Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN FISIOLOGIS-ANTENATAL CARE (ANC)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Maternitas

Di susun oleh:
ELFANY AZIS KANDORA
NIM : 14420222107

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Tutik Agustini, S.Kep.,Ns.,M.Kep Yusrah Taqiyah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mual dan muntah ialah masalah yang biasa terjadi pada awal kehamilan.
Sekitar 50-75% ibu hamil mengalami mual dan muntah. Sekitar 25% hanya
mengalami mual, dan 50% mengalami baik mual maupun muntah. Gejala mual dan
muntah biasanya memburuk saat pagi atau biasa disebut morning sickness (Rorrong et
al., 2021)
Data WHO (World Health Organization) mengenai peningkatan kesehatan ibu
yang merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal’s (MDG’s) sesuai
target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar ¾
dari Angka Kematian Ibu pada pada tahun 2017 menurut WHO adalah 165/100.000
kelahiran hidup, sedangkan mengalami penurunan pada tahun 2018 adalah
126/100.000 (Mustar & Indriyani, 2020)
Data yang diperoleh dari profil Dinkes Sulawesi Selatan tahun 2016 jumlah
ibu hamil diperkirakan sebesar 65/100.000 perempuan, dan yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum sebesar (30,2%). Pada tahun 2017 jumlah ibu hamil
diperkirakan sebesar 68/100.000 perempuan, dan yang mengalami Hiperemesis
Gravidarum sebesar (36,2%). Data yang diperoleh dari profil Dinkes Sulawesi Selatan
2018 jumlah ibu hamil diperkirakan sebesar 73/100.000 perempuan, dan yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum sebesar (45,5%) (Mustar & Indriyani, 2020).
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan wanita hamil,
namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat bayi
lahir rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir. Faktor pemicu
terjadinya Hiperemesis Gravidarum pada ibu hamil belum diketahui secara pasti,
tetapi diperkirakan oleh karena beberapa hal, seperti faktor hormonal, psikologis,
paritas, nutrisi dan alergi, genetik, usia, aktivitas, dan bakteri Helicobacter pylori
(Rorrong et al., 2021)
B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep ANC
a. Definisi
b. Tujuan
c. Jadwal Kunjungan ANC
d. Standar Pelayanan ANC
e. Pemeriksaan Penunjang ANC
f. Perubahan-Perubahan Dan Adaptasi Fisiologis Pada Masa Kehamilan
g. Tanda – Tanda Kehamilan
h. Pemeriksaan Kehamilan (Leopold I-IV)
i. Perhitungan Tafsiran Partus
j. Perhitungan Tafsiran Berat Janin
2. Untuk mengetahui Konsep Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Definisi

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) adalah Pemeriksaan kehamilan untuk


mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya
kesehatan Reproduksi secara wajar (Mappaware et al., 2020)
2. Tujuan
Pelayanan perawatan kehamilan (Antenatal Care) merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan
pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:
a. Untuk memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial
ibu. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
c. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
d. Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif (Suaryasa, 2020).
3. Jadwal kunjungan ANC
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera
setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan
mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki
keadaan-keadaan yang kurang memuaskan. Di negara berkembang pemeriksaan
Antenatal Care dilakukan sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat
a. Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat
haidnya satu bulan
b. Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
c. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan
sampai terjadinya persalinan
Menurut WHO untuk wanita hamil yang tidak memiliki faktor risiko dalam
kehamilannya, minimal dapat melakukan ANC sebanyak 4 kali yaitu 1 kali saat
TM I,1 kali saat TM II, dan 2 kali saat TM III.
a. Kunjungan Pertama sebaiknya sebelum kehamilan 12 minggu
1) Informasi umum pasien
2) Informasi tentang riwayat kesehatan pasien
3) Riwayat obstetri pasien sebelumnya
4) Pemeriksaan fisik mencakup tanda-tanda anemia, tekanan darah, berat
badan dan tinggi badan, dan pemeriksaan vagina dengan speculum
termasuk Pap smear
5) Pemeriksaan darah (sebaiknya pemeriksaan Hb hanya dilakukan pada usia
kehamilan 32 minggu atau kunjungan ke-3, kecuali ada tanda-tanda
anemia), urin, dan golongan darah
6) Pemberian suplemen besi. Memberikan edukasi dan informasi kesehatan
selama kehamilan
Pemberian suntikan TT
b. Kunjungan ke-2 dilakukan pada kehamilan mendekati 26 minggu.
1) Mengulang pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan penyakit pasien
2) Catat kondisi pasien yang tidak ditemukan sewaktu kunjungan pertama
(kecelakaan, penyakit, perdarahan/keputihan dari vagina, dll)
3) Catat setiap perubahan pada tubuh pasien
4) Tanya gerakan bayi
5) Periksa BJA
6) Tanya tentang kebiasaan ibu : merokok, alkohol, dl
7) Periksa tekanan darah
8) Pemeriksaan Leopold
9) Pemeriksaan vagina bila pada kunjungan pertama tidak dilakukan. Bila
terjadi perdarahan pemeriksaan vagina dilarang.
10) Pemeriksaan Hb ulang jika pada pemeriksaan Hb pertama <7 gr%
11) Pemberian suplemen besi (Fe)
12) Pemberian nasehat dan edukasi tentang kehamilan
13) Memberi tahu jadwal kunjungan berikutnya yaitu pada kehamilan
mendekati usia 32 minggu
c. Kunjungan ke-3; dilakukan pada usia kehamilan mendekati 32 minggu.
1) Jika pasien tidak datang pada kunjungan ke-2 pemeriksaan dilengkapkan
pada kunjungan ke-3
2) Tanya keluhan pasien: nyeri punggung, perdarahan, keputihan, dll
3) Pengukuran TD, pemeriksaan Leopold, urinalisis, timbang BB dan
pemeriksaan haemoglobin.
4) Tanya gerakan janin dan periksa BJA
d. Kunjungan ke-4; sebaiknya pada usia kehamilan antara 36-38 minggu.
1) Pemeriksaan presentasi bayi dan penurunan bagian terbawah bayi
2) Menilai panggul sempit atau tidak
3) Memberikan semua informasi tentang tanda-tanda persalinan, dan jika ada
segera pergi ke RS atau klinik bersalin.
4) Jika tidak ada tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan 41 minggu
segera pergi ke RS.
5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti kunjungan sebelumnya (Syaiful
& Fatmawati, 2019).
4. Standar pelayanan ANC
Menurut Kemenkes RI (2010) ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan
antenatal hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:
a. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini,
pemberian terapi sesuai dengan diagnosis.
b. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai:
penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan
faktor risiko yang dimilikinya, pencarian pertolongan yang memadai secara
tepat waktu.
c. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan
yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
Menurut Kemenkes RI (2010) terdapat enam standar dalam pelayanan
antenatal seperti berikut ini:
a. Identifikasi ibu hamil bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk memberi penyuluhan dan memotivasi
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
b. Pemeriksaan dan pemantauan bidan memberikan sedikit 4 kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin
dengan saksama untuk apakah perkembangan berlangsung normal
c. Palpasi abdomen bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara saksama
dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur
kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta
melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan bidan melakukan tindakan pencegahan,
penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan bidan menemukan secara dini
setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
f. Persiapan persalinan bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa
persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat (Mappaware et al.,
2020).
5. Pemeriksaan penunjang ANC
Pada saat asuhan ANC, petugas kesehatan khususnya bidan menginformas
kan kepada ibu hamil untuk dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi
pemeriksaan laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan.
a. Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin untuk semua ibu hamil pada
kunjungan pertama :
1) Kadar hemoglobin
2) Golongan darah ABO dan resus
3) Tes HIV: ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan
terkonsentrasi, sedangkan di daerah epidemi rendah tes HIV ditawarkan
pada bu hamil dengan IMS dan TB.
4) Rapid test atau hapusan darah tebal dan tipis untuk malaria: untuk ibu yang
tinggal di atau memiliki riwayat bepergian ke daerah endemik malaria
dalam 2 minggu terakhir.
b. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
1) Urinals (terutama protein urine pada trimester kedua dan ketiga) jika
terdapat hipertensi.
2) Kadar hemoglobin pada trimester ketoga terutama jika dicurigai anemia.
3) Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu dengan riwayat
defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA 23,5 cm
4) Tes sifilis.
5) Gula darah puasa.
c. Lakukan pemerksaan (USG)
Pemeriksaan USG direkomendasikan:
1) Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kenamaan 15 minggu) untuk
menentukan usia gestasi, viabilitas janin letak dan jumlah janin, serta
deteksi abnormalitas janin yang berat.
2) Pada usia kehamian sekitar 20 minggu untuk deteksi anomaly
3) Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan janin.
4) Lakukan rujukan untuk pemeriksaan USG ja alat atau tenaga kesehatan
tidak tersedia (Rahyani et al., 2020).
6. Perubahan-perubahan dan adaptasi fisiologis pada masa kehamilan
Selama proses kehamilan, ibu akan mengalami proses adaptasi pada
perubahan fungsi tubuh. Perubahan tersebut sering disebut sebagai adaptasi
kehamilan. Perubahan yang terjadi antara lain:
a. Perubahan pada sistem reproduksi
Uterus berisi 5-10 liter, pada akhir kehamilan akan 500-1000 kali lebih
besar daripada keadaan tidak hamil. Berat kehamilan aterm 1100 gram, tidak
hamil 70 gram. Dinding lebih tipis (dinding korpus uteri 1,5 cm atau kurang).
Serviks akan menjadi lebih lunak, perubahan warna kebiruan karena
peningkatan vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks, hipertrofi dan
hiperplasi kelenjar serviks. Vagina dan lubang kemaluan akan mengalami
peningkatan vaskularisasi dan hiperemi pada kulit dan otot perineum dan
vulva, perlunakan jaringan ikat yang sering disebut tanda cadwick. Ovarium
tidak akan mengalami ovulasi selama kehamilan terjadi, maturasi folikel tidak
tertunda dan payudara akan terasa nyeri karena hipertrofi alveoli mammae
serta hiperpigmentasi areola.
b. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Denyut nadi waktu istirahat meningkat sekitar 10-15 kali per menit dan
aspek jantung berpindah sedikit ke lateral, bising sistolik pada saat inspirasi,
Cardiac Output (COP) meningkat. Cardiac Output (COP) meningkat sekitar
30-50% selama kehamilan dan tetap tinggi sampai persalinan. COP dapat
menurun bila ibu berbaring terlentang pada akhir kehamilan karena
pembesaran uterus menekan vena cava interior, mengurangi venous return ke
jantung sehingga menurunkan COP. Ibu akan mengalami sipne hypotension
syndrome, yaitu pusing. mual, dan seperti hendak pingsan.
c. Perubahan pada sistem pernafasan
Kecepatan pernapasan mungkin tidak berubah atau menjadi sedikit
lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat selama
kehamilan (15-20%). Tidal volume meningkat 30 hingga 40%. Pada
kehamilan lanjut, ibu cenderung menggunakan pernapasan dada daripada
pernapasan perut atau abdominal, walapun diafragma tetap memegang peran
penting.
Saluran napas atas menjadi lebih vaskuler sebagai respons terhadap
peningkatan esterogen pembuluh kapiler membesar edema dan
hyperemiapadahidung, faring, laring, trakea,dan bronkikongestihidung
tersumbat, epistaksis, perubahan suara, kecenderungan mengalami infeksi
saluran napas atas ringan. Peningkatan vaskulariasasi pada saluran napas atas
juga dapat menyebabkan edema membrane timpani dan tuba eustachius nyeri
telinga, gangguan pendengaran, rasa penu di dalam telinga. Tidal volume
meningkat pergerakan diafragma lebih besar dan penurunan tekanan
karbondioksida (PCO2) darah alkalosis respiratorik
d. Perubahan pada sistem gastrointestinal
Tonus dan gerakan traktus gastrointestinal berkurang karena
perpanjangan waktu pengosongan lambung dan memperlambat perjalanan
dalam intestinum, terjadi hemoroid karena konstipasi dan peningkatan tekanan
vena sekunder terhadap pembesaran uterus.
e. Perubahan sistem renal
Glomerulo Filtration Rate (GFR) dan aliran plasma ginjal meningkat,
konsentrasi kreatinin dan urea plasma menurun, dan glukosuria sehingga GFR
turun dapat menimbulkan infeksi.
f. Perubahan pada sistem endokrin
Setelah implantasi. villi chorionic memproduksi hCG untuk
mempertahankan produksi esterogen dan progesterone corpus luteum hingga
plasenta terbentuk sempurna. Plasenta yang terbentuk sempurna dan berfungsi
16 minggu setelah konsepsi mengambil alih tugas korpus luteum untuk
memproduksi esterogen dan progesterone supresi FSH dan LH tidak terjadi
maturasi folikel dan ovulasi. Prolaktin (dari pituitary) mulai diproduksi pada
awal kehamilan tetapi diblok ikatannya dengan jaringan mammae oleh
tingginya kadar esterogen dan progesterone sehingga tidak terjadi laktasi.
Oxytocin (dari pituitary posterior) dapat merangsang kontraksi uterus namun
dapat dicegah oleh tingginya kadar progesterone selama kehamilan. Plasenta
juga memproduksi Human Chronic Somatommamotropin (HCS) atau Human
Placental Lactogen (HPL) perkembangan mammae untuk persiapan laktasi.
g. Perubahan pada sistem integument
Perubahan sistem integument sangat bervariasi tergantung ras.
Perubahan yang terjadi disebabkan oleh hormonal dan peregangan mekanik.
Secara umum, perubahan pada integument meliputi peningkatan ketebalan
kulit dan lemak subkutan, hiperpigmentasi, pertumbuhan kuku dan rambut,
peningkatan aktivitas kelenjar keringat, dan peningkatan sirkulasi dan aktivitas
vasomotor.
h. Perubahan pada sistem metabolic
Basal Metabolism Rate umumnya meningkat 15-20% terutama pada
trimester III dan akan kembali ke kondisi sebelum hamil pada 5-6 hari
postpartum. Peningkatan BMR menunjukkan peningkatan kebutuhan dan
pemakaian oksigen. Vasodilatasi perifer dan peningkatan aktivitas kelenjar
keringat membantu mengeluarkan kelebihan panas akibat peningkatan BMR
selama hamil. Ibu mungkin tidak dapat menoleransi suhu lingkungan yang
sedikit panas. Kelemahan dan kelelahan setelah aktivitas fisik ringan, rasa
mengantuk mungkin dialami oleh ibu sebagai akibat peningkatan aktivitas
metabolime.
i. Kenaikan pada berat badan ibu
Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan bervariasi
antara ibu yang satu dengan lainnya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan
untuk rekomendasikan kenaikan BB adalah kesesuaian BB sebelum hamil
terhadap tinggi badan, yaitu apakah ibu tergolong kurus, normal, atau gemuk.
7. Tanda-tanda kehamilan
a. Tanda-tanda Diduga Hamil
Tanda-tanda kehamilan antara lain:
1) Amenorea (haid tidak datang)
2) Payudara tegang
3) Mengidam (ingin makanan khusus)
4) Mual dan muntah di pagi hari (morning sickness)
5) Hipersalivasi
6) Konstipasi
7) Pigmentasi kulit
b. Tanda Kemungkinan Hamil
Berikut tanda-tanda kemungkinan hamil:
1) Pembesaran rahim dan perut
2) Tanda hegar
3) Tanda chadwik
4) Tanda discasek
5) Teraba ballottement
6) Reaksi pemeriksaan kehamilan positif
c. Tanda Pasti Hamil
Berikut tanda-tanda apabila kehamilan pasti terjadi:
1) Gerakan dan keberadaan janin dalam rahim terasa
2) Pemeriksaan USG
3) Terdengar denyut jantung janin (Wagiyo & Putrono, 2016)
8. Pemeriksaan kehamilan (Leopold I-IV)
a. Melakukan pemeriksaan Leopold I untuk menentukan bagian janin yang ada di
fundus.
Jika kepala janin yang berada di fundus, maka palpasi akan teraba
bulat, keras dan dapat digerakkan (Ballotement). Jika bokong yang terletak di
fundus, maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk yang tidak spesifik, lebih
besar, dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta fundus terasa
penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.
Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan. Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke arah kepala ibu.
2) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong, kepala,
atau kosong).
Perkiraan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan menurut
Leopold adalah sebagai berikut. 20 minggu: 20 cm, 24 minggu: +28 cm, 32
minggu: + 32 cm, 36 minggu: + 34-36 minggu.
b. Melakukan pemeriksaan Leopold II
Bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada
beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur, sedangkan bila teraba adanya
bagian bagian kecil yang teratur dan mempunyai banyak tonjolan, serta dapat
bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah kaki, lengan, dan lutut.
Bila punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior). Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan
tekanan yang lembut, tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi.
2) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap kepala ibu.
3) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di
samping kiri dan kanan umbilikus.
4) Secara berlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan
pada sisi mana terletak punggung, lengan, dan kaki.
5) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi DJJ
nantinya.
Melakukan pemeriksaan Leopold III untuk menentukan bagian janin
yang berada pada bagian terbawah.
Apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah kranial ibu, maka
bagian terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala
yang berada di bagian terbawah coba untuk menggerakkan kepala bila kepala
tidak digerakan lagi, maka kepala sudah engaged dan bila tidak dapat diraba
adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang. Cara
melakukannya adalah sebagai berikut:
1) Lutut ibu dalam keadaan fleksi.
2) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat
menyebabkan perasaan tak nyaman bagi ibu. Coba untuk menilai bagian
janin apa yang berada di sana.
3) Bagian terendah janin dicekap di antara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
4) Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah bagian
tersebut sudah mengalami engagement atau belum.
c. Melakukan Leopold IV untuk menentukan presentasi dan engagement (sampai
berapa jauh derajat desensus janin dan mengetahui seberapa bagian kepala
janin masuk ke pintu atas panggul).
Pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian
janin terbawah yang berada di dalam panggul, dan menilai seberapa jauh
bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul.Cara melakukannya sebagai
berikut:
1) Pemeriksa menghadap ke kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi
fleksi.
2) Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba
untuk menekan ke arah pintu atas panggul (Rahayu, 2016).
9. Perhitungan tafsiran partus
Ada tiga cara untuk mengetahui masa persalinan, yaitu:
a. Dengan menghitung TFU (Tinggi Fundus Uteri). Pemeriksaan dilakukan oleh
tenaga medis.
b. Dengan gerakan janin yang pertama kali dirasakan. Jika ini adalah kehamilan
pertama, maka Ibu akan merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 19-21
minggu. Namun, jika ini adalah kehamilan kedua atau seterusnya, maka Ibu
akan merasakan gerakan janin lebih cepat, yaitu pada usia kehamilan 17-19
minggu.
c. Dengan menggunakan rumus Neagle. Dalam dunia kesehatan, rumus ini
digunakan untuk menentukan kapan Ibu akan melahirkan. Rumus ini juga
dapat digunakan untuk Ibu dengan jadwal haid yang teratur (28 hari). Jangan
khawatir dengan perhitungan lainnya yang memiliki siklus haid teratur, namun
lebih pendek atau panjang. Digital
1) Siklus normal 28 hari
Dengan hari haid pertama, tambahkan tujuh. Untuk bulannya,
kurangkan tiga, lalu tahunnya ditambahkan satu. Namun, jika Ibu Anda
dalam kurun bulan Januari, Februai, dan Maret, rumusnya dapat diganti.
Rumusnya menjadi tambahkan tujuh untuk harinya dan bulannya ditambah
sembilan, sedangkan tahunnya tetap.
2) Siklus pendek (14-26 hari)
Jika Ibu memiliki siklus haid yang pendek antara 14-26 hari, misalnya
siklus 26 hari, maka tafsiran persalinan dimundurkan dua hari. Ini
dikarenakan rumus Neagle berlaku untuk siklus 28 hari. Jadi, jika Ibu
memiliki siklus lebih pendek antara 14 26 hari, kurangi saja siklus normal
dengan siklus pendek.
3) Siklus panjang (31-40 hari)
Perhitungan dengan menggunakan masa haid dengan siklus panjang
tidak jauh berbeda de ngan perhitungan sebelumnya (Pratiwi & Desy,
2016).
10. Perhitungan tafsiran berat janin
Tafsiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Jolinson Toshack.
Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan secara
spontan. Rumus tersebut adalah :

Taksiran Berat Janin (TBJ)= (Tinggi Fundus Uteri (dalam cm) - N) x 155

Dengan interpretasi hasil


N : 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika
N : 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N : 13 bila kepala belum lewat PAP (Syaiful & Fatmawati, 2019).
B. Konsep Keperawata
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengunpulkan
data, mengelompokkan, dan menganalisis sehingga didapatkan masalah dan
kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan ibu
yang memungkinkan perawat meren canakan asuhan keperawatan (Ratnawati,
2019).
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data ibu dengan hiperemesis gravidarum terdiri dari :
1) Data riwayat kesehatan
Data riwayat kesehatan yang diperlukan, yaitu:
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang ter dapat keluhan yang
dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala hyperemesis
gravidarum:
(1) Mual dan muntah yang terus-menerus merasa lemah, dan
kelelahan.
(2) Ibu merasa harus dan terasa asam di mulut, kontipasi, dan demam.
(3) Ibu mengalami penurunan berat badan.
(4) Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya
oliguria, taki kardia, mata cekung, dan ikterus.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu yang ditemukan, antara lain:
(1) Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya.
(2) Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menye babkan mual dan muntah.
2) Data fisik biologis
Data fisik bilogis yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum adalah sebagai berikut:
a) Mamae yang membengkak dan hiperpigmentasi pada aerola mamae
b) Terdapat kolasma gravidarum, mukosa membran, dan bibir kering
c) Turgor kulit buruk, mata cekung, dan sedikit ikterik.
d) Ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi serta pusing, dan
kehilangan kesadaran
3) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang ditemukan pada ibu dengan hiperemesis
gravidarum, antara lain:
a) Kemungkinan menarche usia 12 14 tahun
b) Siklus 28-30 hari
c) Lamanya 5-7 hari
d) Banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari
e) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan
muntah.
4) Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat kehamilan dan persalinan yang dite mukan pada ibu dengan
hiperemesis gravidarum, antara lain:
a) Hamil muda ibu pusing, mual, dan muntah serta tidak nafsu makan
b) Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenal kenaikan berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran
6) Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan
jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Data psikologi
yang kemungkinan ditemukan adalah
a) Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan
kegagalan persalinan mudah menangis, serta kekecewaan dapat
memperberat mual dan muntah.
b) Pola pertahanan diri (koping) yang digu nakan ibu bergantung pada
pengalaman nnya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan
perawat.
7) Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi,
namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi mengengah ke
bawah. Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang
dimiliki.
8) Data penunjang
Data penunjang yang didapat dari hasil laboratorium adalah
pemeriksaan darah dan urine.
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat menun jukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan
dehidrasi.
b) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsetrasi yang
tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine
(Ratnawati, 2019)
2. Diagnosis keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
c. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. Intervensi keperawatan

INTERVENSI RASIONAL

Reduksi Ansietas Terapeutik


Terapeutik 1. Memberikan dukungan emosi
1. Ciptakan suasana terpeutik untuk menenangkan klien dan
untuk menumbuhkan menciptakan penerimaan serta
kepercayaan bantuan dukungan selama masa
2. Pahami yang membuat ansietas stress.
3. Dengarkan dengan 2. Agar mengetahui hal apa
penuh perhatian yang perlu ditangani
Edukasi 3. Mengambil kepercayaan klien
4. Informasikan secara faktual penting sebagai dasar
mengenai diagnosis, intervensi
pengobatan dan prognosis Edukasi
4. Agar pasien mengetahui
5. Latih teknik relaksasi (relaksasi penyakit dan pengobatannya
nafas dalam) sehingga dihapkan akan lebih
tenang
5. Teknik relaksasi dapat
menurunkan tingkat ansietas

Manajemen Nutrisi Observasi


Observasi 1. Untuk mengetahui status nutrisi
1. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui makanan
2. Identifikasi alergi dan yang dapat membuat alergi
intoleransi makanan dan menimbulkan masalah
3. Identifikasi makanan yang baru
disukai 3. Mengetahui status nutrisi
4. Identifikasi kebutuhan kalori 4. Mengetahui jumlah makanan
dan jenis nutrient dan jenis makanan yang
5. Monitor berat badan dikonsumsi
Terapeutik 5. Untuk memantau penurunan dan
1. Lakukan oral hygiene sebelum pertambahan berat badan
makan, jika perlu Terapeutik
2. Berikan makanan tinggi kalori 1. Untuk menciptakan kebersihan
dan tinggi protein sebelum melakukan aktifitas
3. Berikan suplemen makanan, jika makan
perlu 2. Untuk memenuhi kebutuhan
Edukasi kalori dan protein
1. Anjurkan posisi duduk, jika 3. Untuk memberikan suplemen
mampu penambah nafsu makan
Kolaborasi Edukasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi 1. Memberikan posisi nyaman
sebelum makan (mis. pereda Kolaborasi
nyeri, antiemetik), jika perlu 1. Untuk menunjang proses
pemasukan makanan
Manajemen Hipertermia Observasi
Observasi 1. Untuk mengetahui penyebab
1. Identifikasi penyebab terjadinya deman
hipertermia (mis. dehidrasi, 2. Untuk mengetahui suhu tubuh
terpapar lingkungan panas, dan merumuskan masalah
penggunaan incubator) 3. Memantau kadar elektrolit dlam
2. Monitor suhu tubuh tubuh
3. Monitor kadar elektrolit 4. Memantau proses pengeluaran
4. Monitor haluaran urine cairan
5. Monitor komplikasi akibat 5. Memantau jika terjadi
hipertermia komplikasi dari demam
Terapeutik Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang 1. Memberikan Lingkungan yang
dingin nyaman

2. Berikan cairan oral 2. Untuk memenuhi kebutuhan


3. Berikan oksigen, jika perlu cairan sehingga tidak terjadi
Edukasi dehidrasi
1. Anjurkan tirah baring 3. Mempertahankan saturasi
Kolaborasi oksigen
1. Kolaborasi pemberian cairan Edukasi
dan elektrolit intravena, jika 1. Memberikan kenyamanan
perlu Kolaborasi
1. Untuk mempercepat Proses
penyembuhan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses perawatan, dimulai
secara formal setelah Anda mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Dengan
rencana asuhan berdasar pada diagnosis keperawatan yang jelas dan relevan, dimana
intervensi yang didesain untuk membantu pasien mencapai tujuan dan hasil yang
diharapkan yang dibutuhkan untuk mendukung atau meningkatkan status kesehatan
pasien (Noviestari et al., 2020).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
pada tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika
hasil evaluasi menunjukkan tercapaiya tujuan dan kriteria hasil, klien dapat keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut (Irman et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Mappaware, N. A., Muchlis, N., & Samsualam. (2020). Kesehatan Ibu dan Anak: Dilengkapi
dengan studi kasus dan alat ukur kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Pertama).
Yogyakarta: DEEPUBLISH: CV.Budi Utama.
Mustar, & Indriyani. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Tingkat Ii Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Taretta Kecamatan
Amali. Jurnal Ilmiah Bidan, 5(1).
Noviestari, E., Ibrahim, K., Deswani, & Ramadaniati, S. (2020). Dasar-Dasar Keperawatan:
Edisi 9 (9th ed.). ELSEVIER.
Pratiwi, W. M., & Desy, E. (2016). Diary Pintar Bunda Hamil. Elex Media Komputindo.
Rahayu, A. P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas (Pertama).
DEEPUBLISH: CV.Budi Utama.
Rahyani, N. K. Y., Lindayani, I. K., Suarniti, N. W., Mahayati, N. M. D., Astiti, N. K. E., &
Dewi, I. N. (2020). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Patologi Bagi Bidan (Pertama).
Yogyakarta: ANDI.
Ratnawati, A. (2019). Asuhan Keperawatan Maternitas (Pertama (I). PUSTAKA BARU
PRESS.
Rorrong, J. F., Wantania, J. J. E., & Lumentut, A. M. (2021). Hubungan Psikologis Ibu
Hamil dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum. 9(28), 218–223.
Suaryasa, K. (2020). Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
(Pertama). Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Jakarta: CV.Jagad
Publishing.
Wagiyo, & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal,Intranatal,Dan Bayi Baru
Lahir: Fisiologis dan Patologis (S. Wibowo (ed.); I). Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai