Anda di halaman 1dari 17

TUGAS REMEDIAL MK: ASUHAN KEBIDANAN

Topik: Langkah-Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan dan Dokumentasi


Asuhan Kebidanan

D
I
S
U
S
U
N

Oleh:

NAMA : MIFTA HULWARDAH


NIM : P07524422064
KELAS : 1-B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini saya buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
“Asuahan Kebidanan” yang sedang saya tempuh. Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber
kajian dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan
dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan pada
makalah kali ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
penyelesain makalah ini, yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para peserta didik.

Medan, Desember 2022


Penulis,

Mifta Hulwardah
NIM P07524422064

2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB 1: PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 4
BAB 2 : PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Manajemen Kebidanan ................................................................................ 5
2.2 Langkah - Langkah Manajemen Kebidanan.................................................................. 5
2.3 Dokumentasi Asuhan Kebidanan .................................................................................. 12
BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................. 16
3.2Saran ............................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu tahapan yang alamiah pada
manusia. Proses tersebut harus tetap diwaspadai jika terjadi hal- hal yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2016). Diantara proses tersebut diikuti perubahan yang
fisiologis dan psikologis. Kehamilan pada ibu menimbulkan perubahan, baik perubahan
fisiologis maupun psikologis. Perubahan tersebut dimulai ketika masa kehamilan, persalinan
dan nifas. Perkembangan intervensi non farmakologi saat ini berkembang ke arah terapi
komplementer yang harus ditentukan berdasarkan pada rendahnya efek samping atau tingkat
keamanannya, yaitu melalui penyelidikan ilmiah yang ketat,dan mempunyai manfaat untuk
meningkatkan kesehatan. Penggunaan terapi komplementer yang tepat dan sesuai dengan
keyakinan budaya, dipercaya memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan
psikologis ibu (Sari, 2014).
Dampak yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan akan mengakibatkan tidak terdeteksinya komplikasi secara dini, sehingga
bisa berlanjut pada keterlambatan penanganan terhadap komplikasi tersebut. Sehingga
menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi. Komplikasi yang dapat timbul pada kehamilan
diantaranya adalah anemia dalam kehamilan, hipertensi dalam kehamilan, perdarahan, abortus,
Pre Eklamsi (PE), janin meninggal dalam rahim, adanya penyakit yang tidak di ketahui, dan
lain-lain (Saifuddin, 2014).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu definisi asuhan kebidanan?
2. Jelaskan langkah-langkah manajemen asuhan kebidanan?
3. Mengapa perlu dilakukan dokumentasi asuhan kebidanan?

1.3 tujuan
Mampu melakukan asuhan komprehensif dengan menerapkan prinsip Manajemen
Asuhan Varney dan pendokumentasian SOAP.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(Permenkes, 2007).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus
kepada klien. (Juliana, 2008).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan. (Soepardan, 2007).
Manajemen kebidanan disusun guna memberikan arahan bagaimana bidan berfikir
kritis, analisis dan sistematis dalam mengenai kliennya. Sehingga pada saat memberikan
pelayanan bidan memberikan tindakan aspiratif, tindakan emergensi dan tindakan
komprehensif dengan cepat dan tepat. Manajemen kebidanan adalah metode atau alur yang di
gunakan oleh bidan dalam menentukan, melakukan dan mencari langkah – langkah pemecahan
masalah serta melakukan tindakan untuk melakukan pelayanan dan menyelamatkan pasien dari
gangguan kesehatan. Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berebutan
yaitu identifikasi masalah, analisis, dan perumusan masalah, rencana dan tindakan
penatalaksanaan serta evaluasi hasil tindakan (Heryani, 2011).

2.2 Langkah - Langkah Manajemen Kebidanan


Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan yang dimulai dengan
mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi
setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa sesuai
dengan kebutuhan klien. Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney adalah
sebagai berikut :

5
Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari hasil anamnesa
dengan klien, suami/keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari dokumentasi pasien/catatan tenaga
kesehatan yang lain.

Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :


1. Menanyakan riwayat kesehatan, haid, kehamilan, persalinan, nifas dan sosial
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Melihat catatan rekam medik pasien

Langkah ini merupakan langkah yang akan menentukan langkah pengambilan


keputusan yang akan diambil pada langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai
dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam
tahap selanjutnya, oleh sebab itu dalam pendekatan ini harus yang komperehensif meliputi
data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
kondisi/menilai kondisi klien yang sebenarnya dan pasti.
Setelah mengumpulkan data, kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah
tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh informasi yang perlu digali ada pada Formulir
pengkajian (Formulir ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari catatan rekam medik
yang ada pada rumah sakit, Puskesmas klinik bersalin ataupun tempat pelayanan kebidanan
yang lain).

Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang didapat pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnosa atau
masalah kebidanan.
Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien, apakah klien dalam
kondisi hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir? Apakah kondisinya dalam keadaan normal?
Diagnosa ini dirumuskan menggunakan nomenklatur kebidanan. Sedangkan masalah

6
dirumuskan apabila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum
termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, karena masalah tersebut membutuhkan
penanganan/intervensi bidan, maka dirumuskan setelah diagnosa. (Masalah sering berkaitan
dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah tersebut juga sering menyertai diagnosa).

Contoh I :
Data : Ibu tidak haid selama 3 bulan, mual dan muntah, Plano Test +, anak ke II , anak pertama
berumur 1 tahun, ibu belum menginginkan kehamilan ke dua ini, ibu sering merasa pusing,
susah tidur dan malas makan.

Diagnosa : - Ibu kemungkinan hamil G II, P I AO, 12 mg


- Kehamilan tidak diinginkan

Contoh II :
Data : Ibu merasa hamil 8 bulan , anak pertama, hasil pemeriksaan , tinggi fundus uteri, 31
cm, DJJ +, Puki, presentasi kepala , penurunan kepala 5/5 , nafsu makan baik, penambahan
berat badan ibu selama hamil 8 kg , ibu sering buang air kecil pada malam hari.

Diagnosa : - GI P0 A0, hamil 32 mg, presentasi kepala janin tunggal , hidup dalam rahim
- Ibu mengalami gangguan yang lazim / fisiologis pada kehamilan tua

Dari contoh rumusan diagnosa diatas menunjukan, bahwa ketidak siapan ibu untuk
menerima kehamilan, kecemasan ibu terhadap sering kencing dimalam hari tidak termasuk
dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” sehingga tidak terkafer dalam diagnosa
kebidanan yang dibuat. Tetapi kondisi ini apabila dibiarkan, dapat menciptakan suatu masalah
pada kehamilannya, terutama masalah psikologi klien.
Oleh karena itu kesenjangan tersebut dirumuskan sebagai masalah kebidanan, yang
membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk diberikan
intervensi khusus, baik berupa dukungan/penjelasan/tindakan /follow up/rujukan.

7
Jadi Diagnosa yang dibuat oleh bidan adalah meliputi diagnosa kebidanan yang
ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan, dan masalah kebidanan.

Langkah III; Mengantisipasi Diagnosa/masalah potensial


Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan
kebidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi
yang ada/sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
yang akan terjadi berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan
apa yang perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah /diagnosa potensial yang
akan terjadi.
Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar tidak terjadi. Langkah ini,
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Dan langkah ini perlu dilakukan secara
cepat, karena sering terjadi dalam kondisi emergensi

Contoh I :
seorang wanita inpartu dengan pembesaran uterus yang berlebihan (bisa karena
polyhidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan
kembar).

Tindakan antisipasi yang harus dilakukan:


• Menyiapkan cairan infus, obat uterotonika untuk menghindari syok hypovolemik karena
perdarahan kala IV
• Menyiapkan alat resusitasi bayi untuk antisipasi aspixia pada bayi baru lahir
• Memberikan posisi Mc robert untuk antisipasi kesulitan melahirkan bahu

Pada langkah ke 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar,
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis.

Contoh II :

8
Data : Ibu anak pertama, hamil 36 minggu, perdarahan berulang dan banyak, tidak ada mules,
DJJ + , tinggi fundus uteri 31 cm , presentasi kepala, TD 110/ 70 .
Diagnosa : GI P 0 A 0 hamil 36 minggu, perdarahan antepartum, kondisi janin dan ibu baik.
Tindakan antisipasi :
• Pasang infus , untuk mengantisipasi syok hypovolemik
• Menyiapkan darah untuk antisipasi syok hypovolumik
• Tidak melakukan periksa dalam untuk menghindari perdarahan hebat.
• Kaji ulang apakah tindakan antisipasi untuk mengatasi masalah /diagnosa potensial yang
diidentifikasi sudah tepat.

Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera.


Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera, baik tindakan intervensi,
tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter lain, atau rujukan berdasarkan Kondisi Klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan
kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat terjadi pada saat mengelola ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data, ternyata kondisi klien
membutuhkan tindakan segera untuk menangani/mengatasi diagnosa/masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga
mengetahui penyebab langsung masalah yang ada, sehingga diperlukan tindakan segera untuk
mengetahui penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa juga berupa observasi/pemeriksaan.
Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya menghentikan
perdarahan kala III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II).
Pada tahap ini mungkin juga klien memerlukan tindakan dari seorang dokter, misalnya
terjadi prolaps tali pusat, sehingga perlu tindakan rujukan dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsi, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, maka bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan asuhan klien.

9
Pada penjelasan diatas menunjukan bahwa dalam melakukan tindakan harus sesuai
dengan prioritas masalah / kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa / masalah potensial pada step
sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergency / segera yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi
tindakan yang dilakukan secara mandiri , kolaborasi atau rujukan.

Contoh I : Tindakan segera


Dari kasus perdarahan antepartum tindakan segera yang harus dilakukan adalah :
• Observasi perdarahan, tanda-tanda vital
• Periksa / chek kadar hb
• Observasi DJA
• Rujuk ke RS ( bila di masyarakat ) atau kolaborasi dengan dokter ( bila di Rumah Sakit)

Contoh II : Tindakan segera yang dilakukan pada kasus perdarahan karena atonia uteri:
• Cari penyebab perdarahan
• Masase uterus untuk merangsang kontraksi
• Berikan uterotonika
• Lakukan kompresi bimanual interna (KBI)
• Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, baik yang sifatnya segera ataupun
rutin.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi dengan
merumuskan tindakan yang sifatnya mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan
yang sifatnya follow up.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi penanganan masalah yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
tindakan yang bentuknya antisipasi (dibutuhkan penyuluhan, konseling).

10
Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan social ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan kesehatan.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan
klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut (Informed Consent). Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik lisan ataupun tertulis contoh
format inform conversal tertulis .
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar nyata berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta telah dibuktikan
bahwa tindakan tersebut bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (Evidence Based).

Contoh : Rencana komprehensif pada kasus dengan peradarahan ante partum diatas :
• Beri tahu kondisi klien dan hasil pemeriksaan
• Berikan dukungan bagi ibu dan keluarga
• Berikan infus RL
• Observasi tanda-tanda vital , perdarahan, DJA dan tanda-tanda syok
• Chek kadar HB
• Siapkan darah
• Rujuk klien ke RS / kolaborasi dengan dokter
• Follow up ke rumah ( kunjungan rumah )
Kaji ulang apakah rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan kesehatan terhadap
klien.

Langkah VI : IMPLEMENTASI
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien,efektif dan aman. Pelaksanaan dapat dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan klien, atau anggota tim kesehatan lainnya
kalau diperlukan.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh dokter atau
tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan

11
kesinambungan asuhan berikutnya.(misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh
tersebut. Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

Langkah VII : Mengevaluasi


Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui pengkajian ulang (memeriksa kondisi klien). Proses avaluasi ini dilaksanakan untuk
menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif/tidak efektif serta melakukan penyesuaian
pada rencana asuhan tersebut.

Contoh : Evaluasi
• Evaluasi perdarahan ; berhenti atau tidak, jika belum berhenti jumlahnya berapa banyak?
• Kondisi janin dan ibu?
• Kadar Hb?

2.3 Dokumentasi Asuhan Kebidanan


Apakah yang dimaksud dengan “Dokumentasi”? Dalam bukunya Wildan dan Hidayat
(2009) menyatakan bahwa secara umum dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau
dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sementara itu, sumber lain
oleh Fauziah, Afroh, & Sudarti (2010), menjelaskan bahwa dokumentasi berasal dari kata
dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya
seperti dengan pita suara/cassete, vidio, film, gambar, dan foto.

12
Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan yang di
miliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan Klien,
bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi
yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan. Dokumentasi dalam
asuhan kebidanan merupakan suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan kebidanan)
(Muslihatun, Mudlilah, Setyawati, 2009).
Mungkin sebagain besar dari Anda sudah familiar dengan metode SOAP karena metode
ini lebih umum dan lebih sering digunakan dalam pendokumentasian layanan kebidanan.
Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi yang sederhana akan tetapi
mengandung semua unsur data dan langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas,
logis. Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode dokumntasi yang lain seperti
yang telah dijelaskan diatas. Sekarang kita akan membahas satu persatu langkah
metode SOAP.
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi
klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang
menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda
huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna
wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan informasi
dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
3. Analysis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi

13
sangat dinamis. Saudara-saudara, di dalam analisis menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan
klien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup
diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.

Isi dan kegiatan dokumentasi apabila diterapkan dalam asuhan kebidanan meliputi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode tertentu.
2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang diperhitungkan melalui
gambaran, catatan/dokumentasi.
3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan.
4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan
6. perawatan pada pasien yang hampir meninggal dunia.
Dokumentasi mempunyai 2 sifat yaitu tertutup dan terbuka. Tertutup apabila di
dalam berisi rahasia yang tidak pantas diperlihatkan, diungkapakan, dan disebarluaskan
kepada masyarakat. Terbuka apabila dokumen tersebut selalu berinteraksi dengan
lingkungannya yang menerima dan menghimpun informasi.
Pendokumentasian dari asuhan kebidanan di rumah sakit dikenal dengan istilah
rekam medik. Dokumentasi berisi dokumen/pencatatan yang memberi bukti dan
kesaksian tentang sesuatu atau suatu pencatatan tentang sesuatu.

14
Fungsi pentingnya melakukan dokumentasi kebidanan meliputi dua hal berikut ini.
• Untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan bidan.
• Sebagai bukti dari setiap tindakan bidan bila terjadi gugatan terhadapanya.

Berdasarkan pendapat Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009) bahwa catatan


pasien merupakan suatu dokumentasi legal berbentuk tulisan, meliputi keadaan sehat
dan sakit pasien pada masa lampau dan masa sekarang, menggambarkan asuhan
kebidanan yang diberikan. Dokumentasi asuhan kebidanan pada pasien dibuat untuk
menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan
kesehatan di tempat-tempat pelayanan kebidanan seperti di puskesmas, rumah bersalin,
atau bidan praktik swasta.Semua instansi kesehatan memiliki dokumen pasien yang
dirawatnya, walaupun bentuk formulir dokumen masing-masing instansi berbeda.
Tujuan dokumen pasien adalah untuk menunjang tertibnya administrasi dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit/puskesmas. Selain sebagai suatu
dokumen rahasia, catatan tentang pasien juga mengidentifikasi pasien dan asuhan
kebidanan yang telah diberikan. Adapun tujuan dokumentasi kebidanan menurut
Muslihatun, Mudlilah, dan Setiyawati (2009) adalah sebagai sarana komunikasi.
Komunikasi terjadi dalam tiga arah sebagai berikut.
• Ke bawah untuk melakukan instruksi.
• Ke atas untuk member laporan.
• Ke samping (lateral) untuk member saran.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :
1. Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan
konsumen.
2. Meliputi seluruh kegiatan.
3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi
seluruh konsumen.
4. Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.
5. Memonitor kepuasan konsumen.
6. Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui pemantauan
ulang.
7. Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab pelayanan
khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang fleksibel.

Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan


langkah sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada
klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka
seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik
untuk klien.

3.2 Saran
Materi tentang langkah-langkah manajemen kebidanan ini perlu untuk kita pahami dan
pelajari karena materi ini merupakan materi mendasar tentang konsep manajemen kebidanan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Afroh, dan Sudarti (2010). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
https://bidanshop.blogspot.com/2010/12/langkah-langkah-manajemen-kebidanan.html
Kementerian Kesehatan RI .2016. Profil Kesehatan Indonesia 2014.
www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2015.pdf.
Diakses tanggal 29 Desember 2019.
Muslihatun, Mudlilah, & Setiyawati (2009). Dokumentasi kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Wildan & Hidayat (2011). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai