Anda di halaman 1dari 165

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE (ANC)

STASE PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

ANGLE SEPTA MEGA, S.Kep


2109149011191

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITINGGI
2021/2022
KONSEP DASAR ANTENATAL CARE (ANC)

1. Defenisi Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care (ANC) ialah perawatan fisik mental sebelum
persalinan atau masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan
mencegah hal-hal yang kurang baik bagi ibu dan anak (Purwaningsih
& Fatmawati, 2010). Antenatal Care adalah perawatan yang dilakukan
atau diberikan kepada ibu hamil mulai dari saat awal kehamilan
hingga saat persalinan (Rahmatullah, 2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan
oleh perawat kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara
fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap
menghadapi peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil
secara berkala untuk menjaga ksehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini
meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (Manuaba,
2010). Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu
hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak dirinya hamil
untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau
kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan (Bobak, 2005).
2. Tujuan Antenatal Care (ANC)
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap
ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018).
Tujuan asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi secara dini
risiko komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah
komplikasi selama hamil, memantau kesehatan ibu dan janin,
membantu dan memfasilitasi proses adptasi yang terjadi sehingga ibu
dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran barunya,
menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan
dan perkiraan persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan perinatal (Manurung, Tutiany, & Suryati, 2011).
3. Jadwal Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia


menganjurkan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
minimal empat kali selama masa kehamilan. Pemeriksaan
kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap trimester,
yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan
0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia
kehamilan 12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester
ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan)
(Kemenkes RI, 2018). Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
care minimal empat kali yaitu :

a. Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)

K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa


kehamilan ke pelayanan kesehatan. Pemeriksaan
pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data
dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu
sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai
berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik umum,
pemeriksaan khusus obstetri, penilaian risiko
kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin,
pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil,
penilaian status gizi, dan pemeriksaan laboratorium
(Wagiyo & Putrono, 2016).

b. Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)


Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan
kujungan antenatal care minimal satu kali.
Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan,
laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan. Kegiatan
yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis
keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko
kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian vitamin
(Wagiyo & Putrono, 2016).
c. Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester
III)

Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan


antenatal care setiap dua minggu sampai adanya tanda
kelahiran. Pada masa ini dilakukan pemeriksaan:
anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi
TT2, pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan
obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan,
KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan
laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).

4. Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Tanda Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T yaitu:


a.Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adlah untuk
mengetahui sesuai tidaknya berat badan ibu.
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung ke
tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat
badan ibu harus naik 0,5 sampai dengan 0,75 kg setiap
bulan, pada triwulan ketiga harus naik 0,25 kg setiap
minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu
harus naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya, atau secara
umum berat badan meningkat sekitar 8 kg selama
kehamilan.
b. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi
apakah tekanan darah normal atau tidak. Pemeriksaan ini
juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan darah
yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan,
baik ringan maupun berat bahkan sampai kejang-kejang.
Sementara tekanan darah yang rendah menyebabkan
pusing dan lemah.
b.Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya
untuk melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari
tenanus neonatorum. Imunisasi TT diberikan pada
kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu
setelah TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2,
TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan
setelah setahun TT4.
c.Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat
pembesaran rahim, dilakukan dengan cera meraba perut
dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin,
serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada
pemeriksaan ini juga dilakukan pngukuran tinggi puncak
rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur
kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai
dengan umur kehamilan maka direncanakan pemeriksaan
lanjutan.
d.Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan.
Pemberian tablet besi diberikan sesuai dengan kebijakan
nasional yang berlaku diseluruh puskesmas di Indonesia.
Pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan.
e. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau
konseling. Untuk menghindari kesalahan penanganan
kehamilan, komunikasi dengan suami dan keluarga
diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya.
Dengan manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat
maka ibu dan janin akan memperoleh pelayanan
persalinan dan kelahiran yang benar sehingga membantu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini
lebih diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan
terpencil dan jauh dari akses transfortasi yang memadai.
f. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine)
berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria,
tuberkulosis paru (TBC) , PMS). Wanita yang sedang
hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi
terhadap penyakit menular seksual yang dapat
menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang
dikandungnya (Bobak, 2004).

5. Masa Kehamilan

Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi


sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan
7 hari, atau 40 minggu) dihitung dari hasil pertama haid
terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu :

a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3


bulan (pertambahan berat badan sangat lambat yakni sekitar
1,5 kg)

b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan


penambahan berat badan 4 ons per minggu)

c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan


(penambahan berat badan keseluruhan 12 kg) (Manuaba,
2010).

6. Tanda Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan (Manuaba 2010) dibagi


menjadi 3 bagian,yaitu:

a. Tanda tidak pasti hamil

1) Amenore (tidak haid)


Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil
tidak haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari
pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan menjadi
lebih mudah, dengan memakai rumus Neagele rumus
ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28
hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Caranya
yaitu tanggal hari pertama mestruasi terakhir ditambah 7
dan bulan dikurangi 3.

2) Mual dan muntah

Bisa terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan


hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi
hari disebut morning sickness.

3) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan


padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

4) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan,


Tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

5) Mamae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan


progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara.

6) Miksi sering

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih


tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini
akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir

kehamilan, gelaja ini kembali karena kandung kemih


ditekan oleh kepala janin.
7) Konstipasi atau obstipasi

Ini terjadi karena tonus usus menurun yang disebabkan


oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan
kesulitan untuk buang air besar.

8) Pigmentasi (perubahan warna kulit)

Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang


berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap
terdapat pada perut bagian bawah.

9) Epulis

Suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi berdarah).


Sering terjadi pada triwulan pertama.

10) Varises (pemekaran vena-vena)

Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron


terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penambahan
pembuluh darah ini terjadi disekitar genetalia eksterna,
kaki dan betis dan payudara.

b. Tanda Kemungkinan kehamilan .

1) Perut membesar

Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari


luar dan mulai pembesaran perut.

2) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi


dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa

uterus membesar dan bentuknya makin lama makin


bundar.
3) Tanda hegar

Konsitensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi


lunak, terutama daerah hismus. Pada minggu-minggu
pertama hismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus
uteri. Hipertrofiismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak

4) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada


vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.

5) Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang


pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur
bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan
hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.

6) Tanda Braxton-Hicks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas


untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus
yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya
pada mioma uteri, tanda Braxton-hicks tidak ditemukan.

7) Teraba ballotemen

Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini


adalah tanda adanya janin di dalam uterus.
c. Tanda Kemungkinan kehamilan

1) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba,


juga bagian bagian janin.

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec

b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler

c) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram

d) Dilihat pada untrasonograf

7. Perubahan Fsiologis Pada Wanita Hamil (Manuaba 2010).

a. SistemReproduksi

Trimester I Trimester II Trimester III

Vagina Pengaruh hormon estogen, vagina Karena hormon estogen Dinding vagina
dan dan vulva mengalami peningkatan dan progesteron terus mengalami pere
vulva pembu luh darah sehingga mukosa meningkat dan terjadi gangan dan me
vagina yang tebal, jaringan ikat hipervaskularisasi ningkatnya kete
longgar, hi- pertropi otot polos dan mengakibatkan pembu balan mukosa,
pemanjangan vagina, Ph sekresi luh- pembuluh darah mengendornya
vagina menjadi lebih asam sehingga alat genitalia membesar jaringan ikat,
lebih rentan karena ogsigenasi dan dan hipertropi
terkena infeksi, khususnya jamur. nutrisi pada alat genita- sel otot polos
lia tersebut meningkat, dan bertambah
sensitivitas yang menyo panjangnya
lok sehingga keinginan dinding vagina.
seksual meningkat, dan
timbulnya edema dan
farises vulva.
Serviks Berkas kolagen menjadi kurang kuat Konsistensi serviks Pada saat kehami
uteri terbungkus, akibat penurunan konsen menjadi lunak dan lan mendekati
trasi kolagen, sel- sel otot polos dan kelenjar-kelenjar di
jaringan elastis, serviks menjadi serviks akan berfungsi aterm , terjadi pe
lunak, serabut terdispresi, konsentrasi lebih dan akan nurunan lebih lan
air meningkat mengeluarkan sekresi jut dari konsentra
lebih banyak. si kolagen, dan
menyebar (disper
si). Proses perbai
kan serviks terja
di setelah persa
linan.
Uterus Minggu pertama uterus seperti bentuk Pada kehamilan cukup Pada akhir keha
aslinya (buah alvokad). Daerah vun bulan, ukuran uterus milan uterus a
dus dan korpus akan membulat dan adalah 30 x 25 x 20 cm kan terus membe
membentuk sferis pada usia kehami dengan kapasitas lebih sar dalam rongga
lan 12 minggu. Uterus memanjang dari 4000 cc, serabut- pelvis dan akan
lebih cepat dibanding lebarnya, dan serabut kologennya men menyentuh din
membentuk oval. Ismus hipetropi jadi higroskopik dan ding abdomen,
seperti korpus uteri dan menjadi lebih endometrium menjadi mendorong usus
panjang serta lunak (tanda hegar). desidua. kesamping dan
ke atas, terus tum
buh hingga me
nyentuh hati, ini
disebabkan oleh
adanya regtosig
moid di daerah
kiri pelviks.
Ovari- Pada awal kehamilan terdapat korpus Pada usia kehamilan 16 Pada trimester ke
luteum gravidi tatum, berdiameter minggu, plasenta mulai III korpus luteum
um kira-kira 3cm, kemudian mengecil se terbentuk dan sudah tidak
telah plasenta terbentuk. Korpus lute menggantikan fungsi berfungsi lagi
um ini mengeluarkan hormon korpus luteum karena telah
estrogen dan progesteron. Proses graviditatum digantikan oleh
ovulasi sela ma kehamilan akan plasenta yang
terhenti dan kema tangan volikel baru telah terbentuk.
ditunda, hanya sa tu korpus luteum
yang dapat ditemu kan diovarium.
Volikel ini akan ber fungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan
dan setelah itu akan ber peran sebagai
penghasil progeste ron dalam jumlah
yang relatifminimal dengan terjadinya
kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus lute um
gravidarum akan merusakan fung
sinya sampai terbentuknya plasenta
yang sempurna pada umur 16
minggu.
Payu- Membesar dan tegang akibat hormon Pada kehamilan setelah Pembulu darah
dara somato mamotropin, estrogen dan pro 12 ming gu, dari dibawah kulit
gesteron, akan tetapi belum mengelu putting susu dapat berdilatasi, sering
arkan hasil. Estrogen menimbulkan hi mengeluarkan cairan kali tampak
pertropik sistem saluran, sedangkan berwarna putih, agak sebagai jaringan
progesteron menambah sel-sel sainus jernih disebut biru dibawah
pada payudara. Sumamotropi mempe kolostrum. Kolostrum permukaan kulit.
ngaruhi pertumbuhan sel-sel asinus ini berasal dari asinus kelenjar mamae
dan menimbulkan perubahan dalam yang mulai bersekresi. membuat
sel-sel sehingga terjadi pembuatan ka kelenjar
sein. Dengan demikian payudara di payudara sema
persiapkan untuk laktasi. Papila ma kin meningkat.
mae akan membesar, lebih tegang dan Pada kehamilan
tambah lebih hitam, seperti seluruh 32 minggu war
areola mamae karena hiperpigmenta na cairan agak
si. Lemak yang muncul diareola pri putih seperti air
mer disebut lemak tuberkel montgo susu yang sa-
meri. Grandula montgomeri tampak ngat encer. Dari
lebih jelas menonjol dipermukaan are kehamilan 32
ola mamae. Rasa penuh peningkatan minggu sampai
sensitivitas, rasa geli, nyeri tajam dan anak lahir, cai
rasa berat di payudara mulai timbul se ran yang keluar
jak minggu ke 6 gestasi. Perubahan lebih kental, ber
payudara ini adalah tanda mungkin warna kuning
hamil. Pembulu darah dibawah kulit dan banyak
berdilatasi, sering kali tampak sebagai mengandung
jaringan biru dibawah permukaan ku lemak. Cairan ini
lit. kelenjar mamae membuat kelenjar disebut klostrom.
payudara semakin meningkat. Pada ke
hamilan 32 minggu warna cairan agak
putih seperti air susu yang sangat en
cer. Dari kehamilan 32 minggu sam
pai anak lahir, cairan yang keluar le
bih kental, berwarna kuning dan ba
nyak mengandung lemak. Cairan ini
disebut klostrom.

b. Sistem Psikologis

Menurut Sulistyawati,2009, perubahan psikologis pada ibu


hamil menurut trimester adalah:

1) Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode


Penyesuaian)
a) Ibu merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa
benci dengan kehamilannya

b) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan


kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya
tidak hamil saja

c) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-


benar hamil. Hal ini dilakukan sekedar untuk
meyakinkan dirinya

d) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan


selalu mendapat perhatian dengan seksama

e) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan


merupakan rahasia seseorang yang mungkin akan
diberitahukannya kepada orang lain atau bahkan
merahasiakannya

2) Perubahan Psikologis pada Trimester II (Periode


Kesehatan Yang Baik)

a) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan


kadar hormone yang tinggi

b) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

c) Merasakan gerakan anak

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan


kekhawatiran

e) Libido meningkat

f) Menuntut perhatian dan cinta

g) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang


merupakan bagian dari dirinya
h) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil
lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu

i) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada


kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran
baru

3) Perubahan Psikologis pada Trimester IIII

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya


jelek, aneh, dan tidak menarik

b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir


tepat waktu

c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul


pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya

d) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak


normal, bermimpi yang mencerminkan perharian
dan kekhawatirannya

e) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

f) Merasa kehilangan perhatian

g) Perasaan mudah terluka (sensitif)

h) Libido menurun

8. Patofisiologi Antenatal Care (ANC)

Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari


indung telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae)
dan masuk ke dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen
tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak
memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian
yang mengembang oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak

berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat


yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah
dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan
sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak
(oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut
nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6
– 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan
janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk
setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani),
pembuahan (konsepsi (konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta,
(Handerson 2006)

9. Komplikasi Antenatal Care (ANC)


Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh,
2013) :
a. Hiperemisis gravidarum.
b. Hipertensi dalam kehamilan.
c. Perdarahan trimester I (abortus).
d. Perdarahan antepartum.
e. Kehamilan ektopik.
f. Kehamilan kembar.
g. Molahydatidosa.
h. Inkompatibilitas darah.
i. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
j. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin

10. Pemeriksaan Penunjang Antenatal Care (ANC)


a. Laboratorium
1) Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
2) Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
b. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik). U S G
1) Jenis kelamin.
2) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion
11. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal
pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang
mengalami kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan
pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu
tes untuk mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi
dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak
periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada
kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai
laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari
setelah konsepsi (Bobak, 2005).
Menurut Abdul Bahri Saifuddin dalam Salmah dkk (2006),
kunjungan antenatal untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu
dan anak minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam
waktu sebagai berikut:
a. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
b. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
c. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36
dua kali kunjungan kecuali jika ditemukan kelainan/faktor
risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, harus
lebih sering dan intensif.
Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
a. Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah
pelvik.

Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari


kedua tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang
berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan terasa
lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
b. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua
tangan pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada
satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang berbeda
untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung
akan teraba cembung dan resisten.
c. Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat
dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan
pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien
menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat
mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan
menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba
keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan
teraba lembut dan tidak beraturan.
d. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan
tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah
satu tangan merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3
keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk
baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk
baru setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar
dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL CARE (ANC)

1. Pengkajian Pengkajian Prenatal

a. Aktivitas dan Istirahat


Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12
minggu) kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah
kehamilan terakhir. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15
DPM. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan
peningkatan volume episode singkope.
b. Varises (Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada
(terutama pada trisemester akhir)
c. Integritas Ego (Menunjukkan perubahan persepsi diri)
d. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi/frekuensi defekasi, peningkatan
frekuensi perkemihan dan peningkatan berat jenis serta
hemoroid
e. Makanan/Cairan
1) Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri
ulu hati umum terjadi
2) Penambahan berat badan : 2 sampai 4 lb trisemester
pertama, trisemester kedua dan ketiga masing-masing
11
– 12 lb.
3) Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi
dapat terjadi mudah berdarah
4) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia
fisiologis)
5) Sedikit edema
dependen
6) Sedikit glikosuria
mungkin ada
f. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir
kehamilan.
g. Nyeri dan Kenyamanan
1) Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada
payudara; kontraksi
2) Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu;
nyeri punggung
h. Pernapasan
Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.
i. Keamanan
1) Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 –
37,6 ºC),
2) Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone
(mulai 10- 12 minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
3) Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20
minggu.
4) Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16
dan 20 minggu.
5) Ballottement ada pada bulan keempat dan
kelima.
i. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi.
2) Perubahan respon /aktivitas seksual
3) Leukosa mungkin ada.
4) Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di
atas simfisis pubis (pada 10 – 12 minggu) pada
umbilikolis (pada 20- 30 minggu) agak ke bawah
kartilago ensiform (pada 36 minggu).
5) Perubahan payudara: pembesaran jaringan
adiposa, peningkatan vaskularitas lunak bila dipalpasi,
peningkatan diameter dan pigmentasi jaringan arcolar,
hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan
(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial
gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12
minggu
6) Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar
eritema, spicler nevi, strial gravidarum.
7) Tanda-tanda Goodell, Hegar Scodwick positif.
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel
sabit).
2) Golongan darah: ABO DAN Rh untuk
mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas
3) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea,
Chlamydia
4) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid
Plasma, Reagen)
5) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti
diindikasikan oleh kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
6) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis,
papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia,
herpes simpleks tipe 2
7) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian
kehamilan infeksi, diabetes penyakit ginjal)
8) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia
(HCG) positif
9) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
10) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
11) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam
mg/dl (biasanya dilakukan antara 24 sampai 28
minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus pengkajian
dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
a. Trisemester I
1) Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makan,
ketidakmampuan makan dan factor biologis.
2) Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute normal, kehilangan volume
cairan aktif, penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
kurang sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
b. Trisemester II
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh (kehamilan)
2) Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan posisi tubuh
yang menghambat ekspansi paru.
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
kurang sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
c. Trisemester III
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
terkait penyakit
2) Resiko cedera (ibu) berhubungan dengan malnutrisi dan
profil darah yang abnormal
3) Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan
penekanan pada vesika urinaria.

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


keperawatan 3x24 jam Observasi
tingkat nutrisi membaik a. Identifikasi status
Nutrisi
Kriteria Hasil:
a. Kekuatan otot

menguyah
meningkat b. Identifikasi alergi dan
b. Kekuatan otot intoleransi makanan
menelan meningkat
c. Identifikasi makanan
c. Serum disukai

albumin d. Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori dan
jenis nutrien
d. Verbalisasi
keinginan untuk e. Identifikasi perlunya
meningkatkan penggunaan selang
nutrisi meningkat nasogatrik

e. Pengetahuan tentang f. Monitor asupan


pilihan makanan makanan
yang sehat
g. Monitor berat
meningkat
badan
f. Pengetahuan
h. Monitor hasil
tentang standar
pemeriksaan
asupan nutrisi yang
laboratorium
tepat meningkat
Teraupetik
g. Penyiapan dan
a. Lakukan oral
penyimpanan
hygiene sebelum
minuman aman
makanjika perlu
meningkat
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
h. Penyiapan dan
c. Sajikan
penyimpanan
makanan aman makanan secara

meningkat menarik dan suhu


yang sesuai
i. Sikap terhadap
makanan/ minuman d. Berikan

sesuai dengan tujuan makanan tinggi


kesehatan serat untuk
meningkat mencegah
konstipasi

e. Berikan

makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein

f. Berikan

suplemen
makanan, jika
perlu

g. Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu

b. Ajarkan diet yang


diprogramkan

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
atlemetik)

b. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

2. Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Cairan


Ketidakseimba keperawatan 3x24 jam Observasi
ngan Cairan Risiko ketidakseimbangan a. Monitor status hidrasi
Cairan menurun (mis, frekuensi nadi,
Kriteria Hasil: kekuatan nadi,

a. Asupan
cairan meningkat
b. Haluaran urin akral, pengisian
meningkat kapiler, kelembaban
mukosa, turgor
c. Keseimbang an
kulit, tekanan darah)
membran mukosa
b. Monitor berat
d. Asupan badan harian
makanan meningkat c. Monitor berat
badan sebelum dan
e. Tidak terjadi
sesudah dialisis
Edema
d. Monitor hasil
f. Tidak ada pemeriksaan
Dehidrasi laboratorium (mis,
hematokrit, Na, K,
g. Tekanan
Cl, berat jenis urine,
darah normal
BUN)
h. Denyut nadi radial e. Monitor status
normal hemodinamik

i. Tekanan (mis, MAP, CVP,

arteri rata- rata PAP, PCWP jika


tersedia)
j. Membran
Terapeutik
mukosa a. Catat intake
lembab output dan hitung

k. Mata tidak balans cairan 24

cekung jam
Berikan asupan
l. Turgor kulit
cairan, sesuai
< 2 detik
kebutuhan
m. Berat c. Berikan cairan
badanmening ka intravena, jika
perlu
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
perlu

3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Observasi


Pengetah keperawatan 3x24 jam
a. Identifikasi kesiapan
uan Tingkat pengetahuan
dan kemampuan
membaik
menerima informasi
Kriteria Hasil:
Terapeutik
a. Perilaku sesuai a. Sediakan materi dan
anjuran media pendidikan
meningkat kesehatan

b. Verbalisasi minat b. Jadwalkan

dalam belajar pendidikan

meningkat kesehatan sesuai


kesepakatan
c. Kemampuan c. Berikan
menjelaskan kesempatan untuk
pengetahuan bertanya
tentang suatu topik
meningkat

d. Kemampuan
menggambar
kan pengalaman d. Dukung ibu
sebelumnya yang meningkatkan
sesuai topik kepercayaan diri
meningkat e. Libatkan sistem
pendukung :
e. Perilaku sesuai
suami, keluarga,
dengan
tenaga kesehatan
pengetahuan
dan masyarakat
f. Pertanyaan
tentang masalah
yang dihadapi
menurun

g. Persepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun

h. Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
menurun

i. Perilaku
membaik
4. Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan Promosi citra tubuh
Tubuh
keperawatan 3x24 jam
Observasi
Gangguan citra tubuh
a. Identifikasi
membaik
harapan citratubuh
Kriteria Hasil: berdasarkan
tahapan
a. Melihat bagian
perkembangan
tubuh meningkat
b. Identifikasi
b. Menyentuh bagian budaya agama
jenis kelamin
tubuh meningkat
terkait citra tubuh
c. Verbalisasi perasaan c. Identifikasi
negatif tentang perubahan citra
perubahan tubuh tubuh

menurun Teraupetik

d. Verbalisasi a. diskusikan
perubahan
kekhawatiran ada
tubuh dan
enolakan orang fungsinya
lain menurun
b. diskusikan
e. Verbalisasi perdebedaan
penampilan fisik
perubahan gaya terhadap harga
hidup menurun diri

f. Fokus pada bagian c. diskusikan kondisi


stres yang
tubuh menurun
mempengaruhi
citra tubuh
g. Fokus pada
penampilan masa d. diskusikacara
mengembangk an
lalu
harapan citra tubuh

e. diskusikan perssi
pasien
menurun dan keluarga
tentang
h. Hubungan sosial perubahan citra
membaik tubuh

Edukasi

a. jelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan citra
tubuh

b. ajarkan
mengunkapka n
gambaran diri

c. anjurkan
menggunakan alat
bantu

d. latih fungsi
tubuh yang
dimiliki

e. latih
peningkatan
penampilan diri

f. latih
pengungkapan
kemamuan diri

6. Pola nafas Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan nafas


tidak efektif keperawatan 3x24 jam
Observasi
Pola Nafas membaik
Kriteria Hasil: a. Monitor pola napas
(frekuensi,
a. Ventilasi semenit
meningkat kedalaman, usaha
napas)
b. Kapasitas vital
meningkat b. Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
c. Diameter
Gurgling, mengi,
thoraks
wheezing, ronkhi
anterior-
kering
posterior
meningkat c. Monitor sputum
(jumlah, warna,
d. Tekanan
aroma)
ekspirasi meningkat
Teraupetik
e. Tekanan
inspirasi meningkat a. Pertahankan
kapatenan jalan nafas
f. Dispnea
dengan head-tilt dan
menurun
chin lift (jaw thrust
g. Penggunaan otot jika curiga trauma
bantu napas servikal)
menurun
b. Posisikan semi
h. Pemanjangan fase fowler atau fowler
ekspirasi menurun
c. Berikan minum
i. Ortopnea hangat
menurun
d. Lakukan
j. Pernafasan fisioterapi dada
pursed lip
e. Lakukan
penghisapan
menurun lendir kurang dari
15 detik
k. Pernafasan
cuping hidung f. Lakukan
menurun hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
l. Frekuensi
endotrakeal
napas membaik
g. Keluarkan sumbatan
m. Kedalaman nafas
benda padat dengan
baik
forcep McGill

n. Ekrusi dada
h. Berikan oksigen
membaik
Edukasi

a. Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari

b. Ajarkan teknik batuk


efektif

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik

7. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi


Rasa keperawatan 3x24 jam
Nyaman Observasi
Status Kenyamanan
a. Identifikasi
meningkat penurunan
Kriteria Hasil: tingkat energi,
ketidakmampu an
a. Kesejahteraan fisik berkonsentrasi
meningkat , atau gejala lain
yang menggagu
b. Kesejahteraa
kemampuan
n psikologis
kognitif
meningkat
a. Identifikasi teknik
c. Dukungan sosial relaksasi yang
dari keluarga pernah efektif
meningkat digunakan
d. Dukungan sosial b. Identifikasi
dari teman kesediaan,
meningkat kemampuan,
e. Perawatan sesuai penggunaan
keyakinan budaya teknik
meningkat sebelumnya

f. Perawatan sesuai c. Periksa


kebutuhan ketegangan otot,
meningkat frekuensi nadi,
tekanan darah,
g. Rileks meningkat suhu sebelum dan
sesudah latihan
h. Keluhan tidak
nyaman menurun d. Monitor respon
terhadap terapi
i. Gelisah menurun relaksasi
j. Kebisinga Teraupetik
n menurun
e. Ciptakan
k. Keluhan sulit lingkungan
tidur menurun tenang dan
l. Keluhan tanpa
kedingina Gangguan
n menurun dengan
pencahayaan dan
m. Keluhan kepanasan suhu ruang
menurun nyaman, jika
memungkinka n
n. Gatal menurun
o. Mual menurun f. Berikan informasi
tertulis tentang
p. Lelah menurun
persiapan dan
q. Merintih menurun prosedur teknik
relaksasi
r. Menangis
g. Gunakan
menurun pakaian
longgar
s. Memori masa lalu
h. Gunakan nada
membaik suara lembut
dengan irama
t. Suhu ruangan lambat dan
membaik berirama

u. Pola eliminasi i. Gunakan relaksasi


sebagai strategi
membaik penunjang dengan
analgetik atau
v. Postur tubuh
tindakan medis
membaik lain jika sesuai

w. Kewaspadaan Edukasi

membaik j. Jelaskan tujuan,


manfaat, batasan,
x. Pola hidup dan jenis
membaik relaksasi
yang tersedia
(misal musik,
y. Pola tidur membaik
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif)

k. Jelaskan secara
rinci intervensi,
relaksasi yang
dipilih

l. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman

m. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi

n. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
o. Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (napas
dalam,
peregangan atau
imajinasi
terbimbing)

8. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Eliminasi


Eliminasi keperawatan 3x24 jam
Urin Urin
gangguan eliminasi urine
Observasi
membaik
Kriteria Hasil: a. Identifikasi tand
dan gejala retensi
a. Sensasi
atau inkontinensia
berkemih
urin
meningkat
b. Identifikasi faktor
b. Desakan
yang menyebabkan
berkemih
(urgensi) retensi atau

menurun inkontinensia urin

c. Distensi c. Monitor

kandung eliminasi urin (mis.

kemih Frekuensi,konsiste
menurun nsi, aroma, volume,
d. Berkemih tidak dan warna)
tuntas (hesitancy) Terapeutik
menurun
a. Catat waktu- waktu
e. Volume
dan haluaran
residu urine
berkemih
menurun
b. Batasi asupan
f. Urine menetes
cairan, jika perlu
(dribbling)
c. Ambil sampel
menurun urin tengah
g. Nokturia
(midstream) atau
menurun
kultur
h. Mengompol
Edukasi
menurun
i. Enuresis a. Ajarkan tanda dan
menurun gejala infeksi
j. Disuria menurun saluram kemih
b. Ajarkan
mengukur asupan
cairan dan haluaran
urin
c. Ajarkan
mengambil
specimen urin
midstream
d. Ajarkan
mengenali tanda
berkemih dan
waktu yang
tepat untuk
berkemih
e. Ajarkan terapi
modalitas
penguatanotot-otot
panggul/berke
mihan
f. Anjurkan
minum yang
cukup, jika
tidak

ada
kontraindikasi
g. Anjurkan
mengurangi
minum menjelang
tidur
Kolaborasi

a. Kolaborasi

pemberianobat

supositoria uretra,

jika perlu
WOC Trimester I

Konsepsi

Fertilitas

Implantasi

Embryogenesis

Maturasi janin

Perubahan pada ibu

Perubahan psikologis Perubahan fisiologis

Krisis situasional, GIT Sist.kardio Sist.urinaria


perub.psikologis, vascular
ketidakstabilan hormon

Instabilitas Penekanan
hormone Peningkatan vesika
TD urinaria
karena
Ansietas Perubahan pembesaran
peran Asam uterus
sebagai lambung
calon ibu meningkat Sakit kepala

Frekuensi
Nyeri BAK
Rasa meningkat
Perub.proses Koping
individu sebah/mual
keluarga
tdk efektif
Muntah Gangguan
eliminasi urin

Intake
makanan Kebersihan
menurun genital
menurun

Perub.nutrisi
kurang dari Kelembaban
kebutuhan meningkat

Resiko
infeksi
WOC Trimester II

TRIMESTER II

Perubahan fisiologis Perubahan


psikologis

Sist.endokrin Sist.kardiovaskular Sist.reproduksi Sist.integumen Sist.GIT Musculosceletal Sist.respirasi Krisis


situasional
Sekresi aldosteron Vaskularisasi Estrogen Progesterone BB janin Desakan
Inotropik meningkat Proses
meningkat serviks & meningkat meningkat uterus ke
adaptasi
vagina diafragma

Hiperpegmintas Retensi H2O & Na+ Kulit Saliva & asam Postur tubuh
i Sensitifitas meregang lambung berubah Ekspansi Persiapan
serviks meningkat paru tidak anggota baru
volume plasma meningkat maksimal
meningkat Striae dlam keluarga
Perub.body Lordosis
gravidarum
image
berlebihan Gangguan Ansietas
pola nafas
Perub.cardiac TD meningkat Perub.peran
Rangsang Peristaltic Nyeri
output Perub.body
seksual image menurun
Sakit kepala
Resiko cidera
Pengosongan
janin &
Nyeri lambung lambat
maternal
Perub.pola
seksual
Kembung, mual,
muntah

Perub.nutisi
kurang dari
kebutuhan

Deficit volume
cairan
WOC Trimester III

TRIMESTER III

Perubahan fisiologis

Perubahan
psikologis

Sistem endokrin Persiapan


Pembesaran uterus
melahirkan

Retensi H2O & Na+

Perub.skelet & Menekan Primi:kurang


persendian paru pengetahuan

Urine output Vasokontriksi


Ekspansi menurun, pembuluh
Berat uterus paru Ansietas
volume darah
menigkat menurun plasma
meningkat,
Perub.pusat tekanan
hidrostatik TD meningkat
gravitasi tubuh Gangguan
pola nafas menurun
Hipertrofi
ventrike
Menekan saraf
sekitar Edema
ekstremitas
Penurunan
cardiac output

Pelepasan
Kelebihan
mediator nyeri Resiko cidera
volume
(prostaglandin, janin &
cairan
histamin) maternal

Nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan:


Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Hadi, RA 2009, Kupas tuntas kehamilan dan melahirkan, Vivo Publisher,


Ungaran.

Haen Forer. 2009). Perawatan Maternitas Edisi 2: Jakarta: EGC.

Handerson, C 2006, Buku ajar konsep kebidanan, EGC, Jakarta.

Israr, Yayan, dkk. 2009. Makalah Antenatal Care dan Preeklampsia.

Asrinah, dkk 2010, Asuhan kebidanan : masa kehamilan, Graha Ilmu,


Yogyakarta.

Manuaba. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium:


Yogyakarta.

Purwaningsih, Wahyu dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.


Jogjakarta: Nuha Medika.

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta.


LAPORAN PENDAHULUAN

INTENATAL CARE (INC)

STASE PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

ANGLE SEPTA MEGA, S.Kep


2109149011191

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITINGGI
2021/2022
KONSEP DASAR INTENATAL CARE (INC)

1. Defenisi Intenatal Care (INC)


Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya
serviks dan turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal
adalah proses pengeluaran janin secara alamiah yang kehamilannya
sudah cukup bulan (37-42minggu), lahir spontan tanpa komplikasi
pada ibu maupun janin (Dwi Asri H & Cristine Clervo P, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi
yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan
ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui
jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau
bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (Indah & Firdayanti, 2019).
Beberapa istilah yang dipakai adalah:
a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
b. Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali
hamil
c. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali hamil
d. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup di dunia luar (viable)
e. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
f. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu kali
g. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan beberapa
kali bayi
h. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 6 kali
atau lebih.
i. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang dapat
hidup di dunia luar
j. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam
persalinan atau dalam inpartu
k. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja selesai
melahirkan bayi.
l. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum janin dapat
hidup di dunia luar.

2. Fisiologi Intenatal Care (INC)


Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan
otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di
akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otot- otot rahim yang
memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda- tanda
persalinan.Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Bila dindingnya teregang
oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya.(Th. Endang Purwoastuti, S. Pd, APP & Elisabeth Siwi
Walyani, Amd. Keb., 2015).

3. Tanda dan Gejala Persalinan Intenatal Care (INC)

a. Lightening

merupakan sebutan bahwa kepala janin sudah turun ke pintu


bawah panggul, lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu
menjelang persalinan, lightening menimbulkan rasa tidak
nyaman akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area
pelvis minor. Hal-hal yang spesifik berikut yang dialami ibu: ibu
jadi sering berkemih, karena kandug kemih ditekan sehingga
ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang, perasaan tidak
nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-
menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan, kram pada tungkai
yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada syaraf
yang menjalar melalui foramen ischiadikum mayor dan menuju
ke tungkai (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).

b. Kontraksi Braxton-Hicks

Pada stadium akhir kehamilan otot uterus bersiap untuk


persalinan dan pelahiran melalui kontraksi dan relaksasi
pada interval tertentu. Kontraksi Braxton-Hicks biasanya tidak
nyeri kontraksi tersebut juga disebut persalinan palsu.
Kontraksi persalinan palsu umumnya dirasakan rendah di
abdomen. Kontraksi persalinan palsu terjadi dalam pola yang
tidak teratur, dan intensitasnya tidak bertambah secara
bermakna dari waktu kewaktu. Persalinan palsu dapat
mengganggu kontraksi tersebut datang dan pergi, dan perubahan
posisi atau aktivitas dapat meredakan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan. Pada persalinan sejati kontraksi uterus yang
terjadi secara involunter berlangsung secara teratur, semakin
kuat dari waktu ke waktu, dan memulai kerja persalinan yang
sebenarnya. Kontraksi tersebut terjadi jarak sekita 20
sampai 30 menit, hingga pada jarak 2 sampai 3 menit.
Kontraksi persalinan sejatinya biasanya berlangsung 30 detik
pada awalnya dan durasinya meningkat seiring kemajuan
persalinan.

c. Kontraksi Uterus

kontraksi otot uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa


nyeri yang hebat ada beberapa kemungkinan penyebab
terjadinya nyeri saat kontraksi seperti hipoksia pada
miometrium yang sedang berkontraksi, peritoneum yang
berada diatas fundus mengalami peregangan, peregangan
serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks. setiap
kontraksi serabut otot uterus menegang saat kontraksi berakhir
dan uterus istirahat, otot tetap lebih sedikit lebih pendek
dibanding pada awal kontraksi. Kondisi ini disebut retraksi
otot, saat proses ini terus berlangsung sepangjang jam-jam
persalinan otot yang memendek menarik titik resistensi terendah
menyebabkan penipisan dan kemudian dilatasi serviks.
Penekanan dari kantung ketuban yang menegang atau bagian
presentasi janin membantu mempertahankan dilatasi
serviks. Setiap kontraksi persalinan memiliki tiga fase:

1) Increment: fase ini, ketika kontraksi berkembang dari


fase istirahat menuju kekuatan penuh, terhitung lebih
lama dibanding kombinasi dua fase lain.

2) Acme: fase ini merupakan masa ketika kontraksi berada


pada intensitas maksimum. Fase ini menjadi lebih lama
seiring kemajuan persalinan.

3) Decrement: selama fase ini, kontraksi uterus


menurun, hingga fase istirahat dicapai (Caroline Bunker
Rosdahl & Mary T. Kowalski, Buku Ajar Keperawatan
Dasar Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir,
Edisi 10, 2012).

d. Ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan. Apabila terjadi


sebelum awitan persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD).
Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia kehamilan cukup
bulan dan mengalami KPD mulai mengalami persalinan spontan
mereka dalam waktu 24 jam.

e. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)


dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaaan, lendir yang
terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh pecah,
yang menjadi pendarahan sedikit (Ai Nurasiah & dkk,
2012).Sumbatan mukus yang menyekat serviks selama
kehamilan tepat sebelum persalinan, serviks membuka secara
perlahan dan sumbatan tersebut lepas. Pada saat bersamaan
beberapa kapiler serviks rupture membuat mukus yanglengket
menjadi warna merah muda. Proses ini disebutshow atau
bloody show dan mengindikasikan bahwa persalinan akan
segara terjadi (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski,
2014).

f. Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan energi


kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum awitan persalinan.
Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan
lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan
menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita merasa
enerjik melakukan sbelum kedatangan bayi, selama beberapa
jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktifitas
yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, akibatnya
mereka memasuki masa persalinan dalam keadaan letih
(Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).

4. Proses Terjadinya Persalinan

Menurut Mochtar (2011) sebab-sebab yang menimbulkan


persalinan adalah:
a. Teori penurunan hormon
Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi
penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar
esterogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan
pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi
rahim.
c. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus
Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan
ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi
uterus.
d. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
uteroplasenta.
e. Induksi partus (induction of labour). Partus dapat pula
ditimbulkan dengan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan
dalam kanalis serviks dengan tujuan merangsang
pleksus Frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui
tetesan per infus.

5. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Manuaba (2007), faktor yang mempengaruhi


persalinan yaitu :
a. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus) adalah kekuatan
mengejan ibu keadaan kardiovaskuler respirasi metabolik
ibu. Kontraksi uterus berirama teratur dan involunter serta
mengikuti pola yang berulang. Setiap kontraksi uterus
memiliki tiga fase yaitu: increment (ketika intensitasnya
terbentuk), acme (puncak atau maksimum), decement
(ketika relaksasi).
Kontraksi uterus terjadi karena adanya penimbunan dan
pengikatan kalsium pada Retikulum Endoplasma (RE) yang
bergantung pada Adeno Triphospat (ATP) dan sebaliknya
E2 dan F2 mencegah penimbunan dan peningkatan oleh
ATP pada RE, RE membebaskan kalsium ke dalam intra
selular dan menyebabkan kontraksi miofibril. Setelah
miofibril berkontraksi, kalsium kembali lagi ke RE
sehingga kadar kalsium intraselular akan berkurang dan
menyebabkan relaksasi miofibril.
Peregangan serviks olehakepala j nin akhirnya menjadi
cukup kuat untuk menimbulkan daya kontraksi korpus uteri
dan akan mendorong janin maju sampai janin dikeluarkan.
Ini sebagai umpan balik positif, kepala bayi meregang
serviks, regangan serviks merangsang kontraksi fundus
mendorong bayi ke bawah dan meregangkan serviks lebih
lanjut, siklus ini berlangsung terus menerus.
Kontraksi uterus bersifat otonom artinya tidak dapat
dikendalikan oleh parturien, sedangkan saraf simpatis dan
parasimpatis hanya bersifat koordinatif (Wiknjosastro,
2002).
1) Kekuatan his kala I bersifat:
a) Kontraksi bersifat simetris.
b) Fundus dominan.
c) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh
parturien.
d) Kekuatan makin besar dan pada kala
pengeluaran diikuti dengan reflek mengejan.
e) Diikuti retraksi artinya panjang otot rahim yang
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang
semula.
f) Setiap kontraksi mulai dari “pace maker” yang
terletak sekitar insersi tuba dengan arah
penjalaran ke daerah serviks uteri dengan
kecepatan 2 cm per detik.
2) Kekuatan his kala II
Kekuatan his pada akhir kala pertama atau
permulaan kala dua mempunyai amplitudo 60
mmHg, interval 3 -4 menit, durasi berkisar 60-90
detik. Kekuatan his menimbulkan putaran paksi
dalam, penurunan kepala atau bagian terendah
menekan serviks di mana terdapat fleksus
frikenhauser sehingga terjadi reflek mengejan.
Kekuatan his dan reflek mengejan mengakibatkan
ekspulsi kepala sehingga berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, muka, kepala seluruhnya.
3) Kekuatan his kala III
Setelah istirahat sekitar 8-10 menit berkontraksi
untuk melepaskan plasenta dari insersinya.
4) Kekuatan his kala IV
Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap
kuat dengan amplitudo sekitar 60-80 mmHg.
Kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval
pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi
yang kuat dan pembentukan trombus terjadi
penghentian pengeluaran darah postpartum
(Wiknjosastro, 2002).
b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir
mempunyai kedudukan penting dalam proses persalinan
untuk mencapai kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi
jalan lahir merupakan salah satu faktor yang menentukan
apakah persalinan dapat berlangsung pervaginam atau sectio
sesaria. Pada jalan lahir tulang dengan panggul ukuran
normal apapun jenis pokoknya kelahiran pervaginam janin
dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami
kesukaran, akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan
atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil
dari pada standar normal, sehingga biasa terjadi kesulitan
dalam persalinan pervaginam.
Pada jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan
adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina.
Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang
menyokong alat -alat urogenital juga sangat berperan pada
persalinan.
c. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang
paling besar dan keras pada janin adalah kepala posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan,
kepala janin ini pula yang paling banyak mengalami cedera
pada persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan
kehidupan janin kelak. Biasanya apabila kepala janin sudah
lahir, maka bagian -bagian lain dengan mudah menyusul
kemudian.
d. Respon psikologi
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah
pada saat itulah benar- benar terjadi realitas “kewanitaan
sejati” yaitu munculbnya rasa angga biasa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti“
sekarang menjadi hal yang nyata. Psikologis meliputi:
melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual,
pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan
dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
Dikemukiakan 2 teori untuk menjelaskan mengapa
lebih banyak letak kepala dibandingkan letak lainnya, yaitu:
1) Teori akomodasi: bentuk rhim memungkinkan
bokong dan ekstremitas yang besar volumenya
untuk berada di atas, sedangkan kepala berada di
bawah menempati ruangan yang lebih sempit.
2) Teori gravitasi: karena relatif besar dan berat,
kepala akan turun ke bawah.
Karena his yang kuat, teratur dan sering kepala janin
turun memasuki pintu atas panggul (engagement). Karena
menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah
menekuk (fleksi maksimal) sehingga lingkar kepala
memasuki panggul dengan ukuran yang kecil, yaitu
Diameter suboksipito- bregmatika = 9,5 cm, dan
Sirkumferensia suboksipito-bregmatika = 32 cm.
Tahapan mekanisme turunnya kepala janin menurut
Mochtar (2011)
1) Kepala terfiksasi pada PAP (engagement)
2) Turun (descent)
3) Fleksi
4) Fleksi maksila
5) Putar paksi dalam di dasar panggul
6) Ekstensi: terjadi moulage kepala janin, ekstensi,
hipomoklion: uuk di bawah simfisis
7) Ekspulsi kepala janin: berturut-turut lahir uub,
dahi, muka dan dagu
8) Rotasi eksternal: putar paksi luar (restitusi)
9) Ekspulsi total: cara melahirkan bahu depan, bahu
belakang, seluruh badan dan ekstremitas.

6. Mekanisme Persalinan
a. Engagement
Ketika diameter biparietalis melewati PAP : masuknya kepala
kedalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan flexi ringan. Masuknya kepala kedalam PAP pada
primigravida. Sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan
tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga
panggul ini akan dirasakan ibu sebagai Lightening.
b. Desent (penurunan)
Penurunan kepala janin ke dalam pelvis biasanya dimulai
sebelum awitan persalinan. Janin ibu nulipara biasanya turun ke
dalam pelvis selama seminggu terakhir kehamilan. Pada ibu
multigravida, tonus otot biasanya lebih lemah dan dengan
demikian, engagement tidak terjadi hingga persalinan benar-
benar dimulai. Selama kala 1 persalinan, kontraksi dan retraksi
otot uterus menyebabkan ruang dalam uterus menjadi lebih
sempit, memberikan tekanan pada janin untuk menurun. Setelah
rupture forewater dan pengerahan upaya maternal, kemajuan
persalinan dapat terjadi dengan cepat. (Fraser,2009: 482)
c. Flexion
Flexi meningkat selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak;
tekanan ke bawah pada axis janin akan lebih mendesak oksiput
daripada sinsiput. Efeknya adalah meningkatkan fleksi,
menyebabkan diameter presentasi lebih kecil yang akan
melewati pelvis dengan lebih mudah. Pada awitan persalinan,
terjadi presentasi suboksipital yang berdiameter rata-rata sekitar
10 cm. Dengan fleksi yang lebih besar, terjadi presentasi
suboksipito-bregmatika dengan diameter rata-rata sekitar 9,5
cm. Oksiput menjadi bagian yang terdepan.
d. Putar Paksi Dalam
Yang dimaksud putar paksi dalam adalah putaran dari bagian
depan sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke
depan bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala,
bagian yang terendah adalah bagian ubun-ubun kecil (UUK) dan
bagian ini yang melakukan putaran ke depan ke bawah
symphisis. Putar paksi dalam mutlak untuk melahirkan kepala
karena merupakan usaha menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan
dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai
Hodge III. Kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar
panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1) Pada letak flexi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah kepala.
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling
sedikit terdapat sebelah dalam atas dimana terdapat
hiatus genitalis antara M. levator ani kiri dan kanan.
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter antero posterior.
e. Extention
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah ekstensi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah pangul mengarah ke depan dan ke
atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi kepala akan tertekan
pada perineum dan menembusnya. Pada kepala bekerja dua
kekuatan, yang pertama mendesak ke bawah dan yang kedua
disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Result efeknya ialah kekuatan ke arah depan atas. Setelah sub
occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis maka yang dapat
maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan
dengan sub occiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir
atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
akhirnya dengan dagu gerakan ekstensi.
f. External Rotation
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang
terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran
restitusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan
hingga ke belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini
adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan
karena ukuran bahu (diameter bisa cranial menempatkan diri
dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul).
g. Expulsion
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
symphisis dan menjadi hipomocclion untuk kelahiran bahu
belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan jalan lahir.

Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala:


1) Kala I : Dimulai dari his yang menimbulkan
pembukaan sampai pembukaan cervix menjadi lengkap
2) Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi
3) Kala III : Dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya
placenta
4) Kala IV : Dimulai setelah lahirnya placenta hingga 2
jam postpartum
7. Tahap Persalinan
Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap
yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahanesrviks
yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap
(d10 cm) primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase
pada kala satu, yaitu :
1) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan
hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan
secara progresif, yang umumnya dimulai sejak
kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga
sampai empat sentimeter atau permulaan fase
aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga
tidak sama sekali.
2) Fase aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan
aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup
fase transisi, pembukaan pada umumnya
dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan
berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian
presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm
c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi
lamban kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap
(Prawirohardjo, 2005).
Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan
menanamkan semangat kepada ibu bahwa proses persalinan
adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada
penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila
perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita
inpartu boleh duduk atau berjalan- jalan. Jika berbaring,
sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban
sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus
berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada
indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi,
apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada
kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya
dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
b. Kala II (kala pengeluaran janin)
Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan
kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan
terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan
pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol ,
vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan
pengeluaran lendir darah.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-
kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot dasar
panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena
tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan
tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti
seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada
multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada permulaan kala II,
umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang
menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah,
ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih
kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah siap
untuk memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan:
1) Posisi berbaring sambil merangkul merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas
siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu
mengenai dada. Mulut dikatup.
2) Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring
ke arah terdapatnya punggung janin dan hanya
satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas.
Apabila kepala janin telah sampai di dasar
panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu),
rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala
lebih maju, anus terbuka, perinium meregang.
Penolong harus menahan perinium dengan tangan
kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril
supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei).
Pada primigravida, dianjurkan melakukan
episiotomi. Episiotomi dilakukan jika perinium
menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke
dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau
menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu
medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan
episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan
perinium yang tidak teratur dan robekan pada
spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat
dengan baik akan menyebabkan inkontinensia
alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan
mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan,
tujuanya membantu tenaga ibu untuk melahirkan
kepala (jarang digunakan karena dapat
menyebabkan ruptur uteri, atonia uteri, trauma
organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.
Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri
penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah
anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari
tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong
pelan- pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik
dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion,
kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-
ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali
pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan
mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu
depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu
bahu belakang dengan menarik pelan- pelan ke arah simfisis
(atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah,
yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.
Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera
menangis, menggerakkan kaki dan tanganya. Bayi diletakkan
dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut 30
derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan,
dan lendir diisap dengan pengisap lendir, tali pusat di klem
pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu digunting
diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita
atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan.
Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi
rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh,
kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi
kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.
c. Kala III (pengeluaran plasenta)
Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya
plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini:
Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang,
semburan darah tiba-tiba.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas,
terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc (Mochtar, 2002).
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin
dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Jika
menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga
dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan
kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan
oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan periksa si
ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks
dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan
A. Alimul H, 2008).
d. Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai
1 jam. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama
dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi
tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras.
Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga
menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi.
Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi
berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui
dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A.
Alimul H, 2008).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Dari pemeriksaan darah perlu ditentukan Hb, golongan darah,
serta kadar gula darah.
Golongan darah ditentukan agar mudah dan lebih cepat
mencarikan darah yang cocok jika ibu memerlukannya. Jika ibu
golongan darah O maka mungkin timbul ABO antagonisme.
b. Urin
Dalam urin terutama diperiksa glukosa, zat putih telur
(albumin), dan sedimen. Pada kehamilan/persalinan dan dalam
nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya lactose
dalam urin. Albumin positif dalam air kencing pada nefritis,
toxemia gravidarum, dan radang dari saluran kencing.
Pada persalinan normal, seharusnya hasil dari reduksi urin dan
pemeriksaan albumin urin adalah negative.
c. USG (ultrasonografi). Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
keadaan dalam uterus serta keadaan janin. Pemeriksaan ini
untuk mengetahui letak jani, presentasi janin, letak plasenta,
tafsiran berat janin, tafsiran persalinan dan umur kehamilan,
denyut jantung dan gerakan janin, gemeli, ukuran panggul ibu,
serta hal-hal lain yang dibutuhkan dalam pemeriksaan.

9. Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin


a. Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila
djj mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
b. Air ketuban
Nilai warna ketuban jika selaput ketuban
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada
darah
K : tidak ada cairan ketuban atau kering
c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang)
panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara
tulang kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala
panggul atau cephalo pelvic disproporsion (CPD). Lambang
dalam partograf :
O : tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah
dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi
masih dapat dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
d. Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu
yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
e. Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba
(pada pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas
ymphisis pubis. Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap
pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas
kepala berada di symphisis pubis.
f. Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah
pasien diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan
digaris waspada.
g. Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk
menghilangkan banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
h. Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume
cairan infuse dan dalam tetesan per menit.
i. Nadi (Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik
besar (.)
j. Tekanan darah (Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak
panah)
k. Suhu badan (Catat setiap 2 jam )
ASUHAN KEPERAWATAN INTENATAL CARE (INC)

1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas
b. Keluhan Utama:
Secara umum berikut contoh keluhan yang biasa dialami :
1) Ibu merasakan kontraksi yang semakin lama semakin sering
dan bertahan lama.
2) Ibu merasakan nyeri yang melingkar dari punggung
memancar ke perut bagian depan
3) Keluarnya lendir bercampur berdarah dari jalan lahir
4) Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari
jalan lahir jika ketuban sudah pecah
c. Riwayat Menstruasi:
Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini
memungkinkan bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan
setelah itu, memperkirakan usia kehamilan saat itu.
d. Menarche
Menarche terjadi pada usia pubertas yaitu 12-16 tahun.
e. Siklus haid
Panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah 28 hari ditambah
atau dikurangi 3 hari.
f. Lama haid
Lama haid biasanya berlangsung selama 3-5 hari. Teratur/tidak
g. Sifat darah
Darah haid berwarna merah, encer, tidak membeku, terkadang
membeku jika banyak
h. Dismenorhoe
i. HPHT
Tafsiran Persalinan dihitung dengan menambahkan 9 bulan dan 7
hari pada tanggal hari pertama haid terakhir yang dialami ibu.
j. Metode ini mengasumsikan bahwa : ibu memiliki menstruasi dan
jarak antara menstruasi teratur, konsepsi terjadi 14 hari setelah
HPHT, hal ini dianggap benar hanya jika ibu memiliki siklus
menstruasi 28 hari, periode perdarahan yang terakhir merupakan
menstruasi yang sebenarnya, implantasi ovum dapat menyebabkan
sedikit perdarahan.

k. Riwayat Obstetri yang Lalu

Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas


No Ana B Hidu
Sua k U Pny Peno Jeni Tm Pny Sek B p Pny AS
mi ke K lt l. s pt lt s P Mati lt I
B

l. Riwayat Kehamilan ini:

Keluhan pada Trimester I :

1) Chloasma gravidarum, Mual, muntah (hilang pada


kehamilan 12-14 minggu), sering kencing, pusing,
ngidam, obstipasi.

2) Komplikasi yang mungkin terjadi trimester ini adalah mual


muntah yang berlebihan (hiperemesis gravidarum),
perdarahan (abortus), nyeri perut yang berlebihan (KET),
oedema pada tungkai (penyakit jantung).

Keluhan pada Trimester II :

1) Nafsu makan bertambah

2) Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan (abortus),


pusing yang berlebihan, penglihatan mata kabur dan
oedema pada wajah dan tangan (preeklampsia), pusing yang
berlebihan pada ibu yang menderita hipertensi kronis.
Keluhan pada Trimester III :

1) Sering kencing, obstipasi, sesak napas (bila tidur


terlentang), sakit punggung, oedema, varises.

2) Komplikasi atau kelainan yang mungkin dapat ditemukan


pada trimester ini adalah perdarahan yang berwarna merah
segar (plasenta previa), nyeri perut yang berlebihan tanpa
perdarahan atau perdarahan yang berwarna kehitam-
hitaman (solusio plasenta), pusing yang berlebihan,
penglihatan mata kabur, oedema pada tangan dan wajah
(preeklampsia), sedangkan pada eklampsia terdapat tanda-
tanda preeklampsia dan disertai dengan kejang, gerakan
janin berkurang (IUFD)

m. Pola Kebiasaan Sehari-Hari:

1) Pola Nutrisi

Perlu ditanyakan kepada ibu kapan terakhir kali ibu makan


dan minum. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi
sangat penting dalam persalinan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah kekurangan tenaga dan dehidrasi pada ibu
inpartu.

2) Pola Eliminasi

Perlu ditanyakan kapan terakhir kali ibu BAB dan BAK,


sebab kolon dan kandung kemih yang penuh akan
mempengaruhi penurunan bagian terendah janin dan
pembukaan serviks. Pada masa inpartu, ibu dianjurkan
untuk mengosongkan kandung kemih tiap kali terasa penuh
atau setidaknya setiap 2 jam.
3) Pola Istirahat

Tanyakan kapan terakhir kali ibu istirahat/tidur dan berapa


lama ibu istirahat. Istirahat di sela-sela his sangatlah
penting, baik untuk mengatur pernapasan, menenangkan
ibu, serta mencegah terjadinya kelelahan.

4) Pola Aktivitas

Pada kala I fase laten, ibu dianjurkan untuk tetap berjalan-


jalan atau mobilisasi ringan untuk merelaksasi tubuh serta
membantu mengurangi rasa sakit. Anjurkan ibu untuk tetap
mobilisasi saat fase aktif walaupun hanya di tempat tidur.

5) Pola Aktivitas Seksual:

Perlu ditanyakan kepada ibu, kapan terakhir kali ibu


melakukan aktivitas seksual. Hubungan seksual masih tetap
diperbolehkan kecuali pada ibu yang pernah mengalami
keguguran, namun beberapa wanita kehilangan gairah
seksualnya ketika hamil. Sebaiknya hubungan seksual
diperbolehkan setelah kehamilan 16 minggu, karena pada
saat itu plasenta sudah terbentuk. Pada kehamilan normal,
hubungan seksual pada akhir kehamilan (trimester III) dan
janin sudah aterm dianjurkan untuk melakukan hubungan
seksual tanpa menggunakan kondom. Hal ini bertujuan agar
prostaglandin yang terdapat dalam cairan ejakulat laki-laki
dapat merangsang mulainya kontraksi. Namun hal ini tidak
dianjurkan bagi ibu yang memiliki riwayat keguguran,
ketuban pecah premature, serta kelainan pada placenta atau
letak placenta.
n. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi
a. Muka
Pucat/Tidak : Tidak
Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Conjunctiva : Merah muda
Sclera : Putih
Oedem : Tidak ada
Gigi : Tidak ada caries
Mulut/bibir : Tidak pucat dan tidak kering
b. Leher
Bendungan vena jugularis : Tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada
c. Dada
Paydara normal saat hamil areola hiperpigmentasi,
bentuk simetris, colostrums ada/tidak.
Hamil 12 minggu ke atas keluar colostrums yang
berasal dari kelenjar sinus yang mulai berekskresi.
d. Abdomen
Linea alba : ada / tidak ada
Striae livide : ada / tidak ada
Striae albican : ada / tidak ada
Bekas SC : ada / tidak ada
e. Genetalia
Vulva dan vagina
Keluaran : Pada wanita hamil sering
mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.
Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna,
tidak berbau, tidak gatal)
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Kondiloma lata : Tidak ada
Kondiloma akuminata : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
Inf. Kelenjar Bartholini : Tidak ada
Inf. Kelenjar Skene : Tidak ada
Adanya hipervaskulonisasi mengakibatkan vagina
dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiruan,
tanda Chadwick. (Sarwono, 1999: 24-25)
Perineum (Ada atau tidaknya bekas luka
episiotomy/robekan/sikatrik)
f. Anus
Hemoroid : Tidak ada
Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi
pelebaran vena haemorroidalis interna dan pleksus
hommorroidalis eksternal karena terdapatnya
konstipasi dan pembesaran uterus.
2) Palpasi
a) Abdomen
i. Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan
dan bagian apa yang ada dalam fundus. Pada
kehamilan/persalinan normal, bagian yang
terdapat dalam fundus adalah bokong dengan
cirri lunak, kurang bundar, kurang melenting.
ii. Leopold II
Digunakan untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian kecil pada anak. Pada
letak membujur dapat ditetapkan punggung
anak yang teraba bagian keras, memanjang
seperti papan dan sisi yang berlawanan teraba
bagian kecil janin. Dan banyak lagi
kemungkinan perabaan pada letak yang lain.
iii. Leopold III
Digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat di bagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul (posisi tangan petugas
konvergen, divergen atau sejajar). Pada
kehamilan/persalinan normal, bagian terbawah
janin adalah kepala dengan ciri keras, bundar,
dan melenting.
iv. Leopold IV :
v. Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila
kepala masih tinggi.
b) Ekstrimitas
Atas : Normal simetris, tidak ada oedema, tidak
ada varices
Bawah : Normal simetris, tidak ada oedema, tidak
ada varices
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran
pembuluh darah yang sering dijumpai pada ibu
hamil di sekitar vulva, vaina, paha, tungkai bawah.
(Manuaba, 1998: 208)
Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena
terganggu akibat terkena uterus yang membesar
pada vena-vena panggul.
c) His :
Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan
intrauterine sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi
secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah jari
dapat menekan dinding rahim ke dalam (saat his
dinding rahim keras dan tidak dapat ditekan ke
dalam).
Kekuatan dan lama his dalam persalinan teratur serta
memiliki interval tertentu seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
3) Auskultasi
Dilakukan untuk mendengarkan bunyi jantung anak,
bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta,
serta bising usus. Bunyi jantung anak/DJJ (Denyut Jantung
Janin) dapat didengarkan pada akhir bulan ke-5, walaupun
dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-
3. DJJ anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali
pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali
pusat, maka presentasi di daerah bokong. Bila terdengar
pada pihak berlawanan dengan bagian kecil maka anak
fleksi dan bila sepihak maka anak defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140
kali per menit. Bunyi jantung dihitung dengan
mendengarkan selama 1 menit penuh. Bila kurang dari
120 kali per menit atau lebih dari 140 kali per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan nyeri, perineum
tertekan,kontraksi uterus ditandai dengan proses persalinan
b. Resiko Cidera Pada Janin ditandai dengan persalinan kala I dan
II, kelelahan.
c. Resiko Cidera Pada Ibu ditandai dengan persalinan kala I dan
II, cemas berlebihan, ketuban pecah
d. Keletihan berhubungan dengan merasa letih, mengalami
peningkatan energi, lelah karena hamil ditandai dengan kehamilan
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan asuhan Terapi Relaksasi


keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun
a. Identifikasi
Kriteria Hasil: penurunan tingkat
energi,
a. Keluhan ketidakmampu an
nyeri menurun berkonsentrasi
, atau gejala
b. Meringis
lain yang
menurun
menggagu
c. Gelisah kemampuan
menurun kognitif

d. Anoreksia b. Identifikasi
menurun teknik relaksasi
yang pernah
e. Perineum terasa efektif
tertekan menurun digunakan
f. Ketegangan otot c. Identifikasi
menurun kesediaan,
kemampuan,
g. Mual muntah
penggunaan
menurun
teknik
h. Pola napas sebelumnya
membaik
d. Periksa
i. TD membaik ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah,
suhu sebelum dan
sesudah latihan
e. Monitor respon
terhadap terapi
relaksasi

Teraupetik

a. Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinka n

b. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi

c. Gunakan
pakaian
longgar

d. Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama

e. Gunakan
relaksasi
sebagai
strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain jika sesuai

Edukasi

a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
(misal musik,
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif)

b. Jelaskan secara
rinci intervensi,
relaksasi yang
dipilih

c. Anjurkan
mengambil posisi
nyaman

d. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi

e. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih

a. Demonstrasika
n dan latih
teknik
relaksasi (napas
dalam, peregangan
atau imajinasi
terbimbing)

2. Resiko Cedera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan


pada Ibu keperawatan 3x24 jam Cedera
diharapkan
tingkat cedera menurun Observasi

a. Identifikasi area
Kriteria Hasil: lingkungan yang
menyebabkan
a. Nafsu makan cedera
meningkat
Teraupetik
b. Kejadian
cedera a. Posisikan
menurun tempat tidur
tempat terendah
c. Luka/ lecet menurun
digunakan

b. Gunkan
d. perderahan menurun
pengaman
tempat tidur
e. ekspresi wajah
Edukasi
kesakitan menurun
menurun a. Anjurkan berganti
posisi secara
f. iritabilitasi perlahan
menurun

g. Frekuensi
napas
membaik

h. Frekuensi nadi
membaik

i. Denyut
jantung
membaik

j. Pola
istirahat/tidur
membaik

3. Resiko Cedera Setelah dilakukan asuhan Pemantau


pada Janin keperawatan 3x24 jam denuyt jantung
diharapkan tingkat cedera janin
menurun
Observasi

Kriteria Hasil: a. Identifikasi


status
k. Nafsu makan obstrektik
meningkat
b. Identifikiasi
l. Kejadian pemeriksaan
cedera kehamilan
menurun sebelumnya
m. Luka/ lecet menurun
c. Periksa denyut
jantung janin
n. perderahan menurun selama 1 menit

d. Monitor
o. ekspresi wajah denyut jantung
kesakitan menurun janin
menurun
e. Monitor tanda vital
ibu
p. iritabilitasi menurun
Teraupetik

q. Frekuensi a. Lakukan
napas manuver leopold
untuk menentukan
membaik
posisi janin
r. Frekuensi nadi
membaik b. jika sesuai

s. Denyut Edukasi
jantung
a. jelaskan tujuan
membaik
pemantauan
t. Pola
istirahat/tidur
membaik
4. Keletihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen energi
keperawatan 3x24 jam
Defenisi: diharapkan keletihan Observasi
menurun
Penurunan kapasitas a. Identifikasi gangguan
kerja fisik dan Kriteria Hasil: fungsi tubuhyang
mental yang tidak a. Verbalisasi megakibatkan
pulih dengan keplihan energi kelelahan
istirahat meningkat
b. Monitor
Penyebab: b. Tenaga kelelahan fisik dan
meningkat emosional
a. Gangguan tidur
c. Kemampuan c. Monitor pola dan
b. Gaya hidup melakukan jam tidur
monoton aktivitas rutin
d. Monitor lokasi dan
meningkat
c. Kondisi ketidaknyaman
fisiologis d. Motivasi selama melakukan
meningkat aktivitas
d. Progam
perawatan atau e. Verbalisasi Teraupetik
pengobatan lelah menurun
jangka panjang a. Sediakan lingkungan
f. Lesu nyaman dan
e. Peristiwa hidup menurun rendah stimulus
negatif
g. Gangguan b. Lakukan latihan
f. Stres berlebihan kosentrasi rentang gerak pasif
menurun atau aktif
g. Depresi
h. Sakit kepala c. Berikan aktivitas
Kondisi Klinis menurun distraksi yang
Terkait: menenangkan
i. Sianosis
a. Anemia menurun d. Fasilitasi duduk disisi
b. Kanker tempat tidur
j. Gelisah
menurun Edukasi
c. Hipotiroidisme
k. Selera makan a. Anjurkan tirah
d. AIDS membaik baring
e. Depresi l. Pola nafas
membaik
f. Menopouse
m. Libido
membaik b. Anjurkan melakukan
aktvitas secara
m. Pola istirahat berahap
membaik
c. Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang

d. Ajarkan startegi
koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
- Faktor hormone

- Faktor syaraf

- Faktor
kekuata
n
plasent
a

- Faktor nutrisi

Kala I

aktif
laten transisi

Rahim Nafas mulut kontraksi↑ Meningkatnya metabolisme


Estrogen dan Kepala bayi ↓
progrester besar
dan
Menekan
Sirkulasi O2
Ischemia maternal Dilatasi Kadar
Oksitosin ↑ ↓ uterus 4-8
alat rahim aliran darah

Kadar Hipoksia Hipoksia


prostaglandin ↑ Tekanan pada
jaringan jaringan
Sirkulasi jaringan
janin
uteroplase
Aliran
nta
balik vena
menurun
Nyeri
Kontraksi Hipoksia Resti akut
uterus jaringan kerusaka Resti penurna n
n
pertukara
Nyeri akut Resti cidera gas janin
pada janin
Kala II
Kal
a III

Pembukaan cerviks 10 cm

Bayi lahir

Mengeran involunter
Kontraksi uterus

Kepala janin menurun

Kehilangan Terjadi laserasi


Pengeluran darah Menekan darah
lebih banyak saraf/penegangan
jarinan

Resti kekurangan
Resti kekurangan volume cairan Nyeri akut trauma jaringan
cairan

Kala IV

Nyeri akut

Plasenta lahir Kelahiran bayi

Kontraksi uetrus Pemulihan


sistem

Perubahan
Sirkulasi Tremor otot Pertapmrobsaehsa
uteroplasenta n anggota

perdarahan Trauma mekanis/ed m a otot

Nyeri akut
Resti kekurangan volume cairan
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan:


Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE (PNC)

STASE PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

ANGLE SEPTA MEGA, S.Kep


2109149011191

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITINGGI
2021/2022
KONSEP DASAR POST NATAL CARE (PNC)

1. Defenisi Masa Nifas


Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-
8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali pulih seperti semula. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada
awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik.
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan
masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan,
nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari
perubahan tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru,
walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyabab kematian para ibu,
infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah
perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan
memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.
2. Tahapan Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan
karena atonia uteri, oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea,
tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik. Selain itu, pada fase ini ibu sudah
memiliki keinginan untuk merawat dirinya dan
diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua
sistem tubuh.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. Periode immediate
postpartum dan early postpartum merupakan periode yang
sering terjadi komplikasi pada ibu.17 Periode masa nifas yang
beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi pada periode
immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum
(20%) dan masa late postpartum (5%). 7, 8 Resiko sering
terjadi ketika satu minggu pertama post partum (Early
postpartum) karena hampir seluruh sitem tubuh mengalami
perubahan secara drastis.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan


dengan kondisi postpartum.19 Organ-organ tubuh ibu yang mengalami
perubahan setelah melahirkan antara lain:

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus


pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri).

Tinggi Fundus Uterus Dan Berat Uterus Menurut Hari.

Kondisi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir Dua jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
symphisis
2 minggu 350 gr
Tak teraba di atas
6 minggu 50 gr
symphisis
8 minggu Sebesar normal 30 gr

2) Lokea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.


Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-
beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea
dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya :
a) Lokhea rubra

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai


hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.

b) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,


serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post
partum.

c) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena


mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,


selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
post partum.

Lokhea yang menetap pada awal periode post partum


menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder
yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut
dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila
disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan


yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.

4) Perubahan Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini


disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan,
kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit


untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari
keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah


yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit,
sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen,
diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah


bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya,
hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.

f. Perubahan Tanda-tanda Vital

Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :

1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan


naik sedikit (37,50 – 380C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila
dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per


menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
postpartum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan


tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
postpartum menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan


suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.

4. Tanda Perubahan Psikis Masa Nifas

Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan


penyesuaian bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan
emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode kerentanan
pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan peran
professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu
postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Proses
penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase
yaitu:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan
proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan
fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri
pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu
yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu
cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang
mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal
ini membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini
petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang
empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita
perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab
akan peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih
percaya diri dalam menjalani peran barunya. Pendidikan
kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya.
d. Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh
ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak telalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup, sehingga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat
bayinya.

5. Masalah dalam Post Partum


a. Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya
menderita keluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas
detrusor yang disebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria saat
persalinan, keluhan ini bertambah berat oleh karena adanya fase
dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi
dengan melakukan kateterisasi. Rortveit, dkk (2003)
menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi
dibandingkan section Caesar. 10% pasien pasca persalinan
menderita inkkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang
kadang–kadang menetap sampai beberapa minggu pasca
persalinan.Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat
dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2009).
b. Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga
kehamilan dan menetap setelah persalinan pada anak masa nifas.
kejadian ini terjadi pada 25% wanita dalam masa post partum
namun keluhan ini dirasakan oleh 50% dari mereka sejak
sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat bila
mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
c. Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan
yang banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada
riwayat kekurangan darah. Di masa nifas, anemia bisa
menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tidak
cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang mengidap
anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi
darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong
dengan pemberian obat–obatan penambah darah yang
mengandung zat besi (Serri,2009).
d. Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di
minggu–minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar
hormone masih tinggi. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan
ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun
bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja yang
disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh
bila ibu bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi
masa nifas seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga.
Gejalanya sama dengan depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan
pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi, dan ibu
kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan sebagainya.
Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan
sosial ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat
Keberadaan bayi tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi
beberapa ibu yang baru melahirkan. Ibu merasa bertanggung
jawab untuk merawat bayi, melanjutkan mengurus suami, setiap
malam merasa terganggu dan sering merasakan adanya ketidak
mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri, 2009).
6. Patofisiologi Masa Nifas
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia
interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini
dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan
timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon
dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan, yaitu
Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi
akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

7. Perawatan Diri Masa Nifas


Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai macam, meliputi:
a. Memelihara Kebersihan Perseorangan (Personal Hygiene)
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan kesejahteraan ibu. Personal
Hygiene yang bisa dilakukan ibu nifas untuk memelihara
kebersihan diri tidak hanya mandi, tetapi juga menggosok gigi
dan menjaga kebersihan mulut, menjaga kebersihan rambut
dengan keramas, menjaga kebersihan pakaian, dan menjaga
kebersihan kaki, kuku, telinga, mata dan hidung. Selain itu juga
mencuci tangan sebelum memegang payudara, setelah
mengganti popok bayi, setelah buang air besar dan kecil dan
sebelum memegang atau menggendong bayi.
b. Perawatan Perineum
Walaupun prosedurnya bervariasi dari satu rumah sakit
lainnya, prinsip-prinsip dasarnya bersifat universal yaitu
mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut
pada jaringan yang terkena trauma dan membersihkan semua
keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Perawatan
perineum yang dianjurkan untuk ibu postpartum adalah
membasuh perineum dengan air bersih dan sabun setelah
berkemih dan buang air besar. Perineum harus dalam keadaan
kering dan dibersihkan dari depan ke belakang. Ibu dianjurkan
untuk mengganti pembalut setiap kali mandi, setelah buang air
besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali.
Munculnya infeksi perineum dapat merambat pada saluran
kandung kemih ataupun pada jalan lahir, infeksi tidak hanya
menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri baik panjang maupun
kedalaman dari luka.
c. Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk
merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui)
untuk melancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara
pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan puting
susu merupakan suatu hal amat penting. Payudara harus
dibersihkan dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali
lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan mengangkat
kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu mencegah
akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun
ke mulut bayi. Adapun langkah-langkah dalam melakukan
perawatan payudara yang baik, yaitu : mengompres kedua
puting dengan baby oil selama 2-3 menit, membersihkan puting
susu , melakukan pegurutan dari pangkal ke putting susu
sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara, pengurutan dengan
menggunakan sisi kelingking, pengurutan dengan posisi tangan
mengepal sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara dan kompres
dengan air kemudian keringkan dengan handuk kering.
d. Mobilisasi Dini dan Senam Nifas
Mobilisasi Dini adalah selekas mungkin membimbing ibu
keluar dari tempat tidurnya dan membimbing ibu selekas
mungkin segera berjalan. Jika tidak ada kelainan,
mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam
setelah persalinan normal.10 Mobilisasi dini sangat bermanfaat
untuk mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran
darah sehingga mencegah terjadinya tromboemboli, membantu
pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot,
memperlancar eliminasi, dan mengembalikan aktivitas
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
Senam nifas dilakukan sejak hari pertama setelah
melahirkan hingga hari kesepuluh, terdiri atas beberapa
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan
keadaan ibu. Senam nifas dilakukan pada saat kondisi ibu
benar-benar pulih dan tidak ada hambatan atau komplikasi pada
masa nifas.
e. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah
melahirkan. Namun buang air besar secara spontan biasanya
tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan pada masa pascapartum, dehidrasi, kurang
makan dan efek anastesi.
Fungsi defekasi dapat diatasi dengan mengembalikan
fungsi usus besar dengan diet teratur, pemberian cairan yang
banyak, makanan cukup serat dan olahraga atau ambulasi dini.
Jika pada hari ketiga ibu juga tidak buang air besar maka dapat
diberikan laksatif per oral atau per rectal.
f. Diet
Diet harus mendapat perhatian dalam nifas karena
makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, makanan
ibu juga sangat mempengaruhi air susu ibu. Makanan harus
bermutu dan bergizi, cukup kalori, serta banyak mengandung
protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan karena
ibu nifas mengalami hemokonsentrasi. Kebutuhan gizi pada
masa nifas meningkat 25 % dari kebutuhan biasa karena
berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup.1 Ibu yang menyusui
perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra.
Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak
dalam dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk
mengkonsumsi multivitamin dan suplemen zat besi.
g. Eliminasi Urin
Miksi atau eliminasi urin sebaiknya dilakukan sendiri
secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang
air kecil selama 24 jam pertama setelah melahirkan. Hal ini
terjadi karena kandung kemih mengalami trauma atau lebam
selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga ketika
sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar
mengosongkan isinya, dan juga karena sfingter utertra yang
tertekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh ibu
sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini
dapat mengandung terjadinya infeksi. Bila infeksi terjadi maka
pemberian antibiotik sudah pada tempatnya.
h. Istirahat
Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh
istirahat/tidur telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan
kanan. Ibu harus bisa mengatur istirahatnya.
8. Pemeriksaan Penunjang Masa Nifas
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan
haemoglobin (Hb).
b. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel
endometrium.
c. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri
dalam urine seperti streptokokus.
d. Tes Diagnostik
1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
2) Urinalisis: Kadar Urin
ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL CARE (PNC)

1. Pengkajian
a. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami,
agama, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat
b. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat
penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,
lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
c. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
1) Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
2) Tanggal/jam persalinan
3) Jenis kelamin bayi
4) Jumlah perdarahan
5) Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
6) Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
d. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah
mengalami operasi atau tidak
e. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
f. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau
menular dari keluarga
g. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ
reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya
hambatan pada proses laktasi. Area pengkajian fisiologis post partum
antara lain:
1) Suhu
Suhu merupakan penanda awal adanya infeksi, suhu yang
cenderung tinggi juga dapat menandakan ibu mengalami
dehidrasi. Suhu dikaji tiap satu jam selama 8 jam setelah
persalinan, kemudian dikaji tiap dua jam sampai dengan 24
jam setelah persalinan.
2) Nadi, pernapasan dan tekanan darah
Frekuensi nadi yang lebih dari normal (diatas 100
kali/menit) sebagai tanda adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau
kecemasan. Tekanan darah yang cenderung rendah dapat
merupakan tanda syok atau emboli. Nadi, pernapasan dan
tekanan darah dikaji tiap 15 menit sampai dengan empat jam
setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
3) Fundus, lokhea dan kandung kemih
Fundus dapat sedikit meninggi pasca persalinan, tetapi
dihari berikutnya fundus akan mulai turun sekitar satu cm
sehingga pada hari ke 10 fundus sudah tidak teraba. Hari-hari
awal setelah persalinan, fundus akan teraba keras dengan
bentuk bundar mulus, bila ditemukan fundus teraba lembek
atau kendur menunjukkan terjadinya atonia atau subinvolusi.
Ketika dilakukan palpasi, kandung kemih harus kosong agar
pengukuran fundus lebih akurat. Kandung kemih yang terisi
akan menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
Lokhea dapat dijadikan sebagai acuan kemajuan proses
penyembuhan endometrium.
Lokhea memiliki warna yang berbeda setiap harinya,
lokhea rubra (berwarna merah gelap, keluar dari hari kesatu
sampai hari ketiga setelah persalinan, jumlahnya sedang),
lokhea serosa (berwarna merah muda, muncul dihari ke empat
sampai hari ke 10 setelah persalinan, jumlahnya lebih sedikit
dari lokhea rubra), lokhea alba (berwarna putih kekuningan,
muncul dari hari ke 10 sampai minggu ketiga setelah
persalinan, jumlahnya sangat sedikit). Munculnya perdarahan
merah segar setelah selesainya lokhea rubra atau setelah
selesainya lokhea serosa menandakan terjadinya infeksi atau
hemoragi yang lambat. Fundus, lokhea dan kandung kemih
dikaji tiap 15 menit sampai dengan empat jam setelah
persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai dengan 24
jam setelah persalinan.
4) Perineum
Pengkajian pada daerah perineum dimaksudkan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya hematoma, memar (ekimosis),
edema, kemerahan (eritema), dan nyeri tekan. Bila ada jahitan
luka, kaji keutuhan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, nyeri tekan dan bengkak). Perineum dikaji tiap
satu jam sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
5) Payudara dan tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan
kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah
ada nyeri tekan guna persiapan menyusui. Hari pertama dan
kedua pasca melahirkan akan ditemukan sekresi kolostrum
yang banyak. Pengkajian pada tungkai dimaksudkan untuk
menetahui ada tidaknya tromboflebitis. Payudara dan tungkai
dikaji tiap satu jam sampai dengan 8 jam setelah persalinan,
kemudian dikaji tiap empat jam sampai dengan 24 jam setelah
persalinan.
6) Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus,
inspeksi dan palpasi adanya distensi abdomen. Ibu post partum
dianjurkan untuk berkemih sesegera mungkin untuk
menghindari distensi kandung kemih. Eliminasi dikaji setiap 9
jam, kaji juga defekasi setiap harinya.
h. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi
ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat status emosianal
dan respon ibu terhadap pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi
baru lahir, menyusui bayi baru lahir, penyesuaian terhadap peran baru,
hubungan baru dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam
perawatan diri (Reeder, Martin dan Koniak-Griffin, 2011)
i. Pemeriksaan Fisik meliputi:
1) Status Obstetri
2) TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
3) Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
4) Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
5) Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi
jantung.
6) Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka,
bising usus.
7) Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis,
terpasang infus IVFD atau tidak, akral dingin.
8) Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
9) Obat-obatan yang dikonsumsi
10) Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT,
HGB.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI, hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu,
ketidakadekuatan refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat operasi payudara,
kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar informasi
tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui, kurang
dukungan keluarga, faktor budaya.
c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder.

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


asuhan keperawatan Observasi
3x24 jam diharapkan
a. Identifikasi lokasi,
tingkat nyeri karakteristik,
menurun durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil: kualitas, intensitas
nyeri
a. Keluhan nyeri
menurun b. Identifikasi skala
nyeri
b. Meringis
menurun c. Identifikasi
respon nyeri non
c. Sikap protektif verbal
menurun
d. Identifikasi faktor
d. Gelisah yang memperberat
menurun dan memperingan
nyeri
e. Kesulitan tidur
menurun e. Identifikasi
pengetahuan dan
f. Menarik diri
keyakinan tentang
menurun
nyeri
g. Berfokus pada diri
f. Identifikasi
sendiri menurun
pengaruh budaya
h. Diaforesis terhadap respon
menurun nyeri

i. Perasaan g. Identifikasi
depresi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas
hidup
j. Anoreksia
menurun
h. Monitor
k. Pupil dilatasi keberhasilan
menurun terapi
komplementer
l. Muntah yang sudah
menurun diberikan
m. Mual menurun i. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Teraupetik

a. Berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (TENS,
hipnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing

b. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)

c. Fasilitasi istirahat
dan tidur

d. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri

b. Jelaskan stategi
meredakan nyeri

c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat

e. Ajarkan teknik non


farkologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Menyusui Tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui


Efektif asuhan keperawatan
Observasi
3x24 jam diharapkan
Status Menyusui a. identifikasi
kesiapan dan
membaik
kemampuan menerima
Kriteria Hasil:
informasi
a. Perlekatan bayi b. identifikasi tujuan
atau keinginan
pada payudara ibu
menyusui
meningkat Terapeutik
a. Jadwalkan pendidikan
b. Miksi bayi lebih
kesehatan sesuai
dari 8 kali/ 24 jam kesepakatan

b. Berikan kesempatan
meningkat
untuk Bertanya
c. Berat badan bayi c. Dukung ibu

meningkat Meningkatkan
kepercayaan diri dalam
d. Tetesan ASI menyusui

meningkat d. Libatkan sistem


Pendukung, suami,
e. Suplai ASI adekuat
keluargha, dan nakes
meningkat Edukasi
a. Berikan konseling
f. Kepercayaan diri menyusui
b. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
ibu meningkat
bayi

g. Bayi rewel menurun c. Ajarkan 4 posisi


menyusui dan
perlekatan dengan
benar
d. Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang
telah diberikan
minyak kelapa
e. Ajarkan perawatan
payudara post
partum (mis memerah
ASI, pijat payudara,
pijat (oksitosin)
dan bayi

3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Edukasi Menyusui


Pengetahuan keperawatan 3x24 jam
Observasi
diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil:
a. Perilaku sesuai a. identifikasi
anjuran kesiapan dan
meningkat kemampuan
menerima
b. Verbalisasi minat
informasi
dalam belajar
b. identifikasi tujuan
meningkat
atau keinginan
c. Kemampuan menyusui
menjelaskan
pengetahuan tentang Terapeutik
a. sediakan materi
suatu topik
dan media
meningkat
pendidikan
kesehatan
d. Kemampuan b. Jadwalkan
menggambar kan pendidikan
pengalaman kesehatan sesuai
sebelumnya yang kesepakatan
sesuai topik c. Berikan
meningkat kesempatan untuk
bertanya
d. Dukung ibu

e. Perilaku sesuai meningkatkan

dengan pengetahuan kepercayaan diri


dalam menyusui
e. Libatkan sistem
pendukung :
f. Pertanyaan
suami, keluarga,
tentang masalah
tenaga kesehatan
yang dihadapi
dan masyarakat
menurun
Edukasi
a. Berikan konseling
menyusui
g. Persepsi yang b. Jelaskan manfaat
keliru terhadap menyusui bagi ibu
masalah menurun dan bayi

c. Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
h. Menjalani perlekatan dengan
pemeriksaan benar

d. Ajarkan perawatan
payudara
antepartum dengan
yang tidak tepat mengkompres
menurun dengan kapas yang
telah diberikan
i. Perilaku
minyak kelapa
membaik
j. Ajarkan perawatan
payudara post
partum ( mis
memerah ASI, pijat
payudara, pijat
oksitosin)
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan resiko infeksi
a. monitor tanda dan
menurun gejala infeksi
Defenisi: Kriteria Hasil: Teraupetik
Berisiko
a. kebersihan tangan a. batas jumlah
mengalami
pengunjung
peningkatan dan badan
terserang meningkat b. berikan perawatan
organisme kulit pada area
patogenik edema

Faktor Resiko: b. nafsu makan c. cuci tangan


meningkat sebelum dan
a. Penyakit
sesudah kontak
Kronis c. demanm, dengan pasien
b. Efek kemerahan, nyeri,
d. pertahankan teknik
prosedur
bengkak asepti pada pasien
invasif
menurun dengan resiko
c. Malnutrisi tinggi
d. drainase
d. Peningkata Edukasi
n paparan purulen
organisme menurun a. jelaskan tanda dan
gejala infeksi
e. Ketidakaek e. priode menggigil b. ajarkan cara cuci
uatan tangan dengan
menurun
pertahanan benar
tubuh
primer
(kerusakan
integritas f. latergi
c. ajarkan etika batuk
kulit) dan menurun
skunder d. ajarkan cara
(penuruna g. kadar sel darah memeriksa kondisi
hb) luka
putih membaik
e. anjurkan
h. kultur darah,
meningkatkan
urin, sputum, nutrisi dan cairan
area luka
membaik
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan:


Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan


oleh Maria A. Jakarta: EGC.

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.

Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta. EGC

Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan


Ginekologi. Jakarta. TIM

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI

BARU LAHIR (BBL)

STASE PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH :

ANGLE SEPTA MEGA, S.Kep


2109149011191

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES YARSI SUMBAR
BUKITINGGI
2021/2022
KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR (BBL)

1. Defenisi Bayi Baru Lahir (BBL)


Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus
pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi
di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir di
semua sistem (Cunningham, 2012). Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Saifudin, 2009).
Menurut Rohan (2013) Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah
lahir aterm antara 37 – 42 minggu, berat badan 2500 – 4000 gram,
panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33
– 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm, frekuensi denyut jantung 120 –
160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR
>7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-
laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan
kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang berlubang labia
mayora menutup labia minora, refleks rooting (mencari putting susu)
terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah terbentuk dengan baik,
refleks grasping sudah baik, eliminasi baik, urin dan meconium keluar
dalam 24 jam pertama. Sedangkan menurut Rahadjo (2014) bayi baru
lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan,
lahir menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat.
2. Karakteristik Bayi Baru Lahir (BBL)
Karakteristik bayi normal antara lain: (Depkes RI, 2007)
a. Dilahirkan pada usia kehamilan antara 37-42 minggu
b. Berat lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan waktu lahir 48-51 cm
d. Warna kulit merah muda/pink
e. Kulit diliputi verniks caseosa
f. Lanugo tidak seberapa lagi hanya pada bahu dan punggung
g. Pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut kepala
h. Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas
Kuku telah melewati ujung jari
i. Menangis kuat
j. Referleks menghisap baik
k. Pernafasan berlangsung baik (40-60x/ menit)
l. Pergerakan anggota badan baik
m. Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan
ditandai dengan adanya / keluarnya meconium dalam 24 jam
pertama
n. Alat perkemihan sudah berfungsi sejak dalam kandungan
ditandai dengan keluarnya air kemih setelah 6 jam pertama
kehidupan
o. Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum dan
pada bayi perempuan labio minora ditutupi oleh labia mayora
p. Anus berlubang

Sedangkan Karakteristik bayi normal menutut (Hutahaen, 2009),


adalah:
a. Usia kehamilan 37-42 minggu atau kehamilan cukup bulan
b. Berat badan lahir 2500-4000 gram (sesuai dengan masa
kehamilan)
c. Panjang badan 44-53 cm
d. Lingkar kepala 31-36 cm
e. Apgar skore >7 – 10
f. Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal

Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses


adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan
ekstrauteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan
kehidupan intrauteri. (Aziz Alimul, 2008)

Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan


hebat. Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan
kerbondioksida yang cepat dan teratur. Agar pertukaran efesien,
alveolus paru yang semula terisi cairan harus terisi oleh udara.
(Kenneth J, 2009)

a. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler berubah bermakna setelah lahir.


Nafas pertama bayi, disertai dengan peningkatan distensi kapiler
alveolus, mengembangkan paru-paru dan mengurangi restensi
pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri
pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan
dalam atrium menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi
jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang
menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale. Selama
beberapa hari pertama kehidupan, menangis dapat membuat
aliran balik melalui fpramen ovale untuk sementara dan dapat
menyebabkan sianosis ringan.

Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah


lahir, ketika kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50
mmHg . duktus arteriosus berkonturksi sebagai respons terhadap
peningkatan oksigenasi. Kadar hormone prostaglandin E yang
bersirkulasi juga memiliki peranan penting dalam penutupan
duktus arterious. Selanjutnya, duktus arteiosus akan
menutup total dan menjadi ligament. (Lowdermilk, 2013)

1) Denyut dan Bunyi Jantung

Denyut jantung rata-rata berkisar 120-140 denjut/menit,


dengan variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun.
Saat setelah tangisan pertama, denyut jantung bayi dapat
mengalami percepatan 175-180 denyut/jantung.
Kisaran denyut jantung pada bayi matur berkisar 85-90
denyut/menit selama tidur dalam dan hingga 170
denyut/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut
jantung hingga 180 denyut/menit merupakan hal yang
biasa ketika bayi menangis. Denyut jantung yang
secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau rendah
(<80 denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam
keadaan istirahat harus dievaluasi kembali dalam 1 jam
atau saat aktifitas bayi berubah.

2) Tekanan Darah

Tekanan darah (TD) sistolik rata-rata pada bayi baru


lahir berkisar 60 hingga 80 mmHg. Tekanan diastolic
rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah
meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit
variasi yang tampak pada bulan pertama kehidupan.
Turunnya TD sistolik (15 mmHg) pada 1 jam pertama
kehidupan bias terjadi. Menanggis dan begerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.

3) Volume Darah

Volume darah pada bayi baru lahir berkisar 80


hingga 85 ml/kgBB. Segera setelah lahir, volume darah
total rata-rata sebesar 300 ml, namun volume ini dapat
meningkat hingga 100 ml, bergantung pada lamanya
waktu sebelum tali pusat diklem dan di potong.

4) Sirkulasi Darah Pada Janin

Plasenta (tali pusat) terletak berada di daerah


fundus yang mempunyai permukaan, yaitu permukaan
martenal yang menghadap depan dingding Rahim yang
berisi kotiledon dan permukaan fetal yang menghadap ke
janin bersamaan dengan tali pusat. Fungsi plasenta
sebagai media transportasi nutrisi dari plasenta ke janin.
Panjang tali pusat normal 45-55 cm. diameter 1-1,5 cm.
berat plasenta normal 500 gram. Tali pusat berwarna
putih ke abu-abuan, mempunyai pembulu darah 2 arteri
dan 1 vena. Pada janin, pembuluh darah vena membawa
darah bersih dan pembulu darah arteri membawa darah
kotor.

Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir

Vena Membawa darah dari Menutup, menjadi


umbilikus arteri ke hati dan ligamentum teres hepatis
jantung

Arteri Membawa darah arteri Menutup, menjadi


umbilikalis venosa ke placenta ligamentum vesikale pada
dinding abdominal anterior

Duktus Pirau darah a. ke v. Menutup, menjadi


venosus kava inferior ligamentum venosum

Duktus Pirau darah a.dan Menutup, menjadi lig.


arteriosus sebagian darah v. dari a. Arteriosum
pulmonalis ke aorta
Foramen ovale Menghubungkan atrium Biasanya menutup
kanan dan kiri

Paru Tidak ada udara, sedikit Berisi udara dengan suplai


darah, berisi cairan darah yang baik

Arteri Membawa sedikit darah Membawa banyak darah ke


pulmonalis ke paru paru

Aorta Menerima darah dari Menerima darah hanya dari


kedua ventrikel ventrikel kiri

Vena cava Membawa darah dari Membawa darah hanya ke


inferior tubuh dan darah arteri atrium kanan
ke plasenta

b. Sistem Pernafasan

Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit


pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang
dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih
sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonates
biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdominal, sedangkan
frekuensi dan dalam tarikan belum teratur. Apabila surfaktan
berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku
sehingga terjadi atelectasis, dalam keadaan anoksia neonatus
masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolism anerobik. (Indriyani, 2013).

Bernapas pada bayi baru lahir normal pertama kali


kemungkinan sebagai akibat dari reflex yang dipicu oleh
perubahan tekanan, pajanan terhadap temperature udara yang

dinging, bising, dan sensasi lainnya yang berhubungan


dengan proses kelahiran.
Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotis
memulai reflex neorulogis ketika tekanan oksigen arteri (PO2)
menurun, tekanan karbondioksida (CO2) arteri meningkat, dan
pH arteri menurun. Pada sebagian besar kasus, reaksi
pernapasan berat terjadi dalam 1 menit setelah lahir, dan bayi
melakukan tarikan napas pertama dan menangis. Setelah
pernapasan dimulai, periode dari napas periodik yang terdiri dari
atas henti napas sementara yang berlangsung kurang dari 20
detik. Periode henti napas lebih dari 20 detik merupakan
indikasi proses patologis dan haru dievaluasi secara menyeluruh.
(Lowdermilk, 2013).

c. Sistem Hematopoietik

Pada bayi baru lahir menunjukan beberapa variasi dari


orang dewasa. Kadar sel darah merah dan leukosit berada
namun kadar trombosit relatif sama. (Lowdermilk, 2013).

1) Sel Darah Merah dan Hemoglobin

Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan


hemoglobin (hemoglobin janin bersifat dominan) lebih
tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusat
pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi
hemoglobin 14 hingga 24 g/dl (rata-rata17 g/dl).
Hematrokit berkisar dari 44 % hingga 64 % (rata-rata 55
%). Sel darah merah juga ikut meingkat berkisar dari 4,8
hingga 7,1 juta/mm3 (rata-rata 5,14 juta/mm3). Pada
akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan
mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2
hingga 5,2 juta/mm3 secara berurutan. Kadar darah ini
dipengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda, yang

akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel darah


dan hematocrit
2) Leukosit

Leukosit dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar


18.000 sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000
sel/mm3) normal saat lahir. Jumlah leukosit
meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm3
selama hari pertama setelah lahir. Leukosit awal yang
tinggi pada bayi baru lahir akan menurun cepat, kadar
11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode
neonatus.

3) Trombosit

Trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000


sel/mm3 dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan
orang dewasa. Kadar factor II,VII, IX dan X yang
ditemukan dihati, menurun selama beberapa hari pertama
kehidupan, karena bayi baru lahir tidak dapat
menyintesis vitamin K. namun, kecenderungan
pendarahaan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi,
dan jika difisiensi vitamin K tidak terhebat,
pembentukan bekuan darah darah cukup untuk mencegah
perdarahaan.

4) Golongan Darah

Golonga darah bayi ditentukan secara genetik dan


dibentuk pada awal kehidupan janin. Namun, selama
periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat
pada membrane sel darah merah meningkat perlahan.
Sampel darah tali pusat dapat digunakan untuk

mengidentifikasi golongan darah bayi dan status


resusnya.
d. Sistem Termogenik

Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat


regulasi panas merupakan hal terpenting untuk kelangsungan
hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan
keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi
baru lahir berusaha untuk menstabilkan temperature inti
tubuhnya dalam rentang yang sempit. Hipotermia akibat
kehilangan panas berlebih sering terjadi dan berbahaya bagi
neonatus. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi
panas (thermogenesis) sering kali menyerupai orang dewasa,
namun kecenderungan terhadap kehilangan panas yang cepat
dalam lingkungan dingin meningkat pada bayi baru lahir dan
menyebabkan bahaya. (Lowdermilk, 2013).

1) Thermogenesis

Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang


terjadi pada bayi baru lahir. Thermogenesis tanpa
menggigil terjadi terutama oleh metaolisme lemak coklat
yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh
peningkatan aktivitas metabolic di otak, jantung, dan
hati, lemak cokelat terletak di cadang lemak superfisial
pada daerah interskapula dan askila, juga pada cadangan
lemak dalam pada pintu masuk toraks, sepanjang
kolumna veterba dan sekitar ginjal. Lemak coklat
memliki suplai pembuluhn darah dan saraf yang lebih
kaya dibandingkan dengan lemak biasa. Panas yang di
produksi oleh akativitas metabolic lemak dalam lemak
cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan
meningkatkan produksi panas sebesar 100%.
Cadangan lemak cokelat, umumnya terdapat hingga
beberapa minggu setelah lahir, dan habis dengan
cepat akibat dingin .jumlah cadangan lemak coklat
meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi baru
lahir matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak
dibandingkan bayi premature.

a) Kehilangan Panas

Kehilangan panas pada bayi baru lahir tejadi


melalui empat cari berikut: (Lowdermilk, 2013).

i. Konveksi

Konveksi adalah perpindahan aliran panas


dari permukaan tubuh ke udara lingkungan
yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi
kehilangan panas akibat konveksi,
temperature lingkungan dalam kamar
perawatan bayi dipertahankan pada suhu
sekitar 24o C, dan bayi baru lahir pada
tempat tidur bayi yang terbuka harus
diselimuti untuk melindungi mereka dari
dingin.

ii. Radiasi

Radiasi adalah hilangnya panas dari


permukaan tubuh menuju permukaan padat
yang lebih dingin, tidak dengan kontak
langsung, namun pada jarak yang relative
dekat. Untuk mencegah kehilangan panas ini,
tempat tidur bayi dan meja periksa
ditempatkan jauh dari jendela.
iii. Evaporasi

Evaporasi adalah kehilangan panas yang


terjadi ketika cairan dikoveksi menjadi uap.
Pada bayi baru lahir, kehilangan panas oleh
evaporasi terjadi sebagai akibat dari
penguapan kelembaban pada kulit.
Kehilangan panas ini dapat diakibatkan
karena kesalahan teralu cepat mengeringkan
bayi baru lahir atau melalu pengeringan bayi
yang terlalu lambat setelah di mandikan.
Semakin kurang matur bayi baru lahir
tersebut, semakin berat kehilangan panas
melalu evaporasi yang akan terjadi.
Kehilangan panas melalui evaporasi adalah
kehilangan panas yang tidak disadari,
merupakan penyebab kehilangan panas
yang paling penting pada beberapa hari
pertama kehidupan.

iv. Konduksi

Konduksi adalah hilangnya panas dari


permukaan tubuh kepada permukaan yang
lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika
masuk kedalam ruang perawatan bayi, bayi
baru lahir ditempatkan dalam tempat tidur
hangat untuk meminimalkan kehilangan
panas. Timbangan yang digunakan untuk
menimbang bayi baru lahir harus dilapisi
kain pelindung untuk meminimalkan
kehilangan panas secaa konduksi.
b) Regulasi Temperatur

Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi


panas pada awalnya kurang dibandingkan pada
orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio
permukaan tubuh terhadap berat badan (massa)
yang lebih besar dibandingkan pada anak dewasa.
Posisi fleksi pada bayi baru lahir membawa
melindungi dari kehilangan panas karena
mengurangi jumlah permukaan tubuh yang
terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat
mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui
permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh
darah perifer. Stress dingin mempengaruhi
kebutuhan metabolic dan fisiologis pada semua
bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan, dan
kondisi. Pada bayi yang mengalami stress dingin,
konsumsi oksigen dan energy dialihkan dari
mempertahankan fungsi otak dan jantung yang
normal serta pertumbuhan kepada thermogenesis
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

e. Sistem Gastrointestinal

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan,


menverna, memetabolisme dan mengabsorsi protein dan
karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak. Pada bayi
baru lahir denga hidrasi yang adekuat membrane mukosa
mulutnya lembab dan berwarna merah muda. Saat bayi
lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Bising
usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Kapasitas
lambung bervariasi dari 30 hingga 50 mltergantung pada
ukuran bayi. Beberapa factor, seperti waktu pemberian
makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan,
serta stress psikis dapat mempengaruhi waktu
pengosongan lambung. Waktu ini bervariasi dari 1
sampai 24 jam. (Babok, 2005)

Pencernaan dan absorsi nutrient berlangsung di usus


halus. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna
karbohidrat, lemak, dan protein diatur oleh beberapa enzim
tertentu. Kebanyakan enzim ini telah berfungsi saat bayi
lahir terkecuali enzim amylase. Bayi baru lahir yang normal
biasanya mampu mencerna karbohidrat sederhana dan
protein, tetapi terbatas dalam mencerna lemak. (Babok
2005)

Saat lahir, usus bagian bawah berisi meconium.


Meconium dibentuk selama kehidupan janin dari cairan
amonion dan konstituennya, sekresi usu (meliputi bilirubin),
dan sel-sel (yang luruh dari mukosa). Meconium berwarna
hitam yang dikeluarkan biasanya steril, namum dalam
beberapa jam, semua meconium yang dikeluarkan
mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang sehat
mengeluarkan meconium 12 hingga 24 jam pertama
kehidupan, dan hamper semua bayi mengalaminya dalam
48 jam pertama (Blackburn,2007). Jumlah tinja yang keluar
bervariasi selama minggu pertama, dimana paling banyak
antara hari ketiga, keempat dan keenam. Bayi baru lahir
yang diberi makan lebih dini, akan mengeluarkan tinja lebih
cepat. Perubahan progresif dalam pola tinja
mengidentifikasi saluran cerna yang berfungsi baik antara
lain:

1) Mekonium

Tinja bayi pertama terdiri atas cairan amnion dan


komponen lainnya, sekresi usus, perubahan sel
mukosa dan kemungkinan darah (darah ibu yang
tertelan atau perdarahaan minor pada pembuluh darah
usus). Pengeluaran meconium harus terjadi dalam 24
hingga 48 jam pertama, walaupun dapat terjadi hingga
7 hari pada bayi dengan berat lahir sangat rendah.

2) Tinja Peralihan

Biasanya muncul pada hari ketiga setelah mulainya


pemberian makan, berwarna cokelat kehijauan atau
cokelat kekuningan, lembek, dan kurang lengket
dibandingkan meconium dapat mengandung
gumpalan susu.

3) Tinja susu

Umumnya muncul pada hari keempat. Bayi dengan


asi tinjanya akan berwarna kuning gelap, memiliki
konsentrasi lembek seperti pasta, dengan bau seperti
susu asam.

f. Sistem Renal

Fungsi ginjal bayi baru lahir mirip dengan fungsi ginjal


pada orang dewasa. Biasanya pada bayi saat lahir terdapat
sejumlah kecil urine dalam kandung kemih, tetapi bayi baru
lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Dan
biasanya bayi baru lahir akan sering berkemih setelah periode
ini. Berkemih 6 – 10x, dengan warna urine pucat menunjukan
masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15 – 60 ml/kgBB/hari. (Babok, 2005).

g. Sistem Hepatika

Hati dan kandung kemih dibentu pada minggu keempat


gestasi. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1cm
dibawah batas iga kanan keraena hati membe sar dan menempati
sekitar 40% dari rongga abdomen. Hati bayi memainkan
peranan penting dalam penyimpanan besi, memetabolisme
karbohidrat, konjugasi bilirubin dan koagulasi. (Lowdermilk,
2013).

1) Penyimpanan Besi

Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi


hemoglobin setelah lahir, mulai menyimpan besi
dalam uterus. Cadangan besi pada bayi
proposional terhadap kandungan hemoglobin total
tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur
memiliki cadangan besi yang cukup untuk usia 4
hingga 6 bulan.

2) Memetabolisme Karbohidrat

Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai


glukosa ibu, akibatnya bayi baru lahir memiliki
kadar glukosa serum awal menurun. Peningkatan
kebutuhan energy, penurunan pelepasan glukosa pleh
hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume sel
darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi
baru lahir akan berperan dalam menyebabkan
habisnya simpanan glikogen dalam 24 jam pertama
setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir
normal yang sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50
hingga 60 mg/dl selama bebrapa jam setelah lahir.
Pada hri ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus
berkisar antara 60 hingga 70 mg/dl. Inisiasi
pemberian makanan membantu stabilisasi kadar
glukosa darah bayi baru lahir. Kolostrum
mengandung kadar glukosa darah pada neonatus yang
disusui (kolostrum mengandung protein yang lebih
tinggi, namun lebih rendah karbohidratnya, bila
dibandingkan susu normal).

3) Jaundis

Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin


dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat
hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua
jaundis yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan
atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya
karena hal ini menunjukan adanya proses patologis
yang mendasarinya.

4) Koagulasi

Faktor-faktor koagulasi yang disintesis dihati,


diaktivasi oleh vitamin K. kurangnya bakteri usus
yang diperlakukan untuk menyintesis vitamin K
menyebabkan defisiensi kaogulasi darah sementara
antara hari kedua hingga hari kelima kehidupan.
Penggunaan vitamin K intramuscular sesaat setelah
lahir membantu mencegah masalah pembekuan darah.

h. Sistem imun

Sistem imun pada bayi baru lahir mormal terhadap sel


yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal
kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa
minggu hingga beberapa bulan, setelah lahir. Selama 3
bulan pertama kelahiran, bayi matur yang sehat terlindungi oleh
imunitas pasif yang didapat dari ibu; namun, status izi
tergantung pada pajajan ibu sebelumnya terhadap antigen dan
respons immunoloinya. Immunoglobulin A (IgA) yang
memproteksi membrane menghilang dari saluran pernapasan
dan saluran keih, dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga
menghilang dari saluran cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan
sekitar 40% dari kadar pada orang dewasa dicapai pada usia 1
tahun. Sejumlah besar IgM diproduksi saat lahir, dan kadar
dewasa dicapai pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD, dan IgE
lebih bertahap, da kadar maksimal belum dicapai hingga masa
kanak-kanak awal. Bayi yang disusui menerima imunitas aktif
yang banyak melalui kolostrum dan ASI. (Lowdermilk, 2013).

i. Sistem Integumen

Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah


daging) bebrapa jam setelah lahir, setelah itu warna kulit
memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat berbercak,
terutama di daerah sekitar ekstermitas. Tangan dan kaki terlihat
sedikit sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianosis
disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, statis kapiler, dan
kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini bersifat normal,
bersifat sementara, dan bertahan selama tujuh sampai sepuluh
hari, terutama bila terpajan dengan udara dingin. (Lowdermilk,
2013).

1) Kaput Suksedenum

Kaput suksedenum adalah edema pada kulit kepala.


Tonjolan edema yang terlihat saat bayi lahir
memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan
lenyap secara spontan dalam 3 sampai 4 hari.
(Babok, 2005). Tekanan menetap oleh serviks pada
vertex yang dipresentasikan mengakibatkan
komperesi dada pada pembuluh darah setempat,
sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran
balik vena yang diperlambat menyebabkan
meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan
terbentuk pembengkakan edematosa. (Lowdermilk,
2013)`

2) Sefahematoma

Sefahematoma adalah kumpulan darah diantara


tulang tengkorak dam periosteumnya. Perdarahan
dapat terjadi pada saat kelahiran spontan akibat
penekanan pada tulang panggul ibu. Sefahematoma
akan lenyap dengan spontan 3 sampai 6 minggu.
(Babok, 2005).

3) Kelenjar keringat

Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak


berespons terhadap peningkatan temperature
lingkungan atau tubuh. Beberapa hiperplasia
kelenjar sabasea janin dan sekresi sebum
diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada
kehamilan. Vernik kaseosa merupakan produk dari
kelenjar sabasea. Pelepasan vernik kaseosa diikuti
oleh deskuamasi epidermis pada sebagian besar
bayi. Verniks telah terbukti sebagai pelindung
epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti
menurunkan pH kulit, berkurangnya eritema kulit,
dan peningkatan hidrasi kulit (Visscher dkk, 2005).
Kelenjar sebasea putih yang kecil meonjol (milia)
dapat ditemukan pada muka bayi baru lahir
(Lowdermilk, 2013). Setelah sekitar dua minggu,
ketika kelenjar bersekresi, millia secara bertahap
menghilang (Babok,2005).
4) Deskuamasi

Deskuamasi adalah pengelupasan kulit. Pada kulit


bayi tidak terjadi sampai beberapa hari setelah lahir.
Deskuamasi saat bayi lahir merupakan indikasi
pasca maturitas. (Babok, 2005).

5) Bintik Mongolian

Bintik Mongolian, daerah pigmentasi hitam


kebiruan, dapat tampak pada berbagai bagian
permukaan luar tubuh, meliputi ekstermitas. Bintik-
bintik ini lebih sering ditemukan pada bayi baru
lahir dengan asal etnik dari daerah mediterania,
Amerika Latin, Asia ata Afrika. Bintik ini akan
menghilang perlahan setelah beberapa bulan atau
tahun. (Lowdermilk, 2013).

6) Nevus

Nevus telaniektasis dikenal sebagai “gigitan burung


strok”, berwarna pink dan mudah memudar. Nevus
terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian
atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher.
Nevus ini tidak dimiliki artian klinis dan menghilang
pada tahun kedua kehidupan. (Lowdermilk, 2013).

7) Eritema Toksikum

Bercak sementara, disebut juga eritema neonatorum,


bercak bayi baru lahir, atau dermatitisngigitan
nyamuk. Bercak ini ditemukan pada neonatus matur
selama tiga minggu pertama kehidupan. Eritema
toksikum membuat lesi dalam tahapan yang
berbeda: macula, papul, dan vesikel kecil
eritematosa. Lesi dapat muncul tiba-tiba dibagian
tubuh manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai
respon terhadap inflamasi. Eosinophil, yang
membantu mengurangi inflamaasi, ditemukan dalam
vesikel. Walaupun penampilannya seperti
berbahaya, bercak ini tidak memiliki artian klinis
dan tidak membutuhkan pengobatan. (Lowdermilk,
2013).

8) Ikterik

Ikterik adalah warna kekuningan yang mungkin


terlihat pada kulit atau pada sclera mata. Ikterik
disebabkan karena bilirubin bebas yang berlebihan
dalam darah dan jaringan. Hampir 60% semua bayi
memperlihatkan ikterik pada hari kedua dan ketiga.
Biasanya hari ketujuh ikterik ini akan menghilang.
Hal ini disebut ikterik fisiologis atau ikterik
nwonatorum. (Babok, 2005).

j. Sistem reproduksi

1) Wanita

Pada bayi baru lahir cukup bulan labia mayora dan


labia minora menurupi vestibulum.

2) Pria

Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.


Testis turun ke skrotum pada 90% bayi baru lahir
normal.

3) Pembengkakan payudara

Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis


kelamin bayi baru lahir disebabkan oleh peningkat
estrogen selama masa hamil.
k. Sistem skeletal

Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat dari


panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang dari pada tungkai.
Pada bayi baru lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan
dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak
melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihan lengkungan pada
telapak kaki. Garis-garis telapak tangan sudah terlihat, terlihar
juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan. (Babok, 2005).

l. Sistem neoruvaskuler

Aktivitas motoric yang spontan dapat dilihat dalam tremor


sementara pada mulut dan dagu khususnya selama menangis dan
pada ekstermitas khususnya lengan dan tangan. Tremor ini
adalah normal dan dapat dilihat segera pada setiap bayi. gerakan
tonik dan klinik yang mencolok serta kdutan otot wajah
merupakan tanda konvulsi (kejang). Kontrol neuromuskuler
pada bayi meskipun maasih sangat terbatas dapat ditemukan jika
bayi wajahnya ditempatkan pada tempat yang rendah diatas
permukaan yang kuat, mereka akan memutar kepala kesamping
untuk mempertahankan aliran udara. Mereka mampertahankan
posisi kepala sejajar dengan tubuh jika merka mengangkat tubuh
dengan bantuan tangan. Berbagai reflex membantu
meningkatkan keselamatan mereka dan pamasukan makanan
yang mencukupi. (Lowdermilk, 2013)

Refleks-refleks yang bias ditemukan pada neonatus yang


normal (Patricia, 2005) adalah:

1) Refleks morro

Dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang


rata yang ada di dekatnya dimana dia terbaring
dengan posisi terlentang. Atau dengan cara memberi
isyarat kepada bayi, dengan satu teriakan kencang
atau gerakan yang mendadak. Respon bayi baru lahir
berupa menghentikan tangan dan kaki kea rah
keluar, sedangkan lurut flexi. Tangan kemudian
akan kembali kea rah dada seperti posisi bayi dalam
pelukan, jari-jari Nampak terpisah membentuk huruf
C, dan bayi mungkin menangis.

2) Refleks tonik leher (Tonik neck)

Didapatkan dengan cara menstimulus bayi dengan


sebuah objek, atau dengan suara pemeriksa. Respon
bayi berupa gerakan memutar kepala ke kanan dank
e kiri sesuai dari arah mana rangsangan diberikan.

3) Refleks menyusui

a) Refleks mencari (rooting)

Dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan


lidah bayi kearah sentuhan disudut mulut atau
pipi. refleks ini biasanya menghilang pada usia
7 bulan. Didapat saat sisi mulut/pipi bayi
baru lahir atau saat dagunya disentuh.
Sebagai respon, bayi akan menoleh ke samping
untuk mencari sumber objek.

b) Refleks menghisap (sucking)

Merupakan penghisapan secara kuat jari tangan


atau putting susu ketika dimasukan kedalam
mulut, dan bayi akan membuka mulutnya untuk
menghisap.

c) Refleks menelan (swallowing)


Menelan secara tepat cairan yang dimasukan
kedalam mulut. Refleks ini dapat diobservasi
dengan mudah selama makan. Cairan harus
ditelan dengan mudah, tanpa kesedak, batuk,
atau muntah.

4) Refleks melangkah (stapping)

Jika bayi diberidirikan dengan memegang badannya


dibawah kedua lengannya sedemikian rupa
sehingga kedua kakinya menyentuh permukaan
yang keras, maka ia akan mengangkat mula-mula
tungkai yang satu dan kemudia tungkai lainnya
seperti gerakan mencoba berjalan atau melangkah.
Refleks ini biasanya menghilang setelah 48 jam.

5) Refleks Startle

Reaksi emosional berupa hentakan da gerakan


seperti mengejang pada lengan dan tangan,
kemudian sering diikuti dengan tangis. (JNPK-KR,
2007)

6) Refleks Babinski

Refleks Babinski atau hiperektensi jari kaki, terjadi


ketika bagian lateral dari telapak kaki bayi digores
dari tumit keatas dan menyilang pada kaki. Refleks
ini biasanya menghilang setelah berusia 1 tahun.

a) Refleks palmar graps

Didapatkan dengan cara menstimulasi


telapak tangan bayi dengan sebuah objek
atau dengan jari pemeriksa. Respon bayi
berupa menggenggam dan memegang erat
sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat
tidur.

b) Refleks plantar grap

Yaitu menggenggam telapak kaki, ditempatka


jari pemeriksa pada pangkal jari kaki.

4. Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo, (2005) tujuan utama perawatan bayi


segera sesudah lahir, adalah:
a. Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis
spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung
menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang
keras dan hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang Bersihkan hidung, rongga mulut dan
tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
3) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong
sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari
dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat
dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat
dengan alkohol 70% atau povidon iodin 10% serta dibalut
kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau
setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali pusat,
pastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir,
bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap
hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
d. Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya
perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 1 mg I.M
e. Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara
perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan
untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di
daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru
lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual).
f. Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu
tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar
bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi
yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek
dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama
(bayi, nyonya) tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di setiap tempat
tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identifikasi.
g. Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru
lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru
5. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama.
Waktu pemeriksaan bayi baru lahir yaitu:
a. Baru lahir sebelum usia 6 jam
b. Usia 6-48 jam
c. Usia 3-7 hari
d. Minggu ke-2 pasca lahir
Langkah-langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis)
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernafasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut
jantung serta perut
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi
Pemeriksaan Fisik yang Keadaan Normal
Dilakukan

Lihat postur, tonus dan aktivitas  Posisi tungkai dengan lengan fleksi
 Bayi sehat dan bergerak aktif
Lihat kulit  Wajah, bibir dan selaput lender,
dada harus berwarna merah muda,
tanpa adanya kemerahan atau bisul
Hitung pernapasan dan lihat tarikan  Frekuensi normal 40-60x/menit
dinding dada bawah ketika bayi  Tidak ada tarikan dinding dada
sedang tidak menangis bawah yang dalam

Hitung denyut jantung dengan  Frekuensi denyut jantung normal


meletakkan stetoskop di dada kiri 120-160x/menit
setinggi apeks kordis

Lakukan pengukuran suhu ketiak  Suhu normal adalah 36,5-37,5°C


dengan thermometer

Lihat dan raba bagian kepala  Bentuk kepala terkadang asimetris


karena penyesuaian pada saat proses
persalinan, umumnya hilang dalam
48 jam
 Ubun-ubun besar rata atau tidak
menonjol, dapat sedikit menonjol
saat bayi menangis

Lihat mata  Tidak ada kotoran/secret

Lihat bagian dalam mulut  Bibir, gusi, langit-langit utuh dan


tidak ada bagian terbelah
 Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan
Masukkan satu jari yang mengisap kuat jari pemeriksa
menggunakan sarung tangan ke
dalam mulut, raba langit-langit

Lihat dan raba perut  Perut bayi datar, teraba lemas

Lihat tali pusat  Tidak ada perdarahan,


pembengkakan, nanah, bau yang
tidak enak pada tali pusat, atau
kemerahan sekitar tali pusat
Lihat punggung dan raba tulang  Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
belakang lubang dan benjolan pada tulang
belakang
Pemeriksaan ekstremitas atas dan  Tidak terdapat sindaktili, polidaktili,
bawah siemenline, dan kelainan kaki (pes
equino varus da vagus)
Lihat lubang anus  Kulit terlihat utuh tidak terdapat
tanda inkontenesia fese
 Hindari memasukkan alat atau jari  Terlihat lubang anus dan periksa
dalam memeriksa anus apakah mekonium sudah keluar
 Tanyakan pada ibu apakah bayi  Biasanya mekonium keluar dalam
sudah BAB 24 jam setelah lahir
Lihat dan raba alat kelamin luar  Bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih atau
Tanyakan kepada ibu apakah bayi
kemerahan
sudah BAK
 Bayi laki-laki terdapat lubang uretra
pada ujung penis. Teraba testis di
skrotum
 Pastikan bayi sudah BAK dalam 24
jam setelah lahir
 Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, missal.hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda

Timbang bayi  Berat lahir 2,5-4 kg


 Dalam minggu pertama, BB
Timbang bayi dengan menggunakan mungkin turun dahulu (tidak
selimut, hasil peimbangan dikurangi melebihi 10% dalam waktu 3-7 hari)
berat selimut baru kemudian naik kembali

Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52 cm


kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37 cm

Penilaian Bayi Baru Lahir Normal


APGAR SCORE

APGAR 0 1 2

Appearance/ Biru/pucat Badan merah, Seluruh


warna kulit seluruh tubuh ekstremitas biru tuubuh merah

Pulse/denyut
Tidak terdengar <100x/menit >100x/menit
jantung

Gerakan
Grimace/reflek Tidak ada respon Gerakan sedikit
kuat/melawa
iritability
n

Activity/tonus Fleksi pada


Lemah Gerakan aktif
otot ekstremitas

Menangis Menangis
Respiration Tidak ada
lemah/merintih kuat

Interpretasi skor:
0–3 : asfiksia berat
4–6 : asfiksia sedang
7 – 10 : asfiksia ringan
6. Penatalaksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Tes Diagnostik (Hutahaean, 2009)


1) Hemoglobin (14-22 g/dl)
2) Hematocrit (43-61%)
3) Eritrosit (4,2-6 juta/mm3)
4) Leukosit (5.000-30.000/mm3 , Jika ada infeksi <5.000/mm3)
5) Trombosit (150.000-350.000/mm3)
6) Volume darah (85cc/kgBB)
7) Pemeriksaan golongan darah resus
8) Bilirubin total (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl pada hari ke 1 sampai ke 2, 12 mg/dl pada hari
ke 3 - ke 5)

b. Terapi
1) Pemberiaan vitamin K
Pemberiaan vitamin K penting untuk mempertahankan
mekanisme pembekuan darah yang normal pada bayi
yang baru lahir. Vitamin K diberikan juga sebagai
tindakan pencegahaan terhadap perdarahan (Patricia,
2005). Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1
(phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan
promthrombin. Pemberiannya bisa secara parenatal,
0,5-1 mg IM di paha kiri dengan satu kali segera
setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberia vitamin K1
bisa juga secara oral dengan ketentuan 2 mg apabila
berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah
lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada
hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500
gram, dosis yang diberikan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama yaitu pertama dan keempat
setelah lahir (Ummukautsar, 2010).
2) Pemberian obat tetes mata
Pada jam pertama persalinan perlu diberikan obat tetes
mata untuk mencegah penyakit mata, yaitu diteteskan
eritomisin 0,5% atau ertetrasikin 1%. Yang sering
dipakai adalah larutan pera nitrat/Neosporin.
Pemberiannya diteteskan pada bagian dalam dari
konjungtiva kelopak baawah mata. Dosis umumnya
masing- masing mata satu tetes. Sedangkan salep mata
biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
(Ummukautsar, 2010)`

3) Pemberiaan imunisasi Hepatitis B


Berikan imunisasi Hepatitis B regimen tunggal
sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan (segera setelah
lahir). Usia 1 bulan, usia 6 bulan; atau pemberian
regimen kombinasi sebanyak 4 kali, pada usia 0 bulan,
usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan
pemberian imunisasi Hepatitis B. (JNPK-KR, 2007).
PATHWAY Bayi baru lahir

Perubahan fisiologis

Sistem Respirasi Sistem Kardiovaskular Sistem GI Termoregulasi Pemotongan tali pusat

Asam lambung ↓Adaptasi hangat ke dingin (kehilangan panas)


Port de entry bakteri
Hipoksia, tekanan pada rongga dada, penumpukan CO2,
Alveolus
perubahan
terisi suhu
O2

Kolik Risiko infeksi


Resistensi
vascular paru ↓
Distress di antara Meningkatkan panas Kegagalan
Merangsang saraf
waktu makan peningkatan panas
pernapasan Resistensi
vascular paru ↓
Non shivering
Tidak ada Pernapasan Risiko nutrisi kurang termogenesis Hipotermia
surfaktan pertama bayi Tekanan a. dari kebutuhan tubuh
pylmonalis ↓
Pembakaran
brown fat Aktivitas otot
Alveolus tdk Pengeluaran
Tekanan atrium
berfungsi cairan paru
kanan ↓
Menangis, menggigil
Cairan pada Tekanan
Ketidakefe Alirah darah paru masuk jantungatrium kiri tdk adekuat
jalan napas
k tivan pola
napas
Ketidakefektiva Tekanan atrium kiri ↑ Foramen ovale tdk menutup
Percampuran Hipoksia Gangguan
n bersihan jalan
napas darah jaringan perfusi jaringan
Penutupan foramen ovale
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL)

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu,
perkembangan social dan riwayat pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
4) Intra Partum event :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan
42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama
pada kala I dan II KPD 24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan,
infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR
lebih dari 120 x sampai dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan
pada telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup
sebelah lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan
perubahan kulit.
1) Dada
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang,
auskultasi untuk menghitung denyut jantung,
perhatikan bunyi nafas pada setiap dada.
2) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang
berbentuk seperti kubam atau tidak ada anomaly,
perhatikan jumlah pembuluh darah pada tali pusat.
3) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.

4) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama,
bayi tampak semi koma saat tidur ; meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata
cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
5) Pernapasan dan Peredaran Darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir,
untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya
dengan pernapasan dan peredaran darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara
praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh
tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar
antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah
kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60
kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh
tubuh bayi adalah kemerahan.Tekanan darah sistolik
bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan
pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering
menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
6) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada
aksila atau pada rektal.
7) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus,
lembut dan padat dengan sedikit pengelupasan,
terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat
lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah
lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
8) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan
bentuk, kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada
semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung
kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
9) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
umbilikalis.Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada
perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
10) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi
rangsangan yang mengagetkan akan terjadi
refleks lengan dan tangan terbuka.
b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila
telapak tangan dirangsang akan memberi
reaksi seperti menggenggam. Plantar graps,
bila telapak kaki dirangsang akan memberi
reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya
ditekankan pada bidang datang atau diangkat
akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi
disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi yang
disentuh itu mencari puting susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila
memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi akan
membuat gerakan menghisap.
11) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat
badan fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai
melampaui 10% dari berat badan lahir.Berat badan
lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
12) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental
berwarna gelap hitam kehijauan dan lengket.
Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
13) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar lengan atas dan panjang badan dengan
menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-
occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm,
mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34
cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang
badan normal 48-50 cm.
14) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau
edema, tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas
mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit
mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan stress akibat dingin,
perubahan temperature tubuh
b. Hipotermia tubuh berhubungan dengan eperdemis tipis dengan
pembuluh darah dekat pada kulit.
c. Resiko infeksi dengan kulit rusak, jaringan trauma,
ketidakadekuatan imunitas yang didapat.

d. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kebutuhan kalori tinggi,


intake tidak adekuat.

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Pola nafas tidak Setelah dialukukan Manajemen jalan


efektif asuhan keperawatan 3x 24 nafas
jam diharapkan pola nafas
Observasi
membaik
a. Monitor pola
Kriteria Hasil: napas (frekuensi,
a. Ventilasi semenit kedalaman, usaha
meningkat napas)

b. Monitor bunyi
b. Kapasitas vital napas tambahan
meningkat (mis. Gurgling,
mengi, wheezing,
ronkhi kering
c. Diameter thoraks
anterior- c. Monitor sputum
posterior (jumlah, warna,
meningkat aroma)

Teraupetik
d. Tekanan
Pertahankan
ekspirasi meningkat
kapatenan jalan
nafas dengan head-
e. Tekanan tilt dan chin lift
inspirasi meningkat (jaw thrust jika
curiga trauma
servikal)
f. Dispnea
menurun
b. Berikan minum
g. Penggunaan otot hangat
bantu napas
c. Lakukan
menurun
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
h. Pemanjangan fase
d. Lakukan
ekspirasi menurun
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
i. Ortopnea endotrakeal
menurun
e. Keluarkan
j. Pernafasan sumbatan benda
pursed lip padat dengan
menurun forcep McGill

k. Pernafasan cuping f. Berikan oksigen


hidung menurun
Edukasi

a. Anjurkan asupan
cairan 2000
l. Frekuensi
ml/hari
napas
membaik Kolaborasi

m. Kedalaman nafas a. Kolaborasi

baik pemberian
bronkodilator,
n. Ekrusi dada ekspektoran,
membaik
mukolitik

2. Hipotermia Setelah dilakukan Manajemen


asuhan keperawatan Hipotermia
3x 24 jam
a. Monitor suhu
diharapkan tanda dan
tubuh
gejalah hipotermia
menurun b. Monitor nadi dan
Kriteria Hasil: pernafasan

Termoregulasi c. Pertahankan suhu


tubuh bayi
a. Suhu tubuh bayi
dalam rentang d. Selimuti bayi segera
normal (36,5- setelah lahir
37,5°C)
e. Tempatkan bayi
b. Warna kulit baru lahir dalam
merah muda inkubator dibawah
penghangat sesuai
kebutuhan

3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi


keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan resiko infeksi
a. monitor tanda dan
menurun
gejala infeksi
Kriteria Hasil:
Teraupetik
a. kebersihan
a. batas jumlah
tangan dan pengunjung
badan
b. berikan
meningkat
perawatan kulit
pada area edema
b. nafsu makan
meningkat c. cuci tangan
sebelum dan
c. demanm, sesudah kontak
kemerahan,
nyeri, bengkak dengan pasien
menurun d. pertahankan
teknik asepti
d. drainase
pada pasien
purulen dengan resiko
menurun tinggi

e. priode
menggigil
menurun

f. latergi
menurun

g. kadar sel darah


putih membaik

h. kultur darah,
urin, sputum,
area luka
membaik

4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


asuhan keperawatan
Observasi
3x24 jam
diharapkan status a. Identifikasi status
nutrisi membaik nutrisi

b. Identifikasi alergi
Kriteria Hasil:
dan intoleransi
a. Kekuatan otot makanan
menguya
c. Identifikasi
h
kebutuhan kalori
meningka
dan jenis nutrien
t
b. Kekuatan otot d. Identifikasi
menelan
meningkat
c. Serum
albumin
meningkat
d. Verbalisasi perlunya
keinginan penggunaan selang
untuk nasogatrik
meningkatkan
e. Monitor asupan
nutrisi
makanan
meningkat
f. Monitor berat
e. Pengetahuan
badan
tentang pilihan
makanan yang g. Monitor hasil
sehat pemeriksaan
meningkat laboratorium

f. Pengetahuan Teraupetik
tentang
a. Lakukan oral
standar asupan
hygiene sebelum
nutrisi yang
makan , jika perlu
tepat
meningkat b. Fasilitasi
menentukan
g. Penyiapan dan
pedoman diet
penyimpanan
(mis. Piramida
minuman
makanan)
aman
meningkat c. Berikan makanan
tinggi serat untuk
h. Penyiapan dan
mencegah
penyimpanan
konstipasi
makanan aman
meningkat d. Berikan makanan
tinggi kalori dan
i. Sikap terhadap
tinggi protein
makanan/
minuman e. Berikan
suplemen
sesuai dengan makanan, jika
tujuan perlu
kesehatan
f. Hentikan
meningkat
pemberian
makanan melalui
selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
Pereda nyeri,
atlemetik)

b. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang dibutuhkan,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan:


Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Bobak, Lowdermilk, & jensen, 2006, Maternity Health Women Care, 7th
edition, Mosby, Philadelphia.

MNH, JNPK-KR dan DepKes. 2003. Buku Acuan Persalinan Normal.


Jakarta : DepKes

Anda mungkin juga menyukai