Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

Disusun Oleh:
VEVIOLA FITRI
2130282082

DOSEN PEMBIMBING CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TP. 2021/2022
I. KONSEP DASAR KATARAK
A. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
(Brunner & Suddarth, 2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Tamsuri,
2011).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan dapat terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu
(Ilyas, 2005).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang (Corwin, 2000)
Jadi dapat disimpulkan Katarak adalah penyakit pada mata yang menyebabkan
penglihatan menjadi buram akibat hidrasi pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh sehingga
ketajaman penglihatan berkurang, biasanya terjadi akibat proses penuaan.

B. Anatomi dan Fisiologi


Bola mata adalah organ penglihat.  Struktur yang berhubungan dilindungi dan
dilingkupi dalam tulang berongga bulat dianamakan orbita, serta dilindungi sejumla
struktur, seperti kelopak mata,alis, konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatu
lakrimalis). Bola mata yang menempati bagian kecil dari orbita, dilindungi dan dialasi
oleh lemak yang terletak di belakang bola mata. Saraf dan pembuluh darah yang
mensuplai nutrisi dan mentransmisikan impuls ke otak juga dalam orbita. Orbita
merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya cairan, darah, dan udara karena
letak anatominya yang dekat dengan sinus dan pembuluh darah. Pendesakan
komponen lain ke lengkungan orbita dapat menyebabkan pergseran, penekanan, atau
protusi bola mata dan struktur di sekitarnya. Meskipun ada perbedaan individual pada
mata tiap orang, biasanya ukuran dan posisinya mendekati semetris.
Bagian - bagian biji mata mulai dari depan hingga belakang       :
1. Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan
skelera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas berberapa
lapisan. Lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan
konjungtiva.
2. Bilik anterior ( kamera okuli anterior),yang terletak antara kornea dan iris.
3. Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
koroid. Iris berisi 2 kelopak serabut otot tak sadar atau otot polos-kelompok
yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain
melebarkan ukuran pupil itu.
4. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris,
tempat cahaya yang masuk guna mencapai retina.
5. Bilik posterior( kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa.
Bilik kanan. Baik bilik anterior maupun bilik anterior maupun bilik
posterior diisi dengan akueus humor.
6. Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke
dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus
yang dikenal sebagai saluran schlemm.
7. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan
belakang) yang terdiri atas berberapa lapisan. Lensa terletak peris di
belakang iris. Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspesorium
terdapat di depan maupun dibelakang lensa itu, yang berfungsi mengaitkan
lensa itu pada korpus siliare. Bila legamentum suspensorium mengendur,
lensa mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamen mengendurnya lensa
dikendalikan kontraksi otot siliare.
8. Vitreus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga
retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seprti agar-
agar yaitu vitreus humor. Vitreus humor berfungsi memberi bentuk dan
kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dan
selaput koroid dan sklerotik.

C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan 
2. Kongenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.  
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/
gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik 

D. Tanda dan Gejala


1. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap
2. Kesulitan melihat ketika malam hari
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat, misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning
8. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda

E. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien , katarak dapat dibagi dalam :
a. Katarak kongenital , katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir ( sudah
terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenil , katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah
usia 40 tahun
c. Katarak presentil ,katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjdi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis
1) Katarak insipien: pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal , ahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat perriksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini sering kali tidak merasa akan keluhan atau
gangguan pada pengelihatannya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung
dan bertambah sampai menyeluruh bagian lensa sehngga keluhan yang
sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan
membaca , penglihatan kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari- hari
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah
merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada
struktur mata yang lainnya.
F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

H. Penatalaksanaan Medis
Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak
intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari
pembedahan adalah kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau
katarak yang menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local
dengan rawat jalan. Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi
kecuali dilakukan pembedahan(Baughman, 2000).
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan
katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa
mata atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa
intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang
dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap
keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan
untuk mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti
dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada
kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan
segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30
menit dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama
operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.
Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent.
Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
 Lensa diangkat seluruhnya
 Keuntungannya prosedur mudah dilakukan
 Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment
(lepasnya retina )

b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam
obat tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan
penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan
aktifitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis
protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah
lapisan protein yang menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap
“diicuci” shg lepas dari lensa dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna
putih kekuningan.
SARAN
Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi
buah-buahan yang banyak mengandung vit.C, vit.A, dan vit E.
I. Komplikasi
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi
maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan
resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias
dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi.
Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang
terjadi.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI
KATARAK
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
c. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak
secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi
steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (Bruce, Cris, & Anthiny, 2005)
d. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
1) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
2) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain,
3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu.
3) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
4) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan
berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
5) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk,
warna, bau dan frekuensi.
6) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan
nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
7) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
8) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
9) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalh saat menstruasi.
10) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung
dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien
dirawat di rumah sakit.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen / mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf
atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED): menunjukkan anemi sistemik / infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS: menentukan adanya/ kontrol diabetes.

B. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan Katarak
b. Risiko cedera yang dibuktikan oleh faktor internal (peningkatan tekanan intra
orbital (TIO)), Gangguan penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi, kekhawatiran
(SDKI, 2018).
C. Rencana Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan intervensi Minimalisasi Rangsangan
penglihatan berhubungan keperawatan selama ….x24 1. Periksa status mental, status
Katarak jam, maka Persepsi Sensori sensori, dan tingkat
Membaik kenyamanan (misalnya nyeri,
Gejala dan Tanda Mayor kelelahan)
Subjektif : Kriteria Hasil: 2. Diskusikan tingkat toleransi
1. Mendengar suara bisikan 5 (menurun) terhadap beban sensori
atau melihat bayangan 1. Verbalisasi mendengar (misalnya bising, terlalu terang)
2. Merasakan sesuatu melalui bisikan 3. Jadwalkan aktivitas harian dan
indera perabaan, penciuman 2. Verbalisasi melihat bayangan waktu istirahat
atau pengecapan 3. Verbalisasi merasakan 4. ajarkan cara meminimalisasi
Objektif : sesuatu melalui indra stimulus (misalanya mengatur
1. Distorsi sensori perabaan pencahayaan ruangan,
2. Respon tidak sesuai 4. Verbalisasi merasakan mengurangi kebisingan,
3. Bersikap seolah melihat, sesuatu melalui indra membatasi pengunjung)
mendengar, mengecap, penciuman 5. Kolaborasi pemberian obat yang
meraba, atau mencium 5. Verbalisasi merasakan mempengaruhi persepsi
sesuatu sesuatu melalui indra stimulus
Gejala dan Tanda Minor pengecapan
Subjektif: 6. Distorsi sensori
1. Menyatakan kesal 7. Perilaku halusinasi
Objektif: 8. Menarik diri
1. Menyendiri 9. Melamun
2. Melamun 10. Curiga
3. Konsentrasi buruk 11. Mondar-mandir
4. Disorientasi waktu, tempat, 5 (membaik)
orang atau situasi 1. Respon sesuai stimulus
5. Curiga 2. Konsentrasi orientasi
6. Melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri
Risiko cedera yang Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Cedera
dibuktikan oleh faktor keperawatan selama ….x24 1. Identifikasi area lingkungan
internal (peningkatan jam, maka Tingkat Cedera yang berpotensi menyebabkan
tekanan intra orbital (TIO)), Menurun. cedera
Gangguan penglihatan 2. Sediakan pencahayaan yang
Kriteria Hasil: memadai
Dengan Faktor Risiko: 5 (meningkat) 3. Sosialisasikan pasien dan
Eksternal : 1. Toleransi aktivitas keluarga dengan lingkungan
1. Terpapar patogen 2. Nafsu makan ruang ruawat (mis.
2. Terpapar zat kimia 3. Toleransi makanan penggunaan, telepon, tempat
toksik 5 (menurun) tidur, penerangan ruangan,
3. Terpapar agen 1. Kejadian cedera lokasi kamar mandi)
nosocomial 2. Luka/lecet 4. Gunakan pengaman tempat
4. Ketidakamanan 3. Ketegangan otot tidur sesuai dengan kebijakan
transportasi 4. Fraktur fasilitas pelayanan kesehatan
Internal : 5. Perdarahan 5. Diskusikan bersama anggota
1. Ketidaknormalan profil 6. Ekspresi wajah keluarga yang dapat
darah kesakitan mendampingi pasien
2. Perubahan orientasi 7. Agitasi 6. Jelaskan alas an intervensi
afektif 8. Iritabilitas pencegahan jatuh ke pasien
3. Perubahan sensasi 9. Gangguan mobilitas dan keluarga
4. Disfungsi autoimun 10. Gangguan kognitif
5. Disfungsi biokimia 5 (membaik)
6. Hipoksia jaringan 1. Tekanan darah
7. Kegagalan mekanisme 2. Frekuensi nadi
pertahanan tubuh 3. Frekuensi napas
8. Malnutrusi 4. Denyut jantung apical
9. Perubahan fungsi 5. Denyut jantung
psikomotor radialis
10. Perubahan fungsi 6. Pola istirahat/tidur
kognitif
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas
dengan rencana operasi , keperawatan selama ….x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
kekhawatiran mengalami jam, maka tingkat ansietas berubah (mis, kondisi, waktu,
kegagalan. menurun. stressor)
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda ansietas
Gejala dan Tanda mayor 5 (menurun) (verbar dan nonverbal)
Subyektif : 1. verballsasi kebingungan 3. Ciptakan suasana terapeutik
1. Merasa bingung 2. verballsasi khawatir akibat untuk menumbuhkan
2. Merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi kepercayaan
akibat kondisi yang 3. perilaku gelisah 4. Temani pasien untuk
dihadapi 4. perilaku tegang mengurangi kecemasan, jika
3. Sulit berkonsentrasi 5. keluhan pusing perlu
Objektif: 6. anoreksia 5. Motivasi mengidentifikasi situasi
1. Tampak gelisah 7. palpitasi yang memicu kecemasan
2. Tampak tegang 8. frekuensi pernapasan 6. Anjurkan keluarga untuk tetap
3. Sulit tidur 9. frekuensi nadi bersama pasien, jika perlu
10. tekanan darah 7. Latih kegiatan pengalihan untuk
Gejala dan Tanda Minor 11. diaphoresis mengurangai ketegangan
Subyektif: 12. tremor 8. Latih teknik relaksasi
1. Mengeluh pusing 13. pucat
2. Anoreksia 5 (membaik)
Persiapan Pembedahan
3. Palpitasi 1. konsentrasi
4. Merasa tidak berdaya 2. pola tidur 1. Identifikasi kondisi umum

Objektif: 3. perasaan keberdayaan pasien (mis. kesadaran,

1. frekuensi nafas meningkat 4. kontak mata hemodinamik, konsumsi

2. frekuensi nadi meningkat 5. pola berkemih antikoagulan, jenis operasi,

3. tekanan darah meningkat 6. orientasi jenis anastesi, penyakit

4. diaforesis penyakit,[seperti DM,

5. tremor hipertensi, jantung, PPOK,

6. muka tampak pucat asma], pengetahuan tentang

7. suara bergetar operasi, kesiapan psikologis)

8. kontak mata buruk 2. Onitor tekanan, darah, suhu,

9. sering berkemih nadi, pernapasan, BB, EKG

10. berorientasi pada masa lalu 3. Monitor kadar gula


4. Puasakan minimal 6 jam
sebelum pembedahan
5. Jelaskan tentang prosedur,
waktu dan lamanya operasi
6. Kolaborasi dengan dokter
bedah jika mengalami
peningkatan suhu tubuh,
hiperglikemi, hipoglikemi atau
perburukan kondisi

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik dengan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuhan klien, faktor – faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhankeperawatan, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi (Dinarti dan Mulyani, 2017).

E. Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner dan
Suddart, alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Bruce, J., Cris, C., & Anthiny, B. (2005). Lecture Notes Oftamology, alih bahasa oleh Asri
Dwi Rachmanwati. Jakarta: Erlangga.
Brunner, & & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Corwin. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ilyas, S. (2005). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga (3rd ed.). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ilyas, S. (2009). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. In Perpustakaan Universitas
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Litbang Kemkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
2013.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI) (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Dan Penglihatan : Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Vaughan, & Asbury. (2009). Opthamology Umum (17th ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai