Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
GEMPOL – PASURUAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI :
GANGGUAN VULVA, GANGGUAN RAHIM, GANGGUAN MENSTRUASI,
GANGGUAN NEOPLASIA, DAN PENYAKIT MENULAR”
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada, Ika Puspita Sari S. Kep. Ns., M. Kep. selaku
pembimbing. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system reproduksi
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan vulva
1.3.3 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rahim
1.3.4 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
menstruasi
1.3.5 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan neoplasia
1.3.6 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit menular
BAB 2
PEMBAHASAN
Sumber : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi, hal. 8 (Ana
R, A. Per. Pend., S.Kep., Ns., M. Kep.)
Siklus menstruasi (sumber gambar : https://pak.pandani.web.id/2020/02/grafik-dibawah-ini-
menunjukan-dinamika.html)
NO Intervensi Rasional
1. Bersihkan alat genetalia dengan Untuk menjaga alat genetalia tetap bersih dan
teknik aseptic. tidak mengganggu ekosistem normal pada
vagina.
2. Lakukan pemeriksaan cairan Untuk mengetaui jumlah bakteri abnormal
keputian dari vagina dengan yang berkemban dalam vagina
preparat basah atau pewarnaan
gram.
3. Berikan pemahaman pada pasien Agar pasien bisa menhindari penyebab dari
mengenai hal-hal yang bisa adanya infeksi lebih lanjut.
menyebabkan infeksi lebih
lanjut
4. Pantau anda-anda vital Tanda-tanda vital menggambarkan bagaimana
kondisi pasien.
D. Implementasi
Pada tahapan implementasi ini diharapkan tindakan yang dilakukan
pasien adalah sesuatu yang tepat sesuai rencana tindakan yang sudah di
susun agar menghasilkan jawaban dan tujuan yang diinginkan
E. Evaluasi
Pada tahapan akhir ini diharapkan akan mendapatkan hasil mengenai
kondisi pasien, tentunya berpegang pada tujuan yang ingin dicapai seperti:
1) Pasien tidak lagi mengalami keputihan yang tidak wajar.
2) Tidak ada lagi rasa gatal yang menggangu aktivitas Pasien, pekerjaan
pasien pun dapat diatasi dengan baik.
3) Pasien sudah tidak malu lagi melakukan aktivitas di luar rumah dan
bersosialisasi dengan siapa saja, karena bau busuk yang dideritanya
sudah membaik.
4) Pasien tidak merasa takut saat melakukan hubungan seksual.
5) Pasien dapat menjaga area intimnya Agar tetap kering dan melakukan
hal-hal lain dapat membuat organ intimnya tetap sehat.
6) Pasien menjauhi hubungan seks bebas dan berganti-ganti pasangan
7) Pasien harus mengerti bagaimana penanganan Yang harus dilakukan
dan apa saja yang harus dihindari saat penyakitnya timbul kembali.
8) Pasien menjalankan pola hidup sehat.
Sumber : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Reproduksi, hal. 37 (Ana R, A. Per. Pend.,
S.Kep., Ns., M. Kep.)
2) Diagnosis 2 : Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel
Tujuan : Skala nyeri menurun hingga hilang
Kriteria hasil :
a) Tanda-tanda vital pasien sudah dalam batas normal, meliputi :
(1) Tekanan darah normal (± 100-140 mmHg / 60-90 mmhg)
(2) Nadi normal (± 60-100x / menit)
(3) Suhu normal (± 36,5°C - 37,5°C)
(4) Pernapasan normal (± 16-24x / menit)
b) Pasien mengatakan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.
c) Ekspresi wajah tidak meringis atau rileks.
No Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, Mengetahui tingkat nyeri pasien dan
intensitas, dan skala nyeri menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar: Mengurangi rasa nyeri
relaksasi, distraksi, imajinasi, message
3. Terus awasi tanda-tanda vital Mengetahui tanda kegawatan
4. Berikan posisi yang nyaman Memberikan rasa nyaman dan
membantu mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik Mengontrol nyeri maksimum
3) Diagnosis 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek pengobatan
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan intergritas kulit.
Kriteria hasil :
a) Pasien atau keluarga nantinya dapat mempertahankan keberhasilan
pengobatan tanpa mengiritasi kulit.
b) Pasien dan keluarga nantinya dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit
c) Pasien keluarga beserta tim medis nantinya dapat meminimalkan trauma pada
area terapi radiasi
d) Pasien dan keluarga beserta tim medis nantinya dapat menghindari dan
mencegah cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dan
setelahnya
No Intervensi Rasional
1. Mandikan dengan air hangat dan sabun Mempertahankan kebersihan kulit tanpa
ringan mengiritasi kulit
2. Meminta pasien untuk tidak menggaruk kulit Membantu menghindari trauma kulit
yang kering, dan sarankan untuk
menepuknya saja
3. Melakukan peninjauan protokol perawatan Efek kemerahan dapat terjadi pada
kulit untuk pasien yang mendapat terapi terapi radiasi
radiasi
4. Sarankan untuk memakai pakaian yang Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
lembut dan longgar, biarkan pasien tekanan pada kulit
menghindari penggunaan bra bila ini
memberikan tekanan
4) Diagnosis 4 : Asupan nutrisi kurang untuk kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah karena efek radiologi
Tujuan : asupan nutrisi yang masuk sesuai kebutuhan tubuh dan status
kenormalannya dapat dipertahankan selama menjalani perawatan
Kriteria hasil :
a) Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas
b) Konjingtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
c) Berat badan pasien menuju normal
d) Hasil hemoglobin dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien Untuk mengetahui status nutrisi
2. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai Memantau peningkatan BB
indikasi
3. Meminta pasien untuk makan makanan Kebutuhan jaringan metabolik adequate
tinggi kalori, kaya protein dan sesuai diet oleh nutrisi
(rendah program)
4. Mengawasi masukan makanan setiap hari Identifikasi defisiensi nutrisi
5. Sarankan pasien makan sedikit tapi sering Agar nutrisi terpenuhi
5) Diagnosis 5 : Risiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Tujuan : cedera atau injuri dapat dicegah
Kriteria hasil :
a) Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi
b) Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan aktivitas
c) Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas
No Intervensi Rasional
1. Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara Membantu mengurangi kelelahan
cepat
2. Sarankan pasien untuk berpegangan tangan Membantu pasien untuk melakukan
atau meminta bantuan pada keluarga dalam kegiatan
melakukan suatu kegiatan
3. Pertahankan posisi tubuh tepat dengan Membantu mempercepat penyembuhan
dukungan alat bantuan
6) Diagnosis 6 : Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan cairan keputih dan
pendarahan yang keluar dari vagina
Tujuan : penyebaran infeksi dapat dicegah
Kriteria hasil :
a) Pasien dapat menjaga diri dari infeksi dengan menjaga kebersihan diri
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area sekitar serviks
c) Tanda-tanda vital dalam batah normal, meliputi :
(1) Tekanan darah normal (± 100-140 mmHg / 60-90 mmhg)
(2) Nadi normal (± 60-100x / menit)
(3) Suhu normal (± 36,5°C - 37,5°C)
(4) Pernapasan normal (± 16-24x / menit)
d) Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien ke
keluarga, pasien ke pasien lain dan pasien ke pengunjung
e) Efek timbul tanda-tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
f) Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit
No Intervensi Rasional
1. Kaji adalah infeksi disekitar area serviks Mengurangi terjadinya infeksi
2. Tekankan pada pentingnya personal hygiene Agar tidak terjadi penyebaran infeksi
3. Melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda Menvegah terjadinya infeksi
vital, terutama suhu
4. Berikan perawatan dengan prinsip aseptic Membantu mempercepat penyembuhan
dan antiseptik
5. Tempatkan pasien pada lingkungan yang Mencegah terjadinya infeksi
terhindar dari infeksi
6. Kolaborasi : Untuk mengatasi infeksi bakteri pada
Pemberian antibiotic penyakit
No Intervensi Rasional
1. Dengarkan pernyataan pasien atau orang Masalah seksualitas seringkali menjadi
terdekat masalah yang tersembunyi, yang
seringkali di ungkapkan sebagai humor
atau melalui pernyataan yang tidak
gambling
2. Informasikan pada pasien tentang efek dari Pedoman antisipasi dapat membantu
proses penyakit kanker serviks yang di pasien dan orang terdekat untuk
alaminya terhadap fungsi seksualitasnya memulai proses adaptasi pada keadaan
(termasuk di dalamnya efek samping dari yang baru
pengobatan kanker yang akan dijalani)
3. Bantu pasien untuk menyadari atau Mengakui proses kehilangan atau
menerima tahap kehilangan tersebut perubahan pada fungsi seksual secara
nyata dapat meningkatkan kping pasien
4. Semangati dan bantu pasien untuk berbagi Komunikasi terbuka dapat membantu
pikiran dengan orang terdekat dalam identifikasi masalah dan
meningkatkan diskusi untuk
menemukan pemecahan masalah
No Intervensi Rasional
1. Bantu dan semangati pasien dalam menjalani Menjadikan pasien bersemangat
aktivitasnya menjalani kegiatannya
2. Memberikan tindakan kenyamanan pada Demi menurunnya tegangan pada otot
pasien dengan menggosok punggung, dan mengatasi lelah yang akan
membantu untuk mengatur posisi tidurnya, meningkatkan rasa nyaman
dan penurunan stimulus dalam ruangan
seperti menjadikan ruangan lebih redup.
3. Berikan tirah baring yang sesuai Membantu pasien mendapatkan istirahat
yang berkualitas
4. Menyarankan dan membantu pasien untuk Waktu tidur yang berkualitas dapat
mendapatkan istirahat atau waktu tidur yang mengganti energy tubuh pasien yang
cukup dan berkualitas (selama delapan hilang
sampai sepuluh jam per malam)
5. Melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda Dapat membantu perawat mengetahui
vital kondisi tubuh pasien
9) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan kemoterapi.
Tujuan : percaya diri pasien kembali meningkat.
Kriteria hasil :
a) Pasien beradaptasi dengan kondisi barunya
b) Pasien mengungkapkan penerimaan atas penampilannya yang sudah berubah
c) Pasien terjun ke lingkungan tanpa merasa malu, bahkan pasien menjalani
dengan gembira
No Intervensi Rasional
1. Bila memungkinkan dengan kondisi pasien, Memberikan informasi tentang tingkat
lakukanlah konseling pengetahuan pasien atau orang terdekat
terhadap pengetahuan tentang situasi
pasien dan proses penerimaan
2. Membantu dan mendorong pasien untuk bisa Membantu pasien untuk menyadari
menyatakan perasaannya, mintalah orang perasaannya tidak biasa, perasaan
terdekatnya untuk membantu bersalah
3. Mencatat perilaku menarik diri dari pasien, Dengan masalah pada penilaian yang
peningkatan ketergantungan, manipulasi atau dapat memerlukan evaluasi lanjut dan
tidak terlibat pada perawatan terapi lebih ketat
4. Ajak pasien berkenalan dan berbaur dengan Membatu pasien mendapatkan dan terus
orang-orang yang lebih parah kondisinya tapi meningkatkan rasa percaya dirinya,
masih memiliki daya juang dan tidak merasa sekaligus bersyukur atas kondisinya
malu, seperti berkenalan dengan anak-anak
kecil pengidap kanker tapi masih percaya
diri untuk tampil di depan umum
10) Koping keluarga melemah berhubungan dengan sakit yang berkepanjangan pada
anggota keluarga terdekat
Tujuan : koping keluarga kembali menigkat
Kriteria hasil :
a) Keluarga mempertahankan support
b) Keluarga bisa beradaptsi terhadap perubahan akan kebutuhan pasien
c) Keluarga dengan sukarela dan tidak tampak sedih saat membatu kegiatan atau
perawatan pasien
d) Pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pengkajian koping keluarga Memulai suatu hubungan dalam bekerja
terhadap sakit pasien dan perawatannya secara konstruktif dengan keluarga
2. Menyarankan keluarga untuk bisa Mereka tak menyadari bahwa mereka
mengungkapkan perasaan secara verbal berbicara secara bebas
3. Mengajarkan kepada keluarga tentang Menghilangkan kecemasan tentang
penyakit dan transmisinya transmisi melalui kontak sederhana
D. Implementasi
Pada tahapan implementasi ini diharapkan tindakan yang dilakukan pada pasien
adalah sesuatu yang tepat, tentunya sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
disusun agar menghasilkan jawaban dan tujuan yang diinginkan
E. Evaluasi
1) Nyeri yang sempat dialami pasien sudah menghilang
2) Sel-sel kanker yang tumbuh sudah bisa diatasi dengan operasi
3) Pasien menerima perubahan fisiknya, bahkan pasien terjun ke masyarakat dan
membagi pengalaman sakitnya tanpa rasa cemas, takut atau malu
4) Pasien menjalani pola hidup sehat dan bahagia, serta mengajak keluarga dan
orang terdekat untuk memulai pola hidup sehat sedini mungkin
5) Keluarga terus melakukan support dan mendampingi perawatan pasien tanpa
berat hati
6) Pasien dapat menjaga kondisi tubuhnya dengan teratur istirahat, mengonsumsi
yang dianjurkan, dan dengan gembira menjalani aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya.
2.4 Asuhan Keperawatan Gangguan Neoplasia (Kanker Payudara)
Neoplasia mengacu pada pertumbuhan jaringan baru, yang juga disebut tumor.
Sebagian besar jaringan tubuh mempunyai kemampuan untuk mengalami perubahan
neoplasti. Neoplasia benigna merupakan sel yang tumbuh secara lambat, terorganisasi
dengan baik, dan tidak menyerang jaringan lain si sekitarnya. Neoplasia umumnya
tidak mengancam jiwa penderita. Neoplasia maligna, yang dengan istilah kanker,
merupakan sel yang tumbuh dengan sangat cepat, tidak terorganisasi, dan sering kali
menyerang jaringan lain dan sekitarnya. Kanker dapat tumbuh menyebar jauh dari
lokasi tumor asalnya. Suatu proses yang disebut metastasis. Sebagian besar neoplasia
maligna berpotensi mengancam jiwa. Tumor tipe tertentu lebih berbahaya dan agresif
daripada tumor lain.
Neoplasia maligna dapat memberi pengaruh sangat jelas pada fungsi fisiologis
tubuh, konsep diri, kemampuan koping, seksualitas, fungsi keluarga, dan spiritualitas.
Neoplasia benigna memberikan banyak tantangan serupa, terutama selama proses
diagnosis, tetapi tidak sampai mengancam jiwa dan kesejahteraan. Perawat dapat
membantu wanita dan keluarganya agar dapat melalui pengalaman yang sulit ini,
memberikan edukasi, dukungan, dan empati.
2.4.1 Definisi Kanker Payudara (Karsinoma Mammae)
Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mamae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013 ).
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker
pada wanita. Perawat punya peran penting dalam menyelenggarakan skrining
dan penyuluhan kanker payudara. Jika tumor dideteksi dini dalam kondisi
terlokalisasi, angka kelangsungan hidup mendekati 100%. Kebanyakan tumor
dirahasiakan oleh wanita itu sendiri.
Jenis-jenis kanker payudara
.
Terapi kanker payudara yang dengan pembedahan dan terapi lanjutan
meliputi; radiasi, kemoterapi atau terapi homonal. Keputusan untuk
melakukan terapi lanjutan didasarkan pada fase penyakit, usia, serta status
menopause wanita.
N Intervensi Rasional
O
1. Melakukan pengkajian terhadap keluhan Mengindikasikan kebutuhan untuk
nyeri, perhatikan lokasi, intesitas, intervensi dan juga tanda-tanda
frekuensi dan waktu. Tandai gejala non perkembangan komplikasi.
verbal misalnya gelisah, takikardia,
meringis.
2. Membantu pasien untuk menerapkan Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
teknik relaksasi, visualisasi atau
imajinasi, relaksasi progresif,Tarik
napas dalam.
3. Menyemangati pasien untuk dapat Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit,
mengungkapkan perasaan. sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.
4. Kolaborasi: Memberikan penurunan nyeri atau rasa tidak
Berikan pasien analgesik atau antipiretik
nyaman, dan mengurangi demam. Obat yang
narkotik. Gunakan ADP ( analgesic dikontrol pasien berdasarkan waktu 24 jam
yang dikontrol pasien ) untuk dapat mempertahankan kadar analgesia
memberikan analgesia 24 jam. darah tetap stabil, mencegah kekurangan
atau kelebihan obat-obatan.
5. Kolaborasi : Meningkatkan relaksasi atau menurunkan
Lakukan tindakan paliatif misal tegangan otot.
pengubahan posisi, masase, rentang
gerak pada sendi yang sakit.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pengkajian konsistensi dan Dapat mendeteksi adanya darah dalam feses.
frekuensi feses dan adanya darah.
2. Melakukan auskultasi bunyi usus. Hipermotiliti umumnya dengan diare.
3. Mengatur agen anti-motilitas dan Mengurangi motilitas usus,yang pelan,serta
psilium ( Metamucil ) sesuai anjuran memperburuk perforasi pada intestinal.
dokter.
4. Kolaborasi : Untuk menghilangkan distensi.
Berikan pasien ointment A dan D,
vaselin atau zinc oside.
4) Diagnosis 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolik, dan
menurunnya absorpsi zat gizi.
Tujuan : Nutrisi dalam tubuh pasien kembali penuhi dan terus stabil.
Kriteria hasil :
a) Pasien akan memiliki intake kalori dan protein yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metaboliknya.
b) Rasa mual dan muntah dikontrol.
c) Serum albumin dan protein dalam batas normal.
d) Berat badan pasien akan kembali normal sebelum terserang sakit.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pemantauan Intake menurun dihubungkan
kemampuan mengunyah dan dengan nyeri tenggorokan dan
menelannya. mulut.
2. Melakukan pemantauan berat Menentukan data dasar.
badan intake dan ouput setiap hari.
3. Kolaborasi : Mengurangi muntah.
Mengatur antiemetic sesuai anjuran
dokter.
4. Kolaborasi : Meyakinkan bahwa makanan
Merancang pola diet dengan pasien sesuai dengan keinginan pasien.
dan orang penting lainnya.
No Intervensi Rasional
1. Lakukan pemantauan pemasukan Mempertahankan keseimbangan
oral dan pemasukan cairan cairan, mengurangi rasa haus dan
sedikitnya 2.500 ml / hari. melembabkan membrane mukosa.
2. Buatkan cairan yang mudah Meningkatkan pemasukan cairan
diberikan pada pasien ; gunakan tertentu mungkin terlalu
cairan yang mudah ditoleransi oleh menimbulkan nyeri untuk
pasien dan dapat menggantikan dikonsumsi karena lesi pada mulut.
elektrolit yang dibutuhkan,
misalnya gatorade.
3. Melakukan pengkajian turgor kulit, Indikator tidak langsung dari status
membrane mukosa dan rasa haus. cairan.
4. Melarang pasien untuk Mungkin dapat mengurangi diare.
mengonsumsi makanan yang
potensial menyebabkan diare,
yakni berbumbu pedas, berkadar
lemak tinggi, kacang, kubis, atau
susu. Mengatur kecepatan atau
konsentrasi makanan yang
diberikan berselang jika
dibutuhkan.
5. Lakukan pemantauan pada tanda- Untuk mengetahui keadaan pasien
tanda vital pasien. setiap saat dapat mencegah
penanganan terlambat.
6. Kolaborasi : Menurunkan jumlah dan keenceran
Berikan pasien obat-obatan anti feses, mungkin mengurangi kejang
diare seperti difenoksilat (lomotil), usus dan peristaltis.
loperamid Imodium, paregoric.
N Intervensi Rasional
O
1. Melakukan auskultasi bunyi Memperkirakan adanya
napas, tandai daerah paru yang perkembangan komplikasi atau
mengalami penurunan, atau infeksi pernapasan, missalnya
kehilangan ventilasi, dan pneumonia.
munculnya bunyi adventisius.
Misalnya krekels, mengi, ronki.
2. Mencatat kecepatan pernapasan, Takipnea, sianosis, tidak dapat
sianosis, peningkatan kerja beristirahat, dan peningkatan napas.
pernapasan dan munculnya Menunjukkan kesulitan pernapasan
dispnea, ansietas. dan adanya kebutuhan untuk
meningkatkan pengawasan atau
intervensi medis.
3. Tinggikan bagian kepala pada Meningkatkan fungsi pernapasan
tempat tidur pasien. Usahakan yang optimal dan mengurangi
pasien untuk berbalik, batuk, dan aspirasi atau infeksi yang
menarik napas sesuai kebutuhan ditimbulkan karena atelektasis.
saja.
4. Monitor tanda-tanda vital. Untuk mengetahui keadaan pasien
setiap saat dapat mencegah
penanganan terlambat.
5. Kolaborasi : Mempertahankan oksigenasi efektif
Berikan pasien tambahan oksigen untuk mencegah atau memperbaiki
yang dilembabkan melalui cara krisis penapasan.
yang sesuai misalnya kanula,
masker, inkubasi atau ventilasi
mekanis.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan monitor tanda-tanda Untuk pengobatan dini.
infeksi baru.
2. Terapkan teknik aseptik pada Mencegah pasien terpapar oleh kuman
setiap tindakan invasive. Seperti patogen yang diperoleh di rumah sakit.
muncuci tangan sebelum
memberikan tindakan.
3. Menyarankan pasien untuk Mencegah bertambahnya infeksi.
metoda, mencegah terpapar
terhadap lingkungan yang patogen.
4. Melakukan pengumpulan Meyakinkan diagnosis akurat dan
spesimen untuk tes laboratorium pengobatan.
sesuai order.
5. Kolaborasi : Mempertahankan kadar darah yang
Berikan anti infeksi sesuai anjuran. terapeutik.
No Intervensi Rasional
1. Menyarankan pasien atau orang Pasien dan keluarga mau dan memerlukan
terdekatnya melakukan metode mencegah informasi ini.
transmisi HIV dan kuman patogen
lainnya.
2. Menggunakan darah dan cairan tubuh Mencegah transmisi infeksi HIV ke orang
precaution saat melakukan perawat pasien, lain.
serta menggunakan masker bila perlu.
9) Diagnosis 9 : Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan rasa
cemas tentang keadaan yang orang disayang.
Tujuan : Koping keluarga kembali efektif.
Kriteria hasil :
a) Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem.
b) Keluarga dan orang terdekat bisa beradaptasi terhadap perubahan
akan kebutuhan pasien.
c) Pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pengkajian koping Memulai suatu hubungan dalam
keluarga terhadap sakit pasien dan bekerja secara konstruktif dengan
perawatannya. keluarga.
2. Menyarankan keluarga untuk bisa Mereka tak menyadari bahwa
mengungkapkan perasaan secara mereka berbicara secara bebas.
verbal.
3. Mengajarkan kepada keluarga tentang Menghilangkan kecemasan tentang
penyakit dan transmisinya. transmisi melalui kontak sederhana.
D. Implementasi
Pada tahapan implementasi ini diharapkan tindakan yang dilakukan
pada pasien adalah sesuatu yang tepat, tentunya sesuai dengan rencana
tindakan yang sudah disusun agar menghasilkan jawaban dan tujuan yang
diinginkan.
E. Evaluasi
1) Tanda-tanda vital pada pasien selalu normal, sehingga pasien terus
merasa bugar.
2) Dehidrasi yang pernah dialami pasien sudah tidak lagi menyerangnya,
pasien dapat mempertahankan asupan mineralnya dan membatasi
aktivitasnya untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan lagi.
3) Pasien bisa beraktivitas dengan penuh kegembiraan seperti sebelum
terserang penyakit, meski hanya bisa beraktivitas sesuai
keterbatasannya.
4) Dyspnea dan takikar yang pernah menyerang pasien tidak lagi
muncul.
5) Infeksi pada GI telah diatasi sehingga saat ini pasien tidak lagi
mengalami diare akut.
6) Nafsu makan pasien kembali pulih, dan pola nutrisi terpenuhi dengan
baik ditandai dengan berat badan yang semakin hari semakin terisi
lagi.
7) Pasien terus menjalani pola hidup sehat, mendapatkan asupan oksigen
yang murni setiap pagi hari sebelum tercampur polusi, sehingga pola
pernapasan pasien saat ini tidak mengalami gangguan lagi.
8) Pasien selalu menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya, serta
menghindari hal-hal yang dapat memperburuk kondisinya.
9) Pasien tidak lagi menjalani hubungan dengan banyak orang.
10) Pasien tidak lagi merasa rendah diri atas penyakitnya, bahkan saat ini
pasien telah terjun ke masyarakat untuk membagikan pengalaman dan
pemahamannya tentang penyakitnya.
11) Pasien tidak merasa takut dengan penyakitnya, bahkan saat ini pasien
memiliki daya semangat tinggi untuk melawan penyakitnya hingga
tuntas.
12) Pasien mengerti arti hidup sukses dan bahagia yang tidak hanya
berpatokan pada hubungan seksual saja.
13) Pasien bisa menerima kekurangan yang ada pada tubuhnya, serta
menerima salah satu perubahan fungsi tubuhnya.
14) Pasangan dan keluarga bisa menerima kekurangan yang ada pada
orang tersayang.
15) Keluarga dan pasangan bisa berinteraksi dengan bebas tanpa merasa
cemas tertular, bahkan mereka terus menyemangati dan membantu
kesembuhan pasien, seperti mengingatkannya meminum obat dan
lainnya.
16) Pasien menjalani kehidupannya dengan teratur dan menjalani
berbagai aturan medis yang ditaatinya sehingga sekarang ini pasien
tidak lagi cemas dengan adanya risiko infeksi lebih lanjut.