Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan kehamilan (Antenatal Care)

1. Definisi

Pemeriksaan kehamilan atau sering disebut juga dengan antenatal care

merupakan pemeriksaan dan pengawasan sebelum persalinan yang terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan ibu serta janinnya secara berkala

yang diikuti dengan upaya koleksi terhadap penyimpangan atau kelainan flsik dan

psikologis yang ditemukan. (Pedoman Pelayanan Antenatal, 2007 dan Sarwono

Prawirohardjo, 2007)

2. Tujuan

Dalam Literatur Prawirohardjo (2007) adapun tujuan asuhan antenatal ini

adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental serta sosial ibu dan bayi; b. Menemukan secara dini adanya masalah atau

gangguan dan komplikasi yang mungkin terjadi saat kehamilan; c,

Mempersiapkan persalinan cukup buan, melahirkan dengan selamat,

meminimalisir kemungkinan terjadinya trauma pada ibu dan bayi akibat

persalinan; d. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal; e. Memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi;

f. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berljalan normal dan ibu dapat memberikan

ASI ekslusif kepada bayinya.

Adapun tujuan Antenala Care yang sesuai dengan kunjungannya yaitu :


a. Tujuan pemeriksaan ANC pertama atau kunjungan awal :1) Menentukan Hari

pertama haid terakhir dan menentukan Taksiran persalinannya; 2) Untuk

menentukan diagnosa ada atau tidak adanya kehamilan; 3) Menentukan usia

kehamilan; 4) Menentukan status kesehatan ibu; 5) Memberikan pengawasan dini

terhadap kehamilan agar dapat mendeteksi secara dini adanya kompilkasi pada

kehamilan; 6) Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan

selanjutnya. b. Tujuan pemeriksaan ANC kunjungan ulang : 1) Memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi;

2) Meningkatkan dan membantu ibu mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi; 3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit

sistemik atau riwayat penyakit keluarga; 4) Menentukan ada atau tidaknya faktor

resiko pada kehamilan itu sendiri atau pada saat persalinan; 5) Mempersiapkan

persalinan cukup bulan; 6) Membantu melahirkan dengan normal, selamat, sehat,

aman, dan nyaman baik ibu maupun bayinnya; 7) Seminimal mungkin

mengurangi trauma pada saat persalinan.

3. Kebijakan Program Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama

kehamilan yaitu: a. Satu kali kunjungan pada trimester I (< 14 minggu); b. Satu

kali kunjungan pada trimester II (14-28 minggu); c. Dua kali kunjungan pada

trimester III (>28- 36 minggu dan sesudah minggu ke 36).

Meskipun pemerintah mengatur kebijakan seperti disebutkan diatas, namun

disarankan kepada ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya dengan jadwal

sebagai berikut : saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu pemeriksaan


kehamilan sebaiknya empat kali, setelah kehamilan 28-36 minggu perlu

pemeriksaan kehamilan 2 minggu sekali dan kehamilan 36-40 minggu cukup

sekali. (Salmah, 2006)

4. Komponen Pelaksanaan Antenatal Care

Pengkajian data : a. Identitas : Untuk mengidentifikasi klien dan

menentukan status sosial ekonomi, serta pendidikannya agar dapat mentukan

bagai mana cara menyampaikan informasi, anjuran, dan pengobatan secara tepat.

(Prawirohardjo, 2007); b. Anamnesa : 1) Keluhan utama : Apakah ibu datang

untuk pemeriksaan karena ada keluhan, yang ibu rasakan saat ini, dan apakah

ada informasi yang penting yang berhubungan dengan kesehatan ibu; 2) Riwayat

penyakit sekarang : Kehamilan yang disertai dengan suatu penyakit

tertentu maka akan mengakibatkan gangguan pada kehamilan itu sendiri dan

mungkin apabila lebih lanjut dapat menyebabkan komplikasi yang dapat

membahayakan kelangsungan hidup ibu dan janinnya, dan sebaiknya hal ini

ditanyakan dan diperhatikan secara khusus ; 3) Riwayat menstruasi : Riwayat

mentruasi yang teratur dapat mempermudah menentukan hari pertama haid

terakhir dan tapsiran partusnya, serta kemungkinan - kemungkinan adanya

riwayat yang lain; 4) Riwayat Perkawinan : Riwayat perkawinan penting untuk

diketahui, hal ini untuk mengehatui apakah sudah lama menikah dan belum

mempunyai anak maka besar sekali harapan terhadap anak tersebut (anak mahal)

oleh karena hal itulah maka dapat diperhitungkan dengan matang dalam proses

persalinan dan pinpinan persalinannya; 5) Riwayat kehamilan yang lalu :

Pengalaman melahirkan sebelumnya merupakan bagian yang terpenting dalam

pemperkirakan kemungkinan adanya masalah atau perkiraan proses persalinan


yang beriktunya dan untuk mengetahui ibu hamil tersebut sudah pernah hamil

berapa kali, melahirkan keberapa, pernah abortus atau tidak; 6) Riwayat hamil ini.

Hamil muda : Riwayat ini untuk mengetahui ada atau tidak adanya keluhan

ibu yang fisiologis seperti mual, muntah, sering BAK, konstipasi, lemah, letih,

lesu, keputihan, sering flatus, hipersalivasi, sering pingsan, sakit kepala, sembelit,

palpitasi, pruritas, pigmentasi bertambah, perubahan payudara,

palpitasi.Kunjungan Antenatal care atau pelayanan kesehatan ibu hamil

sebaiknyadilakukan sesuai dengan standar kebijakan program yaitu 1x pada

Trimester ke-I, 1x pada Trimester ke-II, 2x pada Trimester ke-III.

Dengan standar pelayanannya yang diberikan yaitu 10 T sebagai berikut: a.

Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan; b. Ukur Tekanan darah c.

Nilai Status Gizi; d.Ukur tinggi fundus uteri; e. Pemberian Imunisasi TT f.

Pemberian tablet Fe (zat besi) dan Asam Folat; g. Test Laboratorium; h.

Tatalaksana kasus; i. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) ; j.

Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)

a. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Pemeriksaan Umum : Pemeriksaan yang di lakukan meliputi keadaan

umum, tekanan darah, suhu, berat badan, kesadaran, nadi, respirasi, dan tinggi

badan.Keadaan umum seperti (kecemasan, kemarahan ,atau peka),tekanan darah

perlu di ukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar selama masa

kehamilan,tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi

plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolic 90 mmHg pada

saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hepertensi.


Pemeriksaan suhu normal pada ibu hamil yaitu berkisar antar 36,5-37,5c,

pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil sekitar 2kg dalam satu

bulan atau antara 6,6-16,5 kg pertambahannya selama hamil. Kesadaran

(composmentis, somnolen, apatis).Nadi pada ibu hamil normal. Agak lebih tinggi

dari orang dewasa biasa. Respirasi ibu hamil agak meningkat pada trimester

terakhir ini di karenakan adanya penekanan diafragma oleh uterus yang membesar

sehingga ibu menjadi lebih pendek dalam bernafas dan lebih sering. Tinggi badan

menentukan ukuran panggul ibu ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu

hamil antara lain yaitu >145cm (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2007).

2) Pemeriksaan sistematis : a. Kepala : Rambut, mata konjungtiva dan sclera,

muka, mulut, gigi, serta telinga; b. Leher : Memeriksa apakah ada pembengkakan

kelenjar Tyroid atau tidak; c. Dada dan axilla : Bagaimana bentuk buah dadanya

simetris apa tidak, adakah hiperfigmentasi pada aerola, puting susu menonjol atau

tidak, areola berwarna apa, apakah sudah ada pengeluaran kolosrum atau belum,

dan apakah ada pembesaran atau pembengkakan pada ketiak dan ada nyeri tekan

apa tidak; d. Ekstremitas atas : Lengan simetris apa tidak, ada oedema apa tidak,

ada kelainan lain apa tidak, ada varises apa tidak; e. Pemeriksaan Khusus Obtetri

(status lokalis) : Abdomen : Perut membesar dengan arah memanjang atau

melebar, ada lineaalbican atau nigra, ada bekas operasi. Pada pemeriksaan

abdomen dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan leopold antara lain : 1)

Leopold I :Untuk menentukan TFU dan bagian apa yang berada difundus.
Gambar 2.1
Leopold I

Sumber: en.wikipedia.org)

2) Leopold II : Untuk menentukan bagian apa yang ada dibagian kanan dan kiri

punggung.

Gambar 2.2
Leopold II

(Sumber: en.wikipedia.org)

3) Leopold III : Untuk menentukan bagian terbawah janin dan menentukan

apakah kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP) atau belum.

Gambar 2.3
Leopold III

(Sumber: en.wikipedia.org)
4) Leopold IV : Untuk menentukan apakah bagian terbawah janin sudah

masuk ke pintu atas penggul atau belum. Untuk mendengarkan dejut jantung

janin, dan untuk menentukan berapa berat janinnya. Dengan rumus TBJ =

TFU –11/12/13 x 155.

Gambar 2.4
Leopold IV

(Sumber: en.wikipedia.org)

Anogenital : Pemeriksaan ini dilakukan dengan di Insfeksi dan dilihat apakah

ada flour albus, varises, oedem, tumor atau kelainan lainnya yang dapat

mempengaruhi proses persalinan dan apakah ada kelainan dari anogenital ; a.

Ekstremitas bawah : tungkai simetris apa tidak, ada oedema apa tidak, refleks

patelanya positif apa tidak, ada varises apa tidak, dan ada kelainan alain apa tidak;

b. Pemeriksaan LAB : Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencingnya dan

darahnya sekurang-kurangnya 2x selama masa kehamilan, sekali pada permulaan

dan sekali pada akhir masa kehamilan : 1) Pemeriksaan darah dan pemeriksaan

hemoglobin yang dilakukan pada ibu hamil biasanya yaitu golongan darah, dan

pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui anemia atau tidak, menurut Saifudin

(2006), disebutkan bahwa anemia apabila pada kehamilan trimester I dan III kadar

hemoglobin di bawah 11 gr% atau kadar < 10m,5 gr % pada trimester II. Hal ini

dikarenakan pada bulan ke 5-6 terjadi kebutuhan peningkatan zat besi pada janin

untuk proses pertumbuhan tulang janin, selain itu juga memang dalam kehamilan
terjadi proses hemodilusi yang dapat menyebabkan Hb menjadi turun. Dari

literatur Manuaba (2007), klasifikasi Hb ibu hamil yaitu 11 gr% (Normal), 9-10 gr

% (Anemia ringan), 7-8 gr% (Anemia sedang), < 7 gr% (Anemia berat). 2) Tes

pemeriksaan urin protein : Dalam literature Rukiyah dkk (2009), pemeriksaan

protein dalam urin ini bertujuan untuk mengetahui komplikasi adanya

preeclampsia pada ibu hamil yang sering kali,menyebabkan masalah dalam

kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan serta

kematian ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. Standar kadar kekeruhan

protein urine adalah : a) Negatif : Urine jernih; b) Positif 1(+) : Ada kekeruhan c)

Positif 2 (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan; d) Positif 3 (+++) :

Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas; e) Positif 4 (++++) : Urin sangat

keruh dan disertai endapan yang menggumpal

Dan untuk menungjang data- data diatas maka diperlukan Tes reduksi urin :

Dalam literature Rukiyah dkk (2009), pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk

melihat adanya glukosa dalam urine. Urine normal biasanya tidak mengandung

glukosa, dalam kasus tertentu urin mengandung glikosa seperti pada ibu yang

mempunyai riwayat penyakit DM. Cara membaca urine reduksi: a) Kadarnya (-) :

bila hasil berwarna biru / hijau; b) +1 : bila hasilnya berwarna hijau / kuning

hijau; c) +2 : bila berwarna Kuning kehijauan; d) +3 : bila berwarna jingga; e)

+4 : bila berwarna merah bata

Analisa Masalah/Interpretasi data : Dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang

telah dikumpulkan data tersebut dikumpulkan sehingga dapat merumuskan

diagnosa masalah secara spesifik.


Antisipasi Masalah/ potensial masalah : Langkah ini ketika bidan

melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensialdan mengantisifasi serta

memberikan penanganan.

Penetapan Kebutuhan Dan Tindakan Segera : Pada hal ini bidan

menentukan apakah langkah yang seharusnya dilakukan dengan keluhan diatas

dan apakah keluhan yang pasien rasakan membutuhkan tindakan segera atau

therapi.

Perencanaan Tindakan : Pada langkah ini direncanakan asuhan yang

menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah -langkah

sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah

atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, asuhan terhadap wanita

tersebut sudah mencangkup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek

asuhan kesehatan. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan harus

benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang terbaru yang sesuai

dengan asumsi tentang apa yang dilakukan klien. Kajian ulang apakah

rencana asuhan sudah meliputi semua aspek asuhan terhadap kesehatan wanita.

Perencanaan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang ditentukan berdasar

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari

manajenam terhadap diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisifasi,

asupan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan

dengan semuaaspek kesehatan.

Pelaksanaan Asuhan : Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan secara

efisien dan aman. Pelaksanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien, akan tetapi walaupun bidan tidak melakukannya sendiri,

bidan tetap mengarahkan dan memikul tanggung jawab yang besar.

Evaluasi : Pada langkah ini dikakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan. Hal yang di evaluasi antara lain adalah apakah ibu sudah

mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan oleh bidan, dan apakah klien

mau mengikuti semua anjuran dari bidan.

2.2 Persalinan

1. Konsep dasar persalinan

a. Definisi

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu

maupun pada janin (Rukiyah, 2013).

b. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan sebenarnya mengacu pada bagaimana janin

menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul ibu. Menurut Prawirohardjo 2013

denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian

depan janin terhadap jalan lahir. Hipomoklion adalah titik putar atau pusat

pemutaran, yang meliputi gerakan:

a) Turunnya Kepala

Gambar 2.1

Turunnya kepala ke PAP


(Sumber: Nurhakim, 2012)

Descensus atau penurunan, ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam

panggul. Faktor – faktor yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban,

dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot – otot

abdomen, ekstensi badan janin. Terbagi menjadi dua yaitu :

1) Engagement (fiksasi)

Engagement ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter

Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur

kehamilan kira – kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada 38 minggu,

kadang–kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi bila

kepala sudah mencapai Hodge III.

Gambar 2.2
Sinklitimus

(Sumber: Nurhakim,
2012)

b) Majunya Kepala

Pada multigravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga

panggul terjadi bersamaan. Pada primigravida majunya kepala bayi terjadi setelah

kepala masuk kedalam rongga panggul atau kala II.

c) Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam sikap fleksi.

Dengan adanya his dan tahan dari dasar panggul yang makin besar, maka kepala

janin makin turun dan semakin fleksi sehingga dagu janin menekan pada dada dan

belakang kepala (oksiput) menjadi bagian bawah, keadaan ini dinamakan fleksi

maksimal.

Gambar 2.5
Fleksi

(Sumber: Nurhakim, 2012)


d) Rotasi Dalam / Putaran Paksi Dalam

Putaran paksi dalam merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala bayi

dengan bentuk jalan lahir, dimana bagian terendah dari kepala ubun-ubun kecil

memutar kebawah simfisis pada bidang luas panggul untuk mencari tahanan yang

lebih rendah dikarenakan menyesuaikan dengan ukuran dengan bidang tengah

panggul diameter anteroposterior 12,75 cm leboh luas dari ukuran trasnversal 12,5

cm.

Gambar 2.6
Putaran Paksi Dalam

(Sumber: Nurhakim, 2012)

e) Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah

ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir

pada putaran bawah panggul (PBP) mengarah kedepan dan keatas, sehingga

kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya kalau tidak terjadi ekstensi

maka kepala akan tertekan pada pertemuan dan menembusnya.

Gambar 2.7

Ekstensi

(Sumber: Nurhakim, 2012)

f) Rotasi Luar / Putaran Paksi Luar

Setelah kepala lahir dan ekstensi lengkap maka kepala bayi akan memutar

kembali kearah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi

pada putaran paksi luar.

Gambar 2.8

Putaran Paksi Luar

(Sumber: Nurhakim, 2012)

g) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi

hipomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Untuk melahirkan bahu depan

(anterior) tangan memegang kepala bayi secara bipariental kemudian tarik

kebawah dengan hati-hati dan perlahan sampai lahir bahu depan.


Setelah bahu depan lahir kepala bayi ditarik dengan perlahan untuk

mengeluarkan bahu posterior. Setelah bahu belakang lahir, lalu tangan penolong

menyusuri punggung, bokong, dan ekstremitas bayi untuk di sanggah.

Gambar 2.9

Ekspulsi

(Sumber: Nurhakim, 2012)

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam persalinan menurut Rukiyah

(2013), diantaranya adalah :

a) Tenaga (Power)

1) His atau kontraksi

Pada minggu-minggu terakhir kehamlian uterus semakin teregang oleh karena

isinya semakin bertambah. Peregangan ini menyebabkan makin rentan terhadap

hormonal yang terjadi pada akhir kehamilan terutama perubahan hormonal.

Penurunan hormon progesteron yang bersifat menenagkan otot-otot uterus akan

mudah direspon oleh uterus yang teregang sehingga mudah timbul kontraksi.

2) Kekuatan mengedan ibu

Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting pada ekspulsi

janin adalah yang dihasilkan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang

diciptakan oleh kontraksi otot-otot abdomen, dalam bahasa obstetric biasanya ini
disebut mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip aeperti yang terjadi pada

saat BAB, tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar.

b) Janin dan Plasenta (Passenger)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin, posisi dan

besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat

membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak : hidup sempurna, cacat atau

akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-

bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.

c) Jalan Lahir (Passage)

Tulang panggul dibentuk oleh dua tuang koksa (terbentuk dari fungsi tiga

tulang : os pubis, os isium, dan os ilium) yang masing-masing membatasi bagian

samping rongga panggul. Bentuk dan dimensi tulang panggul ditentukan oleh

sejumlah faktor lingkungan, hormon, dan genetik.

d) Tanda Dan Gejala Inpartu

Dalam literatur (JNPK-KR, 2008), menyebutkan bahwa tanda dan gejala

inpartu terdiri atas :

a) Penipisan dan pembukaan serviks

b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

c) Cairan lendir bercampur darah “blood show” melalui vagina.

2.3 Asuhan Persalinan

1. Definisi

Dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir (IBI

2003)

Dasar dari asuhan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama

persalinan dan setlah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama

perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia pada bayi baru lahir (Rukiyah

dkk, 2010)

2. Tujuan Asuhan Persalinan

Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai

pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan

sayang bayi.(Rukiyah, dkk 2013)

Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup

dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya.

3. Peran Bidan Dalam Asuhan Persalinan

Sebagai seseorang yang memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam

masa persalinan dengan melibatkan suami / keluarga.

4. Langkah – Langkah Asuhan Persalinan

Dalam referensi JNPK-KR (2008), terdapat 60 langkah asuhan persalinan

normal yaitu:

a. Mengenali tanda dan gejala kala II

1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan sebagai berikut: ibu merasa

ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani

membuka.

b. Menyiapkan pertolongan persalinan


2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi :

a) Siapkan tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,

b) Siapkan 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi),

c) Alat penghisap lendir

d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 m dari tubuh bayi.

Untuk ibu :

a) Menggelar kain di perut bawah ibu

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit

c) Alat suntik steril sekali pakai di dalam parrtus set.

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksa

dalam.

6) Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai

sarung tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada

alat suntik.

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

7) Membersihkan vulva dan perenium, menyekanya dengan hati-hati dari

anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang

di basahi air DTT. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi

tinja, bersihkan dengan seksama dengan arah depan ke belakang. Buang


kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tesedia. Jika

terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan

tersebut dalam laruratn klorin 0,5%.

8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks

sudah lengkap. Jika pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban belum

pecah lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan denagn mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih memakai

sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan

dalam keadaan terbalik dan rendam daam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Cuci kedua tangan setelahnya.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) dalam batas normal 120-160x/ menit.

Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumenasukan hasil-

hasil pemerikasaan dalam, djj, semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan ke dalam partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik,

kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginananya.

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan

pemantauan kondisi dankenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang ada.


b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu dan meneran seara benar.

12) Minta keluarga membantu menyiapka posisi meneran jika ada rasa ingin

meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisin itu, ibu diposisikan

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa

nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau

timbul konraksi yang kuat :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (keuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu yang lama)

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

f) Berikan ukup asupan cairan per-oral (minum)

g) Menilain DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah

pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥ 120 menit (2 jam) pada

primigravida atau ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

e. Mempersipakan pertolongan kelahiran bayi


15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan perhatkan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Pakai sarun tangan DTT/ steril pada kedua tangan.

f. Membantu lahirnya kepala

19) Setelah tamak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka vulva maka

lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan

kering,tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara

efektif atau bernapasan cepat dan dangkal.

20) Periksa kemungkina adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi), segera dilanjutkan proses kelahiran bayi.

a) Jika tali pusat melilit leher seara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas

kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher seara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan

potong tali pusat diantara dua klem tersebut.

21) Setelah kepla bayi lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara

spontan.

g. Membantu lahirnya bahu

h. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala

kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
i. Membantu lahirnya badan dan tungkai

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menompang kepala dan

bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan

telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkar ibu

jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu

dengan jari telunjuk).

j. Asuhan bayi baru lahir

25) Lakukan penilaian selintas

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK,” lanjut ke langkah resusitasi pada

bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat Penuntun Belajar Resusitasi Bayi

Asfiksia)

Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke langkah 26

26) Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

(keuali dua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah

dengan handuk/ kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi

aman di perut bagian bawah ibu.


27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil

tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu

tangan pada sekitar 5 m dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari

tengah lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar

bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada

posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi

tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 m distal

dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),

dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

b) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

32) Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan

kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari

putting atau areola mamae ibu.

a) Selimut ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 30-60 menit. Menyusu untuk untuk pertama kali akan berlangsung 10-

15 menit. Bayi ukup menyusu dari satu payudara.

d) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam wlaupun bayi sudah berhasil

menyusu.

k. Manajemen aktif kala tiga persalinan (MAK III)

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34) Letakan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis),

untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk

menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso cranial)

seara berhati-hati (untuk menegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur di atas.

a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga

untuk melakukan stimulasi putting susu.

l. Mengeluarkan plasenta

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan

dorongan ke arah ranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara

kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir

(kearah bawah-sejajar lantai-atas)


b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-1

m dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM

2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh

3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan tali pusat 15 menit

berikutnya.

5. Jika plasenta tak lahir 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan maka

segera lakukan tindakan plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/ steril untuk melakukan

eksporasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum

DTT/ steril untuk mengeluarkan selaput tertinggal.

m. Rangsang Taktil (Masase) Uterus

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

a) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal, Kompresi

Aorta Abdominalis, Tampon Kondom Kateter) jika uterus tidak berkontraksi

dalam 25 detik setelah rangsangan taktil/masase.

n. Menilai perdarahan
39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah

dilahirkan lengkap. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat

khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan. Bila

ada robrkan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan

penjahitan.

o. Asuhan pasca persalinan

41) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin

0,5% bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan

kain bersih dan kering.

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

Evaluasi :

43) Pastikan kandung kemih kosong

44) Ajarkan ibu/ keluarga ara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.

47) Pantau keadaan bayi pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/

menit)

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, di resusitasi dan segera

merujuk ke rumah sakit.

b) Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS Rujukan.
c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lalukan kembali kontak

kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam astu selimut.

Kebersihan dan keamanan

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan airan tubuh dengan menggunakan air

DTT. Bersihkan airan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau disekitar ibu

berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikan, bagian

dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian, keringkan

tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

vitamin K1 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru

lahir, pernapasan bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperatur tubuh

(normal 36,5-37,5oC) setiap 15 menit.

57) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis

B di paha kanan bawah lateral. Letakan bayi dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu dapat disusukan.


58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

dengan tisssue atau handuk pribadi.

Dokumentasi

60) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda-tanda vital

dan asuan kala IV persalinan.

2.3 BAYI BARU LAHIR (BBL)

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Pengertian bayi baru lahir dalam literature Rukiyah, dkk (2013), yang

dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah : bayi yang lahir dengan

presentasi belakang kepala, melalui vagina tanpa alat, pada usia kehamilan genap

37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai

Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan.

Neonatus adalah bayi berumur 0 hari (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari.

Neonatus dini : usia 0-7 hari, Neonatus lanjut : usia 7 - 28 hari. (Saifudin, 2008).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dengan berat badan lahir dengan berat badan lahir 2500 gram sampai

4000 gram (Saifudin, 2010).

2. Penilaian Segera Setelah Bayi Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang

disiapkan para perut ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab 4

pertanyaan :
a. Apakah bayi cukup bulan?

b. Apakah air ketuban jernih, tidak becampur mekonium?

c. Apakah bayi menangis atau bernafas?

d. Apakah tonus otot baik?

Tabel 2.8

APGAR Score

Skor 0 1 2

A : Appearancecolor Seluruh tubuh Badan merah Seluruh badan


pucat kemerah-
(Warna kulit) Ekstremitas biru merahan

P : Pulse/heart rate Tidak ada Di bawah 100 Di atas 100


(Frekuensi jantung)

G : Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,


mimik batuk/bersin
(Refleks)

A : Activity Lemah lunglai Ekstremitas fleksi Gerakan aktif


sedikit
(Tonus otot)

R : Respiration Tidak ada Lemah tidak teratur Menangis kuat


(Usaha nafas)

(sumber: prawirohardjo, 2013)

Klasifikasi Klinik :

1) Nilai 7-10 bayi baik, normal.

2) Nilai 4-6 bayi asfiksia ringan sedang.

3) Nilai 0-3 bayi asfiksia berat


3. Tanda Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir dikatakan norma menurut Rukiyah dkk (2013) menyebutkan

jika mempunyai beberapa tanda antara lain : Appearance color (warna kulit),

seluruh tubuh kemerahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100 x /

menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan), menagis, batuk / bersin, activity

(tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat.

Kehangatan tidak terlalu panas (>380 c) atau terlalu dingin (<360 c), warna

kuning pada kulit 9tidak pada conjungtiva), terjadi pad hari ke 2-3, tidak biru,

pucat, memar; pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk

berlebihan, tidak muntah; tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti;

tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah; dapat berkemih

selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada

tinja; bayi tidak menggigil atau tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak

terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, tidak kejang-kejang halus, tidak

bias tenang, menangis terus menerus.

4. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan

pada bayi baru lahir (neonatus) menurut literatur Prawirohardjo (2013) :

a. Bayi Tidak Mau Menyusu

Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang

kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau

menyusu maka asupan nutrisinya kan berkyrang dan ini akan berefek pada kondisi
tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah,

dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.

b. Kejang

Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan

adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi demam.

Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu sediakan obat penurun

panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak

dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan

lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.

c. Lemah

Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan

biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang

berlebihan ataupun infeksi berat.

d. Sesak Nafas

Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu

sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per menit atau

lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada

tarikan atau tidak.

e. Merintih

Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi kita

merintih terus menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-hapuk, maka

konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada ketidaknyamanan lain yang bayi

rasakan.
f. Pusat Kemerahan

Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi.

Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi

tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan kering. Betadin

dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya

dioleskan saja saat sudah kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa

anda beli di apotik

g. Demam atau Tubuh Merasa Dingin

Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih

perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda

kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian yang basah.

h. Mata Bernanah

Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang

berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat

lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.

i. Kulit Terlihat Kuning

Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika

kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari setelah

lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja bayi berwarna

kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter.

5. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengatiran temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi

semburna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan

hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan

kematian (Depkes RI, 2014).

Mekanisme kehilangan panas dalam literatur JNPK-KR (2009), terdiri dari :

a. Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena penguapan cairan

ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah

lahir, tubuh bayi tidak dikeringkan. Hal yang sama terjadi setelah bayi

dimandikan.

b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin.

c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara

sekitar yang lebih dingin.

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat

benda-benda yang menpunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

Adapun upaya untuk mencegah kehilangan panas menurut literatur JNPK-KR

(2009) yaitu :

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

2) Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi

3) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI

5) Tempatkan bayi di tempat yang hangat.


6. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir (BBL) menurut literatur Saifuddin

(2010), adalah asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah

kelahiran. Sebagian besar bayi yang lahir akan menunjukan usaha bernafas

spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari segera

bayi baru lahir :

a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat

b. Usahakan adanya kontak ibu dan bayi sesegera mungkin.

Dalam literatur Saifuddin (2010), suatu tindakan perawatan yang harus dilakukan

pada bayi segera sesudah lahir adalah

a. Membersihkan jalan nafas.

b. Memotong dan merawat tali pusat.

c. Penilaian bayi baru lahir

d. Mempertahankan suhu tubuh bayi/mencegah hipotermi dengan cara mengatur

suhu lingkungan, mengeringkan, membungkus badan dan kepala, kemudian

meletakan bayi ditempat yang hangat atau dalam inkubator atau dapat pula

dibawah sorotan lampu.

e. Identifikasi bayi segera setelah lahir.

f. Pencegahan infeksi.

7. Penatalaksanaan Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dalam literatur Saifuddin (2010)

menyebutkan bahwa :
a. Segera setelah melahirkan badan bayi, sambil secara cepat menilai

pernafasannya, letakkan bayi dengan handuk diatas perut ibu.

b. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah lendir dari wajah bayi

untuk mencegah jalan udara terhalang, periksa ulang pernafasan bayi.

c. Klem dan potong tali pusat dengan kedua klem, kira-kira 2-3 cm dari pangkal

tali pusat, potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi

dari gunting dengan menggunakan tangan kiri, lakukan pengikatan pada talli

puast dengan tali yang steril dan DTT. Kemudian periksa ulang talil pusat

setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan lakukan pengikatan ulang

yang lebih kuat.

d. Jagalah bayi agar tetap hangat, pastikan agar bayi tersebut tetap hangat dan

terjadi kontak dini dengan kulit ibu, gantilah handuk atau kain yang basah,

dan bungkus bayi dengan selimut, pastikan kepala bayi terlindungi dengan

baik untuk mencegah kehilangan panas. Periksa telapak bayi setiap 15 menit.

8. Pertolongan Pada Bayi Baru Lahir

Pertolongan yang dilakukan oleh bidan pada waktu bayi lahir menurut

literatur Prawirohardjo (2013), yaitu :

a. Membersihkan lendir saat kepala keluar dengan kasa steril.

b. Catat jam lahir (dengan stop watch).

c. Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih

rendah.

d. Ikat tali pusat dan dipotong kemudian dibalut dengan kasa steril.

e. Kehilangan panas badan bayi dihindari dengan segera membungkus bayi

agar tetap hangat. Suhu tubuh bayi harus dicatat.


f. Menilai bayi dengan APGAR Score, penilaian dilakukan pada menit pertama

dan kelima.

g. Bayi ditimbang berat badannya dan diukur panjangnya, kemudian dicatat.

h. Beri vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari (pada bayi normal dan cukup

baik).

i. Beri tetes mata/salep mata (metode crede : 2 tetes pada masing-masing mata

nitrat 1-2 % atau nosporin) diteteskan segera setelah bayi lahir.

j. Periksa anus, genetalia eksterna, jenis kelamin.

9. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan Bayi Sehat

Sebelum dipulangkan, bayi harus melalui 2 pemeriksaan, pertama penapisan

atau skinning yang dilakukan saat bayi lahir, yang kedua pemeriksaan menyeluruh

meliputi usia kehamilan. Jika seorang bayi akan dipulangkan setelah ditinggal

sebentar (6-12 jam) BBL tersebut harus dikunjungi pada hari ketiga serta hari

kelima setelah lahir kemudian dilakukan kunjungan berikutnya ketika bayi berusia

antara 6-8 minggu. Jika bayi tersebut berada dirumah sakit selama 48 jam,

kunjungan pertama dapat ditunda hingga bayi tersebut berusia 10-14 hari.

Dalam literatur Rukiyah, dkk (2013), Tujuan kunjungan bayi sehat mencakup

tiga hal yaitu :

a. Mengidentifikasi gejala-gejala penyakit

b. Melakukan pemeriksaan penapisan

c. Memberikan dukungan dan pendidikan bagi orang tua

1) Kunjungan Pertama, dalam literatur Rukiyah, dkk (2013), seperti yang telah

diuraikan mengenai perwatan bayi pada hari kedua serta kelima setelah lahir.

Adapun tugas bidan pada kunjungan pertama, yaitu :


a) Melakukan wawancara singkat mengenai keadaan ibu dan anak.

b) Bidan harus menilai kesehatan ibu dan ayah serta mencari tanda-tanda depresi

atau ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan bayi tersebut.

c) Bidan menilai perawatan yang diberikan pada bayi khususnya mengenai

pemberian makan oleh orang tua, tingkat kewaspadaan, pola defekasi dan

miksi serta pola tangis .

d) Melakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk refleksi bayi.

e) Mengobservasi tanda-tanda ikatan orang tua terhadap bayi baru lahir.

f) Memberikan bimbingan dan nasehat terhadap kemungkinan-kemungkina

yang bisa terjadi pada BBL.

g) Merencanakan kunjungan kedua pada BBL.

2) Kunjungan Kedua, dalam literatur Rukiyah, dkk (2013), kunjungan bayi sehat

kedua biasanya berlangsung ketika bayi berusia antara 6-8 minggu. Adapun

tugas bidan dalam kunjungan kedua, yaitu mencakup :

a) Imunisasi.

b) Melakukan penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan dan

lingkaran kepala serta pemeriksaan fisik.

c) Setiap bidan yang merawat bayi sehat mengadakan kesepakatan yang jelas

dengan spesialis anak untuk konsultasi dan atau rujukan untuk setiap BBL

yang memperhatikan tanda-tanda penyakit atau kelainan.

2.4 Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa Nifas atau masa pueperium adalah masa saat mulai setelah partus

selesai, dan berakhir setelah 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Prawirohardjo,

2013)

Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama 6 minggu atau 42 hari. Jadi, masa nifas adalah kala puerperium yang

berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Yang merupakan waktu yang

diperlukan untuk pulihnya pada puerperium yaitu involusi dan proses laktasi

(Prawirohardjo, 2013).

2. Tujuan Asuhan Nifas

Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas menurut Rukiyyah

(2011) antara lain untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana

dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan

pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu

terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus

melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara

sistematis yaitu mulai pengkajian data sebjektif, objektif maupun penunjang.

c. Setelah bidan melakukan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data

tersebut sehingga tujuan asuhan nifas ini dapat mendeteksi masalah yang

terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,

yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.


e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyususi, pemberian imunisasi kepada bayinya dan

perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana.

3. Program dan Kebijakan Teknis

Program dan kebijakan teknis pada masa nifas ini menurut Prawirohardjo

(2013) menyebutkan bahwa paling sedikit dilakukan empat kali kunjungan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani, masalah-masalah yang terjadi. Adapun jadwal kunjungan masa nifas

tersebut yaitu sebagai berikut :

Kunjungan Pertama : Kunjungan ini dilakukan pada saat 6-8 jam setelah

persalinan, adapun tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan masa

nifas akibat atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

memberikan konseling pada ibu bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas,

pemberian ASI awal. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,

menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Petugas kesehatan

harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

Kunjungan Kedua : Pemeriksaan masa nifas ini dilakukan pada saat 6 hari

setelah persalinan dengan tujuan memastikan involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak bau, menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan. Memastikan ibu

mendapat cukup makan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda bahaya penyulit. Memberikan


konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat dan merawat bayi sehari-hari.

Kunjungan Ketiga : Kunjungan yang ketiga dilakukan pada saat 2 minggu

setelah persalinan, hal-hal yang dilakukan pada pemeriksaan ini sama halnya

seperti pada pemeriksaan kunjungan kedua.

Kunjungan Keempat : Kunjungan ibu dilakukan saat 6 minggu setelah

persalinan dengan menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang ia atau

bayi alami dan memberikan konseling KB secara dini.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Prawirohardjo tahun 2013

menyebutkan bahwa terdapat kejadian penting yang dialami dalam masa nifas,

diantaranya adalah :

a. Involusi adalah proses kembalinya secara keseluruhan alat – alat genitalia

interna maupun externa berangsur – angsur ke keadaan sebelum hamil. Involusi

uterus sebelum bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh

darah besar yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta.

Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga darh dapt

tertutup sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan postpartum.

Involusi atau pengerutan otot rahim merupakansuatu proses dimana uterus

kmebali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 30 – 60 gram. Proses

involusi uterus adalah sebagai berikut :

1) Autolysis, merupakan suatu penghancuncuran diri sendiri yang terjadi di dalam

otot uterin. Enzym proteolitik akan memendekan jaringan otot yang sempat
mengendur hingga 10 kali panjang nya dari semula dan 5 kali lebar dari semula

selama kehamilan .

2) Isechemia, Berkurangnya aliran darah ke uterus disamping karena kontraksi

dan reaksi otot- otot uterus juga pengalihan aliran darah ke payudara, dapat

ditandai dengan payudara yang menjadi merah, bengkak karena peredaran

darah yang lebih dari biasa

3) Efek Oksitosin, Penyebab kontaksi dan reaksi otot uterin sehingga akan

mengkonpres pembuluh darah yang menyebabkan akan mengurangi suplai

darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat

implantasi plasenta serta mengalami perdarahan

Tabel 2.7
Proses Involusi Uterus

Involusi Tinggi fundus Berat uterus

Plasenta lahir Sepusat 1000 gram

7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat – simpisis 500 gram

14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram

42 hari (3 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram

56 hari (4 minggu) Normal 30 gram

( Sumber: Rukiyah, 2013)

b. Lochea adalah ekstraksi cairan rahim selama nifas yang dikeluarkna melalui

vagina. Menurut Prawirohardjo (2013) sifat lochea adalah :

1) Lochea mempunyai reaksi alakalis atau basa yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat daripada konbdisi asam yang ada pada vagina normal.

2) Lochea mempunyai bau amis, meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda – beda pada stiap wanita.


3) Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.

4) Cairan ini berasal dari bekas implantasi dari bekas melekatnya plasenta.

Jenis – jenis lochea dalam literatur Prawirohardjo pada tahun 2013 di bagi

menjadi 4 macam yaitu :

1) Lochea rubra atau lochea krueta terjadi 1 sampai 3 hari berwarna merah dan

hitam, terdiri daris el desisua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium

dan sisa darah.

2) Lochea sanguinolenta terjadi 3 sampai 7 hari berwarna putih bercampur merah.

3) Lochea serosa terjadi 7 sampai 14 hari berwarna kekuningan.

4) Lochea alba terjadi setelah 14 hari dan berwarna putih.

Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan diatas

kemungkinan tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus

yang kurang baik. Ibu yang tidak menyusi anaknya. Pengeluaran lochea rubra

lebih lama karena kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama karena

kontraksi uterus kurang baik, infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang

baik sehingga lebih lama mengeluarkan lochea rubra.

c. Serviks, bentuk servik agar menganga seperti corong berwarna kemerahan

kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang – kadang terdapat perlunakan-

perlunakan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk kerongga rahim,

setelah 2 jam dapat dilalui 1 jari.

d. Ligamentum, Ligament fasia dan diafragma pelvik yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara beransur- angsur menjadi kecil dan

pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jtauh kebelakang dan menjadi
retrofleksi. Karena ligamentum ritumdum menjadi kendor. Setelah melahirkna,

kebiasaan wanita indonesia melakaukan pemijatan. Dimana sewaktu pemijatan

tekanan inta – abdomen bertambah tinggi karena setelah melahirkan ligamenta

fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor. Jika dilakukan pengurutan, banyak

wanita mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan sebaiknya

dengan latihan – latihan dan gimnastik pasca persalin.

e. Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post

natal hari ke 5, perineun telah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

f. Payudara Perubahan pada payudara dapat meliputi : penurunan kadar

progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.

1) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau

hari ke 3 setelah persalinan.

2) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi

g. Sistem Perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama.

Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli – buli setelah bagian

ini mengalami kompresi antrara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.

Urin dalam jumlah ynag besar akan dihasilkan dalam waktu 12 sampai 24 jam

sudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang

bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini

menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal 6 minggu.

h. Sistem Gastrointestinal Sering kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,


namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1 atau 2 hari, gerak

tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

diberikan enemo. Rasa sakit di daerah peurineum dapat menghalangi keinginan ke

belakang (Buang air besar).

i. Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat kadar

penurunan kadar estrogen, volume darah kembali ke keadaan tidak hamil. Jumlah

sel darah merah dan hemoglobin kembali normal, meskipun kadar ekstrogen

menglami penurunan yang sangat besar selama masa nipas, namun kadarnya

masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung

cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus

dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekana pada ambulasi dini.

j. Sistem Endokrin Sistem endokrin dalam tubuh selama masa nifas pun

mengalami perubahan, perubahannya meliputi :

1) Kadar estogren menurun 10% dalam waktu sekitar 3jam post partum.

2) Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

k. Sistem Muskuloskeletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi.

l. Sistem Integument Penurunan melanin umumnya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit, Perubahan pembuluh darah

yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada estrogen.

5. Asuhan dan Kebutuhan Masa Nifas

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam masa nifas menurut referensi

Rukiyah dkk pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :


a. Kebersihan diri

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan

air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih

dahulu, dari depan kebelakang lalu kemudian membersihkan daerah sekitar

anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air

kecil atau besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 3 kali

sehari.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah

membersihakan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka.

b. Istirahat

1) Anjurkan ibu agar beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan – kegiatan rumah tangga biasa, perlahan

– lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : mengurangi

jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

c. Ambulasi Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena

merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dalam tempat tidur dalam
24 jam pertama setelah melahirkan pervaginam. Ambulasi dini sangat penting

dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk

membantu menguatkan otot-otot perut dan demikian mengahsilkan bentuk tubuh

yang baik, mengencangakan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh.

d. Eliminasi (BAB/BAK) Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua

hari pertama setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan

untuk mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit, memar atau gangguan

pada tonus otot. Ia dapat dibantu untuk duduk diatas kursi berlubang tempat

buang air kecil (commode). Penetalaksanaan defekasi diperlukan sehubungan

kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami

konstipasi pemberian obat-obat untuk pengaturan kerja usus kerap bermanfaat.

e. Perawatan Payudara Menjaga payudara tetap bersih dan kering,

menggunakan BH yang menyokong payudara, Apabila puting susu lecet oleskan

kolostrum atau ASI, apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.

ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok. Untuk

menghilangkan nyeri dapat minum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. Apabila

payudara bengkak akibat bendungan ASI lakukan pengompresan pada payudara.

f. Keluarga Berencana

1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurangnya 2 tahun sampai ibu hamil

kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana

mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Biasanya wanita tidak akan

menghasilkan telur sebelum dia mendapatkan lagi haid nya selama menyusui.
Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama

kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.

2) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi

tetap lebih aman terutama apabial sudah haid lagi.

3) Sebelum menggunakan metode KB hal – hal berikut sebaiknya dijelaskan

dahulu kepada ibu. Efek samping bagaimana metode ini dapat mencegah

kehamilan dan efektifitasnya sera kelebihan dan kekurangannya, bagaimana

menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat dimulai untuk wanita pasca

salin yang menyusui.

4) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya

untuk mbertemu kembali dalam 2 minggu untuk menentukan apakah yang

ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan itu dan untuk melihat apakah metode

tersbut dapat berjalan dengan baik.

g. Cara Menyusui Bayi Banyak ibu yang tidak tahu bagaimana cara yang baik

dan benar dalam menyusui bayinya, berikut adalah cara yang tepat dalam

menyusui bayi : 1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum agar dapat

meningkatkan suplai ASI kepada bayinya. 2) Menyusui bayi setiap 2 jam,

siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara. 3)

Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah

selama menyusui. 4) Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang

baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. 5) Susui bayi ditempat yang tenang

dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui. 6) Tidurlah bersebelahan dengan

bayi.

Anda mungkin juga menyukai