Anda di halaman 1dari 227

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN

1. DEFINISI KEHAMILAN

Pengertian kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan normal

akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender international. Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa,

ovum (ovulasi), pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi)

hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2008).

Setelah ovum dikeluarkan oleh folikel degraff matang diovarium,

maka folikel ini akan berubah menjadi korpus luteumyang berperan

dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya

menstruasi, bila ovum dibuahi oleh spermatozoa maka corpus luteum

akan dipertahankan oleh korionik gonadotropikyang di hasilkan oleh

sinsiotrofoblas disekitar blastokis menjadi korpus luteum kehamilan.

6
7

Progesteron yang di hasilkan corpus luteum sangat diperlukan

untuk menyiapkan proses implantasi di dinding uterus dan proses

kehamilan di trisemster pertamapun sebelum nantinya diambil alih

fungsinya oleh placenta pada trismester ke dua.

Progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum juga menyebabkan

peningkatan suhu basal tubuh yang terjadi setelah ovulasi akan tetep

bertahan., kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus

( endometrium ) tidak dilepaskan, sehingga aminorhe, atau tidak

datangnya haid yang dianggap sebagai tanda kehamilan. Konsentrasi

tinggi oestrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh placenta

menimbulkan perubahan pada payudara ( tegang dan

membesar )pigmentasi kulit dan pembesaran uterus adanya Chorionic

gonadotropic ( HCG ) digunakan sebagai dasar uji imunologik

kehamilan.( prawirohardjo, 214: 2008 )

a. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus,

menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua,menjadi

spermatid, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa di

pengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindra,

hipotalamus, hipofisis dan sel interstitial Leydig sehingga

spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap

hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang


8

mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk

spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong

lonjong yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala

dan ekor), ekor ( panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung

energi sehingga dapat bergerak). Sebagian besar spermatozoa

mengalami kematian dan hanya berapa ratus yang dapat mencapai

tuba fallopi. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genetalia

wanita dapat hidup selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk

mengadakan konseps i(Manuaba, 2012).

b. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan plasenta ovum yang dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang

berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat

mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Proses

pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel

germinal→oogonium→folikel primer→proses pematangan

pertama. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami

perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan

ovarium disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de

Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai

devaskularisasi. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf,

ovarium mengeluarkan hormone estrogen yang dapat

memengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium,


9

gerak sel rambut lumen tuba makin tinggi, peristaltic tuba makin

aktif. Ketiga factor ini menyebabkan aliran cairan dalam tuba

semakin derasmenuju uterus. Dengan pengaruh LH yang semakin

besar dan fluktasi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum

yang disebut ovulasi (Manuaba,2012).

c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi

atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat

berlangsung. seperti di bawah ini. Keseluruhan proses tersebut

merupakan mata rantai fertilisasi atau konsepsi., Ovum yang di

lepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate yang

mengandung persediaan nutrisi.

Pada ovum, di jumpai inti dalam bentuk metaphase di

tengah sitoplasma yang di sebut vitelus., Dalam perjalanan,

korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi

dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida. ,

Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat paling luas

yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai

silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di ampula

tubaOvum setiap di buahi setelah 12 jam dan hidup selama 48

jam.. Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis

dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses

kapasitasi, yaitu pelepasan liproprofin dari sperma sehingga

mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan


10

menuju tuba fallopii. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang

telah siap di buahi serta mengisi korona radiata dan zona pelusida

dengan proses enzimatik: hialuronidase. Melalui “stomata”

spermatozoa memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk

ke dalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal di luar. Kedua inti

ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot

(Manuaba, 2012).

d. Nidasi

Hasil konsepsi mengalami perkembangan menjadi zigot, morula,

dan blastula, yang disalurkan ke kavum uteri. Dalam stadium

blastula, di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian

dalamnya disebut massa inner cell. Masa inner cell ini nantinya

akan berkembang menjadi janin sedangkan trofoblas akan

berkembang menjadi plasenta. Trofoblas mempunyai kemampuan

menghancurkan dan mencairkan jaringan, menemukan

endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua

(Prawirohardjo, 2009). Proses penanaman blastula disebut nidasi

atau implantasi. Proses nidasi tersebut terjadi pada hari ke-6

sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula ke

dalam endometrium, mungkin terjadi perdarahan yang disebut

tanda Hartman (Manuaba, 2012).

e. Pembentukan Plasenta
11

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.

Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium,plasentasi dimulai.

Pada manusia plasentasi terjadi 12-18 minggu setelah fertilisasi.

Tiga minggu pasca dimulai pembentukan vili korealis. Vili

korealis ini akan bertumbuh menjadi suatu masa jaringan yaitu

plasenta (Prawirohardjo, 2009). Vili korealis menghancurkan

desidua sampai pembuluh darah, mulai dengan pembuluh darah

vena pada hari ke-10 sampai 11setelah konsepsi, sehingga sejak

saat embrio mendapat tambahan nutrisi dari darah ibu secara

langsung. Selanjutnya vili korealis menghancurkan pembuluh

darah arteri sehingga terjadilah aliran darah pertama

reptroplasenter pada hari ke-14 sampai 15 setelah konsepsi.

Bagian desidua yang tidak dihancurkan membagi plasenta

menjadi sekitar 15-20 kotiledon maternal. Pada janin plasenta

akan dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus (Manuaba, 2012).

Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut disajikan gambar

mengenai proses fertilisasi sampai dengan nidasi menurut

Departement of Health (2009).


12

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Fertilisasi Sampai Nidasi


Sumber : Departement of Health. 2009. The Pregnancy Book. UK
: COI
2. TANDA-TANDA KEHAMILAN

Tanda kehamilan ada yang berupa dugaan dan tanda pasti kehamilan

Untuk dapat menegakan kehamilan di tetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Manuaba,

2012), yaitu sebagai berikut :

a. Tanda Tak Pasti Kehamilan

1) Amenora (Terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graff dan ovulasi. Dengan

mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan

perhitungan rumus Neagle dapat ditentukan hari perkiraan

lahir (HPL) yaitu dengan menambah tujuh pada hari,

mengurangi tiga pada bulan, dan menambah satu pada

tahunnya.

2) Mual (Nause) dan Muntah (Emesis)


13

Pengaruh estrogen dan progesteron yang menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan

muntah pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas

yang fisiologis, keadaaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan

muntah, nafsu makan berkurang.

3) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngid am.Sinkope atau

pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang

setelah usia kehamilan 16 .minggu.

4) Payudara tegang

Pengaruh hormon estrogen dan progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposif lemak, air dan

garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

5) Sering miksi (BAK)

Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih

sempat terasa penuh dan sering buang air kecil. Pada

trimester kedua, gejala ini sudah menghilang.

6) Kontisipasi atau Obstipasi

Pengaruh hormon progesterone dapat menghambat peristaltic

usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar

7) Pigmentasi Kulit
14

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi

(cloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae,

striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara

(hiperpigmentasi areola mamae).

8) Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi saat

kehamilan.

9) Varices

Karena pengaruh dari hormone estrogen dan progesteron

terjadi penampakan pembuluh darah vena pada sekitar

genetalia eksterna, kaki, betis dan payudara

b. Tanda Pasti Kehamilan

1) Gerakan janin dalam rahim

2) Terlihat dan teraba gerakan dan teraba bagian-bagian janin

3) Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop Leance, alat

kardiotografi, doplet. Dilihat dengan ultasonografi.

Pemerikasaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk

melihat kerangka janin, ultrasonografi

4) Hasil pemeriksaan tes bilogi kehamilan yang posistif

3. PERKEMBANGAN HASIL KONSEPSI


15

Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan momen fertilisasi.

Segera setelah fertilisasi, zigot yang dihasilkan mulai mengalami

pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan cleavage. Melalui

serangkaian tahapan, masa sel yang membelah disebut morula.Setelah

mengalami reorganisasi sel dan cairan masuk ke dalam sel, morula

menjadi blastosit. Setelah fertilisasi proses embrionik telah dimulai

sampai pada minggu ke-8. Setelah minggu ke-10 hasil dari konsepsi

disebut janin(Berikut ini akan diungkapkan secara singkat hal-hal

yang utama dalam perkembangan janin Perkembangan janin usia 1

minggu sampai 38 minggu menurut Manuaba (2012), dijelaskan

seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Perkembangan Janin Usia 1 Minggu – 38 Minggu


Sumber: Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB

Embrio akan berkembaang sejak usia 3 minggu hasil konsepsi. Secara

klinik pada usia gestasi 4 minggu dengan USG akan tampak sebagai
16

kantong gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada

minggu ke-6 dari haid terakhir – usia konsepsi 4 minggu – embrio

berukuran 5 mm, kantong gestasi berukuran 2-3 cm. Pada saat ini akan

tmpak denyut jantung secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia

gestasi – 6 minggu usia embrio – embrio berukuran 22 – 24 mm, di

mana akan tampak kepala yang relatif besar dan tonjolan jari.Berikut

ini akan diungkapan secara singkat hal-hal yang utama dalam

perkembangan organ dan fisiologi janin (Prawirohardjo, 2009).

a. Rahim membesar sesuai dengan tua nya kehamilan

b. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :


17

1) Tanda Hegar yaitu perubahan pada isthmus uteri (Rahim)

menjadi lebih panjang dan lunak sehingga seolah-olah kedua

jari dapat saling bersentuhan (Prawirohardjo, 2011).

2) Tanda Chadwicks yaitu vagina dan vulva mengalami

peningkatan pembuluh darah sehingga makin tampak dan

kebiru biruan karena pengaruh estrogen (Prawirohardjo,

2011).

3) Tanda Piscaseck yaitu adanya perlunakan dan pembesaran

pada unilateral pada tempat implantasi (Rahim)

(Prawirohardjo, 2009).

4) Kontraksi Braxton Hicks yaitu adanya kontraksi pada Rahim

yang disebabkan karena adanya rangsangan pada uterus

(Prawirohardjo, 2009).

c. Teraba ballottement

Fenomena bandul atau pantulan balik. Hal ini dapat dikenali

dengan jalan menekan tubuh janin melalui dinding abdomen yang

kemudia terdorong melalui cairan ketuban dan kemudian

memantul balik ke dinding abdomen atau tangan pemeriksa.

Fenomena bandul jenis ini disebut ballottement in toto.

Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ Janin

Usia Gestasi Organ


Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-
6 jari telah terbentuk, namun masih tenggelam. Jantung telah
terbentuk penuh.
7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah
8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genetalia
18

eksterna. Sirkulasi mulai tali pusat dimulai. Tulang mulai


terbentuk.
Kepala meliputi separuh besar janin , terbentuk “muka” janin.
9 Kelopak mata terbentuk namun mata akan membuka sampai
usia 28 minggu.
Janin berukuran 15 cm. Janin bergerak aktif, yaitu menghisap
dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses)
13-16 dalam usus. Jantung berdenyut 120- 150/menit.

Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh


17-24 diliputi olrh verniks caseosa (lemak). Janin
mempunyai reflex.
Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
25-28 gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat
sulit bila lahir
Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50- 70%).
29-32 Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan nafas
telah regular, suhu relative stabil.
Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo)
33-36 mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin
akan dapat hidup tanpa kesulitan.
Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan
38-40 meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang,
tetapi masih dalam batas normal.
Sumber : Sarwono Prawirohardjo (ed). 2009. Ilmu Kebidanan

4. PERUBAHAN PADA IBU HAMIL

Terdapat banyak perubahan pada saat kehamilan, diantara nya adalah

fisiologis dan pshycologis

a. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

1) Trimester Pertama

a) Tidak datang nya menstruasi

b) Merasakan Kelelahan Luar biasa

c) Payudara sakit dan bengkak


19

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen,

progesteron, dan somatomamotrofin. Fungsi hormon

mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI sebagai

berikut.:

 Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

 Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta

garam sehingga payudara tampak makin membesar.

 Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air,

dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

Progesteron, berfungsi: Mempersiapkan asinus

sehingga dapat berfungsi Meningkatkan jumlah sel

asinus. Somatomatrofin, berfungsi:Mempengaruhi sel

asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan

laktoglobin.

 Penimbunan lemak di sekitar alveolus payudara.

 Merangsang pengeeluaran kolostrum pada kehamilan

(Manuaba, 2012).

d) Hypertrofi Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan

hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat


20

akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami

hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan

dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan

janin (Manuaba, 2012).

Menurut Sulistyawati (2011), perubahan fisiologis pada

uterus yaitu:

Kehamilan 12 minggu : 3 jari diatas simfisis

Kehamilan 16 minggu : Pertengahan simfisis-pusat

Kehamilan 20 minggu : 3 jari dibawah pusat

Kehamilan 24 minggu : Setinggi pusat

Kehamilan 28 minggu : 3 jari diatas pusat

Kehamilan 32 minggu : Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus

Kehamilan 36 minggu : 3 jari dibawah prosesus

xiphoideus

Kehamilan 40 minggu : Pertengahan pusat-

prosesusxiphoide

e) Pelunakan Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia

pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2011).

f) Perubahan pada vagina dan perineum


21

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di

perinium dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat

berwarna keunguan yang di kenal dengan tanda

Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-

sel otot polos. Dinding vagina mengalami banyak

perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami

peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya

peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya

ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan

hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan

bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa

juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperrti

paku sepatu. Peningkatan volume sekresi vagina juga

terjadi, dimana sekresi berwarna keputihan, menebal, dan

Ph antara 3,5 – 6 yang merupakan hasil dari peningkatan

produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel

vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidhopilus

(Prawirohardjo, 2009).

g) Perubahan pada ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini


22

akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilam setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal

(Prawirohardjo, 2009).

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan menruskan

fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna

pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari

kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormone

korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone

luteotropik hipofisi anterior (Manuaba, 2012).

h) Traktus digestivus

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan

motilitas otot polos pada traktus digevtikus dan

penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di

lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa

pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam

lambung ke esofagus bagian bawah. Gusi akan menjadi

lebih hipermesis dan lunak sehingga dengan trauma

sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama

kehamilan akan muncul, tetapi setelaa persalinan akan

berkurang secra spontan. Hemoroid juga merupakan

suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi

dan peningkatan tekanan vena pada abian bawah karena


23

pembesaran uterus. Hati pada manusia tidak mengalami

perdarahan selama kehamilan bauk secara anatomik

maupun morfologik. Pada fungsi hati kadar alkalin

fostase akan meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan

serum asparat transamin, alani transamin, γ-glutamil

transferase, albumin, dan bilirubin akan menurun

(Prawirohardjo, 2009)

i) Sistem Muskoloskletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang

umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari

pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser

pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai

(Prawirohardjo, 2009).

j) Traktus Urinarus

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya

kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi

dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut

menyebabkan kandung kemih terasa cepat penuh.

Hemodilusi menyebabkan metabolisme air makinlancar

sehingga menyebabkan pembentukan urine makin

bertambah(Manuaba, 2012). Keadaan ini akan hilang

dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari

rrongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin


24

sudah mulai tururn ke pintu atas panggul, keluhan itu

akan timbul kembali (Prawirohardjo,2009).

k) Perubahan Metabolisme

Metabolisme basal naik sebesar 15 sampai 20% dari

semula, terutama pada trimester ketiga.Keseimbangan

asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter

menjadi 154 mEq perliter disebabkan hemodilusi darah

dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.,Kebutuhan

protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhandan perkembangan janin, perkembangan

organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan

diperlukan protein protein tinggi sekitar 0,5 g/kg berat

badan atau sebutir telur ayam sehari.

Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak, dan

protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil Berat

badan ibu hamil bertambah; kalsium 1,5 gram setiap

hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang

janin, fosfor; rata- rata 2 gram dalam sehari, zat besi; 800

gram atau 30-50 mg sehari, air; ibu hamil memerlukan

air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air (Manuaba,

2012).

l) Perubahan pada kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore


25

stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan

pengaruh kelenjar suprarenaliss, hiperpigmentasi ini

terjaddi pada striae gravidarum livide atau alba, areola

mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (cloasma

gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang (Manuaba, 2012).

m) Perubahan Sistem Pernapasan

Pada kehamilanterjadi juga perubahan sistem respirasi

untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu,

terjadi desakan diafragma karena dororngan rahim yang

membesar pada usia kehamilan 32 minggu

(Manuaba,2012). Frekuensi pernapasan hanya akan

mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi

volume tial, volume ventilasi per menit dan pengambilan

oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada

kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai

puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hampir

seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah persalinan

(Prawirohardjo, 2011).

n) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah merah,

sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan


26

puncaknya di usia kehamilan 32 minggu. Sel darah

merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan

peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilu si

yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2012).

Sedangkan menurut(Saifuddin, 2009) pada kehamilan

lanjut kadar haemoglobin di bawah 11g/dl itu merupakan

suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih berhubungan

dengan defisiensi zat besi daripada dengan hipervolemia.

Hipervolemia selama kehamilan mempunyai fungsi

berikut; untuk menyusuaikan pembesaran uterus

terhadap hipertrofi sistem vaskuler, untuk melindungi ibu

dan janin terhadap efek yang merusak dari arus balik

vena dalam posisi terlentang dan berdiri, untuk menjaga

ibu dari efek kehilangan darah yang banyak pada saat

persalinan. Pada saat kehamilan jumlah leukosit akan

meningkat yakni berkisar antara 5.000-12.000 /µl.

2) Trimester Kedua

Berlangsung sejak minggu ke 13 sampai minggu ke 28, hal

yang biasa dirasakan adalah :

 Pusing

 Hidung tersumbat

 Masalah gusi yang jadi sensitif


27

 Hyperpigmentasi pada areola mamae dan wajah

 Munculnya stretch marks

 Kram kaki

3) Trimester Ketiga

Sejak usia kehamilan 29 sampai dengan 40 minggu , ibu

hamil sering mengalami :

 Berat badan

 Nyeri pinggang

 Kontraksi palsu

 Rasa tidak nyaman dan tekanan pada perineum

 Bengkak pada saki sampai tungkai.

b. Perubahan Psycologis Pada Ibu Hamil

Hal ini dipengaruhi peningkatan hormon progesteron,

 Perubahan emosional

 Cenderung malas

 Sensitif

 Cemas dan takut

 Mudah cemburu

 Meminta perhatian lebih

1) Trismester Pertama

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah

terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian

besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan


28

bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami

kekecawaan, penolakan, kecemasan, depresi, an kesedihan.

Namun, beberapa wanita terutama mereka yang telah

merencanakan kehamilan atau teelah bersaha kerass untuk

hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa

dirinya hamil dan mencari bukti kehamilan pada setiap

jengkal tubuhnya. Validasi kehamilan dilakukan berulang-

ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap

perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan.

Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi

antara wanita yang satu dengan yang lain. Meski beberapa

wanita mengalami peningktan hasrat seksual, tetapi secara

umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya

penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang

jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing .

2) Trimester Kedua

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan

yang baik, yakni periode krtika wanita merasa nyaman dan

bebas dari segala ketidaknyamanannya. Sebagian besar

wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang

lebih 80% wanita mengalami nkemajuan yang nyata dalam

hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama

dan sebelum hamil .

3) Trimester Ketiga
29

disebut periode penantian dengan peenuh kewaspadaan. Pada

periode ini wanita mulai menyadari dari kehadiran bayi

sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak

sabar menanti kehadiran sang bayi sebagai makhluk yang

terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehairan

sang bayi. Persiapan yang aktif terlihat dalam menanti

kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara menjadi

perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera

dilahirkan. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga.

Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan

lahir abnormal, terkait persalinan dan kelahiaran. Wanita

akan kembali mearasakan ketidaknyamanan fisik yang

semakin kuat menjelang akhir kehamilan.

5. KEBUTUHAN IBU HAMIL

a. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen Adalah yang utama pada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa

terjadi saat hamil hingga akan mengganggu pemenuhan

kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada

bayi yang dikandung. Konsul dokter bila ada kelainan atau

gangguan pernapasan seperti asma dan lain-lain.

2) Nutrisi
30

Harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil

seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung

protein, zat besi, dan minum cukup cairan (menu seimbang).

a) Kalori.

Sumber kalori utama adalah hidrat arang dan lemak.

Bahan makanan yang banyak banyak mengandung hidrat

arang adalah golongan padi-padian (misalnya beras dan

jagung), golongan umbiumbian (misalnya ubi dan

singkong), dan sagu.

b) Protein.

Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan

bagian tubuh. Kekurangan protein dalam makanan ibu

hamil mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari

normal. Sumber zat protein yang berkualitas tinggi

adalah susu. Sumber lain meliputi sumber protein

hewani (misalnya daging, ikan, unggas, telur dan

kacang) dan sumber protein nabati (misalnya kacang-

kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang tolo, dan

tahu tempe).

c) Mineral.

Semua mineral dapat terpenuhi dengan makan-makanan

sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu.

Hanya zat besi yang tidak bisa terpenuhi dengan

makanan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini


31

dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus,

forofumarat atau feroglukonat perhari dan pada

kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit anemia

dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium

umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu

sapi mengandung kira-kira 0,9 gram kalsium.

d) Vitamin.

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makanan

sayur dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan

ekstra vitamin. Pemberian asam folat terbukti mencegah

kecacatan pada bayi.

3) Personal Higiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri

terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah

genetalia). Kebersihan gigi dan mulut, perlu mendapat

perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,

terutama pada ibu kekurangan kalsium.

4) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil.

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air


32

putih, terutama ketika lambung dalam keadaan kosong.

Meminum air putih hangat ketika dalam keadaan kosong

dapat merangsang gerak peristaltik usus. Jika ibu sudah

mengalami dorongan, maka segeralah untuk buang air besar

agar tidak terjadi konstipasi. Sering buang air kecil

merupakan keluhan utama yang dirasakan oleh ibu hamil,

terutama trimester I dan III, hal tersebut adalah kondisi yang

fisiologis.

5) Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan

sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat

sebaiknya tidak lagi berhubungan seks selama 14 hri

menjelang kelahiran. Koitus tidak diperkenankan bila

terdapat perdararahan pervaginan,riwayat abortus berulang,

abortus/ partus prematurus imminens, ketuban pecah

sebelumnya waktunya.

6) Mobilitas

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa

selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan

untuk melakukan pekerjaan rumah dengan dan secara

berirama dengan menghindari gerakan menyentak,

sehinggga mengurangi ketegangan padatubuh dan

menghindari kelelahan.

7) Istirahat
33

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang

teratur karena dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan

rohani untuk kepentingan perkembanagan dan pertumbuhan

janin. Tidur pada malam hari selma kurang lebih 8 jam dan

istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam.

8) Persiapan Persalinan

 Membuat rencana persalinan

 Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika

terjadi

 Kegawatdaruratan pada saat pengambilan keputusan

utama

 Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawat

daruratan Membuat rencana atau pola menabung

 Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk

persalinan

9) Memantai kesejahteraan janin

Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam,

dan pergerakan janin selama 12 jam adalah minimal 10 kali

gerakan janin yang dirasakan oleh ibu hamil.

b. Kebutuhan Psikologi Ibu hamil

1) Support Keluarga
34

Tugas keluarga yang saling melengkapi dan dapat

menghindari konflik adalah dengan cara pasangan

merencanakan untuk kedatangan anaknya, mencari informasi

bagaimana menjadi ibu dan ayah, suami mempersiapkan

peran sebagai kepala rumah tangga. Disini motivasi suami

dan keluarga untuk membantu meringankan

ketidaknyamanan dan terhindar dari stress psikologi.

2) Support Nakes

Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikolgis adalah

dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien,

meyakinkan klien dapat menghadapi kehamilannua dan

perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal.

3) Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan pertama ialah ia merasa dicintai dan dihargai,

kebutuhan kedua ialah ia merasa yakin akan penerimaan

pasangannya terhadap sang anak

4) Persiapan Menjadi orang tua

Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan dengan

kelas pendidikan kelahiran/ kelas antenatal.

5) Sibling

Dilakukan kepada ibu yang sudah memiliki anak untuk

menghindari penolakan dari anak sebelumnya. Biasanya


35

terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pencegah terjadinya sibling

ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, di antaranya

sebagai berikut:

 Jelaskan pada anak tentang posisinya (meskipun ada

adiknya, ia tetap disayangi oleh ayah ibu)

 Libatkan anak dalam mempersiapkan kelahiran adiknya

 Ajak anak untuk berkomunikasi dengan bayi sejak

masih dalam kandungannya

 Ajak anak untuk melihat benda-benda yang

berhubungan dengan kelahiran bayi.

6. KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL BERDASARKAN

IMT

Perubahan berat badan selama hamil sangat memengaruhi kesehatan

dan luaran persalinan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wanita

gemuk dan sangat gemuk saat hamil berisiko tinggi melalui bedah

cesar dan mempunyai anak yang gemuk pula. Selain itu, wanita

gemuk dan obesitas dilaporkan memiliki risiko mengalami hipertensi

dalam kehamilan termasuk preeklampsia, bayi makrosomia dan

distosia serta perdarahan postpartum. Wanita kurus saat hamil berisiko

tinggi mengalami persalinan prematur dan bayi dengan berat badan

lahir rendah. Faktor yang memengaruhi kenaikan berat badan

kehamilan, diantaranya genetik, masalah kesehatan, status sosial

ekonomi dan sikap, lingkungan tempat tinggal dan kerja, termasuk

norma budaya dan kepercayaan, akses makanan sehat, aktivitas fisik,


36

dukungan keluarga dan pasangan, namun yang sangat menentukan

adalah indeks massa tubuh pra hamil. PengukUran status wanita hamil

melalui IMT menurut data Riskesdas yang tidak normal (kurus,

gemuk dan obesitas) lebih besar dibanding dengan pria, hal ini akan

berdampak terhadap ibu dan proses pertumbuhan janin. Oleh sebab itu

sebagai upaya deteksi dini terhadap masalah tersebut adalah dengan

pemantauan kenaikan berat badan ibu hamil adalah berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT) pra hamil. peningkatan berat badan

selama kehamilan mengindikasikan status nutrisi ibu. ,hal ini Untuk

mengetahui efektivitas edukasi berdasarkan status nutrisi IMT pra

hamil terhadap kesesuaian peningkatan berat badan ibu hamil.

( Sulistiawati :2021 ) Permasalahan berat badan ibu selama hamil

menjadi salah satu penyebab kejadian stunting pada anak maupun

permasalahan kesehatan lainnya.Pengukuran yang terbaik dalam

pemantauan kenaikan berat badan ibu hamil adalah berdasarkan

Indeks Massa Tubuh (IMT) prahamil. IMT merupakan pengukuran

lemak tubuh berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Rekomendasi

WHO tentang kategori kenaikan berat badan berdasarkan IMT pra

hamil meliputi kurus (underweight), normal, gemuk (overweight) dan

sangat gemuk obese).

a. Cara menentukan IMT

Menurut gizi.fk.ub.ac.id/berat-badan-optimal-kehamilan,
37

Setelah menghitung IMT, kemudian hasilnya di kategorikan

sesuai berikut:

Kenaikan berat badan setiap wanita hamil harus dipantau dan

diukur berdasarkan IMT pra hamil secara rutin. Untuk mendeteksi

risiko serta memantau tumbuh kembang janin secara mudah dan

cepat dapat digunakan grafik IMT pra hamil. ACOG

merekomendasikan agar setiap wanita dilakukan penghitungan

IMT dan penilaian kondisi yang berkaitan dengan kenaikan berat

badan seperti riwayat medis, keadaan sosial dan keluarga.

Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh Academi Press di

Wasington DC tahun 2009, rekomendasi peningkatan berat badan

selama hamil ditentukan dari indeks massa tubuh (IMT) sebelum

hamil.
38

Penilaian IMT dapat membantu tenaga kesehatan dalam

pengambilan keputusan klinis yang tepat dan intervensi edukasi

tentang diet serta aktivitas fisik yang sebaiknya dilakukan ibu

hamil. Namun, sebagian besar wanita hamil mengatakan mereka

tidak mendapatkan nasihat atau edukasi dari praktisi kesehatan

sehingga mereka harus diedukasi berkaitan perubahan berat badan

yang dialami, risiko yang mungkin terjadi dalam kehamilannya

serta strategi dalam masukan kalori, aktivitas fisik. Pemantauan

berat badan selama kehamilan telah dilakukan pada pelayanan

kesehatan di Indonesia berdasarkan standar pelayanan

pemeriksaan kehamilan. Hasil pemantauan dicatat dalam buku

KIA.

b. Penambahan Berat Badan pada ibu hamil

Peningkatan berat badan saat hamil terjadi karena bertambahnya

nafsu makan ibu dan meningkatnya hormon progesterone yang

dapat meningkatkan pembentukan lemak tubuh, sehingga berat

badan ibu hamil secara otomatis akan meningkat.Untuk

mendapatkan berat badan yang optimal saat hamil, ibu perlu

mengonsumsi makanan bergizi yang lebih tinggi untuk dapat

memenuhi kebutuhan tubuh yang nantinya dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Jadi, berat badan ibu

hamil harus meningkat dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan

gizi ibu dan janin, dan persiapan menyusui.


39

Selama trimester I, anjuran penambahan berat badan tidak sebesar

trimester II dan III yaitu berkisar antara 1-2 kg (atau 350-400

g/minggu). Sedangkan anjuran penambahan berat badan untuk

trimester II dan III berdasarkan status gizi ibu yaitu sebagai

berikut:

Anjuran total penambahan berat badan selama kehamilan

didasarkan pada status gizi ibu sebelum hamil yang diukur

menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Berikut anjuran total

penambahan berat badan selama kehamilan (kg) berdasarkan IMT

sebelum hamil:\
40

Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan

minuman pada beberapa waktu sebelum hamil.

Ambang batas lingkar lengan atas (LILA) dengan risiko

kekurangan energi kronis (KEK) di Indonesia adalah 23,5 cm.

Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka dikatakan wanita

tersebut mempunyai risiko KEK, dan dapat diperkirakan akan

melahirkan bayi dengan BBLR. Akibat Dari Penambahan Berat

Badan Selama Kehamilan Yang Tidak Optimal Bagi Ibu Dan

Bayi.Penambahan berat badan yang tidak optimal bisa berdampak

buruk bagi ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Berdasarkan

Teori Nadesul 2008, kehamilan menyebabkan meningkatkatnya

metabolisme energi dan zat gizi lainnya. Peningkatan energi dan

gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi

dan metabolisme ibu dan persiapan menyusui ibu setelah

melahirkan. Status gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang


41

dilahirkan kecukupan gizi ibu hamil bisa dilihat dari kenaikan

berat badannya selama hamil. Pertambahan berat badan ibu yang

rendah atau tidak sesuai mempunyai resiko tinggi untuk

melahirkan dengan bayi BBLR. Sehingga ibu hamil baiknya

mengalami kenaikan berat badan yang sesuai selama kehamilan

supaya mengurangi resiko melahirkan bayi dengan BBLR

(Fabella Khoiriah,: 2015)

c. Pengaturan Makan Ibu Hamil

 Makan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, 1

porsi lebih banyak dari sebelum hamil.

 Tidak ada pantangan makanan selama hamil


42

 Cukupi kebutuhan air minum pada saat hamil, yaitu 10

gelas per hari

 Jika mual, muntah dan tidak nafsu makan, pilihlah

makanan yang tidak berlemak dalam porsi kecil tapi

sering. Contohnya: buah, roti, ubi, singkong, biskuit


43

Tetapi Asupan makan yang berlebih akan

menyebabkan peningkatan berat badan yang berlebih


44

juga. Hal ini juga berlaku bagi ibu hamil. Jika asupan

makan selama hamil berlebih akan menyebabkan

peningkatan berat badan yang berlebih juga.

Peningkatan berat badan selama hamil ini secara

langsung disebabkan oleh peningkatan berat badan

janin, plasenta (ari-ari) dan juga air ketuban. Namun

akan bertambah lagi jika asupan makanan ibu juga

berlebih hingga obesitas. Padahal peningkatan berat

badan yang berlebih selama hamil ini akan membawa

dampak yang kurang baik seperti bayi besar,

terjadinya hipertensi kehamilan sehingga dapat

meningkatkan angka kelahiran SC. Namun demikian,

makan terlalu sedikit juga memiliki dampak negatif

untuk ibu hamil. Berdasarkan pendapat para ahli,

peningkatan berat badan terlalu sedikit juga dapat

berdampak tidak baik, seperti perkembangan bayi yang

terganggu, terjadinya anemia pada ibu hamil sehingga

dapat membawa dampak buruk bagi ibu dan bayi.

Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh Academi

Press di Wasington DC tahun 2009, rekomendasi

peningkatan berat badan selama hamil ditentukan dari

indeks massa tubuh (IMT) sebelum hamil.

1) Wanita kurus saat hamil berisiko tinggi mengalami

persalinan prematur dan bayi dengan berat badan


45

lahir rendah. Pemberian edukasi pada wanita hamil

dengan IMT < 18,5 kg/m2 tentang cuci tangan

serta tentang frekuensi dan variasi makan (kacang-

kacangan dan sayur hijau). Ibu hamil kurus

memiliki risiko persalinan bantuan alat yang lebih

tinggi.

2) Ibu hamil gemuk berisiko yang lebih tinggi

mengalami persalinan induksi (1,7 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok BMI normal);

cesar (2,1 kali lebih tinggi); berat badan lahir

rendah (1,2 kali lebih tinggi); makrosoma (3,3 kali

lebih tinggi); tes Apgar rendah pada menit pertama

(3,6 kali lebih tinggi) dan pada 5 menit (3,7 kali

lebih tinggi).

3) Pemberian informasi hidup sehat dalam kehamilan

pada ibu hamil yang mengalami kelebihan berat

badan (gemuk) juga dapat mengendalikan kenaikan

berat badan, kebiasaan diet dan aktivitas fisik.

Konseling tersebut meliputi:

 diet seimbang berdasarkan pola kenaikan

berat badan ibu selama kehamilan,

memperbaiki kesalahpahaman gizi dengan

menghormati kepercayaan budaya keluarga.


46

 Olahraga dalam menunjang kenaikan berat

badan selama hamil melalui pelatihan secara

langsung, media pamflet dan

bukLETpendidikan. Latihan tersebut berupa

latihan aerobik setidaknya 3 kali seminggu

dengan intensitas sedang dan latihan

peregangan selama 5 menit. Edukasi

kesehatan penting dilakukan dalam

mengubah perilaku dalam peningkatan berat

badan hamil. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ibu gemuk dan obesitas Berbagai

penelitian lain juga menunjukkan bahwa

wanita gemuk dan sangat gemuk saat hamil

berisiko tinggi melalui bedah cesar dan

mempunyai anak yang gemuk pula

4) Ibu hamil dengan gemuk dan obesitas memiliki

risiko buruk terhadap obstetrik dan neonatal.

Kondisi ibu hamil tersebut memiliki kemungkinan

hipertensi, dan diabetes mellitus lebih tinggi.

5) Ibu yang memiliki status gizi sebelum hamil berat

badan berlebih (overweight) dan obesitas berisiko

tinggi memiliki penambahan berat badan di atas

rekomendasi Institute of Medicine (2009). Hal ini

terjadi karena sejak awal status berat badan ibu


47

sudah berlebih, sehingga saat hamil berat

badannya terus meningkat di atas rekomendasi.

Wanita obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap

kolonisasi kelompok Streptococcus group B rektovaginal,

Selain itu, wanita gemuk dan obesitas dilaporkan memiliki

risiko mengalami hipertensi dalam kehamilan termasuk

preeklampsia, bayi makrosomia dan distosia serta perdarahan

pos Kenaikan berat rata-rata selama masa hamil adalah 12,5

kg. Dari jumlah ini, 9 kg merupakan berat janin, plasenta,

cairan amnion, hipertrofi uterus, peningkatan volume darah

maternal, pembesaran payudara, dan volume intrasel dan

ekstrasel maternal. Kenaikan berat sisanya merupakan

peningkatan cadangan lemak maternal (Prawirohardjo, 2011).

7. TANDA BAHAYA KEHAMILAN (BUKU KIA 2021)

a. Keluar darah dari jalan lahir

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal.

Pada masaawal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami

perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama

haidnya. Perdarahan ini adalah pendarahan implantasi, dan

ininormal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan,

perdarahan ringan mungkin pertandadari servik yang rapuh atau

erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau

mungkinsuatu tanda adanya infeksi.Pada awal kehamilan,


48

perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan

yang banyak, atauperdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat

berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidaknormal adalah merah,

banyak, dan kadang -kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan

rasanyeri. Perdarahan semacam ini bias berarti plasenta previa

atau abrupsio plasenta

b. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi

sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena

berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan

intrauteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan

penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina.

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus

(nitrazintest) merah menjadi biru (Saifuddin, 2009).

c. Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala -gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu

hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin

kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang

dalamkehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.


49

d. Gerakan janin tidak ada atau kurang (<10x dalam 1 hari)

Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika

bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak

paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.

e. Demam tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan

merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala

adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain

dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk

menurunkan suhu (Saifuddin,2009). Demam dapat disebabkan

oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme

pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian

menyebabkan timbulnya tanda atau gejala-gejala penyakit.

Padainfeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ

vital. Infeksi dapat terjadiselama kehamilan, persalinan dan masa

nifas.

f. Nyeri Perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa

adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat.

Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi,


50

penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit

kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran

kemih atauinfeksi lainnya

g. Sakit Kepala Yang hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidak nyamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang menunjukkan suatumasalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat

tersebut, ibu mungkinmenemukan bahwa penglihatannya menjadi

kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebatdalam kehamilan

adalah gejala dari pre-eklampsia.

h. Selaput kelopak mata pucat

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan

hemoglobin di bawah 11gr % pada trimester I dan III, <10,5 gr.

Pada trimester II. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita

tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester 2

Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan

perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi

i. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan

selama kehamilan. Muntah yang membahayakan ini dibedakan

dari morning sickness normal yang pada umumnya dialami

wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan


51

berlangsung selama trimester pertama kehamilan. Sehubungan

dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan, dan dehidrasi,

hiperemesis gravidarum dapat terjadi disetiap trimester dengan

tingkat keparahan yang bervariasi.

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara

optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi

persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat

reproduksi dengan wajar .Pelayanan Antenatal Care (ANC) pada kehamilan

normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x

di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester

1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3. Standart pelayanan antenatal 10 T

Menurut Kemenkes RI (2016):

 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

 Pemeriksaan tekanan darah

 Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

 Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

 Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

 Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan.

 Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

 Tatalaksana kasus

 Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pascsalin.


52

PENAPISAN IBU HAMIL:

NAMA : NO RM
ALAMA TANGGA
:
T L
TIDA
NO KETERANGAN YA
K
1 RIWAYAT BEDAH SECAR
2 PERDARAHAN PERVAGINAM
3 KEHAMILAN KURANG BULAN
KETUBAN PECAH DENGAN
4
MECONUIM KENTAL
5 KETUBA PECAH LAMA > 24 JAM
KETUBAN PECAH PADA KEHAMILAN
6
KURANG BULAN
7 IKTERUS
8 ANEMIA BERAT <8 gr%
9 TANDA/GEJALA INFEKSI
PRE EKLAMSI/ HIPERTENSI DALAM
10
KEHAMILAN
11 TINGGI FUNDUS UTERI 40CM/LEBIH
12 GAWAT JANIN
PRIMIPARA DALAM FASE AKTIF
13 PERSALINAN DENGAN PALPASI
KEPALA JANIN MASIH 5/5
PRESENTASI BUKAN KEPALA
14 BELAKANG
15 PRESENTASI MAJEMUK
16 KEHAMILAN GEMELLI
17 TALI PUSAT MENUMBUNG
18 SYOK
19 BERTATO
20 BERTINDIK
21 PERNAH BEKERJA DILUAR NEGERI
22 SUAMI PELAUT/PELAYARAN
23 HIV AIDS
24 ANAK MAHAL
53

KESIMPULAN …………………………

B. PERSALINAN

1. DEFINISI PERSALINAN

Menurut Ari Kurniarum (2016 ) persalinan dalam keseharian sering

diartikan dengan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah

cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari

tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Ada beberapa teori

yang menjadi penyebab terjadinya proses persalinan yaitu: teori

kerenggangan, teori penurunan progesterone, teori oksitosin internal, teori

prostaglandin, teori hipotalamus-hipofisis, dan glandula suprarenalis

(Manuaba, 2013)

 Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang

dengan batas tertentu.Setelah melewati batas tertentu terjadi

kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

 Teori Progesteron Proses penuaan plasenta terjadi pada usia 28

minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah

mengalami 9 29 penyempitan dan buntu.Produksi progesterone

mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive

terhadap oksitosin. Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah

mencapai penurunan progesterone tertentu.


54

 Teori Oksitosin Internal Oksitosin di keluarkan oleh kelenjar

hipofisis inferior. Perubahan keseimbangan estrogen dan

progesterone dapat mengubah sensitifitas otot rahim,sehingga

dapat terjadi kontraksi Braxton hicks. Dengan menurunnya

kontraksi progesterone akibat tuanya kehamilan maka

meningkatnya aktivitas, sehingga timbulnya persalinan.

 Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat

semenjak usia 15 minggu, yang dikeluarkan oleh

desidua.Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi rahim sehingga konsepsi kehamilan keluar.

Prostaglandin dipercaya dapat memicu persalinan.

 Teori Hipotalamus dan glandula suprarenal Teori ini

menunjukkan adanya kehamilan anensephalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.

Pemberian kostikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,

induksi mulainya persalinan

a. Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu

atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.


55

2) Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan

999 gram.

3) Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37

minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan

2499 gram.

4) Partus maturus atau a’term

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42

minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5) Partus postmaturus atau serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

b. Faktor Pengaruh Persalinan (Manuaba, 2013)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah:

1) Power

His (Kontraksi otot polos uterus) adalah kekuatan mengejan

ibu.Kontraksi uterus berirama teratur serta mengikuti pola

yang berulang.

2) Passege
56

Passege adalah keadaan jalan lahir,jalan lahir merupakan hal

yang paling penting dalam proses persalinan.Dengan

demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah satu factor

penentu apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam

atau SC. Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan

adalah segmen bawah rahim,serviks dan vagina, selain itu

otot-otot jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat

urogenetalia juga sangat berperan dalam proses persalinan

3) Passanger

Passanger adalah keadan janinnya sendiri, bagian yang paling

besar dan keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan

besarnya kepala janin akan mempengaruhi proses persalinan,

biasanya apabila kepala janin sudah lahir maka bagian-bagian

lain dengan mudah menyusul persalinan

4) Respon Psikologi

Perasaan positif dan munculnya rasa bangga bisa melahirkan

atau memproduksi anak, keadaan yang semula dianggap

sesuatu yang belum pasti seorang ibu menjadi hal yang nyata.

5) Peran Penolong

Peran penolong dalam hal ini adalah untuk mengobservasi

dan mengantisipasi komplikasi yang mungkin akan terjadi

selama proses persalinan berlangsung

c. Fisiologi Persalinan
57

Persalinan normal ditandai oleh adanya aktifitas miometrium yang

paling lama dan besar kemudian melemah kearah serviks. Dimana

fundus mengalami perubahan organ yang lunak selama kehamilan

menjadi berkontraksi sehingga dapat mendorong janin keluar melalui

jalan lahir. Mekanisme persalinan Selama persalinan, kontraksi

uterus dimulai terutama di puncak fundus uteri kemudian menyebar

ke seluruh korpus uteri. Setiap kontraksi uterus cenderung

mendorong bayi ke arah serviks karena kontraksi intensitasnya kuat

pada puncak dan korpus uteri, namun lemah di segmen bawah uterus

kearah serviks. Saat awal persalinan, kontraksi hanya terjadi sekali

tiap 30 menit. Seiring majunya persalinan kontraksi timbul sekali

setiap 1 sampai 3 menit dan intensitasnya terus meningkat dengan

periode relaksasi yang singkat diantara kontraksi. Gabungan

kontraksi antara uterus dan otot-otot abdomen selama persalinan

menyebabkan tekanan kebawah sekitar 25 pon pada setiap kontraksi.

Lebih dari 95 persen persalinan, bagian pertama yang dikeluarkan

dari bayi adalah kepala. Kemudian bagian besar sisanya yang

dikeluarkan pertama kali adalah bokong. Jika yang keluar pertama

bagian bokong maka dinamakan sungsang. Dimana kepala bertindak

sebagai baji untuk membuka jalan lahir ketika janin didorong ke

bawah. Serviks uteri menjadi hambatan utama ketika pengeluaran

janin, namun menjelang akhir kehamilan,serviks menjadi lunak


58

sehingga memungkinkan terjadi peregangan saat uterus mengalami

kontraksi (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).

d. Beberapa Istilah yang dipakai

 Gravida adalah seseorang wanita yang hamil

 Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali

hamil

 Multigravida adalah Seorang wanita yang sudah beberapa kali

hamil

 Nullipara adalah Wanita yang belum pernah melahirkan bayi

yang dapat hidup di dunia luar

 Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi

 Multipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan

beberapa kali bayi

Menurut kemenkes 2013 Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika :

 Usia kehamilan cukup bulan 37 – 42 mg

 Persalinan terjadi spontan

 Presentasi belakang kepala

 Berlangsung tidak lebih dari 18 jam

Tanda bahaya pada persalinan :

 Perdarahan lewat jalan lahir

 Kejang
59

 Air ketuban hijau dan berbau

 Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir

 Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

 Ibu tidak kuat mengejan

e. Partograf

Adalah alat bantu yang di gunakan selama fase aktif persalinan.

Tujuan umum penggunaan partograf untuk :

 Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai serviks melalui pemeriksaan dalam.

 Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal, sehingga

dapat melakukan deteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

 Tujuan khusus penggunaan partograf untuk :

 Mencatat kemajuan persalinan

 Mencatat kondisi ibu dan janin

 Mencatat asuhan yang diberikan

 Menggunakan informasi yang tercatat untuk mendeteksi

secara dini adanya penyulit .

 menggunakan informai yang ada untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

2. TANDA-TANDA PERSALINAN (BUKU KIA)

 Perut mules mules teratur , timbulnya semakin seringdan semakin

lama ,Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu


60

sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan

kekuatan kontraksi., Sedangkan kontraksi yang sebenarnya, ibu

hamil merasakan kenceng-kenceng makin sering, waktunya

semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri

seperti kram perut.

 Keluar lendir darah dari jalan lahir atau cairan ketuban dari jalan

lahir .

Hal–hal yang perlu dinilai pada saat pemeriksaan dalam yaitu :

 Konsistensi Portio : dimana akan menjadi tipis dan lunak bahkan

tidak teraba saat pembukaan lengkap.

 Pembukaan Serviks yaitu ditentukan dengan memperkirakan

diameter rata-rata (ukuran diameter leher rahim yang teregang).

 Dilatasi serviks ditentukan dengan pemeriksaan VT dan

dinyatakan dengan diameter serviks.

 Air Ketuban

 Presentasi dan posisi janin.

Penurunan bagian terbawah janin yaitu untuk menentukan sampai di

mana bagian terendah janin turun ke dalam panggul pada persalinan

maka dapat digunakan bidang Hodge yang terdiri atas empat bidang:

 Bidang Hodge I

bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

simfisis dan promontorium.


61

 Bidang Hodge II

bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian

bawah simfisis.

 Bidang Hodge III

bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi

spina iskiadika kanan dan kiri.

 Bidang Hodge IV

bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak

setinggi os koksigeus.

a. Nyeri persalinan

Nyeri merupakan suatu pengalaman emosional dan sensorik yang

tidak menyenangkan serta berhubungan dengan adanya kerusakan

jaringan. Nyeri sering timbul akibat manifestasi klinis pada suatu

proses patologis dengan cara memprovokasi serat-serat saraf sensorik

nyeri menghasilkan ketidaknyamanan, penderitaan atau distress.

Nyeri dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu menurut jenis,

timbulnya, penyebab dan derajatnya. Nyeri dapat menetap akibat

sinyal nyeri yang terus menerus dikirimkan ke saraf selama beberapa

minggu, bulan, bahkan tahunan, dan sensasi normal yang

dimunculkan menetap selama lebih dari berbulan - bulan sehingga

dikatakan sebagai nyeri kronik. Nyeri kronik memberikan efek yang

serius terhadap kondisi pasien itu sendiri, sebab nyeri yang tidak

tertangani dengan baik maka akan memperparah kondisi fisik


62

maupun mental pasien. Setiap persepsi nyeri yang timbul akan

membuat tubuh merespons rangsangan nyeri tersebut, yang kemudian

akan mempengaruhi secara keseluruhan sistem organ penderita nyeri

(Mardana, IKRP., 2017).

Nyeri pada persalinan merupakan masalah penting dalam asuhan

kebidanan, karena efek yang ditimbulkan oleh nyeri menimbulkan

rasa cemas, takut dan tegang dalam proses persalinan, proses nyeri

ini ditimbulkan dari kontraksi uterus, pembukaan seviks, peregangan

tulang panggul dan otot vagina Teknik relaksasi nafas dalam

merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu

bersalin secara nonfarmakologis dengan menarik nafas dalam-dalam

pada saat ada kontraksi melalui hidung sambil menggembungkan

perut dan menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan

sambal. Seorang merasakan nyeri yang sangat hebat ketika

terjadi kontraksi pada uterus. Pada awal persalinan rasa nyeri terjadi

karena hipoksia otot-otot uterus akibat kompresi pembuluh darah

uterus. Nyeri tidak terasa jika saraf hipogastrikus telah dipotong

dimana saraf tersebut membawa serat-serat sensorik viseral yang

berasal dari uterus. Namun ketika kala dua persalinan saat janin

dikeluarkan melalui jalan lahir akan terasa rasa nyeri yang lebih

hebat regangan serviks, regangan perineum atau bisa dikarenakan

robekan pada struktur-struktur didalam vagina. Rasa nyeri tersebut


63

segera dikirimkan ke medulla spinalis dan otak ibu oleh saraf somatik

(Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).

Rasa nyeri persalinan merupakan salah satu tanda terjadinya akhir

kehamilan. Rasa nyeri pada persalinan kala I muncul akibat adanya

perubahan segmen uterus bawah dan serviks. Pada akhir kala I dan

kala II, rasa nyeri disebabkan oleh distensi dasar panggul, vagina dan

perineum. Nyeri dihantarkan melalui serabut saraf aferen viseral yang

menyertai saraf simpatis menuju medula spinalis pada segmen T10

hingga L1. Nyeri ditransmisikan oleh serabut saraf somatik menuju

medula spinalis pada segmen S2 hingga S4. Secara fisiologis nyeri

dapat terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi agar terjadi

pembukaan serviks serta mendorong kepala bayi turun kearah

panggul (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).

Nyeri persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode yaitu

farmakologis dan nonfarmakologis. Metode penghilang rasa nyeri

secara farmakologis adalah metode penghilang rasa nyeri dengan

menggunakan obat-obat kimiawi, sedangkan metode non

farmakologis adalah metode penghilang rasa nyeri secara alami tanpa

menggunakan obat-obat kimiawi caranya dengan melakukan teknik

relaksasi, yang merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi

respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan


64

tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas dalam, masase,

meditasi dan perilaku.(Hamdiah Ahmar, 2021)

1) Pengukuran derajat nyeri

Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat

sebab dipengaruhi oleh adanya faktor subyektif seperti faktor

fisiologis, psikologi, dan lingkungan. Oleh karena itu, anamnesis

berdasarkan pada pelaporan mandiri pasien yang bersifat sensitif

dan konsisten merupakan hal yang penting. Pada kondisi di mana

tidak mungkin mendapatkan penilaian mandiri pasien seperti

pada konsidi gangguan kesadaran, gangguan kognitif, pasien

pediatrik, kegagalan komunikasi, tidak adanya kerjasama atau

ansietas hebat dibutuhkan cara pengukuran yang lain.

Terdapat berbagai cara untuk mengukur derajat nyeri, cara yang

sederhana, dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif

antara lain:

 Nyeri ringan merupakan nyeri yang hilang timbul,

terutama saat sedang melakukan aktivitas sehari-hari dan

hilang pada waktu tidur atau istirahat.

 Nyeri sedang merupakan nyeri yang bersifat terus menerus

sehingga mengganggu aktivitas dan hanya hilang ketika

penderita tidur.
65

 Nyeri berat merupakan nyeri yang berlangsung terus

menerus sepanjang hari sehingga penderita tidak dapat

tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri ketika tidur

(Mardana, IKRP., 2017).

Penilaian nyeri adalah suatu hal yang penting untuk mengetahui

intensitas serta terapi yang dibutuhkan sehingga terapi tersebut

menjadi efektif. Penilaian intensitas nyeri dapat diukur

menggunakan berbagai cara, yaitu :

a) Visual Analogue Scale (VAS)

Skara ini sering digunakan dalam menilai intensitas nyeri.

Rentang nyeri diwakilkan pada garis sepanjang 0 sampai 10

cm, dengan ada atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda

pada kedua ujung dapat berupa angka atau deskriptif. Ujung

angka 0 mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung angka

10 mewakili rasa nyeri terparah. Skala ini dapat digunakan

untuk dewasa dan anak usia lebih dari 8 tahun. Keuntungan

menggunakan skala VAS ini yaitu lebih mudah dipahami

pasien serta sederhana dalam pengukurannya. Sedangkan,

untuk prosedur pasca bedah tidak dianjurkan memakai skala

VAS karena membutuhkan koordinasi motorik, visual serta

kemampuan konsentrasi (Yudianta, et al., 2015

b) Numeric Rating Scale (NRS)


66

Skala nilai numerik ini dianggap mudah dimengerti dan

sederhana, sensitive terhadap dosis, perbedaan etnis serta

jenis kelamin. NRS dianggap suatu metode item tunggal

dengan memperkirakan intensitas nyeri menggunakan nilai 0

hingga 10, dimana skala 0 mewakili keadaan tanpa rasa sakit

dan skala 10 merupakan rasa sakit yang sangat hebat. Berat

ringannya sakit menjadi terukur dengan cara

mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri (Yudianta, et al.,

2015).

c) Wong Pain Rating Scale

Skala ini biasa digunakan pada pasien dewasa dan anak >3

tahun yang tidak dapatmenggambarkan intensitas nyerinya

dengan angka (Yudianta,eal., 2015).

b. Manajemen Nyeri Persalinan

Penanggulangan nyeri pada persalinan sangat penting karena akan

dapat memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologi ibu dan bayi

baru lahir serta mengurangi kematian ibu dan janin.. Sehingga bidan

dituntut harus melakukan pertolongan persalinan tanpa rasa nyeri,

dengan mendalami dan menerapkan metode asuhan kebidanan pada

ibu bersalin dengan menggunakan metode-metode pengurangan rasa

nyeri. Saat ini proses persalinan dengan menggunakan metode-

metode pengurangan rasa nyeri sedang berkembang dimasyarakat,

karena ibu bersalin meyakini bahwa persalinan itu nyeri, dan


67

menganggap lebih penting mengatasi rasa nyeri pada proses

persalinan dibandingkan dengan tempat persalinan atau siapa yang

mendampingi.(W, 2015)

Beberapa Upaya non farmakologik untuk mengurangi nyeri pada

persalinan di lakukan dengan cara :

 Memberi kompres hangat di bagian tubuh yang terasa nyeri

atau mandi air hangat.

 Mendapat pijatan, misalnya di bagian kaki, tangan, dan

punggung.

 Melakukan teknik relaksasi, seperti menarik napas

dalam,Mendengarkan musik yang menenangkan, atau

menggunakan aromaterapi.

1) Teknik Relaksasi Nafas

dalam merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri

pada ibu bersalin secara nonfarmakologi. Dengan menarik nafas

dalam-dalam pada saat ada kontraksi dengan menggunakan

pernafasan dada melalui hidung akan mengalirkan oksigen

kedarah yang kemudian dialirkan keseluruh tubuh sehingga ibu

bersalin akan merasakan rileks dan nyaman karena tubuh akan

mengeluarkan hormon endorphin yang merupakan penghilang

rasa sakit yang alami didalam tubuh.(W, 2015) Adapun efek

relaksasi menurut Potter & Perry (2010), relaksasi memiliki


68

beberapa manfaat, yaitu: menurunkan nadi, tekanan darah, dan

pernapasan; penurunan konsumsi oksigen; penurunan

ketegangan otot; penurunan kecepatan metabolisme, peningkatan

kesadaran; kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan; tidak

ada perubahan posisi yang volunteer; perasaan damai dan

sejahtera; periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam.

( Pustaka and Pustaka, 2016).

c. Asuhan Kebidanan

Menurut Kemenkes RI (2016), asuhan kebidanan merupakan

kegiatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang

memiliki masalah atau kebutuhan pada masa kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana, sedangkan Menurut

Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2019 asuhan

kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan

ilmu dan kiat kebidanan (Kemenkes RI, 2019).

1) Standar Asuhan Kebidanan (Kemenkes RI, 2019)

 Standar I (Pengkajian) Bidan mengumpulkan semua

informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

 Standar II (Perumusan Diagnosa) Bidan menganalisa data

yang diperoleh dari pengkajian pasien kemudian


69

Diinterprestasikan secara akurat dan logis untuk

meneggakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

 Standar III ( Perencanaan) Bidan merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa masalah yang ditegakkan.

 Standar IV (Implementasi) Bidan melaksanakan rencana

asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan

aman berdasarkan evidence base kepada pasien dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitation.

Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

 Standar V ( Evaluasi) Bidan melakukan evaluasi secara

sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan

dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan klien.

 Standar VI ( Pencatatan Asuhan Kebidanan) Bidan

melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

3. KEBUTUHAN IBU BERSALIN

Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut JNPK-KR (2017) yaitu:

a. Dukungan emosional

Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang disukai ibu

sangat diperlukan dalam mengurangi rasa tegang dan membantu

kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Penolong


70

persalinan juga dapat memberikan dukungan dan semangat

kepada ibu dan anggota keluarga dengan menjelaskan tahapan dan

kemajuan proses persalinan dan kelahiran bayinya.

b. Nutrisi Kebutuhan

makanan dan cairan, selama persalinan anjurkan ibu sesering

mungkin minum dan makan makanan, seperti air, teh manis, roti.

c. Eliminasi

Kebutuhan eliminasi, kandung kencing harus dikosongkan setiap

dua jam atau lebih sering jika kandung kemih ibu terasa penuh

selama proses persalinan. Kandung kemih yang penuh akan

menghambat penurunan bagian terendah janin.

d. Posisi

Mengatur posisi, peranan bidan adalah mendukung ibu dalam

pemilihan posisi apapun, menyarankan alternatif hanya apabila

tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi diri sendiri

maupun bayinya.

e. Peran Pendamping

Peran pendamping, kehadiran suami atau orang terdekat ibu untuk

memberikan dukungan pada ibu sehingga ibu merasa lebih tenang

dan proses persalinannya dapat berjalan dengan lancar.

f. Pengurangan Rasa Nyeri


71

Pengurangan rasa nyeri, mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan

dengan, pengaturan nafas agar relaksasi

4. TAHAPAN PERSALINAN

a. KALA 1

1) Pengertian

Adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan

nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala

I berlangsung kira –kira 13 jam, sedangkan pada multigravida

kira – kira 7 jam. Kala I atau Kala Pembukaan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi

dan kekuatannya), hingga servik membuka lengkap (10 cm).

Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi

dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

2) Fase laten persalinan

Suatu keadaan dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

hingga pembukaan 3 cm yang berlangsung selama 7-8 jam,.

Pada awal persalinan, terkadang pasien belum cukup yakin

bahwa ia akan benar-benar melahirkan meskipun tanda-tanda

persalinan cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi orang

terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberi dukungan


72

mental terhadap kemajuan persalinan (Sulistyawati,

2014).Seiring dengan kemajuan proses persalinan dan intensitas

rasa sakit akibat his yang meningkat, pasien akan mulai

merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan

apakah ini sudah hampir berakhir. Pasien akan senang setiap kali

dilakukan pemeriksaan dalam dan berharap bahwa hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa proses persalinan akan segera

berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping

mechanism terhadap rasa sakit yang timbul akibat his, misalnya

dengan pengaturan nafas atau dengan mengubah posisi

(Sulistyawati, 2014).

3) Fase Aktif

Pada persalinan stadium dini, ibu masih tetap makan dan minum,

tertawa atau berbincang-bincang dengan riang diantara kontraksi.

Begitu terjadi kemajuan persalinan, ibu tidak punya lagi

keinginan untuk makan atau berbincang-bincang, dan ia menjadi

pendiam serta bertindak lebih didasari naluri (Nurasiah, 2014).

Pada sebagian besar pasien akan mengalami penurunan stamina

dan sudah tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur

terutama pada primigravida (Sulistyawati, 2014). Ketika

persalinan semakin kuat, ibu menjadi kurang mobilitas atau

memegang sesuatu saat kontraksi. Stadium transisi (akhir kala I

persalinan) dianggap sebagai hal yang paling menyakitkan bagi


73

ibu. Hormon stress pada persalinan berada pada puncaknya. Ibu

yang mengalami nyeri ekstrim tidak memiliki kemampuan

mendengar atau berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali

melahirkan. Untuk mengatasi stress atau kecemasan pada ibu

bisa dilakukan dengan cara menganjurkan untuk berjalan-jalan,

mengubah posisi, atau mencoba memusatkan pada

pernafasannya serta melakukan pemantauan baik ibu maupun

janin (Nurasiah, 2014). Perubahan-perubahan yang terjadi

selama persalinan merupakan hal yang fisiologis terjadi pada ibu

bersalin, tetapi tidak semua ibu bersalin bisa menerima

perubahan-perubahan tersebut. Terkadang perubahan-perubahan

tersebut dirasakan sebagai suatu ketidaknyamanan yang akhirnya

bisa berdampak buruk terhadap proses persalinan. Oleh karena

itu seorang penolong persalinan diharapkan mampu untuk

membantu ibu bersalin agar bisa menerima perubahan yang

terjadi pada tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan ibu

bersalin

a) Tahapan Persalinan (Sherwood, 2014)

 Dilatasi serviks, pada tahap pertama ini serviks

melebar hingga maksimal 10 cm Tahap ini

berlangsung hingga 24 jam pada kehamilan


74

pertama.Kepala memiliki garis tengah paling besar

pada tubuh bayi (Sherwood, 2014).

 Pengeluaran bayi, pada tahap kedua ini baru dimulai

setelah dilatasi serviks lengkap. Tahap ini lebih

singkat yaitu berlangsung 30 sampai 90 menit.

Prosesnya dimulai ketika bayi bergerak melewati

serviks dan vagina dimana reseptor-reseptornya

mengaktifkan suatu refleks saraf sehingga dapat

memicu kontraksi dinding abdomen yang sinkron

dengan kontraksi uterus (Sherwood, 2014).

 Pelahiran plasenta (afterbirth), pada tahap ketiga ini

terjadi segera setelah bayi lahir kemudian terjadi

kontraksi uterus yang kedua yang diikuti dengan

lahirnya placenta.

4) Perubahan Fisiologis Kala 1

Tabel 2.2 Perubahan Fisiologi pada Persalinan Kala I


Sistem
Perubahan Fisiologi
Tubuh
75

1) Terjadi Kontraksi Uterus


Pada awal persalinan, kontraksi uterus berlangsung setiap 15-
20 menit dengan durasi 15-20 detik setelah itu kontraksi akan
terjadi setiap 5-7 menit dengan durasi 30-40 detik. Selama fase
aktif, kontraksi uterus menjadi lebih sering dengan durasi yang
lebih panjang yakni 40 detik hingga mencapai 60 detik
menjelang akhir fase aktif (Varney, 2008).

2) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah


Rahim (SBR)
SAR dibentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif yaitu

Sistem berkontraksi. Sedangkan SBR terbentang di uterus bagian

Reproduksi bawah antar istmus, dengan serviks serta otot yang tipis dan
elastis (Arsinah, 2010). Segmen bawah rahim memegang
peranan pasif yaitu mengadakan relaksasi dan dilatasi sehingga
menjadi saluran tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui
oleh bayi (Nurasiah, dkk, 2014).
76

3) Penipisan dan Pembukaan Serviks


Pendataran pada serviks merupakan pemendekan dari kanalis
servikalis yang semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2
cm, menjadi sebuah lubang dengan pinggir yang tipis (Asrinah,
2010). Setelah menipis, akan terjadi pembukaan pada serviks
(Sulistyawati, 2014). Pembukaan serviks merupakan
pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa satu
lubang dengan hanya berdiameter beberapa milimeter menjadi
lubang yang dapat dilalui oleh janin. (Rohani, 2011)

4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul


Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin (Rohani, 2011).

Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan


peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata- rata 5-
Sistem Kardiovaskuler 10 mmHg (Arsinah, 2010). Begitu pula dengan denyut jantung akan
mengalami peningkatan selama kontraksi
(Nurasiah, 2014).
Metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob akan meningkat.
Metabolisme Peningkatakn metabolisme disebabkan oleh ansietas
dan aktvitas otot rangka (Arsinah, 2010).
Sistem Sedikit peningkatan frekuensi pernafasan dianggap normal

Respirasi selama persalinan (Sulistyawati, 2014).


77

Poliuria sering terjadi selama persalinan, yang dikarenakan oleh


kardiak output yang meningkat serta disebabkan oleh glomerulus
serta aliran plasma ke renal. Kandung kencing harus sering dikontrol
setiap 2 jam yang bertujuan tidak menghambat bagian terendah janin
Sistem Renal
dan trauma pada kandung kemih serta
menghindari retensi urin setelah melahirkan (Nurasiah, 2014).
Pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang,
menyebabkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan.
Sistem Pencernaan Makanan yang masuk ke lambung kemungkinan besar akan tetap
berada dalam perut selama persalinan. Lambung yang penuh
dapat menimbulkan ketidaknyamanan (Sulistyawati, 2014).
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai
tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.
Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5
– 10°C. Namun jika keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu
Suhu Badan mengindikasikan dehidrasi. Paremeter lain yang harus dilakukan
adalah selaput ketuban sudah pecah atau belum,
karena ini bisa merupakan tanda infeksi (Varney, 2008).

Menurut Lesser dan Keane dalam Arsinah (2010), terdapat lima

kebutuhan dasar selama kala 1 persalinan yang perlu dipenuhi

oleh seorang bidan untuk memberikan asuhan kepada ibu

bersalin
78

5) Dampak Fisik dan psikologi

Setiap ibu yang memasuki proses persalinan biasanya diliputi

oleh perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu

primigravida. Perasaan takut biasanya meningkatkan nyeri, otot-

otot menjadi tegang dan ibu bersalin menjadi tetap lelah, yang

pada akhirnya akhirnya akan menghambat proses

persalinan.Asuhan yang sifatnya mendukung adalah suatu

standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti

bersifat aktif dan turut serta dalam kegiatan yang sedang

berlangsung. Dukungan dapat diberikan oleh orang-orang

terdekat pasien.

a) Kebutuhan makanan dan cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan

aktif, karena makanan padat lebih lama tinggal dalam

lambung daripada makanan cair, sehingga proses

pencernaan berjalan lebih lambat selama proses persalinan.


79

Untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat diberikan minuman

segar (jus buah, sup, teh manis, dll) selama proses

persalinan, namun bila mual muntah dapat diberikan cairan

IV (RL).

b) Kebutuhan eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama

proses persalinan. Demikian pula dengan jumlah dan waktu

berkemih juga harus dicatat. Bila pasien tidak mampu

berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena

kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan

kepala janin. Selain itu, juga akan meningkatkan rasa tidak

nyaman. rectum yang penuh akan mengganggu penurunan

bagian terbawah janin, namun bila pasiean mengatakan

ingin BAB, bidan harus memungkinkan adanya tanda gejala

masuk pada kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi

bisa dilakukan tindakan lavement, meskipun tindakan ini

bukan merupakan tindakan rutin selama persalinan.

c) Posisioning dan aktifitas

Persalinan merupakan suatu peristiwa normal. Untuk

membantu ibu tetap tenang dan rileks maka bidan dapat

mengarahkan ibu untuk mengambil posisi senyaman

mungkin. Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu


80

terlentang terus- menerus saat persalinan. Jika ibu sudah

tidak nyaman bidan bisa mengambil tindakan yang positif

dengan mengubah posisi ibu seperti menganjurkan ibu

berjalan-jalan atau mengambil posisi yang lain. Bidan harus

menciptakan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan

ekspresi terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang

menyenangkan serta pujian lainnya. Saat memberikan

dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, bidan harus

melakukan semuanya dengan cara penuh kasih sayang.

Dukungan yang dilakukan harus aman dan sesuai evidence

based, memungkinkan ibu merasa nyaman dan aman secara

emosional, menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan

agama serta memastikan informasi yang diberikan telah

memadai serta dapat dipahami oleh ibu.

d) Pengurangan rasa nyeri

Nyeri pada persalinan disebabkan oleh kombinasi

peregangan segmen bawah rahim dan iskemia otot-otot

rahim. Dengan peningkatan kontraksi serviks akan lagi

dengan kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan


81

ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh dan

mungkin pula menyebabkan kelelahan yang sangat.

Kebutuhan akan pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan

banyak cara yang merupakan hasil evidence based terkini yang

meliputi metode- metode non farmakologis seperti

menganjurkan perubahan posisi, pijatan, distraksi dan teknik

deep relaxation pada proses persalinan.

 Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3

cm menjadi 4 cm.

 Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan

sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

 Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban

kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi

lengkap.

menandakan plasenta terpisah dari miometrium yang akhirnya

keluar melalui vagina. Tahap ini berlangsung dalam 15 sampai

30 menit setelah bayi lahir (Sherwood, 2014).

6) Pengaturan Pernafasan

Teknik pernapasan yang tidak teratur dan terlampau cepat saat

melahirkan membuat ibu kesulitan untuk mendapatkan oksigen.

Padahal, oksigen jelas sangat dibutuhkan di masa persalinan.


82

Semakin banyak oksigen yang dapat Anda dapatkan, semakin

baik perasaan tenang yang dimiliki.Selain itu, semakin banyak

oksigen juga membuat tenaga yang miliki jadi semakin besar

agar bisa mendorong bayi keluar. Berkurangnya ketegangan

yang dirasakan ini bisa membantu meredam rasa sakit saat

kontraksi. Semakin fokus mengatur pernapasan yang lambat dan

stabil secara terus menerus, otomatis sensasi nyeri saat kontraksi

pun semakin berkurang. Ketika ibu yang melahirkan tidak

berusaha untuk mengatur napasnya, efek yang terjadi bisa

sebaliknya.Ibu yang melahirkan biasanya merasa tegang, takut,

atau panik. Ketika ibu merasa tegang, takut, atau panik,

pernapasan cenderung lebih pendek dan cepat.Jika ibu yang akan

melahirkan justru fokus pada hal-hal tersebut, justru mengurangi

jumlah oksigen yang dapat digunakan tubuh untuk menenangkan

diri dan untuk bayi.


83

Manfaat pengaturan pernafasan :

 Membuat ibu lebih rileks

 membuat ibu lebih mudah untuk mengendalikan rasa

sakitnya.

 Melahirkan tidak terasa sakit

 Paru-paru bekerja dengan baik dan menghindari

hiperventilasi

7) Menghindari Pembengkakan serviks saat melahirkan

Dengan relaksasi ini juga bisa melepaskan hormon endorfin atau

hormon senang. Jadi, hal ini akan mengurangi banyak rasa nyeri

yang akan muncul pada saat bersalin,Tehnik pengsaturan

pernafasan dalam persalinan. Banyaknya nama tehnik

pernafasan yang digunakan diantaranya :


84

a) Lamaze adalah teknik yang digunakan untuk membantu

ibu hamil saat persalinan normal dengan fokus pada

kontrol pernapasannya. Teknik pernapasan yang dipakai

saat melahirkan ini perlu ibu pahami dan kuasai dengan

baik. Ini karena cara mengatur napas saat melahirkan bisa

berbeda-beda di setiap fase.Berikut perbedaan teknik

pernapasan saat melahirkan di setiap fase yang perlu

diketahui ibu,

1)Fase awal (laten)

Ibu disarankan untuk latihan pernapasan agar tetap

teratur di fase awal melahirkan ini meski mengalami

kontraksi.Berdasarkan American Pregnancy

Association, begini teknik pernapasan saat fase awal

melahirkan:

 Ambil napas secara teratur. Mulai dengan

tarikan napas yang sebanyak-banyaknya saat

kontraksi dimulai, lalu embuskan setelahnya.

 Fokuskan perhatian Anda.

 Tarik napas perlahan melalui hidung,

kemudian buang melalui mulut.

 Pastikan Anda fokus untuk merilekskan

tubuh di setiap tarikan dan embusan anapas

selama pernapasan berlangsung.


85

2)Fase aktif

Fase aktif dalam proses melahirkan normal biasanya

ditandai dengan kontraksi yang kuat dengan

pembukaan serviks yang semakin lebar. mengatur

napas saat masuk fase aktif melahirkan:

 Ambil napas secara teratur. Mulai dengan

tarikan napas yang sebanyak-banyaknya saat

kontraksi dimulai, lalu embuskan setelahnya.

 Fokuskan perhatian .

 Ambil napas melalui hidung, lalu buang

melalui mulut.

 Atur pernapasan Anda sebaik mungkin saat

kekuatan kontraksi semakin meningkat.

 Jika kontraksi terasa meningkat di awal,

usahakan pernapasan Anda tidak terengah-

engah.

 Begitu pula jika peningkatan kontraksi terjadi

secara bertahap, atur napas agar tubuh lebih

rileks.

 Laju pernapasan mengalami percepatan

seiring dengan peningkatan kontraksi, coba

ambil dan keluarkan napas perlahan melalui

mulut.
86

 Jaga agar laju pernapasan tetap teratur sekitar

1 tarikan napas setiap 1 detik, kemudian

embuskan.

 Ketika kekuatan kontraksi semakin

berkurang, perlambat laju pernapasan Anda.

 Secara bertahap, kembali bernapas dengan

mengambil napas melalui hidung dan

mengeluarkannya melalui mulut.

 Ketika kontraksi telah selesai, ambil napas

sebanyak-banyaknya kemudian buang

semuanya sembari menghela napas.

3)Fase transisi

Ibu dikatakan telah masuk ke fase transisi saat leher

rahim (serviks) telah terbuka sepenuhnya hingga

mencapai 10 sentimeter (cm). Artinya, sebentar lagi

ibu akan masuk ke tahap inti melahirkan normal

dengan bekerja keras saat mengejan dan menerapkan

teknik pernapasan yang tepat. Ada dua teknik

pernapasan yang terlibat di fase transisi saat

melahirkan normal ini, yakni pernapasan ringan dan

pernapasan yang lebih dalam Berikut cara mengatur

napas saat berada di fase transisi melahirkan normal:


87

 Ambil napas secara teratur untuk

memudahkan melahirkan dengan cara

normal. Mulailah dengan tarikan napas yang

sebanyak-banyaknya saat kontraksi dimulai.

 Selanjutnya embuskan napas dan usahakan

untuk rileks.

 Fokuskan perhatian Anda pada satu titik agar

lancar menerapkan cara melahirkan normal.

 Ambil napas ringan melalui mulut dengan

kecepatan sekitar 5-20 napas dalam 10 detik

selama kontraksi berlangsung.

 Pada napas kedua, ketiga, keempat, atau

kelima, embuskan napas lebih banyak dan

lama misalnya sembari mengatakan “huh”.

 Ketika kontraksi selesai, tarik dalam sedalam-

dalamnya sebanyak satu atau dua kali

sembari menghela napas.

Setelah berhasil melewati tahap pertama melahirkan

yang terdiri atas tiga fase, kini ibu resmi memasuki

tahap kedua melahirkan. Itu artinya, ibu siap untuk

mengejan dan mengeluarkan bayi sembari

menerapkan tekni pernapasan yang tepat saat

melahirkan.Mengatur napas dengan baik tidak kalah


88

penting untuk dilakukan di tahap ini guna

mendukung usaha tubuh saat mengejan. Harapannya

agar napas Anda tidak menjadi terengah-engah dan

bayi bisa keluar dengan lancar. Atas dasar itu,

penting untuk rutin latihan pernapasan sebelum

melahirkan. Beberapa teknik pernapasan saat berada

di tahap mengejan dan melahirkan bayi:

 Bernapas secara teratur dengan menarik

napas kuat dan embuskan napas sembari

melepaskan ketegangan di tubuh.

 Fokuskan perhatian pada posisi bayi yang

akan keluar dari vagina.

 Tetap bernapas secara perlahan sesuai dengan

ritme kontraksi agar tubuh lebih terasa

nyaman.

 Saat dokter memberi aba-aba untuk

mengejan, coba tarik napas panjang,

mengejan dengan gigi ketemu gigi,

tempelkan dagu di dada, dan arahkan tubuh

ke depan.
89

 Tahan napas Anda selama mengejan dan

embuskan napas sembari mengatakan “huh”

agar lebih rileks. Pastikan Anda merilekskan

bagian panggul agar bayi mudah keluar.

 Embuskan napas setelah 5-6 detik kemudian

ambil dan keluarkan napas seperti biasa.

 Sebelum mulai mengejan dan mengatur napas

kembali, tarik dalam untuk mengambil

oksigen bagi tubuh Anda dan bayi.

 Hindari berteriak saat kontraksi datang karena

dapat membuat ibu kelelahan.

 Ketika kontraksi berakhir, usahakan untuk

mengurangi dorongan pada bayi. Cara ini

membantu mencegah posisi bayi kembali

masuk ke dalam rahim.

 Ketika kontraksi sudah berakhir, rilekskan

tubuh Anda dan tarik napas sekali atau dua

kali.

Ulangi teknik pernasapan saat mengejan di tahap

melahirkan ini

 ketika kontraksi semakin hebat akibat

persalinan memang semakin dekat, coba

selalu atur pernapasan dengan baik.


90

 Coba tutup mata sebentar, fokus pada teknik

pernapasan saat melahirkan dan perhatikan

irama pernapasan

 Hindari pikirkan hal negatif yang di takuti

karena dapat mengganggu fokus saat

menerapkan teknik pernapasan melahirkan.

Tarik nafas panjang, lalu berikan ada sedikit

jeda sebelum menghembuskan napas

kembali. Begitupun sebaliknya, buang napas

yang panjangnya kurang lebih sama dengan

tarikan napas sebelumnya. Sebelum kembali

menarik napas lagi setelah mengembuskan

napas, sebaiknya berikan jeda sebentar. Agar

dapat lebih fokus dan tenang, saat menarik

napas mata dapat ikut terpejam dan tarik

melewati hidung. Sementara saat

menghembuskan napas, gerakkan bibir

sedikit dan hembuskan napas perlahan

melewati celah kecil di bibir. Sebaiknya

buang napas sedikit lebih panjang

dibandingkan saat menarik napas dalam

menerapkan teknik pernapasan selama

melahirkan.Ketika mengalami kontraksi


91

sangat kuat, biasanya pernapasan akan

cenderung jadi pendek. Sementara pada

metode Lamaze, dilakukan dengan cara

mengatur napas saat melahirkan untuk

mengurangi rasa sakit.Pengaturan pernapasan

dilakukan dengan berbagai macam pola,

seperti menghirup napas dalam-dalam selama

lima detik dan keluarkan selama lima detik,

kemudian ulangi terus. Pola lainnya bisa

dengan mengambil dua napas pendek dan

kemudian mengeluarkannya sehingga akan

terdengar seperti “hee-hee-hoooo”.Sangat

penting untuk menjaga pernapasan agar tidak

terengah-engah.

b) Tiup-Tiup

Metode tiup-tiup pada prinsipnya sama dengan teknik

medis yang bernama lamaze breathing. Untuk diketahui,

lamaze breathing adalah teknik yang digunakan oleh

petugas medis agar ibu hamil yang sudah waktunya

mendekati melahirkan dapat rileks dan mengatur

napasnya dengan baik.


92

Pola pernapasan berulang dan teratur inilah yang

membawa segudang manfaat untuk ibu melahirkan.

melakukan metode tiup-tiup dengan menarik napas

dalam, lalu mengeluarkannya melalui mulut.

c) Hypnobreathing

Hypnobirthing adalah bagian dari metode self-hypnosis

(hipnotis diri sendiri) dan teknik relaksasi untuk

memudahkan calon ibu melahirkan dengan cara

mengurangi persepsi akan rasa takut, cemas, tegang, serta

rasa sakit saat melahirkan. Asuhan kebidanan yang

diberikan : Berdasarkan penelitian, penggunaan hipnosis

selama persalinan dinilai efektif membantu ibu mengatasi

ketakutan. Ketika takut, otot-otot menjadi tegang dan

membuat proses kontraksi dan melahirkan secara alami

pun menjadi terganggu. Kaitan Hormon Adrenain Selama

Persalinan Rasa khawatir atau takut selama persalinan

membuat tubuh ibu hamil dibanjiri oleh hormon

adrenalin. Kelebihan adrenalin ini akan mengurangi

aliran darah ke rahim serta sistem pencernaan, dan lebih

banyak mengalirkan darah menuju otot-otot besar di

tungkai. Akibatnya, otot-otot rahim tidak bekerja dengan

baik karena kekurangan darah dan oksigen. Hal ini

tentunya dapat membuat proses persalinan menjadi lebih


93

susah dan lama, serta pasokan oksigen untuk bayi yang

ada di dalam rahim juga bisa berkurang. Kadar adrenalin

yang berlebih membuat tubuh berhenti memproduksi

hormon oksitosin yang memudahkan persalinan, serta

mengurangi produksi hormon endorfin yang membantu

ibu hamil lebih tahan terhadap sakit. Hypnobirthing

didasarkan pada kekuatan sugesti. Prosesnya dapat

menggunakan musik, video, atau kata-kata positif guna

memandu pikiran ke arah positif, membuat tubuh santai,

dan membantu mengendalikan napas saat proses

persalinan. Contohnya adalah dengan mendengarkan

rekaman suara alam, menonton video mekarnya sebuah

bunga, atau memikirkan kalimat-kalimat pernyataan

seperti “saya ingin melahirkan secara normal” dan “saya

relaks, bayi saya juga relaks”. Calon ibu dapat

mengikuti kelas kursus hypnobirthing pada saat

kandungan berusia sekitar 32 minggu. Pada kursus

tersebut akan diajarkan posisi tubuh saat persalinan,

teknik relaksasi dan self-hypnosis, serta teknik bernapas.

Ada beragam manfaat melakukan metode hypnobirthing

saat proses melahirkan secara normal, di antaranya:


94

 Meningkatkan rasa nyaman dan relaks saat

melahirkan

 Mengurangi stres, ketakutan, dan rasa sakit saat

persalinan

 Mempersingkat proses persalinan

 Mengurangi kebutuhan akan obat untuk

mempercepat proses persalinan dan obat

penghilang rasa sakit

 Memperpendek waktu tinggal di rumah sakit usai

melahirkan

8) Penatalaksaan Ibu Hamil Kala 1

JNPK-KR 2017 menyebutkan kebutuhan dasar ibu bersalin :

 Dukungan emosional, dukungan dari suami, orang tua

dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam

mengurangi rasa tegang dan membantu kelancaran proses

persalinan dan kelahiran bayi. Penolong persalinan juga

dapat memberi dukungan dan semangat kepada ibu dan

anggota keluarga dengan menjelaskan tahapan dan

kemajuan proses persalinan dan kelahiran bayinya.

 Kebutuhan makanan dan cairan, selama persalinan

anjurkan ibu untuk makan dan minum dengan memakan

makanan ringan.
95

 Kebutuhan eliminasi, kandung kemih harus dikosongkan

setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih ibu

terasa penuh selama proses persalinan. Kandung kemih

yang penuh akan menghambat penurunan bagian

terbawah janin.

 Mengatur posisi, peran bidan adalah mendukung ibu

dalam pemilihan posisi ataupun menyarankan alternative

hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau

mebahayakan bagi diri dan bayinya.

 Peran pendamping, kehadiran suami atau orang terdekat

ibu untuk memberikan dukungan pada ibu sehingga ibu

merasa lebih tenang dan proses persalinan berjalan

dengan lancar.

 Pengurangan rasa nyeri, mengurangi rasa nyeri bisa

dilakukan dengan pemijatan. Pijatan dapat dilakukan

pada lumbosakralis dengan arah melingkar.

Asuhan persalinan Ada 5 aspek dasar atau 5 benang merah yang

penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih

dan aman.Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan

baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut

antara lain membuat keputusan klinik, asuhan saying ibu dan

sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan atau rekam medic,

asuhan persalinan dan rujukan.


96

a) Asuhan Kala I persalinan

 Anamnesis Tujuan anamnesis adalah

mengumpulkan informasi tentang keluhan, riwayat

kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini

akan digunakan dalam menentukan keputusan

klinik.

 Pemeriksaan fisik Dalam melakukan pemeriksaan

fisik, ada beberapa komponen pemeriksaan yang

dilakukan diantaranya pemeriksaan abdomen yang

meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri,

memantau kontraksi uterus, memantau denyut

jantung janin, menentukan presentasi serta

menentukan penurunan bagian terbawah janin.Serta

melakukan pemeriksaan dalam yang meliputi

genetalia eksterna dan genetalia interna, ketuban,

pembukaan (JNPK-KR, 2017).

b) Asuhan sayang ibu yang diberikan dikala 1

 Memberikan dukungan emosional.

 Pendampingan anggota keluarga selama proses

persalinan sampai kelahiran bayinya.

 Menghargai keinginan ibu untuk memilih

pendamping selama persalinan.


97

 Peran aktif anggota keluarga selama persalinan

dengan cara : (a) Mengucapkan kata-kata yang

membesarkan hati dan memuji ibu. (b) Membantu

ibu bernafas dengan benar saat kontraksi. (c)

Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.

(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut

menggunakan kain. (e) Menciptakan suasana

kekeluargaan dan rasa aman.

 Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.

 Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi –

Memberikan kecukupan energi dan mencegah

dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan

kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.

 Memberikan keleluasaan untuk menggunakan

kamar mandi secara teratur dan spontan – Kandung

kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan

persalinan dan menghambat turunnya kepala;

menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan

resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu

penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan

resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.

 Pencegahan infeksi – Pencegahan infeksi

pencegahan infeksi bertujuan untuk mencegah


98

mikroorganisme berpindah dari satu individu ke

individu lainnya (baik dari ibu, bayi baru lahir, dan

para penolong persalinan) sehingga dapat memutus

rantai penyebaran infeksi. Tindakan yang dapat

dilakukan seperti cuci tangan, memakai sarung

tangan dan perlengkapan pelindung lainnya,

menggunakan teknik asepsis atau aseptic,

memproses alat bekas pakai, menangani peralatan

tajam dengan aman dan menjaga kebersihan dan

sanitasi lingkungan Pencatatan (Dokumentasi)

Partograf adalah alat bantu untuk memantau

kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk

membuat keputusan klinik. Adapun parameter

penilaian dan intervensi selama kala I yang terdapat

dalam partograf dapat dilihat pada table dibawah

ini.

 Rujukan Kriteria rujukan menurut JNPK-KR 2017

dalam pelaksanaan rujukan sesuai dengan aspek 5

benang singkatan BAKSOKU dapat digunakan

dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.

Diantaranya bidan, alat, keluarga, surat, obat,

kendaraan, uang serta darah (pendonor) harus

disiapkan
99

Parameter peniliaian dan intervensi selama Kala I

Parameter Frekuensi kala I fase laten Frekuensi kala I fase aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 2 jam Setiap 2 jam/ 4 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 4 jam Setiap 30 menit

Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Warna cairan amnion Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Ada beberapa hal Yang harus diperhatikan pada saat kala 1:

Kemajuan Tanda Dan Gejala Keterangan TL


Distosia
Garis Parto berada di anatar garis
waspada dan bertindak/
Kontraksi Tidak Teratur,
memotong garis bertindak.
Pembukaan < 1 cm / jam
Persalinan Fase ekspulsi memanjang rujuk
Servik tidak dipenuhi
Tidak ada kemajuan penurunan bag
bagian bawah janin
terendah janin
2 jam multipara
1 jam nullipara
Kondisi Ibu Nadi j meningkat  Kemungkinan dehidrasi atau Berikan dex
100

kesakitan
Td turun  Nilai adakah perdarahan bila
Aceton urine  Curigai nutrisi kurang perlu

Djj < 100 / > 180 /mt


Posisi selain oksiput
Kondisi Bayi Curiga kemungkinan gawat janin Rujuk
anterior dengan
fleksi sempurna

9) Komplikasi Kala I

Komplikasi yang dialami ibu melahirkan kala I adalah:

 Partus lama, biasanya terkait kontraksi uterus yang tidak

adekuat atau dilatasi serviks yang tidak sempurna

 Ketuban pecah dini (KPD), yaitu pecahnya ketuban

sebelum ada tanda inpartuKomplikasi kala I juga dapat

terjadi pada janin,

b. KALA 2

yang dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan

kelahiran janin. Durasi rata-rata sekitar 50 menit untuk nulipara dan

sekitar 20 menit untuk multipara., tanda dan gejala pada kala II

persalinan yakni adanya perasaan ingin meneran, adanya peningkatan

tekanan pada rectum, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter

ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur

darah (Depkes RI, 2014)


101

Tanda Tanda Persalinan :

 ibu merasa ingin meneran (dorongan meneran/doran)

 Perineum menonjol (perjol)

 Vulva vagina membuka (vulka)

 Adanya tekanan pada spincter anus (teknus)

 Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

 Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir

 Kepala telah turun didasar panggul

 Ibu kemungkinan ingin buang air besar

1) Fisiologi dan Psikologis Kala II

 His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100

detik, datangnya tiap 2-3 menit

 Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan

keluarnya cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong

dan banyak

 Pasien mulai mengejan

 Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah

sampai di dasar panggul, perineum menonjol, vulva

menganga dan rectum terbuka

 Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva

dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga

nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala

membuka pintu”
102

 Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh

vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang

ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah

symphisis disebut “Kepala keluar pintu”

 Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-

ubun besar, dahi dan mulut pada commissura posterior.

Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek

pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan

regangan yang kuat tersebut

 Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi

luar, sehingga kepala melintang, vulva menekan pada

leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari

hidung anak keluar lendir dan cairan

 Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu

depan disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral,

sesuai dengan paksi jalan lahir

 Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang

tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadnag

bercampur darah

 Lama kala II pada primi  50 menit pada multi  20

menit

Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin mengejan

pada primigravida dibatasi 2 jam dan sedangkan pada


103

multigravida dibatasi 1 jam dan diperpanjang sampai 2 jam

apabila digunakan analgesia regional. (Saifuddin, 2010) Upaya

pemerintah yang dilakukan untuk mengatasi kejadian partus

lama(Prolonged Active Phase) terdapat pada Permenkes Nomor

369/Menkes/SK/III/2017 tentang Standar Profesi Bidan yaitu

sebagai profesi bidan diwajibkan memberikan pelayanan dalam

asuhan kebidanan pada kala I persalinan seperti:pengaturan

posisi, hidrasi, memberikan dukungan moril, Pada kala II, his

terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama;kira-kira 2-3 menit

sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul,

sehinggga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Pada

permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P

ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila

belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering

dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah

siap untuk memimpin persalinan.

Ada 2 cara ibu mengedan:

 Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua

pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala

diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut

dikatup.
104

 Posisi terlentang untuk meneran

badan miring ke arah terdapatnya punggung janin dan

hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.

Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva

mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan.

Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium

meregang. Penolong harus menahan perinium dengan

tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril

supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada

primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi


105

Selain dua gambar diatas, ibu juga bebas memilih posisi

saat meneran , seperti dibawah ini :

2) MEKANISME PERSALINAN NORMAL

gerakan yang berlangsung pada saat proses kepala janin turun ke

dalam panggul,

a) Engagement

Engagement adalah mekanisme yang digunakan oleh

biparietal diameter transversal kepala janin pada

presentasi oksiput untuk masuk pintu atas panggul,

kejadian ini terjadi pada mingguminggu terakhir

kehamilan. Turunnya kepala dapat dibagi menjadi

masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul dan

majunya kepala. Pada primigravida terjadi pada bulan

terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida


106

biasanya mulai terjadi pada saat proses persalinan.

Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura

sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Ubun-

ubun kecil yang melintang yang sering kita temui.

Apabila biparietal tersebut sejajar dengan bidang

panggul, peristiwa ini disebut Sinklitismus. Sutura

sagitalis berada ditengah-tengah antara dinding panggul

depan dan belakang. Engagement dengan sinklitismus

pada uterus yang tegak lurus terhadap pintu atas panggul

dan panggul luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai,

kepala berada dalam keadaan asinklitismus Perubahan

posisi bagian terendah janin ( Kepala ) melalui panggul.


107

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut. :

 Penurunan kepala janin dalam PAP

 Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi

pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi

pada permulaan persalinan.

 Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila

dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan

teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung

kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada

saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan


108

 Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka

masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang

terkecil dari PAP

 Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat

di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi

”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang

sama tingginya.

 Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke

belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi

”asynclitismus”

 Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.

 Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale

belakang

 Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus

posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang

disebut dengan

Sinklitismus Syclitismus anterior Synclitismus posterior


109

Majunya Kepala janin

 Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke

dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II

 Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam

rongga panggul terjadi bersamaan.

 Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain

yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi

Disebabkan karena :

 Tekanan cairan intrauterine

 Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong

 Kekuatan mengejan

 Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim


110

Hodge I : sama dengan PAP

Hodge II : sejajar dengan hodge I melalui pinggir bawah symphysis

Hodge III : sejajar dengan hodge I melalui spinae ischiadicae

Hodge IV : sejajar dengan hodge I melalui os coccygis.


111

3) Fleksi

 Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang

paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5

cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm).

 Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau

dasar panggul.

 Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena

momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment

yang menimbulkan defleksi.

 Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi

maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan

dari belakang atas ke bawah depan.

 Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra

uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala

mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.


112

Gambar fleksi kepala bayi

a) Putaran Paksi dalam

Gerakan ini terdiri dari perputaran sedemikian rupa sehingga

oksiput secara bertahap bergerak kearah symphysis.Internal

rotation selesai saat kepala mencapai dasar pelvis ,Putaran paksi

dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran

paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan

pintu bawah panggul .Putaran paksi dalam terjadi bersamaan

dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di

Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di

dasar panggul Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:


113

 Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah

dari kepala

 Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling

sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus

genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan

 Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior
114

b) Ekstensi

 Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di

dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu

bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul.
115

 Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di

dasar panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan

suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan

gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

 Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala

janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan

tipis, anus membuka dinding rektum.

 Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada

perineum dan menembusnya

 Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke

bawah dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya

tahanan dasar panggul

 Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis,

maka yang dapat maju adalah bagian yang berhadapan

dengan subocciput

 Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka

berturut-turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan

akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

 Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi,

yang disebut putaran paksi luar


116

c) Putaran Paksi luar

 Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran

paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala

dengan punggung janin.

 Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.

 Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri

dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar

panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada

dalam posisi depan belakang.

 Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru

kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.


117

d) Ekspulsi

 setelah bahu depan sampai di bawah sympysis maka

lahirlah bahu depan disusul bahu belakang dan selanjutnya

seluruh badan janin.

 Kelahiran badan terjadi karena fleksi lateral, yang

mengikuti lengkung noramal jalan lahir


118

4) Komplikasi Kala II

Komplikasi pada ibu melahirkan kala II adalah distosia atau

persalinan kala II yang memanjang. Di mana waktu persalinan


119

pada primipara lebih dari 2 jam, atau pada multipara lebih dari 1

jam, tanpa anestesi epidural. Kondisi ini dapat menyebabkan

risiko korioamnionitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan

retensi urin Distosia dapat terjadi akibat lilitan tali pusat atau

bayi besar/makrosomia. Setelah lahir, kepala bayi perlu diperiksa

apakah ada lilitan tali pusat di leher, karena dapat menyebabkan

komplikasi pada janin seperti hipovolemia, anemia, syok

hipoksik-iskemik, bahkan ensefalopati. Janin makrosomia dapat

menyebabkan distosia bahu

5) Asuhan Kala II

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan yang telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

938/Menkes/SK/VII/2007.

Standar ini dibagi menjadi enam yaitu:

 Standar I (Pengkajian) Bidan mengumpulkan semua

informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

 Standar II (Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

Kebidanan) Bidan menganalisa data yang diperoleh dari


120

pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan

logis untuk menegakkan diagnose dan masalah kebidanan

yang tepat.

 Standar III (Perencanaan) Bidan merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnose masalah yang

ditegakkan.

 Standar IV (Implementasi) Bidan melaksanakan

rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada

pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi

dan rujukan.

 Standar V (Evaluasi) Bidan melakukan evaluasi secara

sistematis dan berkesinambungan untuk melihat

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

 Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan) Bidan

melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.


121

6) Pemantauan dan Pencatatan selama Kala II

a) Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (Rekam medi/KMS/Status pasien/

buku KIA). Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan

SOAP.

 S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

 O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

 A adalah hasil analisa, mencatat diagnosis dan

masalah kebidanan.

 P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,

tindakan secara komperhensif ; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukan

Proses- proses fisiologis yang akan terjadi dari adanya gejala dan

tanda kala II dan berakhir dengan lahirnya bayi. Penolong

persalinan, selain diharapkan mampu untuk memfasilitasi

berbagai proses tersebut juga mampu mencegah terjadinya

berbagai penyulit, mengenali gangguan atau komplikasi sejak

tahap yang paling dini dan menatalaksanaan atau merujuk ibu


122

bersalin secara adekuat sesuai dengan lima aspek benang merah

dalam persalinan (JNPK-KR 2017).

b) Persiapan penolong persalinan

Salah satu persiapan penting bagi penolong persalinan adalah

persiapan penolong persalinan adalah penerapan praktik

pencegahan infeksi.

c) Persiapan ibu dan keluarga

Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran

bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan

antara lain :

 Membantu ibu untuk berganti posisi.

