Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ANC

DI SUSUN OLEH
Ni Putu Winda Puspa Dewi
2022207209480

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN NORMAL (ANC)

a. Definisi
Kehamilan normal adalah keadaan ibu sehat, tidak ada riwayat obstetrik
buruk, ukuran uteruss sesuai dengan usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal (Saifudin, 2012).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2012).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri
dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi ( implantasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu :
1. Trimester pertama dari 0 sampai 12 minggu
2. Trimester kedua dari kehamilan 13 minggu sampai 28 minggu
3. Trimester ketiga dari kehamilan 29 minggu sampai 40 minggu (Saifuddin,
2012).
b. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida
oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah
dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan :
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.
(Mochtar, 2010)
c. Tanda dan gejala, klasifikasi
Tanda-tanda kehamilan adalah sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada
wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan fisiologis dan psikologi pada
masa kehamilan (Nugroho, 2014).
1. Tanda Dugaan Kehamilan
Menurut Manuaba (2012), untuk dapat mengatakan kehamilan ditetapkan
dengan melakukan penelitian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan,
yaitu sebagai berikut:
a) Amenore
Pada wanita hamil terjadi kosepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak
terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi. Hal ini menyebabkan
terjadinya amenore pada seseorang wanita yang sedang hamil. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan
Neagle dapat di tentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan
menambah tujuh pada hari, memgurangi tiga pada bulan dan menanba
satu pada tahun.
b) Mual dan Muntah
Pengaruh ekstrogen dan progesteron menyebabakan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan muntah di pagi hari disebut
morning sickness. Dalam batas yang fisilogis keadaan ini dapat diatasi.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang di
inginkan disebut ngidam.
d) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara Tegang
Pengaruh hormon ekstrogen, progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f) Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah
menghilang.
g) Konsipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat.
h) Pigmentasi Kulit
Peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. Terdapat
Pigmentasi kulit di sekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada dinding
perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra semakin
menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi pada bagian
areola mammae, puting susu makin menonjol.
i) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi saat kehamilan.
j) Varices
Karena pengaruh dari hormon ekstrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama pada mereka yang
mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah menghilang setelah
persalinan.
2. Tanda kemungkinan Kehamilan
a) Uterus Membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada
pemeriksaan dalam diraba bawah uteruss membesar dan makin lama
makin bundar bentuknya (Manuaba, 2012).
b) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daera ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus terjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau
kita letakan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada
dinding perut di atas simpisis,maka ismu ini teraba seolah-olah korpus
uteri sama sekali terpisa dari uteruss (Wiknjosastro, 2014).
c) Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsiopun tampak
livide, hal ini disebabakan oleh pengaruh hormon ekstrogen (Ibnu,
2014).
d) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah indung telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menebabkan uteruss membesar ke salah satu jurusan pembesaran
tersebut (Nugroho, 2014).
e) Tanda Braxton Hicks
Bilah uteruss dirangsang akan mudah berkontraksi. Walaupun palpasi
atau pemeriksaan dalam uteruss yang tadinya lunak akan menjadi keras
kerena kontraksi. Tanda ini keras untuk uteruss dalam masa kehamilan
(Astuti, 2012).
f) Goodell Sign
Di luar kehamilan kosistensi servik keras, kerasnya seperti kita merasa
ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak dalam perabaan
selunak bibir atau ujung bawah daun telinga (Marmi, 2014).
g) Reaksi Kehamilan
Positif Cara khas yang di pakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan mudah adalah air kencing
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membentu menentukan
diagnosa kehamilan sedini mungkin (Manuaba, 2012)
3. Tanda Pasti Kehamilan
Menurut Sifudin (2010), Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba
juga bagian janin:
a) Didengar dengan stetoskop-monoral laennec
b) Dicatat dan di dengar oleh alat doplerc.
c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
d) Dilihat pada ultrasonograf
e) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen
d. Patofisiologi
Untuk mempelajari proses konsepsi sebaiknya terlebih dahulu
memahami ovum dan sperma.
1. Ovum
 Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus haid
dan akan habis jika sudah masuk masa menopause
 Ovum mempunyai waktu hidup 24 – 28 jam setalh di keluarkan dari
ovarium
 Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis
 Mempunyai diameter 0,1 mm, di tengah tengahnya dijumpai nucleus,
terapung – apung dalam sitoplasma yang kekuning – kuningan yakni
vitelus. Vitelus banyak mengandung karbohidrat dan asam amino.
