Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS HAMIL NORMAL

OLEH:

NAMA : Ni Wayan Ayu Mia

Wahyuni NIM : P07120220065

KELAS : 2B S. Tr Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN

KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK

2021/2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir(Riskesdas,2013).
Periode antenatal atau kehamilan memiliki pengertian yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terahir. Kehamilan dibagi
atas 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan ke 2 dari bulan keempat sampai 6 bulan, dan triwulan ke 3 dari bulan
ketuju sampai 9 bulan (Pelayanan kesehatan material dan neonatal (Doengoes,
2001).
Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, yang
bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan
wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga ibu dan anak sehat (Mochtar,
2010). Selain itu pelayanan antenatal adalah untuk mencegah adanya komplikasi
obstretri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin (Saifuddin,
dkk, 2012).
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalianan yang aman dan memuaskan (Handaya, 2011).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa antenatal care adalah
suatu tindakan perawatan dan pengawasan yang dilakukan oleh tenaga medis
seperti dokter, bidan dan perawat untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi
ibu maupun janin agar melalui persalinan dengan sehat dan aman, diperlukan
kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan
optimal, karena kesehatan ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janinnya. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal.
2. Penyebab / Faktor Predisposisi
Menurut Manuaba (2010) proses kehamilan terdiri dari ovulasi, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil sampai aterm.
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya
420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.
Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de
Graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel.
Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan
disertai devaskularisasi. Selama pertumbuhan enjadi folikel de Graaf, ovarium
mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang
makin mendekati ovarium, gerka sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltik
tuba makin aktif. Ketiga faktor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin
deras menuju uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi yang
mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Dengan gerak aktif tuba
yang mempunyai umbai (fimbraie) maka ovum yang telah dilepaskan segera
ditangkap oleh fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up
mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus
dalam bentuk pematangan pertama artinya telah siap untuk dibuahi.
b. Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus menjadi spermatosit pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari
pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial leydig sehingga
spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa
setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor),
ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energi sehingga dapat bergerak).
Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang
dapat mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia
wanita dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk mengadakan
konsepsi.
c. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi
dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian di bawah
ini.
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata yang
mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma yang
disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. Spermatozoa
menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada
kavum uteri, terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma
sehingga mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan
menuju tuba falopi
d. Proses Nidasi atau Implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma, „vitelus”
membangktkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan
“metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anafase dan
telofase sehingga pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa
dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan
bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
“autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks. Wanita
selalu resesif dengan kromosom X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks
yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa kromosom X bertemu sel ovum, terjadi
jenis kelamin wanita sedangkan bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi
jenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat disalahkan
dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin
adalah pihak suami. Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,
terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi
dua dan seterusnya.berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konseps terus
berjalan menuju uterus. Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk
ruangan yang mengandung cairan yang disbut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi sel
trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi.
e. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau
belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata sehingga
bagian blastula dengan inner cell mass akan tertanam ke dalam endometrium.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.
Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon membentuk “endoderm” dan yolk sac
(kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan
amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung
yolk sac. Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoderm dan mesoderm.
Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat
di antara amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan hati,
limpa dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai ketiga terbentuk bakal
jantung dengan pembuluh darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat).
Jantung bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan
menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.
3. Pathway
4. Tanda dan Gejala
a. Presumtif (Bukti Subjektif)
1) Amenore (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan
folikel de Graff dan ovulasi di ovarium. Gejala ini sangat penting karena
umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi selama kehamilan, dan perlu
diketahui hari pertama haid terrakhir untuk menentukan tuanya kehamilan
dan tafsiran persalinan.
2) Mual muntah
Umumnya tejadi pada kehamilan muda dan sering terjadi pada pagi
hari. Progesteron dan estrogen mempengaruhi pengeluaran asam lambung
yang berlebihan sehingga menimbulkan mual muntah.
3) Ngidam
Menginginkan makanan/minuman tertentu, sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan tetapi menghilang seiring tuanya kehamilan.
4) Sinkope atau pingsan
Terjadi sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia
susunan saraf dan menimbulkan sinkope/pingsan dan akan menghilang
setelah umur kehamilan lebih dari 16 minggu.
5) Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomamotropin menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara menyebabkan rasa sakit
terutama pada kehamilan pertama.
6) Anoreksia nervousa
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia (tidak nafsu makan), tapi
setelah itu nafsu makan muncul lagi.
7) Sering kencing
Hal ini sering terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan
pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada
triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar
keluar rongga panggul.
8) Konstipasi/obstipasi
Hal ini terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh pengaruh
hormone estrogen.

9) Epulis
Hipertrofi gusi disebut epulis dapat terjadi pada kehamilan.

10) Pigmentasi
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas

a) Pipi : - Cloasma gravidarum


Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi yang berlebihan pada kulit.

b) Perut : - Striae livide


Striae albican, Linea alba makin menghitam

c) Payudara : - hipepigmentasi areola mamae


Varises atau penampakan pembuluh vena. Karena pengaruh estrogen
dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena. Terutama
bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah
itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.

b. Probabilitas (Bukti Objektif)


1) Pertumbuhan dan perubahan uterus
2) Tanda hegar‟s (melunaknya segmen bawah uterus)
3) Ballotement (lentingan janin dalam uterus saat palpasi)
4) Braxton hick‟s (kontraksi selama kehamilan)
5) Perubahan abdomen
6) Pembesaran abdomen
c. Absolut (Bukti Positif)
1) Gerakan janin dapat dirasa, diraba juga bagian-bagian janin
2) Terdengar denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
b. Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
c. Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
d. Dilihat pada ultrasonografi
3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Bagaimana keadan umum penderita, keadaan gizi, kelainan
bentuk badan dan kesadaran
2) Apakah anemis, sianosis, ikterus, atau dispnea
3) Keadaan jantung dan paru-paru
4) Adakah oedema :
Oedema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia gravidarum
atau oleh karena tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam
panggul yang mengalirkan darah dari kaki. Dapat juga disebabkan oleh
hipovitaminase B1, hipoproteinanemia dan jantung.
5) Reflex
Terutama reflex lutut, reflex negative pada kekurangan vitamin B1 dan
penyakit urat.
6) Tensi (tekanan darah )
Tekanan drah pada otrang hamil tidak boleh mencapai 140 sistolik atau
90 diastolik. Juga perubahan 30 sistolik dan 15 diastolk diatas tekanan
darah sbelum hamil menandakan toxanemia gravidarum.
7) Berat badan
Yang dialami oleh penderita adalah perubahan berat badan (BB) setiap
kali ibu memeriksakan diri.
BB dalam triwulan ke-3 tidak boleh bertambah lebih dari 1 kg seminggu
atau 3 kg dalam sebulan.Penambahan yang lebih dari batas-batas
tersebut di atas disebabkan karena penimbunan (retensi) air dan disebut
“praxoedema”.
b. Pemeriksaan Kebidanan (Status Obstetricus)
1) Inspeks
i
a. Muk
a
Adanya edema, chloasma gravidarum (bintik-bintik hitam pada
wajah), selaput mata pucat dan merah, keadaan lidah dan gigi.
b. Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
c. Dada
Bentuk buah dada, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu,
adakah coloctrum.
d. Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada acites biasanya
membesar ke samping), keadaan pusat, pigmentasi dilinea alba,
Nampak gerakan janin atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum
atau bekas luka.
e. Vulva
Keadaan perineum, adakah asites, tanda Chadwick.
f. Anggota bawah
Cari varises, oedema, luka, cicatrik pada lipatan paha
2) Palpasi
Untuk menentukan :
a) Besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan (UK)
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim
c) Adakah tumor dalam rongga perut, kista, mioma, limpa yang
membesar Pemeriksaan Leopold
a. LEOPOLD I

Tujuan : Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian


yang terdapat di fundus.
Cara leopold I adalah :
• Kaki klien difleksikan pada lutut dan lipat paha
• Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita dan melihat kea
rah muka penderita
• Rahim di bawah ke tengah
• Kedua tangan diletakkan pada bagian atas uterus dengan
mengikuti bentuk uterus
• Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk,
ukuran konsistensi dan gerakan janin
• Tentukan tinggi fundus uteri
• Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak
fundus uteri.
• Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
• Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus
(bokong atau kepala atau kosong)
a. Bila kepala : bulat, keras dan dapat digerakkan (baloemen).
b. Bila bokong : lunak, bentuk tidak spesifik, lebih besar dan
lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan serta fundus
terasa penuh.
c. Bila letak lintang : palpasi di daerah fundus akan terasa
kosong.
d. Pemeriksaan usia kehamilan dari tingginya fundus uteri :
Sebelum bulan ke 3 fundus uteri belum dapat diraba dari luar

