Anda di halaman 1dari 88

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau

pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan

fertilisasi, nidasi dan implantasi (Sulistyawati, 2012).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional (Prawirohardjo, 2009)

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari ovulasi (Pematangan sel) lalu pertemuan ovum (Sel telur) dan

spermatozoa (Sperma) terjadilan pembuahan dan pertumbuhan. Zigot

kemudian bernidasi (Penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta

dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba, 2013).

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 10 bulan atau

9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam

3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,

11
12

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester

ketiga 13 minggu (minggu ke-28 dan ke-40) (Prawirohardjo, 2009 ).

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas dan masuk

ke dalam saluran sel telur. Pada saat pertumbuhan, berjuta-juta cairan sel

mani atau sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim.

Dengan kompetisi yang sangat ketat, salah satu sperma tersebut akan

berhasil menembus sel telur dan bersatu dengan sel telur tersebut.

Peristiwa ini yang disebut dengan fertilisasi atau konsepsi. (Astuti, 2011).

Setelah satu sperma berhasil menembus sel telur, sel telur akan

berubah dan tidak dapat ditembus oleh sperma yang lain. Kejadian ini

biasanya terjadi di saluran telur yang paling luas, yang disebut ampula

tuba. Setelah dibuahi di ampula tuba, sel telur akan membelah diri menjadi

zigot, stadium dua sel, stadium empat sel, stadium delapan sel, enam belas

sel, dan seterusnya, sampai berbentuk seperti buah murbei dan terdiri atas

enam puluh empat sel. Kemudian, pada hari yang sama atau esok harinya,

kulit sel telur melarut. Sel yang telah dibuahi yang sekarang bernama

blastokist, bergerak ke dalam rahim untuk kemudian menempel atau

membenamkan diri di dinding rahim. Pergerakan ini dibantu oleh rambut

getar tuba. Peristiwa ini terjadi dalam waktu dua minggu pertama

kehamilan (Astuti, 2011).


13

3. Tanda Dan Gejala Kehamilan

Untuk menegakkan kehamilan dapat ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan, diantaranya :

a. Tanda-tanda dugaan hamil

Berikut ini adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan menurut

(Manuaba, 2013) yaitu :

1) Amenorea (terlambat datang bulan).

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama

haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan

perkiraan persalinan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis).

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada

pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis,

keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan

berkurang.

3) Ngidam.

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam.

4) Sinkope atau pingsan.

Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan


14

sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia

kehamilan 16 minggu.

5) Payudara tegang.

Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan

menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

6) Sering miksi (buang air kecil).

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini

sudah menghilang.

7) Konstipasi atau obstipasi.

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

8) Pigmentasi kulit.

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma

gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea

alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola

mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery

menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), dan

disekitar pipi (kloasma gravidarum).


15

9) Epulis.

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.

10) Varises atau penampakkan pembuluh darah vena.

Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakkan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat. Penampakkan pembuluh darah itu terjadi di

sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah

persalinan.

b. Tanda pasti hamil

Menurut (Manuaba, 2013) tanda pasti kehamilan dapat ditentukan

melalui :

1) Gerakan janin dalam rahim.

2) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.

3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop laenec, alat

kardiotokografi, alat dopler. Dilihat dengan ultrasonografi.

Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat

kerangka janin, ultrasonogravi.

c. Tanda tidak pasti hamil

Menurut (Manuaba, 2013) tanda tidak pasti hamil dapat ditentukan

oleh :

1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil.


16

2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks,

tanda Piscaseck kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

4. Menentukan Umur Kehamilan

Menentukan umur kehamilan sangat penting untuk memperkirakan

persalinan menurut (Kusmiyati, 2010). Umur hamil dapat ditentukan

dengan :

a. Menggunakan rumus Neagle

Rumus Neagle menggunakan usia kehamilan yang berlangsung selama

288 hari. Perkiraan kelahiran di hitung dengan menentukan hari

pertama haid terakhir yang kemudian di tambah 288 hari. Rumus

Neagle dapat di hitung dengan menambahkan hari pertama haid

terakhir dengan tujuh dan bulannya di tambah sembilan. Contoh : Hari

pertama haid terakhir tanggal 15 januari 1993, maka penghitungan

perkiraan kelahiran adalah 15 + 7 = 22 : 1 + 9 = 10 sehingga dugaan

persalinan adalah 22 Oktober 1993. (Manuaba, 2013).

b. Metode kalender

Metode kalender adalah metode yang sering kali digunakan oleh

tenaga kesehatan dilapangan perhitungannya sesuai dengan yang

direkomendasikan dari Neagle yaitu dihitung dari tanggal haid terakhir

hari ditambah 7, bulan ditambah 9 atau dikurangi 3 tahun ditambah 1.


17

c. Gerakan janin

Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur

kehamilan 16 minggu, maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan

perkiraan ini tidak tepat.

d. Tinggi fundus

Tinggi fundus uteri di ukur pada setiap kali kunjungan, mengukur TFU

juga dapat dilakukan metode lain yaitu menurut Spiegelberg : dengan

cara mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis.

Rumus perkiraan berat badan janin dapat menggunakan cara Jhonson

Tausak yaitu : TFU (cm) - (11,12,13) x 155 gram

Bagian terendah janin belum masuk Hodge III – 13

Bagian terendah janin sejajar dengan Hodge III – 12

Bagian terendah janin sudah masuk PAP – 11 (Mochtar, 2012)

5. Perubahan Anatomik dan Fisiologis pada Kehamilan.

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen,

dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh

dibawah ini. (Manuaba, 2013).


18

a. Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya

30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi

seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami

hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat

mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus

menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam

seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut

tanda Hegar. Hubungan antara besarnya rahim dan usia kehamilan

penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan

kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan

hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1) Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh

amnion, di mana desidua kapsularis dan desidua parietalis telah

menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah jari jarak simfisis dan

pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya.

2) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari

dibawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi atas

pusat.
19

3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari

diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus

xifoideus.

4) Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah

setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat.

5) Pada usia kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 1 jari

dibawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu

atas panggul.

6) Pada usia kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri turun setinggi

3 jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala

janin telah masuk pintu atas panggul.

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan

kebiru-biruan (tanda Chadwicks).

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian

ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan

hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik

hipofisis anterior.
20

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin.

Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI

dijabarkan sebagai berikut:

1) Estrogen, berfungsi:

a) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga

payudara tampak makin membesar.

c) Tekanan serat syaraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara.

2) Progesteron, berfungsi:

a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

b) Meningkatkan jumlah sel asinus.

3) Somatomamotrofin, berfungsi:

a) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktabumin,

dan laktoglobulin.

b) Penimbunan lemak di sekitar alveolus payudara.

c) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.


21

e. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retroplasenter.

3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran

darah, yaitu:

1) Volume darah. Volume darah semakin meningkat dan jumlah

serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga

terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya

pada usia kehamilan 32 minggu.

2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk

dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia

fisiologis.

3) Sistem respirasi. Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu,

terjadi desakan diagfragma karena dorongan rahim yang

membesar pada usia kehamilan 32 minggu.


22

4) Sistem pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat

menyebabkan: pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),

daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit atau pusing

kepala terutama pagi hari, yang disebabkan morning sickness,

muntah (emesis gravidarum), muntah yang berlebihan

(hyperemesis gravidarum), progesteron menimbulkan gerak

usus semakin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.

5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan

turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi

dalam bentuk sering berkemih.

6) Perubahan pada kulit. Pada kulit terjadi perubahan deposit

pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore

stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar supra renalis.

7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme

tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

untuk memberikan ASI.

f. Plasenta

Plasenta merupakan akar janin untuk mengisap nutrisi dari ibu

dalam bentuk O2 asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke

janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2.


23

Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm

dengan tebal 2,5 cm sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat

yang menghubungkan plasenta panjangnya 25 sampai 60 cm.

Implantasi plasenta terjadi pada fundus uteri depan atau

belakang. Fungsi plasenta dapat dilaksanakan melalui sirkulasi

retroplasenter dengan terbukanya arteri spiralis dan vena didasar

desidua basalis. Dibagian tepi plasenta, terdapat ruangan agak lebar

sebagai penampung sementara darah sebelum masuk menuju sirkulasi

darah ibu. Adapun fungsi plasenta yaitu:

1) Sebagai alat nutritif untuk mendapatkan bahanyang diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

2) Sebagai alat pembuangan sisa metabolisme. Ginjal, hati dan usus

janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat pembuangan. Sisa

metabolisme akan dibuang melalui plasenta, yang menghubungkan

janin dengan dengan dunia luar secara tidak langsung.

3) Sebagai alat pernafasan. Dimana janin mengambil O2 dan

membuang CO2. Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin

(f) yang mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan sebaliknya

mudah melepaskan CO2 melalui sistem difusi dalam plasenta.

4) Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian

ASI. Hormon yang di keluarkan plasenta adalah : korionik

gonadotropin, korionik somatomemotrofin (plasenta laktogen),

estrogen dan progesteron, eorionik tirotropin, relaksin.


24

5) Sebagai alat penyalur antibodi ke tubuh janin. Janin mempunyai

kekebalan pasif sampai usia 4 bulan dan selanjutnya kekebalan

tersebut berkurang. Antibodi yang di bentuk ibu melalui plasenta

menyebabkan baik kebal terhadap infeksi.

6) Sebagai barier atau filter. Sel trofoblas cukup kuat untuk bertindak

sebagai barier terhadap beberapa bakteria atau virus.

g. Air Ketuban

Jumlah air ketuban sekitar (likuor amnii) sekitar 1000 ml

sampai 1500 ml pada kehamilan aterm. Berat jenisnya antara 1,007

sampai 1,008. Air ketuban terdiri dari 2,3% bahan organik (protein,

verniks kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan spingomielin)

dan 97% sampai 98% bahan anorganik (air, garam yang larut dalam

air). Peredaran cairan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar 1% yang

di telan bayi dan di keluarkan sebagai urin. Bila akan terjadi gangguan

peredaran air ketuban menimbulkan akan hidramnion yaitu jumlah

cairan ketuban melebihi 1500 ml. Hidramnion di jumpai pada kasus

anensefalus, spinabifida, agenesis ginjal, korioangeoma plasenta.

Adapun fungsi air ketuban yaitu:

1) Saat kehamilan berlangsung:

a) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas

ke segala arah.

b) Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung.

c) Sebagai penyangga terhadap panas dingin.


25

d) Menghindari trauma langsung terhadap janin.

2) Saat inpartu

a) Menyebarkan kekuatan His sehingga serviks dapat membuka.

b) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan

sebagai desinfektan.

c) Sebagai pelicin saat persalinan.

6. Tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

Tanda-tanda bahaya yang harus di perhatikan dan di antisipasi dalam

kehamilan menurut (Kusmiyati, 2010) yaitu :

a. Perdarahan pervaginam.

b. Sakit kepala yang hebat

c. Penglihatan kabur.

d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan.

e. Bengkak pada muka dan jari tangan.

f. Keluar cairan pervaginam.

g. Gerakan janin tidak terasa

7. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III

Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III menurut Astuti,

2010, yaitu :

a. Keputihan.

Peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai

akibat dari peningkatan kadar estrogen.


26

Cara mencegahnya dengan meningkatkan kebersihan dengan

mandi setiap hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun

bukan nilon, dan menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina

dengan sabun dari arah depan ke belakang.

b. Sering buang air kencing.

Tekanan uterus pada kandung kemih, cara mencegahnya dengan

kosongkan saat terasa dorongan untuk kencing dan perbanyak minum

pada siang hari.

c. Garis – garis di perut (striae gravidarum)

Terdiri dari arteriola tengah yang terbuka datar atau sedikit

meningkat dengan radiasi cabang kapiler yang menyebar, yang di

daerah-daerah kulit yang dialiri darah dari vena cava superior (sekitar

mata, leher, kerongkongan, dan lengan). Cara mencegahnya yaitu

gunakan emollien topical atau antipruritik jika ada indikasinya.

d. Hemorhoid

Konstipasi, tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap

vena hemoroida dan statis, gravitas tekanan vena yang meningkat

dalam vena panggul, kongesti vena, pembesaran vena-vena

hemoroid.Cara mencegahnya yaitu hindari konstipasi, makan makanan

berserat, gunakan kompres es, kompres hangat atau sit bath, dengan

perlahan masukkan kembali ke dalam rektum jika perlu dan hindari

BAB sambil jongkok.


27

e. Konstipasi

Peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan peristaltik

usus jadi lambat. Cara mencegahnya yaitu tingkatkan intake cairan,

f. Sesak napas (hiperventilasi)

Disebabkan oleh uterus yang semakin membesar dan menekan

pada diafragma. Cara mencegahnya yaitu dengan latihan nafas melalui

senam hamil, tidur dengan bantal ditinggikan, makan tidak terlalu

banyak dan konsul dokter bila ada asma.

g. Nyeri ligamentum rotundum

Tekanan dari uterus pada ligamentum, cara mencegahnya yaitu

tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, dan topang uterus

dengan bantal dibawahnya dan sebuah bantal diantara lutut pada waktu

berbaring miring.

h. Pusing

Hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan-

perubahan hemodinamis. Cara mencegahnya yaitu bangun secara

perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam

lingkungan yang hangat atau sesak dan konsultasi/periksa untuk rasa

sakit yang terus menerus.


28

i. Varises pada kaki/vulva

Kongesti vena dalam bagian bawah yang meningkat sejalan

dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil dan dapat

juga disebabkan oleh faktor usia dan lama berdiri.

Cara mencegahnya yaitu tinggikan kaki sewaktu berbaring atau

duduk, Berbaring dengan posisi kaki di tinggikan 90 beberapa kali

sehari, jaga agar kaki jangan bersilang, hindari berdiri atau duduk

terlalu lama, istirahat dalam posisi berbaring miring kekiri, senam,

hindari korset atau pakaian yang ketat.

j. Gravitis dan epulis

Peningkatan vaskularisasi proliferasi jaringan ikat akibat

rangsangan estrogen. Cara mencegahnya yitu berkumur air asin

(garam), gunakan cairan pembersih mulut, periksa gigi secara teratur,

jaga kebersihan gigi dengan cara menggosok gigi secara teratur,

gunakan sikat gigi yang halus dan tidak menyikat gigi secara kuat.

k. Sakit punggung atas dan bawah

Kejang otot karena tekanan terhadap akar saraf di tulang

belakang, penambahan ukuran payudara, kadar hormone yang

meningkat menyebabkan artilago di dalam sendi-sendi besar menjadi

lembek. Cara mencegahnya yaitu hindari mengguunakan sepatu hak

tinggi, mengangkat beban berat, dan keletihan, gunakan kasur yang

nyaman dan tidak terlalu lunak (jangan yang mudah melengkung), alasi

punggung dengan bantal tipis untuk meluruskan punggung, masase


29

punggung oleh suami menjelang tidur atau saat santai untung

mengurangi nyeri punggung.

8. Anemia Pada Kehamilan

a. Pengertian

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat

besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah,

bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional

karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi mayarakat,

dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child”

(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba, 2014).

Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, seseorang

di sebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10

gr% di sebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, di sebut anemia

gravis. (Marmi, 2014)

b. Penyebab anemia umumnya (Marmi, 2014) :

1) Kurang gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi dalam diet

3) Malabsorbsi

4) Kehilangan darah yang banyak : persalinan yang lalu, haid dan

lain-lain.
30

5) Penyakit-penyakit kronis : tbc, paru, cacing usus, malaria dan

lain-lain.

c. Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena

terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap

bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Di samping

itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan

jumlah sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang

wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak

kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap

kehamilan perhatikan bagan berikut. (Manuaba, 2014)

Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe

Untuk darah janin 100 mg Fe

Jumlah 900 mg Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan

akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia

pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia

karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan

peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada


31

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18

sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu

sebelum hamil sekitar 11 g%, dengan terjadinya hemodilusi akan

mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5

sampai 10 g%.

Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan, ibu

akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih

memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat

menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam

keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan

baik.

d. Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesa.

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan capat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada

hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat

digolongkan sebagai berikut:

Hb 11 gr% tidak anemia

Hb 9-10 gr% anemia ringan

Hb 7-8 gr% anemia sedang

Hb <7 gr% anemia berat


32

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama

kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.

e. Pengaruh anemia terhadap kehamilan dan janin

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan

a) Bahaya selama kehamilan: dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g

%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (IMD).

b) Bahaya saat persalinan: Gangguan His (kekuatan mengejan),

kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus

terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan

dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri

dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum

karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder dan atonia uteri.

c) Pada kala nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium

(Nifas), pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi

kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah

terjadi infeksi mamae.

2) Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun janin mampu menyerap

berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan


33

mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Akibat anemia akan terjadi gangguan dalam bentuk abortus,

kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan

lahir rendah (BBLR), kelahiran dengan anemia, cacat bawaan,

bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan

inteligensia rendah. (Manuaba, 2014).

f. Pengobatan anemia

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil

melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-

data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Pemeriksaannya disertai

pemeriksaan laboratorium. Pengobatan relatif mudah dan murah,

pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada

masyarakat sampai ke posyandu.

9. Ante Natal Care ( ANC )

a. Pengertian

Antenatal Care atau pemeriksaan kehamilan merupakan

pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu

dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga

keadaan mereka post partum sehat dan normal (Padila, 2014)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal


34

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

(Adriaansz dalam Prawirohardjo, 2009)

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :

1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas

kesehatan.

2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi

yang dikandungnya.

3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan

kehamilannya.

4) Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi

5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam

menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.

6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya.

b. Tujuan Ante Natal Care

Tujuan dilakukan ANC adalah memantau kemajuan

kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,

dan sosial ibu dan bayi. mengenali secara dini adanya komplikasi

yang mungkin tejadi selama masa kehamilan, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun


35

bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu

agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif,

mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, 2009).

c. Kebijakan Program

Kunjungan Antenatal Care menurut (Astuti, 2011) minimal :

1) 1 – 3 bulan, ANC dilakukan setiap 1 bulan sekali atau jika terdapat

keluhan yang mengganggu.

2) 4 – 6 bulan, ANC dilakukan setiap 1 bulan sekali atau jika

terdapat keluhan yang mengganggu.

3) 7 – 9 bulan, ANC setiap 2 minggu sekali saat usia kehamilan 7 dan

8 bulan. Dan ANC setiap 1 minggu sekali saat usia kehamilan

9 bulan.

d. Pemeriksaan Pada Ibu Hamil

Sebelum melakukan pemeriksaan ibu hamil yaitu :

1) Anamnesis identitas istri dan suami : nama, umur, agama,

pekerjaan, alamat, dan sebagainya.

2) Anamnesis umum:

a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan, dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir. Bila hari pertama

haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran

tanggal persalinan memakai


36

rumusan Neagele: hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1.

c) Inspeksi dan pemeriksaan fisik diagnostik : Pemeriksaan

seluruh tubuh secara baik meliputi : tekanan darah, nadi, suhu,

pernapasan, jantung, paru-paru, dan sebagainya.

d) Perkusi : tidak begitu banyak artinya, kecuali jika ada suatu

indikasi.

e) Palapsi : dikenal beberapa cara palpasi, antara lain menurut

Leopold, Ahlfeld, Budin, Knebel, yang lazim dipakai adalah

palpasi menurut Leopold, karena telah hampir mencakupi

semuanya. Pada pemeriksaan menurut Leopold I, II, II

pemeriksaan menghadap kearah muka wanita yang diperiksa.

Pada pemeriksaan menurut Leopold IV pemeriksan

menghadap kearah kaki wanita tersebut. Cara pemeriksaan

menurut Leopold dibagi menjadi 4 tahap, yaitu Leopold I

adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri, dan bagian janin

yang terdapat dalam fundus. Leopold II adalah dapat

menentukan batas samping rahim kanan-kiri, menentukan

letak punggung janin, pada letak lintang tentukan letak kepala

janin. Leopold III dapat menentukan bagian terbawah janin,

dan menentukan apkah bagian terbawah tersebut sudah masuk

ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakan. Sedangkan

Leopold IV adalah selain menentukan bagian janin mana yang

terletak dibagian bawah, juga dapat menentukan berapa


37

bagian jauh telah masuk kedalam pintu atas panggul.

(Mochtar, 2011)

f) Auskultasi : digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik)

untuk mendengarkan denyut jantung janin (DJJ). Yang dapat

kita dengarkan adalah :

- Dari janin : DJJ padabulan ke 4-5, bising tali pusat, gerakan

dan tendangan janin.

- Dari ibu : bising rahim (uterine souffle), bising aorta,

peristaltic usus.

e. Pelayanan/Asuhan standar minimal termasuk “10 T”

Pelayanan atau asuhan standar minimal menurut Depkes RI, 2009

yaitu:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

2) Pemeriksaan tekanan darah.

Tekanan darah di periksa setiap kali dan di catat. Bila lebih tinggi

dari pada sebelumnya, perlu di teliti dan di beritahukan apa yang

harus di kerjakan oleh penderita. Tekanan darah normal yaitu,

tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. (Prawirohardjo, 2009).

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri) .


38

Tabel 2-1.
TFU menurut penambahan per tiga jari
Usia kehamilan (minggu) Tinggi fundus uteri (TFU)

12 3 jari di atas simfisis

16 Pertengahan pusat-simpisis

20 3 jari di bawah simpisis

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

Pertengahan pusat-prosesus
32
xiphoideus (px)

3 jari dibawah prosesus xiphoideus


36
(px)

Pertengahan pusat-prosesus
40
xiphoideus (px)

Sumber Sulistyawati, 2013

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT)  bila diperlukan.

Selama kehamilan jika ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya

mendapatkan minimal dua dosis (TT1 dan TT2 dengan interval

4 minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3

sesudah 6 bulan berikutnya).


39

Tabel 2-2.
Pemberian suntikan TT

Lama
Status Jenis suntikan TT Interval waktu
perlindungan

Belum pernah mendapat


TT0 - -
suntikan TT

TT1 TTI - -

TT2 TT2 4 minggu dari TT1 3 tahun

TT3 TT3 6 bulan dari TT2 5 tahun

TT4 Minimal 1 tahun dari


TT4
TT3 10 tahun

TT5 TT5 3 tahun dari TT4 Seumur hidup

Sumber : sulistyawati, 2013

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Pemberian zat besi dimulai dengan memberikann satu tablet

sehari sesegera mugkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet

mengandung   FeS04 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat

500 µg, minimal    masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya

tidak di minum   bersama teh atau kopi, karena akan menganggu

penyerapan (Prawirohardjo, 2009).

8) Test laboratorium (rutin dan khusus).

Tentukan kadar Hb dan periksa laboratorium ( glukosa dan

urine), sediaan vagina dan PMS sesuai indikasi. Penetapan kadar

protein dalam urin dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan


40

pada urin karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi

satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan

urin yang jernih menjadi syarat yang penting.

Cara menilai hasil :

a) Tidak ada kekeruhan : - (Negatif)

b) Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir   :+

(protein 0,01-0,05%)

c) Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++

(protein 0,05-0,2%)

d) Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++

(protein 0,2-0,5%)

e) Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++

(> 0,5%). (Rizma, 2012)

Glukosa urine yaitu untuk mengetahui adanya glukosa di

dalam urin.Dalam pemeriksaan pada ibu hamil sangat diperlukan

apakah ibu hamil mempunyai penyakit Diabetes Melitus (DM).

Adapun Hasil pemeriksaan :

a) Negatif (-): Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan

b) Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1%

glukosa)

c) Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)

d) Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%

glukosa)
41

e) Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

(Rizma, 2012).

9) Tatalaksana kasus.

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

f. Informasi Pada kunjungan ANC.

Informasi pada kunjungan ANC menurut (Sulistyawati, 2012) adalah:

1) Kunjungan trimester pertama (0-14 minggu) Membangun

hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil,

mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan

pencegahan seperti Tetanus Neonatorum, anemia kekurangan zat

besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai

persiapan kelahiran bayi dan untuk menghadapi komplikasi,

mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan serta

istirahat).

2) Kunjungan trimester II (14-28 minggu) Sama seperti diatas,

ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsi (tanda ibu

tentang gejala-gejala preeklampsi, pantau tekanan darah, evaluasi

oedema dan periksa urine untuk mengetahui kadar proteinurin).

3) Kunjungan trimester III (28-36 minggu) Sama seperti diatas,

ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada

kehamilan ganda.
42

4) Kunjungan trimester III (setelah 36 minggu) Sama seperti diatas,

ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain

yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit.

g. Kunjungan Ulang

Kunjungan antenatal adalah kontak antara ibu hamil dan petugas

kesehatan yang memberi pelayanan antenatal standar

untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut (Prawirohardjo,

2012) dalam standar pelayanan kebidanan, setiap wanita hamil

memerlukan minimal empat kali kunjungan selama periode antenatal:

1) Satu kali pada triwulan pertama (umur kehamilan 0 – 14 minggu).

2) Satu kali pada triwulan kedua (umur kehamilan 14 – 28 minggu).

3) Dua kali pada triwulan ketiga (umur kehamilan 28 – 36 minggu

dan sesudah minggu ke – 36 ).

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat

masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas

kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia

merasa khawatir. (Maternal dan neonatal, Sarwono 2010).

h. Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Pada Saat Kehamilan

Asuhan kebidanan yang diberikan menurut Prawiroharjo, 2010 adalah :

1) Gizi : Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori / hari,

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,

minum cukup cairan.

2) Latihan : Normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.


43

3) Perubahan fisiologi : Tambah berat badan, perubahan pada

payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan

pertama, rasa panas, dan/atau varises.

4) Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah

dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan

dikeringkan.

5) Memberitahukan pada ibu kapan kembali untuk pemantauan

lanjutan kehamilan.

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

keluarga menantikannya selama 9 bulan (Rukiyah, 2009).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Rukiyah, 2014).

Sedangkan persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2009).

2. Sebab-sebab Persalinan

Sebab – sebab mulainya persalinan menurut (Manuaba, 2013), hal-

hal yang menjadi penyebab dari mulainya persalinan dipengaruhi oleh dua

hormon yang dominan saat hamil yaitu :


44

a. Estrogen

1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim

2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

b. Progesteron

1) Menurunkan sensitivitas otot rahim

2) Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.

3) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Pada masa kehamilan hormon estrogen dan progesteron berada

dalam keadaan seimbang, sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan

oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior dapat menimbulkan

kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan

menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan. Disamping itu, faktor

gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh

penting untuk dimulainya kontraksi rahim. Berdasarkan uraian tersebut

dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan

terjadinya proses persalinan:


45

Tabel 2.3
Teori Kemungkinan Terjadinya Proses Persalinan.

Teori Uraian

Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregangdalam batas


tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
Teori Penurunan Proses penuaan plasenta terjadi saat usi kehamilan 28 minggu,
Progesteron karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot
rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
Teori Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Internal Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks.
Dengan menurunnya konsentrasi pogesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas,
sehingga persalinan dapat dimulai.
Teori Prostaglandin Konsentrasi postaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
Teori Hipotalamus- Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anansefalus
Hipofisis dan sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
Glandula hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.
Suprarenalis Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi (mulainya) persalinan.
Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
Hipotalamus-Hipofisis dengan mulainya persalinan.
Sumber: Manuaba (2014)
46

3. Tahapan Persalinan

Tahapan persalinan menurut Rukiyah (2014) dibagi dalam 4 kala :

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai

dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan menyebabkan

perubahan pada serviks sehingga mencapai pembukaan lengkap

(10 cm).

Kala I persalinan dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif,

yaitu:

1) Fase Laten, yaitu dimulai dari awal kontraksi sehingga pembukaan

mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih

diantara 20-30 detik, dan tidak terlalu mules. Fase laten

berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai pembukaan 3 cm.

2) Fase Aktif, dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam

10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm

hingga lengkap (10 cm). Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yaitu :

a) Fase Akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi

4 cm.

b) Fase Dilatasi Maksimal : dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang

dicapai dalam 2 jam.

c) Fase Deselerasi : pembukaan menjadi lambat, dari pembukaan

9 cm – 10 cm selama 2 jam.
47

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus

umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga

kali atau lebih dalam waktu sepuluh menit dan berlangsung selama

40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Lama kala I pembukaan untuk primigravida berlangsung 12 jam

dengan pembukaan 1 cm perjam dan pembukaan multigravida

8 jam dengan pembukaan 2 cm per jam.

b. Kala II (Kala Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

Gejala dan tanda kala II yaitu :

1) Pembukaan lengkap (10 cm)

2) Tampak bagian kepala janin melalui introitus vagina

3) Rasa ingin meneran saat kontraksi

4) Dorongan pada rektum atau vagina

5) Perineum terlihat menonjol

6) Vulva dan spingter ani membuka

7) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III adalah masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses

pengeluaran plasenta. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30

menit setelah bayi lahir. Tanda-tanda lepasnya plasenta :

1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri (Uterus Globuler)


48

2) Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva.

3) Semburan darah tiba-tiba

d. Kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Menurut Manuaba (2014) Observasi yang harus dilakukan pada kala

IV :

1) Tingkat Kesadaran Penderita

2) Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah, Nadi, Pernafasan, Suhu

3) Kontraksi Uterus

4) Tinggi Fundus Uterus (TFU)

5) Kandung Kemih

6) Perdarahan

Tabel 2.4
Lama Persalinan Pada Primigravida dan Multigravida
Kala Persalinan Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6 – 8 jam
Kala II 1 – 1,5 jam 0 – 1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukan 10 – 12 jam 8 – 10 jam
kala IV yang bersifat
observasi)
Sumber: Manuaba (2014)
49

4. Tanda Permulaan Persalinan

Tanda permulaan persalinan menurut (Rukiyah, 2014) adalah :

a. Terjadinya lightening atau settling atau dropping.

Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada

primigravida sedangkan pada multipara tidak megitu kentara.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.

c. Perasaan sering kencing atau susah kencing karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “ farse labor pains “ .

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show).

5. Tanda-tanda Inpartu

Menurut (Rukiyah, 2014) tanda – tanda inpartu yaitu :

1) Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.

2) Keluar lendir bercampur darah (Bloody Show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

3) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

4) Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan

kapiler pembuluh darah pecah.


50

5) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap (10 cm). Dengan pecahnya ketuban diharapkan

berlangsung dalam waktu 24 jam.

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan

a. Power

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari

ligamen.Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his,

sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah meneran ibu.

b. Passage (jalan lahir)

Yaitu jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang

padat, dasar panggul, vagina dan introitus.

c. Passanger (janin dan plasenta)

Yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi

janin.Dan plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal.

d. Psikis (psikologis)

Yaitu suatu keadaan yang belum pasti, sekarang menjadi hal

nyata. Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagi berikut:

1) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual.

2) Pengalaman melhirkan bayi sebelumnya


51

3) Kebiasaan adat

4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan.

e. Penolong (Bidan)

Yaitu mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin

terjadi pada ibu dan janin.

7. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal menurut Sumarah (2010) :

a) Engagement

Kepala masuk pintu atas panggul dalam keadaan sinklitismus bila

sumbu kepala janin tegak lurus dengan pintu atas panggul,dapat pula

keadaan asinklitismus yaitu kepala janin miring atau membentuk sudut

terhadap pintu atas panggul.

b) Descent (penurunan)

Kepala turun dalam rongga panggul.

c) Fleksi

Setelah kepala janin dalam rongga panggul, kemudian mengadakan

fleksi sehingga kepala janin memasuki ruang panggul dan posisi kepala

dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter

suboksipito bregmatika (belakang kepala).

d) Internal rotation (putaran paksi dalam)

Ubun-ubun kecil berputar ke arah depan sehingga berada di bawah

simfisis.
52

e) Defleksi

Setelah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil

berada dibawah simfisis, maka dengan sub oksiput sebagai

hipomoklion kepala mengadakan defeksi untuk dapat dilahirkan,

dengan kekuatan his dan tenaga mengejam akan lahir bregma, dahi,

hidung, mulut dan dagu.

f) Eksternal rotation (putaran paksi luar)

Setelah kepala lahir seluruhnya maka kepala akan mengadakan putaran

paksi luar dimana kepala akan berputar menyesuaikan punggung anak

g) Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah bahu

lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin

seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan

seluruhnya.

8. Asuhan Persalinan Normal

a. Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memeberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi

yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas

pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.


53

b. Langkah-langkah APN Menurut Eniyati, 2012

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua, yaitu:

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak

menonjol, vulva-vagina dan sfinger ani terlihat membuka.

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir. Untuk resusitasi (tempat datar, rata, bersih, kering

dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,

lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi).

Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal

bahu bayi, menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali

pakai di dalam partus set.

3) Memakai celemek plastik

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

mengeringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih

dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk pemeriksaan dalam.

6) Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat).


54

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air DTT.

Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang, buang

kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia, ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%).

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap. Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah

lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.

10) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi

uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –

160x/menit).

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,

mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.


55

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya.

Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan

yang ada, jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk

meneran secara benar.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada

rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke

posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.

f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).


56

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)

meneran (multigravida).

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Ajurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan

dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.
57

a) Jika tali pusat melilit leher scara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara dua klem tersebut.

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya Bahu

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan

bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang ke dua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

25) Lakukan penilaian (selintas) :

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

c) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?


58

d) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah

resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun

berikutnya). Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26

26) Keringkan tubuh bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk

basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut

ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil tunggal).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

IM (intra muskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat


59

diantara 2 klem tersebut.

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting

payudara ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.

34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas

simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur di atas.
60

Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota

keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

porso jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat

: Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, lakukan kateterisasi

(aseptik) jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk

menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit

berikutnya, jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi

lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta

manual.

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari


61

tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian

selaput yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi

setelah 15 detik masase.

40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke

dalam kantong plastik atau tempat khusus.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

Bila ada robekan aktif yang menimbulkan perdarahan aktif, segera

lakukan penjahitan.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
(a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui

dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya

berlagsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

payudara.
62

(b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun sudah

berhasil menyusu.

44) Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri

antibiotika salep mata pencegahan, dan vitamin K1 1 mg

intramuskular di paha kiri anterolateral.

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa

disusukan.

Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil

menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

Evaluasi

46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per

vaginam

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan

yang sesuai untuk menatalaksanaan antonia uteri

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah


63

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama

jam ke dua pascapersalinan

(a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam

pertama pasca persalinan.

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal

50) Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan

bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu

tubuh normal (36,5 – 37,5 0C)

(a) Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan

segera merujuk ke rumah sakit.

(b) Jika bayi napas terlalu cepat, segera rujuk.

(c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan

bayi kulit-ke kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi

dengan satu selimut.

Kebersihan dan Keamanan

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai
64

53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih

dan kering

54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya

55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit

57) Cuci ke dua tangan dengan sabun dan air mengalir

Dokumentasi

58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

9. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah lahir, bayi lahir dan tali pusat di ikat letakan bayi tengkurap

di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan

kontak kulit berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi

dapat menyusui sendiri. Bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau

keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini.

Ibu di beri dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu,

menolong bayi bila di perlukan (JNPK-KR, 2008).


65

10. Menjahit Laserasi Perineum

a. Pengertian

Robekan perineum atau luka pada perineum yang di akibatkan

oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala

janin atau bahu pada saat proses persalinan (Rukiah, 2010).

b. Tingkatan rupture perineum

Tuptur perineum di bagi menjadi 4 derajat, yaitu :

1) Derajat I : meliputi mukosa vagina, komisura posterior dan

kulit perineum

2) Derajat II : meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum

3) Derajat III : meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum dan otot sfingter ani

4) Derajat IV : meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum dan otot sfingter ani dan dinding depan

rectum

c. Penyebab terjadinya rupture perineum

1) Kepala janin besar danjanin besar

2) Pada presentasi defleksi (dahi, muka)

3) Pada primgravida

4) Pada letak sungsang

5) Pimpinan persalinan yang salah


66

d. Penanganan rupture perineum

Penanganan rupture perineum diantaranya dapat di lakukan

dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan

memperhatikan jaringan jangan sampai terjadi ruang kososng terbuka

kea rah vagina yang biasanya dapat di masuki bekuan-bekuan darah

yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu

dapat di lakukan dengan cara memberikan antibiotic yang cukup.

11. Partograf

Partograf menurut JNPK-KR, 2008, yaitu :

a. Definisi

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

b. Tujuan utama.

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosayang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klink dan asuhan atau tindakan yang diberikan


67

dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

c. Penggunaan Partograf harus digunakan :

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.

Partograf sangat membantu penolong persalinan 56 dalam

memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik

persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan

penyulit.

2) Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan (Spesialis Obstetri,

Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran) yang

memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran

bayinya. Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan

bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat

dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit

yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

d. Pencatatan pada partograf untuk menggunakan partograf dengan benar,

petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:

1) Informasi tentang ibu : lengkapi bagian awal (atas) partograf

secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu


68

kedatangan dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase

laten, catat waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin : bagian atas grafik pada partograf adalah untuk

pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan

(kepala janin).

a) Denyut jantung janin : nilai dan catat setiap 30 menit (lebih

sering apabila ada tanda-tanda gawat janin).

b) Warna dan adanya air ketuban Air ketuban : catat temuan-

temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ, dengan

lambang-lambang sebagai berikut :

U : selaput ketuban utuh (belum pecah).

J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah.

K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir

lagi (kering).

c) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase).

0: Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.


69

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih Tetap

masih dapat dipisahkan.

3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

d) Pembukaan serviks : dinilai dan dicatat setiap 4 jam (lebih

sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit) dan diberi tanda

‘x’.

e) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian)

yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis

pubis, catat dengan tanda ‘O’ pada setiap pemeriksaan dalam

setiap 4 jam atau lebih sering jika ditemukan tanda-tanda

penyulit.

f) Waktu : menyatakan beberapa jam waktu yang telah dijalani

sesudah pasien diterima.

g) Jam : catat jam sesungguhnya.

h) Kontraksi : catat setiap 30 menit, lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan

lamanyamasing – masing kontraksi dalam hitungan detik.

i) Oksitosin : bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya

oksitosin pervolume cairan infus dan dalam per menit.

j) Obat yang diberikan : catat semua obat yang diberikan.

k) Nadi : catat dan nilai setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah

titik besar.
70

l) Tekanan darah : catat dan nilai setiap 4 jam dan tandai dengan

anak panah.

m)Suhu badan : catat dan nilai setiap 2 jam.

n) Protein, aseton dan volume urine : catatlah setiap ibu berkemih.

Bila temuan-temuan melintas kearah kanan dari arah waspada,

petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi

ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

Keuntungan pelaksanaan partograf antara lain :

1) Tersedia cukup waktu melakukan rujukan (sekitar 4 jam)

setelah perjalanan persalinan melewati garis waspada.

2) Dipusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk

mengambil tindakan sehingga tercapai well brown baby

dan well health mother.

e. Pencatatan pada lembar belakang partograf Halaman belakang

merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses

persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan

sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir, itulah sebabnya bagian

ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatan asuhan yang

diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala empat

persalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah

terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan

klinik (misalnya pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan).


71

Selain itu catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan

untuk 60 menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan

persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :

1) Data atau Informasi Umum

2) Kala I

3) Kala II

4) Kala III

5) Bayi Baru Lahir

6) Kala IV

Sumber : JNPK-KR, 2008.

C. Puerperium (Masa Nifas)

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalianan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra

hamil. Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu. (Mochtar, 2012).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu. (R.Soerjo

Hadijono dalam Prawirohardjo, 2010).

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama ini, saluran reprodukif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil

yang normal. (Obstetri william dalam Ai yeyeh rukiyah Dkk, 2011).


72

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas menurut Ai

Yeyeh Rukiyah Dkk, (2011) antara lain untuk:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,

dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu

dan bayi selalu terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan

harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas

secara sistemis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun

penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat

mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung

masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat

dilaksanakan.

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat, serta Memberikan pelayanan

keluarga berencana. (Saifudin, 2006)


73

3. Periode Masa Nifas

Periode Masa Nifas Menurut (Rukiah, 2011) dibagi dalam 3 periode,

yaitu:

a. Puerperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.

4. Fisiologis Masa Nifas

a. Involusi uterus

Dalam masa nifas, uterus berangsur – angsur pulih kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhannya

disebut involusi. Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira – kira

setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri ± 2 jari

dibawah pusat.Uterus harus teraba berkontraksi dengan baik. Uterus

menyerupai suatu buah avocado gepeng berukuran panjang ± 15 cm,

lebar ± 12 cm, dan tebal ± 10 cm. Korpus uteri sekarang sebagian besar

terdiri dari miometrium yang dibungkus oleh serosa dan dilapisi oleh

desidua. Karena pembuluh darah tertekan oleh kontraksi miometrium,

uterus nifas pada potongan tampak iskemik kalau dibandingkan dengan

organ hamil hipermik berwaarna ungu kemerah – merahan. Selama 2

hari berikutnya, uterus masih tetap pada ukuran yang sama dan
74

kemudian mengerut pada hari ke 5 post partum uterus ± setingg i 7 cm

atas simpisis atau pertengahan simpisis dan pusat, dan sesudah 12 hari

uterus sudah tidak dapat diraba lagi diatas simpisis. Normal nya organ

ini mencapai ukuran tak hamil seperti semula dalam waktu sekitar 6

minggu. Proses tersebut berjalan sangat cepat. Uterus yang baru saja

melahirkan mempunyai berat 1 kg. Karena involusi, 1 minggu

kemudian beratnya 500 gram pada akhir minggu ke 2 turun menjadi

sekitar 300 gram, dan sesudah menjadi 100 gram atau kurang.

( Ai Yeyeh Rukiyah, Dkk, 2011).

Tabel 2.5
Proses Involusi Uteri
Waktu Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Plasenta Lahir 2 Jari bawah pusat 750 gram
Pertengahan pusat-
1 Minggu 500 gram
simfisis
Tidak teraba di atas
2 Minggu 350 gram
simfisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram
(Ai yeyeh rukiyah, dkk, 2011)

b. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada

umumnya tetap kencang.

Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan

biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal

puerpurium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu

melahirkan, ditempat uterus teregang (misalnya, pada bayi besar, dan

kembar).
75

Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini

karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

c. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

selama masanifas. Lochea terbagi 6 jenis yaitu :

1) Lochea rubra (cruental), muncul pada hari 1-2 pasca persalinan,

berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban,

jaringan dari desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekoneum.

2) Lochea sanguinolenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,

berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.

3) Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih

sedikit darah lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan

robekan laserasi plasenta.

4) Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan, berwarna

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir servuks dan

serabut jaringan yang mati.

5) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk.

6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.


76

d. Perubahan di serviks dan segmen bawah uterus

Segera setelah selesainya kala ketiga persalinan, serviks dan segmen

bawah uteri menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut

serviks mengecil perlahan-lahan.

e. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas

membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukuranya secara

perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara.

5. Program Kebijakan

Program kebijakan kunjungan masa nifas menurut (Rukiyah, 2011)

yaitu :

Paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk

menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi

dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi
77

tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan

menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan sehat.

b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): memastikan involusi

uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; Menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal;

memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat;

memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit; memberikan konseling pasda ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), sama seperti diatas.

d. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), menanyakan pada ibu

tentang penyulit-penytulit yang ia atau bayi alami, memberikan

konseling untuk KB secara dini.

6. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas

Adapun tanda - tanda bahaya pada masa nifas adalah demam

38,5° c, nyeri pelvik, Perdarahan pervaginam yang abnormal, cairan

yang keluar yang bau busuk dari vagina, Keterlambatan dalam kecepatan

pernurunan uterus (Suherni, dkk 2009).


78

Infeksi nifas bisa ditemukan seperti : uterus agak membesar dan

lembek, nyeri perabaan, suhu tubuh lebih dari normal, nadi cepat dan

menggigil, lochea banyak dan berbau (Saleha, 2009).

7. Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas menurut (Rukiyah, 2011)

a. Nutrisi dan cairan

Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari,

minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, mengkonsumsi pil zat besi

untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin dan

minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberikan vitamin A

kepada bayi melalui ASI.

b. Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan harus turun dari tempat tidur dalam

24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Tujuan ambulasi dini

adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan

demikian menghasilkan bentuktubuh yang baik.

c. Kebersihan diri

Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin yaitu

membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke

belakang, baru kemudian membersihkan daerah disekitar anus dengan

menggunakan sabun dan air. Menganjurkan ibu untuk sering

mengganti pembalut minimal dua kali sehari, menganjurkan ibu untuk

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah


79

membersihkan daerah kelaminnya dan menganjurkan ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka jika ada luka laserasi.

d. Istirahat

Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan dan menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan

rumahtangga biasa perlahan-lahan serta tidur siang selagi bayi tidur.

e. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jari tanpa rasa

nyeri. Banyak budaya menunda hubungan suami istri sampai masa

waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca persalinan.

Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

f. Latihan

Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel): Berdiri dengan

tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan panggul sampai

hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan. Sedangkan dengan tidur

terlentang dengan lengan disamping menarik otot perut selagi menarik

nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada tahan hitungan

satu sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali.


80

D. Bayi Baru Lahir Normal

1. Pengertian

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.

(Ai yeyeh Rukiyah, 2012).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 400 gram (Rochmah, dkk,2011).

2. Tujuan Asuhan

Tujuan utama perawatan bayi baru lahir yaitu membersihkan jalan

nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh

bayi, identifikasi rutin segera dilakukan, dan pencegahan infeksi

(Saifuddin, 2009).

3. Penilaian Bayi Baru Lahir

Penilaian awal bayi baru lahir menurut JNPK-KR, 2008 yaitu :

a. Apakah bayi cukup bulan?

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

c. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?

d. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

4. Penanganan Bayi Baru Lahir

Penanganan bayi baru lahir menurut Rina Rohsiswanto dalam

Prawirohardjo, 2014 adalah :


81

a. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila

bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan

nafas dengan cara sebagai berikut:

1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat.

2) Gulung sepotongkain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher

bayi lebih lurus dan kepala tdak menekuk. Posisi kepala di atur

lurus sedikit tengadah kebelakang.

3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari

tangan yang di bungkus kasa steril.

4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 sampai 3 kali atau

gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan

ini biasanya bayi segera menangis.

b. Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting

steril dan di ikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat di bersihkan

dan di rawat. Sebelum memotong tali pusat, di pastikan bahwa tali

pusat telah di klem dengan baik untuk mencegah terjadinya

perdarahan.

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya


82

tetap hangat.Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi

merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat

sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.

d. Memberi Vit K

Memberi suntik Vit K 1 mg intramuskuler dipaha kiri atas, setelah

melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

e. Berikan imunisasi Hepatitiss B 0,5 ml dipaha kanan anterorateral,

diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian Vit K.

f. Memberi obat tetes/salep mata

Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata. Perawatan mata harus

dikerjakan segera.

g. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya

mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah pengenal yang efektif

harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya

sampai waktu bayi dipulangkan.

5. Mekanisme Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas yaitu Evaporasi adalah jalan utama

bayi kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan ketuban pada

permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh

bayi tidak segera dikeringkan.


83

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Konveksi adalah

kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih

dingin. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih

rendah dari suhu tubuh bayi (JNPK-KR, 2008).

6. Cara Mencegah Kehilangan Panas

Cara mencegah kehilangan panasa yaitu mengeringkan bayi dengan

seksama dan pastikan tubuh bayi di keringkan segera setelah lahir untuk

mencegah kehilangan panas yang di sebabkan oleh evaporasi cairan

ketuban pada tubuh bayi. Keringkan dengan handuk atau kain yang telah

disiapkan di atas perut ibu. Kemudian selimuti bayi dengan selimut atau

kain bersih dan hangat. segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan

memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan

ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang

hangat, kering dan bersih dan selimuti bagian kepala bayi. Pastikan bagian

kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat karena kepala bayi

memiliki luas permukaan yang relative luas yang dapat menyebabkan

kehilangan panas jika tidak di tutupi. Menganjurkan ibu untuk memeluk

dan menyusui bayinya. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga

kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk

menyusukan bayinya segera setelah lahir. Jangan segera menimbang atau

memandikan bayi baru lahir karena bayi baru lahir cepat dan mudah
84

kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian). Memandikan

bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan

hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir. Bayi

sebaiknya dimandikan enam jam setelah lahir.

Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir

di tempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya untuk menjaga

agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan

mencegah paparan infeksi pada bayi (JNPK-KR, 2008).

7. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Yaitu Menyusu dan menghisap dengan buruk atau lemah, letargi

(bayi tampak selalu tidur), demam atau hipotermi, tidak defekasi sampai

hari ketiga, sianosis atau kebiruan pada bibir dan kulit, ikterus yang berat,

muntah terus menerus, muntah disertai perut kembung, ikterus, kesulitan

bernafas dengan teratur, perilaku yang tidak biasa dan menangis, mata

mengeluarkan kotoran baik cair atau hijau tua serta bercampur lendir atau

darah (wahyuni,2012)

8. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir menurut Prawirohardjo, 2009

adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi

masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga

dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

a. Dua jam pertama sesudah lahir Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan

bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi : Kemampuan menghisap


85

kuat atau lemah, bayi tampak aktif atau lunglai, dan bayi kemerahan

atau biru.

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya. Penolong

persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada

tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :

bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan, gangguan

pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir.

Tabel 2.6
Pemantauan pada bayi baru lahir
Kesadaran dan Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit,
reaksi terhadap atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan
sekeliling
Keaktifan Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang
simetri pada waktu bangun. Adanya tremorpada bibir, kaki dan
tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Simetris Apakah secara keseluruhan badan seimbang
Kepala Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak di belakang atas yang
menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses
kelahiran, atau tumor lunak hanya di belahan kiri atau kanan saja,
atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak melampaui garis tengah
bujur kepala. Ukur lingkar kepala.

Muka Bayi tanpa ekspresi


Wajah
Mata Diperlihatkan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah
yang akan menghilang dalam waktu 6 bulan.
Mulut Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat secret yang
berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.
Leher, dada, Melihat adanya cedera akibat persalinan. Ukur lingkar perut.
abdomen
Punggung Adakah benjolan/ tumor atau tulang punggung dengan lekukan
yang kurang sempurna.
Bahu, tangan, Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur, paresis.
sendi, tungakai
Kulit dan kuku Dalam kedaan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang-kadang
didapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adnya kelainan.
Waspada timbulnya kulit dengan warna yang tidak ratatelapak
tangan, telapak kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi
pucat atau kuning. Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat di
sekitar bokong akan menghilang pada umur 1 -5 tahun.
86

Kelancaran Harus diperhatikan


menghisap dan
pencernaan
Tinja dan Diharapkan dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang
kemih tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja, disertai muntah, dan
mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Sumber : Prawirohardjo, 2009

9. Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir

Ketika sudah lahir bayi harus menyesuaikan dan mempertahankan suhu

tubuhnya sendiri. Semua usaha penyesuaian diri bayi terhadap lingkungan

ini akan menyebabkan berat badannya mengalami penurunan walaupun ia

sudah memberikan ASI dalam jumlah yang cukup. Pada bayi yang lahir

cukup bulan, penurunan berat badan normal akan terjadi pada 3-5 hari

awal kehidupan, dan dapat turun hingga 10% dari berat badan lahir..

penurunan berat badan tersebut masih dalam batas normal (JNPK-KR,

2008).

10. ASI Eksklusif


a. Pengertian
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan

lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat sepetri pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk

jangka waktu sekurang-kurangnya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin

sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai

diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Suherni,

dkk. 2009).
87

b. Manfaat Pemberian ASI


Adapun manfaat pemberian ASI menurut JPNKR, 2008 :
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat

kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi

3) Meningkatkan kecerdasan.

4) Membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan hisap, telan, dan

napas.

5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

6) Mencegah kehilangan panas

c. Tanda Bayi Cukup ASI

Tanda bayi cukup ASI meurut Saifudin, 2010 yaitu :

1) Bayi kencig setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih

sampai kuning muda.

2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji” .

3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur

cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik.

4) Bayi setidaknya menyusu 10 sampai 12 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai

menyusui.

6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi

mulai menyusu.

7) Bayi bertambah berat badannya.


88

d. Posisi Menyusui

Posisi menyusui menurut JNPK-KR, 2008 yaitu:

1) Ibu harus mencari posisi yang nyaman, biasanya duduk tegak di

tempat tidur atau kursi. Ibu harus meras rileks.

2) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala

dan tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke

payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi

harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut

ibu.

3) Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara

ibu) dan mengamati bayi siap menyusu : membuka mulut, bergerak

mencari, dan menoleh.

4) Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga

mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke

puting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap.

11. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh

kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat

menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki

kesempatan untuk menyerang tubuh kita . Dengan imunisasi tubuh kita

akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak

tertular dari kita . ( Marmi, 2014).


89

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu

penyakit dengan memasukan suatu vaksin kedalam tubuh agar tahan

terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang

(Armawan, 2013).

Tabel 2.7
Jadwal Imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 Bulan BCG, Polio I
2 Bulan DPT/HB I, Polio 2
3 Bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 Bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 Bulan Campak
(Sumber : DepKes, 2008)

Ada beberapa macam imunisasi yang diharuskan dan dianjurkan di

Indonesia diantaranya adalah :

a. Hepatitis B, atau sakit kuning adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati dan bersifat

mendadak atau menahun. Gejala nya yaitu selera makan hilang, rasa

tidak enak di perut, mual sampai muntah, nyeri dan rasa penuh pada

perut kanan atas, demam, kadang – kadang disertai nyeri sendi dan

setelah satu minggu timbul gejala utama seperti : selaput putih pada

mata tampak berwarna kuning, kulit seluruh tubuh berwarna kuning

dan air seni berwarna coklat seperti teh. Waktu Pemberian diberikan

pada usia kurang dari 7 hari sebanyak 1 kali dan disuntikkan di paha

kanan bagian luar secara IM dengan dosis 0,5 ml. Efek samping nya

yaitu reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan

di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan


90

dan biasanya akan hilang setelah 2 hari. Dan untuk mengantisipasi

agar bekas penyuntikan tidak begitu mengalami bengkan anurkan

untuk mengompres hangat bekas penyuntikan (DepKes RI, 2010).

b. BCG (Bacillus Calmetic-Guerin), yaitu Imunisasi yang diberikan

untuk mencegah penyakit TB atau Tuberkolosis merupakan

penyakit batuk-batuk lama (Kronis) yang disebabkan oleh bakteri

tuberkulosa. Gejala nya batuk pilek dengan demam dalam waktu

yang lama dan berkeringat dimalam hari, berat badan berkurang,

dan anak tampak lesu. Waktu Pemberian BCG diberikan pada usia 1

bulan, sebanyak 1 kali, gunanya memberikan kekebalan terhadap

penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan yang diperoleh anak tidak

mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita penyakit TBC

ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat. Tempat penyuntikan

yaitu pada lengan kanan atas secara IC dengan dosis 0,05 ml.

Kontra indikasi imunisasi BCG yaitu anak yang sakit kulit atau

infeksi kulit ditempat penyuntikan dan anak yang sedang menderita

penyakit TBC. Efek samping imunisasi BCG tidak menyebabkan

reaksi yang bersifat umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu akan

timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah

menjadi pustula. Kemudian pecah menjadi luka. Namu luka tersebut

tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan

meninggalkan tanda parut (DepKes RI, 2010).


91

c. DPT (DIfteri, Pertusis, dan Tetanus), yaitu Imunisasi yang

diberikan untuk mencegah penyakit DPT yaitu Difteri adalah

penyakit menular yang menimbulkan demam mendadak dan sakit

pada tenggorokan dan hidung yg disebabkan oleh bakteri difteri.

Pertusis adalah penyakit batuk rejan yang disebabkan oleh bakteri

pertusis. Tetanus adalah penyakit kejang yang disebabkan oleh

bakteri tetanus yang terjadi pada bayi kurang dari 1 bulan. Gejala

Difteri yaitu demam mendadak, radang pada tenggorokan, hilang

nafsu makan, sakit waktu menelan,dan sesak nafas. Pertusis : Bayi

menderita batuk dan pilek, dengan hidung berair dan disertai panas.

Tetanus : tiba-tiba bayi tidak mau menyusu, mulut mencucu seperti

mulut ikan, demam dan kejang. Waktu Pemberian DPT diberikan 3

kali yaitu pada usia 2, 3 dan 4 bulan (sebelum anak berusia 1 tahun)

dengan interval (jarak) minimal 1 bulan, disuntikan secara IM

dengan dosis pemberian 0,5 ml. Efek samping nya yaitu gejala-

gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan

pada tempat penyuntikan. Untuk mengantisipasi gejala tersebut

dapat di berikan obat penurun panas (DepKes RI, 2010).

d. Polio, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit

polio yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio dan

dapat mengakibatkan kelumpuhan yang menetap. Gejala polio yaitu

lumpuh layu dan nyeri pada tungkai.


92

Waktu Pemberian imunisasi polio 4 kali sebelum anak berusia 1

tahun dengan jarak minimal 1 bulan. Di berikan secara oral atau

melalui mulut, 1 dosis adalah dua tetes. Tidak terdapat efek samping

(DepKes RI, 2010).

e. Campak, yaitu Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit

campak yaitu penyakit menular yang menimbulkan demam dan

merah-merah pada kulit yang disebabkan oleh virus campak. Gejala

campak yaitu panas tinggi, mata merah dan sakit bila terkena

cahaya, batuk atau pilek serta timbul bercak-bercak merah pada

kulit. Waktu Pemberian imunisasi campak 1 kali pada usia 9 bulan.

Pemberian imunisasi campak ulangan pada usia 6-7 tahun (kelas 1

SD). Dosis pemberian 0,5 ml di suntikan secara Subcutan pada

lengan kiri atas. Efek samping nya yaitu hingga 15% pasien dapat

mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat

terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Demam ringan dapat di atasi

dengan pemberian terapi penurun demam serta jika terjadi

kemerahan dapat di lakukan kompres hangat (DepKes RI, 2010).

12. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR, 2008.

a. Pencegahan infeksi

b. Penilaian segera setelah lahir

c. Pencegahan kehilangan panas

d. Asuhan tali pusat


93

e. Inisiasi menyusu dini

f. Manajemen laktasi

g. Pencegahan infeksi mata

h. Pemberia vitamin K1

i. Pemberian imunisasi

j. Pemeriksaan BBL

E. KB (Keluarga Berencana)

1. Definisi KB

Beberapa definisi KB (Keluarga Berencana) menurut Sulistyawati, 2012

yaitu :

a. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan

keluarga kecilyang bahagia sejahtera (Undang-Undang No. 10/1992).

b. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan

suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

c. Menurut WHO (expert committe, 1970), tndakan yang membantu

individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah

mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri

menghindari kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat


94

menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dapat melindungi keluarga

terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan

mengurangi angka kesakitan.

2. Kontrasepsi suntikan progestin

a. Jenis-jenis kontrasepsi suntikan progestin

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu:

1) Depo medroksiprogesteron asetat (depo propera), mengandung 150

mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik inta

muskuler (didaerah bokong).

2) Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang mengandung 200

mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intra muskuler.

b. Cara kerja

1) Mencegah ovulasi.

2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi.

4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

c. Efektifitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,

dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.


95

d. Keuntungan

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembukaan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

6) Sedikit efek samping.

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai

perimenopause.

9) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.

10) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

11) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

12) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

e. Keterbatasan

1) Sering ditemukan gangguan haid, seperti siklus haid memendek

atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan

tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting), tidak haid sama

sekali.

2) klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.


96

4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

7) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan atau kelainan pada organ genitalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan).

8) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

9) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas).

10) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit

kepala, nervositas, jerawat.

f. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1) Usia reproduksi.

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memilki

efektifitas tinggi.

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6) Setelah abortus atau keguguran.


97

7) Telah banyak anak, tapi belum menghendaki tubektomi.

8) Tekanan darah , 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan

darah atau anemia.

9) Menggunakan obat untk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberculosis (tifampisin).

10) Anemia defisiensi zat besi.

11) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

g. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1) Hamil atau di curigai hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5) Diabetes mellitus di sertai komplikasi.

h. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tidak hamil.

2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat di berikan setiap

saat, asalkan saja ibu tersebut tidak haml.Selama 7 hari setelah

suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingi

mengganti kontrasepsi suntikan.


98

Bila ibu telah menggunakan hormonal sebelumnya secara benar,

dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera

diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

5) Bila ibu sedang meggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,

kontrasepsi suntikan yang akan diberikan di mulai pada saat jadwal

kontrasepsi suntikan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai