TINJAUAN TEORI
b. Tanda tidak pasti hamil. Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan
oleh:
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks,
tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballotement
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba,dkk,2010 : 108)
c. Tanda pasti kehamilan. Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui:
1) Denyut jantung janin (DJJ)
DJJ dapat didengarkan dengan stetoskop laenec pada mnggu 17-18.
Pada orang gemuk akanlebih lambat lag. Dengan stetoskop ultrasonik
(Doppler) dapat didengarkan lebh awal, sekitar minggu ke 12.
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55)
2) Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas
setelah minggu ke 24.(Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55)
3) Rontgenografi
Gambaran tulang-tulang janin tampak setelah minggu 12-14.
Pemeriksaan ini hanya boleh dikerjakan bila terdapat keragu-raguan
dalam diagnosis kehamilan, dan atas indikasi yang mendesak sekali
sebab janin sangat peka terhadap sinar X. Sekarang penggunaan sinar
X telah terdesak oleh ultrasonografi. (Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55-
56)
4) Ultrasonografi
Alat ini menjadi sangat penting dalam diagnosis kehamilan dan
kelainan-kelainannya,karena gelombang suara sampai saat ini
dinyatakan tidak berbahaya. Pada minggu ke 6, sudah terlihat adanya
gestasional sac atau kantong kehamilan.
Pada minggu 6-7 : kutub janin
Pada minggu 7-8 : denyut jantung
Pada minggu 8-9 : gerakan janin
Pada minggu 9-10 : plasenta
Pada minggu 12 : BPD (biparietal diameter)
4
membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain
disebut reaksi sona.(Jannah,2012:56)
3) Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi
pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar dan menjadi
pronukleus pria sedangkan ekornya berdegenerasi(Jannah,2012:56)
4) Nucleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung sehingga
dicapai jumlah yang diploid (46), dengan demikian konsepsi
berlangsung sehingga terbentuklah zigot. (Jannah,2012: 57)
5) Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan yaitu dari zigot
blastomer morula blastomer blastosis.
6) Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio.
(Jannah,2012:57)
7) Morula terdiri atas 16 selberupa bola sel padat yang dihasilkan
dalam 3 hari, morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona
pelusida.(Jannah,2012: 57)
c. Nidasi/implantasi
Dengan masuknya iti spermatozoa kedalam sitoplasma,”vitelus”
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam
keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti
bentuk anafase dan “ telofase” sehingga pronukleusnya menjadi
“haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid aling
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
autosom sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks,
wanita selalu resesif dengan kromosom seks yaitu X. Laki-laki memiliki
dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa
kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita sedangkan
bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-laki.
Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin
bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami. Setelah pertemuan kadua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk
zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi
dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan nti, hasil konsepsi
terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi eluruh
6
ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut
stadium morula. Selama pembelahan sel dibagian dalam , terjadi
pembentukan sl dibagian luar morula yang kemungkinan berasal dari
korona radiata yang menjadi hormon korionik gonadotropin, yang
mempertahankan korpus luteum grvidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk ruangan
yang mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi
sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada
fase sekresi, endometrium telah makin tebal an makin banyak
mengandung glikogen yang disebut desiua. Sel trofoblas yang meliputi
primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga
dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman
blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampai
7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam endometrium,
mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda hartman.
(Manuaba,dkk,2010:79-82)
4. Perubahan-perubahan pada wanita sebagai adaptasi terhadap
kehamilan
a. Perubahan pada alat genital menurut Siswosudarmo tahun (2010) :
1) Uterus
Besar uterus sampai aterm dapat mencapai 1000 kali besarnya
sebelum hamil, beratnya mencapai 30 kali, dan kapasitas isinya kurang
lebih adalah 5 liter. Uterus yang membesar ini memberikan penekanan-
penekanan terhadap alat-alat sekitarnya sehingga memberikan pula
keluhan-keluhan gastrointestinal, respirasi,kardiovaskular dan sistem
urinaria. Aliran darah ke uterus naik 60 kali, menjadi kira-kira 600
ml/menit(kira-kira 10% cardiac output).
2) Serviks
Banyak wanita mengeluh mengeluh keputihan selama kehamilan.
Bila tidak disertai rasa gatal/panas, biasanya ini hanya disebabkan oelh
sekresi serviks yang meningkat sebagai akibat stimulasi estrogen.
Pengobatan pada umumnya tidak perlu.
3) Ovarium
7
6. Tujuan kunjungan
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan sosial
ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)
7. Fungsi Asuhan Kehamilan
Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang
pertama, sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan
aktifitas pendidikan.Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan screening,
identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila
perlu.Fungsi yang terakhir adalah untuk memantau kesehatan selama hamil
dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi (Padila, 2014).
8. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama
Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil
meliputi tahap pencatatan yang meliputi adalah identitas ibu hamil, kehamilan
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, serta penggunaan cara
kontrasepsi sebelum kehamilan. Pada tahap pemeriksaan dilakukan
pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik. Tahap
pemberian terapi yaitu pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian
obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta
obat-obatan khusus atas indikasi dan penyuluhan/konseling (Depkes RI,
2007).
13
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan
imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali
(suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan
kedua pada empat minggu kemudian). Jarak pemberian (interval)
imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001 ;
Depkes RI, 2000) . (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
Tabel 3. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Lama %
Antigen Interval
perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan -
TT 1 -
antenatal pertama
4 minggu setelah 3 tahun
TT 2 80
TT1
6 bulan setelah 5 tahun
TT 3 95
TT2
1 tahun setelah 10 tahun
TT 4 99
TT3
1 taun setelah 25 tahun/
TT 5 99
TT4 seumur hidup
Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
f. Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan
cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama
kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan.Pemeriksaan Hb adalah salah
satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.
g. Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu
hamil.Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada
ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.Pemeriksaan
protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
h. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah
untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual,
antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali
datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan
postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan.Akibat fatal yang terjadi
adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan
lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.
i. Pemeriksaan urine reduksi (T9)
16
Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus
Gestasioal.Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan
adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
j. Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2
kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
k. Senam Hamil ( T11 )
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan.Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
l. Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada
ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan
hasil apusan darah yang positif.Dampak atau akibat penyakit tersebut
kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus
prematurus juga anemia.
m. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
n. Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati & Suryono, 2010).
11. Jadwal kunjungan
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan setiap 6
minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2
minggu. Dan sesudah 36 minggu.Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a) Satu kali pada trimester pertama
b) Satu kali pada trimester kedua
c) Dua kali pada trimester ketiga. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013)
17
B. Emesis Gravidarum
1. Pengertian
Emesis gravidarum adalah gejala yang sering terjadi pada kehamilan
trimester I. mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi setiap
saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2009).
Emesis gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada ibu hamil trimester I, keluhan ini biasanya akan timbul 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Prawirohardjo, 2010).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan
18
(Manuaba, 2012)
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak
yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam
asetoasetik, asam hidroksi buturik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga
dapat merusak hati.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat
badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit.
Pencernaan serta absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adequat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan
energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak akan digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme
lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam
urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 mengakibatan terjadinya neuropati perifer dan anemia, dan pada
kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke
enchephalopati (Manuaba, 2012; Niven, 2013). Pernyataan tersebut didukung
oleh Manuaba tahun 2012 dan Wiknjosastro 2009 yang menyatakan bahwa
wernicke enchepalopati dapat timbul akibat defisiensi tiamin(Wiknjosastro,
2009; Manuaba, 2012).
21
22
6. Pathways
Meningkatnya
reseptor kimia
karena kehamilan
↑Asam
lambung
23
Pusat saliva
Pusat vasomotor
Pusat pernapasan
Nervus kranial
Terjadi mual-
muntah (kontraksi
bersama)
Farmakologis Non
Farmakologis
B6 (piridoksin)
Doxylamine
Non Farmakologis :
7. Penatalaksanaan
Penanganan Emesis Gravidarummenurut Yuni tahun 2009 adalah :
1) Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum
(Nonfarmakologis)
a) Makanlah sesering mungkin dalam porsi kecil, siang hari untuk
porsi besar dan malam hari cukup porsi kecil.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyawati (2014)
dengan judul Konsumsi makanan kecil di pagi hari
mempengaruhi morning Sickness pada ibu hamil trimester
diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan
kecil di pagi hari dengan tingkat morning sickness.
Mengkonsumsi makanan kecil di pagi hari dapat membantu
memperingan gejala mual mual muntah. Sehingga diharapkan
seluruh ibu hamil memiliki minat lebih tentang berbagai
informasi terkait dengan kehamilan, khususnya mengkonsumsi
makanan kecil di pagi hari menjadi alternative utama penanganan
morning sickness.
b) Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi
keletihan yang dapat menimbulkan rasa mual
c) Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker
untuk dimakan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
d) Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari
tempat tidur secara perlahan-lahan.
e) Berolahraga dan hiruplah udara segar dengan melakukan olahraga
ringan, berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu
mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.
f) Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki
efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual
g) Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala
mual
25
28
29
(c) Jenis persalinan, spontan atau sesar, jika ada bekas sesar
maka kemungkinan resiko untuk persalinan sesar terulang
kembali (Varney, 2007; h. 780).
(d) Berat badan lahir dikaji untuk mengetahui kekuatan
panggul wanita, mengantisipasi komplikasi bayi besar
(varney, 2007; h. 692). Normal berat badan lahir 2500-
4000 gram (Marmi, 2012; h. 180).
(e) Tempat persalinan dan penolong persalinan dikaji untuk
mengetahui penolong persalinan yang aman dan bersih
dilakukan oleh bidan, dukun atau dokter (Manuaba, 2007;
h; 210).
(f) Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas untuk
mengidentifikasi masalah potensial pada pelahiran dan
pasca partum kali ini (Varney, 2007; h. 692).
(g) Keadaan anak sekarang dikaji untuk mengetahui adanya
keadaan bayi lahir mati atau tidak.
(h) Lama menyusui mengetahui kesuksesan menyusui dini
seorang ibu (Mandriwati, 2007; hal. 26).
(4) Riwayat anak yang lalu: Mencakup berat bayi sewaktu lahir,
adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
saat dilahirkan hidup/mati (Estiwidani, 2008; h; 142). Ukuran
atau berat bayi untuk mengetahui berat bayi terbesar yang
dilahirkan pervaginam memastikan ke adekuatan panggul
wanita untuk ukuran bayi saat ini (Varney, 2007; h. 467).
f) Riwayat Perkawinan: Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
antara lain berapa tahun usia ibu saat menikah, status pernikahan
(syah/tidak), lama pernikahan dan suami saat ini adalah suami
keberapa (Sulistyawati, 2009; h. 169).
g) Riwayat KB: Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan :jenis
kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai
lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana
pemakaian alat kontrasepsi setelah melahirkan (Estiwidani, 2008;
142).
h) Pola pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
34
(1) Pola nutrisi: Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien
berkaitan dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah
per hari dan pantangan (Sulistyawati, 2009; h. 169). Kebutuhan
kalori saat hamil mengalami peningkatan 20-25% dari
kebutuhan normal sebanyak 2200-2500 kalori/hari menjadi
2700-3500 kalori/hari (Manuaba, 2007; h. 154). Peningkatan
cairan menjadi 400 ml per hari. Total kebutuhan cairan ibu
hamil menjadi 2400 ml/hari (Kemenkes, 2013; h. 32).
(2) Pola Aktivitas: Kita perlu mengkaji aktivitas sehari- hari pasien
karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah (Sulistyawati,
2009; h. 170).
(3) Pola eliminasi: Pada trimester I terjadi pembesaran janin yang
juga menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan
mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat
tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi
(Sulistyawati,2009; h. 119). Konstipasi juga sering terjadi
karena efek dari relaksasi progesteron dan perubahan pola
makan (Pantiawati, 2010; h. 76).
(4) Pola istirahat: Istirahat malam harinormalnya adalah 6-8 jam.
Perlu diingatkan pada ibu untuk tidur disiang hari selama hamil
karena tidak semua wanita memiliki kebiasaan tidur siang
(Sulistyawati,2009; h. 170).
(5) Pola seksual
(6) Personal hygine: Ibu hamil dianjurkan untuk mandi minimal 2
kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2009; h. 171).
(7) Psikososial spiritual: Untuk mengetahui keadaan psikososial
perlu ditanyakan: dukungan moril dan materiil dari keluarga,
pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,
kebiasaan- kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan,
pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir
(Estiwidani, 2008; h. 143).
2) Tingkat pengetahuan pasien Pemeriksaan Fisik
35
(5) Tinggi badan: Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disporportion) (Kemenkes RI, 2012; h. 8).
b) Status present :
(1) Kepala : Dikaji bentuk kepala, kebersihan rambut, warna dan
ke
suburan (Saminem, 2008; h. 23).
(2) Mata : Misalnya warna sklera dan konjungtiva (Saminem,
2009; h.23).
(3) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip
(Sulistyawati,2009; h.138).
(4) Mulut dan gigi: Hal-hal yang perlu diperhatikan, bibir pucat
yang merupakan salah satu tanda anemia, pecah – pecah dan
stomatitis yang merupakan tanda kurang vitamin C,
ginggivitis akibat peningkatan hormon kehamilan (Pantiawati,
2010; h. 91). Serta gigi tanggal, gigi berlubang dan caries gigi
untuk menilai pemenuhan kebutuhan kalsium (Mufdlilah,
2009; h. 17).
(5) Telinga: Simetris atau tidak, adakah serumen dan tanda-tanda
infeksi (Sumarni, 2011; h.211).
(6) Leher: Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran
vena jugularis (Saminem, 2009; h.24).
(7) Ketiak: Periksa kemungkinan adanya massa/ nodul pada
aksila (Mufdlilah, 2009; h.17).
(8) Perut: Adakah pembesaran hepar,limpa dan nyeri daerah
ginjal (Sumarni, 2011; h. 211).
(9) Lipat Paha: untu mengetahui adanya pembesaran kelenjar
limfe, pembengkakan dapat diraba pada daerah ini pada orang
dewasa
(10) Vulva: Amati warna, bau dan nyeri, adakah kondiloma
(Saminem, 2008; h.24).
(11) Ekstremitas: Periksa adanya varises dan oedema pada
ekstremitas bawah (Sulistyawati, 2009; h.23). Ada tidaknya
oedema pada jari serta keadaan kuku pucat atau tidak pada
ekstremitas atas (Mandriwati, 2008; h.185).
37