Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi

atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan

fertilisasi, nidasi dan implantasi (Sulistyawati, 2012).

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum (sel telur) dan

spermatozoa (Sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot

kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta

dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba, 2012).

2. Etiologi

Menurut sukarni dan Margareth (2013) peristiwa perinsip pada terjadinya

kehamilan :

a. Pembuahan/fentilisasi : bertemunya sel telur/ovum wanita dengan sel

benih/spermatozoa pria.

b. Pembelahan sel (zigot), hasil pembuahan tersebut.

c. Nidasi/implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada

keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding

kavum uteri).

3
4

d. Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bekal

individu baru.

3. Patofisiologi

a. Tahap inseminasi

Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan semen yang

dipancarkan kedalam vagina melalui uretra. Sperma yang masuk

kedalam saluran reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap ejakulasi

yakni 300 juta. Sperma bergerak dari uterus menuju tuba fallopi

dengan menggerakan ekornya, sperma menuju ovum dan

mengeluarkan zat fertilizin (Manurung, 2011).

b. Tahap Fertilisasi Dan Konsepsi

Fertilisasi dapat terjadi jika ada pertemuan dan penetrasi antara

sel ovum dan sel sperma. Hasil dari fertilisasi terjadilah zigot. Zigot

membelah secara mitosis. Pada saat zigot membelah menjadi 32 sel

disebut morula. Didalam morula terdapat blastosel yang berisi cairan

yang dikeluarkan oleh tuba fallopi, bentuk ini disebut blastosit.

Lapisan terluar blastosit yaitu trofoblas berfungsi untuk menyerap

makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta),

sedang masa di dalamnya di sebut simpul embrio (embrionik knot)

yang merupakan calon janin. Dalam waktu kurang lebih 5-7 hari

blastosit berimplantasi di uterus. Hormon estrogen dan progesteron

merangsang pertumbuhan uterus, dinding endometrium menjadi

tebal, lunak, dan banyak mengandung pembuluh darah, serta


5

mengeluarkan sekret seperti air susu (uterin milk) sebagai makanan

embrio (Manurung, 2011).

c. Tahap Implantasi

Implantasi adalah proses insersi sel blastosis kedinding rahim,

enam hari setelah fertilisasi. Trofoblas menempel pada dinding uterus

dan melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini

melindungi kehamilan dengan menstimulasi produksi hormon

estrogen dan progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi.

Embrio telah kuat menempel setelah hari ke-12 dari fertilisasi,

selanjutnya akan terbentuk lapisan-lapisan embrio. Blastosis biasanya

berinsersi di dekat puncak rahim (fundus uteri), di bagian depan

maupun dinding belakang fundus uteri. Sel-sel yang berada dibagian

dalam dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi

embrio, sedangkan sel-sel bagian luar yang tertanam pada dinding

rahim akan membentuk plasenta (Manurung, 2011).

4. Tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan adalah sekumpulan tanda atau gejala yang

timbul pada wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan fisiologi

dan psikologi pada masa kehamilan (Jannah, 2012).

Menurut Jannah (2012), tanda-tanda kehamilan adalah :

a. Tanda yang tidak pasti

1) Amenorea

2) Mual dan muntah


6

3) Mammae menjadi tegang dan membesar

4) Keluhan sering buang air kecil

5) Konstipasi (sulit buang air besar)

6) Perubahan berat badan

7) Perubahan warna kulit

8) Anoreksia (tidak nafsu makan)

9) Varises (penekanan vena-vena)

b. Tanda kemungkinan hamil

1) Perubahan pada uterus

2) Tanda piscaseck (pembesaran uterus yang tidak simetris)

3) Tanda hegar (konsistensi rahim dalam keahamilan berubah

menjadi lunak)

4) Tanda goodel sign (konsistensi serviks menjadi lunak)

5) Tanda Chadwick (dinding vagina mengalami kongesti, warna

kebiru-biruan hal ini disebabkan karena pengaruh hormone

estrogen.

6) Tanda Braxton his (peregangan sel-sel otot uterus)

7) Reaksi kehamilan positif (planotest)

c. Tanda pasti kehamilan

1) Denyut Jantung Janin (DJJ)

2) Terasa gerakan janin (pada primigravida kehamilan18 minggu,

sedangkan pada multigravida kehamilan 16 minggu)

3) Teraba bagian-bagian janin


7

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Kehamilan

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gr

dan kapasitas 10 ml atau kurang, selama kehamilan uterus akan

berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,

plasenta dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

totalnya mencapai 5 bahkan dapat mencapai 20 atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram (Rukiyah, 2013).

2) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan volikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum

yang dapat di temukan di ovarium (Rukiyah, 2013).

3) Vagina dan perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas padakulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang

dikenal dengan tanda Chadwick (Rukiyah, 2013).

b. Perubahan metabolik

1) Sistem respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah

lebih kurang 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas

residua fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh


8

diafragma yang naik lebih kurang 4 cm selama kehamilan.

Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke-37 dan

akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah

persalinan (Rukiyah, 2013).

2) Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama, kandungan kemih akan tertekan

oleh uterus yang mulai mebesar sehingga menimbulkan sering

berkemih. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai

turun kepintu atas panggul, keluhanini akan timbul kembali

(Rukiyah, 2013).

3) System endoktrin

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,

sedangkan hormon endrotedion, dioksikortikosteron, aldosteron,

dan kortisol akan meningkat, sementara itu dehidroepiandrosteron

sulfat akan menurun (Rukiyah, 2013).

4) System musculoskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke

posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang

kearah dua tungkai (Rukiyah, 2013).


9

6. Perubahan Psikologis pada wanita hamil

Menurut Ajeng, N (2012) perubahan psikologis pada trimester


ketiga yaitu rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,
dan tidak menarik,merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir
tepat waktu, takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya, khawatir bayi akan dilahirkan
dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatirannya, merasa sedih akan terpisah dari bayinya, merasa
kehilangan perhatian, perasaan mudah terluka (sensitif) serta libido
menurun.
7. Perubahan-Perubahan Janin

Menurut winkjosastro (2012),Selama kehamilan berlangsung

terjadi proses perubahan pada janin sesuai dengan usia kehamilan antara

lain pada trimester kedua dan ketiga, perubahan tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin sekitar 340 gram dan

panjang 16-17 cm, ibu dapat merasakan gerakan bayi, sudah terdapat

mekonium dalam usus dan terdapat verniks pada kulit.

b. Pada usia kehamilan 28 minggu berat janin lebih sedikit dari satu

kilogram dan panjangnya 23 cm, ia mempunyai periode tidur dan

beraktivitas, merespon pada suara dan melakukan gerakan pernafasan.

c. Pada usia 32 minggu berat bayi 1,7 kg dan panjangnya 28 cm,

kulitnya telah mengerut dan testis telah turun pada skortum seorang

bayi laki-laki.
10

d. Pada usia kehamilan 60-40 minggu, jika ibunya mendapat gizi yang

cukup, kebanyakan bayinya antara 3 sampai 3,5 kg kg dan

panjangnya 45-52 cm

8. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda-tanda bahaya/komplikasi pada ibu dan janin selama

kehamilan antara lain: pada kehamilan muda terjadi perdarahan

pervaginam dan hiperemesis gravidarum, sedangkan kehamilan lanjut

yaitu: perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur,

bengkak di wajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan

janin tidak terasa serta nyeri perut yang hebat (Sulistyawati, 2012).

9. Tanda ketidaknyamanan pada masa kehamilan Trimester III

Menurut Rukiyah (2013), Tanda ketidaknyamanan pada masa

kehamilan Trimester III :

1) Nocturia

Dapat dikurangi atau dicegah dengan penjelasan tentang sebab

sebabnya, kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK, perbanyak

minum pada siang hari, jangan kurangi minum malam hari, kecuali

sangat menggangu.

2) Sakit kepala

Dapat dikurangi atau dicegah dengan biofeedback, teknik

relaksasi, memasasse leher dan otot bahu, penggunaan bungkusan

panas atau es ke leher, istirahat, mandi air hangat.


11

3) Edema dependen

Dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari posisi berbaring,

hindari posisi tegak untuk waktu lama, masa istirahat dalam posisi

terlentang samping kiri dengan kaki agak diangkat, angkat kaki ketika

duduk atau istirahat, latihan kaki ditekuk, hindari kaos kaki ketat.

4) Hemorroid

Dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari konstipasi,

gunakan kompres panas dan dingin, mandi sitz, dengan perlahan

masukkan kembali ke dalam rectum seperlunya.

5) Keputihan

Biasanya pada ibu trimester III kadang kala bisa mengalami

keputihan, karena adanya peningkatan dari lendir servik yang di

perlukan untuk pertahanan dari tubuh dalam menangkal infeksi pada

saluran reproduksi, selama keluarnya lendir tersebut tidak banyak,

tidak berbau busuk dan warnanya jernih ibu tidak perlu

mengkhawatirkan kondisinya cukup dengan sering mengganti celana

dalam dan gunakan dari bahan yang menyerap keringat.

6) Keringat bertambah

Karena meningkatnya metabolisme tubuh pada ibu hamil, maka

wanita hamil sering mengeluarkan keringat berlebihan bahkan kurang

sedap, ibu yang mengalami hal tersebut dianjurkan untuk sering mandi

dan menggunakan pakaian yang menyerap keringat.


12

7) Konstipasi

Dapat dikurangi atau dicegah dengan tingkatkan intake cairan

dan serat didalam diet, minum cairan dingin istirahat cukup, senam,

buang air teratur, BAB setelah ada dorongan.

8) Nyeri ligamentum

Dapat dikurangi atau dicegah dengan tekuk lutut ke arah

abdomen, mandi air hangat, pakai bantalan pemanas pada daerah yang

sakit,topang uterus dengan bantal dibawahnya.

9) Panas dalam

Dapat dikurangi atau dicegah dengan makan sedikit tetapi

sering, hindari makanan berlemak, kunyah permen karet.

10) Perut kembung

Dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari makanan yang

menghasilkan gas, mengunyah secara sempurna, senam secara teratur,

pertahankan kebiasaan BAB.

11) Pusing

Dapat dikurangi atau dicegah dengan bangun perlahan, hindari

berdiri terlalu lama, hindari berbaring dalam posisi supine.

12) Sakit punggung atas dan bawah

Dapat dikurangi atau dicegah dengan gunakan mekanisme

tubuh yang baik untuk mengangkat benda, gunakan BH yang pas

menompang, berlatih dengan mengangkat panggul, hindari


13

menggunakan sepatu berhak tinggi, gunakan kasur keras untuk tidur,

gunakan bantal untuk meluruskan punggung.

13) Varicositas pada kaki/vulva

Dapat dikurangi atau dicegah dengan meninggikan kaki,

berbaring pada posisi tegak lurus, kaki tidak bersilangan, hindari

duduk atau berdiri terlalu lama, istirahat dalam posisi berbaring miring

kekiri, senam, hindari pakaian ketat.

14) Sakit perut bagian bawah

Sakit perut bagian bawah disebabkan karena kepala bayi sudah

mulai masuk PAP dan cara meringankan yaitu kaki ditinggikan dengan

menggunakan pengganjal atau meletakkan bantal dibawah kaki.

15) Ngilu di pinggang hingga simpisis

Ngilu di pinggang hingga simpisis/nyeri punggung bawah

(Nyeri pinggang) merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area

lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat

intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini

merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur

tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang

membesar. Cara mengatasinya yaitu Tekuk kaki daripada

membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah

lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki yang

lain saat menekukan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat

bangkit dari proses setengah jongkok.


14

10. Kebutuhan Nutrisi Padamasa Kehamilan

Tujuan penatalaksanaan gizi pada ibu hamil adalah untuk mencapai

status gizi yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman,

melahirkan bayi yang potensi fisik dan mental yang baik. Berkaitan

dengan bertambahnya usia kehamilan, maka kebutuhan gizi ibu hamil

juga mengalami peningkatan. Bersamaan dengan meningkatnya berat

badan janin yang ada dalam kandungan (Sulistyawati, 2012)

Menurut Marmi (2013) peranan berbagai kelompok bahan

makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk

kerucut. Populer dengan istilah “Tri Guna Makanan”, yaitu :

1) Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian

2) Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah

3) Sumber zat pembangun, yaitu kacang kacangan, makanan hewani.

Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan 3 kali

sehari.

Menurut Sulistyawati (2012), bahwa kebutuhan gizi penting bagi

ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kebutuhan gizi bagi ibu hamil

Bahan gizi Kebutuhan


Trimester I Trimester II Trimester
III
Kalori (karbohidrat, 2140 kalori 2200 kalori 2020 kalori
dan lemak)
Protein 75 g 75 g 70 g
Kalsium 1,1 g 1,1 g 1,0 g
Besi 13 g 14 g 13 g
15

Sumber : (Sulistyawati, 2012)

Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan hanya dari makanan

tapi juga dari cairan. Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru,

mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur proses metabolism zat-zat

gizi, seta mempertahankan volume darah yang meningkat selama masa

kehamilan. Jika cukup mengonsumsi cairan, buang air besar lancar

sehingga terhindar dari sembelit serta resiko terkena infeksi saluran kemih.

Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari.

B. Diabetes Melitus Gestasional

1. Definisi

Diabetes gestasional merupakan salah satu dari beberapa tipe

diabetes, yang khusus dialami oleh ibu hamil, yang sebelumnya tidak

menderita diabetes. Pelacakan terhadap diabetes gestasional biasanya

dimulai saat memasuki trimester kedua, yakni antara minggu ke 24-28,

karena umumnya peningkatan kadar gula darah yang signifikan terdeteksi

pada minggu-minggu tersebut. Namun pada sebagian kecil kasus,

diabetes gestasional dapat terjadi lebih awal, dan berkolerasi erat dengan

dampak yang berat pada janin, seperti keguguran atau cacat berat pada

oragan utama janin, seperti pada otak dan jantung (Sari, 2013).

Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk

mempertahankan metabolisme karbohidrat yang normal. Jika tidak

mampu menghasilkan lebih banyak insulin, wanita hamil dapat


16

mengalami diabetes yang mengakibatkan perubahan metabolisme glukosa

(karbohidrat) dan metabolisme zat lain (Sari, 2013).

Saat kehamilan terjadi perubahan pada sistem hormon insulin kita.

Perubahan ini akibat dari meningkatnya produksi hormon-hormon

kehamilan, seperti estrogen-progesteron dan hormon Human Placental

Lactogen (HPL). HPL mempunyai efek diabetegonik pada tubuh kita,

yaitu efek yang akan menghambat kerja insulin dalam tubuh. Kerja

insulin yang dihambat akan menyebabkan gangguan dalam proses

pemecahan gula dalam darah, dan konsekuensinya terjadi penumpukan

gula dalam darah. Penumpukan gula dalam darah ini yang akan

meningkatkan kadar gula darah, yang akhirnya akan menimbulkan

penyakit diabetes dalam kehamilan (Rahmatullah, 2019)

Kadar glukosa dalam darah wanita hamil berpengaruh pada kondisi

janin dalam kandungannya. Hal ini disebabkan plasenta melintasi glukosa

dengan mudah. Plasenta merupakan saluran yang mengalirkan zat-zat

makanan dari ibu kepada janin melalui aliran darah. Pada kondisi

diabetes, makanan dipecah seperti biasanya tetapi karena tubuh

kekurangan insulin atau insulin bekerja dengan semestinya, kelebihan

glukosa tidak bisa disimpan tetapi menumpuk didalam aliran darah.

Ketika glukosa meningkat diatas kadar tertentu sisanya akan dibuang

kedalam urin melalui ginjal (Aji, YK., 2010)

Kadang-kadang diabetes melitus ditemukan pertama kali selama

kehamilan dan berkembang pada stadium kehamilan selanjutnya.


17

Penelitian pada King’s College Hospital menunjukan bahwa aliran dara

utero-plasental pada kehamilan yang mengalami diabetes terdapat

peningkatan kecepatan aliran darah aorta janin yang berhubungan dengan

derajat perkembangan makrosomia (janin berukuran besar). Dampaknya

pada janin kurang baik jika tidak ditangani dengan benar (Aji, YK.,

2010).

Selain itu juga dapat menimbulkan komplikasi lain, seperti

hidramnion, gangguan pernafasan bayi, makrosomia, kematian janin,

gawat janin, dan kelainan bawaan. Semakin berat diabetes, semakin besar

penyakit komplikasi yang diderita ibu selama kehamilan (Aji, YK.,

2010).

2. Penyebab Diabetes Gestasional

Diantara proses yang diduga menyebabkan lonjakan kenaikan gula

darah pada saat hamil adalah pengaruh plasenta janin terhadap kerja

hormon insulin. Sebagaimana lazim diketahui, plasenta menghasilkan

hormon-hormon yang menunjang tumbuh kembang janin. Namun disisi

lain plasenta juga memproduksi hormon untuk mencegah penurunan

drastis kadar gula darah ibu, dengan cara menghambat kerja hormon

insulin ibu. Akibatnya, jumlah insulin yang dibutuhkan untuk

memasukkan zat gula kedalam sel-sel tubuh ibu adalah meningkat hingga

mencapai tiga kali lipat kebutuhan normalnya. Apabila tubuh ibu tidak

mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan, maka zat gula


18

akan lebih banyak menetap dalam darah, dan terjadilah yang disebut

diabetes gestasional (Sari, 2013)

3. Patofisiologi

Menurut Wagiyo & Putrono (2016), Pada Diabetes Mellitus

Gestasional selain terjadi perubahan-perubahan fisiologi, akan terjadi

suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin menjadi tidak optimal.

Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin.

Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar

gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana

sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal

(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu

terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janinjuga mengalami gangguan

metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,

hiperbilirubinemia, dan sebagainya) (Wagiyo & Putrono, 2016).

Jika pada pemeriksaan berat badan ditemukan bayinya besar sekali,

maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36-38 untuk mencegah

terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam

pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis

penyakit dalam (Wagiyo & Putrono, 2016).

4. Klasifikasi

Menurut Wagiyo & Putrono (2016), pada diabetes mellitus

gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si ibu, yaitu memang


19

telah menderita sejak sebelum hamil atau saat hamil. Klasifikasi diabetes

mellitus gestasional ada 3 macam yaitu:

1. Kelas I Gestasional diabetes : diabetes yang timbul pada waktu hamil

dan menghilang setelah melahirkan.

2. Kelas II Pregestasional diabetes : mulai sejak sebelum hamil dan

berlanjut setelah hamil.

3. Kelas III Pregestasional diabetes yang disertai komplikasi penyakit

pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pembuluh

darah panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil

yang menderita diabetes termasuk kedalam kategori diabetes melitus

gestasional.

5. Diagnosis

Menurut Wagiyo & Putrono (2016), diagnosis diabetes mellitus

gestasional:

a. Gejala klasik diabetes mellitus ditambah gula darah sewaktu ≤ 200

mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada

suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak

mendapat kalori tambahan sedikitya 8 jam.

6. Tanda-tanda penyakit diabetes gestasional

Diabetes dalam kehamilan biasanya mudah dikenali dengan

beberapa gejala yang sering terjadi dalam kehamilan seperti mudah haus,

buang air kecil meningkat, dan mudah lelah. Walaupun kadang gejala ini
20

sering kita jumpai pada kehamilan normal. Selain itu, karna terjadi

penumpukan gula dalam tubuh maka yang terjadi pada bayi adalah

pertumbuhan berat badan bayi yang lebih besar daripada usia kehamilan.

Sehingga sering ditemukan kasus Giant Baby, yaitu bayi lahir dengan

berat badan lebih dari 4 kilogram (Rahmatullah, 2019)

7. Faktor Resiko Ibu Hamil Dengan Diabetes Mellitus Gestasional

Menurut Kurniawan, F (2017), Faktor Resiko Ibu Hamil Dengan

Diabetes Mellitus Gestasional adalah :

a. Usia saat hamil yang lebih tua

b. Kegemukan (obese/overweight)

c. Kenaikan berat badan yang berlebihan pada saat hamil

d. Riwayat diabetes mellitus dari keluarga

e. Riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan sebelumnya

f. Riwayat stillbirth (kematian bayi dalam kandungan)

g. Riwayat melahirkan bayi dengan kelainan congenital.

h. Glukosuria (kadar gula berlebih dalam urin) saat hamil

i. Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram)

8. Pengaruh diabetes terhadap ibu dan janin

Menurut Sari (2013), pengaruh diabetes terhadap ibu dan janin adalah

sebagai berikut :

a. Pada ibu

Sebagaimana diabetes pada umumnya, gejala awal gangguan ini

tidak langsung dirasakan oleh ibu yang mengalaminya. Seringkali


21

gejala yang timbul menyerupai keluhan umum pada kehamilan

normal, seperti mudah lelah, mudah haus, dan lebih sering berkemih.

Namun meski gejala yang ditimbulkannya tergolong rigan, dampak

gestasional terhadap kesehatan ibu secara keseluruhan tidak dapat

dianggap remeh. Diantaranya adalah:

1) Peningkatan resiko persalinan prematur

2) Peningkatan resiko mengalami preeklamsia dan eklamsia

khususnya pada trimester akhir kehamilan

3) Peningkatan resiko menderita diabetes tipe 2 waktu mendatang

4) Peningkatan resiko menderita diabetes mellitus pada kehamilan

selanjutnya

5) Jika bayi memiliki berat diatas batas normal,ibu beresiko untuk

mengalami kesulitan saat persalinan, seperti persalinan lama,

robekan jalan lahir, perdarahan, dan robekan rahim pada ibu yang

sebelumnya menjalani persalinan caesar.

b. Pada janin

Selain berdampak pada ibu, diabetes gestasional juga

memberikan pengaruh kurang baik bagi tumbuh kembang janin

didalam rahim.

Diatara dampaknya adalah:

1) Bayi besar (makrosomia), yang menyebabkan kesulitan pada

kehamilan tahap lanjut dan persalinan. Bayi makrosomia dapat

didefinisikan sebagi bayi dengan berar lahir diatas 4000-4500


22

gram, berapapun usia kehamilannya saat dilahirkan. Bayi

makrosomia beresiko mengalami cedera saat lahir melalui

persalinan per vaginam., seperti cedera bahu, patah tulang, dan

cedera atau kelumpuhan saraf. Oleh karena itu, penanganan

persalinan untuk bayi makrosomia hampir selalu memerlukan

operasi.

2) Bayi beresiko mengalami hipoglikemia saat lahir. Jika tidak cepat

ditangani, bayi dapat menderita kejang.

3) Bayi beresiko lebih besar untuk mengidap gangguan toleransi

glukosa dan diabetes di usia dewasa

4) Bayi beresiko menderita obesitas pada masa kanak-kanak

5) Bayi beresiko mengalami sindrom distres pernafasan saat lahir,

baik pada kondisi prematur matur

6) Bayi beresiko mengalami hiperbilirubinemia

7) Bayi beresiko mengalami gangguan pencapaian intelektual

(gangguan intelegensia).