 Mempunyai lapisan pelindung sel – sel granulosum / korona radiata
dan zona pelusida, didalam zona ini terdapat ruang perivitelina, dan
tempat benda – benda kutub. Bahan – bahan dari sel korona radiata
dapat disalurkan ke ovum melalui saluran halus di zona pelusida.
Jumlah sel korona radiata dalam perjalanan ovum di ampul tuba makin
berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada
waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat
pembuahan umum terjadi.
2. Sperma
 Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut
spermatogenesis
 Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum
dan tetap berproduksi meskipun pada lansia
 Kemampuan fertilisasi selama 2 – 4 hari, rata – rata 3 hari
 Terdapat 100 juta sperma pada setiap mili liter air mani yang
dihasilkan, rata – rata 3 cc tiap ejakulasi.
 Pada spermatozoa di temukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah mennembus dinding ovum
karenadapat mengeluarkan enzim hialuroidase untuk melunakkan
korona radiate atau sel – sel granulosa
 Mempunya morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh kromosom
dan membrane plasma. Leher : menghubungkan kepala dengan bagian
tengah. Ekor : panjangnya kurang lebih 10 kali bagian kepala dan
dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Secara garis besar, proses kehamilan melputi beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Fertilisasi
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung di ampul tuba (sarwono 2009). Saat terjadi
ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ reproduksi
pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk keoargan
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi bebebrapa
rintangan antara lain lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks
yang kental, panjang uterus, serta silia yanga ada di tuba fallopi. Untuk
menghadapi rintangan tersebut sperma harus mempunyai akrosom
yang melewati proses kapasitasi. Sedangakan ovum akan di keluarkan
dari ovarium sebanyak satu dalam tiap bulan, ditangkap oleh fimbrae
dan berjalam menuju tuba fallopi. Tempat bertemu ovum dan sperma
paling sering adalah di daerah ampul tuba. Adapun proses fertilisasi
meliputi :
- Penetrasi spermatozoa ke dalam ovum
Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi
mampumelakukan penetrasi membrane sel ovum. Untuk mencapai
ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan del di
luar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein
ekstraseluler) , yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah
ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu sperma. Suatu molekul
kompleks khusus di permukaan kepala sperma mengikat ZP3
glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom
untuk mengaluarkan enzim yang membantu spermatozoa
menembus zona pelusida, pada saat yang bersamaan terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder)
berdifusi denganmembran plasma sel, sehingga enzim di dalam
granula – granula dikeluarkan secara eksitosis ke zona pelusida.
Hal ini yang menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan
satu sama lain membentuk suatu materi keras dan tidak dapat di
tembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum di buahi
lebih dari satu sperma.
- Fusi spermatozoa dan ovum
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran
nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya
seluruh mitokondria mnusia berasal dari ibu. Masuknya
spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang
masihdalam metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya
(miosis ke II / anafase). Sesudah anaphase kemudian telofase, dan
benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang
hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus
spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang
haploid.
- Fusi materi genetic
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk
zigotyang terdiri atas bahan genetic dari perempuan dan laki – laki.
Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom
dan 2 kromosom kelamin. Pada laki – laki satu X dan satu Y.
sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai
22 kromosom otosom dan 1 kromosom X, dan suatu spermatozoa
mempunyai 22 kromosom otosom dan 1 kromosom X atau Y.
zigot yang memeliki 44 kromosom otosom dan 2 kromosom X
akan tumbuh menjadi janin perempuan, namun bila memeliki 44
kromosom otosom dan 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan
tumbuh menjadi janin laki – laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembentukan zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum
mengandung bnyak asam amino dan enzim. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula. Energy pembelahan ini diperoleh dari vilitelus,
sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh
morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan kata
lain besar hasil konsepsi tetap sama. hasil konsepsi ini akan disalurkan
ke pars ismika danpars interstisisalis tuba dan terus di salurkan kea rah
cavum uteri.
2. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam
endometrium. Hasil konsepsi menanamkan dirinya dalam bentuk
blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah
trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell yang
berkembang menjadi plasenta. Blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblas, sejak trofoblas terbentuk, produksi hCG
dimulai. Trofoblas mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel –
sel desidua. Blastula dengan bagian yang berisi inner cell mass akan
mudah masuk ke desidua, menyebabakan luka kecil yang kemudian
sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya, terkadang nidasi terjadi
sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman). Sel desidua
mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.
Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan
endometrium. Di suatu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasi
yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas
dengan mengeluarkan cyrokine dan protease. Keberhasilan nidasi dan
plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara
trofoblas dan endometrium.
Setelah bernidasi erat kurang lebih 10 hari setelah fertilisasi, maka
akan dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin :
1. Masa preembrionik
Berlangsung selama 2 minggu setelah fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai nidasi, kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama ectoderm, endoderm dan mesoderm
2. Masa embrionik
Berlangsung sejak 2 – 8 minggu, sistim utama di dalam tubuh
tekah ada dalam bentuk rudimenter (mengecil, menciut dan
akhirnya menghilang). Seringkali deisebut masa oogenesis atau
masa pembentukan organ.
3. Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke – 8 sampai bayi lahir.
3. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12 – 18 minggu setelah
fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,
trofoblas invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluha darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yakni ruangan yang
berisi darah maternal dari pembuluh darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruang – ruang
interviler dimana vili korialis seolah – olah terapung diatas ruangan
tersebut sampai terbentuk plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dapat diidentivkasi
dan dimulai pembentukan fili korialis. Sirkulasi darah janin ini
berakhir di lengkung kaplier di dalam vili corialis yang ruang
interfilinya dipenuhi dengan darah maternal yangdipasok oleh arteri
spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis akan
tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta
PATHWAY TRIMESTER I
PATHWAY TRIMESTER II
PATHWAY III
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu merupakan juga untuk mempersiapkan
calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
2. Pemeriksaan kadar haemoglobin
Pemeriksaan kadar haemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia
atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kadungan (Depkes RI,
2009).
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan trimester ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah
satu indikator terjadinya pereklampsia pada ibu hamil.
4. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
5. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan resiko tinggi dan
ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sendiri
sedini mungkin pada kehamilan. Untuk mendeteksi ada tidaknya sifilis, di
mana selain berakibat buruk pada penderita, jenis penyakit ini dapat
ditularkan kepada janin dan dapat mengakibatkan cacat serta kematian pada
janin. Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses
kehamilannya dan janin yaitu : Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16
kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat
menembus barier plasenta, kelahiran mati dan partus prematurus, bayi lahir
dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki,
serta kelainan mulut dan gigi (Manuaba, Ida Bagus. 2007)
6. Pemeriksaan HBsAG
Sebuah studi telah menunjukkan bahwa infeksi Hepatitis B kronis
dapat menyebabkan diabetes mellitus gestasional, perdarahan antepartum, dan
meningkatkan resiko persalinan prematur. Ibu dengan komplikasi fungsi hati
yang abnormal, rentan terhadap pendarahan pasca persalinan, infeksi nifas,
bayi dengan berat badan rendah, gawat janin, kelahiran premature, dan
kematian janin (Han, et al. 2012). Wanita hamil yang terinfeksi virus
Hepatitis B berbeda dengan populasi umum, dan perlunya
mempertimbangkan masalah khusus yang dapat terjadi pada wanita hamil,
seperti efek infeksi virus hepatitis B pada ibu dan janin, efek kehamilan
terhadap replikasi virus Hepatitis B, pertimbangan memperoleh terapi
antiretroviral HBV selama kehamilan, dan masalah khusus lainnya
(Dunkelberg, et al. 2014).
7. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV (Depkes RI, 2009).
8. Tatalaksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan
(Pantikawati dan Saryono,2012)
9. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi : Kesehatan ibu, Prilaku Hidup Bersih dan Sehat, Peran suami
sebagai pendamping dalam proses persalinan, tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas, asupan gizi seimbang, Keluarga berencana
dan Inisiasi menyusui dini
f. Penatalaksanaan
Standar pelayanan antenatal care berfungsi untuk memberikan pelayana kepada
ibu hamil. Standar pelayanan antenatal care ini di kenal dengan 10T yang sudah
di rekomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak 2009. Standar 10T adalah:
1. T1 (Timbang Berat badan dan Ukur tinggi badan)
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri,
karenahubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat
badan ibu hamilyang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum
hamil
Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145
cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan
pada saat persalinan
2. T2 (Pemeriksaan tekanan darah)
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untukmelakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi
3. T3 (Nilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas) :
4. T4 (Ukur tinggi fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secaradini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intrauterin, tinggi fundusuteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi
terhadap terjadinya molahidatidosa, janinganda atau hidramnion
5. T5 (Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin)
6. T6 (Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila di
perlukan)
7. T7 (Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan)
8. T8 (Tes laboratorium (umum dan khusus)
9. T9 (Tatalaksana kasus)
10. T10 (Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan)
g. Masalah keperawatan dan data pendukung
Trimester 1
MASALAH
NO DATA PENDUKUNG
KEPERAWATAN
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal .
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
1 Nafsu makan menurun . Defisit Nutrisi b.d. Nausea
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
2 6. Membran mukosa kering Hipovolemia b.d Nausea
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Gejala dan Tanda Mayor.
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia. Ansietas
3
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak
berdaya. Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Trimester 2
NO DATA PENDUKUNG MASALAH KEPERAWATAN
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
1 Gejala dan Tanda Minor Nyeri akut
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
2 Gejala dan Tanda Mayor Inkontinensia Urin
Subjektif
1. Tidak mengalami sensasi berkemih
2. Dribbling
3. Sering buang air kecil
4. Hesitnacy
5. Nokturia
6. Enuresis
Objektif
1. Volume residu urin
meningkat Gejala dan Tanda
Minor Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea.
bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
3 Gejala dan Tanda Minor : Pola Napas Tidak
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
Ekskursi dada berubah
Trimester 3
NO DATA PENDUKUNG MASALAH KEPERAWATAN
1 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
1. frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi sehat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Intoleransi Aktivitas
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi
istirahat
2. Gambaran EKG menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
2 Gejala dan Tanda Mayor
1. Perubahan irama jantung : Palpitasi.
2. Perubahan preload : lelah.
3. Perubahan afterload : Dispnea.
4. Perubahan kontraktilitas : Paroxysmal
nocturnal dyspnea (PND); Ortopnea;
Batuk. Gejala dan Tanda Mayor
1. Perubahan irama jantung
:Bradikardial / Takikardia. Gambaran EKG
aritmia atau gangguan konduksi.
2. Perubahan preload : Penurunan Curah Jantung
Edema, Distensi vena jugularis, Central
venous pressure (CVP) meningkat/menurun,
Hepatomegali.
3. Perubahan afterload. Tekanan darah
meningkat / menurun. Nadi perifer teraba
lemah. Capillary refill time > 3 detik.
Oliguria. Warna kulit pucat dan / atau
sianosis.
4. Perubahan kontraktilitas . Terdengar suara
jantung S3 dan /atau S4. Ejection fraction
(EF) menurun.
3 Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea.
bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
Gejala dan Tanda Minor : Pola Nafas Tidak Efektif
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif :
8. Pernapasan pursed-lip.
9. Pernapasan cuping hidung.
10. Diameter thoraks anterior
posterior meningkat
11. Ventilasi semenit menurun
12. Kapasitas vital menurun
13. Tekanan ekspirasi menurun
14. Tekanan inspirasi menurun
15. Ekskursi dada berubah

h. Diagnosa, Tujuan, Intervensi, Rasional Keperawatan (minimal 3 diagnosa)


Diagnosa: Defisit Nutrisi b.d. Nausea
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:
keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi  Untuk mengetahui status
membaik dengan kriteria  Identifikasi alergi dan nutrisi
hasil: intoleransi makanan  Untuk mengidentifikasi
 Porsi makan yang  Identifikasi makanan yang apakah ada alergi terhadap
dihabiskan meningkat disukai makanan sehingga
 Berat badan membaik  Identifikasi kebutuhan meminimalkan resiko
 Indeks massa tubuh kalori dan jenis nutrien  Agar pasien tertarik untuk
(IMT) membaik  Monitor asupan makanan makan
 Frekuensi makan  Monitor berat badan  Agar kebutuhan kalori
meningkat Terapeutik pasien dan jenisnya
 Nafsu makan meningkat  Lakukan oral hygiene diketahui
 Perasaan cepat kenyang sebelum makan, jika perlu  Agar makanan terkontrol
meningkat  Fasilitasi menentukan  Agar mengetahui
pedoman diet (mis: perubahan berat badan
piramida makanan) Terapeutik
 Sajikan makanan secara  Agar nafsu makan
menarik dan suhu yang meningkat
sesuai  Agar pasien dapat
 Berikan makanan tinggi menentukan makanan
serat untuk mencegah yang sesuai dan tepat
konstipasi  Agar meningkatkan nafsu
 Berikan makanan tinggi makan pasien
kalori dan tinggi protein  Agar tidak terjadi
 Berikan suplemen konstipasi
makanan, jika perlu  Agar pasien mendapatkan
Edukasi makanan yang tinggi
 Ajarkan diet yang kalori dan protein
diprogramkan  Agar nafsu makan
Kolaborasi meningkat
 Kolaborasi pemberian Edukasi
medikasi sebelum makan  Agar pasien tau diet yang
(mis: Pereda nyeri, tepat
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi  Agar tidak terjadi penyulit
untuk menentukan jumlah saat makan
kalori dan jenis nutrien  Agar tau gizi yang pas
yang dibutuhkan, jika perlu untuk pasien

Diagnosa: Hipovolemia b.d. Nausea


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia Observasi
keperawatan 3x24 jam Observasi  Untuk mengetahui
diharapkan status cairan  Periksa tanda dan gejala frekuensi nadi meningkat,
membaik dengan kriteria hipovolemia (mis: nadi teraba lemah, tekanan
hasil: frekuensi nadi meningkat, darah menurun, tekanan
 Kekuatan nadi nadi teraba lemah, tekanan nadi menyempit, turgor
meningkat darah menurun, tekanan kulit menurun, membran
 Output urin meningkat nadi menyempit, turgor mukosa kering, volume
 Membran mukosa kulit menurun, membran urin menurun, hematokrit
lembab meningkat mukosa kering, volume meningkat, haus, lemah
 Ortopnea menurun urin menurun, hematokrit  Untuk mengetahui balance
 Dispnea menurun meningkat, haus, lemah) cairan
 Paroxysmal nocturnal  Monitor intake dan output Terapeutik
dyspnea (PND) menurun cairan  Untuk mengetahui
 Edema anasarka
menurun Terapeutik kebutuhan cairan dan
 Edema perifer menurun  Hitung kebutuhan cairan balance cairan
 Frekuensi nadi membaik  Berikan posisi modified  Agar tidak ada cairan yang
 Tekanan darah membaik Trendelenburg keluar saat mual
 Turgor kulit membaik  Berikan asupan cairan oral  Agar kebutuhan cairan
 Jugular venous pressure Edukasi mencukupi
membaik  Anjurkan memperbanyak Edukasi
 Hemoglobin membaik asupan cairan oral  Agar pasien mendapatkan
 Hematokrit membaik  Anjurkan menghindari cairan yang sesuai dan
perubahan posisi mendadak tepat sesuai kebutuhan
Kolaborasi  Agar tidak terjadi mual
 Kolaborasi pemberian muntah
cairan IV isotonis (mis: Kolaborasi
NaCL, RL)  Agar kebutuhan cairan
 Kolaborasi pemberian terpenuhi dan sesuai
cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian
cairan koloid (albumin,
plasmanate)
Diagnosa: Ansietas b.d. Defisit Pengetahuan akan Kehamilan
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas Observasi:
keperawatan 3x24 jam Observasi  Untuk mengetahui kondisi
diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat psikologis pasien
menurun dengan kriteria hasil: ansietas berubah (mis:  Untuk mengetahui apakah
 Verbalisasi kebingungan kondisi, waktu, stresor) pasien dapat mengambil
menurun  Identifikasi kemampuan keputusan atau tidak
 Verbalisasi khawatir mengambil keputusan  Untuk mengetahui tanda
akibat kondisi yang  Monitor tanda-tanda dan gejala ansietas
dihadapi menurun ansietas (verbal dan Terapeutik
 Perilaku gelisah menurun nonverbal)  Agar mereduksi
 Perilaku tegang menurun Terapeutik kecemasan saat pasien
 Konsentrasi membaik  Ciptakan suasana memiliki kepercayaan
 Pola tidur membaik terapeutik untuk terhadap perawat
menumbuhkan  Agar pasien merasa ada
kepercayaan seseorang yang
 Temani pasien untuk mensupport dirinya
mengurangi kecemasan,  Agar ansietas dapat diatasi
jika memungkinkan saat perawat dapat
 Pahami situasi yang memahami pasien
membuat ansietas  Agar pasien merasa
 Dengarkan dengan penuh dihargai ketika
perhatian didengarkan dan tumbuh
 Gunakan pendekatan yang hubungan yang terapeutik
tenang dan meyakinkan  Agar pasien yakin bahwa
 Tempatkan barang pribadi perawat dapat
yang memberikan menyelesaikan
kenyamanan masalahnya
 Motivasi mengidentifikasi  Agar perawat tau masalah
situasi yang memicu apa yang membuat pasien
kecemasan cemaas
 Diskusikan perencanaan  Agar pasien dapat
realistis tentang peristiwa mengambil keputusan
yang akan datang yang sesuai
Edukasi Edukasi
 Jelaskan prosedur,  Agar pasien siap
termasuk sensasi yang menghadapi keadaan yang
mungkin dialami membuatnya cemas
 Informasikan secara faktual  Agar pasien tidak merasa
mengenai diagnosis, cemas saat tau akan
pengobatan, dan prognosis kondisinya
 Anjurkan keluarga untuk  Agar pasien merasa aman
tetap Bersama pasien, jika dan banyak yang merasa
perlu banyak yang
 Anjurkan mengungkapkan menyayanginya
perasaan dan persepsi  Agar perawat dapat
 Latih kegiatan pengalihan memahami dan dapat
untuk mengurangi menyelesaikan masalah
ketegangan kecemasan yag dialami
 Latih penggunaan pasien
mekanisme pertahanan diri  Agar kecemasan akan
yang tepat suatu hal dapat teralihkan
 Latih Teknik relaksasi  Agar pasien dapat
Kolaborasi mengontrol dengan
 Kolaborasi pemberian obat relaksasi
antiansietas, jika perlu Kolaborasi
 Jika perlu berikan obat
untuk penurun ansietas
agar ansietas dapat
direduksi
Diagnosa: Nyeri Akut b.d. Peningkatan Massa Abdomen
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Observasi
keperawatan 3x24 jam Observasi  Untuk mengetahui lokasi,
diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
intensitas nyeri  Untuk mengetahui skala
 Meringis menurun
 Identifikasi skala nyeri  respon nyeri non verbal
 Gelisah menurun  Idenfitikasi respon nyeri  Untuk mengetahui
non verbal Identifikasi faktor yang
 Kesulitan tidur menurun
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Pola napas membaik memperberat dan memperingan nyeri
memperingan nyeri  Untuk mengetahui
 Identifikasi pengaruh nyeri pengaruh nyeri pada
pada kualitas hidup kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi  Untuk mengetahui
komplementer yang sudah keberhasilan terapi
diberikan komplementer yang sudah
 Monitor efek samping diberikan
penggunaan analgetik  Untuk mengetahui efek
Terapeutik samping penggunaan
 Berikan Teknik analgetik
nonfarmakologis untuk Terapeutik
mengurangi nyeri (mis:  Agar pasien tau teknik
TENS, hypnosis, nonfarmakologis untuk
akupresur, terapi music, mengurangi nyeri (mis:
biofeedback, terapi pijat, TENS, hypnosis,
aromaterapi, Teknik akupresur, terapi music,
imajinasi terbimbing, biofeedback, terapi pijat,
kompres hangat/dingin, aromaterapi, Teknik
terapi bermain) imajinasi terbimbing,
 Kontrol lingkungan yang kompres hangat/dingin,
memperberat rasa nyeri terapi bermain)
(mis: suhu ruangan,  Agar lingkungan yang
pencahayaan, kebisingan) memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur diketahui dan dilaporkan
 Pertimbangkan jenis dan (mis: suhu ruangan,
sumber nyeri dalam pencahayaan, kebisingan)
pemilihan strategi  Agar pasien istirahat dan
meredakan nyeri tidurdengan cukup
Edukasi  Agar jenis dan sumber
 Jelaskan penyebab, nyeri dalam pemilihan
periode, dan pemicu nyeri strategi meredakan nyeri
 Jelaskan strategi terpenuhi
meredakan nyeri Edukasi
 Anjurkan memonitor nyeri  Agar pasien tau penyebab,
secara mandiri periode, dan pemicu nyeri
 Anjurkan menggunakan  Agar pasien tau strategi
analgesik secara tepat meredakan nyeri
 Ajarkan Teknik  Agar mahasiswa
farmakologis untuk memonitor nyeri secara
mengurangi nyeri mandiri
 Agar pasien dapat
menggunakan analgesik
secara tepat
 Agar pasien dapat
menerapkan tseknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Diagnosa: Inkontinensia Urin b.d. Tekanan pada Uterus


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam Pearawatan Inkontinensia  Untuk mengetahui
diharapkan Kontinensia Urine Urine penyebab gangguan
membaik dengan kriteria berkemih pasien
hasil: Observasi  Untuk mengetahui
 Meningkatnya tentang pola dan
kemampuan mengontrol  Periksa kembali penyebab kemampuan pasien
pengeluaran urin gangguan berkemih (mis: Terapeutik
 Menurunnya nokturia kognitif, kehilangan  Agar saat pasien
 Menurunnya residu ekstremitas/fungsi berkemih tidak
volume urin setelah ekstremitas, kehilangan mengalami cidera
berkemih penglihatan)  Agar memudahkan
 Menurunnya distensi  Monitor pola dan pasien dalam bekemih
kandung kemih kemampuan berkemih Edukasi
 Menurunnya dribbling  Agar terjadi balance
 Menurunnya hesitancy Terapeutik cairan
 Menurunnya enuresis  Agar pasien tidak
 Siapkan area toilet yang menggunakan kateter
 Membaiknya
aman
kemampuan menunda
pengeluaran urin  Sediakan peralatan yang
 Membaiknya frekuensi dibutuhkan dekat dan
berkemih mudah dijangkau (mis:
kursi komode, pispot,
 Membaiknya sensasi urinal)
berkemih
Edukasi

 Anjurkan intake cairan


adekuat untuk mendukung
output urin
 Anjurkan aliminasi normal
dengan beraktivitas dan
olahraga sesuai
kemampuan

Diagnosa: Pola Napas Tidak Efektif b.d. Pembesaran Abdomen


Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan 3x24 jam Manajemen jalan napas
diharapkan pola napas Observasi : Observasi
meningkat dengan kriteria - Monitor pola napas - Untuk mengetahui pola
hasil: Terapeutik napas
1. Dispnea menurun - Posisikan semi fowler atau Terapeutik
2. Penggunaan otot bantu fowler - Agar paru-paru tidak
napas menurun - Berikan minuman hangat tertekan dan tidak
3. Pemanjangan fase ekspirasi Edukasi menyebabkan sesak
menurun - Anjurkan asupan cairan - Agar sistem pernapasan
4. Frekuensi napas membaik 2000 ml/hari, jika tidak ada jika ada sputum maka
5. Kedalaman napas membaik kontaindikasi akan hilang/keluar
Edukasi
- Agar kebutuhan terpenuhi
Diagnosa: Intoleransi Aktivitas b.d. Pembesaran Abdomen
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam Observasi - Untuk mengetahui
diharapkan toleransi aktivitas gangguan fungsi tubuh
meningkat dengan kriteria  Identifikasi gangguan yang mengakibatkan
hasil: fungsi tubuh yang kelelahan pada pasien
1. Keluhan Lelah menurun mengakibatkan kelelahan - Untuk mengetahui fator
2. Dispnea saat aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan yang menyebabkan
menurun emosional intoleransi aktivitas
3. Dispnea setelah aktivitas  Monitor pola dan jam tidur - Untuk mengetahui pola
menurun  Monitor lokasi dan dan jam tidur pasien apa
4. Frekuensi nadi membaik ketidaknyamanan selama sudah sesuai atau belum
melakukan aktivitas - Untuk mengetahui lokasi
dan ketidaknyamanan
selama melakukan
Terapeutik aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan - Agar kebutuhan istirahat
nyaman dan rendah terpenuhi
stimulus (mis: cahaya, - Agar sendi tidak kaku
suara, kunjungan) - Agar tidak terjaaaadi
 Lakukan latihan rentang resiko jatuh
gerak pasif dan/atau aktif Edukasi
 Fasilitasi duduk di sisi - Agar kerja tubuh tidak
tempat tidur, jika tidak semakin berat
dapat berpindah atau - Agar tubuh tidak tiba-tiba
berjalan kehabisan tenaga
- Agar pasien tau langkah
Edukasi awal pertolongan
- Agar pasien dapat
 Anjurkan tirah baring memperbagai strategi
 Anjurkan melakukan kopingnya
aktivitas secara bertahap Kolaborasi
 Anjurkan menghubungi Agar asupan makanan
perawat jika tanda dan terpenuhi
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Diagnosa: Penurunan Curah Jantung b.d. Pembesaran Abdomen
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung Observasi
keperawatan 3x24 jam Observasi - Untuk mengetahui tanda
diharapkan curah jantung  Identifikasi tanda/gejala dan gejala penurunan
meningkat dengan kriteria primer penurunan curah jantung seperti dispnea,
hasil: jantung (meliputi: dispnea, kelelahan, edema,
1. Kekuatan nadi perifer kelelahan, edema, ortopnea, PND,
meningkat ortopnea, PND, peningkatan CVP
2. Ejection fraction (EF) peningkatan CVP). - Untuk mengetahui tanda
meningkat  Identifikasi tanda/gejala dan gejala sekunder dari
3. Palpitasi menurun sekunder penurunan curah penurunan jantung yang
4. Bradikardia menurun jantung (meliputi: dialami pasien
5. Takikardia menurun peningkatan berat badan, - Untuk mengetahui
6. Gambaran EKG Aritmia hepatomegaly, distensi tekanan darah pasien
menurun vena jugularis, palpitasi, - Untuk mengetahui
7. Lelah menurun ronkhi basah, oliguria, balance cairan
8. Edema menurun batuk, kulit pucat) - Untuk mengetahui
9. Distensi vena jugularis  Monitor tekanan darah perubahan berat badan
menurun (termasuk tekanan darah pasien
10. Dispnea menurun ortostatik, jika perlu) - Untuk mengetahui
11. Oliguria menurun tingkat saturasi pasien
12. Pucat/sianosis menurun Monitor intake dan output - Untuk mengetahui nyeri
13. Paroximal nocturnal cairan yang dirasakan pasien
dyspnea (PND) menurun  Monitor berat badan setiap - Untuk mengetahui
14. Ortopnea menurun hari pada waktu yang sama perubahan frekuensi nadi
15. Batuk menurun  Monitor saturasi oksigen pasien
16. Suara jantung S3 menurun  Monitor keluhan nyeri dada Terapeutik
17. Suara jantung S4 menurun (mis: intensitas, lokasi, - Agar jantung dapat
18. Tekanan darah membaik radiasi, durasi, presipitasi beristirahat dan tidak
19. Pengisian kapiler membaik yang mengurangi nyeri) tertekan dengan posisi
 Periksa tekanan darah dan fowler
frekuensi nadi sebelum dan - Agar pasien dapat
sesudah aktivitas menentukan gaya hidup
Terapeutik sehat yang bisa
 Posisikan pasien semi- diterapkan
fowler atau fowler dengan - Agar pasien termotivasi
kaki ke bawah atau posisi dan tidak berpasrah
nyaman Edukasi
 Fasilitasi pasien dan - Agar pasien tidak tirah
keluarga untuk modifikasi baring dan menjadi
gaya hidup sehat mandiri
- Agar pasien tidak
 Berikan terapi relaksasi
kelelahan yang
untuk mengurangi stress,
mengakibatkan kerja
jika perlu
jantung berat
 Berikan dukungan
- Untuk mengetahui dan
emosional dan spiritual
memonitor perubahan
Edukasi
pada pasien
 Anjurkan beraktivitas fisik - Untuk mengetahui
sesuai toleransi balance cairan
 Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Diagnosa: Pola Napas Tidak Efektif b.d. Pembesaran Abdomen
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama :
keperawatan 3x24 jam Manajemen jalan napas
diharapkan pola napas Observasi : Observasi
meningkat dengan kriteria - Monitor pola napas - Untuk mengetahui pola
hasil: Terapeutik napas
 Dispnea menurun - Posisikan semi fowler atau Terapeutik
 Penggunaan otot bantu fowler - Agar paru-paru tidak
napas menurun - Berikan minuman hangat tertekan dan tidak
 Pemanjangan fase Edukasi menyebabkan sesak
ekspirasi menurun - Anjurkan asupan cairan - Agar sistem pernapasan
 Frekuensi napas 2000 ml/hari, jika tidak ada jika ada sputum maka
membaik kontaindikasi akan hilang/keluar
 Kedalaman napas Edukasi
membaik - Agar kebutuhan terpenuhi
i. Daftar Pustaka
Astuti (2012). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Ibu 1 (Kehamilan). Yogyakarta :
Rahima Press.
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Manuaba I. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogjakarta: Pustaka.
Mochtar, Rustam, 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Jilid 1. EGC.
Jakarta
Nugroho, T., dkk. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Saifuddin AB. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, S., (2014) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai