Dosen Pengampu:
Yulina Dwi Hastuty, S.Kep, Ners, M.Biomed
Disusun oleh :
Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyusun laporan pratikum ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Pratikum ini saya buat untuk melengkapi tugas
mata kuliah “ Biologi Reproduksi ” yang sedang saya tempuh laporan ini dibuat dengan berbagai
sumber kajian dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan laporan pratikum ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan pratikum ini. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan pada
laporan pratikum. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyelesain laporan pratikum ini, yang telah membimbing penyusun dalam pembuatan
laporan pratikum. Semoga laporan pratikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
para peserta didik.
Medan, Oktober
2022
Penulis,
Mifta Hulwardah
NIM P07524422064
BAB I
PENDAHULUAN
(SISTEM REPRODUKSI WANITA & PRIA)
Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan setiap manusia.
Dulu, pembicaraan tentang organ reproduksi masih sangat tabu, bukan berarti sekarang sudah
tidak lagi hanya saja masih ada kalangan orang yang menganggap hal itu tidak pantas untuk
dibicarakan. Promosi kesehatan reproduksi pada remajapun sering dikonotasikan sebagai
Pendidikan seks di mana sebagian masyarakat di Indonesia masih menganggap tabu hal ini.
Telah banyak berita-berita yang tersiar melalui media elektronik ataupun media cetak
yang memuat berita tentang kesehatan reproduksi dan kaitannya dengan seks. Sekarang,
informasi tentang seks dapat diperoleh dan diakses dengan mudah melalui internet. Bila tidak
didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja
dan keluarga. Menurut Barbara Nash dan Patricia Gilbert, organ-organ reproduksi merupakan
subyek dari berbagai penyakit. Untuk mencegah hal tersebut pengetahuan dan pemahaman sejak
dini tentang organ reproduksi dan kesehatan reproduksinya merupakan hal yang sangat penting
bagi setiap remaja baik pria maupun wanita sehingga ia akan lebih mampu menjaga kesehatan
reproduksinya.
Untuk itu perempuan dan laki-laki perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai
kesehatan reproduksi agar tercipta kondisi kesehatan reproduksi yang optimal. kesehatan
reproduksi yang dimaksud yaitu suatu keadaan yang sejahtera baik secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
Namun demikian, survei-survei telah banyak membeberkan pengabaian dan kecerobohan
untuk menghargai kesehatan organ reproduksi yang cenderung sering mengakibatkan
penderitaan fisik dan emosional dengan kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi-infeksi dan
penyakit-penyakit yang merusak sehingga berpotensi mengancam hidup merupakan konsekuensi
dari
kurangnya pengetahuan atau kesalahan dalam memperoleh informasi mengenai hal tersebut.
Mengenai permasalahan itu, sangat diharapkan setiap orang dari usia yang relative muda
(remaja) memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksinya. Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa rentangan usia
remaja antara 13-21 tahun; yang emudian dibagi pula menjadi 2 masa yaitu masa remaja awal
usia 13/14 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 sampai 21 tahun.
Ada pula ahli psikologi yang menganggap masa remaja sebagai peralihan dari masa anak
ke masa dewasa, yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak,
tetapi jika dilihat dari pertumbuhan fisiknya belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. pada
periode ini terjadi perubahan kejiwaan yang menimbulkan kebingungan di kalangan remaja
sehingga masa ini disebut oleh orang Barat sebagai periode strum and drang atau dikenal dengan
istilah "puber",
sedangkan orang Amerika menyebutnya "adolesensi". Sedangkan di negara Indonesia ada yang
menggunakan istilahakil balig", "pubertas" dan paling banyak menyebutnya "remaja".
Kata “pubertas” berasal dari kata Latin yang berarti usia menjadi individu yang sudah
mampu melaksanakan tugas biologis yaitu melanjutkan keturunannya. Dalam periode ini
terdapat perubahan biologis yaitu mulai bekerjanya organ-organ reproduktif yang disertai dengan
perubahan psikologis. Sedangkan Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa
perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian
(independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika
dan isu-isu moral.
1.2 Tujuan
3. Hormon testosterone
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
Hormon ini akan mengalami peningkatan selama masa pubertas, kemudian
mulai menurun sejak memasuki usia 30 tahun.
Fungsi hormon testosteron pada pria antara lain mengendalikan gairah
seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga
hormon ini mampu memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara
signifikan. Sementara itu, fungsi hormon testosteron pada wanita adalah
mengontrol suasana hati dan gairah seksual, menjaga tulang tetap kuat,
meringankan nyeri, dan menjaga kemampuan berpikir.
4. Hormon estrogen
Kadar hormon estrogen pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hormon
estrogen pada wanita memiliki peran penting dalam perkembangan seksual
saat masa pubertas. Selain itu, hormon ini juga berperan mengendalikan
pertumbuhan dinding rahim selama siklus menstruasi dan masa awal
kehamilan, serta mengatur berbagai proses metabolisme, termasuk
pertumbuhan tulang dan kadar kolesterol. Sementara pada pria, salah satu
fungsi estrogen adalah mengontrol kesehatan sperma. Namun, jika kadar
estrogen pada pria terlalu tinggi, dapat terjadi penurunan kualitas sperma dan
disfungsi ereksi.
Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi, melakukan olahraga dengan rutin,
mengelola stres dengan baik, dan memenuhi waktu tidur yang cukup.
Selain itu, bila Anda masih memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol,
dianjurkan untuk mulai meninggalkannya.
1.4 Kesimpulan
Sistem reproduksi merupakan kegiatan berkembangbiak untuk melahirkan keturunan. Itu
bertujuan untuk mempertahankan proses keberlangsungan spesies di dunia. Alat reproduksi
pria berupa penis. Adapun kelenjar kelaminnya berupa testis sedangkan sel gametnya
adalah sperma. Pada alat reproduksi wanita berupa vagina. Adapun kelenjar kelaminnya
adalah ovarium, sedangkan sel gametnya adalah ovum.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, N. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung
diterbitkan oleh Unissula.www.unissula.ac.id.
BAB II
PENDAHULUAN
(PEMERIKSAAN PLANOTEST)
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah yang dimulai dari
ovulasi, konsepsi, nidasi, berkembangnya embrio dalam uterus hingga masa aterm (Marbun,
2018). Lama kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) (Hikmatulloh et al., 2019). Kehamilan dapat dideteksi jika terdapat peningkatan hormon
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) di dalam urin pada kehamilan trimester pertama (Harti
et al., 2013). Setiap proses dari kehamilan merupakan kondisi yang memerlukan adaptasi
psikologis dan fisiologis terhadap pengaruh hormone kehamilan dan tekanan mekanis akibat
pembesaran uterus dan jaringan lain. Ibu hamil akan mengalami perubahan yang membuatnya
tidak nyaman. Salah satu perubahannya adalah mual muntah yang biasanya terjadi pada awal
kehamilan (Somoyani, 2018).
Mual dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang biasanya terjadi ketika
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi ketika pagi hari, tetapi bisa juga terjadi
setiap saat. Gejala-gejala ini terjadi ketika 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Mariza & Ayuningtias, 2019). Kejadian parah
tidaknya mual muntah yang dialami ibu hamil dipengaruhi oleh adaptasi dan kadar hormon
(Kartikasari, 2018). Jika mual dan muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.
Dikatakan hiperemesis gravidarum jika terjadi mual-muntah terus menerus dan lebih dari 10 kali
dalam satu hari,sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari dan suasana menjadi buruk, hal ini
dapat berlangsung selama 4 bulan (Fitria, 2017).
Mual dan muntah disebabkan oleh virus gastroenteritis (R. Kusuma Wardani, 2020)
Faktor endokrin merupakan faktor yang paling mempengaruhi, terutama peningkatan hormon
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) di sebagian besar kasus (Derbent, 2011). Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) merupakan suatu hormon yang diproduksi oleh jaringan plasenta
muda yang kemudian dikeluarkan melalui urin. Hormon ini juga dapat diproduksi jika terdapat
proliferasi yang tidak normal dari jaringan epitel korion misalnya chorio carcinoma atau
molahidatidosa (Harti et al., 2013). Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
diproduksi oleh Human Chorionic Gonadotropine (HCG) dalam serum dari plasenta dapat
meningkatkan keasaman lambung yang membuat ibu hamil merasa mual (Irianti et al., 2014).
Mual merupakan suatu perasaan yang sangat tidak nyaman di belakang tenggorokan dan
epigastrium dan sering menyebabkan gejala muntah (Handayani & Afiyah, 2019). Ciri - cirinya
muka pucat, berkeringat dingin, liur berlebih, jantung berdebar dengan kencang, pernapasan
tidak terkontrol, pada keadaan ini lambung merenggang dan di usus halus muncul aktivitas anti
peristaltik yang menyalurkan isi usus halus ke bagian atas lambung. Gejala-gejala tersebut
kemudian di ikuti oleh menurunnya bagian pangkal tenggorokan, nafas ditahan, katup esophagus
dan lambung relaksasi. selanjutnya timbul kontraksi runtut dari diafragma serta otot-otot
pernafasan di ikuti oleh lambung yang memuntahkan isinya. Mual muntah pada kehamilan
trimester pertama umumnya bersifat ringan dan merupakan kondisi yang dapat diatur sesuai
dengan keadaan ibu hamil. Dampak dari mual muntah pada ibu hamil dapat menimbulkan
gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat badan, serta ketidakseimbangan
elektrolit, bila tidak ditangani mual muntah ini akan bertambah berat menjadi hiperemesis
gravidarum (Ardani, 2014).
Trimester pertama kehamilan merupakan masa yang penting ketika janin berada dalam
tahap awal pembentukan organ-organ tubuh (Juwita, 2015). Apabila janin mengalami
kekurangan gizi maka dapat mengganggu pertumbuhan organ. Selain itu juga dapat
mengakibatkan janin lahir dengan berat badan yang kurang. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi mual muntah pada masa kehamilan diantaranya farmakologis dengan memberikan
vitamin B6, tablet zat besi sebagai penambah darah, antihistamin, fenotiazin, metokploramid,
ondansentron, dan kortikosteroid. Efek samping dari vitamin B6 yaitu sakit kepala, mengantuk,
kesemutan pada tungkai (Haridawati, 2020). Non farmakologis dengan sering makan namun
dalam porsi kecil,menghindari makanan yang berbau menyengat, mengonsumsi makanan
berkarbohidrat tinggi, minum jus, mengurangi stress, dan komplementer (akupuntur,minum
peppermint tea,mengonsumsi permen mint,aromaterapi jahe,lemon,dan wedang jahe) (Tri
Susanti & Taqiyah, 2021).
Selama ini respon masyarakat terhadap masalah mual dan muntah (emesis gravidarum)
pada kehamilan trimeater pertama masih kurang, hal ini disebabkan karena masyarakat
menganggap mual muntah selama kehamilan merupakan hal biasa. Namun, sebagian besar ibu
hamil (80%) mengalami mual muntah setiap hari, sehingga mual muntah pada kehamilan muda
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari karena tubuh akan menjadi lemas. Oleh karena itu,
penelitian dengan kasus emesis gravidarum sangat penting, karena emesis gravidarum
berdampak besar bagi ibu dan janin bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera
diatasi (Retni et al., 2020). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
literature review terhadap artikel-artikel yang meneliti tentang pengaruh hormon Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) dan usia ibu hamil terhadap emesis gravidarum pada kehamilan
trimester pertama.
2.2 Tujuan
Mengonfirmasi kehamilan dengan cara mendeteksi ada atau tidaknya hormon kehamilan
(hCG). Human chorionic gonadotropin (hCG) adalah preparat hormon yang digunakan untuk
mengatasi infertilitas atau ketidaksuburan pada wanita. Obat ini tersedia dalam bentuk suntik.
Secara alami, hormone hCG akan dihasilkan oleh plasenta di awal kehamilan untuk menjaga
agar corpus luteum tetap memproduksi progesteron.
Pengujian ini bisa dilakukan di rumah dengan alat tes kehamilan sederhana (test
pack atau strip test), maupun di rumah sakit dengan mengambil sampel darah yang
diperiksa di laboratorium. Jenis-jenis plano test adalah sebagai berikut:
Jika Anda tidak hamil, kadar hCG seharusnya di bawah 10 mIU/mL. Apabila
hasil menunjukkan nilai hCG di bawah rata-rata, kemungkinan ada yang
salah dengan perkiraan waktu konsepsi, potensi keguguran, hingga kehamilan
ektopik. Sebaliknya, jika hasil menunjukkan kadar hCG di atas rata-rata, bisa
jadi Anda mengalami kehamilan anggur atau kehamilan kembar (dua atau
lebih). Untuk memastikannya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan
tambahan, seperti pemindaian ultrasonografi (USG).
2. Pemeriksaan urine
Selain mengalir dalam darah, hormon hCG juga dikeluarkan lewat urine.
Oleh karena itu, cara menggunakan plano test adalah dengan memakai alat
pemeriksaan tes rumahan alias test pack. Alat sederhana ini banyak dipilih
oleh wanita karena praktis, murah, dan mudah digunakan. Berdasarkan
penelitian yang dipaparkan pada Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, agar hasil
pemeriksaan kehamilan ini akurat, Anda harus mengikuti cara pakai yang
tertera di kemasan test pack.
Berbeda dari pengambilan sampel darah, hasil plano test dengan alat rumahan ini
hanya berupa tanda positif (atau dua garis) atau negatif. Jangan membaca hasil test
pack yang sudah didiamkan lebih dari 3 menit, karena bisa menunjukkan test pack
positif palsu. Yang dimaksud positif semu adalah hasil tes positif padahal Anda tidak
sedang hamil. Hasil ini bisa muncul karena adanya evaporasi yang mengakibatkan
munculnya hasil test pack samar.
Anda juga bisa mendapat hasil negatif, padahal positif hamil, jika kadar hCG dalam
urine masih sedikit (misalnya karena usia kehamilan masih sangat muda). Apabila
Anda yakin tengah hamil, lakukan pemeriksaan kembali dengan stik ini dalam
beberapa hari kemudian, atau kunjungi dokter untuk menjalani tes USG. Meski
demikian, jika digunakan dengan benar, test pack mampu menunjukkan akurasi
99.9%.
Selalu ada risiko kesalahan hasil, baik itu dengan urine maupun darah. Pada tes
menggunakan darah misalnya, hasil Anda bisa menunjukkan positif semu maupun
negatif semu kehamilan jika:
1. Sedang mengonsumsi obat yang mengandung hCG
Adanya kandungan obat ini di dalam darah dapat menaikkan kadar hCG
Anda, meski tidak sedang hamil. Obat yang mengandung hCG misalnya obat
fertilitas, misalnya suntikan choriogonadotropin alfa.
2. Tumor sel germinal
Tumor ini bisa bersifat jinak atau malah berkembang menjadi kanker, dan
biasanya ditemukan pada organ reproduksi wanita.
3. Gangguan organ pituitari
Organ ini bekerja dengan cara mensekresi hormon ke aliran darah pituitari
menghasilkan hormon untuk reproduksi wanita seperti FSH dan LH dimana
jika ia terganggu akan mempengaruhi kadar HCG.
Positif semu pada pemeriksaan dengan stik plano test memang jarang ditemui,
tetapi bisa saja terjadi karena alasan yang sama di atas. Kadar hCG juga biasanya
masih tinggi saat Anda baru keguguran atau mengalami hamil anggur.
b. Bahan :
Urin pagi
a. Negatif: Hanya terdapat satu tanda merah yang muncul pada bagian control line
(C) dan tidak tampak garis merah pada bagian test line (T) (sensitiÞ tas 0 IU/ml)
b. Positif: terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian test line (T) dan satu pada
bagian control line (C) (sensitiÞ tas 25 mIU/ml).
2.4 Kesimpulan
Plano test adalah pemeriksaan untuk mengkonfirmasi kehamilan dg cara mendeteksi
hormon hCG, dapat menggunakan sample darah atau urin. Plano test sebaiknya dilakukan 1-2
minggu sejak telat menstruasi untuk mendapatkan hasil tes yang akurat.
Berdasarkan hasil praktek kami pemeriksaan planotest yang diperiksa, didapatkan hasil
negative yang tidak mengandung HCG.
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, A. (2014). Perbandingan Efektifitas Pemberian Terapi Minuman Jahe Dengan Minuman
Kapulaga Terhadap Morning Sickness Pada Ibu Hamil Trimester I Di Kelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Journal Kebidanan, 1–11.
Derbent, A. U., Yanik, F. F., Simavli, S., Atasoy, L., Urün, E., Kuşçu, U. E., & Turhan, N. Ö.
(2011). First trimester maternal serum PAPP-A and free β-HCG levels in hyperemesis
gravidarum. Prenatal Diagnosis, 31(5), 450–453. https://doi.org/10.1002/pd.2715
Fitria, R. (2017). Pengalaman Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum di Rumah Bersalin Sehat
Bondar Tambusai Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal, 2(2), 192–200.
Handayani, N., & Afiyah, R. K. (2019). Pengaruh Akupresur terhadap Penurunan Mual dan
Muntah pada Ibu Hamil di Praktek Mandiri Bidan Sidoarjo. Jurnal Kebidanan, XI(2), 102–
109.
Haridawati. (2020). Pengaruh Jahe (Zingiber Officinale) Hangat dalam Mengurangi Emesis
Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Ilmu
Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences), 9(1), 1–7.
Harti, A. S., Estuningsih, & Nurkusumawati, H. (2013). Pemeriksaan HCG (human chorionic
gonadotropin) untuk deteksi kehamilan dini secara immunokromatografi. Jurnal
Kesmadaska, 1(1), 1–4.
Hikmatulloh, Rahmawati, A., Wintana, D., & Ambarsari, D. A. (2019). Penerapan Algoritma
Iterative Dichotomiser Three (Id3) Dalam Mendiagnosa Kesehatan Kehamilan. Klik -
Kumpulan Jurnal Ilmu Komputer, 6(2), 116. https://doi.org/10.20527/klik.v6i2.189
Irianti, B., Halida, E. M., Fitra Duhita, F. P., Yulita, N., Hartiningtyaswati, S., & Anggraini, Y.
(2014). Asuhan kehamilan berbasis bukti. In Sagung Seto. Sagung Seto.
Juwita, L. (2015). Literatur Review: Terapi Komplementer Akupresur pada Titik Perikardium 6
dalam Mengatasi Mual dan Muntah pada Kehamilan. Jurnal Ners Lentera, 3(1), 40–50.
Kartikasari, R. I. (2018). Derajat Kecemasan Ibu Hamil Dengan Kejadian Mual Muntah Pada
Trimester 1. Jurnal Riset Kebidanan Indonesia, 2(2), 69–74.
Mariza, A., & Ayuningtias, L. (2019). Penerapan akupresur pada titik P6 terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(3), 218–224.
https://doi.org/10.33024/hjk.v13i3.1363
Retni, A., Handayani, F., & Mohamad, I. S. W. (2020). Literature Review : Pemberian
Aromaterapi Essential Oil Lavender Terhadap Emesis Gravidarum Pada Kehamilan.
Journal of Borneo Holistic Health, 3(2), 140–150.
Tri Susanti, E., & Taqiyah, B. (2021). Literature Review : Pemberian Minuman Jahe Hangat
terhadap Frekuensi Mual dan amauntah pada Kehamilan Trimester I. Jurnal Keperawatan,
7(2), 24–36.
3.2 Tujuan
Mendeskripsikan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin dengan benar.
1. Fase Germinal
Berlangsung pada waktu 10 -14 hari setelah pembuahan. Zigot (hasil
pembuahan) berkembang cepat 72 jam setelah pembuahan, membelah diri
menjadi 32 sel dan sehari kemudian sudah 72 sel. Pembelahan ini
berlangsung terus sampai menjadi 800 milyar sel atau lebih, dan dari sinilah
manusia tumbuh berkembang.
Dalam fase germinal ini terbentuklah saluran yang menempel pada uterus
yang dicapai selama 3-4 hari yang kemudian berubah bentuk menjadi
“blastocyst“ yang terapung bebas dalam uterus selama satu atau dua hari.
Beberapa sel sekitar pinggiran blastocyst membentuk piringan embrionik
(embryonic disk) merupakan massa sel yang tebal dan dari sinilah bayi akan
tumbuh. Massa ini mengalami deferensiasi menjadi tiga lapisan, bagian atas
yaitu ektoderm, bagian bawah endoderm dan lapisan tengah mesoderm.
Ektoderm
Lapisan ini nantinya akan membentuk lapisan kulit luar, kuku, rambut
gigi, organ perasa dan system syaraf termasuk otak dan sumsum
tulang belakang.
Endoderm
Lapisan bagian bawah ini akan membentuk system pencernaan, hati,
pancreas, kelenjar ludah, system pernafasan.
Mesoderm
Lapisan tengah (mesoderm) merupakan lapisan yang akan
berkembang dan berdeferensiasi menjadi lapisan kulit bagian dalam,
urat daging, kerangka, sistem ekskresi dan system sirkulasi.
2. Fase Embrional
Berkembang mulai pada 2 – 8 minggu setelah pembuahan. Selama fase ini
system pernafasan, pencernaan, system syaraf dan tubuh tumbuh dan
berkembang cepat. Pada periode pertumbuhan embrional ini sangatlah peka
terhadap pengaruh lingkungannya. Keadaan tidak normal atau cacat pada
waktu lahir dapat terjadi karena adanya gangguan pada masa kandungan tiga
bulan pertama.
Selama periode pertumbuhan embrio terjadi pembelahan sel, dan relatif
lebih cepat dari periode lainnya. Pertumbuhan embrio yang cepat tersebut
menunjukkan kebutuhan oksigen dan zat gizi tinggi untuk setiap unit massa
embrio. Hal ini menyebabkan embrio sensitif terhadap perubahan suplai gizi
dan oksigen. Pada saat ketersediaan oksigen menurun atau kekurangan zat
gizi tertentu dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan yang permanen
(Rosso, 1990)
Di Indonesia, kriteria janin matur atau cukup bulan adalah sebagai berikut :
1. Cukup bulan, yaitu 40 pekan lamanya dalam kandungan
2. Sehat dan sempurna, yaitu tumbuh dengan panjang 48-50 cm dan berat badan
2750 – 3000 gr Berikut adalah tabel perubahan-perubahan dan organogenesis
yang terjadi pada berbagai periode kehamilan.
2. Bahan
Steroform
Karton
Lem fox
Stempel kertas
2. Cara kerja
1) Siapkan steroform dan kertas karton
2) Gambar perkembangan janin di karton
3) Kemudian gunting gambar yang sudah Digambar dan ditempelkan ke
steroformnya
4) Pada saat menempel gambarnya diberi sedikit lem agar merekat ke steroformnya
5) Setelah itu potong steroform sesuai dengan gambar yang sudah ditempelkan.
1. Trimester Pertama
Pada minggu ke-3 kehamilan, sel telur yang telah dibuahi akan mulai berkembang
dan membentuk sebuah kantung yang berisi bakal janin (embrio) dan plasenta. Sel
darah janin pun mulai terbentuk dan ratusan sel lainnya ikut berkembang, lalu
sirkulasi darah pun dimulai.
Pada akhir minggu ke-4, tabung jantung janin sudah ada dan dapat berdenyut
hingga 65 kali dalam satu menit. Di akhir bulan pertama kehamilan, janin sudah
berukuran sepanjang 0,6 cm, lebih kecil dari butiran nasi.Ibu hamil juga mulai
mengalami gejala kehamilan, seperti mudah lelah dan payudara yang membesar.
Peningkatan hormon kehamilan HCG juga menyebabkan menstruasi terhenti, dan
hal ini merupakan salah satu tanda awal kehamilan.
Pada minggu ke-6, wajah dengan lingkaran besar untuk mata, hidung, mulut,
telinga serta rahang bawah dan tenggorokan sudah mulai terbentuk. Janin sudah
mulai terlihat melengkung seperti huruf C.
Pada minggu ke-7, janin mulai membentuk tangan dan kaki, dan rahim kini telah
berukuran dua kali lipat.
Pada minggu ke-8 hingga ke-10 kehamilan, janin telah berhasil melalui masa
kritis dari perkembangan organ dan struktur tubuhnya, telah berukuran hampir 3
cm panjangnya, semakin banyak bergerak, dan semakin terlihat seperti manusia.
Pada minggu ini, bayi dalam kandungan telah siap untuk berkembang.
Pada minggu ke-11 hingga 13, otak bayi akan berkembang dengan pesat,
ginjalnya mulai mengeluarkan urine dan jari-jarinya telah bisa mengepal seperti
tinju. Memasuki minggu ke-12, alat kelamin bayi sudah mulai dibentuk. Panjang
bayi di trimester pertama ini akan mencapai 8 cm.
2. Trimester Kedua
Pada minggu ke-14 hingga ke-15, indera perasanya terbentuk dan ia sudah mulai
bisa mendeteksi cahaya.
Pada minggu ke-16 hingga ke-18, bayi akan mengalami lonjakan pertumbuhan
dan alat kelaminnya telah terbentuk dengan baik sehingga bisa terlihat saat
pemeriksaan USG.
Pada minggu ke-19, bayi dalam kandungan sudah bisa mendengar suara Anda.
Memasuki minggu ke-20, bayi akan lebih banyak menelan dan memproduksi
kotoran atau mekonium.
Pada minggu ke-21 hingga ke-22, bayi sangat aktif dan semakin terlihat seperti
manusia kecil. Bayi juga sudah mulai menumbuhkan alis dan rambut di usia
minggu ke-25, serta berat badannya semakin bertambah karena sudah memiliki
lemak.
Pada minggu ke-26, bayi mulai bisa menghirup dan mengeluarkan cairan plasenta
(air ketuban) yang merupakan pertanda baik, karena dengan demikian ia sekaligus
berlatih untuk bernapas.
Pada minggu ke-27, bayi dalam kandungan Anda telah bisa membuka dan
menutup matanya, menghisap jari-jarinya, bahkan cegukan. Anda mungkin
merasa geli ketika ia melakukan hal ini.
3. Trimester Ketiga
Memasuki trimester ketiga, berat bayi bisa mencapai 1 kg dengan otot dan paru-
paru yang makin berkembang. Kepalanya terus bertumbuh untuk mengikuti
perkembangan sel saraf di otaknya. Kulitnya yang keriput menjadi semakin halus akibat
lemak tubuhnya yang terus bertambah.
Ia sudah bisa berkedip, bulu mata dan kukunya tumbuh, dan rambutnya lebih banyak.
Pada trimester akhir ini, bayi akan lebih banyak menambah berat badannya, hingga secara
keseluruhan bisa mencapai sekitar 3 kg dengan panjang 48 cm.
Pada minggu ke-31 hingga ke-33, tendangan bayi akan lebih terasa kuat dan Anda
mungkin mulai mengalami kontraksi palsu. Rahim yang kian membesar bisa
menyebabkan nyeri ulu hati dan sesak napas. Anda juga akan semakin merasa
tidak nyaman berada di tempat tidur.
Pada minggu ke-34, sistem saraf pusat dan paru-parunya akan semakin matang
dan pergerakan tidak sesering atau seheboh sebelumnya. Bayi dalam kandungan
akan semakin turun ke area panggul pada minggu ke-36 seiring tanggal persalinan
mendekat.
Pada minggu ke-37, Anda akan lebih sering mengalami keputihan dan kontraksi.
Selama kehamilan, Anda disarankan untuk mewaspadai gejala-gejala dari kondisi
yang bernama preeklamsia, yaitu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah, terdapat protein di urine, serta pembengkakan di
kaki.
Air ketuban Anda mungkin akan pecah pada minggu ke-39. Jika ini terjadi,
artinya Anda ak (2022) (2022)an memasuki proses persalinan. Segera hubungi
dokter, bidan, atau rumah sakit tempat Anda berencana melahirkan untuk
mendapatkan pertolongan.
3.4 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil Ketika berusia 9 bulan, tubuh janin sudah terbentuk
lebih sempurna. Mata dan telinga sudah dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Janin pun lebih
peka terhadap sentuhan dan cahaya serta bagian paru-parunya sudah hampir sempurna. Panjang
janin umumnya mencapai 46–51 cm, dengan berat kira-kira 2,5–3,2 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, W. (2020). Perkembangan Pada Masa Pranatal dan Kelahiran. Yaa Bunayya: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1). https://doi.org/https://doi.org/10.2 4853/yby.4.1.39-56
Hasanah, N. M., Fahmi A, D., & Febri H, A. (2020). Perkembangan Kognitif, Fisik, dan Emosi
Sosial Pada Masa Prenatal. Wisdom: Jurnal PendidikanAnak Usia Dini, 1(2), 22–43.
https://doi.org/https://doi.org/10.2 1154/wisdom.v1i2.2320
Indrajati, H. (2017). Perkembangan dan Pendidikan Masa Pranatal: Mendidik Anak Sejak
dalam Kandungan melalui Stimulasi Prenatal. KENCANA.
http://118.98.227.122/libdikbud/ind ex.php?p=show_detail&id=40122
Rozalina, E. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pendidikan Anak dalam
Kandungan di Puskesmas Prambanan Sleman Yogyakarta. In Skripsi (Vol. 87¥, Issue 1,2).
BAB IV
PENDAHULUAN
(PROSES LAKTASI)
4.2 Tujuan
Untuk mengetahui anatomi payudara dan bagaimana payudara menghasilkan ASI dan
akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat
menyusui secara eksklusif.
4) Jenis ASI
1) ASI Pertama (Kolostrum)
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Cairan sifatnya kental
dan berwarna kekuningan karena mengandung beta karoten dan
dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Kolostrum berwarna kuning keemasan
disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum
merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan
siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada
minggu pertama sering defekasi dan feces berwarna hitam (Bobak,
2014).
2.) ASI Peralihan
ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh.
Komposisi ASI Peralihan memiliki protein makin rendah, sedangkan
lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan jumlahvolume ASI semakin
meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktvitas bayi yang
mulai aktif karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada
masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu.
Keluhan
nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu
ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu
(Soetjiningsih, 2012). ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah
kolustrum (8- 20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan
kadar protein, mineral lebih rendah. ASI antara, mulai berwarna bening
dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi dan kemampuan
mencerna usus bayi. ASI transisi memiliki komposisi Kadar protein
rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat tinggi (Hapsari, 2013).
3.) ASI Matur (ASI Sempurna)
Air susu matur disekresi dari hari kesepuluh sampai seterusnya.
Air Susu Matur merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Air Susu Matur
merupakan cairan yang berwarna kekuning- kuningan yang diakibatkan
warna garam dan kalsium caseinat, riboflavin dan karoten. Air Susu
Matur ini mengandung antibodi, enzim, hormon dan memiliki sifat
biokimia yang khas yaitu kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor
bifidus (Soetjiningsih, 2012). ASI matur atau disebut sempurna adalah
ASI yang
dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu
300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi.
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga
dapat menerima susunan ASI sempurna (Hapsari, 2013).
4.3.2 Persiapan Alat & Bahan
1. Alat dan Bahan
a) Alat
Pisau curter
Gunting
b) Bahan
Steroform
Karton
Lem fox
Stempel kertas
2. Cara Kerja
1) Siapkan steroform dan kertas karton
2) Gambar payudara di karton
3) Kemudian gunting gambar yang sudah Digambar dan ditempelkan ke
steroformnya
4) Pada saat menempel gambarnya diberi sedikit lem agar merekat ke steroformnya
5) Setelah itu potong steroform sesuai dengan gambar yang sudah ditempelkan.
4.4 Kesimpulan
Hormon prolaktin adalah hormon protein yang memiliki pengaruh besar dalam tubuh
manusia, baik pada pria maupun pada wanita. Produksi prolaktin dikendalikan oleh
dua hormon utama, yaitu dopamin dan estrogen. Kedua hormon tersebut mengirim
pesan ke kelenjar hipofisis untuk memulai atau menghentikan produksi hormon
prolaktin.
DAFTAR PUSTAKA
Carlson, C. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinis. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2011. Available at http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/658 (diakses tanggal 16
Maret 2012)
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Johnson, R & Taylor, W. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agrudaya . 2011. ASI Eksklusif.
Surabaya: Niaga Swadaya
Perinasia. 2004 Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Baru Lahir Sehat
cetakan ke dua. Jakarta. Perinasia
BAB V
PENDAHULUAN
(PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH & RHESUS)
Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan
antibodi yang terkandung dalam darahnya, yaitu golongan darah A memiliki sel darah merah
dengan antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya, golongan darah B memiliki antigen B di permukaan eritrositnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya, golongan darah AB memiliki
sel darah merah dengan antigen A dan B di permukaan eritrositnya serta tidak menghasilkan
antibody terhadap antigen A dan antigen B di serum darahnya, sedangkan golongan darah
O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B dalam
serum darahnya. (Nadia et al, 2010).
Serum adalah darah tanpa antikoagulan yang tertampung di tabung atau wadah jika
dibiarkan selama 15 menit akan mengalami proses pembekuan akibat terperasnya cairan dalam
bekuan, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 15 menit sehingga akan
terbentuk tiga bagian yaitu serum, buffycoat dan eritrosit (Widman, 2000). Dalam serum terdapat
antibodi untuk menghancurkan protein asing (antigen, artinya zat yang merangsang
pembentukan zat antibodi) yang masuk dalam tubuh (Pearce, 2008).
Penentuan golongan darah ABO metode slide pada umumnya dengan menggunakan
reagen Anti-sera, pada penelitian ini selain menggunakan reagen Anti-sera juga dapat
menggunakan serum yang nantinya akan dibedakan hasil pemeriksaan golongan darahnya
dengan menggunakan reagen Anti-sera. Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah reaksi antara
antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan reagen anti-sera anti A dan anti B, maka
penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah menggunakan anti-sera A
dan anti-sera B yang diperoleh dari darah manusia yang mempunyai golongan darah A, golongan
darah B dan golongan darah O.
5.2 Tujuan
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil pemeriksaan golongan darah sistem
ABO menggunakan serum dan reagen dengan metode slide.
Gambar 1. Struktur molekul IgG dan IgM (Sumber : Maharani dan Noviar,
2018).
2. Aglutinasi
Aglutinasi adalah penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh
ikatan antibodi dengan antigen pada sel darah merah sehingga menghasilkan
ikatan yang menggandeng beberapa sel secara bersama-sama. Ada 2 tahap
pembentukan aglutinasi, yaitu :
Tahap 1 : antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setelah terjadi kontak
antigen antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi. Hanya sebatas
melapisi atau mensensitisasi sel.
Tahap 2 : pembentukan lattice yang menghasilkan gumpalan atau aglutinasi,
merupakan lanjutan dari tahap 1 (Mulyantari dan Yasa, 2017)
Gambar 2. Interpretasi hasil metode slide (Sumber : Mulyantari dan Yasa, 2017).
b. Metode Tabung
Tabung reaksi baik dari kaca atau plastik dapat digunakan. Teknik tabung lebih
sensitif dibandingkan teknik slide untuk penentuan golongan darah ABO dan rhesus.
Kekurangan dari metode tabung, yaitu:
Membutuhkan waktu lama
Membutuhkan alat-alat yang lebih banyak
Keuntungan dari metode tabung, yaitu :
Memungkinkan untuk dilakukan inkubasi
Bersih, lebih higienis
Memerlukan volume reagen yang lebih kecil
Lebih sensitif dibandingkan teknik slide (Mulyantari dan Yasa, 2017).
Cara pembacaan hasil dari metode tabung, yaitu :
( +4 ) Terdapat satu gumpalan besar
( +3 ) Terdapat 2 atau 3 gumpalan
( +2 ) Sejumlah gumpalan kecil dengan supernatan yang jernih
( +1 ) Sejumlah gumpalan kecil dengan supernatan yang keruh
( - ) Suspensi sel halus
Hemolisis : hemolisis parsial atau komplit menunjukkan reaksi positif.
Gambar 3. Interpretasi hasil metode tabung (Sumber : Mulyantari dan Yasa, 2017).
2. cara kerja
Siapkan kartu uji atau object glass yang telah di beri nomor 1 - 4
Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol
70%
Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari yang telah steril, lalu
tekanlah ujung jari hingga darah keluar
Teteskan darah pada kartu uji atau object glass sebanyak 4 kali pada tempat yang
berbeda sesuai nomor
Teteskan serum alfa sebanyak 1 tetes pada sampel darah pertama, lalu aduklah
dengan gerakan memutar menggunakan tusuk gigi. Amatilah apa yang terjadi.
Lakukan langkah nomor 5 untuk serum beta, serum alfa-beta, dan serum anti
Rhesus
5.4 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Azmielvita 2009. Genetika Dasar. FK UNRI 5 Maret 2018. Dibaca pada
http://yayanakhyar.wordpress.com
Chandra, S. 2008. Pengenalan Golongan Darah Jenis ABO denganmMempergunakan Pemodelan
Hidden Markov, Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Farhud, D.D. & Yeganeh, M.Z.,2013. A Brief History Of Human Blood Groups. Iranian J Publ
Health, Vol. 42, No 1, Pp.1-
Nadia, B. & Handayani, D. & Rismiati, R., 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan Darah.
Jakarta: Dukom Publisher.
Pearce, E.C., 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Subrata, G., 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Widman, F.K., 2000. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
ECG: Jakarta.
Yuniar, H. & Muhiddin, R. & Arif, M., 2014. Perbedaan Golongan Darah ABO di
Anemia Hemolitik Autoimun.(Discrepancy of Blood Group ABO in Auto
Immune Haemolytic). Indonesian Journal Of Clinical Pathologi and
Medical Laboratory. Vol.20, No.3.
MiftaHulwardah
NIM 2022202265 YULINA DH Skep.Ners,M .biomed
NIP 19780701 2000 03 2001
BAB VI
PENDAHULUAN
(PEMERIKSAAN LEUKOSIT)
agranulosit. Granulosit terdiri atas basofil, eosinofil, netrofil batang, dan netrofil segmen,
sedangkan agranulosit terdiri atas monosit dan limfosit. (Wirawan, 2004).
Pemeriksaan hitung jenis leukosit (Differential Count) digunakan untuk mengetahui
jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit yang masing-masing memiliki fungsi
yang khusus. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basophil ( Azis &
Wahyu,2015).
Hitung jenis lekosit yang dihitung adalah jenis-jenis lekosit normal sekaligus
memperhatikan kemungkinan adanya sel lekosit abnormal dalam darah tepi atau perifer. Sel
lekosit normal merupakan sel lekosit yang sudah matur atau dewasa yang beredar pada darah
perifer dan terdiri dari basofil, eosinofil, netrofil batang, netrofil segmen, limposit dan monosit
(Santosa B, 2010).
Hitung jumlah sel berinti dianggap sebagai jumlah lekosit. Sedangkan pada hitung jenis
lekosit menyatakan persentase berbagai jenis lekosit yang ada dalam darah.Hitung jenis ini
kadang diabaikan bila jumlah lekosit normal dan tidak ada kelainan hematologik baik klinis
maupun laboratoris. Namun demikian banyak kelainan seperti keganasan, inflamasi dan kelainan
imunologik menyebabkan perubahan presentase ini meskipun jumlahnya normal (Sadikin M,
2002).
Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara. Diagnosis
rutin pemeriksaan hitung jenis leukosit dilakukan dengan mesin penghitung sel. Teknologi yang
digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis bergantung pada tipe mesin, dengan mengenali
berbagai karakteristik sel, sepertiukuran, pembiasan optik, impedansi dan sebagian juga
menurutpulasan sitokimiawi. Namun bila hal tersebut berkenaan dengan pengenalan sel-sel
patologis, validitas jenis pemeriksaan diferensiasi tersebut sebagian besar terbatas. Karena itu
penilaian morfologis sediaan apus darah dengan menggunakan mikroskop masih menjadi dasar
diagnosis hematologi. (Freud, 2012)
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dengan cara otomatis yang menggunakan alat
hematology analyzerbekerja berdasarkan prinsip impedance, pada impedance, jenis-jenis leukosit
dibedakanmenurut ukurannya saja, sehingga hanya bisa membedakan 3 (tiga) jenis leukosit yaitu
sel yangberukuran kecil dimasukkan dalam kelompok limfosit, sel yang berukuran besar
dimasukkankelompok granulosit dan sel yang berukuran sedang dimasukkan dalam kelompok
mid-cells, medium sel terdiri dari basofil eosinofil dan monosit. (Wahid, 2015)
Kondisi di lapangan tidak semua pemeriksaan hitung jenis leukosit berlangsung lancar
seperti yang diharapkan. Terkadang alat tidak dapat membaca karena berbagai faktor sehingga
diperlukan teknik lain, teknik lain yang digunakan untuk melakukan perhitungan jenis leukosit
adalah dengan cara manual yaitu dengan membuat sediaan apus darah tepi. Pembuatan preparat
sediaan apus darah adalah untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit,
trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, microfilaria dan lain sebagainya. Bahan
pemeriksaan yang digunakan biasanya adalah darah kapiler tanpa antikoagulan atau darah vena
dengan antikoagulan EDTA dengan perbandingan 1mg/ cc darah. (Wahid, 2008)
Permasalahan dapat terjadi jika ada ketidakstabilan atau kerusakan alat, petugas
laboratorium memakai cara manual atau cara automatik. Perbedaan metode serta adanya
kelebihan dan kekurangan dalam pemeriksaan lekosit ini, kemungkinan besar akan menjadikan
hasil hitung jenis lekosit medium sel menjadi berbeda. Latar belakang ini yang menjadi dasar
untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan diffcount medium sel menggunakan metode
manual dan metode impedansi.
6.2 Tujuan
Mengetahui ada tidaknya perbedaan medium cells lekosit menggunakan metode manual
dan metode impedansi.
Sel darah putih berperan dalam melawan masuknya benda asing (mikroorganisme) ke
dalam tubuh atau dapat dikatakan sebagai salah satu sistem imun. Ketika terdapat
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, leukosit akan memakan mikroorganisme
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sel leukosit memiliki sifat fagositosis. Selain sifat
fagosit yang dimiliki oleh leukosit, leukosit juga memiliki sifat amuboid yaitu dapat
bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah yang mempermudah dalam
perlawanan terhadap mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
2. Cara Kerja
Leukosit Eusinofil
Limfosit Monosit
6.4 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi
Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah
berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, et. al. 2012. Cellular and Molecular Immunology 7th Edition. Elsevier. USA.
Freud M, Hecner F, Dany F alih bahasa. 2012. Atlas Hematologi. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Kee, JL. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.Alih bahasa Sari
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC Kedokteran. Jakarta.
Wahid AA, Purwaganda, W. 2015. Jurnal Ilmu-ilmu Kesehatan. Jurnal Kesehatan Rajawali.
5(9):3-6.
Sentrifuge dilakukan dengan kecepatan 13.000 rpm selama 10 menit pada suhu
rendah yaitu 4°C. Proses sentrifugasi membutuhkan keseimbangan antar microtu satu denga
lain. Jadi pemasangan microtube pada centrifuge berdasarkan berat microtube tersebut. Tutup
microtube juga harus diperhatikan bahwa microtube sudah tertutup rapat. Karena jika tidak,
saat alat berputar tutup yang tidak rapat bisa terbuka dan menumpahkan larutan. Sentrifuge
berfungsi untuk mengendapkan kotoran akibat lisis sel. Selain itu, supernatan atau fase cair
yang berisi yang berisi DNA juga terbentuk setelah sentrifuge. Setelah sentrifugasi, laerutan
supernatan atau fase cair dapat dipindahkan ke microtube 1,5 ml. Saat pemindahan supernatan
ini harus hati-hati agar larutan yang berada di bawah microtube tidak ikut terambil.
Pemindahan dilakukan menggunakan micropipet 200 ml yang diatur volumenya sesuai volume
supernatan yang diperoleh. Volume supernatan kemudian dicatat karena volume supernatan yang
diperoleh mempengaruhi jumlah larutan isopropanol dan Na-asetat yang akan ditambahkan.
Proses ini juga disebut sebagai Presipitasi DNA atau pengendapan DNA. DNA bisa tampak
sebelum disentrifugasi. Pada tahapan presipitasi ini, DNA yang terpresipitasi akan terpisah dari
residu-residu RNA dan protein yang masih tersisa. Residu tersebut juga mengalami koagulasi
namun tidak membentuk struktur fiber dan berada dalam bentuk presipitat granular. Pada saat
etanol dibuang dan pellet dikeringanginkan dalam tabung, maka pellet yang tersisa dalam tabung
adalah DNA pekat. Proses presipitasikembali dengan etanol atau isopropanol sebelum pellet
dikeringanginkan dapat meningkatkan derajat kemurnian DNA yang diisolasi (Bettelheim dan
Landesberg, 2009).
DNA doubel helix. (a) Pengaturan gula, kelompok fosfat dan basa dalam DNA. (b) Letak
atom-atom dan ikatan-ikatan dalam DNA. Basa-basa berpasangan dalam posisi mendatar,
(c) Diagram yang menunjukkan DNA dalam konformasi B (Wolf, 1993).
Bahan
sampel darah
buffer A
buffer B
buffer C
buffer D,
fenol
fenol-kloroform
etanol 70% etanol absolut dan akuades.
2. Cara kerja
Tahap Lisis
Pertama, praktikan menyiapkan sampel dalam box ice dan menyiapkan
microtube lalu praktikan memberi label sesuai sampel. Praktikan mengambil buffer A
sebanyak 500 µl, lalu memasukkannya dalam microtube 1,5 ml yang telah praktikan
labeli. Praktikan mengambil sampel darah sebanyak 500 µl dan masukkan dalam
microtube yang berisis buffer A bolak balik dengan kuat sampai larutan larut dan
bercampur. Kemudian praktikan menginkubasinya di suhu ruang selama 10 menit.
Praktikan mengsentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm dan suhu 4 C selama 2⁰
menit. Praktikan membuang supernatan (bagian atas) dengan hati-hati, kemudian
menyisahkan pelet yang ada di dasar microtube lalu praktikan menambahkan buffer B
sebanyak 500 µl dan membolak-baliknya kemudian vortex tabung dengan kuat
selama 2 menit sampai larut. Lalu praktikan menambahkan buffer C sebanyak 500 µl dan
menginkubasi di watter bath dengan suhu 37 C selama 15 menit kemudian⁰
membolak-balik menggunakan vortex dengan kuat selama 2 menit sampai larut.
7.4 Kesimpulan
Kegiatan praktikum isolasi DNA ini, dapat disimpulkan bahwa pada saat praktikum
berlangsung, prinsip-prinsip isolasi DNA selalu diterapkan praktikan. Prinsip-prinsip DNA
tersebut adalah penghilangan protein dan RNA menggunakan beberapa larutan buffer,
menginkubasi sampel yang telah dimasukkan larutan buffer, proses memisahkan pelet dan
supernatant atau mensentrifuge sampel, kemudian melakukan tahap presipitas dan pemurnian
sampel. Melalui prinsip isolasi DNA tersebut jika dilakukan dengan baik, akan menghasilkan
kuantitas dan kualitas DNA yang baik. Dapat dikatakan baik jika DNA yang diperoleh banyak
dan sudah tampak keberadaan benang-benang halus ketika sentrifuge terakhir. Kemudian warna
DNA yang baik adalah yang berwarna putih. Jika warna DNA selain berwarna putih, berarti
DNA masih kotor akibat proses pencucian yang kurang bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, F. M. et al. 2013. Current Protocols in Molecular Biology. Person Education Inc, San
Fransisco
Bettelheim & Landesberg. 2009. Molecular Genetic Analysis of Populations. Laboratory
Molecular Biomethods Handbook Second Edition. Ed: Walker, J.M., Rapley, R. Humana
Press, NJ, USA.
Karp, Gerald. 2009. Cell and Molecular Biology. USA
Verkuil. 2014. Biokimia Harper. ECG Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Nicholl DST. 2012. An introduction to genetic engineering. Crambridge: Cambridge University
Press.
Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 2012. Molecular cloning: a laboratory manual. Cold Spring
Harbor Laboratory Press. New York
Yuwono, T., 2010. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.
TTD Mahasiswa TTD Dosen Pengampu Nilai
BAB VIII
PENDAHULUAN
(PENGAMBILAN DARAH UNTUK PEMERIKSAAN LAB)
8.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mengidentifikasi pengaruh lama penyimpanan darah terhadap kadar
hemoglobin pada komponen whole blood.
2. Cara Kerja
Dilakukan persiapan kerja seperti alat-alat yang akan digunakan.
Posisi lengan pasien harus lurus, jangan membengkok siku, pilih lengan yang
paling banyak melakukan aktivitas, letakan tangan diatas meja.
Melakukan perabaan (palfasi) pada lokasi vena yang akan ditusuk, pasien diminta,
untuk mengepalkan tangan.
Pasang tourniquet lebih kurang 3 jari diatas liat siku.
Lokasi vena yang akan ditusuk didesinveksi dengan kapas alkohol 70% dengan
sekali usap.
Tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum menghadap keatas dengan
kemiriringan antara jarum dan kulit 15-30 derajat.
Setelah volume darah cukup, dilepaskan tourniquet dan pasien diminta membuka
kepalan tangannya.
Lepaskan atau tarik jarum dan segera letakan kapas alcohol 70% diatas bekas
suntikan untuk menekan bagian tersebut dan ditutup dengan plester atau hepavyx.
Memindahkan sampel darah dari dalam spuit ketabung dengan cara melepaskan
jarum lalu mengalirkan darah perlahan melalui dinding tabung.
Jika sampel harus diberi anti koagulan, maka segera mungkin darah dimasukan
kedalam tabung dengan antikoagulan (EDTA, Ditras) campur dengan membolak-
balikan tabung beberapa kali.
8.3.5 Interpretasi Hasil
8.4 Kesimpulan
Pada akhir penyumbangan, darah di dalam selang harus diserut balik ke arah kantong dan
ujung selang yang dipotong harus sesegera mungkin di seal/direkatkan. Sampel darah untuk uji
saring harus diambil pada setiap penyumbangan dan jika tabung dengan antikoagulan yang
digunakan, maka harus dicampur dengan baik sesegera mungkin. Dan darah yang disumbangkan
harus dibuang jika beratnya kurang atau lebih secara signifikan, atau jika melebihi waktu
pengambilan darah maksimal yang diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bain, B. J. 2014. Hematologi : kurikulum inti. Cetakan 20. Edited by A. S. Y.Joko Suyono,
Ferdy Sandra. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kementerian Kesehatan RI.2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.Jakarta : Badan Penlitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Mahyaningsih, T. I. (2018). Analisis Faktor-Faktor Pengambilan Darah yang Berpengaruh
Terhadap Kualitas Spesimen di Laboratorium RSUD Kota Bandung. Bandung: Poltekkes
Kemenkes Bandung.
Organization WH.A global brief on Hypertension silent killer, global public health crises (World
Health day 2015). Geneva: WHO. 2015.
Prasetya, D. (2018). Phlebotomi, Pengertian, Metode dan Tindakan Pengambilan Darah. Dipetik
Desember 8, 2019, dari https://www.hallosehat.com.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta.
TTD Mahasiswa TTD Dosen Pengampu Nilai