 Melakukan rangsangan taktil.

 Memberikan makanan dan minuman.

 Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.

 Memberikan dukungan dan semangat selama

persalinan sampai kelahiran bayinya.

d) Keterlibatan penolong persalinan selama proses

persalinan & kelahiran

dengan cara :

 Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan

keluarga.
123

 Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.

 Melakukan pendampingan selama proses persalinan

dan kelahiran.

 Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II

persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan

menawarkan bantuan kepada ibu.

 Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat

dan spontan umtuk meneran dengan cara memberikan

kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.Mencukupi

asupan makan dan minum selama kala II.

Juga memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara :

 Mengurangi perasaan tegang.

 Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran

bayi.

 Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap

tindakan penolong.

 Menjawab pertanyaan ibu.

 Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.

 Memberitahu hasil pemeriksaan.

 Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan

vulva dan perineum ibu.


124

 Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara

spontan. mencegah laserasi saat melahirkan kepala.

e) Pemantauan dan pencatatan selama kala II

Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu

dipantau secara berkala dan ketat selama berlangusngnya

kala II persalinan. Adapun hal yang dipantau diantaranya

nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi

selama 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30

menit, DJJ setiap 5-10 menit, penurunan kepala bayi,

warna cairan ketuban jika selaput ketuban sudah pecah,

menentukan adanya presentasi majemuk atau tali pusat

disamping atau terkemuka, putaran paksi luar segera

setelah bayi lahir, kehamilan kembar yang tidak diketahui

sebelum bayi pertama lahir serta catatkan semua

pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan

persalinan.

c. KALA 3

1) Pengertian

kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya. Kala III

persalinan dimulai saat proses kelahiran janin selesai dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara keseluruhan, tali pusat,

dan ketuban.
125

 Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit

 Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta

 Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan

pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan

mengurangi perdarahan

 Tanda-tanda pelepasan plasenta :

 Perubahan ukuran dan bentuk uterus

 Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas

karena plasenta sudah terlepas dari Segmen Bawah

Rahim

 Tali pusat memanjang

 Semburan darah tiba tiba

2) Fisiologi kala III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di

dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran

rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus

ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat

melekatnya plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta

tersebut menjadi lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal

atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus.

Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek


126

saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan berdarah

terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta

lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua

pembuluh-pembuluh darah ini yang akan menghentikan

perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Sebelum

uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-

360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus

tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu

seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta

segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan

tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang kompeten.

3) Tanda-tanda pelepasan plasenta

 Semburan darah

 Pemanjatan tali pusat

 Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam

abdomen
127

4) Pemantauan kala III

 Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang

kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua lahir

 Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika

tidak rawat bayi segera Perdarahan postpartum

merupakan penyebab kematian akibat perdarahan.

Sebenarnya perdarahan postpartum dapat diturunkan

dengan penanganan yang optimal dari tenaga kesehatan.

Akan tetapi dalam menurunkan angka kejadian

perdarahan postpartum akibat perdarahan tidak hanya

mengurangi resiko kematian ibu, tetapi juga

menghindarkannya dari risiko kesakitan yang

berhubungan dengan perdarahan postpartum. Jadi yang


128

menjadi titik utama adalah keterampilan dari petugas

dalam menangani kejadian perdarahan postpartum.

Pemantauan dilakukan pada ibu pasca persalinan dan

juga mempersiapkan diri akan adanya kejadian

postpartum merupakan tindakan yang sangat penting.

Oleh karena alasan tersebut, maka manajemen aktif kala

III merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang

disebabkan perdarahan pasca persalinan. Hal itu

membuat WHO merekomendasikan agar semua tenaga

kesehatan yang menolong persalinan baik dokter maupun

bidan dapat melaksanakan manajemen aktif kala III.

5) Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan

kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu pada kala III, mencegah perdarahan, dan

mengurangi kehiangan darah kala III persalinan terdiri dari tiga

langkah utama yaitu :

 pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir,

 melakukan penegangan tali pusat terkendali,

 masase fundus uteri (Rohani dkk, 2011).


129

Disamping pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara

intramuskuler, oksitosin alamiah dapat dimanfaatkan untuk

menunjang kelahiran plasenta yang cepat dan efektif. Oksitosin

alamiah tersebut dapat diperoleh dari rangsangan puting susu

dengan IMD maupun dengan pemilihan pada puting susu ibu.

Rangsangan puting susu akan menyebabkan sel-sel mioepitel

sekitar alveoli di dalam kelenjar mamae memberikan refleks

neurogenik kemudian dihantarkan ke hipotalamus, lalu memicu

hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin ke

dalam darah menimbukan kontraksi miometrium untuk melepas

plasenta (Prawirohardjo, 2011)

Asuhan sayang ibu yang diberikan di kala 3:

 Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk

bayinya dan menyusui segera.

 Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

 Pencegahan infeksi pada kala III.

 Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi,

perdarahan).

 Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi

kegawatdaruratan.

 Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

 Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala


130

6) Masalah pada kala III

Pada kala III, komplikasi yang dapat terjadi adalah retensio

plasenta, yaitu plasenta tidak lahir spontan dalam waktu 30 menit

setelah bayi lahir. Pada keadaan ini, perlu dilakukan tindakan

manual plasenta. Retensio plasenta dapat menyebabkan

perdarahan postpartum.Menurut Buku Acuan APN (2010) untuk

menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat

mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi

kehilangaan darah kala III persalinan perlu dilakukan

Manajemen Aktif Kala III yang terdiri dari :

 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir.

 Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

 Masase fundus uteri Menurut (Rahmawati, 2011) dengan

adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak

berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut sebagai

berikut :

 Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil

menyokong segmen uterus bagian bawah untuk

menstimulasi kontraksi dan kekuatan

penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan

pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan

uterus,mengakibatkan atonia uteri yang


131

menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut.

Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena

penyebab lain selain atonia uteri.

 Dorongan pada plasenta diupayakan dengan

tekanan manual atau kontraksi pada fundus uteri.

Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta

secara manual harus dilakukan.

 Pantau tipe dan jumlah perdarahan yang keluar

serta konsistensi uterus yang menyertai selama

berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap

darah berwarna merah dan uterus yang relaksasi

yang berindikasi atonia uteri atau fragmen

plasenta yang tertahan. Perdarahan pada vagina

yang berwarna merah terang dan kontra indikasi

uterus, mengidentifikasi perdarahan akibat adanya

laserasi.

 Berisiko kompres es selama jam pertama setelah

kelahiran pada ibu yang berisiko mengalami

hematoma vagina.

 Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai

cairan IV kedua dengan ukuran 18, untuk

pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim


132

contoh darah untuk penentuan golongan dan

pemeriksaan silang, jika pemeriksaan darah

belum dilakukan diruang persalinan

 Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml

larutan RL, terapi ini terbukti efektif bila

diberikan infus intra vena + 10 ml/menit bersama

dengan masase uterus secara efektif

 Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg

yang diberikan secaraa Intra Vena dapat

merangsang uterus untuk berkontraksi dan

berelaksasi dengan baik,untuk mengatasi

perdarahan dari tempat implantasi plasenta.

 Berikan oksigen melalui masker atau nasal

kanula. Dengan laju 7-10 ltr/menit bila terdapat

tanda kegawatan pernafasan.

Pengertian masase fundus uteri Masase merupakan sebuah teknik

pijatan untuk merangsang uterus agar dapat berkontaksi dengan

baik dan kuat. Kontraksi yang kurang kuat dapat menyebabkan

terjadinya atonia uteri. Masase fundus uteri adalah salah satu dari

tiga langkah utama manajemen aktif kala III.(Icemi & P, 2013)

Manfaat masase fundus uteri Manfaat masase fundus uteri untuk

merangsang uterus untuk berkontraksi dengan baik dan kuat. Ibu


133

multiparitas biasanya mengalami kontraksi uterus yang tidak

kuat dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri dimana rahim

gagal berkontraksi sehingga dapat menyebabkan perdarahan dan

mengganggu keselamtan ibu. Kontraksi uterus diperlukan untuk

mecegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus ke

bentuk normal..Prosedur teknik masase fundus uteri Menurut

(maire tando, 2013),

 Letakan tangan pada fundus uteri.

 Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu

mungkin merasa tidak nyaman karena tindakan yang

diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan

perlahan serta rileks.

 Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah

memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi.

Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktudetik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri.

 Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan

keduanya lengkap dan utuh:

 Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada

dinding uterus) untuk memastikan bahwa

semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian

yang hilang). Pasangkan bagian-bagian

plasenta yang robek atau terpisah untuk


134

memastikan tidak ada bagian yang terpisah atau

hilang.

 Periksa plasenta sisi foetal (yang mengad p ke

bayi) untuk memastikantidak adanya

kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).

 Evaluasi selaput untuk memastikan

kelengkapannya.

 Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit

untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih

belum berkontraksi dengan baik, ulangi masase fundus

uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melaakukan

masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui

jika uterus tidak berkontraksi baik.

 kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama

pascapersalinan dan 30 menit selama satu jam kedua

pascapersalinan.

d. KALA 4

Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

 Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam

keadaan normal.

 Membantu ibu untuk berkemih.


135

 Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai

kontraksi dan melakukan massase uterus.

 Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.

 Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post

partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina,

pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi

kontraksi hebat.

 Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

 Pendampingan pada ibu selama kala IV.

 Nutrisi dan dukungan emosional.

1) Asuhan sayang ibu pada kala IV

 Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya

dan menyusui segera.

 Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

 Pencegahan infeksi pada kala III.

 Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan)

 Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

 Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

 Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala

2) Masalah pada kala IV

 Pada kala IV, komplikasi yang paling sering terjadi adalah

perdarahan postpartum, yaitu jumlah perdarahan pervaginam

setelah bayi lahir lebih dari 500 cc atau dapat mempengaruhi


136

hemodinamik pasien. Penyebab perdarahan postpartum terdiri

dari 4T, yaitu tone (atonia uteri), tissue (sisa jaringan plasenta),

trauma (ruptur uteri, serviks, atau vagina), dan thrombin

(gangguan faktor koagulopati).

 Atonia Uteri, Atonia uteri akan segera terlihat segera setelah

bayi lahir. Tanda kontraksi uterus tidak baik adalah uterus teraba

lembek. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan masif

sehingga pasien mengalami syok hipovolemik

 Sisa Jaringan Plasenta, Plasenta yang dikeluarkan tidak

lengkap dan tertinggal di dalam uterus, dapat menyebabkan

perdarahan pervaginam hingga 6-10 hari setelah partus]

 Trauma Jalan Lahir, Ruptur uteri dapat terjadi pada pasien

dengan riwayat sectio caesarea sebelumnya. Laserasi serviks dan

vagina sering terjadi jika persalinan dengan bantuan vakum atau

forsep

 Gangguan Faktor Koagulopati, Kelainan faktor pembekuan

darah biasanya tidak menyebabkan perdarahan hebat. Namun,

dapat memburuk bila kondisi ibu dengan penyulit seperti solusio

plasenta, emboli air ketuban, atau eklamsia. Perdarahan karena

kelainan faktor pembekuan darah biasanya encer dan tidak

terdapat gumpalan darah


137

C. BAYI BARU LAHIR

1. BAYI BARU LAHIR (BBL)

a. Definisi

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine

ke kehidupan ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badannya

2500-4000 gram.

b. Ciri normal

 Lahir aterm antara 37-42 minggu

 Berat badan 2500-4000 gram

 Panjang badan 48-52 cm

 Lingkar dada 30-38 cm

 Lingkar kepala 33-35 cm

 Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit

 Pernapasan -+ 40-60 x/menit

 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

yang cukup

 Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya

telah sempurna

 Kuku agak panjang dan lemas

 Nilai APGAR >7


138

 Gerak aktif

 Bayi lahir langsung menangis kuat

 Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan

taktik pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan

baik

 Reflek moro (gerakan memeluk bila dikagetkan ) sudah

terbentuk dengan baik

 Reflek grasping (menggenggam) sudah baik

 Genetalia, Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis

yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang

 Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

 Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya meconium

pada 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

(Idayanti dkk, 2022)

2. ADAPTASI FISIOLOGI PADA BBL

a. Sistem pernafasan

Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi

resistensi paru pada saat pernapasan janin atau bayi pertama. Pada

saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan khususnya toraks

berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang

terdapat dalam percabangan trakheobronkial keluar sebanyak 10-28

cc.
139

Setelah torak lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan

terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu: Inspirasi pasif paru

karena bebasnya toraks dari jalan lahir Perluasan permukaan paru

yang mengakibatkan perubahan penting: pembuluh darah kapiler

paru makin terbuka untuk persiapan pertukaran oksigen dan

karbondioksida, surfaktan menyebar sehingga memudahkan untuk

menggelembungnya alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin

menurun sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju paru,

pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk

menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan

sekitar 25 mm air. Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif

selanjutnya terjadi dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang

untuk meningkatkan pengeluaran lendir.Diketahui pula bahwa

intrauteri, alveoli terbuka dan diisi oleh cairan yang akan dikeluarkan

saat toraks masuk jalan lahir. Sekalipun ekspirasi lebih panjang dari

inspirasi, tidak selurh cairan dapat keluar dari dalam paru. Cairan

lendir dikeluarka dengan mekanisme berikut yaitu perasan dinding

toraks, sekresi menurun, dan resorbsi oleh jaringan paru melalui

pembuluh limfe

b. Sistem kardiovaskuler

Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena

paru mulai berkurang dan sirkulasi tali pusat putus. Perubahan ini
140

menyebabkan berbagai bentuk perubahan hemodinamik yang dapat

dijabarkan sebagai berikut:

 Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg

dengan saturasi oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin

janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap oksigen.

 Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi

langsung masuk oramen ovale dari atrium kanan menuju

atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang berasal

dari vena pulmonalis.

 Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari

sirkulasi darah ekstremitas bagian atas, otak, dan jantung,

akan langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya langsung

menuju ventrikel kanan.

 Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar

450 cc/kg/menit dari kedua ventrikel jantung janin.

 Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg

dengan saturasi 60% sksn menuju ke arteri koroner jantung,

eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden.

 Aliran dari ventrikel kanan, dengan tekanan oksigen 20-23

mmHg dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden

yang selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan

ekstremitas bagian bawah.


141

c. Sistem ginjal

Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi

glomerulus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas. Urin

pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi yang

semakin sering sesuai intake.

d. Sistem pencernaan

Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut

lembab dan pink. Lapisan keratin berwarna pink, kapasitas lambung

sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau kehitaman

3. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

a. Pencegahan infeksi

 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi

 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan

 Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,

terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang

tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin

pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer,

stetoskop.
142

b. Melakukan penilaian

 Apakah bayi cukup bulan/tidak

 Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak

bernapas atau bernapas megap–megap atau lemah maka

segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir

c. Pencegahan kehilangan panas

Mekanisme kehilangan panas:

1) Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas

tubuh bayi sendirikarena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera

dikeringkan.

2) Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara

tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, seperti: meja,

tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah

dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi

diletakkan di atas benda–benda tersebut.

3) Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin, co/ruangan yang dingin, adanya


143

aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui

ventilasi, atau pendingin ruangan.

4) Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di

dekat benda–benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah

dari suhu tubuh bayi, karena benda–benda tersebut menyerap

radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung).

5) Upaya pencegahan

 Keringkan bayi dengan seksama, Mengeringkan

dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan

rangsangantaktil untuk membantu bayi memulai

pernapasannya.

 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan

hangat

 Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan

ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat,

bersih, dan kering)

 Selimuti bagian kepala bayi, Bagian kepala bayi

memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi

akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian

tersebut tidak tertutup.


144

 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya,

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga

kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.

Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu

satu (1) jam pertama kelahiran

 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir, Karena bayi baru lahir cepat dan mudah

kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan

kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi

dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat

pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan

sedikitnya enam jam setelah lahir.

6) Gejala Hipotermi BBL

 Bayi tidak mau menyusu /minum

 Bayi terlihat lesu

 Tubuh bayi teraba dingin

 Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun

dan kulit bayi mengeras


145

a) Tanda tanda Hipotermi sedang :

 Aktifitas berkurang

 Tangisan lemah

 Kulitr berwarna tidak rata

 Kemampuan menghisap lemah

 Kaki teraba dingin

b) Tanda tanda Hipotermi berat

 Bibir dan kuku kebiruan

 Pernafasan lambat

 Pernafasan tidak teratur

 Bunyi jantung lambat

 Mungkin timbul hipoglikemia dan acidosis

metabolik

c) Tanda tanda stadium lanjut Hipotermi

 Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah

terang

 Bagian tubuh yang lainnya pucat

 Kulit mengeras merah dan timbuh odema terutama

pda punggung, kaki dan tangan.


146

d) Pencegahan Hipotermi

 Mengeringkan bayi setelah lahir

 Menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih

kering dan hangat

 Menutpi kepala bayi dengan topi

 Bonding attachmant dan memberikan ASI

 Tidak memandikan bayi minimal 6 jam setelah bayi

lahir sampai suhu tubuh stabil

 Rawat gabung

d. Membebaskan jalan nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis

spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis,

penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai

berikut:

 Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu

sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.

Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.

 Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi

dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.

 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar.


147

 Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap

lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus

sudah ditempat

 Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

 Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar

Score)

 Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau

mulut harus diperhatikan.

Penilaian Keadaan umum bayi bayi baru lahir dilakukan 1 menit

setelah lahir dengan menggunakan nilai APGAR Penilaian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau

tidak .penilaian bayi dilakukan berdasarkan :

 usaha nafas

 frekuensi denyut jantung

 warna kulit

 tonus otot

 reaksi menghisap
148

APGAR singkatan dari

A Appearance Rupa / warna kulit

P Pulse rate Nadi Frew jantung

G Grimace Menyerengai ( akibat reflek kateter hidung)

A Activity Keaktifan / tonus otot

R Respiration pernafasan

Tabel nilai apgar

SCORE 0 1 2 NILAI

Badan merah , ekstermitas Seluruh tubuh kemerah


A PUCAT
biru merahan

P TAK ADA Dibawah 100 Diatas 100

G TAK ADA Sedikit gerakan mimik Menangis. Batuk. Bersin

Ekstermitas dlm fleksi


A LUMPUH Gerakan aktif
sedikit

R TIDAK Lemah , tidak teratur Menangis kuat

JUMLAH

Hasil penilaian berdasarkan apgar score untuk mengetahui keadaan bayi dengan

kriteria :

Nilai APGAR 7 – 10 : Bayi Normal

Nilai APGAR 4 – 6 : Aspixia ringan – sedang

Nilai APGAR 0 - 3 : Aspixia berat

Bila nilai apgar dalam 2menit tidak mencapai 7 maka harus dilakukan tindakan

resusitasi lebih lanjut.


149

e. Merawat tali pusat

 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali

pusat.

 Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga

kepada ibu dan keluarganya.

 Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan

apabila terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena

menyebabkan tali pusat basah atau lembab.

 Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan

bayi:

 Lipat popok di bawah puntung tali pusat.

 Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih,

sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.

 Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati)

dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan

secara seksama dengan menggunakan kain bersih.

 Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan

pada kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau

berbau. Jika terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk

membawa bayinya ke fasilitas kesehatan (Kemenkes

RI, 2010)
150

f. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,

dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap

hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat. Bayi

baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai

yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk

jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak

diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada

dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir

rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan:

 Keringkan bayi secara seksama

 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan

hangat

 Tutup bagian kepala bayi

 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

 Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.


151

g. Pencegahan infeksi

1) Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu

di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi

beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–

1 mg IM.

2) Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit

menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama

persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau

tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5

jam setelah bayi lahir.

 Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini

dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan

perawatan tali pusat

 Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau

neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi

segera setelah lahir

3) Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk

melakukan tindakanpencegahan infeksi berikut ini:


152

 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak denganbayi.

 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

 Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan

benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril,

jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih

dan baru.

 Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain

yang digunakan.

 Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer,

stetoskop dan benda- benda lainnya yang akan bersentuhan

dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci

setiap setelah digunakan) (Sinta dkk, 2019)

4. RAWAT GABUNG

a. Definisi

Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang

baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam

sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam

penuh seharinya, hal ini merupakan waktu yang baik bagi ibu dan

bayi saling berhubungan dan dapat memberikan kesempatan bagi

keduanya untuk pemberian ASI.


153

b. Manfaat rawat gabung

1) Bagi ibu

a) Aspek psikologis

 Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat

(early infant mother bonding) dan lebih akrab akibat

sentuhan badan antara ibu dan bayi

 Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk

belajar merawat bayinya.

 Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat

bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi

membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa

kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan

baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebutuhan

nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat

dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan

oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi

ASI.

b) Aspek fisik

 Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan

menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik.

 Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat

mempercepat mobilisasi.
154

2) Bagi bayi

a) Aspek psikologis

 Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan

berpengaruh terhadap perkembangan psikologi bayi

selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan

stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

 Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung,

dan ini merupakan dasar terbentuknya rasa percaya

pada diri anak.

b) Aspek fisik

 Bayi segera mendapatkan colostrom atau ASI jolong

yang dapat memberikan kekebalan/antibody

 Bayi segera mendapatkan makanan sesuai

pertumbuhannya

 Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil

 Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang

 Penyakit sariawan pada bayi dapat

dihindari/dikurangi

 Alergi terhadap susu buatan berkurang

3) Bagi keluarga

a) Aspek psikologis

Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk

memberikan support pada ibu untuk member ASI pada bayi.


155

b) Aspek Ekonomi

Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih

kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya

perawatan sedikit.

4) Bagi petugas

a) Aspek psikologis

Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan

tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.

b) Aspek fisik

Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar

tugasnya diambil (Setiyani, 2016)

5. EVIDENCE BASED MIDWIFERY

Evidence based midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk

membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk

pertumbuhan bidan berorientasi akademis. Dalam melakukan asuhan

kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan evidence based kita dapat

melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan

dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi:

a. Baby Friendly

1) Pengertian

Pengertian Baby friendly atau baby friendly intiviate (inisasi

sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan

oleh WHO/UNICEF pada tahun 1991 untuk mempromosikan,


156

melindungi, dan mendukung inisiasi dan melanjutkan menyusui.

Sejak meluncurkan The Hospital Initiative Bayi (BFHI) Uraian

Materi 67 telah berkembang, dengan lebih dari 152 negara di

seluruh dunia menerapkan inisiatif yang memiliki dampak yang

terukur dan terbukti, meningkatkan pemberian ASI eksklusif

selama enam bulan pertama.

2) Pelaksanaan

 Memulai memberikan ASI secara dini dan eksklusif yaitu

pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir,

maksimal setengah jam pertama setelah persalinan.

 Melakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan tali pusat

dilakukan dengan adanya penundaan selama 3 menit

 Melakukan perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat

dilakukan dengan cara:

 Membiarkan tali pusat kering sendiri

 Metode kasa kering

 Metode antiseptic dan kasa kering

(Asrinah, dkk. 2010)

 Melakukan Bounding Attachment Merupakan suatu

ikatan yang terjadi antara orang tua dan bayi baru lahir

yang meliputi pemberian kasih sayang, pencurahan

perhatian yang saling tarik menarik. Keberhasilan dalam


157

hubungan ikatan batin antara seorang bayi dan ibunya

dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa dengan

memberikan respon sensual antara ibu dan bayi pada

kontak awal kelahiran, yaitu: Sentuhan, Kontak mata,

Bau badan, Suara, Irama Kehidupan.

b. Memulai pemberian ASI Eksklusif sejak dini

1) Pengertian

Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) adalah

permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah

bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi

menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri

dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau

merangkak mencari payudara. Menurut Dwi Sunar Prasetyono

(2009), Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah perilaku pencarian

puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. Pemberian ASI

dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam

pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang

penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau

tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain

hormon prolaktin, hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu

akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh

lepasnya plasenta Setengah jam pertama setelah persalinan,


158

segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara

benar. Isapan bayi ini akan memberi rangsangan pada hipofisis

untuk mengeluarkan hormon oksitosin bekerja merangsang otot

polos untuk memeras asi yang ada pada alveoli, lobus, serta

duktus yang berisi asi yang di keluarkan melalui putting susu,

keadaan ini akan memaksa hormone prolaktin untuk terus

memproduksi ASI.

2) Manfaat

 Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan

bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari

payudara.

 Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres,

pernapasan dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan

oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.

 Imunisasi Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit

ibu sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami

bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia

perlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya.

 Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding

Atthacment) karena 1 – 2 jam pertama, bayi dalam

keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam

waktu yang lama. 71 e. Bayi yang diberi kesempatan


159

menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan

lebih lama disusui.

