Anda di halaman 1dari 41

1

TINJAUAN TEORI

I. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Kehamilan Trimester 1
1. Pengertian Kehamilan
Asuhan kehamilan atau Antenatal Care adalah pelayanan yang
diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan
mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah.(Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)
Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan
dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba, 2010).
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses
patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal
tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi
yang tidak perlu kecuali ada indikasi (Sulistyawati, 2009). 
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama
dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan
keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2008; 89).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
a. Tanda dugaan kehamilan. Berikut ini adalah tanda-tanda dugaa adanya
kehamilan
1) Amenorea(terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan
tidak terjadinya pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus
naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
(Manuaba,dkk,2010:107)
2) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam
2

batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi.Akibat mualdan


muntah, nafsu makan berkurang.(Manuaba,dkk,2010:107)
3) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.(Manuaba,dkk,2010 :107)
4) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala(sentral) menyebabkan iskemia usunan saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah
usia kehamilan 16 minggu.(Manuaba,dkk,2010:107)
5) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada
payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
(Manuaba,dkk,2010:107)
6) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih
cepat tersa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini
sudah menghilang.(Manuaba,dkk,2010:107)
7) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
(Manuaba,dkk,2010:107)
8) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae nigra, linea alba
makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae,
puting susu makin menonjol, kelenjar montgomery menonjol,
pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma
gravidarum).(Manuaba,dkk,2010:107-108)
9) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh dari
estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena,
terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh
darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki, betis, dan
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah
persalinan.(Manuaba,dkk,2010 : 107-108)
3

b. Tanda tidak pasti hamil. Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan
oleh:
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
2) Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks,
tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballotement
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu (Manuaba,dkk,2010 : 108)
c. Tanda pasti kehamilan. Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui:
1) Denyut jantung janin (DJJ)
DJJ dapat didengarkan dengan stetoskop laenec pada mnggu 17-18.
Pada orang gemuk akanlebih lambat lag. Dengan stetoskop ultrasonik
(Doppler) dapat didengarkan lebh awal, sekitar minggu ke 12.
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55)
2) Palpasi
Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas
setelah minggu ke 24.(Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55)
3) Rontgenografi
Gambaran tulang-tulang janin tampak setelah minggu 12-14.
Pemeriksaan ini hanya boleh dikerjakan bila terdapat keragu-raguan
dalam diagnosis kehamilan, dan atas indikasi yang mendesak sekali
sebab janin sangat peka terhadap sinar X. Sekarang penggunaan sinar
X telah terdesak oleh ultrasonografi. (Siswosudarmo,Sp.OG,2010:55-
56)
4) Ultrasonografi
Alat ini menjadi sangat penting dalam diagnosis kehamilan dan
kelainan-kelainannya,karena gelombang suara sampai saat ini
dinyatakan tidak berbahaya. Pada minggu ke 6, sudah terlihat adanya
gestasional sac atau kantong kehamilan.
Pada minggu 6-7 : kutub janin
Pada minggu 7-8 : denyut jantung
Pada minggu 8-9 : gerakan janin
Pada minggu 9-10 : plasenta
Pada minggu 12 : BPD (biparietal diameter)
4

Adanya 2 GS (gestasional sac) pada minggu ke 6 sudah dapat


menentukan adnya kehamilan ganda.
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 56)
5) Fetal ECG
Dapat direkam pada minggu ke 12 dengan menggunakan adanya
kehamilan ganda. (Siswosudarmo,Sp.OG,2010 :56)
3. Patofiologi Kehamilan
a. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti
uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantai
fertilisasi atau konsepsi(Manuaba,dkk,2010: 77)
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona
radiata, yang engandung persediaan nutrisi
2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah sitoplasma
yang disebut vitelus
3) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, yang mempunyai silia.
Ovum mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermtozoa menyebar, masuk melalui kanalis servikalis dengan
kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapitalisasi, yaitu
pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan
fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba falopi.
Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta
mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimatik
hialuronidase. Melalui stomata spermatozoa masuk ke dalam ovum,
ekornya lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti
spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot. (Manuaba,dkk,2010 :
77)
b. Fertilisasi
1) Fertilisasi berlangsung di ampula tuba.(Jannah,2012:56)
2) Apabila sebuah sperma berhasil menembus membran yang
mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada dalam
5

membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain
disebut reaksi sona.(Jannah,2012:56)
3) Pembelahan meosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi
pronukleus ovum, kemudian kepala sperma membesar dan menjadi
pronukleus pria sedangkan ekornya berdegenerasi(Jannah,2012:56)
4) Nucleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung sehingga
dicapai jumlah yang diploid (46), dengan demikian konsepsi
berlangsung sehingga terbentuklah zigot. (Jannah,2012: 57)
5) Replikasi sel mitosis yang disebut pembelahan yaitu dari zigot
blastomer  morula blastomer  blastosis.
6) Pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio.
(Jannah,2012:57)
7) Morula terdiri atas 16 selberupa bola sel padat yang dihasilkan
dalam 3 hari, morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona
pelusida.(Jannah,2012: 57)
c. Nidasi/implantasi
Dengan masuknya iti spermatozoa kedalam sitoplasma,”vitelus”
membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam
keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti
bentuk anafase dan “ telofase” sehingga pronukleusnya menjadi
“haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid aling
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam
pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita.
Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk
autosom sedangkan 2 kromosom sisanya sebagai pembawa tanda seks,
wanita selalu resesif dengan kromosom seks yaitu X. Laki-laki memiliki
dua bentuk kromosom seks yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa
kromosom X bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita sedangkan
bila kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-laki.
Oleh karena itu pihak wanita tidak dapat disalahkan dengan jenis kelamin
bayinya yang lahir karena yang menentukan jenis kelamin adalah pihak
suami. Setelah pertemuan kadua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk
zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi
dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan nti, hasil konsepsi
terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi eluruh
6

ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut
stadium morula. Selama pembelahan sel dibagian dalam , terjadi
pembentukan sl dibagian luar morula yang kemungkinan berasal dari
korona radiata yang menjadi hormon korionik gonadotropin, yang
mempertahankan korpus luteum grvidarum.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terbentuk ruangan
yang mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang dilapisi
sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sementara itu, pada
fase sekresi, endometrium telah makin tebal an makin banyak
mengandung glikogen yang disebut desiua. Sel trofoblas yang meliputi
primer vili korealis melakukan destruksi enzimatik-proteolitik, sehingga
dapat menanamkan diri di dalam endometrium. Proses penanaman
blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke 6 sampai
7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam endometrium,
mungkin terjadi perdarahan yang disebut tanda hartman.
(Manuaba,dkk,2010:79-82)
4. Perubahan-perubahan pada wanita sebagai adaptasi terhadap
kehamilan
a. Perubahan pada alat genital menurut Siswosudarmo tahun (2010) :
1) Uterus
Besar uterus sampai aterm dapat mencapai 1000 kali besarnya
sebelum hamil, beratnya mencapai 30 kali, dan kapasitas isinya kurang
lebih adalah 5 liter. Uterus yang membesar ini memberikan penekanan-
penekanan terhadap alat-alat sekitarnya sehingga memberikan pula
keluhan-keluhan gastrointestinal, respirasi,kardiovaskular dan sistem
urinaria. Aliran darah ke uterus naik 60 kali, menjadi kira-kira 600
ml/menit(kira-kira 10% cardiac output).
2) Serviks
Banyak wanita mengeluh mengeluh keputihan selama kehamilan.
Bila tidak disertai rasa gatal/panas, biasanya ini hanya disebabkan oelh
sekresi serviks yang meningkat sebagai akibat stimulasi estrogen.
Pengobatan pada umumnya tidak perlu.
3) Ovarium
7

Korpus luteum mengalami regresi pada minggu ke 8. Selanjutnya


ovarium menjadi inaktif karena hormon-hormon pituitaria ditekan oleh
estrogen dan progesteron plasenta.
4) Perubahan pada payudara
Payudara tumbuh membesar karena poliferasi asini maupun duktus
laktiferus. Pertumbuhan mammae dipacu oleh estrogen dan prolaktin.
Pada kulit timbul striae dan beberapa vena tampak membesar, muncul
di permukaan. Areola dan pilla lebih hiperpigmentasi. Pada beberapa
bulan kehamilan, dari papila dapat keluar kolostrum bila dilakukan
masase ringan. Laktasi sendiri baru terjadi beberapa hari setelah
persalinan.
5) Perubahan pada sistema endokrin
Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat
produksi estrogen dan progeteron plasenta dan juga hormon-hormon
yang dikeluarkan oleh janin.
a) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan pada
akhir kehamilan. Kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
b) Progesteron
Produksi progesteron bahkan lebih banyak dibanding estrogen.
Pada kahir kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari.
Progesteron menyebabkan tonus otot polos menurundan juga
diuresis.
c) Hormon Chorionic Gonadotropin
Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan dan
merupakan dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang
lebih 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamnya adalah
mempertahankan korpus luteum.
d) Hormon Placental Lactogen
Produksi hormon ini terus naikan pada saat aterm mencapai 2
gram/hari. Efeknya mirip dengan hormon pertumbuhan. Ia juga
bersifat diabetogenik sehingga kebutuhan insulin wanita hamil
meningkat.
e) Pituitary Gonadotropin
8

FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama


kehamilan karena ditekan oleh estrogen dan progesteron plasenta.
f) Prolaktin
Produksinya terus meningkat sampai aterm, sebagai akibat
kenaikan sekrei estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh
estrogen di tingkat target organ.
g) Growth Hormon (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
h) TSH, ACTH,dan MSH
Hormon-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
i) Tiroksin
Kelenjar tiroid mengalami hipoertrofi dan produksi T4 meningkat.
Namun T4 bebas relatif tetap karena Thyroid binding globulin
meninggi, yang merupakan akibat tingginya estrogen.
j) Aldosteron, Renin, dan Angiostensin
Hormon ini naik, yang menyebabkan naiknya volume
intravaskular.
k) Insulin
Produksi insullin meningkat sebagai akibat estrogen, progesteron
dan HPL.
l) Parathormon
Hormon ini relatif tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
6) Perubahan pada sistem kardiovaskular
Perubahan sistema kardiovaskular selama kehamilan memberikan
banyak implikasi terhadap manajemen penyakit jantung pada wanita
hamil. Perubahan tersebut mempengaruhi manajemen persalinan dan
perawatan selama dan setelah kehamilan. Perubahan dasar pada sistema
kardiovaskular adalah:
a) Volume darah
b) Cardiac output
c) Penurunan hambatan vaskular sistemik selama kehamilan
d) Redistribusi aliran darah
e) Perubahan hemodinamik saat persalinan
f) Perubahan hemodinamik setelah persalinan
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 44)
9

7) Perubahan sistema respiratorius


Oleh karena cadangan pulmo meningkat (selama latihan,ventilasi
menit dapat meningkat 1000% tetapi cardiac output hanya meningkat
300%), pasien dengan penyakit paru jarang mengalami pemburukan
penyakit selama kehamilan.(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 45)
8) Perubahan sitema urinaria
Kecepatan glomerolus dan aliran darah renal meningkat sampai
50%, sebagai akibat kenaikan cardiac output. Dapat pula terjadi sedikit
hidronefrosis/hidroureter, mungkin karena menurunnya tonus otot atau
karena tekanan uterus. Frekuensi kencing bertambah karena tekanan
uterus membesar. Bisa juga terjadi stress incontinence karena
perubahan posisi angulus vesikouretralis sebagi akibat naiknya kandung
kencing. (Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 46)
9) Perubahan pada sistema gastrointestinal
Perasaan tidak enak di ulu hati disebabkan oleh perubahan posisi
lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah.
Produksi asam lambung menurun. Pada trimester 1 sering terjadi nausea
dan muntah karena pengaruh HCG. Penderita sering meludah dan tidak
enak makan. Hemoroid sering terjadi karena tekaan venosa dibagian
bawah tubuh. Konstipoasi terjadi karena pengaruh progesteron.
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 47)
10) Perubahan muskuluskeletal
Uterus yang membesar akan memperbesar derajat lordosis
sehingga seringg menyebabkan sakit pinggang. Bila wanita
mengalami defisiensi kalsium, dapat terjadi demineralisasi tulang
dan/gigi. Sendi-sendi panggul menjadi lebih mobile.
(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 48)
11) Perubahan metebolismeKarbohidrat
Kehamilan bersifat diabetogenik sehingga diabetes yang tadinya
belum muncul, tidak jarang menjadi manifes selama kehamilan. HPL
melawan kerja insulin ehingga dibutuhkan lebih banyak insulin. Pada
wanita sehat gula darah puasa sedikit turun. Estroge, progesteron dan
kortisol diduga juga mempunyai efek diabetik. Dalam plasenta
didapatkan juga insulinase,tetapi ternyata kecepatan degradasi insulin
invivo pada wanita hamil tidak berbeda dengan wanita yang tidak
10

hamil. Pada wanita sehat dalam kehamilan sering dijumpai glukosuria


karena naiknya kecepatan filtrasi glomerulus dan menurunya
reabsorbsi oleh tubulus.(Siswosudarmo,Sp.OG,2010: 48)
12) Perubahan asam basa
Wanita hamil mengalami hiperventilasi sehingga timbul
alkalosis respirasi, yang disebabkan oleh penurunan p CO2 darah yang
dapat dikompensasi oleh bikarbonat plasma.(Siswosudarmo,sp.OG,
2010 : 49)
13) Perubahan berat badan ibu hamil bertambah
Kenaikan berat rata-rata selama masa hamil adalah 12,5 kg. Dari
jumlah ini, 9 kg merupakan berat janin, plasenta, cairan amnion,
hipertrofi uterus, peningkatan volume darah maternal. Kenaikan berat
sisanya merupakan peningkatan cadangan lemak maternal. Variabel
yang mempengaruhi kenaikan berat meliputi usia, paritas, pendapatan,
pendidikan ibu, ras, an latar belakang etnik. Kenaikan berat badan
sebelum hamil, penggunaan energi, persiapan laktasi, dan gestasi
multiple.(Sinclair,2010: 23)
b. Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester 1
Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron
dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara
fisiologis pada ibu misalnya mual, muntah, keletihan, dan pembesaran
pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologi sebagai berikut :
1) Ibumembenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan, dan kesedihan.
2) Mencaritahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan
memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan seringkali
memberitahukan orang lain apa yang dirahsiakannya.
3) Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada
wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan
suami. Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai
dan mencinta, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan, libido yang
sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran
payudara, keprihatinan, dan kekuatiran. Sedangkan bagi suami
11

seringkali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai


istri dan calon bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih lanjut jika
dihadapkan dengan istri yang mempunyai libido yang tinggi atau
meningkat.Sedangkan bagi susuai sebagai calon ayah akan imbul
kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan
untuk mencari nafkah bagi keluarga.(Hani dkk, 2010:68
5. Ketidaknyamanan pada Trimester 1
Ketidaknyaman Fisiologi Cara mengatasi
Hipervaskularisas
Terjadi hipervaskularisasi Kebersihan payudara
i payudara pembuluh darah akibat untuk persiapan laktasi
peningkatan hormon dengan melakukan
estrogen dan progesteron perawatan payudara ibu
selain itu juga terjadi hamil(Hani,dkk,2010:5
peningkatan hormon 3)
somatomamotropin untuk
produksi ASI sehingga
menjadi lebih besar
Karies gigi dan Peningkatan estrogen dan a. Berkumur denan air
gusi berdarah progesteron meningkatkan hangat dan asin
aliran darah ke rongga b. Menggosok gigi
mulut, hipervasklarisasi secara teratur dan
pembuluh darah kapiler gusi menjaga
sehinga terjadi edema dan kebersihannya
hiperplastis ketebalan c. Memeriksakan gusi
epitelial berkurang sehingga secara teratur
gusi lebih rapuh, timbulnya (Hani,dkk,2010: 53)
muntah menyebabkan
kebersihan mulut terganggu
dan meningkat rasa asam di
mulut
Mual muntah Terjadi reaksi pada otot-otot a. Hindari bau dan
pencernaan antara lain faktor penyebab lain
peristaltik di lambung b. Makan biskuit
menjadi lebih lama dan kering atau roti
mudah terjadi peristaltik sebelum bangun dari
balik esofagus. Selain itu tempat tidur dan
pengaruh dari peningkatan bangun
hormon HCG juga dapat c. Makan sedikit tetpi
menyebaban ibu hamil sering
merasakan mual dan muntah d. Duduk tegak setiap
kali selesai makan
e. Istirahat seperlunya
(Hani,dkk,2010: 54)
Chloasma Terjadi perubahan warna a. Hindari sinar
gravidarum bercak hiperpigmentasi matahari secara
kecoklatan pada kulit berlebihan saat
didaerah tonjolan maksila hamil
dan dahi khusunya pada b. Gunakan bahan
wanita hamil berkulit hitam pelindung
12

akibat peningkatan hormon nonalergis


estrogen dan progesteron c. Hindari penggunaan
serta hormon hidrokuinon
melanokortikotropin (Hani,dkk,2010: 62)

6. Tujuan kunjungan
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,maternal dan sosial
ibu dan bayi.
c) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)
7. Fungsi Asuhan Kehamilan
Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang
pertama, sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan
aktifitas pendidikan.Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan screening,
identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila
perlu.Fungsi yang terakhir adalah untuk memantau kesehatan selama hamil
dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi (Padila, 2014).
8. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama
Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil
meliputi tahap pencatatan yang meliputi adalah identitas ibu hamil, kehamilan
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, serta penggunaan cara
kontrasepsi sebelum kehamilan. Pada tahap pemeriksaan dilakukan
pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik. Tahap
pemberian terapi yaitu pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian
obat rutin seperti tablet Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta
obat-obatan khusus atas indikasi dan penyuluhan/konseling (Depkes RI,
2007).
13

9. Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Ulang


Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan pemeriksaan
antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal
pertama.Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan
fisik yang terarah serta 14 penyuluhan bagi ibu hamil.Kegiatan yang
dilakukan yaitu anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum,
obstetrik, laboratorium, imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin khusus
dan penyuluhan (Depkes RI, 2007).
10. Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "14T".
a. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ).
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan
kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 -
0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk ibu hamil
sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat
badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung IMT anda yakni :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2
Tabel 2 Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
Sumber :(Prawirohardjo, 2013)
Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan bertahap,
bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan
gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4 kg. Perempuan dengan
gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks masa tubuh adalah suatu
metode untuk mengetahui penambahan optimal, yaitu:
1) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5 kg
2) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa,
& Daulay, 2015)
14

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor


resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan
rongga panggul.
b. Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.Pemeriksaan
tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi
atau rendah.Tekanan darah yang normal 110/80 - 120/80 mmHg.
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di
bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
d. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat besi
ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah yang terjadi
selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
e. Pemberian Imunisasi TT (T5)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan.Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) artinya pemberian
kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
1) Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).
2) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya
diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan
(Depkes RI, 2000).
Jadwal Imunisasi TT :
15

Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan
imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali
(suntikan) selama kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan
kedua pada empat minggu kemudian). Jarak pemberian (interval)
imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu (Saifuddin dkk, 2001 ;
Depkes RI, 2000) . (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
Tabel 3. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Lama %
Antigen Interval
perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan -
TT 1 -
antenatal pertama
4 minggu setelah 3 tahun
TT 2 80
TT1
6 bulan setelah 5 tahun
TT 3 95
TT2
1 tahun setelah 10 tahun
TT 4 99
TT3
1 taun setelah 25 tahun/
TT 5 99
TT4 seumur hidup
Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)
f. Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan
cara Sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama
kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan.Pemeriksaan Hb adalah salah
satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil.
g. Pemeriksaan Protein urine (T7)
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu
hamil.Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada
ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.Pemeriksaan
protein urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklampsia.
h. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah
untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual,
antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali
datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan
postif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan.Akibat fatal yang terjadi
adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan
lanjut dapat menyebabkan premature, cacat bawaan.
i. Pemeriksaan urine reduksi (T9)
16

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus
Gestasioal.Diabetes Melitus Gestasioal pada ibu dapat mengakibatkan
adanya penyakit berupa pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
j. Perawatan Payudara (T10)
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2
kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
k. Senam Hamil ( T11 )
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan.Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
l. Pemberian Obat Malaria (T12)
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada
ibu hamil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan
hasil apusan darah yang positif.Dampak atau akibat penyakit tersebut
kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapt terjadi abortus, partus
prematurus juga anemia.
m. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13)
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
n. Temu wicara / Konseling ( T14 ).(Pantiawati & Suryono, 2010).
11. Jadwal kunjungan
Sebaiknya setiap wanita hamil memeriksakan diri ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaandilakukan setiap 6
minggu sampai kehamilan. Sesudah itu, pemeriksaan dilakukan setiap 2
minggu. Dan sesudah 36 minggu.Kunjungan kehamilan sebaiknya dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a) Satu kali pada trimester pertama
b) Satu kali pada trimester kedua
c) Dua kali pada trimester ketiga. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013)
17

12. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal


Pelayanan kegiatan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu dokter
umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedik yaitu bidan, perawat yang
sudah mendapat pelatihan.Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, bidan praktik swasta, polindes,
rumah sakit bersalin, dan rumah sakit umum (Padila, 2014).

13. Cakupan Pelayanan Antenatal


Cakupan pelayanan antenatal adalah persentasi ibu hamil yang telah
mendapatkan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja yang terdiri dari cakupan K1 dan cakupan K4.Cakupan K1 adalah
cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Cakupan
K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu (Kemenkes RI, 2010).
14. Pelayanan Antenatal Lengkap
Antenatal care lengkap atau yang sering disebut dengan K4 adalah
seorang ibu hamil yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit
4 kali selama kehamilannya dengan distribusi pemberian pelayanan yang
dianjurkan adalah 1 kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua
kali pada trimester III (Kemenkes RI, 2010).

B. Emesis Gravidarum
1. Pengertian
Emesis gravidarum adalah gejala yang sering terjadi pada kehamilan
trimester I. mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula terjadi setiap
saat dan malam hari (Wiknjosastro, 2009).
Emesis gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan
pada ibu hamil trimester I, keluhan ini biasanya akan timbul 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Prawirohardjo, 2010).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan
18

oleh karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic


Gonadotropin) dalam serum (Wiknjosastro, 2009). Kadar hormon estrogen
yang tinggi saat hamil, mungkin merupakan penyebabnya, wanita yang hamil
untuk pertama kalinya dan wanita yang bertubuh besar, memiliki hormon
estrogen yang bersirkulasi lebih tinggi dan cenderung mengalami gangguan
kehamilan. Dalam kehamilan terjadi relaksasi jaringan otot dalam sistem
pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam
lambung. Akan tetapi, tidak semua ibu hamil mengalaminya (Kusmiyati, Yuni,
2009). Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal
kehamilan, serta gaya hidp juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis
gravidarum ini. Studi membuktikan bahwa calon ibu yang makan-makanan
yang berprotein tinggi namun berkarbohidrat dan mengandung Vitamin B6
berpeluang lebih rendah mengalami mual. Keparahan mual pun berkaitan
dengan gaya hidup calon ibu, kurang makan, kurang tidur, atau istirahat dan
stress dapat memperburuk rasa mual (Niven, 2013).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Manuaba tahun 2012, tanda-tanda emesis gravidarum adalah :
a. Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi dipagi hari
tetapi dapat pul terjadi setiap saat
b. Nafsu makan berkurang
c. Mudah lelah
d. Emosi yang cenderung tidak stabil

(Manuaba, 2012)

4. Pengaruh Emesis Gravidarum pada Ibu


Keluhan mual dan muntah ini merupakan suatu yang normal, akan tetapi
dapat menjadi tidak normal apabila mual dan muntah ini terjadi terus-menerus
sehingga mengganggu keseimbangan gizi, cairan, dan elektrolit tubuh.
Pengaruh emesis gravidarum bagi ibu adalah :
a. Mual dan muntah yang berlebihan menyebabjan cairan tubuh berkurang,
sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi)
b. Sirkulasi darah ke jaringan terhambat, jika hal ini terjadi makan konsumsi
O2 dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan makanan dan
O2 ke jaringan akan menimbulkan keruskaan jaringan yang dapat
19

mempengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya


(Admin, 2010).
c. Lemas, apatis, kulit mulai jelek, lidah kotor dan kering
d. Dapat terkena dehidrasu sehingga akan menimbulkan gangguan pada
kehamilannya
e. Kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula
terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau
syndrome mallary weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Wiknjosastro,
2009).
Menurut Yuni tahun 2009, tanda – tanda dehidrasi adalah :
a. Berat badan menurun
b. Denyut nadi meningkat (120x/menit dan terus naik)
c. Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
d. Mata cekung
e. Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka harus
segera mendapatkan pertolongan bidan atau tenaga kesehatan lainnya.
Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologi pada awal kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-
hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering (Kusmiyati, Yuni,
2009).
5. Patofisiologi
Peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG (Human Chorionic
gonadotropin) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan
kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal
mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan
lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan
penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkonstribusi terhadap terjadinya
mual dan muntah. Manifestasi klinis yang timbul apabila emesis gravidarum ini
tidak mendapatkan penanganan yang sesuai akan menimbulkan hiperemesis
gravidarum.
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi pada hamil muda, bila
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan
20

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak
yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam
asetoasetik, asam hidroksi buturik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah ke jaringan
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal berakibat frekuensi muntah bertambah banyak, sehingga
dapat merusak hati.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat
badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit.
Pencernaan serta absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adequat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan
energi tubuh. Jika tidak ada karbohidrat maka lemak akan digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme
lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam
urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat, urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 mengakibatan terjadinya neuropati perifer dan anemia, dan pada
kasus berat kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya wernicke
enchephalopati (Manuaba, 2012; Niven, 2013). Pernyataan tersebut didukung
oleh Manuaba tahun 2012 dan Wiknjosastro 2009 yang menyatakan bahwa
wernicke enchepalopati dapat timbul akibat defisiensi tiamin(Wiknjosastro,
2009; Manuaba, 2012).
21
22

6. Pathways
Meningkatnya
reseptor kimia
karena kehamilan

Perubahan Pengaruh Pengaruh Tanggapan


sistem endokrin psikologis lingkungan terhadap kehamilan

↑Hormon HCG, stres  Bau Sistem viseral :


estrogen, dan  Suara  Infeksi bakteri
progesteron  Posisi  Helicobaster pylori
duduk  Infeksi virus
Mempengaruhi
sistem saraf
Merangsang SSP, simpatis
pengaruhnya : Merangsang
pengeluaran Pengeluaran
dopamin dan
 Pengosongan Meningkatkakn
histamin dan
asetilkolin serotonin
lambung berkurang pengeluaran
 Penurunan motilitas hormon epinefrin,
lambung norepinefrin, dan
 Refluks esofagus kortisol
 Peningkatan HCL

