Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu
hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi tentang
gaya hidup, kehamilan dan persalinan (Backe et al, 2015). Setiap ibu hamil sangat
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4
kali yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu) dan minimal 2 kali
pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan) termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar suami atau anggota keluarga. Kunjungan pertama ANC
sangat dianjurkan pada usia kehamilan 8-12 minggu (Backe et al, 2015; Kemenkes RI,
2015; PMK 97, 2014). Pada tahun 2015, hampir seluruh ibu hamil (95,75%) di Indonesia
sudah melakukan pemeriksaan kehamilan pertama (K1) dan 87,48% ibu hamil sudah
melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap dengan frekuensi minimal 4 kali sesuai
ketentuan tersebut (K4) (Kemenkes RI, 2016).
Tujuan dari pemeriksaan ANC salah satunya adalah mempersiapkan wanita dalam
menghadapi persalinan (NICE, 2012). Kesiapan persalinan adalah perencanaan awal dan
persiapan melahirkan yang bertujuan untuk membantu perempuan, suami dan keluarga
agar siap untuk melahirkan dengan membuat rencana menghadapi komplikasi dan hal tak
terduga (FCI, 2016; WHO, 2006). Kesiapan persalinan dapat dinilai di enam level yaitu
level individu perempuan, suami atau keluarga, lingkungan, tenaga kesehatan, fasilitas
kesehatan dan kebijakan. Pada level individu, perempuan hamil dan suaminya dapat
mempersiapkan persalinan dan menghadapi komplikasi dengan mengenal tandatanda
bahaya yang mengindikasikan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan bayi,
mengidentifikasi penolong persalinan terlatih dan tempat persalinan, menyediakan
tabungan dan mengatur transportasi, sedangkan pada level keluarga dan lingkungan dapat
mengidentifikasi pendonor darah (JHPIEGO, 2004; WHO, 2006). Seorang wanita yang
telah mempersiapkan keenam unsur kesiapan persalinan yang telah di jelaskan WHO
2

dikategorikan siap dan sebaliknya bila mempersiapkan kurang dari keenam unsur
kesiapan persalinan dikategorikan tidak siap (Gitonga, 2014).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya wanita yang
dikategorikan siap dalam kesiapan persalinan (Mutreja dan Kumar, 2015; Bintabara et al,
2015). Menurut Gebre et al (2015) salah satu faktor yang mendorong kesiapan persalinan
adalah kunjungan ANC. Terdapat proporsi kesiapan yang lebih tinggi pada wanita yang
melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih dibandingkan yang melakukan kunjungan
ANC kurang dari 4 kali (Bintabara et al, 2015; Gitonga, 2014).
Pelayanan kesehatan masa hamil dapat diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(PMK 97, 2014). Pada umumnya 80-90% kehamilan berlangsung secara fisiologis, dan
hanya 10-20% kehamilan akan disertai dengan penyulit. Bidan dalam pelayanan
kesehatan ibu memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan antenatal pada
kehamilan normal (PMK 28, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa 88% pelayanan antenatal diberikan oleh bidan dan 52,5%
dilaksanakan di praktek bidan (Kemenkes RI, 2013).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S G1P0A0 menggunakan
manajemen SOAP.
2.2.1 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data baik data subyektif maupun obyektif pada
Ny. S G1P0A0 di Puskesmas Sidomulyo.
b. Dapat membuat perencanaan tindakan yang tepat untuk Ny. S G1P0A0 di
Puskesmas Sidomulyo.
c. Dapat melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat dengan baik pada Ny.
S G1P0A0 di Puskesmas Sidomulyo.
d. Dapat melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dari awal sampai
akhir pada Ny. S G1P0A0 di Puskesmas Sidomulyo.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny. S G1P0A0 di
Puskesmas Sidomulyo.
3

1.3 Sistematika Penulisan


Penyusunan laporan kasus ini agar lebih jelas dan berkesinambungan maka
penulis menyusun laporan ini secara sistematika. Adapun sistematikanya adalah :
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan .
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan ISPA
antara lain tentang pengertian ISPA, patofisiologi, penatalaksanaan.
c. BAB III TINJAUAN KASUS
Memuat intisari/resume asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan, bukan
dokumentasi asuhannya, intisari asuhan/ manajemen kebidanan disampaikan
dengan rutin sesuai dengan tinjauan teori yang mulai dari pengkajian hingga
evaluasi.
d. BAB IV PEMBAHASAN
Berisi antara bandingan teori dengan praktek pada kasus yang disajikan sesuai
dengan langkah-langkah manajemen kebidanan.
e. BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
f. DAFTAR PUSTAKA
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan terbentuk zigot
yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum dan
sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ± 40 minggu
(Masriroh, 2013).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif
care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janin agar
melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu
sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena kesehatan ibu berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Winjosastro, 2002).

B. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta menghasilkan bayi
yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi yang dapat
muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,kebidanan dan
pembedahan. 
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman dengantrauma
seminimal mungkin. 
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan ibu agar
dapat memberi asi secara eksklusif.
5

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agartumbuh
kembang secara normal.
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan kematianneonatal.
(Bobak, 2004).

C. Standar Pelayanan Ante Natal


Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T yaitu:
1. Timbang badan dan ukur badan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sesuai
tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung ke
tempat pelayanan kesehatan. Selama trimester I berat badan ibu harus naik 0,5
sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada trimester ketiga harus naik 0,25 kg setiap
minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg
setiap minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg selama
kehamilan.
2. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal
atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan darah
yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan maupun
berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah
menyebabkan pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi ibudan
bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum. Imunisasi TT
diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 diberikan empat minggu setelah TT1, T
T3 diberikan setelah enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan
TT5 diberikan setelah setahun TT4.
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukan
dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin,
serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga dilakukan
pengukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur
kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan
maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet besi
diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh puskesmas di
6

Indonesia. Pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual


hilang pada awal kehamilan.
6. Temu wicara/pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami dan
keluarga diperlukan guna mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan manajemen
rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan memperoleh
pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga membantu menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih diutamakan pada tempat pelayanan
kesehatan terpencil dan jauh dari akses transfortasi yang memadai.
7. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC), PMS). Wanita yang
sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap penyakit menular
seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya
(Bobak, 2004).

D. Tanda dan Gejala


1. Tanda-tanda pasti:
a. Mendengar bunyi jantung janin.
b. Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa.
c. Melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan ultrasographi.
Jika ditemukan hanya salah satu dari tanda-tanda ini, maka diagnosa kehamilan
dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali, tanda-tanda pasti kehamilan baru dapat
diketahui pada usia kehamilan di tas empat bulan, tetapi dengan menggunakan
USG kantong kehamilan sudah nampak pada kehamilan 10 minggu dan bunyi
jantung janin sudah dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Purwaningsih dkk,
2010).
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan trisemester I, tetapi
dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh diduga. Makin banyak tanda-
tanda mungkin yang ditemukan, makin besar kemungkinan hamil. Tanda-tanda
mungkin dibagi menjadi :
a. Tanda-tanda objektif
7

1) Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan


dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar
bentuknya. Kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur
bernidasi lebih cepat tumbuhnya (tanda piskacek). Konsistensi rahim dalam
kehamilan juga berubah menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri
sedemikian lunaknya, hingga jika kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior
dan tangan satunya pada dinding perut di atas symphyse pubis, maka isthmus
ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix (tanda
hegar).
2) Perubahan pada serviks. Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras,
kerasnya seperti kita meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks menjadi
lebih lunak selunak bibir atau ujung daun telinga.
3) Kontraksi braxton hicks. Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak
sekonyong-konyong menjadi keras karena berkontraksi.
4) Ballottement. Pada bulan ke-4 dan ke-5 janin lebih kecil dibandingkan dengan
cairan ketuban, maka bila rahim didorong dengan sekonyong-konyong atau
digoyangkan, makan anakan akan melenting di dalam rahim. Ballottement
dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.
5) Meraba bagian anak. Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya
kadang-kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain dapat
menyerupai bentuk janin.
6) Pemeriksaan biologis. Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan
lain dapat menimbulkanreaksi yang positif.
7) Pembesaran perut. Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
8) Keluarnya colostrums.
9) Hyperpigmentasi. Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum
(topeng kehamilan),areola dan papilla mammae, linea alba (putih) menjadi
linea fusca (coklat) atau lineanigra (hitam).
10) Tanda-tanda chadwicks. Warna selaput lender vulva dan vagina menjadi
ungu.
b. Tanda-tanda subjektif.
1) Adanya amenorrhoe.
8

2) Mual dan muntah.


3) Ibu merasa pergerakan anak.
4) Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan kandungkencing.
5) Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).

E. Adaptasi Fisiologi
1. Perubahan fisiologisi.
a. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram menjadi 1000 gram,
dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, dan ukurang muka belakang 22 cm.
Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh didaerah implantasi dari
ovum dan di daerah insersi placenta. Pembesaran ini disebabkan oleh hypertrophy
dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga terbentuk sel-sel otot yang
baru. Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan nyeri. Juga saat
disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam, pemeriksa dapat meraba bahwa
sewaktu pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak dapat menjadi keras
dan kemudian lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
b. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan adalah menjadi
lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapat ditemukan sebulan setelah konsepsi.
Pelunakan cervis terjadi karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan
karena timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia kelenjar-kelenjar servix.
c. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna selaput lendirnya
membiru, kekenyalan vagina bertambah yang berarti daya regangnya bertambah
sebagai persiapan persalinan. Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa
kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. Reaksi asam ini disebabkan
terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen yang berada
9

dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein. Reaksi asam ini mempunyai
sifat bekterisida.
d. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum graviditatis, tetapi
setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan mengisut.
e. Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-garie memanjang
atau serong pada perut. Garis-garis ini disebut striae gravidarum. Kadang-kadang
garis-garis itu terdapat juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida
warnanya menbiru disebut striae lividae. Pada seorang multigravida, di samping
strie lividae, terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick)
dari strie gravidarum yang disebut strie albicans.

f. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla mammae, papilla
mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah partus, gejala hyperpigmentasi ini
akan menghilang.
g. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi olveoli.
Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-gambaran dari vena yang
meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya dan acap
kalimengeluarkan colostrum. Perubahan-perubahan pada payudara disebabkan
karena pengaruh hormonal.
h. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt,
tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh hydramia
lebih menonjolhingga biasanya kadar Hb turun.

2. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan menimbulkan perubahan
status emosional seorang calon ibu. Bagi pasangan dengan perkawinan yang
10

dilandasi oleh rasa cinta dansaling mencintai, keterlambatan datang bulan


merupakan salah satu tanda yang menggembirakan, karena ikatan batin antara
keduanya semakin kokoh dengan adanya kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan di ikuti perubahan subjektif seperti perasaan mual,
ingin muntah, sebah di bagian perut atas, pusing kepala, dan nafsu makan
berkurang mendesak keluarga untuk melakukan pemeriksaan. Setelah terbukti
terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira semakin bertambah, di ikuti pula oleh
perasaan cemas karena kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan
fisiologis kehamilan juga dapat mempengaruhi kelabilan mental, hingga
menimbulkan ngidam dan perubahan kelakuan.(Masriroh, 2013).

F. Keluhan Selama Kehamilan


Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes
RI, 2007).
Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1-3 bulan)
a) Mual dan muntah: Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelangtengah hari (morning sickness).
b) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
c) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanyagangguan keseimbangan, perut kosong.
d) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
padakandung kencing.
e) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen
dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.
f) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perludiwaspadai adanya abortus.
g) Perut membesar.
11

Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan


akanmempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang
timbul.Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut
menimbulkan rasatidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap
kehamilannya. Pada masaini sering timbul konflik karena pengalaman baru,
sehingga ibu hamil perlumendapatkan perhatian dan dukungan suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4-6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis. Pada
triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya,
perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada
triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai
merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau
melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan
fase aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa
gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7-9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat menunjukkan
kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan rujukan
kemungkinan adanya hipertensi.
c) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu
gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III perlu dicurigai
kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam
perludicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada
saatkencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknyakepala ke pintu atas panggul.
12

g) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang


bayi(Purwaningsih, dkk, 2010).

G. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013):
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. LABORATORIUM
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. USG
a) Jenis kelamin.
b) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).

I. Pemeriksaan Ante Natal


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan yaitu
untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan. Diagnosa
kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang
dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan HCG. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari setelah
konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini
dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai
13

laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksi dalam urine 14 hari setelah konsepsi
(Bobak, 2005).
Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus. Menurut Abdul Bahri Saifuddin
dalam Salmah dkk (2006), kunjungan antenatal untuk pemantauan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam
waktu sebagai berikut:
1. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan.
2. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan.
3. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali
kunjungankecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaanmedik lain, harus lebih sering dan intensif.

Menurut Manuaba (2000), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan ditentukan


berulang dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.


2. Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan.
3. Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan.
4. Setiap minggu sejak umur krhamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.

Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan:

1. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.


2. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik. Caranya: Menghadap ke kepala pasien,
gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di
fundus maka akan terasa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus,
maka akan terasa lembut, tidak bulat dangerakan kurang.
Leopold II:
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin). Caranya: Menghadap pada
kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan
14

pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan
bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika
disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV:
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk
ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan
tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan
bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagiankecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga
panggul.
3. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta
ada/tidaknya faktor risiko kehamilan.
5. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar.
Tujuan :
a. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak.
b. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya.
c. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.

Pemeriksaan panggul dilakukan:

a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.


b. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
15

a. Distansia spinarum: jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri


(normal: 23-26 cm).
b. Distansia cristarum: jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan
kiri(normal: 26-29).
c. Conjugata eksterna: (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan
ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
d. Lingkar panggul: jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca
anteriorsuperior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan
trochantermayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian
kembali keatas simpisis (normal : 80-90 cm).

Anda mungkin juga menyukai