 Sentuhan tangan bayi diputing susu dan sekitarnya,

emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang

pengeluaran hormon oksitosin.

 Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih

dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi

kesempatan. Kolostrum ASI istimewa yang kaya akan

daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap

infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan

kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat

lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih

belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

 Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan

bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini.

Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan

anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi

ketiganya yang amat indah.

 Perkembangan psikomotorik lebih cepat.

 Menunjang perkembangan koknitif

 Mencegah perdarahan pada ibu.

 Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium

(Handayani dkk, 2018)


160

Asuhan sayang bayi Asuhan sayang BAYI merupakan salah satu

prinsip asuhan menghadirkan suami dan keluarga selama proses persalinan

dan kelahiran bayi bahwa jika para ibu diberi dukungan selama persalinan

serta mengetahui proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,

mereka akan mendapatkan rasa aman dan nyaman. Tujuan asuhan pada bayi

baru lahir ini adalah memberikan asuhan komprehensif kepada bayi baru lahir

pada saat masih di ruang rawat serta mengajarkan kepada orang tua untuk

percaya diri (Muslihatun, 2010.)

D. NIFAS

1. DEFINISI NIFAS

Masa nifas merupakan masa atau periode setelah persalinan hingga 40

hari setelah persalinan. Masa nifas adalah periode di mana rahim

membuang darah dan sisa- sisa jaringan ekstra setelah bayi dilahirkan

selama masa persalinan. Masa Nifas (Puerperium) dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3

bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal

dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous”

berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab

melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan

tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil darah yang keluar sebelum
161

melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas

juga (Vita, 2018). Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita

umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum

melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai 40

hari akan tetapi darah tidak behenti atau tetap keluar darah. Maka

perhatikanlah bila keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haid, maka itu darah

haid. Tetapi jika darah keluar terus menerus dan tidak dalam masamasa

haidnya dan darah itu terus menerus mengalir, perlu diperiksakan ke

bidan atau dokter (Anggraini, 2010). : Dari berbagai uraian yang

menjelaskan tentang pengertian masa nifas, dapat disimpulkan bahwa

masa n nifas adalah dimulai setelah persalinan selesai dan 6 berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang

berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2018).

2. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS

a. Mendeteksi adanya pendarahan masa nifas

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk mendeteksi adanya

kemungkinan perdarahan postpartum, dan infeksi, penolong

persalinan harus waspada, sekurang-urangnya satu jam postpartum

untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih-lebih bila

partus berlangsung lama.


162

b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

harus diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk

mnjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana

membersihakan alat kelamin dengan sabun dan air.

c. Melaksanakan skrining secara komprehensif

Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa

nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian, interpretasi data dan

analisa masalah, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi.

Sehingga dengan asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui dapat

mendeteksi secara dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada

ibu dan bayi.

d. Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,

KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan

bayi sehat. Ibu postpartum harus diberikan pendidikan pentingnya

gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui.

 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari

 Makan dengan diet gizi seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

 Minum sedikitnya 3 liter per hari (anjurkan ibu untuk minum

sebelum menyusui).
163

e. Konseling tentang KB

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan

sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan

keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara

mencegah kehamilan tidak diinginkan.

f. Memulihkan kesehatan umum

Yakni dengan cara :

 Menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan.

 Menghilangkan terjadinya anemia.

 Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan

kebersihan dan sterilisasi.

 Pergerakan otot yang cukup agar tuas otot menjadi lebih baik,

peredaran darah lebih lancar dengan demikian otot akan

mengadakan metabolisme lebih cepat (Rini & Kumala, 2017).

3. PERAN BIDAN DALAM MASA NIFAS

Pada masa nifas, bidan memiliki peran dan juga tanggung jawab yang

besar untuk memantau kondisi dari ibu, dan juga anak yang baru lahir

tentunya. Berikut ini adalah beberapa peran dan tanggung jawab bidan

dalam masa nifas sbb :


164

a. Memberikan dukungan kepada ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologi yang terjadi selama masa ini

berlangsung

Tugas dan juga tanggung jawab dari bidan pada masa nifas yang

pertama adalah untuk memberikan dukungan kepada sang ibu untuk

mengurangi ketegangan fisik dan juga psikologis. Selama masa nifas,

ibu yang baru menjalani persalinan biasanya sering mengalami rasa

sakit berupa ketegangan fisik dan pikiran yang membebani. Tugas

dari bidan adalah untuk selalu mendukung dan memberikan motivasi

kepada sang ibu, agar bisa melewati masa tersebut dengan baik.

Membantu ibu agar mampu mengurangi ketegangan-ketegangan

yang dirasakan selama masa nifas itu berlangsung.

b. Menjadi promotor atau penghubung antara bayi, ibu, dan

keluarganya

Bidan juga memiliki tugas yang penting untuk menjadi seorang

promotor. Ini berarti bidan juga memiliki tugas dan juga tanggung

jawab yang berperan sangat penting untuk mendekatkan hubungan

antara bayi dengan ibunya dan dengan keluarganya. Hal ini nantinya

akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi sosial dan

interpersonal antara bayi, dengan lingkungan sekitarnya, termasuk

meningkatkan hubungan ibu dan anak.


165

c. Mendorong dan juga memotivasi sang ibu untuk menyusui bayi

nya

Saat ini, masih ada ibu yang mungkin merasa takut untuk menyusui

anaknya, karena bayak hal. Maka dari itu, bidan sangat berperan

penting dalam hal ini. Bidan dituntut untuk mampu mendorong dan

memotivasi sang ibu agar dapat memberikan ASI kepada anaknya

yang baru lahir, sekaligus memberikan informasi kepada sang ibu

mengenai fakta dan juga mitos yang sering muncul di kalangan

masyarakat mengenai program ASI yang diberikan kepada anak.

d. Mampu menyusun sebuah program perencanaan kesehatan yang

berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu dan anaknya

Bidan dituntut untuk mampu bertanggung jawab dan juga berperan

dalam menyusun rencana dan juga rancangan program kesehatan

bagi ibu dan juga bayinya, terutama selama masa nifas. Hal ini

dilakukan untuk membantu menghindari terjadinya berbagai macam

komplikasi, yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan si ibu

menjadi menurun. Karena itu, bidan harus mampu untuk menyusun

rancangan program kesehatan, mulai dari asupan gizi yang baik dan

optimal, hingga kegiatan fisik, seperti olahraga yang mampu

meningkatkan daya tahan tubuh sang ibu.


166

e. Mendeteksi adanya komplikasi dan gangguan kesehatan lain dan

memberikan rujukan

Bidan pada masa nifas juga memiliki peran yang sangat penting

dalam memberikan rujukan kesehatan kepada ibu. Bidan dituntut

mampu untuk mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin muncul

pada ibu dan membantu untuk mencarikan solusinya. Salah satunya

adalah dengan cara memberikan rujukan ke dokter atau tenaga medis

lainnya yang lebih berpengalaman dan juga lebih paham akan kondisi

kesehatan yang dialami selama masa nifas setelah melahirkan.

f. Memberikan edukasi mengenai kesehatan, serta cara hidup sehat

yang mendukung pertumbuhan sang bayi

Penting bagi bidan, terutama dalam masa nifas untuk memberikan

edukasi kepada ibu, dan juga keluarga mengenai kesehatan, gaya

hidup sehat, yang tentu saja dapat mendukung perkembangan bayi.

Bidan harus memahami bagaimana cara hidup sehat yang baik dan

benar dan harus mampu untuk memberikan edukasi kepada ibu dan

ayah, agar dapat mendukung kebutuhan dari sang bayi.

4. TAHAP MASA NIFAS

Tahapan pada masa nifas (Rini & Kumala, 2017). sebagai berikut;

a. Periode Immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan

postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu


167

melakukan pemantauan secara kontinu, yang meliputi; kontraksi

uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih, tekanan darah dan suhu.

b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan

seharihari serta konseling perencanaan KB Tahapan Masa Nifas

Bahiyatun (2009), menjelaskan beberapa tahapan pada masa nifas

yaitu:

1) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

 Ibu masih pasif dan bergantung dengan orang lain.

 Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

 Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu

melahirkan.

 Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal.

 Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan

proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.


168

2) Periode Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah

melahirkan)

 Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua

dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

 Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi

tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

 Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat

bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan

dan mengganti popok.

 Ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan

kritikan pribadi.

 Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum

karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

3) Periode Letting Go

 Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi

oleh didikan serta perhatian keluarga.

 Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat

bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan

mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan

sosial.

 Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.


169

d. Kebijakan Program Pemerintah dalam asuhan masa nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani

masalahmasalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara :

Perawatan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh

tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan nifas yaitu :

 Pertama : 6 jam – 2 hari setelah persalinan

 Kedua : 3 – 7 hari setelah persalinan

 Ketiga : 8 – 28 hari setelah persalinan 9

 Keempat: 29 – 42 hari setelah persalinan

(Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2020).

5. PROSES LACTASI

a. Lactasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di

produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian dari siklus reproduksi manusia. Masa laktasi

bertujuan meningkatkan ASI Ekslusif sampai usia 2 tahun dengan

teknik yang baik dan benar (Kristiyansari, 2009). Laktasi merupakan

masa setelah masa kehamilan dan masa persalinan di mana ibu

menyusui sendiri sang buah hati. Ibu harus menyusui bayi sekitar 30

menit setelah melahirkan. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat

bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi. Dasar-dasar laktasi adalah

sebagai berikut:
170

1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

laktasi adalah Sesaat setelah melahirkan, lakukan IMD dengan

cara meletakkan bayi di dada atau skin to skin. Lalu berikan ASI

selama kurang lebih satu jam. Pada saat melakukan ini, tetap

tenang dan jangan panik karena mungkin bayi belum bisa

menyusui dengan benar atau ASI tidak keluar dengan cepat dan

banyak. Melakukan IMD akan menunjang bonding antara ibu

dan bayi. Oleh karena itulah, dalam melakukannya usahakan

agar ibu dan bayi tetap tenang dan nyaman.

2) Rawat Gabung (Rooming In)

Banyak orang menganggap bahwa bayi yang berada dekat

dengan ibu cenderung lebih sehat. Oleh karena itulah, coba minta

pada pihak rumah sakit untuk rawat gabung dalam satu kamar

sehat terpisah dari kamar inap ibu.

3) Tidur bersama

Agar hubungan ibu dan bayi lebih dekat, disarankan untuk ibu

tidur bersama bayi saat menyusui eksklusif. Namun, tetap

perhatikan keselamatan bayi saat tidur bersama, jangan sampai

ibu ketiduran karena akan membahayakan bayi.

4) Mengetahui Jadwal Pemberian ASI

Bayi membutuhkan asupan nutrisi untuk membantu tumbuh

kembangnya. ASI menjadi sumber makanan pokok bayi untuk

memenuhi asupan nutrisinya. Maka ibu harus mengetahui jadwal


171

pemberian ASI. Jadwal pemberian ASI akan berbeda tergantung

umur bayi. Bayi baru lahir membutuhkan ASI setiap 2-3 jam

sekali, bayi usia 6 minggu akan menyusui setiap 4 jam sekali dan

terus berlanjut hingga usia 10-12 bulan. Apabila usia bayi sudah

lebih dari 12 bulan, maka bayi dapat tidur lelap tanpa bangun

pada malam hari. Dengan ini, maka masing-masing bayi

memiliki porsi ASI yang tidak sama.

5) Posisi Menyusui

Dasar yang kelima dari laktasi adalah proses menyusui. Posisi

menyusui ada berbagai macam. Misalnya, dengan berbaring

miring sambil memeluk bayi jadi tidak perlu repot

menggendongnya, namun ibu harus berhati-hati saat ketiduran

jangan sampai jatuh pada tubuh bayi. Selain berbaring, bisa juga

dengan menggendong di pangkuan, cara ini lebih aman untuk ibu

dan bayi. Hal yang terpenting adalah kenyamanan ibu dan bayi

saat menyusui.

6) Berikan ASI hingga Usia 2 Tahun

Pemberian ASI sampai dengan usia 2 tahun sangat dianjurkan.

Setelah usia 2 tahun, bayi mulai mengonsumsi makanan

penambah ASI (MPASI) untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Menerapkan manajemen laktasi sejak masa kehamilan penting

untuk dilakukan. Tujuannya agar Bunda dapat memenuhi

kebutuhan air susu ibu (ASI) yang dibutuhkan Si Kecil dengan


172

baik. Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk

mencapai keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi

sebaiknya sudah dilakukan sejak awal kehamilan hingga selama

masa menyusui. Terapkan Manajemen Laktasi untuk

Memastikan Kelancaran Menyusui ,Persiapan Menyusui Sejak

Masa Kehamilan Secara alami, manajemen laktasi sudah dimulai

sejak awal kehamilan. Hal ini ditandai dengan payudara yang

mulai membesar, areola yang terlihat lebih gelap, serta puting

yang menjadi tegak. Selain perubahan fisik pada payudara,

perubahan hormon sebagai rangkaian persiapan menyusui juga

akan terjadi. Kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang

berperan dalam mempersiapkan laktasi akan mengalami

peningkatan semasa kehamilan. Peningkatan kadar hormon

prolaktin bermanfaat dalam menunjang produksi air susu.

Sementara hormon oksitosin, bertanggung jawab terhadap

keluarnya air susu. Efek kedua hormon ini juga membuat ibu

tetap tenang, santai, serta siap mengurus dan menyusui bayi.

selain perubahan hormon, pada bulan ke empat kehamilan,

kolostrum juga sudah mulai diproduksi. Produksi air susu dan

keluarnya air susu ini telah diatur secara alami hingga saat

persalinan tiba.
173

b. Saat-saat mulai menyusui

Tahap berikutnya dalam manajemen laktasi adalah tahap menyusui.

Proses menyusui sudah dapat langsung dilakukan sejak beberapa

menit setelah bayi dilahirkan. Air susu yang pertama kali keluar

merupakan kolostrum. Kolostrum mengandung gizi terbaik bagi bayi

baru lahir sehingga penting untuk diberikan. Pada awal menyusu,

bayi secara naluri sudah bisa mengisap puting ibu. Namun, penting

untuk melatih bayi untuk bisa menyusu dengan posisi perlekatan

yang baik agar proses menyusui dapat berjalan lancar.Melatih bayi

menyusu memang bukan hal yang mudah. Agar prosesnya berjalan

lancar, ciptakan suasana yang lebih santai dan pastikan Bunda berada

pada posisi yang nyaman. Setelah itu, letakkan Si Kecil di antara

payudara sampai kulitnya menempel pada kulit Bunda. Ketika ia

merasa nyaman, maka proses pemberian ASI pertama kali sudah bisa

dimulai. Dalam proses manajemen laktasi ini, biarkan bayi yang

berinisiatif untuk menyusu pada payudara. Jika bayi tidak lapar,

dengan sendirinya ia akan tetap tidur di dada Bunda.Namun, jika bayi

merasa lapar, ia akan mulai menggerak-gerakkan kepalanya. Apabila

mata bayi mulai terbuka dan ia menaruh kepalan tangannya ke mulut,

ini waktu yang tepat untuk bayi menyusu. Hal-Hal yang Perlu

Diperhatikan saat Menyusui Setelah bayi sudah mampu menyusu,

beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan agar manajemen laktasi

dapat terus berjalan dengan lancar:


174

1) Frekuensi pemberian ASI

Disarankan untuk memerhatikan frekuensi pemberian ASI, yaitu

sekitar 8–12 kali dalam 24 jam. Tujuannya bukan hanya untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, tetapi juga membantu

menjaga produksi ASI agar terus bertambah banyak. Beberapa

hari setelah dilahirkan, umumnya bayi akan menyusu setiap 1–2

jam di siang hari dan beberapa kali di malam hari. Rata-rata

durasi menyusu adalah 15–20 menit untuk tiap payudara.

2) Tanda kecukupan ASI yang diberikan

Pahami juga tanda-tanda bayi sudah cukup ASI atau belum. Jika

asupan air susu memadai, air seni bayi akan berwarna kuning

jernih. Setelah bayi menyusu dengan cukup dan kenyang,

payudara ibu akan terasa lebih lunak, dan bayi akan terlihat puas.

Selain tanda-tanda tersebut, perhatikan juga kenaikan berat

badan Si Kecil. Berat badan bayi yang sehat cenderung

bertambah sekitar 18–28 gram setiap hari selama tiga bulan

pertama usianya.

3) Asupan makanan yang dikonsumsi Ibu

Beberapa jenis makanan dianggap dapat memicu reaksi alergi

pada sebagian bayi, contohnya susu sapi, cokelat, bumbu

rempah, jeruk, kubis, bunga kol, dan brokoli. Namun, tidak

semua bayi memiliki reaksi yang sama.Meski begitu, ibu


175

menyusui dianjurkan untuk membatasi konsumsi makanan atau

pun minuman berkafein dan beralkohol.

4) Masalah saat menyusui

Waspadai beragam masalah yang sering timbul saat menyusui,

seperti nyeri payudara, luka pada puting, penyumbatan air susu,

mastitis, dan abses payudara. Bunda disarankan untuk

memeriksakan diri ke dokter kandungan secara berkala agar

masalah ini dapat dicegah dan ditangani sejak dini.

5) Kondisi kesehatan ibu

Agar proses laktasi berjalan lancar, Bunda perlu menjaga

kesehatan dengan baik. Caranya adalah dengan menerapkan pola

hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang,

beristirahat dan minum air putih yang cukup, serta mengelola

stres. Jika sakit, proses menyusui sebenarnya tetap bisa

dilakukan. Namun, bila Bunda terkena penyakit menular, seperti

flu, hindari berada di dekat Si Kecil untuk sementara waktu agar

ia tidak tertular. Setidaknya, gunakan masker penutup hidung

dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum menyusui Si Kecil.

Pada ibu menyusui yang perlu menjalani pengobatan khusus,

terutama pengobatan jangka panjang, misalnya dengan

kemoterapi, radioterapi, obat antiansietas, atau obat antimigrain,

sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui efek

sampingnya terhadap bayi.


176

c. Asi menurut stadium Lactasi

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Maka

tak heran, kalau ASI sangat penting bagi bayi. Terlebih, jika ASI

diberikan secara eksklusif pada enam bulan pertama kelahiran bayi.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain

walaupun hanya air putih sampai bayi berusia enam bulan. Terdapat

3 jenis ASI, yaitu kolostrum yang keluar sejak hari pertama hingga

hari ke 3-5, ASI transisi pada hari ke 3-5 hingga hari ke 8-11, dan

ASI matang sejak hari ke 8-11 hingga seterusnya. Berikut ini ada

uraian mengenai jenis-jenis ASI.

1) Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama dikeluarkan oleh

kelenjar payudara pada hari pertama hingga hari ke 3-5 setelah

persalinan. Komposisi kolostrum ASI setelah persalinan

mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi protein dan sel-sel hidup.

Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan

dengan kandungan protein dalam susu matang, Sedangkan

kandungan laktosanya lebih rendah dibandingkan ASI matang.

Jumlah kolostrum yang diproduksi Ibu hanya sekitar 7,4 sendok

teh atau 36, 23 ml per hari. Tetapi pada hari pertama bayi,
177

kapasitas perut bayi pada ≈ 5-7 ml (atau sebesar kelerang kecil),

pada hari kedua ≈ 12-13 ml, dan pada hari ketiga ≈ 22-27 ml

(atau sebesar kelereng besar/ gundu). Karenanya, meskipun

jumlah kolostrum sedikit tetapi cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi baru lahir.

2) ASI Transisi

Sesuai namanya, ASI pada masa transisi ini diproduksi pada hari

ke 3-5 hingga hari ke 8-11 dengan komposisi yang sedang

berubah. Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi

komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat

arang semakin tinggi. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi

karena aktifitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai

beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI

mulai stabil.

3) ASI Matang

Yaitu ASI yang keluar pada hari 8-11 hingga seterusnya. ASI

matang merupakan nutrisi yang terus berubah disesuaikan

dengan perkembangan bayi sampai enam bulan. ASI matang,

dibedakan menjadi dua, yaitu susu awal atau susu primer, dan

susu akhir atau susu sekunder. Susu awal adalah ASI yang keluar

pada setiap awal menyusui, sedangkan susu akhir adalah ASI

yang keluar pada setiap akhir menyusui. Susu awal,

menyediakan pemenuhan kebutuhan bayi akan air. Jika bayi


178

memperoleh susu awal dalam jumlah banyak, maka semua

kebutuhan air akan terpenuhi. Bayi tidak akan memerlukan lagi

air minum selain ASI sebelum berumur 6 bulan walaupun bayi

tinggal di daerah beriklim panas. Susu akhir memiliki lebih

banyak lemak daripada susu awal. Lebih banyaknya lemak ini

menyebabkan susu akhir kelihatan lebih putih dibandingkan

dengan susu awal. Lemak yang banyak ini memberikan banyak

energi dalam ASI. Itu sebabnya bayi harus diberi kesempatan

menyusu lebih lama agar bisa memperoleh susu akhir yang kaya

lemak dengan maksimal. Lemak zat gizi yang dibutuhkan untuk

sumber energi. Laktosa adalah zat gula yang juga memberikan

energi/tenaga. Sedangkan protein merupakan zat yang

dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan.

Dibandingkan dengan ASI matang, kolostrum mengandung lebih


banyak zat kekebalan tubuh dan protein anti-infeksi lainnya, serta
lebih banyak mengandung sel darah putih. Berikut penjelasan
kandungan dalam kolostrum beserta manfaatnya:
179

Sifat Kandungan Manfaat Kandungan

Kaya akan zat Melindungi terhadap infeksi dan alergi. Protein anti infeksi dan

kekebalan tubuh. zat-zat antibodi yang terkandung pada kolostrum dapat mencegah

kemungkinan timbulnya alergi.

Melindungi terhadap infeksi. Seperti imunisasi, kolostrum

Memiliki banyak sel memberi antibodi kepada bayi, yang memberi perlindungan

darah putih. terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu

sebelumnya. Kolostrum juga sangat penting untuk mencegah

bakteri yang berbahaya, penyebab penyakit infeksi pada bayi.

Membersihkan usus bayi, membantu mencegah bayi kuning.


Memiliki fungsi
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
pencahar.
membersihkan mekonium, tinja pertama bayi yang berwarna

kehitaman.

Membantu usus berkembang lebih matang, mencegah alergi dan

Mengandung zat-zat keadaan tidak tahan terhadap makanan lain. Usus bayi pada

faktor pertumbuhan. waktu lahir belumlah sempurna, sehingga hanya kolostrum yang

dapat membantu pertumbuhan ususnya. Setelah 6 bulan nanti,

ususnya akan siap menghadapi asupan tambahan selain ASI.

Mengurangi meringankan infeksi, mencegah penyakit mata. Jika

Kaya Vitamin A. bayi mengalami infeksi, maka Vitamin A ini akan membantu

meringankan infeksi berat yang mungkin diderita bayi, sehingga

bayi mampu bertahan.


180

6. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS

a. Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas

1) Suhu tubuh

Satu hari (24 jam) pada post partum suhu badan akan naik sedikit

(37,5 – 38 °C) akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan,dan kelelahan.Biasanya pada hari ke-3suhubadannaik lagi

karena adanya pembentukan ASI dan payudara menjadi engkak,

berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

berarti menandakan kemungkinan mengarah pada infeksi atau

keadaan abnormal lainnya.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah

melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

biasanya tidak berubah.Tekanan darah yang rendah

kemungkinan karena ada pendarahan, sedangkan tekanan darah

tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya

preeklamsia postpartum.

b. Sistem hematologi dan kardiovaskular


181

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari

pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan menurun

sedikit tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskosita

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukosit adalah

meningkatnya sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan.

Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa

post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik sampai

25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami partus lama. Pada awal post partum, jumlah

hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini

disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah

yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan

hidrasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau

kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi dari pada saat

memasuki persalinan awal, maka pasien telah dianggap kehilangan

darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama denga

kehilangan darah 500 ml darah. Penurunan volume dan peningkatan

sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan

hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan

normal kembali pada 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan

darah selama masa persalinan kurang lebih 200- 500 ml, minggu

pertama post partum berkisar antara 500-800 ml dan selama sisa


182

masa nifas berkisar 500 ml. (Sulistyawati) Perubahan fisiologis masa

nifas pada sistem hematologi Pada minggu-minggu terakhir

kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor faktor

pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar

fibrinogen dan plasma akan menurun sedikit tetapi darah lebih

mengental dengan peningkatan viskosita sehingga meningkatkan

faktor pembekuan darah. Leukosit adalah meningkatnya sel-sel darah

putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap

tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel

darah putih akan tetap bisa naik sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa

adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami partus lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit

sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta

dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini

dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika

hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2

persen atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal,

maka pasien telah dianggap kehilangan darah yang cukup banyak.

Titik 2 persen kurang lebih sama denga kehilangan darah 500 ml

darah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada

hari ke 3-7 post partum dan akan normal kembali pada 4-5 minggu

post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang


183

lebih 200- 500 ml, minggu pertama post partum berkisar antara 500-

800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml. (Sulistyawati

2009:82)

7. KEBUTUHAN DASAR PADA IBU MASA NIFAS

a. Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang

serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet

yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi

protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus

memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:

 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

 Makan dengan gizi seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.

 Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing pasien dari tempat tidurnya dan membimbingnya


184

secepat mungkin untuk berjalan. pada persalinan normal sebaiknya

ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kiri atau ke

kanan untuk mencegah adanya trombosit). Keuntungan dari ambulasi

dini adalah sebagai berikut :

 Ibu merasa lebih sehat dan kuat

 Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi

puerperium

 Mempercepat involusi uterus

 Memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin

membimbing pasien dari tempat tidurnya dan

membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan.

pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam

(ibu boleh miring kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya

trombosit). Keuntungan dari ambulasi dini adalah sebagai berikut :

 Ibu merasa lebih sehat dan kuat

 Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi

puerperium

 Mempercepat involusi uterus

 Memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

c. Eleminasi
185

 Buang Air Kecil Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6

jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat

berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka

dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung

kemih penuh, tidak menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

 Buang Air Besar Ibu postpartum diharapkan dapat buang air

besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum.Jika hari ketiga

belum juga BAB, maka perlu diberi obat pemcahar per oral

atau per rektal.Jika setelah pemberian obat pencahar masih

belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)

d. Istirahat dan tidur

Hal-hal yang biasa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah berikut :

 Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan.

 Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah

tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau

beristirahat selagi bayi tidur.

 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

 Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.
186

 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendir

e. Aktifitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakuakan oleh ibu masa nifas harus

memenuhi syarat berikut ini:

 Secara fisik aman untuk memelai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu

dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman

untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja

ibu siap.

 Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40

hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini

bergantung pada pasangan yang bersangkutan

f. Latihan dan senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan pada saat ibu menjalani

masa nifas (masa setelah melahirkan). Tujuan dari senam nifas

adalah untuk memperbaiki sirkulasi darah, membantu

mengembalikan sendi-sendi secara normal akibat kehamilan,

mencegah komlplikasi yang mungkin timbul selama menjalani nifas,

memelihara kekuatan otot perut, otot dasar panggul, serta otot

pergerakan, dan menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki.

Beragam Manfaat Senam Nifas


187

 Memulihkan kondisi otot-otot di area perut dan panggul,

sehingga pegal dan nyeri otot setelah melahirkan bisa

berkurang.

 Meningkatkan energi dan stamina, sehingga Bunda bisa lebih

semangat dalam mengurus Si Kecil.

 Membantu menurunkan berat badan setelah melahirkan.

Selain membuat tubuh lebih sehat dan segar, berikut adalah beberapa

manfaat senam nifas bagi ibu yang baru saja melahirkan.

 Mengurangi risiko stres setelah melahirkan karena dengan

olahraga tubuh akan menghasilkan hormon endorfin yang

memperbaiki suasana hati.

 Mengecilkan perut setelah melahirkan dengan

mengencangkan otot di sekitarnya.

 Meningkatkan kualitas tidur.

 Membantu menurunkan berat badan, terutama saat

dikombinasikan dengan pola makan yang benar.

 Meningkatkan stamina dan kebugaran sehingga ibu lebih

nyaman saat mengurus bayi yang baru lahir.

 Membantu mengencangkan vagina setelah melahirkan.

 Membantu mengatasi kesulitan menahan buang air kecil atau

inkontinensia urine yang kerap terjadi usai kehamilan.

1) 10 gerakan senam nifas setelah melahirkan


188

Senam merupakan suatu gerakan yang dapat membantu

menyehatkan orang yang melakukannya, sedangkan senam nifas

ialah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk ibu yang sudah

melahirkan, cara melakukan senam nifas terbilang mudah. Bahkan

gerakan senamnya juga dilakukan dengan posisi berbaring, yang

sangat pas untuk ibu yang sudah melahirkan. Gerakan senam nifas

terdiri dari 10 gerakan, dan dilakukan secara berurutan. Manfaat

dari melakukan gerakan senam nifas ini yaitu untuk melatih otot-

otot perut. Sangat cocok untuk ibu yang sudah melahirkan.

Gerakan senam pada hari pertama sangat simple dan tidak

memberatkan. Lalu pada hari kedua, pergerakan di tingkatkan,

begitu juga untuk hari selanjutnya. Pergerakan ditingkatkan

sedikit-sedikit. Sebelum melakukan senam nifas, pastikan

menggunakan pakaian yang longgar, agar tidak kesulitasn saat

menggerakan anggota tubuh. pastikan juga untuk menyiapkan

tempat yang aman. Berikut merupakan urutan latihan senam nifas.

 Hari pertama (olah napas)


189

Pada hari pertama, gerakan senam nifas dilakukan secara

sederhana. Yaitu dengan melakukan latihan pernapasan.

Ibu berbaring dengan nyaman di tempat yang datar, lalu

melakukan tarik napas dalam, tahan napas dalam hitungan

ke 5 atau hitung sampai 8, setelah itu keluarkan secara

perlahan Lakukan latihan pernapasan tersebut, sebanyak 5

sampai 10 kali.

 Hari Kedua (tangan membuka dan menutup)

Pada hari kedua, gerakan mulai ditingkatkan. Posisi ibu

masih sama, yaitu berbaring pada tempat yang datar dan

aman. Lebarkan kedua tangan ibu sampai sejajar dengan

bahu, lalu gerakan dengan lurus kedua tangan sampai

bertemu di atas kepala. Lakukan latihan ini sebanyak 5

sampai 10 kali gerakan.

 Hari Ketiga (gerak pantat)


190

Pada hari ketiga, posisi dilakukan dengan berbaring,

namun telapak kaki menyentuh lantai. Sehingga lutut akan

tampak seperti ditekuk. Angkat pantat keatas, lalu tahan

dan hitung sampai 3 atau 5, turunkan pantat secara

perlahan. Lakukan latihan ini sebanyak 5 sampai 10 kali

gerakan.

 Hari Keempat (gerak atas)

Pada hari selanjutnya, yaitu menggerakan anggota badan

bagian atas. Posisi tubuh terlentang, dengan telapak kaki

menyentuh lantai, dan lutut ditekuk dengan sudut 45

derajat. Lalu gunakan satu tangan untuk memegang perut.

Angkat tubuh ke atas dangan sudut kurang lebih 45 derajat,

lalu tahan sampai hitungan ke 3 atau 5. Lalu turunkan


191

secara perlahan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5 sampai

10 kali.

 Hari Kelima (gerak atas dan tangan)

Pada hari kelima gerakan dilakukan dengan posisi

terlentang. Tekuk salah satu kaki dengan sudut 45 derajat,

lalu angkat tubuh serta tangan yang berlawanan. Jika lutut

yang ditekuk sebelah kiri, maka tangan yang digunakan

yaitu sebelah kanan (begitu juga sebaliknya). Usahakan

tangan yang berlawanan, mampu menyentuh lutut yang

ditekuk. Lakukan gerakan ini secara bergantian, sebanyak

5 sampai 10 kali.

 Hari Keenam (gerak tekuk kaki)


192

Pada hari keenam, latihan dilanjutkan kebagian anggota

gerak bawah. Posisi dilakukan dengan berbaring

(terlentang), tekuk lutut sampai membetuk sudut lurus ke

atas (sudut 90 derajat). Lakukan gerakan ini secara

bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Latihan gerak

ini, dilakukan sebanyak 5 sampai 10 kali gerakan.

 Hari Ketujuh (gerak angkat kaki)

Pada hari ketujuh, pergerakan dilanjutkan dengan

mengangkat kaki ke atas. Posisi tubuh terbaring

(terlentang) pada tempat datar dan aman. Angkat kaki ke

atas kurang lebih setinggi 20 cm sampai 30 cm. Turunkan

secara perlahan, dan lakukan secara bergantian antara kaki

kiri dengan kaki yang kanan. Gerakan ini dilakukan

sebanyak 5 sampai 10 kali gerakan.

 Hari Kedelapan (gerak perut)


193

Pada hari ke delapan, posisi sudah tidak berbaring lagi.

Dimana posisi tubuh tampak seperti bayi yang merangkak.

Angkat perut ibu ke atas dan kebawah (gerakan dilakukan

hanya otot perut saja), lakukan gerakan ini sebanyak 5

sampai 10 kali.

 Hari Kesembilan (angkat 2 kaki)

Pada hari ke sembilan, posisi tubuh kembali terlentang.

Rapatkan kedua kaki, lalu angkat kedua kaki secara

bersamaan dengan sudut lurus atau membentuk sudut 90

derajat. Turunkan kedua kaki kebawah secara perlahan,

dan lakukan gerakan ini sebanyak 5 sampai 10 kali

gerakan.

 Hari Kesepuluh (gerak sit-up)


194

Pada hari terakhir senam nifas, yaitu gerakan sit –up.

Mula-mula tubuh pada posisi terlentang, taruh kedua

tangan dibawah kepala, dan angkat tubuh sampai

membentuk posisi duduk. Lakukan gerakan ini sebanyak 5

sampai 10 kali.

8. DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN

PENANGANANNYA

a. Infeksi masa nifas

Infeksi Nifas Merupakan Infeksi Yang Terjadi Setelah Ibu Bersalin

Sampai Hari Ke 42 Hari Pasca Persalinan. Infeksi Nifas Dapat

Dicegah Tanda Gejala Infeksi Masa Nifas Adalah Demam, Nyeri

Panggul, Lochea Berbau Dan Sub Involusi Uterus Infeksi Nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan,

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas ibu.Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas.

Infeksi yang meluas kesaluran urinari, payudara, dan pasca

pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi.


195

Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi

cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa

nyeri pada payudara atau adanya disuria.

1) Mastitis

Mastitis atau infeksi payudara adalah peradangan di jaringan

payudara. Kondisi ini umumnya terjadi pada ibu menyusui,

terutama pada 6–12 minggu pertama setelah persalinan. Mastitis

biasanya hanya menyerang salah satu payudara, tetapi juga tidak

menutup kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Radang

kelenjar susu ini menyebabkan penderitanya sulit menyusui

sehingga aktivitas menyusui menjadi terhambat atau terhenti.

Meski demikian, menyusui sebaiknya tetap dilakukan karena

kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi. Kandungan antibakteri

dalam ASI membuat bayi terlindungi dari infeksi dan malah

mempercepat penyembuhan mastitis.

a) Penyebab Mastitis

Mastitis biasanya dialami oleh ibu menyusui. Meski begitu,

kondisi ini juga bisa dialami oleh wanita yang tidak

menyusui dan wanita yang telah menopause. Bahkan, pada

kasus yang jarang terjadi, mastitis juga bisa terjadi pada pria.

1) Pada ibu menyusui, mastitis disebabkan oleh

penumpukan ASI di kelenjar payudara sehingga


196

menyebabkan penyumbatan di dalam saluran air susu.

Penumpukan tersebut menyebabkan penyumbatan pada

saluran air susu. Akibatnya, bakteri dari permukaan

kulit atau mulut bayi dapat masuk dari celah kulit atau

puting sehingga terjadi infeksi. Penyumbatan saluran

ASI dapat dipicu oleh beberapa hal, yaitu:

 Posisi mulut bayi yang tidak tepat ketika menyusu

 Bayi tidak cukup menyusu

 Pengeluaran ASI tidak dilakukan secara teratur

 ASI yang dihasilkan terlalu banyak

 Proses menyapih bayi terlalu cepat

 Terlalu sering menyusui dari satu payudara

b) Faktor resiko mastitis

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi

payudara atau mastitis, yaitu :

 Pernah mengalami infeksi payudara sebelumnya

 Terlalu lelah atau stres

 Kekurangan nutrisi

 Merokok

 Melakukan olahraga berat, terutama pada tubuh

bagian atas

 Menggunakan bra yang terlalu ketat


197

c) Gejala mastitis

Pada tahap awal, gejala mastitis umumnya timbul pada salah

satu payudara dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Gejala

tersebut berupa:

 Pembengkakan pada payudara

 Payudara kemerahan dan terasa hangat

 Payudara terasa nyeri ketika disentuh

 Nyeri atau sensasi terbakar pada payudara yang

terjadi terus-menerus atau saat menyusui

Selain gejala tersebut, ada beberapa keluhan lain yang dapat

menyertai, yaitu:

 Demam

 Menggigil

 Tubuh terasa lelah dan lemas

 Tubuh terasa pegal

 Mual

 Keluarnya cairan yang mengandung nanah dari

putting

 Muncul benjolan di payudara

 Pembesaran kelenjar getah bening di area ketiak atau

leher

b. Infeksi luka
198

Sayatan yang terjadi pada saat persalinan dapat terjadi di daerah

perinium dan abdomen

1) Episotomy

Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang

dilakukan unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk

membantu proses kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan

di garis tengah atau dari sebuah sudut dari ujung belakang dari

vulva, dilakukan di bawah bius lokal dan dijahit kembali setelah

melahirkan. (Wikipedia) jalan lahir ini bisa robek secara alami

saat persalinan, namun bisa juga dicegah dengan sejumlah cara

seperti pijat perineum (memijat jaringan antara lubang vagina

dan anus), berlatih teknik mengejan yang benar, dan

menggunakan teknik pernapasan dalam saat persalinan.

Meskipun demikian, kondisi persalinan memang tidak dapat

diduga. Dokter pun bisa memutuskan untuk melakukan

episiotomi jika terdapat sejumlah indikasi. Ada empat kondisi

yang bisa membuat dokter memutuskan untuk melakukan

episiotomi, yaitu jika perineum kaku (biasanya terjadi pada

persalinan anak pertama), bayi besar dengan berat >4 kg, adanya

hambatan persalinan (distosia), atau fetal distress (gawat janin).

Tindakan ini dilakukan secara selektif dengan menilai kondisi

jalan lahir dan janin saat persalinan. Selain untuk memperbesar


199

jalan lahir, ada beberapa tujuan lain dilakukannya episiotomi

antara lain:

 Mencegah distosia (hambatan persalinan)

 Mencegah cedera kepala bayi saat dilahirkan

 Mencegah robekan jalan lahir terutama agar tidak sampai

merobek anus dan rektum

 Mencegah ketidaknyamanan saat berhubungan seksual

 Mencegah beser

 Menjaga refleks anus

Saat tiba waktu persalinan, akan diminta persetujuan tindakan

medis yang mungkin akan dilakukan. Setelah itu, akan dilakukan

i episiotomi di waktu yang tepat karena bila dilakukan terlalu

cepat maka muncul perdarahan hebat, tapi bila terlalu lama akan

terjadi robekan luas di jalan lahir. Idealnya episiotomi dilakukan

saat perineum meregang dan bagian kepala janin belum terlihat.

Umumnya sayatan episiotomi yang dibuat kira-kira sepanjang 5

cm, yang akan segera dijahit setelah plasenta keluar. Sayatan

episiotomi bisa dilakukan dengan cara menggunting secara

vertikal ke arah anus (tipe median) atau tipe mediolateral, yaitu

dengan memotong secara miring/menyudut sehingga tidak

mencapai anus. Meski episiotomi tipe ini paling sering

digunakan, menjahitnya relatif lebih sulit dari tipe median.

Secara umum, ada dua jenis sayatan episiotomi, yaitu:


200

 Sayatan garis tengah (median). Sayatan garis tengah

dilakukan secara vertikal. Sayatan pada area ini akan

lebih mudah dijahit, tetapi memiliki risiko lebih tinggi

untuk meluas ke area anus.

 Insisi mediolateral. Sayatan mediolateral dibuat sedikit

miring.

Resiko episiotomi ,mengingat setiap tindakan dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi yakni:

 Terjadinya perdarahan

 Terbentuknya hematom atau penumpukan darah di balik

jahitan sehingga terlihat atau teraba benjolan

 Robekan terlalu panjang atau lebar, sampai mengenai

anus.

 Adanya infeksi pada kulit, bagian dalam kulit (subkutis)

atau sampai menyerang otot.

 Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia) bahkan

bisa sampai berbulan-bulan setelah melahirkan.

Hal yang harus diwaspadai pada pasca episotomy adalah

 bekas jahitan terlihat bengkak

 bagian yang dijahit dan daerah sekitarnya terlihat

kemerahan

 tiba-tiba terasa nyeri hebat pada luka episiotomi

 luka episiotomi mengeluarkan nanah


201

 jahitan terlepas

Apabila terjadi tanda infeksi, pasien akan dirawat lukanya,

diberikan antibiotik dan mungkin akan dilakukan jahitan ulang

jika luka kembali terbuka. Sementara bila ada hematom, bagian

tersebut akan disayat sedikit sebagai jalan keluar darah yang

berkumpul di daerah tersebut. Karena itu, tidak ada salahnya

melakukan pijat perineum meskipun beberapa ibu hamil tidak

nyaman memasukkan jari ke dalam vagina untuk melakukannya.

Pijat perineum terbukti dapat mengurangi kebutuhan episiotomi

sebesar 10% pada primipara (ibu yang bersalin untuk pertama

kalinya) dan mengurangi nyeri perineum pasca persalinan pada

ibu sekundipara (mengalami persalinan kedua). dan Cara

Merawat Luka Episiotomi :

 Kompres dingin di daerah tersebut.

 Setelah buang air kecil, ada baiknya Anda menyiram air

hangat (akanlebih baik jika air matang) dari atas ke

bawah.

 Usahakan daerah vagina dan bekas jahitan selalu kering

 Sesekali Anda bisa memberikan udara bebas pada bekas

luka jahitan.

2) Sectio caesarea

adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan

uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dai 1000 garm
202

atau umur kemamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012). Sectio

caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi

(membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan

metode yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih

merupakan prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam

keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat (Hartono, 2014).

Persalinan melalui sectio caesarea (SC) didefinisikan sebagai

pelahiran janin melalui insisi didinding abdomen (laparatomi)

dan dinding uterus (histerotomi) (Norman, 2012)

a) Indikasi Sectio caesarea

Beberapa indikasi dilakukan tindakan sectio caesarea

yaitu antara lain sebagai berikut :

 Faktor Janin

Faktor janin merupakan tindakan operasi sesar yang

dilakukan karena kondisi janin tidak memungkinkan

untuk dilakukan persalinan normal, contohnya bayi yang

terlalu besar dengan perkiraan berat lahir 4.000 gram.

atau lebih. Kondisi tersebut jika dilakukan persalinan

normal dapat membahayakan keselamatan ibu dan

janinnya. Pada posisi sungsang berat janin lebih dari

3600 gram sudah dianggap besar sehingga perlu


203

dilakukan kelahiran dengan operasi sesar (Nugroho,

2012)

 Letak Sungsang

Sekitar 3-5 % atau 3 dari 100 bayi lahir dalam posisi

sungsang. Keadaan janin sungsang terrjadi apabila letak

janin didalam rahim memanjang dengan kepala berada

dibagian atas rahim, sementara bokong berada dibagian

bawah rongga rahim. Risiko bayi lahir sungsang pada

persalinan alami diperkirakan 4 kali lebih besar

dibandingkan lahir dengan letak kepala yang normal.

Oleh karena itu biasanya langkah terakhir untuk

menntisipasi hal terburuk karena persalinan yang tertahan

akibat janin sungsang adalah operasi (Heryani, 2012)

 Letak Lintang

Kelainan lain yangsering terjadi adalah letak lintang atau

miring (oblique). Letak yang demikian menyebabkan

poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Letak

miring yang dimaksud yaitu letak kepala pada posisi yang

satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada

umumnya bokong akan berada sedikit lebih tinggi

daripada kepala janin, sementara bahu berada pada

bagian atas panggul. Konon punggung dapat berada


204

didepan, belakang, atas maupun bawah. Kelainan letak

lintang ini hanya terjadi sebanyak 1%. Kelainin ini

biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung

atau karena adanya kelainan bentuk rahim. Penanganan

untuk kelainan letak lintang ini juga sifatnya sangat

individual . Apabila dokter memutuskan untuk

melakukan tindakan operasi, sebelumnya harus

memperhitungkan sejumlah faktor keselamatan ibu dan

bayi (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012)

 Ancaman Gawat Janin (fetal distress)

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan,

memungkinkan dokter untuk memutuskan dilakukaknnya

operasi. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat

oksigen dari ibunya melalui ari-ari dan tali pusat. Apabila

terjadi gangguan pada ari-ari akibat ibu menderita

tekanan darah tinggi atau kejang rahim, serta gangguan

pada tali pusat (akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi

maka jatah oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi

berkurang. berakibat janin akan tercekik karena

kehabisan nafas. Kondisi ini bisa menyebabkan janin

mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang

meninggal dalam rahim (Liu, 2008).

 Bayi Kembar
205

Pada konsidi Bayi kembar akan di lahirkan secara operasi

sesar,kelahiran kembar ini memiliki resiko terjadinya

komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu

bayi. Misalnya, lahir prematur atau lebih cepat dari

waktunya. Sering kali terjadi preeklampsi pada ibu yang

hamil kembar karena stres. Selain itu karena bayi kembar

pun dapat mengalami sungsang sehingga sulit untuk

melahirkan normal (Manuaba, 2012)

 KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum

terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah

hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36

minggu.

 Faktor Ibu

 CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran

lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran

lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu

tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang

panggul merupakan susunan beberapa tulang yang

membentuk rongga panggul yang merupakan jalan


206

yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara

alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan

atau panggul patologis juga dapat menyebabkan

kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga

harus dilakukan tindakan operasi.Keadaan patologis

tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul

menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul

menjadi abnormal.

 PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan

penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan,

sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah

perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi

merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

Karena itu diagnosa dini

b) JenisSectio Cesarea

 Insisi Abdominal

Pada dasarnya insisi ini adalah garis tengah

subumbilikal dan insisi abdominal transversa

 Insisi Garis Tengah Subumbilikal


207

Insisi garis tegah subumblikal adalah operasi

yang di lakukan dibawah segmen kulit, Bekas

luka tidak terlihat, terdapat banyak

ketidaknyamananan pasca operasi dan luka

jahitan lebih cenderung muncul di bandingkan

dengan insisi tranversa. Insisi garis tegah

subumblikal ini lebih mudah dan cepat, dengan

pendarahan minimal (Liu, 2008). Tanpa

membuka peritoneum parietalis, dengan

demikian tidak membuka kavum

abdominal.Dilakukan dengan melakukan

sayatan melintang konkat pada segmen bawah

rahim low servical transversal kirakira 10 cm

kelebihannya adalah penjahitan luka lebih

mudah, Penutupan luka dengan

reperitonealisasi yang baik (Jitowiyono &

kristiyanasari 2012).

 Insisi Tranversa

Insisi transversa merupakan jenis operasi

Sectio caesarea yang menimbulkan sedikit

jahitan dan sedikit ketidaknyamanan,

memungkinkan mobilitas pasca operasi yang


208

lebih baik. Insisi Secara teknis lebih sulit

kususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih

vaskuler dan memberikan akses yang lebih

sedikit (Manuaba, 2012). Section cesaria klasik

atau korporal dengan insisi memanjang pada

korpus uteri sedangkan section cesaria ismika

atau profunda atau low cervical dengan insisi

pada segmen bawah rahim. Sectio caesarea

klasik atau corporal dengan insisi memanjang

pada corpus uteri. Dilakukan denganmembuat

sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

10cm.Kelebihannya adalah Mengeluarkan

janin dengan cepat, tidak mengakibatkan

komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan

bisa diperpanjang proksimal atau distal

(Manuaba, 2012).

 Insisi Uterus

Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi

garis tengah atau segmen bawah tranversa

 Sectio caesarea segmen bawah

Sectio caesarea segmen bawah adalah

pendekatan yang lazim di gunakan. Keuntungan


209

dari Sectio Caesare segmen bawah yaitu Lokasi

tersebut meiliki sedikit pembuluh darah sehingga

kehilangan darah yang di timbulkan hanya

sedikit, Mencegah penyebaran infeksi ke rongga

abdomen, merupakan bagian uterus yang sedikit

berkontraksi sehingga hanya sedikit

kemungkinan terjadinya rupture pada bekas luka

di kehamilan berikutnya. Penyembuhan lebih

baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih

sedikit seperti pelekatan. Kerugiannya yaitu

Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung

kemih meningkatkan resiko kerusakan kususnya

pada prosedur pengulangan, Perluasan kes sudut

lateral atau belakang kandung kemih dapat

meningktakan kehilangan darah (jitowiyono &

kristiyanasari, 2012). Sectio caesarea segmen

bawah yaitu dengan melakukan sayatan

mendatar. Pada jenis ini di buat sayatan kecil

melintang di bawah uterus (rahim), kemudian

sayatan ini dilebarkan degan jari-jari tangan dan

berhenti di daerah pembuluh-pembuluh darah

uterus. Pada sebagian besar bayi kasus

persalinan, posisi kepala bayi terletak dibalik


210

sayatan, sehingga harus diekstraksi atau

didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya, dan

plasenta serta selaput ketuban (Liu, 2008).

 Sectio caesarea klasik atau segmen atas

Sectio caesarea klasik adalah jenis insisi di

lakukan secara vertical di garis tengah uterus.

Indikasi penggunaannya meliputi Getasi dini

dengan perkembangan buruk pada segmen

bawah, Jika akses ke segmen bawah terhalang

oleh pelekatan fibroid uterus, Jika ada karsinoma

serviks (Liu, 2008). Segmen atas pada persalinan

sectio caesarea adalah pembedahan melalui

sayatanvertikal pada dinding perut (abdomen)

yang leboh dikenal dengan classical incision

atau sayatan klasik. Jenis ini memungkinkan

ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar

bayi. Operasi section caesarea jenis ini jarang

digunakan untuk tenaga kedokteran karena lebih

beresiko pada kelahiran. Seringkali diperlukan

luka insisi yang lebih lebar karena bayi sering

dilahirkan dengan bokong dahulu (Liu, 2008).

 Insisi Kronig-Gelhon-Beck
211

Insisi kronig-Gelhom-Beck ini adalah insisi garis

tengah pada segmen bawah yang di gunakan

pada pelahiran premature apabila segmen bawah

terbentuk dengan buruk atau dalam keadaan

terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian

atas yang di lakukan untuk banyak akses. Insisi

ini lebih sedikit komplikasi dari pada sectio

caesaraea secara klasik. Operasi yang

mengeluarkan janin dari cavum uteri bisa karena

janin sudah mati dan laksung dilakukan

histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi

rahim yang berat (Liu, 2008).

3) Komplikasi

a) Infeksi puerperal (nifas)

Infeksi ini berupa ringan dan berat, kenaikan suhu

beberapa hari termasuk dalam kategori ringan, sedangkan

suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit

kembung termasuk sedang. kenaikan suhu yang lebih

tinggi disertai dengan peritonitis , sepsis dan ileus

paralitik termasuk dalam kategori berat. Infeksi

disebabkan oleh adanya kuman atau bakteri sumber

penyebab infeksi pada daerah luka. Infeksi menyebabkan


212

peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat

penyembuhan luka (Marmi, 2016).

b) Perdarahan

Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah

yang terputus dan terbuka, atonia uteri, perdarahan pada

plasental bed. Perdarahan primer sebagai akibat

kegagalan mencapai homeostatis karena insisi rahim atau

akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah

pemanjangan masa persalinan.Sepsis setelah terjadi

pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih besar

bila sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau

bila terdapat infeksi dalam rahim.Luka kandung kemih,

emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisis terlalu tinggi. Cidera pada sekeliling

struktur usus besar, kandung kemih yang lebar dan ureter.

Hematuri singkat dapat terjadi akibat terlalu antusias

dalam menggunakan regaktor di daerah dinding kandung

kemih (Jitowiyono & Kristyanasari, 2012)

c) Komplikasi yang timbul pada eklampsia

Komplikasi tergantung derajat pre eklampsia atau

eklampsia antara lain Antonia uteri, Sindom HELLP

(Hemolysis, Elevated Livr Enzimes, Low Platelet Count),


213

ablasi retina, KID (Koagulasi Intravaskuler Diseminata),

Gagal gijal, Perdarahan otak, edema paru, gagal jantung,

hingga syok dan kematian. Komplikasi pada janin

berhubungan dengan akut atau kronisnya nsufisiensi

uteroplasenta, misalnya pertumbuhan janin terlambat dan

prematuritas (Saputri, 2013).

d) Hipotermi

Perawatan pasien pasca bedah dapat menjadi kompleks

akibat perubahan fisiologis yang mungkin terjadi,

diantaranya komplikasi perdarahan, irama jantung tidak

teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan

suhu (hipotermi), serta fungsi-fungsi vital lainnya seperti

fungsi neurologis, integritas kulit dan kondisi luka, fungsi

genito-urinaria, gastrointestinal, keseimbangan cairan dan

elektrolit serta rasa nyaman (Potter, 2006). Beberapa

kejadian menggingil (hipotermia) yang tidak diinginkan

mungkin dialami pasien akibat suhu yang rendah di ruang

operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas

yang dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh,

aktivitas otot yang menurun, usia yang lanjut, atau agent

obatobatan yang digunakan seperti vasodilator/fenotiasin.

(Minarsih 2013)

c. Fisiologi Ibu post-partum


214

Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea adalah

sebagai berikut Uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi

dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Ukuran

uterus mulai dua hari berikunnya akan mengecil hingga hari

kesepuluh tidak teraba dari luar. Involusi uterus terjadi karena

masing-masing sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses

antitoksis dimana zat protein dinsing pecah, diabsorbsi dan di buang

melalui air seni. Sedangkan endometrium menjadi luka degan

permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini

akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium

baru bawah permukaan luka, mulai pinggir dan dasar luka (Saleha,

2009)

d. Penatalaksanaan

Menurut Manuaba (2012), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai

penatalaksanaan pada ibu post Sectio caesarea antara lain :

 Pemberian cairan : Karena 24 jam pertama penderita

puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena

harus cukup banyak 2. mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ

tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS

10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan

jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb

rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.


215

 Diet : Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan

setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian

minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6

- 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

 Mobilisasi : Mobilisasi dilakukan secara bertahap

meliputi, Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10

jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan

penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah

sadar. Hari kedua post operasi, penderita dapat

didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas

dalam lalu menghembuskannya. Kemudian posisi tidur

telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk

(semifowler). Selanjutnya selama berturut-turut, hari

demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,

belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari

ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

1) Infeksi rahim.

Infeksi rahim atau endometritis adalah peradangan pada

dinding rahim yang umumnya disebabkan oleh infeksi

bakteri. Kondisi ini perlu segera diobati untuk mencegah


216

kemungkinan terjadinya komplikasi berupa masalah

kesuburan atau bahkan mandul. Komplikasi yang mungkin

terjadi jika infeksi rahim tidak diobati adalah gangguan pada

organ reproduksi yang dapat memengaruhi kesuburan, serta

penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain melalui aliran darah.

 Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina) : Lochea

adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina

dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih

banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu

menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari

bekas melekatnya atau implantasi placenta).

 Sub Involusi Uterus (Pengecilan uterus yang

terganggu) : Involusi adalah keadaan uterus mengecil

oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000

gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6

minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik

atau terganggu di sebut sub involusi. Faktor penyebab

sub involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,

endometritis, adanya mioma uteri. Pada keadaan sub

involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus

lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus

masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak

jarang terdapat pula perdarahan (wahyuningsih, 2018).


217

 Nyeri Pada Perut dan Pelvis : Tanda-tanda nyeri perut

dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala

komplikasi nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah

peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat

menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian

karena infeksi (wahyuningsih, 2018).

 Pusing dan Lemas yang Berlebihan : Pusing dan lemas

yang berlebihan sakit kepala, nyeri epigastrik, dan

penglihatan kabur menurut, pusing merupakan tanda-

tanda bahaya pada nifas. Pusing bisa disebabkan oleh

tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya

≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu

diwaspadai adanya keadaan preeklampsi/eklampsi

postpartum, atau keadaan hipertensi esensial. Pusing

dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh

anemia bila kadar haemoglobin< 10 gr/dl lemas yang

berlebihan juga tanda-tanda bahaya dimana keadaan

lemas dapat disebabkan oleh kurangnya istirahat dan

kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat,

tekanan darah rendah. Upaya penatalaksanaan pada

keadaan ini dengan cara sebagai berikut:

 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.


218

 Makan dengan makanan seimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup.

 Minum sedikitnya 3 liter per hari.

 Minum suplemen zat besi untuk menambah zat

besi setidanya selama 40 hari pasca bersalin.

 Minum suplemen kapsul vitamin A (200.000 IU),

untuk meningkatkan daya taan tubuh, mencegah

infeksi, membantu pemulihan keadaan ibu serta

mentransmisi vitamin A kepada bayinya melalui

proses menyusui.

 Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan. Kurang istirahat akan

mempengaruhi produksi ASI dan memperlambat

proses involusi uterus.

 Suhu Tubuh Ibu > 38°C : Dalam beberapa hari setelah

melahirkan suhu badan ibu sedikit meningkat antara

37,2°C-37,8°C oleh karena reabsorbsi proses

perlukaan dalam uterus. Hal ini adalah peristiwa

fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi

yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi

38°C berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi


219

infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup

semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas

(Wahyuningsih, 2018).

 Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan

Terasa Sakit. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

payudara yang tidak disusu secara adekuat, puting

susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet

yang kurang baik, kurang istirahat, serta anemia.

Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala

adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi,

misalnya pembengkakan payudara, bendungan ASI,

mastitis dan abses payudara.

e. Pendarahan Masa Nifas

Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.

 Perdarahan postpartum primer (Early Postpartum

Hemorrhage) adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam

masa 24 jam setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume

seberapapun tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan

tanda-tanda vital sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan.

Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa

placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam

pertama.
220

 Perdarahan postpartum sekunder (Late Postpartum

Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep pengertian

yang sama seperti perdarahan postpartum primer namun terjadi

setelah 24 jam postpartum hingga masa nifas selesai. Perdarahan

postpartum sekunder yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi

antara hari ke 5 sampai 15 postpartum. Penyebab utama adalah

robekan jalan lahir dan sisa placenta. Perdarahan pervaginam

atau perdarahan post partum atau post partum hemorargi adalah

kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus

genetalia setelah melahirkan. Dua penyebab faktor perdarahan

langsung yang sering dijumpai adalah karena adanya

miometrium yang hipotonik (atonia uteri) dan laserasi pada

vagina dan serviks. Retensi bagian plasenta adalah penyebab

yang lebih jarang ditemukan, dapat mengakibatkan perdarahan

langsung, atau perdarahan kemudian, atau keduanya. Faktor

predisposisi dari perdarahan post partum adalah :

 Kelahiran bayi dengan makrosomia

 Persalinan dengan focep

 Persalinan dengan serviks yang berdilatasi belum lengkap

 Insisi duhrssen pada serviks

 Tindakan manipulasi intrauterin

 Persalinan vaginam dengan riwayat SC

 Gemeli
221

 Hidramniom

 Paritas tinggi

 Kesalahan penanganan kala III, dll Prognosis dari

perdarahan postpartum adalah komplikasi serius seperti

gagal ginjal sebagai akibat hipotensi yang lama sehingga

pervusi renal tidak segera pulih serta dapat mengakibatkan

kematian

f. Infeksi saluran kemih

ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada

ibu postpartum dan memiliki angka morbiditas yang tinggi hingga

95%.Peningkatan risiko terjadinya ISK postpartum antara lain dapat

disebabkan oleh karena trauma jalan lahir, inkontinensia urin,

pemasangan instrumen katater urin, dan anestesi yang menyebabkan

ibu postpartum tidak dapat berkemih secara normal. Pada ibu

postpartum normal penyebab yang paling sering terjadi adalah akibat

trauma jalan lahir, namun hal itu biasanya tidak berlangsung lama,

pada keesokan harinya pasien sudah dapat berkemih secara normal

kembali. Pada ibu postpartum caesar, pasien tidak dapat langsung

berkemih secara normal. Kesulitan berkemih normal pada pasien

dapat disebabkan oleh karena trauma dinding perut, inkontinensia

urin, ataupun efek anestesi spinal. Selama masa perawatan pasien

harus dipasang kateter urin menetap minimal selama tiga hari.

Pemasangan kateter ditujukan agar pasien dapat mengosongkan


222

kandung kemih, namun pemasangan kateter menetap kerap menjadi

salah satu sumber infeksi saluran kemih. Berdasarkan gejalanya, ISK

dapat terbagi menjadi ISK atas dan ISK bawah. Seseorang yang

mengalami ISK bawah mengalami infeksi pada kandung kemih atau

uretra dengan gejala :

 nyeri saat BAK

 sering BAK / anyang-anyangan

 warna urin keruh

 urin berbau tidak sedap

Jika seseorang mengalami ISK atas, maka bagian yang terinfeksi

adalah ginjal atau ureter, dengan gejala seperti ISK bawah disertai

dengan gejala mual , muntah , demam ISK biasanya disebabkan

oleh infeksi kuman E.coli, kuman ini terdapat pada saluran cerna.

Infeksi biasanya terjadi akibat cara yang kurang tepat saat

membersihkan setelah BAB atau BAK. Selain itu ISK juga dapat

disebabkan oleh penyumbatan saluran kencing dan iritasi saat

berhubungan seksual. Terapi yang digunakan untuk mengobati pasien

ISK adalah dengan penggunaan antibiotik seperti golongan

fluorokuinolon. Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai

pencegahan diantaranya :

 Tingkatkan konsumsi air putih sebanyak 2-3 liter sehari agar

saluran kemih terbilas secara teratur sehingga bakteri tidak

sempat berkembang biak


223

 Hindari kebiasaan menahan keinginan untuk berkemih

 Buang air kecil secara teratur

 Berkemih sebelum dan sesudah berhubungan intim

 Hindari konsumsi makanan atau minuman kemasan dengan

bahan pengawet

g. Patologi menyusui

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena

timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada

bayinya. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan

menyusui sering dianggap masalah yang diakibatkan oleh anaknya

saja. Masalah menyusui dapat juga diakibatkan karena keadaan

khusus, selain itu ibu sering mengeluh bayi menangis atau menolak

menyusu sehingga ibu beranggapan bahwa ASInya tidak cukup, atau

ASInya tidak enak, tidak baik, sehingga sering menyebabkan ibu

mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui (Maryunani,

2015). Penyebab Menyusui Tidak Efektif Penyebab dari ibu

mengalami menyusui tidak efektif yaitu :

 Ketidak kuatan suplai ASI

 Hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing)

 Anomali payudara ibu (misalnya, putting masuk ke dalam)

 Ketidak kuatan refleks oksitosin

 Ketidak kuatan refleks menghisap bayi

 Payudara ibu bengkak


224

 Riwayat operasi payudara

 Kelahiran kembar (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010)

terdapat beberapa masalah yang menyebabkan ibu enggan untuk

menyusui bayinya yaitu :

1) Masalah menyusui pada masa antenatal

a) Kurang atau salah informasi Banyak ibu yang mengira

bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik

dari ASI sehingga ibu lebih cepat untuk memberikan susu

formula kepada bayinya jika dianggap produksi ASI yang

dikeluarkan kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang

kurang memberikan informasi pada saat pemeriksaan

kehamilan ataupun saat pasien pulang, seperti misalnya

banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa :

 Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya

encer dan sering sehingga dikatakan bayi menderita

diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh

untuk menghentikan menyusui.

 ASI tidak keluar pada hari pertama sehingga bayi

dianggap perlu untuk diberikan minuman lain,

padahal jika kondisi bayi yang lahir cukup bulan dan

sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang

dapat mempertahankannya tanpa minum selama


225

beberapa hari. Pemberian minuman sebelum ASI

keluar akan memperlambat pengeluaran ASI karena

bayi merasa kenyang sehingga malas untuk

menyusu.

 Payudara yang berukuran kecil dianggap kurang

menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak

menentukan banyak atau sedikitnya ASI yang keluar,

hal tersebut disebabkan kerena banyaknya lemak

pada payudara.

b) Puting susu datar atau terbenam Jika puting susu ibu

datar atau terbenam setelah bayi lahir maka dapat

dikeluarkan dengan cara sebagai berikut yaitu, susui bayi

segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu,

susui bayi sesering mungkin setiap dua sampai dua

setengah jam hal ini dapat menghindarkan payudara terisi

penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu, massage

payudara dan keluarkan ASI secara manual sebelum

menyusui dapat membantu bila terdapa bendungan

payudara dan putting susu masuk ke dalam.

2) Masalah menyusui pada masa nifas dini

a) Puting susu nyeri Pada umumnya ibu akan merasakan

nyeri pada waktu awal menyusui. Nyeri yang dirasakan


226

ibu akan berlangsung setelah ASI keluar, bila posisi

mulut bayi dengan puting susu ibu benar maka perasaan

nyeri yang dirasakan akan segera hilang. Cara menangani

permasalaham tersebut yaitu, memastikan apakah posisi

ibu sudah benar, mulailah menyusui pada putting susu

yang tidak sakit guna membantu mengurangi rasa sakit

pada putting susu yang sakit, segera setelah bayi

menyusu keluarkan sedikit ASI lalu oleskan di putting

susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu

hingga putting susu kering.

b) Puting susu lecet Puting susu yang lecet dapat disebabkan

oleh posisi menyusui yang salah tetapi dapat juga

disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis,

sehingga harus ditangani dengan benar. Cara yang

dilakukan untuk menangani masalah tersebut yaitu,

Berikan ASInya pada keadaan luka yang tidak begitu

sakit, olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk)

serta jangan sekali-sekali memberikan obat lain (krim

atau salep), puting susu yang sakit dapat diistirahatkan

untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam dan

biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24

jam, cuci payudara sekali sehari tetapi tidak dianjurkan

untuk menggunakan sabun, keluarkan ASI dari payudara


227

yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI)

untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan

ASI, berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan

menggunakan dot, setelah terasa membaik mulai

menyusui secara perlahan-lahan dengan waktu yang lebih

singkat, dan bila lecet tidak sembuh dalam satu minggu

rujuk ke puskesmas.

c) Payudara bengkak Pada hari pertama sekitar dua sampai

empat jam, payudara sering terasa penuh dan nyeri yang

disebabkan karena bertambahnya aliran darah ke

payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam

jumlah yang cukup banyak. Penyebab dari payudara ibu

menjadi bengkak diantaranya, posisi mulut bayi dan

putting susu ibu salah, produksi ASI yang berlebihan,

terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, serta

waktu menyusui terbatas. Perbedaan antara payudara

penuh dengan payudara bengkak yaitu jika payudara

penuh, rasa berat pada payudara, panas dan keras serta

bila diperiksa ASI keluar dan tidak edema. Jika payudara

bengkak, payudara oedema, sakit putting susu serta terasa

kencang, kulit mengkilat tetapi tidak merah, dan bila

diperiksa ASI tidak keluar, serta badan bisa terasa demam

setelah 24 jam.
228

d) Mastitis atau abses payudara Mastitis yaitu peradangan

pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak dapat

pula di sertai rasa nyeri atau panas, suhu tubuh

meningkat, serta pada bagian dalam terasa ada masa

padat (lump). Hal ini terjadi pada masa nifas sekitar satu

sampai tiga minggu setelah persalinan yang diakibatkan

oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut, kurangnya

ASI yang dihisap atau dikeluarkan, serta kebiasaan

menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju

atau BH. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal

tersebut yaitu, lakukan kompres hangat atau dingin serta

lakukan pemijatan, rangsangan oksitosin dimulai pada

payudara yang tidak sakit yaitu dengan cara stimulasi

putting susu, pijat pada bagian leher dan punggung, bila

perlu dapat dianjurkan untuk beristirahat total dan obat

untuk penghilang rasa nyeri, serta jika terjadi abses

sebaiknya tidak disusukan karena mungkin memerlukan

tindakan pembedahan.

3) Masalah menyusui pada masa nifas lanjut

a) Sindrom ASI kurang, Tanda-tanda yang terjadi jika ASI

kurang yaitu bayi tidak puas selesai menyusu, seringkali


229

menyusui dengan waktu yang sangat lama, bayi sering

menangis atau menolak menyusu, tinja bayi keras, kering

atau berwarna hijau, serta payudara tidak membesar

selama kehamilan (keadaan yang sangat jarang). Cara

yang dapat dilakukan yaitu, ibu dan bayi dapat saling

membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus

memberikan hisapan efektifnya. Pada keadaan tertentu

dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu

upaya yang lebih seperti relaktasi, perlu dilakukan

pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa

nasogastric yang ditempelkan pada putting untuk dihisap

bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI.

b) Ibu yang bekerja Pekerjaan merupakan alasan seorang

ibu untuk berhenti menyusui bayinya, terdapat beberapa

cara yang dapat dilakukan bagi seorang ibu yang bekerja

untuk tetap dapat menyusui diantaranya, susuilah bayi

sebelum ibu bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan

dirumah sebelum berangkat bekerja, pengosongan

payudara ditempat kerja setiap tiga sampai empat jam,

ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat

diberikan pada saat ibu bekerja, pada saat ibu dirumah

sesering mungkin bayi untuk disusui serta ibu dapat

mengganti jadwal menyusuinya menjadi lebih banyak


230

menyusui pada malam hari, serta mengonsumsi makanan

dan minuman yang bergizi cukup selama bekerja dan

selama menyusui bayinya.

4) Masalah menyusui pada keadaan khusus

a) Ibu melahirkan dengan bedah sesar Segeralah lakukan

rawat gabung antara ibu dengan bayi jika kondisi ibu dan

bayinya sudah membaik agar ibu dapat dengan segera

menyusui bayinya.

b) Ibu sakit, Ibu yang menderita penyakit hepatitis (HbsAg

+) atau ADIS (HIV +) Pada kedua penyakit ini ditemukan

berbagai pendapat, yang pertama bahwa ibu yang

menderita Hepatitis atau AIDS tidak diperkenakan

menyusui bayinya, karena dapat menularkan virus kepada

bayinya melalui ASI. Pada kondisi negara berkembang,

dimana kondisi ekonomi masyarakat dan lingkungan

yang buruk, keadaan pemberian makanan pengganti ASI

akan lebih membahayakan kesehatan dan kehidupan bayi.

WHO tetap menganjurkan bagi kondisi masyarakat yang

mungkin tidak akan sangup memberikan pendamping

ASI (PASI) yang adekuat dalam jumlah dan kualitasnya,

maka lebih dianjurkan kepada ibu untuk meminta

bantuan dari orang lain dengan cara mencari pendonor

ASI namun tetap harus diperhatikan kondisi pendonor


231

tersebut harus sehat. Atau Ibu dengan TBC Kuman TBC

tidak menular melalui ASI, sehingga ibu dianjurkan

untuk menyusui bayinya. Ibu yang menderita TBC perlu

diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan

penularan pada bayi dengan menggunakan masker. Bayi

tidak langsung diberikan imunisasi BCG karena efek

proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian

obat antituberkulosis melalui bayi, bayi tetap diberi INH

dengan dosis penuh sebagai profilaksi. Setelah 3 bulan

pengobatan secara adekuat biasanya ibu sudah tidak

menularkan lagi virusnya dan setelah itu dapat dilakukan

uji Mantoux pada bayi, bila hasilnya negative terapi INH

dihentikan dan bayi diberi vaksinasi BCG. Atau Ibu

dengan Diabetes Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes

sebaiknya diberikan ASI, namun perlu dimonitor kadar

gula darahnya.

c) Ibu yang memerlukan pengobatan Biasanya ibu akan

memilih untuk menghentikan pemberian ASI pada

bayinya bila meminum obat-obatan, karena takut jika

obat tersebut menganggu kesehatan bayinya. Kandungan

obat dalam ASI tergantung dari masa paruh obat dan

rasio obat dalam plasma dan ASI. Padahal kebanyakan

obat hanya sebagian kecil yang dapat melalui ASI dan


232

jarang berakibat kepada bayinya, memang ada beberapa

obat yang sebaiknya tidak diberikan kepada ibu yang

sedang menyusui dan bila ibu memerlukan obat, pilihlah

obat yang mempunyai masa paruh obat pendek dan yang

mempunyai rasio ASI plasma kecil atau dicari obat

alternatif yang tidak berakibat kepada bayinya. Anjurkan

kepada ibu, bila memerlukan obat maka sebaiknya

diminum segera setelah menyusui.

d) Ibu hamil Biasanya ibu yang sudah hamil lagi tetapi

masih memiliki bayi yang harus disusui tidak memiliki

bahaya baik bagi ibu ataupun janinnya bila sang ibu

masih tetap meneruskan menyusui bayinya, tetapi ibu

tetap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang

bergizi dan dalam porsi yang lebih banyak

Anda mungkin juga menyukai