9. Penanganan diabetes gestasional

Penanganan diabetes gestasional secara umum memiliki kemiripan

dengan penanganan diabetes tipe lainnya (sari, 2013). Langkah-langkah

penanganan tersebut meliputi:

a. Terapi Non-farmakologi

1) Penurunan berat badan ditujukan bagi wanita dengan IMT > 27

2) Diet
23

Ibu hamil penderita diabetes gestasional sangat dianjurkan

untuk mendapatkan pengarahan mengenai diet sehat oleh ahli gizi

yang kompeten mengenai diabetes. Bahan makanan diutamakan

yang memiliki kandungan serat dan mikronutrien tinggi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil tanpa meningkatkan gula

darahnya secara signifikan.

a) Diet rendah kalori

Untuk menurunkan berat badan penderita diabetes yang gemuk


(obesitas) yang kemudian di ikuti dengan diet untuk
mempertahankan berat badan agar tidak naik lagi.

Tabel 2. Delapan katagori diet dan kalori yang dibutuhkan


Katagori Kalori Protein(g) Lemak(g) Karbohirat(g)
1 1.100 50 30 160
2 1.300 55 35 195
3 1.500 60 40 225
4 1.700 65 45 260
5 1.900 70 50 300
6 2.100 80 55 325
7 2.300 85 65 350
8 2.500 90 65 390

Keterangan:
Diet 1-3 : Diberikan kepada penderita sangat gemuk (IMT>27)

Diet 4-5 : Diberikan pada penderita dengan berat badan normal

(IMT : 18,5-27)
24

Diet 6-8 : Diberikan kepada penderita kurus, diabetes dengan

komplikasi (IMT<18)

b) Diet bebas gula

Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung

gula seperti :

(1) Gula murni, seperti terdapat pada gula pasir, gula jawa,

dan sirup

(2) Madu, selai, manisan, jeli, permen, coklat, susu kental

manis, minuman botol ringan, dan ice cream, biskuit, roti

manis, dodol

(3) Susu fullcream yang dikonsumsi secara berlebihan

(4) Snack yang mengandung gula dan pemanis buatan yang

tinggi kalori

(5) Puding, sari buah, dan buah-buahan yang dikalengkan

dalam larutan sirup

Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang tidak terlalu

merangsang produksi kadar gula secara berlebihan, seperti

makanan berserat tinggi merupakan makanan yang mempunyai

kandungan karbohidrat cukup rendah, tetapi tetap

mengenyangkan. Diet yang kaya akan serat telah digunakan

untuk mengatasi diabetes melitus dengan cara memperlambat

penyerapan karbohidrat sehingga kadar gula darah tetap

terkontrol. Berikut makanan yang kaya akan serat :


25

(1) Sayur-sayuran (buncis, wortel, toege/kecambah, sawi,

bayam)

(2) Buah-buahan (apel, jeruk, mangga, dan buah-buahan lain)

yang kaya akan serat

(3) Roti yang terbuat dari gandum. Gandum mengandung

kulit ari yang kaya akan serat

(4) Sumber protein nabati (tempe, tahu, kedelai, dan lain-lain)

mengandung protein dan serat. Sumber protein hewani

seperti telur dan ikan

(5) Sumber lemak (kacang-kacangan) baik untuk dikonsumsi.

Sumber lemak hewani (daging sapi, ayam dan kambing).

3) Olahraga

Ibu hamil dianjurkan untuk berolah raga minimal 30 menit

setiap harinya, seperti jalan kaki, jalan cepat, berenang, bersepeda,

dan lain-lain.

b. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis dipertimbangkan diberikan setelah 1-2

minggu terapi non-farmakologis gagal menurunkan kadar gula darah

ibu, atau pemeriksaan USG menunjukkan tahap awal makrosomia

pada janin.

Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan

insulin reguler, analog insulin aksi cepat, dan/atau obat-obatan

antidiabetik oral selama kehamilan. Yang perlu digarisbawahi dalam


26

terapi farmakologis ini adalah bersifat spesifik untuk masing-masing

penderita, sehingga dosisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan

individual.