i. Akhir bulan III (12 mg) : tinggi fundus uteri 1 – 2


jari di atas symphisis
ii. Akhir bulan IV (16 mg) : tinggi fundus
uteri pertengahan symphisis
iii. Akhir bulan V (20 mg) : tinggi fundus uteri 3
jari di bawah pusat
iv. Akhir bulan VI (24 mg) : tinggi fundus
uteri setinggi pusat
v. Akhir bulan VII (28 mg): tinggi fundus uteri 3 jari
di atas pusat
vi. Akhir bulan VIII (32 mg) : tinggi fundus
uteri pertengahan prosesus xipoideus dan pusat
vii. Akhir bulan IX (36 mg) : tinggi fundus uteri 3
jari di bawah prosesus xipoideus
viii. Akhir bulan X (40 mg) : tinggi fundus uteri
pertengahan antara prosesus xipoideus dan pusat
Jadi, fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan IX (36 mg),
setelah bulan ke 8 fundus uteri pada primigravida turun lagi karena
kepala mulai turun ke dalam rongga panggul. Pada seorang
multigravida yang berbaring, fundus uteri tetap setinggi arcus
costarium dan menonjol ke depan.
Untuk mengikuti pertumbuhan anak dengan cara mengikuti
pertumbuhan rahim maka seorang sering ukuran rahim ditentukan
dalam cm, yang diukur ialah tingginya fundus uteri dan perimeter
umbilical (lingkaran perut setinggi pusat).
b. LEOPOLD II

Tujuan : Untuk menentukan di mana letaknya punggung anak dan di


mana letaknya bagian-bagian kecil
Cara melakukanLeopold II :
• Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah
sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
• Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan
lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.
• Tentukan bagian-bagian kecil janin.
c. LEOPOLD III

Tujuan : Untuk menentukan apakah bagian bawah sudah masuk


PAP (Pintu Atas Panggul) atau belum.
Cara melakukan Leopold III :
• Menggunakan satu tangan saja
• Bagian bawah ditentukan anatar ibu jari dan jari lainnya
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena
dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
• Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
• Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagemen atau belum.

d. LEOPOLD IV

Tujuan: Untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah masuk


PAP Cara melakukan Leopold IV :
• Pemeriksa menghadap kearah kaki klien
• Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi
• Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen
dan coba untuk menekan kea rah pintu atas panggul
• Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul (PAP), dan berapa masuknya bagian bawah ke
rongga panggul.
• Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian
terbawah dari kepala yang masih teraba dari luar dan :
a) Kedua tangan convergent, hanya bagian kecil dari kepala
turun ke dalam rongga
b) Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala
masuk ke rongga panggul
c) Jika kedua tangan divergen, maka bagian terbesar dari
kepala masuk ke dalam rongga panggul dan ukuran terbesar
dari kepala sudah melewati pintu atas panggul (PAP).

3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan ultrasound
(doptone). Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi yang
berasal :
a) Dari anak
(1) Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-140 kali per menit)
dengan stetoskop monoral pada akhir bulan kelima. Dengan stetoskop
ultrasound (doptone) pada akhir bulan ketiga. Kalau bunyi jantung
<120 kali permenit atau >160 kali permenit atau tidak teratur, maka
anak dalam asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung bunyi
jantung adalah dengan mendengarkan bunyi jantung selama 3 x 5
detik kemudian dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Dikalikan Hasil
Dijumlahkan Interpretasi
I III V 4 Perhitungan
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur,
bayi
normal

10 14 9 33 33 x 4 132 x/mnt Tak


teratur,
asphyxia
8 7 8 23 23 x 4 92 x/mnt Teratur,
asphyxia

(2) Bising tali pusat


Sifatnya meniup karena tali pusat tertekan. Namun sering ilang karena
posisi atau sering mengubah sikap ibu.
(3) Gerak anak
Bersifat pukulan dari dalam rahim.
b) Dari ibu
(1) Bising rahim
Bersifat bising dan frekuensinya sama dengan denyut nadi
ibu. Disebabkan arteria uterina.
(2) Bunyi aorta
Frekuensinya sama dengan denyut nadi ibu.
(3) Bising usus
Sifatnya tak teratur, tergantung udara dan cairan dari dalam usus
ibu. (Mohctar, 2008)

6. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan rontgen dilakukan setelah bulan ke VI, karena sebelumnya
rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada kondisi –
kondisi diperlukan tanda pasti hamil,letak anak tidak dapat ditentukan
dengan jelas dengan palpasi,mencari sebab dari hidraamnion dan untuk
menentukan kelainan anak.
b. Pemeriksaan
USG
Kegunaannya:
1) Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
2) Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
3) Mengetahui posisi plasenta
4) Mengetahui adanya IUFD
5) Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung
janin. (Marjati dkk, 2010)
c. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah (Hb, Gol darah, glukosa, VDRL)
Tes Lab Nilai Normal Nilai Diagnosis
Tidak Masalah Terkait
Normal
Hemoglobin 10,5-14,0 <10,5 Anemia

Protein Urin Terlacak/negative Protein urine

Bening/negative

Glukosa Warna hijau Kuning, Diabetes


dalam urin orange,
coklat

VDRL/RPR Negatif Positif Syphilis

Faktor rhesus Rh + Rh- Rh sensitization

Golongan A B O AB - Ketidakcocokan ABO


Darah

HIV - + AIDS

Rubella Negatif Positif Anomali pada


janin jika ibu
terinfeksi
Feses untuk Negatif Positif Anemia akibat cacing
ova/telur
cacing
dan parasite

2) Urine (tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)


3) Pemeriksaan swab (lendir vagina dan serviks)
7. Penatalaksanaan Medis
Untuk menghindari komplikasi wanita hamil memerlukan paling sedikitnya
4 kali kunjungan pada periode antenatal :

a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)


b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 – 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan
sesudah minggu 36)

Kunjungan Waktu Infomasi penting


Trimester I Sebelum a) Membangun hubungan saling percaya
14 minggu antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 – f) Sama seperti di atas , ditambah
28minggu kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
pre-eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
Trimester III 28 - 36 g) Sama seperti di atas, ditambah palpasi
minggu abdominal untuk mengetahui apakah
kehamilan ganda
Trimester IV sesudah h) Sama seperti di atas, ditambah deteksi
minggu 36 letak bayi tidak normal, atau kondisi
lain
yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

Untuk memberikan pelayanan kepada Ibu hamil yang harus dilakukan oleh
bidan atau tenaga kesehatan, standar pelayanan antenatal ini yang dikenal dengan
10 T yang sudah direkomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak tahun 2009.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


2. Pemeriksaan Tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan aTas)
4. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan
8. Komplikasi
Macam-macam komplikasi kehamilan Menurut Depkes RI (2007) yaitu, jika
tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-
komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut:
a. Komplikasi obstetrik langsung, meliputi :
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
3) Kelainan letak (letak Lintang/letak Sungsang)
4) Hidramnion
5) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung:
1) Penyakit jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik:
1) Komplikasi akibat kecelakaan
2) Keracunan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Sebelum memulai
seluruh proses, akan dilakukan pengkajian awal terhadap kondisi pasien. Pasien akan
diberikan beberapa pertanyaan dan juga dilakukan pemeriksaan fisik (Prabowo,
2018).
a) Identitas, meliputi nama ibu, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat ibu,dan
rekam medis ibu, disertai juga nama suami, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan
alamat. Ini dilakukan untuk lebih mengenal ibu hamil dan menentukan status sosial
ekonomi ibu, serta untuk menentukan anjuran dan pengobatan yang diperlukan oleh
ibu.
b) Keluhan, meliputi keluhan utama yang diderita oleh ibu, seperti apakah ibu datang
untuk memeriksakan kehamilannya atau terdapat masalah lain. Keluhan ini dikaji
untuk mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan kehamilan ibu saat ini
dan untuk menegakkan diagnosa pada ibu
c) Riwayat menstruasi, meliputi kapan pertama kali menstruasi, jumlah darah yang
keluar saat menstruasi, lamanya menstruasi, siklus menstruasi, dan menanyakan hari
pertama haid terakhir untuk menentukan taksiran persalinan (TP).
d) Riwayat perkawinan, meliputi berapa kali ibu menikah, usia saat menikah, dan lama
menikah untuk mengetahui kemungkinan adanya infertil.
e) Riwayat KB, seperti jenis KB yang digunakan. Ini dikarenakan ada beberapa bentuk
kontrasepsi akan berakibat buruk pada ibu dan janinnya. Riwayat KB harus
didapatkan secara lengkap pada saat ibu melakukan kunjungan pertama. Penggunaan
dari kontrasepsi oral pada sebelum kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak
diketahui akan berakibat buruk pada perkembangan organ seksual janin.
f) Riwayat kehamilan sekarang, meliputi HPHT (hari pertama haid terakhir), gerak janin
(kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan), masalah atau tanda-tanda bahaya,
keluhan yang lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan termasuk jamu, dan
kekhawatiran lain yang dirasakan ibu, serta hasil laboratorium ibu mengenai USG,
darah, dan urin. Dari pengkajian ini dapat digunakan untuk membantu dalam
menentukan usia kehamilan sehingga dapat diberikan konseling tentang kehamilan
dan dapat mendeteksi adanya komplikasi.
g) Riwayat kesehatan, meliputi:
1. Usia, ras dan latar belakang etnik yang berhubungan dengan kelompok risiko
tinggi untuk masalah genetis, seperti anemia sickle sel dan talasemia.
2. Penyakit pada masa kanak-kanak dan riwayat imunisasi.
3. Penyakit kronis menahun/terus-menerus, seperti asma dan penyakit jantung.
4. Penyakit sebelumnya yang pernah diderita, prosedur operasi, cedera
dibagian pelvis dan pinggang.
5. Infeksi yang pernah dialami sebelumnya, seperti hepatitis, penyakit
menular seksual, dan tuberkulosis.
6. Riwayat dan perawatan anemia.
7. Fungsi dan perubahan vesika urinaria dan bowel.
8. Kontak dengan hewan peliharaan, seperti kucing yang dapat meningkatkan
risiko toxoplasma.
9. Alergi dan sensitif dengan obat.
10. Pekerjaan yang dapat berhubungan dengan risiko penyakit.
11. Status imunisasi tetanus toxoid (TT).

h). Riwayat keluarga, meliputi informasi mengenai kesehatan keluarga, gemeli/kembar,


penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti diabetes mellitus dan jantung, infeksi,
seperti tuberkulosis dan hepatitis.
i). Riwayat sosial ekonomi dan budaya, meliputi:
1) Status perkawinan
2) Riwayat KB
3) Reaksi orang tua dan keluarga terhadap kehamilan
4) Dukungan keluarga
5) Pengambil keputusan dalam keluarga
6) Kebiasaan makan dan gizi yang dikonsumsi atau
gizi seimbang dengan memperhatikan pada konsumsi vitamin A dan zat
besi
7) Kebiasaan hidup sehat, seperti kebiasaan merokok, minum obat, alkohol,
obat tradisional, dan olahraga
8) Beban kerja dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh ibu
9) Tempat melahirkan dan penolong yang
diinginkan oleh ibu j). 11 Pola Gordon

1. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan


Kaji pasien mengenai :
● Arti sehat dan sakit bagi pasien
● Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
● Perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat
pelayanan ksehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi
● Pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang
sudah dilakukan.
● Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
● Data pemeriksaan fisik yang berkaitan.
2. Pola Metabolik dan
Nutrisi Kaji pasien
mengenai :
● Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan
● Jenis dan jumlah (makanan dan minuman)
● Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan,
nafsu makan
● Kepuasan akan berat badan
● Persepsi akan kebutuhan metabolik
● Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi,
mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi
makanan
● Data pemeriksaan fisik yng berkaitan (berat badan saat ini dan SMRS)
3. Pola Eliminasi
Kaji pasien mengenai :
● Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain
● Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain
● Keyakinan budaya dan kesehatan
● Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri
● Penggunaan bantuan untuk ekskresi
● Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat)
4. Pola Aktifitas –
Latihan Kaji pasien
mengenai :
● Aktivitas kehidupan sehari-hari
● Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas
● Aktivitas menyenangkan
● Keyakinan tenatng latihan dan olahraga
● Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan,
kamar mandi)
● Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan
● Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
● Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal, neurologi)
5. Pola Istirahat – Tidur
Kaji pasien mengenai
:
● Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun,
ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur)
● Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik)
● Jadwal istirahat dan relaksasi
● Gejala gangguan pola tidur
● Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
● Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
6. Pola Persepsi –
Kognitif Kaji pasien
mengenai :
● Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman,
pendengar, perasa, peraba)
● Penggunaan alat bantu indra
● Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif)
● Keyaknan budaya terhadap nyeri
● Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
● Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)

7. Pola Konsep Diri – Persepsi


Diri Kaji pasien mengenai :
● Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
● Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki
● Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai
dan tidak)
● Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri
● Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
● Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
● Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau
berinteraksi)
8. Pola Hubungan –
Peran Kaji pasien
mengenai :
● Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja
● Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran
● Efek terhadap status kesehatan
● Pentingnya keluarga
● Struktur dan dkungan keluarga
● Proses pengambilan keputusan keluarga
● Pola membersarkan anak
● Hubungan dengan orang lain
● Orang terdekat dengan klien
● Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
9. Pola Reproduksi –
Seksualitas Kaji pasien
mengenai :
● Masalah atau perhatian seksual
● Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri
● Gambaran perilaku seksual ( perilaku sesksual yang aman, pelukan, sentuhan dll)
● Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
● Efek terhadap kesehatan
● Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi
● Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)
10. Pola Toleransi Terhadap Sress –
Koping Kaji pasien mengenai :
● Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
● Tingkat stress yang dirasakan
● Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
● Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya
● Strategi koping yang biasa digunakan
● Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress
● Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga
11. Pola Keyakinan –
Nilai Kaji pasien
mengenai :
● Latar belakang budaya/etnik
● Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok budaya/etnik
● Tujuan kehidupan bagi pasien
● Pentingnya agama/spiritualitas
● Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas
● Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang
dapat mempengaruhi kesehatan

Dari pengkajian ini dapat membantu mengetahui dukungan yang diberikan oleh
keluarga untuk ibu dan pengambil keputusan dalam keluarga, sehingga dapat
membantu dalam merencanakan persalinan dengan baik.

k). Pemeriksaan fisik pada ibu hamil, meliputi:

a) Pemeriksaan luar atau pemeriksaan umum, seperti bagaimana keadaan umum


ibu, keadaan gizi, kelainan bentuk badan dan kesadaran ibu, adakah anemia,
sianosis, ikterus, dan dispnea, keadaan jantung dan paru, suhu badan, tekanan
darah, denyut nadi, dan pernapasan, perhatikan adanya oedema, ukur tinggi
badan ibu, berat badan, refleks, serta pemeriksaan laboratorium, seperti Hb,
golongan darah, dan urin rutin.
b) Pemeriksaan kebidanan, meliputi:
❖ Inspeksi (periksa pandang)

(1) Kepala dan leher, seperti adakah rambut rontok, edema dan chloasma di wajah, mata
: konjungtiva dan sklera, mulut : bibir pucat, lidah pucat, dan karies gigi, leher:
pembesaran vena jugularis, pembengkakan saluran limfa, kelenjar tiroid, dan tonsil
(2) Dada, seperti bentuk payudara, pigmentasi puting susu, keadaan puting susu
(simetris atau tidak), keluarnya kolostrum (dilakukan pemeriksaan setelah usia
kehamilan 28 minggu)
(3) Perut, seperti membesar ke depan atau ke samping (ascites), keadaan pusat, linea
alba, ada atau tidaknya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu, kontraksi rahim, striae
gravidarum, dan bekas luka operasi
(4) Vulva, seperti keadaan perineum, varises, tanda Chadwick, flour, dan conyloma

❖ Palpasi (periksa raba)

(1) Besarnya rahim yang dapat menentukan tuanya kehamilan


(2) Letak janin dalam rahim
Cara melakukan palpasi menurut Leopold terdiri dari 4 bagian, yaitu: Leoplod I untuk
menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang didapatkan dalam fundus. Leoplod II
untuk menentukan letak punggung janin dan letak bagian-bagian kecil janin. Leoplod III
untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah rahim dan apakah bagian bawah
janin ini sudah terpegang oleh pintu atas panggul. Leoplod IV untuk menentukan apa
yang menjadi bagian bawah dan berapa jauhnya bagian bawah ini masuk ke dalam
rongga panggul.

❖ Auskultasi (periksa dengar), menggunakan stetoskop atau doppler untuk


mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim,
bunyi aorta, dan bising usus. Dengan menggunakan fetoskop ataupun monitor
denyut janin, doppler atau doptone dapat mendeteksi denyut jantung janin (DJJ)
pada kehamilan 10 minggu.
1. Lokasi auskultasi DJJ dari usia kehamilan 10-18 minggu, DJJ terletak di
sepanjang garis tengah perut bagian bawah janin. Setelah itu, DJJ paling didengar di
punggung atau dada tergantung pada posisi janin
2. Jumlah per menit DJJ DJJ berkisar antara 120-160 denyut per menit.
3. Ritme DJJ: DJJ memiliki variasi antara 10-15 per menit jika dihitung terus
menerus, dan semakin bervariasi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah
32-34 minggu, variasi DJJ dihubungkan dengan meningkatnya aktivitas janin (Vita
Sutanto & Fitriana, 2018).

II. ANALISA DATA (DIAGNOSA KEPERAWATAN)


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2016).
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih dibuktikan dengan desakan berkemih, urin menetes, sering buang air kecil,
nokturia, mengompol, enuresis, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dibuktikan
dengan penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dibuktikan dengan pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun
atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur.
5. Kesiapan meningkatkan nutrisi dibuktikan dengan mengekspresikan keinginan
untuk meningkatkan nutrisi makan teratur dan adekuat.
6. Defisit Pengetahuan tentang kehamilan berhubungan dengan kuran terpapar
informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang di hadapi, menunjukkan
perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah, dan menunjukkan perilaku berlebihan.
III. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERWATAN
N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

1 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan Observasi


Urine keperawatan selama…x
1.Identifikasi tanda dan
jam, maka eliminasi urine
gejala retensi atau
membaik, dengan kriteria
inkontinensia urine.
hasil :
2. Identifikasi factor yang
- Desakan menyebabkan retensi atau
berkemih menurun. inkontinensia urine.

- Nokturia menurun.
3. Monitor eliminasi urine.
- Mengompol menurun.
Terapeutik
- Frekuensi BAK membaik. 1.Catat waktu-waktu
dan haluaran berkemih.

2. Batasi asupan cairan, jika


perlu.

3. Ambil sampel urine


tengah (midstream) atau
kultur.

Edukasi
1.Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih.

2. Ajarkan
mengukur asupan cairan
dan haluaran urine.

3. Ajarkan mengambil
specimen urine midstream.

4. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih.

5. Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan.

6. Anjurkan minuman
yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi

7. Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur.

Kolaborasi

1.Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra, jika
perlu
2 Pola nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan Observasi
keperawatan selama 1. Monitor pola napas
……x......jam, diharapkan 2. Monitor bunyi
pola napas membaik napas tambahan
dengan kriteria : 3. Monitor sputum
- Dispenia menurun Terapeutik
- Pemanjanga 1. Pertahankan
n fase kepatenan
ekspirasi jalan napas
menurun dengan
- Frekuensi head-tilt dan
napas chin-tilt
membaik 2. Posisi semi
fowler atau
fowler
3. Berikan
minum hangat
4. Melakukan
fisioterapi dada
5. Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi

sebelum
penghisap
an
endotrake
al
7. Keluarkan
sumbatan benda
padat
dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen

Edukasi

1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml
perhari jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian bronkodilator
3 Perfusi perifer Setelah diberikan asuhan Observasi
tidak efektif keperawatan selama ..x..
1. Periksa sirkulasi perifer
jam diharapkan perfusi
parifer meningkat dengan 2. Identifikasi factor

kriteria hasil : risiko gangguan sirkulasi

- Denyut nadi parifer 3. Monitor

meningkat panas, kemerahan, nyeri,


atau
- Warna kulit bengkak pada
pucat menurun
ekstremitas Terapeutik
- Pengisian
1. Hindari pemasangan
kapiler membaik
infus atau pengambilan
- Akral membaik darah diarea keterbatasan
perfusi.
- Turgor kulit membaik
2. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas
dengan keterbatasan
perfusi.

3. Hindari penekanan
dan pemasangan tourniquet
pada area yang cedera.

4. Lakukan
pencegahan infeksi.

5. Lakukan perawatan
kaki dan kuku.

6. Lakukan

hidrasi Edukasi

1. Anjurkan
berhenti merokok

2. Anjurkan
berolahraga rutin.

3. Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit terbakar.

4. Anjurkan
menggunakan obat penurun
tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu.

5. Anjurkan minum
obat pengontrol tekanan
darah secara teratur.

6. Anjurkan
menghindari penggunaan
obat penyekat beta.

7. Anjurkan melalukan
perawatan kulit yang tepat

8. Anjurkan program
rehabilitasi vascular.

9. Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki sirkulasi.

10. Informasikan tanda


dan gejala darurat yang
harus di laporkan.

4 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama…x
1.Identifikasi lokasi, durasi,
jam, maka eliminasi urine
frekuensi, kualitas, intesitas
membaik, dengan kriteria
nyeri.
hasil :
2. identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun
3. identifikasi factor yang
- Meringis menurun memperberat
dan memperingan nyeri
- Sikap protektif menurun

- Gelisah menurun 4. identikasi nyeri


pada kualitas hidup
- Kesulitan tidur menurun
5. monitor efek samping
- Frekuensi nadi membaik penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa
nyeri

2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri

3. Fasilitasi istirahat tidur

Edukasi

1. Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

2. jelaskan
strategi meredakan nyeri

3. anjurkan monitor
nyeri secara mandiri

4. anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat

5. ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

1.Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
5 Kesiapan Meningkatkan Setelah diberikan asuhan Observasi
Nutisi keperawatan selama ..x…
1.Periksa status gizi, status
jam diharapkan status nutrisi
alergi, program diet,
membaik dengan kreteria
kebutuhan dan kemampuan
hasil :
- Porsi makanan pemenuhan kebutuhan gizi.
yang dihabisan
2. Identifikasi kemampuan
meningkat.
dan waktu yang tepat
- Berat badan membaik. menerima informasi

- Indeks massa Terapeutik


tubuh (IMT) membaik.
1. persiapan materi
dan media sperti jenis-jenis
nutrisi, table makanan,
penukar, cara mengelola,
cara menakar makanan.

2. jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.

3. Berikan kesempatan
untuk bertanya.

Edukasi

1. Jelaskan pada
pasien dan keluarga alergi
makanan, makanan yang
harus dihindari, kebutuhan
jumlah kalori, jenis
makanan yang dibutuhkan
pasien.

2. Ajarkan cara
melaksanakan diet sesuai
program

3. Jelaskan hal-hal
yang dilakukan
sebelum memberikan
makan
4. Demontrasikan cara
mengatur posisi saat makn.

5. Ajarkan
pasien/keluarga memonitor
asupan kalori makanan

6. Ajarkan pasien dan


kelurga memantau kondisi
kekurangan nutrisi

7. Anjurkan
mendemontrasikan
cara
memberi makanan,
menghitung kalori,

menyiapkan makanan

sesuai program diet


6 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama…x
1. Identifikasi
jam, maka tingkat
kesiapan
pengetahuan meningkat,
dan kemampuan
dengan kriteria hasil :
menerima informasi
- Perilaku sesuai
anjuran 2. Identifikasi
meningkat pengetahuan
tentang perawat
- Kemampuan masa
menjelaskan kehamilan
pengetahuan
tentang suatu topik Terapeutik
meningkat
1. Sediakan materi dan
- Pertanyaan
media pendidikan
tentang masalah
yang di hadapi kesehatan
menurun
2. Jadwalkan

pendidikan
kesehatan
sesuai kesepakatan

3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya

Edukasi

1. Jelaskan perubahan
fisik dan psikologi
masa kehamilan

2. Jelaskan
perkembangan
janin

3. Jelaskan
ketidaknyamanan
selama
kehamilan

4. Jelaskan
kebutuhan nutrisi
kehamilan

5. Jelaskan
tanda bahaya
kehamilan

IV. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap pelaksanaan


dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap implementasi
keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan kerja sama sangatlah penting untuk dijaga
dalam tahap implementasi keperawatan sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka
petugas kesehatan akan berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling
bekerjasama dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi masalah yang
dialami pasien (Prabowo, 2018).

V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap kelima atau tahap terakhir dari seluruh proses
keperawatan. Tahap evaluasi keperawatan adalah tahap penilaian dari hasil proses
keperawatan dan untuk menilai dari seluruh pelaksanaan proses keperawatan. Tahap
evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dan seberapa
besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi, tenaga kesehatan dapat menilai
pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini, tenaga kesehatan akan menjadikan hasil
evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan catatan untuk perbaikan tindakan yang harus
dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional, seperti:
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang
disampaikan ibu maupun keluarga setelah dilakukan tindakan
keperawatan secara subjektif
b. (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif ibu yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria
hasil yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau
assessment
DAFTAR PUSTAKA

Fauzia, Siti. 2017. Keperawatan Maternitas Volume 2. Jakarta: Prenada Media


Manuaba, I G.B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana. Jakarta: EGC
Mochtar, Rusman. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Denpasar, 2022

Nama Pembimbing / CI Nama Mahasiswa

……………………………. ……………………………

NIP. NIM.

Nama Pembimbing / CT

…………………………..
NIP.

Anda mungkin juga menyukai