ANC
DI SUSUN OLEH
Ni Putu Winda Puspa Dewi
2022207209480
a. Definisi
Kehamilan normal adalah keadaan ibu sehat, tidak ada riwayat obstetrik
buruk, ukuran uteruss sesuai dengan usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal (Saifudin, 2012).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2012).
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri
dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi ( implantasi ) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu :
1. Trimester pertama dari 0 sampai 12 minggu
2. Trimester kedua dari kehamilan 13 minggu sampai 28 minggu
3. Trimester ketiga dari kehamilan 29 minggu sampai 40 minggu (Saifuddin,
2012).
b. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu
nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida
oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah
dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan :
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.
(Mochtar, 2010)
c. Tanda dan gejala, klasifikasi
Tanda-tanda kehamilan adalah sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada
wanita hamil dan terjadi akibat adanya perubahan fisiologis dan psikologi pada
masa kehamilan (Nugroho, 2014).
1. Tanda Dugaan Kehamilan
Menurut Manuaba (2012), untuk dapat mengatakan kehamilan ditetapkan
dengan melakukan penelitian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan,
yaitu sebagai berikut:
a) Amenore
Pada wanita hamil terjadi kosepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak
terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi. Hal ini menyebabkan
terjadinya amenore pada seseorang wanita yang sedang hamil. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan
Neagle dapat di tentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan
menambah tujuh pada hari, memgurangi tiga pada bulan dan menanba
satu pada tahun.
b) Mual dan Muntah
Pengaruh ekstrogen dan progesteron menyebabakan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan muntah di pagi hari disebut
morning sickness. Dalam batas yang fisilogis keadaan ini dapat diatasi.
Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang di
inginkan disebut ngidam.
d) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara Tegang
Pengaruh hormon ekstrogen, progesteron dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f) Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah
menghilang.
g) Konsipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat.
h) Pigmentasi Kulit
Peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. Terdapat
Pigmentasi kulit di sekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada dinding
perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra semakin
menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi pada bagian
areola mammae, puting susu makin menonjol.
i) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi saat kehamilan.
j) Varices
Karena pengaruh dari hormon ekstrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama pada mereka yang
mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah menghilang setelah
persalinan.
2. Tanda kemungkinan Kehamilan
a) Uterus Membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada
pemeriksaan dalam diraba bawah uteruss membesar dan makin lama
makin bundar bentuknya (Manuaba, 2012).
b) Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daera ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus terjadi panjang dan lebih lunak. Sehingga kalau
kita letakan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada
dinding perut di atas simpisis,maka ismu ini teraba seolah-olah korpus
uteri sama sekali terpisa dari uteruss (Wiknjosastro, 2014).
c) Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna porsiopun tampak
livide, hal ini disebabakan oleh pengaruh hormon ekstrogen (Ibnu,
2014).
d) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah indung telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menebabkan uteruss membesar ke salah satu jurusan pembesaran
tersebut (Nugroho, 2014).
e) Tanda Braxton Hicks
Bilah uteruss dirangsang akan mudah berkontraksi. Walaupun palpasi
atau pemeriksaan dalam uteruss yang tadinya lunak akan menjadi keras
kerena kontraksi. Tanda ini keras untuk uteruss dalam masa kehamilan
(Astuti, 2012).
f) Goodell Sign
Di luar kehamilan kosistensi servik keras, kerasnya seperti kita merasa
ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak dalam perabaan
selunak bibir atau ujung bawah daun telinga (Marmi, 2014).
g) Reaksi Kehamilan
Positif Cara khas yang di pakai dengan menentukan adanya human
chorionic gonadotropin pada kehamilan mudah adalah air kencing
pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membentu menentukan
diagnosa kehamilan sedini mungkin (Manuaba, 2012)
3. Tanda Pasti Kehamilan
Menurut Sifudin (2010), Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba
juga bagian janin:
a) Didengar dengan stetoskop-monoral laennec
b) Dicatat dan di dengar oleh alat doplerc.
c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
d) Dilihat pada ultrasonograf
e) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen
d. Patofisiologi
Untuk mempelajari proses konsepsi sebaiknya terlebih dahulu
memahami ovum dan sperma.
1. Ovum
Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus haid
dan akan habis jika sudah masuk masa menopause
Ovum mempunyai waktu hidup 24 – 28 jam setalh di keluarkan dari
ovarium
Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis
Mempunyai diameter 0,1 mm, di tengah tengahnya dijumpai nucleus,
terapung – apung dalam sitoplasma yang kekuning – kuningan yakni
vitelus. Vitelus banyak mengandung karbohidrat dan asam amino.
Mempunyai lapisan pelindung sel – sel granulosum / korona radiata
dan zona pelusida, didalam zona ini terdapat ruang perivitelina, dan
tempat benda – benda kutub. Bahan – bahan dari sel korona radiata
dapat disalurkan ke ovum melalui saluran halus di zona pelusida.
Jumlah sel korona radiata dalam perjalanan ovum di ampul tuba makin
berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada
waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat
pembuahan umum terjadi.
2. Sperma
Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut
spermatogenesis
Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum
dan tetap berproduksi meskipun pada lansia
Kemampuan fertilisasi selama 2 – 4 hari, rata – rata 3 hari
Terdapat 100 juta sperma pada setiap mili liter air mani yang
dihasilkan, rata – rata 3 cc tiap ejakulasi.
Pada spermatozoa di temukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah mennembus dinding ovum
karenadapat mengeluarkan enzim hialuroidase untuk melunakkan
korona radiate atau sel – sel granulosa
Mempunya morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh kromosom
dan membrane plasma. Leher : menghubungkan kepala dengan bagian
tengah. Ekor : panjangnya kurang lebih 10 kali bagian kepala dan
dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
Secara garis besar, proses kehamilan melputi beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Fertilisasi
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung di ampul tuba (sarwono 2009). Saat terjadi
ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ reproduksi
pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk keoargan
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi bebebrapa
rintangan antara lain lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks
yang kental, panjang uterus, serta silia yanga ada di tuba fallopi. Untuk
menghadapi rintangan tersebut sperma harus mempunyai akrosom
yang melewati proses kapasitasi. Sedangakan ovum akan di keluarkan
dari ovarium sebanyak satu dalam tiap bulan, ditangkap oleh fimbrae
dan berjalam menuju tuba fallopi. Tempat bertemu ovum dan sperma
paling sering adalah di daerah ampul tuba. Adapun proses fertilisasi
meliputi :
- Penetrasi spermatozoa ke dalam ovum
Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi
mampumelakukan penetrasi membrane sel ovum. Untuk mencapai
ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan del di
luar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein
ekstraseluler) , yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah
ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu sperma. Suatu molekul
kompleks khusus di permukaan kepala sperma mengikat ZP3
glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom
untuk mengaluarkan enzim yang membantu spermatozoa
menembus zona pelusida, pada saat yang bersamaan terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder)
berdifusi denganmembran plasma sel, sehingga enzim di dalam
granula – granula dikeluarkan secara eksitosis ke zona pelusida.
Hal ini yang menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan
satu sama lain membentuk suatu materi keras dan tidak dapat di
tembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum di buahi
lebih dari satu sperma.
- Fusi spermatozoa dan ovum
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran
nukleusnya, yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor
spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya
seluruh mitokondria mnusia berasal dari ibu. Masuknya
spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nucleus ovum yang
masihdalam metaphase untuk proses pembelahan selanjutnya
(miosis ke II / anafase). Sesudah anaphase kemudian telofase, dan
benda kutub kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang
hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus
spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang
haploid.
- Fusi materi genetic
Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk
zigotyang terdiri atas bahan genetic dari perempuan dan laki – laki.
Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom
dan 2 kromosom kelamin. Pada laki – laki satu X dan satu Y.
sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai
22 kromosom otosom dan 1 kromosom X, dan suatu spermatozoa
mempunyai 22 kromosom otosom dan 1 kromosom X atau Y.
zigot yang memeliki 44 kromosom otosom dan 2 kromosom X
akan tumbuh menjadi janin perempuan, namun bila memeliki 44
kromosom otosom dan 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan
tumbuh menjadi janin laki – laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembentukan zigot. Hal ini dapat berlangsung karena sitoplasma ovum
mengandung bnyak asam amino dan enzim. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula. Energy pembelahan ini diperoleh dari vilitelus,
sehingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh
morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan kata
lain besar hasil konsepsi tetap sama. hasil konsepsi ini akan disalurkan
ke pars ismika danpars interstisisalis tuba dan terus di salurkan kea rah
cavum uteri.
2. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam
endometrium. Hasil konsepsi menanamkan dirinya dalam bentuk
blastokista (blastocyst), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah
trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell yang
berkembang menjadi plasenta. Blastokista diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofoblas, sejak trofoblas terbentuk, produksi hCG
dimulai. Trofoblas mempunyai kemampuan menghancurkan dan
mencairkan jaringan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel –
sel desidua. Blastula dengan bagian yang berisi inner cell mass akan
mudah masuk ke desidua, menyebabakan luka kecil yang kemudian
sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya, terkadang nidasi terjadi
sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman). Sel desidua
mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.
Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara trofoblas dan
endometrium. Di suatu sisi trofoblas mempunyai kemampuan invasi
yang kuat, di sisi lain endometrium mengontrol invasi trofoblas
dengan mengeluarkan cyrokine dan protease. Keberhasilan nidasi dan
plasentasi yang normal adalah hasil keseimbangan proses antara
trofoblas dan endometrium.
Setelah bernidasi erat kurang lebih 10 hari setelah fertilisasi, maka
akan dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin :
1. Masa preembrionik
Berlangsung selama 2 minggu setelah fertilisasi terjadi proses
pembelahan sampai nidasi, kemudian bagian inner cell mass akan
membentuk 3 lapisan utama ectoderm, endoderm dan mesoderm
2. Masa embrionik
Berlangsung sejak 2 – 8 minggu, sistim utama di dalam tubuh
tekah ada dalam bentuk rudimenter (mengecil, menciut dan
akhirnya menghilang). Seringkali deisebut masa oogenesis atau
masa pembentukan organ.
3. Masa fetal
Berlangsung setelah minggu ke – 8 sampai bayi lahir.
3. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada
manusia plasentasi berlangsung sampai 12 – 18 minggu setelah
fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,
trofoblas invasive telah melakukan penetrasi ke pembuluha darah
endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yakni ruangan yang
berisi darah maternal dari pembuluh darah yang dihancurkan.
Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga timbul ruang – ruang
interviler dimana vili korialis seolah – olah terapung diatas ruangan
tersebut sampai terbentuk plasenta.
Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dapat diidentivkasi
dan dimulai pembentukan fili korialis. Sirkulasi darah janin ini
berakhir di lengkung kaplier di dalam vili corialis yang ruang
interfilinya dipenuhi dengan darah maternal yangdipasok oleh arteri
spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis akan
tumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta
PATHWAY TRIMESTER I
PATHWAY TRIMESTER II
PATHWAY III
e. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu merupakan juga untuk mempersiapkan
calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi
kegawatdaruratan.
2. Pemeriksaan kadar haemoglobin
Pemeriksaan kadar haemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan
ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia
atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kadungan (Depkes RI,
2009).
3. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan trimester ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah
satu indikator terjadinya pereklampsia pada ibu hamil.
4. Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes mellitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada trimester
pertama, sekali pada trimester kedua dan sekali pada trimester ketiga
(terutama pada akhir trimester ketiga).
5. Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan resiko tinggi dan
ibu hamil yang diduga sifilis. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sendiri
sedini mungkin pada kehamilan. Untuk mendeteksi ada tidaknya sifilis, di
mana selain berakibat buruk pada penderita, jenis penyakit ini dapat
ditularkan kepada janin dan dapat mengakibatkan cacat serta kematian pada
janin. Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses
kehamilannya dan janin yaitu : Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16
kehamilan dan pada kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat
menembus barier plasenta, kelahiran mati dan partus prematurus, bayi lahir
dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak tangan-kaki,
serta kelainan mulut dan gigi (Manuaba, Ida Bagus. 2007)
6. Pemeriksaan HBsAG
Sebuah studi telah menunjukkan bahwa infeksi Hepatitis B kronis
dapat menyebabkan diabetes mellitus gestasional, perdarahan antepartum, dan
meningkatkan resiko persalinan prematur. Ibu dengan komplikasi fungsi hati
yang abnormal, rentan terhadap pendarahan pasca persalinan, infeksi nifas,
bayi dengan berat badan rendah, gawat janin, kelahiran premature, dan
kematian janin (Han, et al. 2012). Wanita hamil yang terinfeksi virus
Hepatitis B berbeda dengan populasi umum, dan perlunya
mempertimbangkan masalah khusus yang dapat terjadi pada wanita hamil,
seperti efek infeksi virus hepatitis B pada ibu dan janin, efek kehamilan
terhadap replikasi virus Hepatitis B, pertimbangan memperoleh terapi
antiretroviral HBV selama kehamilan, dan masalah khusus lainnya
(Dunkelberg, et al. 2014).
7. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV (Depkes RI, 2009).
8. Tatalaksana kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan
(Pantikawati dan Saryono,2012)
9. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi : Kesehatan ibu, Prilaku Hidup Bersih dan Sehat, Peran suami
sebagai pendamping dalam proses persalinan, tanda bahaya pada
kehamilan, persalinan dan nifas, asupan gizi seimbang, Keluarga berencana
dan Inisiasi menyusui dini
f. Penatalaksanaan
Standar pelayanan antenatal care berfungsi untuk memberikan pelayana kepada
ibu hamil. Standar pelayanan antenatal care ini di kenal dengan 10T yang sudah
di rekomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak 2009. Standar 10T adalah:
1. T1 (Timbang Berat badan dan Ukur tinggi badan)
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri,
karenahubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat
badan ibu hamilyang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum
hamil
Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama. Ibu dengan tinggi <145
cm perlu diperhatikan kemungkinan panggul sempit sehingga menyulitkan
pada saat persalinan
2. T2 (Pemeriksaan tekanan darah)
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untukmelakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi
3. T3 (Nilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas) :
4. T4 (Ukur tinggi fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secaradini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin
intrauterin, tinggi fundusuteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi
terhadap terjadinya molahidatidosa, janinganda atau hidramnion
5. T5 (Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin)
6. T6 (Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila di
perlukan)
7. T7 (Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan)
8. T8 (Tes laboratorium (umum dan khusus)
9. T9 (Tatalaksana kasus)
10. T10 (Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan)
g. Masalah keperawatan dan data pendukung
Trimester 1
MASALAH
NO DATA PENDUKUNG
KEPERAWATAN
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal .
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
1 Nafsu makan menurun . Defisit Nutrisi b.d. Nausea
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
2 6. Membran mukosa kering Hipovolemia b.d Nausea
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Gejala dan Tanda Mayor.
Subjektif.
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat.
3. Sulit berkonsenstrasi.
Objektif.
1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor.
Subjektif.
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia. Ansietas
3
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak
berdaya. Objektif.
1. Frekuensi napas meningkat.
2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.
Trimester 2
NO DATA PENDUKUNG MASALAH KEPERAWATAN
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
1 Gejala dan Tanda Minor Nyeri akut
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. pola napas berubah
3. nafsu makan berubah
4. proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
2 Gejala dan Tanda Mayor Inkontinensia Urin
Subjektif
1. Tidak mengalami sensasi berkemih
2. Dribbling
3. Sering buang air kecil
4. Hesitnacy
5. Nokturia
6. Enuresis
Objektif
1. Volume residu urin
meningkat Gejala dan Tanda
Minor Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)