Sebagai penutup, dapat kita katakan bahwa diabetes

gestasional merupakan salah satu gangguan kesehatan khas pada

kehamilan yang memerlukan perhatian dan penanganan yang cermat,

agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga, dan terhindar dari beragam

komplikasi yang diakibatkannya.

10. Terapi Insulin

Penderita yang sebelum kehamilannya memerlukan insulin

diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan

sampai didapatkan data-data perlu ditambah atau dikurangi. Terapi

insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association

(1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah

puasa dibawah 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah

dibawah 120 mg/dl (Detiana, 2010).

Terapi insulin dapat diberikan secara subkutan, baik yang hanya

membutuhkan insulin basal maupun insulin prandial. Dosis harian total

dapat dimulai dengan 0.3 unit insulin per kilogram berat badan.

Setengahnya diberikan dalam bentuk insulin basal dan setengahnya lagi

diberikan dalam bentuk insulin prandial. Obat antidiabetik selain insulin

kurang dianjurkan untuk penderita diabetik yang dirawat dirumah sakit


27

karena kesulitan dalam hal penyesuaian dosis untuk mecapai sasaran

pengobatan, terutama bagi penderita penyakiti kritis (Suastika, 2017).

11. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Wagiyo & Putrono (2016) penatalaksanaan untuk ibu

hamil yang mengalami diabetes gestasional adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan data dasar awal dan mempertahankan pencacatan serial

hasil-hasil pemeriksaan selama kehamilan.

b. Memberikan konseling kepada klien dan keluarga mengenai diabetes

gestasional

1) Kaji pemahaman klien tentang Diabetes Gestasional dan

implikasinya terhadap kehidupan sehari-hari.

2) Jika diperlukan, jelaskan efek-efek diabetes gestasional pada ibu

dan janin

3) Tegaskan perlunya pemeriksaan laboratorium minimal 2 kali

selama hamil dan tindak lanjut untuk ibu dan janin, misalnya

untuk mencegah infeksi dan mencegah kemungkinan komplikasi

lainnya.

4) Diskusikan dan demonstrasikan penyuntikan insulin sendiri

5) Demontrasikan cara melakukan pemantauan mandiri kadar

glukosa darah.

6) Tegaskan pentingnya membuat catatan setiap hari meliputi kadar

glukosa darah, asupan makanan, dan dosis insulin.

7) Diskusikan kemungkinan komplikasi dan penatalaksanaannya


28

a) Ketoasidosis diabetik adalah gangguan multisistem yang

disebabkan oleh hiperglikemia dengan kadar glukosa plasma

melebihi 350 mg/dL

b) Hipoglikemia adalah gangguan yang disebabkan terlalu

banyak insulin, tidak memadainya makanan, kelebihan

latihan, diare, atau muntah.

ii) Diskusikan penatalaksanaan hipoglikemia dengan

pemberian 12 ons cairan sari buah jeruk (atau 20 gram

karbohirat) dan tunggu 20 menit sebelum mengulang

prosedur tersebut

iii) Laporkan kejadian tersebut pada petugas kesehatan

segera mungkin

8) Jelaskan perlunya melakukan evaluasi lanjutan selama periode

pascapartum sampai kadar glukosa dalam darah dalam batas

normal.

c. Mengatur klien berkonsultasi dengan ahli diet untuk membahas diet

diabetik yang disarankan untuk memastikan asupan kalori.

d. Memenuhi kebutuhan emosional dan psikososial. Intervensi dengan

tepat untuk mengurangi kecemasan karena diabetes

e. Menyiapkan klien untuk pengkajian intrapartum yang sering dan

intensif, yang meliputi:

1) Pemantauan janin

2) Infus glukosa, insulin, dan oksitosin intravena


29

3) Evaluasi apakah ada diabetik ketoasidosis (tanda dan gejala

meliputi perubahan tingkat kesadaran, bunyi nafas yang berat,

ketonuria)

4) Pemantauan jantung secara invasif

f. Mengidentifikasi dan merujuk kekelompok pendukung dan sumber

yang tersedia untuk klien dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai