Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan normal adalah keadaan ibu sehat, tidak ada riwayat obstetric

buruk. Dengan ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan

laboratorium normal. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (Saifuddin, 2010).

Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila

kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara

28 sampai 36 minggu disebut kehamilan prematur. Ditinjau dari tuanya

kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian, kehamilan triwulan pertama (antara

0 sampai 12 minggu), kehamilan triwulan kedua antara (12 minggu sampai 28

minggu), dan kehamilan triwulan terakhir (antara 28 minggu sampai 40 minggu)

(Prawirohardjo, 2009).

2. Fisiologi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari :

7
8

a. Spermatozoa

Tiap spermatozoon terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau kepala yang

berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan nukleus, ekor, dan bagian

yang silindrik menghubungkan kepala dan ekor (Prawirohardjo, 2009).

b. Ovulasi

Sebagian besar oogonium mengalami perubahan-perubahan pada

nukleusnya. Padanya dapat dilihat bahwa kromosomnya telah berpasangan,

DNAnya berduplikasi, yang berarti bahwa sel menjadi tetraploid. Pertumbuhan

selanjutnya terhenti sampai folikel itu terangsang dan berkembang lagi ke arah

kematangan. Sel yang terhenti dalam profase meiosis dinamakan oosit primer.

Ovulasi rangsangan FSH meiosis (pembelahan ke arah pematangan) terjadi terus,

benda kutub (polar body) pertama disisihkan dengan hanya sedikit sitoplasma,

sedangkan oosit kedua ini berada dalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses

pembelahan ini terjadi sebelum ovulasi. Proses ini disebut pematangan pertama

ovum, pematangan kedua ovum terjadi pada waktu spermatozoon membuahi

ovum (Prawirohardjo, 2009).

c. Konsepsi

Jutaan spermatozoon dikeluarkan di forniks vagina dan disekitar porsio pada

waktu koitus. Hanya satu spermatozoon yang mempunyai kemampuan untuk

membuahi. Pada spermatozoon itu ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di

nukleusnya dan kaputnya lebih mudah menembus oleh karena diduga dapat

melepaskan hialurodinase. Ovum dilingkari zona pellusida, di luar pellusida ini

ditemukan sel-sel korona radiata. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiata dapat
9

disalurkan ke ovum melalui saluran-saluran halus zona pellusida (Prawirohardjo,

2009).

Jumlah sel-sel korona radiata ke ovum melalui saluran-saluran halus di

dalam perjalanan ovum di ampulla tuba makin berkurang, hingga ovum hanya

dilingkari oleh zona pellusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampulla

dan ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Hanya satu spermatozoon

yang telah mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk ke

vitellus. Sesudah itu zona pellusida segera mengalami perubahan dan mempunyai

sifat tidak dapat dilintasi lagi oleh spermatozoon lain. Dalam beberapa jam setelah

pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh

karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim

(Prawirohardjo, 2009).

Dalam 3 hari hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Dalam kavum

uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula. Pada stadium blastula ini sel-sel

yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula, akan menjadi trofoblas.

Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas

(Prawirohardjo, 2009).

d. Nidasi dan implantasi

Nidasi adalah masuknya ovum kedalam endometrium. Kadang-kadang pada

saat nidasi terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman). Umumnya

nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uterus

uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Dalam

tingkat nidasi trifoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic

gonadotropin yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan dan


10

produksinya meningkat sampai lebih kurang hari ke 60 kehamilan untuk

kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi korpus luteum

untuk tumbuh terus dan menghasilkan progesteron sampai plasenta dapat cukup

membuat progesteron sendiri (Prawirohardjo, 2009).

3. Diagnosa Kehamilan

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil :

a. Tanda dugaan hamil berdasarkan referensi Prawirohardjo (2009) :

1) Amenorea (terlambat datang bulan). Umumnya wanita hamil tidak

dapat lagi haid. Penting untuk diketahui hari pertama haid terakhir,

supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan taksiran persalinan.

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis). Umumnya terjadi pada bulan-

bulan pertama kehamilan, terkadang disertai emesis. Sering terjadi pada

pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning

sickness.

3) Mengidam (mengingini makanan atau minuman tertentu). Mengidam

sering terjadi pada bulan-bulan pertama, menghilang dengan makin

tuanya kehamilan.

4) Sinkope atau pingsan. Sering dijumpai bila berada di tempat ramai,

biasanya pada bulan-bulan pertama kehamilan dapat hilang sesudah

kehamilan 16 minggu.
11

5) Mammae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan

alveoli mamma. Glandula montgomery tampak lebih jelas.

6) Anoreksia (tidak ada nafsu makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi

anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

7) Sering miksi. Karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan

kedua umumnya keluhan ini hilang karena uterus yang membesar

keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul

karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali

kandung kencing.

8) Konstipasi atau obstipasi. Terjadi karena tonus otot menurun yang

disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.

9) Pigmentasi kulit. Terjadi pada kehamilan 12 minggu karena pengaruh

dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan

kulit. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit

pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Areola

mammae juga menjadi lebih hitam. Linea alba di garis tengah abdomen

menjadi lebih hitam (linea grisea).

10) Epulis adalah suatu hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada

triwulan pertama.

11) Varices sering dijumpai pada triwulan akhir. Didapat pada daerah

genitalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida

kadang-kadang varices ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul


12

kembali pada triwulan pertama. Kadang-kadang timbulnya varices

merupakan gejala pertama kehamilan muda.

b. Tanda tidak pasti hamil berdasarkan referensi Prawirohardjo (2009) :

1) Tanda Hegar. Tanda ini dapat diketahui jika 2 jari tangan diletakkan

dalam forniks posterior dan tangan satunya pada dinding perut depan di

atas sympisis, maka istmus uteri sedemikian lunaknya, seolah-olah

korpus uteri tidak berhubungan dengan serviks.

2) Tanda Chadwicks. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vulva

tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).

3) Tanda Piscasek. Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga

menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.

4) Kontraksi Braxton Hicks. Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi.

Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil.

5) Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi antara 37,2 0 sampai 37,80

adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan.

6) Menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada kehamilan

muda dengan tes air kencing pertama pagi hari.

c. Tanda pasti hamil berdasarkan referensi Prawirohardjo (2009) :

1) Gerakan janin dalam rahim, pada primigravida dapat dirasakan oleh

ibunya usia kehamilan 18 minggu, pada multigravida usia 16 minggu,

kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat diraba secara obyektif

oleh pemeriksa dan teraba ballottement dapat diraba pada kehamilan

lebih tua.
13

2) Denyut jantung janin dengan alat fetal electro cardiograph dapat dicatat

pada kehamilan 12 minggu. Dengan stetoskop Laennec bunyi jantung

janin baru dapat didengar pada kehamilan 18-20 minggu.

3) Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin. Dalam

triwulan terakhir gerakan janin lebih gesit. Bagian-bagian besar janin

ialah kepala dan bokong, dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan lengan

dapat diraba dengan jelas.

4) Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin.

5) Dengan ultrasonografi (scanning) dapat diketahui ukuran kantong janin,

panjangnya janin (crown-rump), dan diameter biparietalis hingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan, dan selanjutnya dapat dipakai untuk

menilai pertumbuhan janin.

4. Diagnosa Banding Kehamilan

Berdasarkan referensi Prawirohardjo (2009), pembesaran perut wanita tidak

selamanya suatu kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding

diantaranya :

a. Hamil palsu (pseudocyesis). Terdapat amenorea, perut membesar, tanda-

tanda dan reaksi kehamilan negative, uterus seberti biasa. Biasanya terjadi

pada wanita yang ingin sekali hamil.

b. Kista ovari. Mungkin ada amenorea, perut penderita makin besar, tetapi

uterusnya sebesar biasa.


14

c. Mioma uteri. Dapat terjadi amenorea, perut penderita makin besar,

uterusnya makin besar, kadang-kadang tidak merata, tetapi tanda-tanda dan

reaksi kehamilan negatif.

d. Vesika urinaria dengan retensio urine. Uterus sendiri biasa besarnya, tanda-

tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif

e. Menopause. Terdapat amenorea, umur wanita > 43 tahun, uterusnya sebesar

biasa, tanda-tanda dan reaksi kehamilan negatif.

5. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan

Menurut literature Wijaknjosastro (2007), pada kehamilan terdapat

perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genetalia externa dan

internadan pada payudara (mammae). Dalam hal ini hormon

somatotmmamotropin, estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting.

Perubahan yang terdapat pada wanita hamil ialah antara lain sebagai berikut :

a. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama disebabkan oleh hipertrofi

otot polos uterus di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya

meningkat. Di samping itu serabut-serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik

akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti

pertumbuhan janin. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan

hipertrofi seperti korpus uteri membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)

berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan

dinding lebih kurang 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus
15

seperti buah advokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk

bulat. Pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur.

Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada

kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada kehamilan 16 minggu

kavum uteri diisi oleh ruang amnion yang berisi janin, dan ismus menjadi bagian

korpus uteri, uterus kira-kira sebesar kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa.

Bila pertumbuhan janin normal tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu

sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm.

b. Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan menjadi lunak karena hormon estrogen.

meningkat dan adanya hipervaskularisasi. Kelenjar-kelenjar di serviks akan

berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang

wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginam lebih

banyak.

c. Vulva dan vagina

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna portio pun tampak livide. Pembuluh-

pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. Hal ini karena oksigenasi

dan nutrisi pada alat-alat genitalia meningkat.

d. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum

sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus

luteum graviditatum berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia akan mengecil


16

setelah plasenta terbentuk. Korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.

e. Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin

yang mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan

perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan albumin, laktalbumin, dan

laktoglobulin. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan

progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma. Disamping ini, di bawah

pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar

kelompok-kelompok alveolus sehingga mamma menjadi lebih besar. Papilla

mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh

areola mamma karena hiperpigmentasi, glandula montgomery tampak lebih jelas

menonjol. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan

berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum yang berasal dari kelenjar-kelenjar

asinus yang mulai bersekresi.

f. Sirkulasi darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula, mamma dan alat-alat yang memang berfungsi berlebihan dalam

kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik

dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan

bertambah banyak, kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti

dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%.


17

Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan

transpor zat asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan. Meskipun ada

peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan

volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah

menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh dikatakan anemia fisiologik dalam

kehamilan, oleh karena jumlah hemoglobin pada wanita hamil dalam

keseluruhannya lebih besar dari pada sewaktu belum hamil. Jumlah leukosit

meningkat sampai 10.000 per ml, dan produksi trombosit pun meningkat pula.

Gambaran protein dalam serum berubah, jumlah protein, albumin, dan

gammaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan baru meningkat perlahan-

lahan pada akhir kehamilan, sedangkan betaglobulin dari bagian-bagian

fibrinogen terus meningkat. Laju endap darah pada umumnya meningkat sampai

empat kali, sehingga dalam kehamilan tidak dapat dipakai sebagai ukuran.

g. Sistem respirasi

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh

tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32

minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah

diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi

kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita hamil selalu

bernafas lebih dalam, dan bagian bawah toraksnya juga melebar ke sisi.

h. Traktus digestivus

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea).

Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tidak jarang

dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Emesis


18

bila terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan, disebut hiperemesis

gravidarum, keadaan ini patologik. Tonus otot traktus digestivus menurun,

sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama

berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada di

dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi menimbulkan

pula obstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil.

Saliva adalah pengeluaran air liur berlebihan dari pada biasa, bila terlampau

banyak ini menjadi patologik.

i. Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus

yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Dalam kehamilan ureter

kanan dan kiri membesar karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan

lebih membesar dari ureter kiri, karena mengalami lebih banyak tekanan

dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih

sering memutar ke arah kanan. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih

sering dijumpai hidroureter dekstra dan pielitis dekstra. Terdapat pula poliuria

yang disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada

kehamilan, sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69%.

Reabsorpsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan

urea, asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.

j. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu.

Pigmentasi ini disebabkan oleh peningkatan melanophore stimulating hormone

(MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat


19

deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.

Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areola

mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisera.

Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak

hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae livide. Pada seorang multigravida

sering tampak striae livide bersama dengan striae albikantes.

k. Metabolisme

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi, sistem endokrin

juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tireoidea).

BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan

terakhir (Prawirohardjo, 2009). Seorang wanita hamil sering haus, nafsu

makannya besar, sering kencing, dan kadang-kadang memperlihatkan pula

glukosuria, sehingga menyerupai diabetes melitus. Hal ini dipengaruhi oleh

somatomammotropin yang mempunyai peranan dalam pembentukan lemak dan

mamma, lemak terhimpun pula pada badan, paha dan lengan, peningkatan plasma-

insulin dan hormon-hormon adrenal. Kadar kolesterol dapat meningkat sampai

350 mg atau lebih per 100 ml.

Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gram kalsium.

Diperkirakan 0,2-0,7 gram kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa

hamil. Kadar kalsium dalam serum memang rendah, mungkin oleh karena adanya

hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat

menanggulangi kemungkinan tejadinya kejang tetani. Berat badan wanita hamil

akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan

ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan
20

dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi seperti fetus, plasenta dan likuor

amni, dari ibu sendiri seperti uterus dan mamma yang membesar, volume darah

yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan akhirnya adanya retensi air.

6. Kebutuhan Ibu Hamil

a. Kebutuhan fisik ibu hamil akan oksigen

Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan sistem pernafasan pada

masa kehamilan. Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon

tubuh terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk menambah masa jaringan

pada payudara, hasil konsepsi dan massa uterus (Rukiyah dkk, 2009).

b. Kebutuhan fisik ibu hamil akan nutrisi

Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan kalori :

1) Proses physic 66% (pernafasan + sirkulasi + digestivus + secrete +

temperatur tubuh) + (pertumbuhan +perbaikan) = 1.440 Kcal/Dag.

2) Aktivitas seperti jalan, posisi tubuh, bicara, berpindah-pindah dari

tempat satu ke tampat yang lain, makan menghabiskan 17% total tidak

hamil.

3) Bekerja rata-rata 7-10% membutuhkan 150-200 Kcal.

4) Metabolisme 7% membutuhkan 144 Kcal. Kondisi tidak hamil 2100

Kcal/hari. Hamil 2500 Kcal/hari (fetus, plasenta, uterus, mammae).

Lactasi 3000 Kcal/hari (Rukiyah dkk, 2009).

Demikian jenis makanan dalam referensi Rukiyah dkk (2009) pada puncak

piramida yang sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas :

Puncak : gula, lemak, dan minyak.


21

Tingkat III : susu, yoghurt, dan keju, daging unggas, ikan, kacang-

kacangan dan telur.

Tingkat II : sayur dan buah-buahan.

Tingkat I : roti, sereal, nasi dan pasta.

Tabel 1.1 Tabel Asupan makanan Ibu Hamil Menurut Litbang


Bahan Wanita Sataun Usia Kehamilan
Makanan Dewasa 1-3 Bulan 4-6 Bulan 7-9
tidak Hamil Bulan
Nasi 3,5 Piring 3,5 4-5 4-5
Ikan 1,5 Potong 1,5 2 3
Tempe 3 Potong 3 4 3
Sayuran 1,5 Mangkok 1,5 2 3
Buah 2 Potong 2 2 2
Gula 3,5 Sdm 5 6 5
Susu - - 1 1
Air 4 Gelas 8-10 8-10 6-10
Sumber : Varney’s 2007

c. Kebutuhan fisik ibu hamil akan personal hygiene

Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada,

derah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan (Saefuddin,

2006). Mandi teratur mencegah iritasi vagina, tekhnik pencucian perianal dari

depan ke belakang. Pada triwulan pertama wanita hamil mengalami enek dan

muntah (morning sickness) menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan

dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya. Bila tidak

diperhatikan dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan komplikasi, seperti

nefritis, septikemia, sepsis puerperalis. Maka dari itu bila keadaan

memungkinkan, tiap wanita hamil harus memeriksakan giginya secara teratur

sewaktu hamil (Rukiyah dkk, 2009).


22

d. Kebutuhan fisik ibu hamil akan istirahat/tidur

Mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam posisi miring ke kiri, letakkan

beberapa bantal untuk menyangga, pada ibu hamil sebaiknya banyak

menggunakan waktu luangnya untuk banyak istirahat atau tidur atau hanya

baringkan badan untuk memperbaiki sirkulasi darah, jangan bekerja terlalu capek

dan berlebihan, ibu hamil sebaiknya tidur selama 8 jam dalam sehari (Rukiyah

dkk, 2009).

e. Persiapan laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting

karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui

bayinya. Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini

adanya kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan

(Rukiyah dkk, 2009).

f. Persiapan persalinan dan kelahiran bayi

Ada 5 komponen penting dalam rencana persalinan yaitu membuat rencana

persalinan, membuat rencana untuk pengambilan keputusan, mempersiapkan

sistem transportasi jika terjadi kegawatdaruratan, membuat rencana/pola

menabung, mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan (Rukiyah

dkk, 2009).

g. Kebutuhan psikologis ibu hamil

Ibu hamil sangat memerlukan dukungan dan perhatian dari keluarga, dan

tenaga kesehatan agar ibu merasa aman dan nyaman dalam melewati

kehamilannya. Apabila ibu melewati kehamilannya dengan perasaan tidak aman


23

dan nyaman yang disebabkan oleh faktor lingkungan akan menyebabkan

gangguan yang berarti bagi ibu dan janin (Rukiyah dkk, 2009).

7. Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Pada setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengenalkan tanda-tanda

bahaya dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ibu

mengalami tanda-tanda bahaya berdasarkan referensi Rukiyah dkk, 2009 sebagai

berikut :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)

d. Nyeri abdomen yang hebat

e. Bengkak pada muka dan tangan

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa.

B. Konsep Dasar Anemia Pada Kehamilan

1. Definisi

Anemia atau penyakit kurang darah yaitu suatu kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin dibawah 11g/dl pada trimester I dan III atau kadar <10,5g% pada

trimester II. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester

II. (Prawirohardjo, 2010).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Diketahui

bahwa hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel
24

darah merah yang berfungsi mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam

peredaran darah untuk dibawah ke jaringan. Disamping oksigen, hemoglobin juga

membawa karbondioksida membentuk ikatan karbonmonoksi haemoglobin yang

juga berperan dalam keseimbangan pH darah (WHO, 2010).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah meerah menurun atau menurunnya

hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-

organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi

anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin ±10,50 pada kehamilan trimester II

sampai dengan 11,00 gr/dl pada umur kehamilan trimester I dan III (Varney,

2011).

2. Klasifikasi Anemia

a. Tidak Anemia Hb >11 g/dl

b. Anemia Ringan Hb 9-10 g/dl

c. Anemia Sedang Hb 7-8 g/dl

d. Anemia Berat Hb <7 g/dl (Manuaba, 2010).

3. Etiologi Anemia dalam Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) penyebab anemia pada kehamilan diantaranya:

faktor konsumsi makanan akibat dari tidak terpenuhinya beberapa sumber

makanan yang terdiri dari sumber protein, glukosa, lemak, vitamin B12, V6, asam

folat, Vit.C, dan elemen dasar yang terdiri dari Fe, Ion Cu serta Zink. Kemampuan

reabsorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan, terjadi perdarahan kronik
25

seperti gangguan menstruasi atau penyakit yang menyebabkan perdarahan pada

wanita serta parasit usus seperti askariasis, ankilostomiasis dan taenia.

Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi

dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak seperti riwayat persalinan

yang lalu, haid dalam setiap bulan, penyakit-penyakit kronik seperti TBC, paru,

cacing usus, malaria dan lain-lain (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2010).

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia atau hipervolemia).

Karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding

pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan tersebut adalah

plasma darah bertambah 30%, sel-sel darah bertambah 18% dan hemoglobin

bertambah 19% secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membentu

meringankan kerja jantung (Mochtar, 2010).

4. Anemia fisiologi dalam kehamilan

Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami

hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang

puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah

18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).

5. Patofisiologi Anemia

Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia).

Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel

darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang
26

yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu

konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2010).

Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan

peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan

hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan

kerja jantung.

Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr

% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil

fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.

6. Macam-Macam Anemia

Menurut Prawirohardjo (2010), macam-macam anemia adalah sebagai berikut :

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena kekurangan

unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi

yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.

b. Anemia Megaloblastik

Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin

B. Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.

c. Anemia Hipoplastik

Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel

darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui
27

dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-

obatan.

d. Anemia Hemolotik

Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat

dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil,

apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin

pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya

tidak menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang

sebelumnya tidak menderita anemia.

7. Tanda dan Gejala Anemia

Gejala atau tanda-tanda yang dapat di lihat menurut Varney (2011) adalah :

a. Letih, sering mengantuk

b. Pusing, lemah

c. Nyeri kepala

d. Luka pada lidah

e. Kulit pucat

f. Membran mukosa pucat (misal, konjungtiva)

g. Bantalan kuku pucat

8. Dampak Anemia

Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah

dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia

uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum
28

maupun post partum. Anemia berat denga Hb < 4 gr% dapat mengakibatkan

dekompensatio cordis. Anemia yang terjadi saat ibu hamil trimester I dapat

mengakibatkan abortus, missed abortus, dan kelainan kongenital. Anemia pada

kehamilan trimester II dapat menyebabkan persalinan premature, perdarahan

antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrauterine

sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena iinfeksi, IQ rendah dan

bahkan bias menyeebabkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan

gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan

persalinan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum

anemia dapat menyebabkan atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan sukar

sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusi uteri.

(Prawirohardjo, 2010).

9. Komplikasi Pada Anemia

a. Trimester I yaitu missed abortion, kelainan kongenital dan abortus.

b. Trimester II yaitu partus prematurus, perdarahan antepartum,

gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum

sampai kematian, gestosis dan mudah terinfeksi, IQ rendah.

c. Saat persalinan yaitu gangguan his primer dan sekunder, janin lahir

dengan anemia, persalinan dengan tindakan tinggi seperti ibu cepat

lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif

(Wiknjosastro dalam Prawirahardjo, 2010).


29

10. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis

rendah 30 mg pada trimester II ibu hamil non anemic (Hb > atau = 11 gr/dl),

sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen

sulfat 325 mg, 1-2x sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat

dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pecegahan dapat diberikan

0,4 mg/hari. Dan bias juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari.

Selain melalui pengobatan, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan diet

sehat dan tepat, antara lain mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

(hati, daging, kuning telur, ikan teri, susu, dan kacang-kacangan seperti : tempe,

susu kedelai, serta sayuran berwarna hijau tua). Kepandaian dalam mengatur pola

makan dengan mengkombinasikan zat besi dalam menu makanan serta

mengkonsumsi buah dan sayur. Hindarilah mengkonsumsi makanan atau

minuman yang menghambat penyerapan zat besi.

11. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

a. Umur Ibu

Menurut Saifudin (2010) ada faktor resiko yang mendukung tingginya

angka kematian ibu yaitu “4T’ terlalu muda (< 20 tahun), terlalu tua (> 35 tahun),

terlalu banyak anak dan terlalu sering hamil. Untuk faktor resiko terlalu tua dan

terlalu muda dapat dijadikan dasar pengelompokan karakteristik berdadsarkan ibu

hamil.

Keadaan yang membahayakan saat hamil dan meningkatkan bahaya

terhadap bayinya adalah usia saat < 20 tahun atau > 35 tahun. Kejadian anemia
30

pada ibu hamil pada usia <20 tahun karena ibu muda tersebut membutuhkan zat

besi lebih banyak untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri serta bayi yang akan

dikandungnya.

Secara teori umur < 20 tahun secara biologis mentalnya belum optimal

dengan emosi yang cenderung labil, mental yang belum matang sehingga mudah

mengalami keguncangan yang mengakibatkan kekurangannya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat gizi terkait dengan penurunan daya tahan tubuh serta

berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

Berbagai faktor yang saling berpengaruh dan tidak menutup kemungkinan

usia yang matang sakalipun untuk hamil yaitu usia 20-35 tahun angka kejadian

anemia jauh lebih tinggi. Umur < 20 tahun membutuhkan zat besi lebih banyak

untuk keperluan pertumbuhan diri sendiri serta janin yang akan dikandungnya.

Sedangkan zat besi yang dibutuhkan selama hamil 17 mg (Soebroto, 2010).

Umur > 35 tahun mempunyai risiko untuk hamil karena umur >35 tahun,

dimana alat reproduksi ibu hamil sudah menurun dan kekuatan untuk mengejan

saat melahirkan sudah berkurang sehingga anemia pun terjadi pada saat ibu hamil

umur > 35 tahun (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Prawiroradjo (2010), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari

20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil

yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur

kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk

hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun

janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami

anemia.
31

b. Paritas

Paritas adalah frekuensi atau jumlah kehamilan terdahulu yang telah

mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan tanpa mengingat jumlah anaknya

(Williams, 2010).

Menurt Prawiroradjo (2010), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai

resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas

rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas),

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

maka semakin tinggi kejadian anemia karena setelah persalinan dan lahirnya

plasenta dan perdarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg jika setelah

persalinan kebutuhan zat besi tidak terpenuhi serta terjadi persalinan yang

berulang-ulang maka risiko ibu anemia pada kehamilan berikutnya lebih tinggi

(Manuaba, 2010).

c. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah

gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,

ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui

resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran

LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka

pendek. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan

penapisan status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu
32

hamil yang mempunyai ukuran LILA <23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran

LILA yang rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake

makanan sehari hari yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain,

diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK

berpeluang untuk menderita anemia (Rukiyah, 2010).

d. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh

agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb

<10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah

pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh

akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah

atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang,

malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit

menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi

dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat

mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam

kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya

tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan

kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak

cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Rukiyah, 2010).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi

yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat

mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus

penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun


33

Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan

keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat

pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi

kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% Rukiyah, 2010).

e. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2010) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu

dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak

kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk

memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu

hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.

Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan

janin yang dikandungnya.

f. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2010), tingkat pendidikan merupakan salah satu

aspek sosial yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan

mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang

dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan

respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan, karena

mereka yang berpendidikan tinggi mampu menghadap suatu tantangan dengan

rasional. Bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah

terdiri dari:

1) Pendidikan Dasar

Meliputi sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah dan SMP / MTs


34

2) Pendidikan Menengah

Meliputi SMU dan kejuruan serta Madrasah Aliyah (MAN)

3) Pendidikan Tinggi

Meliputi Akademi, Institusi, Sekolah Tinggi atau Universitas

4) Tidak sekolah/belum sekolah adalah mereka yang tidak mau atau

belum pernah sekolah termasuk mereka yang tamat atau belum tamat

kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke SD

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi,

sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai

yang di perkenalkan.

Sebagian besar anemia pada ibu hamil tergolong anemia kurang gizi,

melalui pendidikan pada ibu diharapkan anemia dapat diturunkan antara lain

dengan cara menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan

lingkungan, melakukan antenatal intensif dan memberikan vitamin serta preparat

ferum (Manuaba, 2010).

g. Pekerjaan

Pekerjaan sehari-hari yang dilakukan untuk menambah penghasilan

keluarga. Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada

seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak

informasi dan pengalaman (Notoadmodjo, 2010).

Faktor kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi

saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.

Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah
35

(BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Factor tidak langsung kematian ibu

dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial

ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang

kurang siap ikut memperberat permasalahan ini serta faktor-faktor lainnya seperti

pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,

kondisi sosio ekonomi serta ketrampilan petugas kesehatan. Dengan kata lain,

penyebab kematian ibu ada tiga faktor keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam

keputusan mencari pelayanan kesehatan, keterlambatan dalam mencapai tempat

pelayanan kesehatan, dan keterlambatan menerima pelayanan kesehatan (Depkes

RI, 2011).

Pengurangan zat besi salah satu penyebabnya adalah beban kerja atau

seberapa berat aktivitas fisik yang dilakukan oleh ibu selama kehamilan, semakin

berat aktivitas yang dilakukan ibu hamil mempunyai kemungkinan lebih besar

terjadi pengurangan cadangan zat gizi besi (Gibson, 2009).

C. Jurnal Penelitian

Tabel 2.1 Jurnal Penelitian


Nama Metode
No Judul Variabel Hasil
Penulis Penelitian
1. Wita Gambaran Variabel Desain :  Hasil penelitian ini
Hefita Karakteris dependent: Deskriptif menunjukan 40 reponden
Sari tik ibu Anemia pada didapatkan responden ibu
(2015) hamil ibu hamil Analisis hamil yang mengalami
dengan Variabel Univariat anemia sebanyak 40
anemia di independent responden. Sebagian besar
Bpm 1. Umur mengalami anemia ringan
Bidan Siti 2. Pendidikan sebanyak 21 orang (52,5
Nur’aeni 3. Pekerjaan pendekatan %), umur 20-35 sebanyak
tahun 4. Paritas kasus 37 orang (92,5 %),
2015 kontrol : pendidikan sedang (SMA-
populasi 40 SMU) sebanyak 17 orang
ibu hamil (42,5%), tidak bekerja
36

dengan sebanyak 22 orang (55,0


anemia. %), paritas pada multipara
25 orang (62,5%).
2. Hernaw Gambaran Variabel Total Hasil penelitian ini
ati Karakteris Dependent: sample menunjukkan 550
(2014) tik ibu Anemia pada Dari responden didapatkan
hamil di kehamilan populasi responden ibu hamil yang
Bpm variabel 550 ibu .mengalami anemia ringan
Bidan C independen: hamil 60 responden, pendidikan
Pasawaha 1. Pendidikan dengan rendah sebanyak 62 orang
n 2. Umur anemia (61,4%), umur 20-35
Purwakart 3. Paritas tahun sebanyak 55 orang
a tahun 4. Pekerjaan (54,5%), paritas primipara
2014 5. Kunjungan sebanyak 64 orang
ANC (63,4%), tidak bekerja
sebanyak 55 orang (54,5
%), melakukan kunjungan
ANC < 4 kali sebnayak
128 orang (58 %).
Fitriah Gambaran Variabel Total Hasil penelitian ini
3. Apriani Karakteris dependent : sample menunjukkan 88
(2011) tik Ibu Anemia pada Dari responden didapatkan
hamil kehamilan populasi 88 responden ibu hamil yang
dengan Variabel ibu hamil .mengalami anemia ringan
Anemia di independent : dengan 40 orang (45,5%), umur
Wilayah 1. Usia anemia 20-35 tahun sebanyak 39
Rsia Aulia 2. Pendidikan orang (44,3%), pendidikan
Jakarta 3. paritas menengah sebanyak 31
(2011) 4. Pekerjaan orang (61,4%), paritas
multipara sebanyak 35
orang (39,8%), tidak
bekerja sebanyak 57 orang
(64,8 %).
4. Rostika Gambaran Variabel Total Hasil penelitian ini
Dewi karakterist Dependent: sample menunjukkan 87
(2013) ik ibu Anemia dalam Dari responden didapatkan
hamil kehamilan populasi 87 responden ibu hamil
yang variabel ibu hamil yang .mengalami anemia
mengalam independen: dengan ringan 69 orang (79,3%),
i anemia 1.Umur anemia umur 20-35 tahun
di Wilayah 2. Paritas sebanyak 46 orang
Puskesmas 3.Pendidikan (52,9%), paritas multipara
Cikampek 4.Pekerjaan sebanyak 43 orang
Utara (49,4%), pendidikan
rendah sebanyak 72 orang
(82,7%) tidak bekerja
sebanyak 82 orang (94,3
%).
37

5. Bona Gambaran Variabel Total hasil penelitian ini


Larasati Status Dependent: sample menjelaskan bahwa ibu
(2016) Anemia Anemia Dari hamil dengan anemia
Pada Ibu dalamkehamila populasi 70 sebanyak (20,7%),
Hamil n ibu hamil berdasarkan umur ibu 20-
Berdasark variabel dengan 35 tahun (9,6%).
an independen: anemia Berdasarkan pendidikan
Karakteris 1.Umur SMA (58,6%).
tik 2. Paritas Berdasarkan pekerjaan ibu
Di 3.Pendidikan bekerja (55,2%).
Puskesmas 4.Pekerjaan Berdasarkan paritas ibu
Sedayu I primi gravida sebanyak
Bantul, (37,9%).
D.I.Yogya
karta
Tahun
2016

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang menjelaskan mengenai Gambaran Karakteristik Ibu

Hamil yang Mengalami Anemia yang diambil dari beberapa literatur yaitu

diantaranya Prawirohardjo, 2010, Saifudin, 2010, Manuaba, 2010, dan Varney,

2011. Penulis membuat kesimpulan dalam kerangka teori di bawah ini :

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Faktor Penyebab :
Umur
Paritas
Jarak Kehamilan
Pendidikan
Status Ekonomi Anemia Pada
Sosial Budaya Kehamilan
Frekuensi ANC
Status Gizi
Kurang Energi Kronis
(KEK)
Infeksi dan Penyakit

Sumber : Prawirohardjo (2010), Saifudin (2010), Manuaba (2010), dan Varne

(2011)

Anda mungkin juga menyukai