Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktik Klinik Keperawatan Stase Maternitas
Disusun Oleh :
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Gangguan Reproduksi pada Wanita dan Pria” dapat
terselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini saya menyampaikan terimakasih kepada Allah SWT
karena atas ridho-Nya saya mampu menyelesaiakan makalah ini, serta saya berterimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
laporan asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan. Adapun ucapan terimakasih, saya sampaikan
kepada:
1. Joko Susilo, Sk.M, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
2. Bondan Palestin, SKM, M.Kep, Sp,Kom, selaku Ketua Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan
3. Ns. Maryana, S.SiT.,S.Psi.,Skep.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan yang telah membimbing penulis dalam mempersiapkan Praktik Klinik
Keperawatan
4. Dr.Yustiana Olfah, APP.,M.Kes selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan masukan dan arahan selama penyusunan makalah ini.
5. Ayah, Ibu dan segenap keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara
moral, spiritual maupun material dalam menyusun makalah ini.
6. Teman seperjuangan dari jurusan keperawatan dan semua teman-teman yang selalu
medukung, memberi semangat dan motivasi untuk saya dapat menyelesaiakan makalah
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa
mendatang, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Yogyakarta 21 November 2021
4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit
sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak
sebanyak folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding
dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah
pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan
pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga
estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada
uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,
bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
4. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki
oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma
harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah
korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam
korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit
sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang
tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
Menarik sperma secara kemotaksis positif.
Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona
pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga
merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh
proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu
ovum yang disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala
sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti
sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung
23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.
5. Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam
perjalannya ke uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan
tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei
yang disebut tahap morula.
Morula akan terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut
blastula, dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri
dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
a. Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan
membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-
tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga
mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan
sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian,
trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan
cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses
transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio
hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio
terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
1. Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang
pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada
blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan
pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan
trofoblas membentuk korion.
2. Korion
Korion merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio.
Korion membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion
berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu
yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan jaringan
endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi
bagi embrio.
3. Amnion
Amnion merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam
satu ruang yang berisi cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh
membran amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat
bergerak dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis
serta guncangan dari luar.
4. Alantois
Alantois merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar
menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam
alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen
dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea
untuk dibuang oleh ibu.
b. Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio
(embrioblas). Pada embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan
luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke
dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu ke-4
sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan
membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin.
Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya, mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran,
terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini
disebut masa janin atau masa fetus.
6. Persalinan
Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara
perlahan menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi
dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi
kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen,
oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada
saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi
untuk kontraksi uterus.
Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin
berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Relaksin
Relaksin dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta.
Relaksin berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang
panggul sehingga mempermudah persalinan.
7. Laktasi
Kelangsungan bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu.
Produksi air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum
kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta suatu
sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum
berkembang.
Pada masa kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh
mammotropin. Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan
plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar payudara
tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan lemak
disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon prolaktin
memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini
disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan konsentrasinya dalam darah ibu meningkat
dari minggu ke-5 kehamilan sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi
sejumlah besar somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
Klamidia adalah PMS bakteri yang paling umum di Amerika Serikat. Organisme
penyebab adalah Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri gram negatif non
motil. Organisme ini adalah penyebab paling umum penyakit yang sebelumnya
didiagnosis uretritis non gonopokal (NGO) pada laki-laki. Chlamydia trachomatis
ditularkan melalui kontak seksual intim.
1. Patofisiologi Klamidia
Chlamydia trachomatis menyebabkan inflamasi yang mengakibatkan
terbentuknya parut dan ulserasi pada jaringan yang terlibat. Pada laki-laki, infeksi
dapat menyebabkan stricktur uretra yang dapat meluas ke epididimis. Komplikasi
sitemik serius yang lebih umum pada laki-laki adalah sindrom reiter yang terdiri
atas uretritis, poliartritis, konjungtivitis.
2. Manifestasi Klinis Klamidia
Pada laki-laki manifestasi utama adalah uretritis dengan disuria (nyeri dan
sulit berkemih), serta keluaran bening hingga mukopurulen.
b. Gonore
1. Patofisiologi Gonore
Neisseria gonorrheae sangat menular namun tidak bertahan lama diluar
tubuh, oleh karena itu, gonore hampir selalu ditularkan melalui kontak seksual
secara langsung pengecualian infeksi yang terjadi pada bayi yang dapat tertular
gonore pada saat kelahiran pervaginam dan infeksi pada personal medis melalui
kulit yang tidak utuh
2. Manifestasi Klinis Gonore
Manifestasi gonore umumnya tampak jelas lebih awal pada laki laki
dibandingkan pada perempuan. Infeksi terutama adalah pada uretra anterior yang
memproduksi keluaran purulen, disuria, dan frekuensi berkemih. Komplikasi
meliputi epididimitis dan prostatitis. Selain itu, juga dapat mengalami
konjungtivitis atau faringitis karena kontak urogenital proktitis dari kontak anal.
c. Sifilis
Sifilis (istilah lainnya raja singa) adalah PMS sistematik yang sangat infeksius.
Tidak seperti IMS lain, sifilis selalu menjadi penyakit sistemik. Sifilis disebabkan oleh
spirochaeta Treponema pallidum yang lembut dan motil (bergerak sendiri). Walaupun
T. pallidum tidak dapat bertahan lama diluar tubuh, bakteri ini sangat infeksius.
Transmisi seksual T. Pallidum terjadi hanya jika terdapat lesi mukokutan dari sifilis
primer dan sekunder.
1. Patofisiologi Sifilis
T. Pallidum memasuki tubuh melalui membran mukus atau kulit yang
terabrasi, hampir ekslusif dengan kontak seksual langsung. Setelah masuk,
organisme berkembangbiak secara lokal dan menyebar secara sistemik melalui
aliran darah dan limfatik. Infeksi dapat juga ditularkan transplasenta dari
perempuan hamil yang tidak tertangani kepada fetusnya selama tahap apapun dari
penyakit (sifilis kongenital). Pada keadaan yang jarang, sifilis tertularkan melalui
kontak personal non seksual, inokulasi yang tidak disengaja, atau transfusi darah
dari penderita.
2. Manifestasi Klinis Sifilis
a) Tahap primer
Manifestasi utama sifilis primer adalah timbulnya chancre genital. Chancre
adalah ulkus oval dengan tepi keras meninggi yang tidak mudah berdarah
dan tidak nyeri jika terinfeksi. Chancre berkembang pada lokasi inokulasi,
umumnya genitalia, anus, atau mulut.
b) Tahap sekunder
Jika infeksi primer tidak tertangani, sifilis sekunder berkembang 6-8 bulan
setelah infeksi. Berikut tahapannya:
1) Ruam generalisata. Secara khas timbul ruam makulopapuler dan tidak
gatal, ruam dapat timbul dimanapun, namun sering timbul pada telapak
tangan dan kaki, ruam sangat infeksius.
2) Limfadenopati generalisata. Tidak nyeri, diskret.
3) Bercak mukosa. Bercak abu abu superfisial timbul pada membran
mukosa mulut dan dapat diikuti nyeri tenggorokan
4) Condilomata lata. Papul pipih yang luas umumnya dapat dibedakan
dengan mudah dari pertumbuhan condilomata akuminata (kutil
kelamin) yang khas dengan dasar sempit dan menggantung.
5) Manifestasi umum seperti flu, termasuk mual, anoreksia, konstipasi,
sakit kepala, suhu yang meninggi secara kronik, dan nyeri otot, sendi,
dan tulang.
6) Kerontokan rambut tidak merata pada alis dan kulit kepala (alopesia)
c) Tahap Laten
Selama tahap ini, sifilis tidak infeksius kecuali melalui penyebaran
transplasenta/transfusi darah. Pada tahap ini, klien seroreaktif (dengan tes
darah +) namun tidak menunjukkan bukti lain dari penyakit. Tahap laten ini
berkembang selama 12 bulan setelah infeksi.
d) Tahap tesier
Sifilis tersier berkembang dalam 1-35 tahun setelah infeksi primer. Pada
tahap ini pasien sudah mengalami komplikasi yang irreversible dan sangat
merusak, seperti inflamasi tulang dan sendi kronis, masalah kardiovaskuler,
lesi granulomatosa pada bagian apapun dari tubuh, dan masalah mata,
pendengaran, serta sistem saraf pusat.
d. Herpes Genetalis
Herpes genitalis adalah infeksi virus yang kronis. Herpes genitalis kini menjadi
salah satu PMS yang paling umum sebagai penyebab ulkus genital. Penyakit ini
disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe 2, infeksi ini berkaitan dekat dengan
infeksi herpes lainnya seperti herpes yang disebabkan HSV tipe 1.
e. Syankroid
(Gambar Chancroid)
Syankroid adalah infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh basilus gram
negatif Haemophilus ducreyi. Syankroid timbul dengan ulkus genital multipel dalam
yang nyeri, ireguler, dan sering diikuti oleh limfadenopati inguinal yang nyeri.
Penyakit ini diawali dengan benjolan-benjolan kecil yang muncul
disekitargenetalia atau anus, 4-5 hari setelah kontak dengan penderita. Benjolan itu
akhirnya akan terbuka dan mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap (Rosari, 2006).
f. Limfogranuloma Venereum
g. Granuloma Inguinale
(Gambar Granuloma Inguinale)
i. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
bersel satu bernama Trichomonas vaginalis. Kondisi ini mudah sekali ditularkan
melalui hubungan seksual. Kebanyakan penderita pria tidak menyadari infeksi ini
karena tidak mengalami gejala apa pun sampai ketika pasangan wanitanya terinfeksi
dan mengalami gejala.
j. Kandidiasis
k. Kutu Kemaluan
Kutu pada rambut kemaluan adalah serangga parasit kecil yang hidup di antara
rambut tubuh yang kasar, seperti rambut kemaluan. Kutu ini bisa juga hidup dibulu
ketiak, rambut tubuh, jenggot, alis,dan bulu mata. Kutu ini memakan darah manusia dan
hanya bisa merangkak dari rambut ke rambut, tidak bisa melompat dari satu orang ke
orang lainnya. Gejala utama yang terjadi adalah rasa gatal pada bagian yang terinfeksi
dan terjadinya peradangan atau iritasi akibat garukan penderita.
l. Hipogonadisme
p. Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli dan Chlamydia.
q. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
r. Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada
sama sekali.
penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
s. Hyperthropic prostat
Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi
pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
t. Hernia inguinalis
Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar),
yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam
skrotum (kantung zakar).
w. Impotensi
Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis
pada pada hubungan kelamin yang normal.
x. Infertilitas (kemandulan)
Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat disebabkan
faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
menghasilkan kehidupan baru. Gangguan reproduksi pada wanita adalah kegagalan wanita
kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan
gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah
struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertil, dan lain-lain. (Baradero dkk, 2007)
Kelainan atau penyakit yang menyerang sistem reproduksi pria antara lain: penyakit
menular seksual, disfungsi seksual dan tumor pada organ reproduksi pria. Penyakit menular
seksual adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain
melalui hubungan seksual. Disfungsi seksual adalah gangguan yang terjadi pada salah satu
atau lebih dari keseluruhan siklus respons seksual yang normal (Elvira, 2006). Tumor adalah
pembengkakan di dalam tubuh yang disebabkan oleh berkembangbiaknya sel – sel secara
abnormal. Tumor dan atau kanker pada alat kelamin pria biasanya terjadi karena penyakit
akibat hubungan seksual, kecendrungan ini lebih besar bila pada pria yang belum disunat.
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu memahami gangguan pada sistem reproduksi
wanita dan pria serta dapat mengetahui apa saja gangguan pada system reproduksi wanita
dan pria, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi wanita dan pria dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada.
Selain itu perawat juga dapat melakukan upaya promotif mengenai gangguan sistem
reproduksi wanita dan pria