Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH GANGGUAN REPRODUKSI PADA WANITA DAN PRIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktik Klinik Keperawatan Stase Maternitas

Mahasiswa Semester V Prodi D-IV Keperawatan

Disusun Oleh :

Karunia Kurotu Aeni P07120219003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKKES KEMENKES


YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH GANGGUAN REPRODUKSI PADA WANITA DAN PRIA

Disusun Oleh :

Karunia Kurotu Aeni P07120219003

Telah diperksa dan disetujui pada tanggal …. November 2021

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Dr.Yustiana Olfah, APP.,M.Kes Karunia Kurotu Aeni


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Gangguan Reproduksi pada Wanita dan Pria” dapat
terselesaikan.

Dalam pembuatan makalah ini saya menyampaikan terimakasih kepada Allah SWT
karena atas ridho-Nya saya mampu menyelesaiakan makalah ini, serta saya berterimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
laporan asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan. Adapun ucapan terimakasih, saya sampaikan
kepada:

1. Joko Susilo, Sk.M, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Bondan Palestin, SKM, M.Kep, Sp,Kom, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan
3. Ns. Maryana, S.SiT.,S.Psi.,Skep.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan yang telah membimbing penulis dalam mempersiapkan Praktik Klinik
Keperawatan
4. Dr.Yustiana Olfah, APP.,M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan masukan dan arahan selama penyusunan makalah ini.
5. Ayah, Ibu dan segenap keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara
moral, spiritual maupun material dalam menyusun makalah ini.
6. Teman seperjuangan dari jurusan keperawatan dan semua teman-teman yang selalu
medukung, memberi semangat dan motivasi untuk saya dapat menyelesaiakan makalah
ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa
mendatang, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Yogyakarta 21 November 2021

Karunia Kurotu Aeni


BAB I
PENDAHULUAN

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang


baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative
atau sexual.
Untuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus mengetahui terlebih
dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung di dalamnya.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu
menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi
mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah
menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot,
dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun membesar.
Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum)
dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya
tandatanda kelamin sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi
lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi).
Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh
manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau
mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini
diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi.
Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena
tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Sexualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara manusia laki – laki
dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu system yang memungkinkan
terjadinya keturunan yang sambung – menyambung sehingga existensi manusia itu tidak punah.
Banyak peristiwa bahagia dan hidup gairah oleh adanya sex, tetapi tidak sedikit pula adanya
peristiwa sedih, malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh sex pula.
Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat
ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi
dan didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain
mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh
adanya gangguan pola perkembangan kehidupan Psikosexualnya.
Gangguan reproduksi pada wanita adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan
reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya
adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini
mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi
wanita, infertil, dan lain-lain. (Baradero dkk, 2007)
Pada Sistem reproduksi pria juga dapat mengalami kelainan atau penyakit yang
menyerang organ reproduksi. Kelainan atau penyakit yang menyerang sistem reproduksi pria
antara lain: penyakit menular seksual, disfungsi seksual dan tumor pada organ reproduksi pria.
Gangguan pada sistem reproduksi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lingkungan, gaya hidup, organisme (virus, bakteri, dan parasit), serta faktor psikologis.
Oleh karena itu kita pelu mengetahui gangguan reproduksi pada wanita dan pria.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM REPRODUKSI WANITA DAN PRIA

A. SISTEM REPRODUKSI WANITA


Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi, oogenesis, hormon pada
wanita, fertilisasi, kehamilan, persalinan dan laktasi.
1. Organ Reproduksi
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
a. Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi
(saluran kelamin).
 Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan
panjang 3 - 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang.
Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang
dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon
estrogen dan progesteron.
 Saluran reproduksi
Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan
vagina.
 Oviduk
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan
dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk
berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat
jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan
oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk.
Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
 Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan
oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya
mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai
tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding
berupa lapisan jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel
dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan
pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi
(pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
 Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam
pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang
berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah
berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput
berlendir (membran mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan
seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan
jaringan ikat berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat
janin akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan.
b. Organ reproduksi luar
Organ reproduksi luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah
paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis
(mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak menandung
jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut. Di
bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah
sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang
juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk
melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas
labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada
pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun
klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh
darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan
saluran kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau
selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh
darah.
2. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam
ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat
diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak
diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu
pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan
berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap
pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi
anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan
istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung
sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki
sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan
hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit
yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit
sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua).
Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir,
melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder
akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada
oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan
menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan
polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan
polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi
ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi
untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan
seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap
meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada
saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada
masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang).
Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum.
Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
3. Hormon pada Wanita
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan
reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada
wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
 Siklus menstruasi
Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh
sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit
sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama
antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran
hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya
adalah adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada
pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama
menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi.
Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-
ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga
korpus luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron.
Turunnya kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari
dinding uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut
menyebabkan endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi
tipis. Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah
menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini
biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata
sekitar 50mL.
2. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit
primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau
disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya,
folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen menyebabkan
pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan
endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga
mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa. Lendir yang
bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih
mendukung lingkungan hidup sperma.
3. Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi
perubahan produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan
FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan
hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel
de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi
terjadi pada hari ke-14.

4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding
dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,
bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
4. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki
oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma
harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah
korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam
korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang
tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
 Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
 Menarik sperma secara kemotaksis positif.
 Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona
pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga
merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh
proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala
sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti
sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung
23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.
5. Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam
perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan
tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei
yang disebut tahap morula.
Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut
blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri
dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
a. Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan
membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-
tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga
mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan
sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian,
trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan
cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses
transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio
hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio
terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
1. Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang
pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada
blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan
pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan
trofoblas membentuk korion.
2. Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio.
Korion membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion
berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu
yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan
endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi
bagi embrio.
3. Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam
satu ruang yang berisi cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh
membran amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat
bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis
serta guncangan dari luar.
4. Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar
menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam
alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen
dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea
untuk dibuang oleh ibu.
b. Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio
(embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan
luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke
dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4
sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan
membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin.
Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran,
terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini
disebut masa janin atau masa fetus.
6. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara
perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi
dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi
kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen,
oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
 Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada
saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
 Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi
untuk kontraksi uterus.
 Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin
berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
 Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta.
Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang
panggul sehingga mempermudah persalinan.
7. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu.
Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum
kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu
sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum
berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh
mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan
plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara
tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin
memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini
disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat
dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi
sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.

B. SISTEM REPRODUKSI PRIA


Meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.
Organ Reproduksi
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ reproduksi
luar.
1. Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
 Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir
(skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh
sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri
dari serat jaringan ikat dan otot polos.
Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan
hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
 Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari
epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra.
a. Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang
keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai
sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
b. Vas deferens
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran
lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma
dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
c. Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan
kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma
agar masuk ke dalam uretra.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan
saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
 Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai
getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris
merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan
kelenjar Cowper .
a. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan
kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding
vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma.
b. Kelenjar prostate
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung
kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
c. Kelenjar Cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang
salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang
bersifat alkali (basa).

2. Organ Reproduksi Luar


Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
a. Penis.
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang
terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi
berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang
membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-
rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila
ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis
menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
b. Skrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara
skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal
dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak
sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan
sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa derajat
lebih rendah daripada suhu tubuh.
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam testis, tepatnya pada tubulus seminiferus.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan
tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal).
Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari
spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau
mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang
disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya
menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu,
setiap spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit
sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid merupakan calon sperma yang belum
memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak
berpasangan). Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).
Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid
dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk
menembus lapisan pelindung ovum.
Pada ekor sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang
memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses spermatogenesis.

Hormon pada Pria


Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu estoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.
a. Estoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi
menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma
(spermiasi) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli
juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen
serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini
tersedia untuk pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
BAB III
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI WANITA DAN PRIA

A. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita


1. Kanker serviks
a. Pengertian
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh
lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono,
1999).
Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah tumor
ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat
sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat
berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).
b. Penyebab Kanker serviks
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang
dapat menyebabkan kanker.
c. Tanda/gejala dari Kanker Serviks.
 Pendarahan setelah senggama/berhubungan
 Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
 Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
 Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
 Nyeri ketika berhubungan seksual.
2. Vaginitis
a. Pengertian
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri,
parasit atau jamur (Manuaba,2001)
Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung pada
vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999)
b. Penyebab dari Vaginitis
a) Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa
gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih
kekuning-kuningan dengan bau yang khas.
b) Bakteri
Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut
bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabu-
abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.
c) Virus
Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit
hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker
rahim. Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada
luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas.
Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan
yang bau yang sering menyerang ibu hamil
d) Parasit
Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis
yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna
kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan
membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar peralatan
mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi,
dan lain sebagainya.
c. Tanda dan Gejala :
 Pruritus vulvae
 Nyeri vagina yang hebat
 Disuria eksterna dan interna
 Rash pada vulva
 Eritematosa
 Sekret khas seperti keju lembut.
 Secret banyak dan bau busuk
 Edema vulva
 Vagina berbau busuk dan amis
 Perdarahan pervaginam
 Dispareunia
3. Bartolinitis
a. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam,
seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
b. Penyebab Bartolinitas
 Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
 Jamur : kandida albikan.
 Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
 Bakteri : neiseria gonore.
c. Tanda/Gejala Bartolitis
 Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
 Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
 Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa
sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada
benjolan di sekitar alat kelamin.
 Terdapat abses pada daerah kelamin
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
4. Kista Ovarium
a. Pengertian
Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang
paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang
cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Winkjosastro, et. all, 1999).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf
atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium
ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).
b. Panyebab Kista Ovarium
a) Gaya hidup tidak sehat.
 Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
 Zat tambahan pada makanan
 Kurang olah raga
 Terpapar denga polusi dan agen infeksius
 Sering stress
b) Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan
yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena
radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu
kanker.
c. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
 menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
 perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
 nyeri saat bersenggama.
 perdarahan.
 Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
 Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.
 Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
 Nyeri saat bersenggama.
 Pada stadium lanjut :
 Asites
 Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut
(usus dan hati)
 Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
 Gangguan buang air besar dan kecil.
 Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

B. Gangguan Sistem Reproduksi Pria Dewasa


a. Klamidia

(Gambar Chlamydia trachomatis)

Klamidia adalah PMS bakteri yang paling umum di Amerika Serikat. Organisme
penyebab adalah Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri gram negatif non
motil. Organisme ini adalah penyebab paling umum penyakit yang sebelumnya
didiagnosis uretritis non gonopokal (NGO) pada laki-laki. Chlamydia trachomatis
ditularkan melalui kontak seksual intim.

Klamidia merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri


Chlamydia trachomatis, paling sering terjadi pada pria berusia 20-24 tahun. Infeksi
ditularkan melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa pelindung dengan
pasangan yang terinfeksi.

1. Patofisiologi Klamidia
Chlamydia trachomatis menyebabkan inflamasi yang mengakibatkan
terbentuknya parut dan ulserasi pada jaringan yang terlibat. Pada laki-laki, infeksi
dapat menyebabkan stricktur uretra yang dapat meluas ke epididimis. Komplikasi
sitemik serius yang lebih umum pada laki-laki adalah sindrom reiter yang terdiri
atas uretritis, poliartritis, konjungtivitis.
2. Manifestasi Klinis Klamidia

(Gambar manifestasi infeksi Chlamydia trachomatis)

Pada laki-laki manifestasi utama adalah uretritis dengan disuria (nyeri dan
sulit berkemih), serta keluaran bening hingga mukopurulen.

b. Gonore

(Gambar Gonore pada pria)


Gonore (juga dikenal sebagai kencing nanah) dapat dibagi menjadi dua kategori:
lokal dan diseminata. Infeksi lokal dapat melibatkan permukaan mukosa uretra dan
rektum, kelenjar vestibuler, faring, konjungtiva. Infeksi sistemik (infeksi gonopokal
diseminata) melibatkan bakterimia dengan poliartritis dermatitis endokarditis, dan
meningitis. Gonore disebabkan oleh diplokokus gram negatif Neisseria gonorrheae.

1. Patofisiologi Gonore
Neisseria gonorrheae sangat menular namun tidak bertahan lama diluar
tubuh, oleh karena itu, gonore hampir selalu ditularkan melalui kontak seksual
secara langsung pengecualian infeksi yang terjadi pada bayi yang dapat tertular
gonore pada saat kelahiran pervaginam dan infeksi pada personal medis melalui
kulit yang tidak utuh
2. Manifestasi Klinis Gonore
Manifestasi gonore umumnya tampak jelas lebih awal pada laki laki
dibandingkan pada perempuan. Infeksi terutama adalah pada uretra anterior yang
memproduksi keluaran purulen, disuria, dan frekuensi berkemih. Komplikasi
meliputi epididimitis dan prostatitis. Selain itu, juga dapat mengalami
konjungtivitis atau faringitis karena kontak urogenital proktitis dari kontak anal.
c. Sifilis

(Gambar chancre sifilis primer)

Sifilis (istilah lainnya raja singa) adalah PMS sistematik yang sangat infeksius.
Tidak seperti IMS lain, sifilis selalu menjadi penyakit sistemik. Sifilis disebabkan oleh
spirochaeta Treponema pallidum yang lembut dan motil (bergerak sendiri). Walaupun
T. pallidum tidak dapat bertahan lama diluar tubuh, bakteri ini sangat infeksius.
Transmisi seksual T. Pallidum terjadi hanya jika terdapat lesi mukokutan dari sifilis
primer dan sekunder.

1. Patofisiologi Sifilis
T. Pallidum memasuki tubuh melalui membran mukus atau kulit yang
terabrasi, hampir ekslusif dengan kontak seksual langsung. Setelah masuk,
organisme berkembangbiak secara lokal dan menyebar secara sistemik melalui
aliran darah dan limfatik. Infeksi dapat juga ditularkan transplasenta dari
perempuan hamil yang tidak tertangani kepada fetusnya selama tahap apapun dari
penyakit (sifilis kongenital). Pada keadaan yang jarang, sifilis tertularkan melalui
kontak personal non seksual, inokulasi yang tidak disengaja, atau transfusi darah
dari penderita.
2. Manifestasi Klinis Sifilis
a) Tahap primer
Manifestasi utama sifilis primer adalah timbulnya chancre genital. Chancre
adalah ulkus oval dengan tepi keras meninggi yang tidak mudah berdarah
dan tidak nyeri jika terinfeksi. Chancre berkembang pada lokasi inokulasi,
umumnya genitalia, anus, atau mulut.

b) Tahap sekunder
Jika infeksi primer tidak tertangani, sifilis sekunder berkembang 6-8 bulan
setelah infeksi. Berikut tahapannya:
1) Ruam generalisata. Secara khas timbul ruam makulopapuler dan tidak
gatal, ruam dapat timbul dimanapun, namun sering timbul pada telapak
tangan dan kaki, ruam sangat infeksius.
2) Limfadenopati generalisata. Tidak nyeri, diskret.
3) Bercak mukosa. Bercak abu abu superfisial timbul pada membran
mukosa mulut dan dapat diikuti nyeri tenggorokan
4) Condilomata lata. Papul pipih yang luas umumnya dapat dibedakan
dengan mudah dari pertumbuhan condilomata akuminata (kutil
kelamin) yang khas dengan dasar sempit dan menggantung.
5) Manifestasi umum seperti flu, termasuk mual, anoreksia, konstipasi,
sakit kepala, suhu yang meninggi secara kronik, dan nyeri otot, sendi,
dan tulang.
6) Kerontokan rambut tidak merata pada alis dan kulit kepala (alopesia)

c) Tahap Laten
Selama tahap ini, sifilis tidak infeksius kecuali melalui penyebaran
transplasenta/transfusi darah. Pada tahap ini, klien seroreaktif (dengan tes
darah +) namun tidak menunjukkan bukti lain dari penyakit. Tahap laten ini
berkembang selama 12 bulan setelah infeksi.

d) Tahap tesier
Sifilis tersier berkembang dalam 1-35 tahun setelah infeksi primer. Pada
tahap ini pasien sudah mengalami komplikasi yang irreversible dan sangat
merusak, seperti inflamasi tulang dan sendi kronis, masalah kardiovaskuler,
lesi granulomatosa pada bagian apapun dari tubuh, dan masalah mata,
pendengaran, serta sistem saraf pusat.

d. Herpes Genetalis

(Gambar Herpes genitalis)

Herpes genitalis adalah infeksi virus yang kronis. Herpes genitalis kini menjadi
salah satu PMS yang paling umum sebagai penyebab ulkus genital. Penyakit ini
disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe 2, infeksi ini berkaitan dekat dengan
infeksi herpes lainnya seperti herpes yang disebabkan HSV tipe 1.

1. Patofisiologi Herpes Genetalis


Organisme HSV terdapat didalam eksudat lesi. Herpes dapat ditularkan
saat terdapat lesi dan selama 10 hari setelah lesi menyembuh. Herpes genitalis
umumnya ditularkan dengan kontak langsung dengan eksudat selama aktivitas
seksual, namun penularan dapat oleh fomites (objek yang dapat membawa
mikroorganisme patogen), seperti handuk yang digunakan oleh orang yang
terinfeksi. Bayi baru lahir dapat terinfeksi selama kelahiran pervaginam jika
terdapat lesi genital aktif.

2. Manifestasi Klinis Herpes Genetalis


Manifestasi herpes genitalis umumnya terjadi 3 hingga 7 hari setelah
kontak. Pada awalnya, sensasi seperti terbakar (parestesia) dirasakan pada lokasi
inookulasi. Lalu, banyak vesikel kecil dengan tepi eritematosa membentuk ulkus
dangkal yang nyeri lalu berkrusta dan menyembuh dengan parut dalam sekitar 2-
4 minggu.

e. Syankroid

(Gambar Chancroid)

Syankroid adalah infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh basilus gram
negatif Haemophilus ducreyi. Syankroid timbul dengan ulkus genital multipel dalam
yang nyeri, ireguler, dan sering diikuti oleh limfadenopati inguinal yang nyeri.
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul
disekitargenetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu
akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap (Rosari, 2006).

Syankroid dapat menyebabkan kelenjar getah bening di daerah pangkal paha


membengkak, ulkus syankroid Nyeri biasanya berkembang 3-10 hari setelah terinfeksi,
nyeri saat buang air kecil, nyeri saat menggerakan perut, baik pria maupun wanita bisa
mengalami demam dan kelelahan umum dengan penyakit. Chancroid adalah sejenis
bakteri yang menyerang kulit kelamindan menyebabkanluka kecil bernanah. Jika luka
ini pecah, bakteri akan menjalar kearahpubik dan kelamin.

f. Limfogranuloma Venereum

(Gambar Limfogranuloma Venereum)

Limfogranuloma Venereum adalah infeksi sitemik yang disebabkan oleh C.


Trachomatis. Lesi primer adalah pakul yang kecil dan tidak nyeri pada glans penis.
Manifestasi klinis yang paling umum adalah nodus limfatik inguinal yang jelas
membesar, lunak, dan inflamasi yang dapat mengeluarkan drainase, ulserasi, dan parut,
obstruksi limfatik, dan deformitas genitalia eksterna yang jelas.

g. Granuloma Inguinale
(Gambar Granuloma Inguinale)

Granuloma inguinale (donovanosis) adalah infeksi kronis yang disebabkan


basilus gram negatif kecil yang dikenal sebagai Klebsiella granulomatis. Granuloma
inguinale bercirikan lesi papular genital dan perianal tanpa limfadenopati. Lesi ini
menjadi lesi granulomatosa yang tidak nyeri, membesar secara bertahap, dan berulserasi
yang menyebabkan destruksi jaringan. Lesi ini sangat vaskuler, mudah berdarah dan
memiliki penampilan merah seperti daging sapi.

h. Kutil Kelamin (Condilomata Akuminata)

(Gambar Condilomata akuminata)

Condilomata akuminata adalah infeksi yang disebabkan oleh virus papiloma


manusia (HPV) dan umumnya ditularkan melalui kontak seksual. Faktor yang dapat
mendukung perkembangan penyakit ini meliputi: HIV, kehamilan, merokok,
penggunaan obat obatan atau alkohol, gizi yang buruk, kelelahan.
Kutil kelamin adalah pertumbuhan jinak yang secara khas timbul dalam
kelompok kelompok multipel dan tidak nyeri pada perineum, area anorektal, meatus
uretra, atau glan penis, 1 hingga2 bulan setelah pajanan. Lesi oral, faring dan laring
dapat juga terjadi.

i. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
bersel satu bernama Trichomonas vaginalis. Kondisi ini mudah sekali ditularkan
melalui hubungan seksual. Kebanyakan penderita pria tidak menyadari infeksi ini
karena tidak mengalami gejala apa pun sampai ketika pasangan wanitanya terinfeksi
dan mengalami gejala.

j. Kandidiasis

(Gambar Candida albicans)


Kandidiasis disebabkan oleh jamur kandida albicans. Pada pria mendapatkan
infeksi karena kontak seksual dengan wanita yang menderita vulvovaginitis. Lesi
berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus
koronarius glandis.

k. Kutu Kemaluan
Kutu pada rambut kemaluan adalah serangga parasit kecil yang hidup di antara
rambut tubuh yang kasar, seperti rambut kemaluan. Kutu ini bisa juga hidup dibulu
ketiak, rambut tubuh, jenggot, alis,dan bulu mata. Kutu ini memakan darah manusia dan
hanya bisa merangkak dari rambut ke rambut, tidak bisa melompat dari satu orang ke
orang lainnya. Gejala utama yang terjadi adalah rasa gatal pada bagian yang terinfeksi
dan terjadinya peradangan atau iritasi akibat garukan penderita.

l. Hipogonadisme

Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan


interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan
infertilitas, impotensi dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat
dilakukan dengan terapi hormon.
m. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari
rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat ditangani
dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang
terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
n. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering
buang air kecil. Organisme yang paling sering menyebabkan uretritis adalah
Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum atau virus herpes.
o. Prostatitis

Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan peradangan


pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang dapat menghambat uretra sehingga
timbul rasa nyeri bila buang air kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti
Escherichia coli maupun bukan bakteri.

p. Epididimitis

Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
q. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
r. Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada
sama sekali.
penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.

s. Hyperthropic prostat
Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi
pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
t. Hernia inguinalis

Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian


lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
u. Kanker prostat
Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat. Menimbulkan banyak
kematian pada pria usia lanjut.
v. Kanker testis

Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),
yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).
w. Impotensi
Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis
pada pada hubungan kelamin yang normal.
x. Infertilitas (kemandulan)
Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat disebabkan
faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar radio aktif,


terkena racun, infeksi, atau gangguan hormon
 Tersumbatnya saluran sperma
 Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sistem reproduksi merupakan kumpulan organ yang bekerjasama untuk

menghasilkan kehidupan baru. Gangguan reproduksi pada wanita adalah kegagalan wanita

dalam manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan dalam bidang

kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan

gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah

struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertil, dan lain-lain. (Baradero dkk, 2007)

Kelainan atau penyakit yang menyerang sistem reproduksi pria antara lain: penyakit

menular seksual, disfungsi seksual dan tumor pada organ reproduksi pria. Penyakit menular

seksual adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain

melalui hubungan seksual. Disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu

atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Tumor adalah

pembengkakan di dalam tubuh yang disebabkan oleh berkembangbiaknya sel – sel secara

abnormal. Tumor dan atau kanker pada alat kelamin pria biasanya terjadi karena penyakit

akibat hubungan seksual, kecendrungan ini lebih besar bila pada pria yang belum disunat.

B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu memahami gangguan pada sistem reproduksi
wanita dan pria serta dapat mengetahui apa saja gangguan pada system reproduksi wanita
dan pria, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi wanita dan pria dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada.
Selain itu perawat juga dapat melakukan upaya promotif mengenai gangguan sistem
reproduksi wanita dan pria

Anda mungkin juga menyukai