↑Asam
lambung
23

Pusat mual dan muntah :

 Pusat saliva
 Pusat vasomotor
 Pusat pernapasan
 Nervus kranial

Nervus spinalis Nervus franikus Nervus vagus

Dinding Diafragma Lambung - esofagus


abdomen

Terjadi mual-
muntah (kontraksi
bersama)

Farmakologis Non
Farmakologis

 B6 (piridoksin)
 Doxylamine
Non Farmakologis :

 Makan sedikit tapi sering


 Bangun tidur perlahan
 Makan-makanan yang
mengandung protein
 Manajemen stres
 Akupuntur
 Jahe
 Daun mint
24

7. Penatalaksanaan
Penanganan Emesis Gravidarummenurut Yuni tahun 2009 adalah :
1) Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi emesis gravidarum
(Nonfarmakologis)
a) Makanlah sesering mungkin dalam porsi kecil, siang hari untuk
porsi besar dan malam hari cukup porsi kecil.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistyawati (2014)
dengan judul Konsumsi makanan kecil di pagi hari
mempengaruhi morning Sickness pada ibu hamil trimester
diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan
kecil di pagi hari dengan tingkat morning sickness.
Mengkonsumsi makanan kecil di pagi hari dapat membantu
memperingan gejala mual mual muntah. Sehingga diharapkan
seluruh ibu hamil memiliki minat lebih tentang berbagai
informasi terkait dengan kehamilan, khususnya mengkonsumsi
makanan kecil di pagi hari menjadi alternative utama penanganan
morning sickness.
b) Lebih banyak istirahat, hal ini akan membantu mengurangi
keletihan yang dapat menimbulkan rasa mual
c) Simpanlah beberapa makanan kecil seperti coklat atau cracker
untuk dimakan sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari.
d) Bangun tidur perlahan-lahan, luangkan waktu untuk bangkit dari
tempat tidur secara perlahan-lahan.
e) Berolahraga dan hiruplah udara segar dengan melakukan olahraga
ringan, berjalan kaki atau berlari-lari kecil akan membantu
mengurangi rasa mual dan muntah di pagi hari.
f) Menu makanan yang banyak mengandung protein juga memiliki
efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual
g) Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala
mual
25

h) Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk


penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe
(Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan
nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya,
gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh galur H.
pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang
sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials
menunjukkan bahwa ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo
dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek samping berupa
refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian,
tetapi tidak ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran
kehamilan
Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat
kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan
muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada
titik akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan
hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya masih terbatas
karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang
besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari
penggunaan acupressure,4 namun The Systematic Cochrane
Review mendukung penggunaan stimulasi akupunktur P6 pada
pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat
mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah
pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan
mual dan muntah serta merangsang kenaikan berat badan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kundarti dkk
(2015) dengan judul Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe (Zingiber
Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil
diperoleh hasil bahwa ada pengaruh pemberian serbuk jahe
terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil usia kehamilan
0-16 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kecamatan
26

Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Sedangkan penelitian yang telah


dilakukan oleh Rufaridah (2019) dengan judul Pengaruh Seduhan
Zingiber Offcinale (Jahe) Terhadap Penurunan Emesis
Gravidarum diperoleh hasil bahwa ada efektivitas seduhan jahe
terhadap penurunan emesis gravidarum pada trimester pertama.
Diharapkan ibu hamil bisa mengkonsumsi jahe dengan dosis yang
tepat dan cara yang benar untuk menurunkan mual muntah yang
diderita ibu hamil. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh
Alyamaniah (2014) dengan hasil bahwa ada perbedaan yang
signifikan penurunan frekuensi emesis Gravidarum. wedang jahe
efektif dalam menurunkan emesis gravidarum sehingga
masyarakat dapat memanfaatkan wedang jahe sebagai pengobatan
alternatif sebelum menggunakan obat antiemetik, dan dapat
mengolah varian lain dari tanaman jahe yang dapat digunakan
untuk menurunkan frekuensi emesis gravidarum.
27
2) Penatalaksanaan farmakologis
Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan
pola makan tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis
gravidarum, obat-obatan diberikan setelah rehidrasi dan kondisi
hemodinamik stabil.( Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl
J Med. 2010;363:1544-50.)
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6
(piridoksin), antihistamin dan agen-agen prokinetik. American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg
piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai
farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif.(Niebyl JR. Nausea and
vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-50 dan ACOG
Practice Bulletin: Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol.
2004;103(2):803-14.)
Dalam sebuah randomized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine
terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi
dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berat
hiperemesis, yaitu Wernicke’s encephalopathy. Komplikasi ini jarang
terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai
dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan
ekstraokular (Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea
and vomiting of pregnancy and hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol.
2004;24:530-3).
3) Sementara hal-hal yang harus dihindari adalah :
a) Hindari mengkonsumsi makanan berminyak atau digoreng karena lebih
sulit untuk dicerna.
b) Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan minuman
bersoda (cola).
c) Hindari menyikat gigi begitu selesai makan, bagi beberapa ibu hamil
menyikat gigi menjadi hal yang problematik karena hanya dengan
memasukkan sikat gigi dalam mulut membuat mereka muntah, sehingga
pilihlah waktu yang tepat untuk menggososk gigi.
d) Hindari bau-bau yang tidak enak atau sangat menyengat, bau menyengat
akan menimbulkan rasa mual dan muntah.

28
29

Berdasarkam penelitian yang telah dilakukan oleh Dainty (2017) dengan


judul Inhalasi lemon mengurang Mual muntah pada ibu hamil Trimester
satu diperoleh hasil bahwa Ada pengaruh pemberian inhalasi aromaterapi
lemon terhadap morning sickness pada ibu hamil dengan P-value = 0.000.
Oleh karena itu disarankan bagi ibu hamil yang mengalami mual muntah
dapat menerapkan pengobatan aromaterapi lemon untuk mengurangi
mual muntah sehingga dapat mengurangi penggunaan obat farmakologi
yang ada efek sampingnya.
e) Hindari mengenakan pakaian ketat, pakaian yang terlalu ketat dapat
memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat
memperburu rasa mual itu sendiri.

II. Tinjauan Asuhan Kebidanan Kehamilan


1. Asuhan Kebidanan Kehamilan Kunjungan Awal
a. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar ini di tujukan untuk mengetahui data dari
pasien baik subjektif maupun objektif.
1) Anamnesis
a) Identitas Pasien
(1) Nama : Untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang
lain (Marmi, 2012 ; h. 179).
(2) Umur (<16 tahun atau > 35 tahun). Dimana masalah yang
biasanya muncul setelah usia 35 tahun mencakup peningkatan
risiko kelinan genetik. Wanita berumur ≤16 tahun
meningkatkan risiko bayi prematur, perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum (Marmi, 2012; h. 179).
(3) Suku atau bangsa: Untuk menentukan adat istiadat atau
budayanya (Marmi, 2012; h. 179).
(4) Agama: Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi,
2012; h. 179).
(5) Alamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal (Marmi, 2012; h. 179).
30

(6) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat


pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang
(Estiwidani, 2008; h. 141).
(7) Pekerjaan: Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien (Estiwidani,
2008; h. 141).
b) Alasan datang : Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang,
apakah memeriksakan kehamilan atau memeriksa keluhan lain
(Mufdlilah, 2009; h. 11).
c) Keluhan Utama : Keluhaan pada ibu hamil trimester I yang
biasanya dirasakan adalah mual muntah, pusing.
d) Riwayat Kesehatan : Apakah pasien sedang ataupun pernah
menderita penyakit seperti jantung, diabetes melitus, ginjal,
hipertensi, HIV dan hepatitis (Sulistyawati, 2009; h. 335). Riwayat
kesehatan keluarga ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko
penyakit menular seperti hepatitis, HIV dan juga penyakit menurun
seperti hipertensi, asma, diabetes seta kelainan-kelainan genetic
(Mufdillah, 2009; h. 12).
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid : Data yang diperoleh mempunyai gambaran
tentang keadaan dasar dari organ reproduksi. Beberapa data
yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain :
(a) Menarche, adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita Indonesia pada umumnya mengalami menarche
sejak 12 smpai 16 tahun.
(b) Siklus, adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar
23 sampai 32 hari.
(c) Banyaknya, data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi dikeluarkan dengan beberapa pertanyaan
pendukung misal sampai berapa kali mengganti pembalut
dalam sehari.
(d) Keluhan, beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
31

sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak


(Sulistyawati, 2009; h. 167).
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui riwayat kehamilan
sebelumnya misalnya adanya komplikasi pada kehamilan,
kelahiran dan faktor resiko.
(a) Paritas Klien, dituliskan dengan G...P...A dimana G adalah
gravida (jumlah kehamilan sampai dengan kehamilan saat
ini, P adalah paritas (jumlah kelahiran) dan A abortus yaitu
berapa kali ibu mengalami abortus pada kehamilan
sebelumnya (Mufdlilah, 2009; h.12).
(b) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) ditanyakan untuk
memperkirakan tanggal persalinan (Mufdlilah, 2009; h.12).
(c) HPL, apabila siklus menstruasi 28 hari HPL (Hari
Perkiraan Lahir) dapat dihitung dengan menambahkan 7
pada tanggal, mengurangi 3 atau menambah 9 pada bulan,
dan menambah 1 atau tetap pada tahun (+7, -3, +1) / (+7,
+9) (Mufdlilah, 2009; h.12).
(d) Gerak janin normalnya ≥10x/12 jam (Mufdlilah, 2009; h.
12).
(e) Tetanus Toxoid, pemberian imunisasi TT pada remaja putri
atau WUS dan pada ibu hamil dilakukan setelah ditentukan
dahulu status imunisasi TT
(f) Lingkar Lengan Atas (LILA): Dimana LILA kurang dari
23,5 cm disebut Ibu hamil dengan Kekurangan Eneregi
Kronis (KEK) akan dapat melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2012; h. 9).
(g) ANC : Setiap ibu hamil sedikitnya memerlukan empat kali
kunjungan selama periode antenatal yaitu minimal 1 kali
kunjungan selama trimester I (0 - 12 minggu), minimal 1
kali kunjungan selama trimester II (≥ 12- 24 minggu), dan
minimal 2 kali kunjungan selama trimester ke III (≥ 28
sampai dengan kelahiran) (Kemenkes RI, 2012; h. 5).
(h) Fe : Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama
32

kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama dengan


dosis perhari 1 tablet 60 mg (Kemenkes RI, 2012; h.10).
(i) Tanda Bahaya
(j) Kekhawatiran Khusus : adanya kekhawatiran,
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.
(k) Kebiasaan minum obat-obatan/ jamu:
Tabel 2.5 Obat yang berpotensi membahayakan atau
menimbulkan kelainan pada janin

Nama obat Kemungkinan kelainan ada bayi


Kloramfenikol Gangguan pernafasan, grey syndrom
Tetrasiklin Gangguan pertumbuhan tulang,
perubahan warna gigi dan rapuh
Streptomisin Gangguan keseimbangan
Anti kanker Trombositopenia, cacat bawaan
Anti malaria Kelainan kongenital
Aspirin IUGR
Antikonvulsa Cacat pada kepala dan muka,
n pertumbuhan janin terhambat
Alkohol Cacat pada kepala dan muka,
pertumbuhan janin terhambat
(Kusmiyati, 2010; h. 92).
Minum jamu merupakan kebiasaan yang beresiko bagi ibu
hamil karena dapat membahayakan tumbuh kembang janin
dan menyebabkan kecacatan, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), partus prematurus, abortus, asfiksia neonatorum,
kelainan jantung, ginjal serta kematian janin (Kusmiyati,
2010; h 88).
(3) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu : Jumlah
kehamilan, aborsi (spontan atau dengan obat- obatan), jumlah
anak yang lahir hidup, dan komplikasi untuk mewaspadai
kemungkinan terjadinya masalah potensial (Ladewig, 2006; h.
10).
(a) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran untuk mengetahui usia
bayi (Marmi, 2012; h. 180).
(b) Lahir aterm, premature untuk mengetahui adanya resiko
bayi lahir prematur berulang (varney, 2007; h. 782).
33

(c) Jenis persalinan, spontan atau sesar, jika ada bekas sesar
maka kemungkinan resiko untuk persalinan sesar terulang
kembali (Varney, 2007; h. 780).
(d) Berat badan lahir dikaji untuk mengetahui kekuatan
panggul wanita, mengantisipasi komplikasi bayi besar
(varney, 2007; h. 692). Normal berat badan lahir 2500-
4000 gram (Marmi, 2012; h. 180).
(e) Tempat persalinan dan penolong persalinan dikaji untuk
mengetahui penolong persalinan yang aman dan bersih
dilakukan oleh bidan, dukun atau dokter (Manuaba, 2007;
h; 210).
(f) Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas untuk
mengidentifikasi masalah potensial pada pelahiran dan
pasca partum kali ini (Varney, 2007; h. 692).
(g) Keadaan anak sekarang dikaji untuk mengetahui adanya
keadaan bayi lahir mati atau tidak.
(h) Lama menyusui mengetahui kesuksesan menyusui dini
seorang ibu (Mandriwati, 2007; hal. 26).
(4) Riwayat anak yang lalu: Mencakup berat bayi sewaktu lahir,
adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi
saat dilahirkan hidup/mati (Estiwidani, 2008; h; 142). Ukuran
atau berat bayi untuk mengetahui berat bayi terbesar yang
dilahirkan pervaginam memastikan ke adekuatan panggul
wanita untuk ukuran bayi saat ini (Varney, 2007; h. 467).
f) Riwayat Perkawinan: Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
antara lain berapa tahun usia ibu saat menikah, status pernikahan
(syah/tidak), lama pernikahan dan suami saat ini adalah suami
keberapa (Sulistyawati, 2009; h. 169).
g) Riwayat KB: Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan :jenis
kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai
lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana
pemakaian alat kontrasepsi setelah melahirkan (Estiwidani, 2008;
142).
h) Pola pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
34

(1) Pola nutrisi: Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien
berkaitan dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah
per hari dan pantangan (Sulistyawati, 2009; h. 169). Kebutuhan
kalori saat hamil mengalami peningkatan 20-25% dari
kebutuhan normal sebanyak 2200-2500 kalori/hari menjadi
2700-3500 kalori/hari (Manuaba, 2007; h. 154). Peningkatan
cairan menjadi 400 ml per hari. Total kebutuhan cairan ibu
hamil menjadi 2400 ml/hari (Kemenkes, 2013; h. 32).
(2) Pola Aktivitas: Kita perlu mengkaji aktivitas sehari- hari pasien
karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah (Sulistyawati,
2009; h. 170).
(3) Pola eliminasi: Pada trimester I terjadi pembesaran janin yang
juga menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan
mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat
tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi
(Sulistyawati,2009; h. 119). Konstipasi juga sering terjadi
karena efek dari relaksasi progesteron dan perubahan pola
makan (Pantiawati, 2010; h. 76).
(4) Pola istirahat: Istirahat malam harinormalnya adalah 6-8 jam.
Perlu diingatkan pada ibu untuk tidur disiang hari selama hamil
karena tidak semua wanita memiliki kebiasaan tidur siang
(Sulistyawati,2009; h. 170).
(5) Pola seksual
(6) Personal hygine: Ibu hamil dianjurkan untuk mandi minimal 2
kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2009; h. 171).
(7) Psikososial spiritual: Untuk mengetahui keadaan psikososial
perlu ditanyakan: dukungan moril dan materiil dari keluarga,
pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,
kebiasaan- kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan,
pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir
(Estiwidani, 2008; h. 143).
2) Tingkat pengetahuan pasien Pemeriksaan Fisik
35

a) Pemeriksaan fisik umum:


(1) Keadaan Umum: Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
(a) Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik
terhadap llingkungan dan orang lain, serta secara fisik
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu
lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009; h. 175).
(2) Kesadaran: Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran
mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal)
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
(Sulistyawati, 2010; h. 224).
(3) Tanda- tanda Vital
(a) Tekanan Darah: Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya
hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) (Kemenkes RI,
2012; h.9). Rentang normal sistolik 90-120 mmHg,
diastolik 60-80 mmHg. Kenaikan tidak boleh lebih dari 30
mmHg pada siastolik dan tidak boleh lebih dari 15 mmHg
pada diastolik ( Manuaba, 2007; h. 880).
(b) Nadi: Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut
jantung rentang antara 60-100x/menit (Mandriwati, 2007;
h. 62)
(c) Suhu: Suhu normal wanita dewasa adalah 35,8 – 37 0 C. Ibu
hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,50 C
(Mandriwati, 2007; h. 56).
(d) Respirasi: Normal 16 - 20 x/menit ( Marmi, 2012; h. 181).
(4) Berat Badan (BB): Kenaikan berat badan setiap minggu pada
kehamilan trimester III yang tergolong normal adalah 0,4-0,5
kg (Prawirohardjo, 2009; h. 180).
36

(5) Tinggi badan: Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disporportion) (Kemenkes RI, 2012; h. 8).
b) Status present :
(1) Kepala : Dikaji bentuk kepala, kebersihan rambut, warna dan
ke
suburan (Saminem, 2008; h. 23).
(2) Mata : Misalnya warna sklera dan konjungtiva (Saminem,
2009; h.23).
(3) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip
(Sulistyawati,2009; h.138).
(4) Mulut dan gigi: Hal-hal yang perlu diperhatikan, bibir pucat
yang merupakan salah satu tanda anemia, pecah – pecah dan
stomatitis yang merupakan tanda kurang vitamin C,
ginggivitis akibat peningkatan hormon kehamilan (Pantiawati,
2010; h. 91). Serta gigi tanggal, gigi berlubang dan caries gigi
untuk menilai pemenuhan kebutuhan kalsium (Mufdlilah,
2009; h. 17).
(5) Telinga: Simetris atau tidak, adakah serumen dan tanda-tanda
infeksi (Sumarni, 2011; h.211).
(6) Leher: Adakah pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran
vena jugularis (Saminem, 2009; h.24).
(7) Ketiak: Periksa kemungkinan adanya massa/ nodul pada
aksila (Mufdlilah, 2009; h.17).
(8) Perut: Adakah pembesaran hepar,limpa dan nyeri daerah
ginjal (Sumarni, 2011; h. 211).
(9) Lipat Paha: untu mengetahui adanya pembesaran kelenjar
limfe, pembengkakan dapat diraba pada daerah ini pada orang
dewasa
(10) Vulva: Amati warna, bau dan nyeri, adakah kondiloma
(Saminem, 2008; h.24).
(11) Ekstremitas: Periksa adanya varises dan oedema pada
ekstremitas bawah (Sulistyawati, 2009; h.23). Ada tidaknya
oedema pada jari serta keadaan kuku pucat atau tidak pada
ekstremitas atas (Mandriwati, 2008; h.185).
37

(12) Punggung: Untuk mengetahui posisi punggung normal atau


tidak. Biasanya ditemukan bentuk punggung yang tidak
normal yaitu bentuk lordosis (Marmi, 2014; h 181).
(13) Anus: Memeriksa adakah hemoroid dan kebersihannya
(Ambarwati, dkk, 2009; h. 125-130).
c) Obstetrik:
(1) Inspeksi
(a) Muka : Adakah kloasma gravidarum dan pembengkakan
pada wajah (Hutahaean, 2013; h. 179).
(b) Mammae : Periksa adanya kemungkinan benjolan yang
tidak normal, perhatikan ukuran payudara simetris/ tidak,
puting payudara (menonjol, datar/ masuk. Keluarnya
kolostrum/ cairan lain, hiperpigmentasi areola. (Mufdlilah,
2009; h. 17)
(c) Abdomen : Untuk mengetahui timbulnya striae gravidarum
serta linea nigra (Saminem,2008; h. 3). Pembesarannya
apakah sesuai dengan usia kehamilan atau tidak
(Mandriwati, 2007; h 75).
(d) Vulva : Memeriksa adanya varises, pembesaran kelenjar
bartholini maupun kelenjar scene (Mufdlilah, 2009; h. 18).
(2) Palpasi
(a) Leopold I : Untuk mengetahui umur kehamilan
berdasarkan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian –
bagian janin yang berada pada fundus uteri. Normalnya
teraba bagian yang besar, bulat, lunak dan bila ditekan
tidak terasa lentingan, merupakan pertanda dari bokong
janin ( Mandriwati, 2008; h. 89-91).
(b) Leopold II : Untuk mengetahui bagian – bagian janin yang
teraba pada bagian samping kanan atau kiri uterus
(Mandriwati, 2008; h : 91). Normalnya bila yang dirasakan
bagian yang datar dan lebar adalah pertanda punggung.
Bila teraba bagian-bagian kecil janin adalah pertanda
ekstremitas janin (Mandriwati, 2008 ; h.91).
(c) Leopold III : Untuk menentukan bagian tubuh janin yang
berada pada bagian bawah uterus. Untuk mengetahui
38

apakah bagian tubuh janin yang berada pada bawah uterus


sudah atau belum masuk ke pintu atas panggul ibu.
Normalnya bagian terbawah janin yaitu kepala (bagian
yang keras, bundar dan melenting) apabila masih dapat
digoyangkan berarti bagian terendah janin belum masuk
PAP, sebaliknya apabila bagian terendah terendah janin
tidak bisa digoyangkan maka sudah masuk PAP
(Mandriwati, 2007; h. 91). Pada primigravida kepala
masuk PAP umur kehamilan 36 minggu, pada multigravida
bagian terbawah janin masuk PAP pada umur kehamilan
38 minggu sampai menjelang persalinan (Manuaba, 2007;
h.168).
(d) Leopold IV : Untuk menentukan apakah bagian terbawah
janin sudah benar-benar masuk PAP atau belum, dan
seberapa jauh bagian terbawah janin sudah masuk PAP.
Ujung- ujung jari tangan kanan dan kiri bisa dipertemukan
(konvergen), berarti sebagian kecil bagian terendah janin
sudah masuk PAP. Ujung- ujung jari tangan kanan dan kiri
tidak bisa dipertemukan (divergen), berarti sebagian besar
bagian terendah janin sudah masuk PAP tangan sejajar,
berarti setengah bagian terendah janin sudah masuk PAP
(Mandriwati, 2008; h. 92-93).
(3) Tinggi Fundus Uteri ( TFU ) : Dengan cara Mc. Donald untuk
mengetahui TFU dengan pita ukur (Pantiawati, 2010; h. 122).
Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut : Usia kehamilan
(hitungan minggu) = TFU(cm) x8/ 7. Biasanya pada usia
kehamilan 36 minggu adalah 34–36 cm (Mufdlilah, 2009; h.
45). Jarak antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus
uteri adalah tinggi fundus (JNPK-KR, 2008; h. 42).
(4) Taksiran Berat Janin ( TBJ ): Penghitungan taksiran berat janin
dengan rumus (TFU dalam cm) – n x 155 cm = gram. Bila
kepala dibawah atau pada spina ischiadica maka n = 12, bila
kepala dibawah spina ischiadica maka n= 11 (Pantiawati, 2010;
h. 123).
39

(5) Detak Jantung Janin (DJJ), normalnya 120-160x/menit


(Mandriwati, 2007; h. 103). Jika DJJ kurang dari 120x/menit
atau lebih dari 160x/menit atau tidak teratur, janin dalam
keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) yang disebut dengan
gawat janin (Mandriwati, 2008; h.103). Punctum
maksimumnya pada daerah punggung terletak diantara pusat
dan simpisis di bagian kiri/kanan ibu, dikaji apakah DJJ teratur
atau tidak dan jumlahnya adalah satu (Manuaba, 2007; h. 170).
(6) Reflek patella : Reflek patella normalnya positif, bila reflek
lutut negatif kemungkinan klien kekurangan vitamin B1. Bila
gerakan berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkan
preeclampsia (Mufdlilah, 2009; h. 21).
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan
laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan
ultrasonografi. Lakukan pemeriksaan laboratorium kadar
hemoglobin, HIV dan golongan darah (jika ibu belum mengetahui
golongan darah) pada trimester I (Kemenkes RI, 2013; h. 27-28).
2. Interpretasi data dasar
a. Diagnosa
Ny... umur... tahun G... P... A... hamil... minggu janin tunggal hidup
intrauterin, punggung kanan atau kiri, presentasi kepala, sudah atau belum
masuk PAP (Saminem, 2008; h. 88).
b. Masalah
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.Masalah juga sering
menyertai diagnosis (Soepardan, 2007; h. 99).
c. Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Tanggal / jam :
Perencanaan yang diberikan kepada ibu hamil normal pada kehamilan
trimester I yaitu:
1) Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan
bayinya dalam keadaan baik
2) Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang mungkin muncul serta cara
inya
40

3) Berikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, istirahat, eliminasi, personal


hygiene dan pola seksual
4) Berikan informasi ibu mengenai tanda bahaya kehamilan trimester I
5) Berikan informasi mengenai persiapan persalinan
6) Berikan terapi yang dibutuhkan seperti imunisasi TT, tablet Fe dengan
dosis 1x1 @60 mg yang dikonsumsi minimal 90 tablet selama
kehamilan dan asam folat 400 mcg
7) Buat kesepakatan untuk kunjungan ulang (Sulistyawati, 2009; h 195).
d. Pelaksanaan
Tanggal / jam :
1) Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan
bayi baik
2) Memberikan KIE tentang ketidaknyamanan yang mungkin muncul serta
cara mengatasinya
3) Berikan KIE tentang kebutuhan nutrisi, istirahat, eliminasi, personal
hygiene dan pola seksual
4) Memberikan informasi ibu mengenai tanda bahaya kehamilan
5) Berikan terapi yang dibutuhkan seperti imunisasi TT dan tablet Fe
dengan dosis 1x1 @60 mg yang dikonsumsi minimal 90 tablet selama
kehamilan. Tidak diminum bersamaan dengan kopi, teh, susu, soda dan
dianjurkan diminum bersamaan dengan air jeruk atau yang mengandung
vitamin C.
6) Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setiap 1
bulanlagi atau bila ada keluhan (Sulistyawati, 2009; h. 195-196).
7) Pendokumentasian
e. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah
terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah ( Sulistyawati, 2009; h. 187).
1) Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2) Ibu memahami penjelasan bidan tentang ketidaknyamanan yang muncul
dan cara mengatasinya
3) Ibu memahami penjelasan bidan tentang kebutuhan nutrisi, eliminasi,
istirahat, personal hygiene dan seksual.
41

4) Ibu memahami penjelasan bidan tentang tanda bahaya kehamilan


trimester I
5) Imunisasi TT telah diberikan dan ibu menerima tablet Fe dan bersedia
meminumnya
6) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika
ada keluhan.
7) Pendokumentasian

Anda mungkin juga menyukai