menunggu adanya kontraksi kembali dan memindahkan klem berjarak
13. Pukul 03.46 WIB : Melakukan penegangan tali pusat terkendali kembali dan melakukan
dorso
14. Pukul 03.48 WIB : Melahirkan plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar plasenta
dengan cara memilin dan memutar searah jarum jam dan meletakkan
17. Pukul 03.52 WIB : Menilai perdarah serta memeriksa laserasi pada vagina dan perineum
18. Pukul 03.53 WIB : Mendekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
kemudian
19. Pukul 03.54 WIB : Membereskan ibu Memastikan kontraksi uterus baik Memastikan kondisi
bayi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam
situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
Contoh :
1. Pukul 03.38 WIB : Ibu sudah mengerti dan bersedia disuntik oksitosin
2. Pukul 03.39 WIB : Oksitosin 10 IU sudah disuntikkan secara IM di sepertiga paha atas
bagian
distal lateral
4. Pukul 03.41 WIB : Tali pusat sudah terpotong dan tali pusat sudah di ikat menggunakan
benang steril
5. Pukul 03.41 WIB : Klem sudah dilepas dan ditelakkan pada bengkok
6. Pukul 03.42 WIB : Bayi sudah di letakkan pada dada ibu dengan posisi tengkurap seperti
katak. Kepala bayi di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting susu
7. Pukul 03.42 WIB : Bayi sudah diselimuti dengan kain kering dan sudah menggunakan topi
pada kepala
8. Pukul 03.43 WIB : PTT sudah dilakukan terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta dengan
tali
globuler
9. Pukul 03.43 WIB : Klem tali pusat sudah dipindahkan berjarak 5 cm dari vulva
10. Pukul 03.44 WIB : Tali pusat sudah ditegangkan sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas) tanpa menarik
11. Pukul 03.47 WIB : Tali pusat sudah ditegangkan sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas)
12. Pukul 03.48 WIB : Terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta dengan tali pusat bertambah
14. Pukul 03.51 WIB : Masase uterus sudah dilakukan, kontraksi uterus baik, uterus teraba
keras
15. Pukul 03.52 WIB : Plasenta lahir lengkap. Kotiledon lengkap, selapaut ketuban utuh,
panjang
16. Pukul 03.53 WIB : Tidak terdapat perdarahan aktif dan tidak terdapat robekan pada jalan
lahir
17. Pukul 03.54 WIB : Sarung tangan sudah didekontaminasi pada larutan klorin 0,5% dan
sudah
MANAJEMEN KALA IV
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda vital, meliputi:
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan penunjang(laboraturium)
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini
harus komperehensif meliputi data subjektif, objektif dari hasil pemeriksaan sehingga dapat
Contoh :
Identitas
Nama : Ny. D
Umur : 24 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data- data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kkebidanan dan memenuhi standar
Contoh :
Diagnosa kebidanan
Dasar
f. Uterus keras
penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan
tindakan antipasti agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga
konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru mungkin saja
dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara
yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila
ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Contoh : Dari data yang diperoleh tidak ada data yang mendukung untuk perlunya tindakan
segera / kolaborasi maka bidan tidak perlu mengadakan tindakan segera / kolaborasi .
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-
kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar
valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
Contoh :
Rencana asuhan
4. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, dan
5. Bereskan ibu dari darah dan cairan dengan waslap dan air DTT
8. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
9. Rendam alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan mendekontaminasi tempat
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan
seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan
Contoh:
1. Pukul 03.57 WIB : Menghitung jumlah kehilangan darah dengan gelas ukur
4. Pukul 04.05 WIB : Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
5. Pukul 04.07 WIB : Membereskan ibu dari darah dan cairan dengan waslap dan air DTT
8. Pukul 04.13 WIB : Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi
9. Pukul 04.14 WIB : Merendam alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan
0,5%
11. Pukul 04.15 WIB : Mencuci kedua tangan dengan 6 langkah cuci tangan
12. Pukul 04.16 WIB : Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
13. Pukul 04.25 WIB : Mengangkat peralatan partus dari rendaman klorin
14. Pukul 04.20 WIB : Melengkapi partograf halaman depan dan belakang, serta P 10
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan
yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam
situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
Contoh :
3. Pukul 04.05 WIB : Terlihat kandung kemih penuh dan sudah dilakukan kateterisasi, urin
keluar ± 50cc
4. Pukul 04.07 WIB : Tangan yang masih menggunakan sarung tangan sudah dicelupkan
5. Pukul 04.10 WIB : Ibu sudah dibersihkan, ibu sudah merasa nyaman dan bersih
8. Pukul 04.14 WIB : Ibu dan keluarga sudah mengerti cara melakukan masase dan dapat
menilai bila terba keras itu pertanda uterus berkontraksi dengan baik
9. Pukul 04.24 WIB : Alat sudah direndam pada larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan
10. Pukul 04.15 WIB : Sarung tangan sudah dilepas dan didekontaminasi pada larutan klorin
0,5%
12. Pukul 04.20 WIB : KU : Baik, Kesadaran: composmentis, Status emosional: stabil
Suhu: 36,7°C
Nadi: 79x/menit
Kontraksi: Baik
13. Pukul 04.25 WIB : Peralatan sudah ditiriskan diatas handuk kering
14. Pukul 06.05 WIB : Lembar partograf sudah terisi dengan lengkap
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
konsumen.
3. 3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk
pemantauan ulang.
pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang
fleksibel.
3.2 SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena
itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA