Disusun Oleh:
( ) ( )
TP. 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat
paling penting untuk penatalaksanaan stres, karena hospitalisasi. Anak-anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra
sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan
tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka
dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2009).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,
selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan
kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang
asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya
terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan
kecemasan / ketakutan (Carson, dkk, 2012)
Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan
bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak
ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit. Pemberian terapi
bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik. Pada kenyataannya
tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik, ada sebagian
yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kami melakukan terapi bermain di rumah sakit
khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan keperawatan dapat
menunjang proses penyembuhan dan dapat menunjang tumbuh kembang anak selama
di Rumah Sakit (Elizabeth B Hurlock, 2009).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan dari terapi bermain ialah untuk mengembangkan aktifitas dan
kreatifitas supaya beradaptasi terhadap stres karena penyakit dan pengobatannya.
Dengan bermain anak dapat mencapai tugas perkembangannya secar optimal,
sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi sakit (soetjiningsih, 2015)
2. Tujuan khusus
Secara teoritis tujuan bermain secara khusus ialah:
a. Meningkatkan stimulasi motorik kasar dan halus pada anak
b. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal pemilihan warna dalam
menunjukkan gambar.
c. Meningkatkan tumbuh kembang anak sesuai dengan usia nya
d. Meningkatkan perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak usia pre-
school.
e. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga
anak tidak kehilangan waktu bermain.
f. Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat
proses kesembuhan anak.
g. Mampu berinteraksi dengan tenaga kesehatan
h. Membuat suasana gembira dan senang. (wong, 2009).
BAB II
TERAPI BERMAIN
A. Pengertian
Bermain adalah suatu konsep yang sangat penting bagi anak. Konsep pembelajaran
pada anak adalah bagaimana mereka bermain. Dengan bermain mereka belajar tentang
dunia luar dan lingkungannya dimana mereka berada. Fungsi khusus bermain pada
anak mencakup perluasan ketrampilan sensori motorik, kreativitas, intelektual dan
perkembangan sosial. Berikut adalah fungsi bermain pada anak (Wong, 2009).
1. Perkembangan fisik
a. Perkembangan ketrampilan gerakan halus dan kasar
b. Koordinasi oto-otot
c. Eksplorasi
d. Stimulasi kinestetik
e. Perkembangan sendi dan tulang
2. Perkembangan kognitif
a. Penggunaan rasa : sentuhan, penglihatan, pendengaran, bau dan rasa
b. Belajar mengenal warna, ukuran, ketajaman, tekstur, objek yang penting
c. Penyelesaian masalah, berpikir kritis
d. Kreativitas
e. Koordinasi tangan – kaki
3. Perkembangan emosional
a. Belajar strategi koping
b. Memberikan jalan keluar pada stress
c. Mengembangkan kesadaran diri
d. Memberikan bermain, dengan memberikan rasa atau makna penting
e. Perkembangan social
f. Ketrampilan perkembangan social
g. Belajar salah dan benar
h. Belajar membedakan peran melalui permainan imaginative
4. Perkembangan moral
a. Belajar berprilaku yang dapat diterima dan tidak diterima
b. Belajar sharing menyadari perasaan orang lain
c. Belajar siapa mereka dan tempat mereka dialam ini
B. Tipe Bermain
Menurut Erlita (2006), terdapat beberapa tipe bermain bagi anak, tergantung pada
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa tipe bermain pada anak sesuai
dengan perkembangan usia.
1. Solitary play
a. Mulai dari bayi dan pada umumnya adalah toodler
b. Merupakan jenis permainan dimana anak bermain sendiri atau independent
walaupun ada beberapa orang lain disekitarnya. Hal ini karena keterbatasan
social, ketrampilan fisik dan kognitif.
2. Parallel play
a. Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau pra sekolah yang masing-
masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung
b. Karakteristik khusus pada usia toddler.
3. Associative play
a. Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok
b. Mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah
c. Merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisir secara formal. Jadi belum ada pembagian tugas
diantara anak dan mereka bermain sesuai keinginannya.
4. Cooperative play
a. Permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada
yang memimpin
b. Dimulai dari anak pra sekolah
5. Onlooker play
a. Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut
bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu.
b. Biasanya dimulai pada usia toddler
6. Therapeutic play
a. Pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi
b. Dapat membantu mengurangi stress, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis.
c. Permainan dengan menggunakan alat-alat medic dapat menurunkan kecemasan
dan untuk pengajaran perawatan diri
d. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti ; menggunakan
boneka untuk diperagakan melakukan penyuntikan atau dengan mengunakan
gambar-gambar seperti pemasangan gips, injeksi, pasang infuse dan
sebagainya.
C. Manfaat Bermain
Menurut Erlita (2006) manfaat-manfaat yang didapat dari bermain, antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot
dan organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
D. Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi (Soetjiningsih, 2008)
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
b. Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
c. Bermain konstruksi (Construction Play)
d. Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
e. Bermain drama (Dramatic Play)
f. Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
g. Bermain fisik
h. Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. (soetjiningsih, 1995).
Contoh: Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton
televisi dsb.
Menurut Soetjiningsih (1995), dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
E. Alat Permainan Edukatif (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk (Erlita, 2006) :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dan lain-lain.
Contoh alat bermain Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dan lain-
lain.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dan lain-lain.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dan lain-lain.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil
warna, radio, dan lain-lain.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat.
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dan lain-lain.
B. Sasaran
Anak yang dirawat di ruang anak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Anak dengan usia prasekolah
2. kesadaran compos mentis
3. tanda vital stabil
4. tidak bertentangan jenis penyakit dipandang dari sudut penularan
5. pada usia perkembangan yang sama
6. tidak ada kontra indikasi dari aspek medis
G. Pengorganisasian
Leader Desi Rofiqo KhoirotunNisa
H. Pembagian Tugas
1. Leader : Desi Rofiqo Khoirotun Nisa
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader : Siti Nurkhasanah
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang
akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Notulen : Iin Gustira
Peran notulen
a. mencatat dan mendokumentasikan proses terapi bermain dari awal hingga akhir
b. mencatat waktu dan tempat dilaksanakannya terapi bermain
c. mencatat jumlah anak yang mengikuti terapi bermain
4. Observer : Arfian Jefri Ardiyanto
Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
5. Fasilitator : Veviola Fitri
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
d. Duduk disamping anak dan memberikan motivasi
I. Strategi
No Terapis Waktu Subjek Tercapai
1. Persiapan :
1. Menyiapkan ruangan 1. Ruangan, alat, bahan,
5 menit
2. Menyiapkan alat dan bahan anak dan keluarga
3. Menyiapkan anak dan keluarga siap
2. Proses :
1. Membuka proses terapi 1. Menjawab salam,
bermain dengan mengucap kan Memperkenalkan diri,
salam, memperkenalkan diri. Memperhatikan.
2. Menjelaskan pada anak dan 2. Bermain bersama
keluarga tentang tujuan dan 30 menit dengan antusias dan
manfaat bermain, menjelaskan mengungkapkan
cara permainan. perasaannya.
3. Mengajak anak bermain .
4. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.
3. Penutup :
Menyimpulkan dan mengucapkan Memperhatikan dan
5 menit
salam menawab salam
K. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi bermain sudah disusun
b. Program sudah direncanakan sebelumnya
c. Semua anak yang memenuhi kriteria dapat mengikuti terapi bermain
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias mengikuti terapi bermain
b. Tidak ada peserta yang bosan atau drop out
c. Keluarga dapat bekerja sama dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Anak merasa senang dan terhibur
b. Gambar dapat diwarnai dengan baik,
c. Balok, gambar, dan bongkar pasang membuat bentukan.
d. Kertas dapat dilipat membentuk benda-benda kesukaan anak.
Lampiran materi
TEBAK GAMBAR HEWAN
A. Pengertian
Permainan tebak gambar hewan ialah permainan menebak gambar hewan yang
diberikan pada anak untuk melatih kecerdasan dan daya ingat anak.
B. Tujuan
1. melatih daya ingat anak
2. mengembangkat daya pikir anak
3. melatih emosional anak
C. Sasaran
Stimulan motorik halus anak usia prasekolah
D. Persiapan alat
Kartu gambar hewan
E. Prosedur kerja
1. Perkenalan
2. Perawat menerangkan nama-nama hewan setiap kartu
3. Perawat mengacak kartu hewan
4. Perawat menyebut salah satu nama hewan
5. Perawat menginstruksikan kepada anak untuk mencari kartu mana yangs sesuai
dengan nama hewan yang disebutkan oleh perawat
DAFTAR PUSTAKA
Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. (2015). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC