Oleh:
(YEHESKIEL)
NIM: 2019.B.20.0509
Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Praktik Klinik Keperawatan I Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
Oleh:
(YEHESKIEL)
NIM: 2019.B.20.0509
Saya Bersumpah Bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Ini Adalah Hasil Karya Sendiri Dan
Belum Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh Gelar Dari Berbagai Jenjang
Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun
Yang Menyatakan,
(YEHESKIEL)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Yeheskiel
NIM : 2019.B.20.0509
Program Studi : D 3 keperawatan
Judul Studi Kasus : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.JP Pneumonia OKSIGENASI
DIRUANG GARDENIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA
Ditetapkan di : Palangkaraya
Penguji I pengujiII
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sertakarunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.Jp Oksigenasi Diruang
Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya’’
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperanserta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasameridhai
segala usaha kita. Amin
iii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian...........................................................................................................................4
2.1.2 Penyebab............................................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................................................................8
2.1.5 Komplikasi.........................................................................................................................9
2.2.1 Pengkajian........................................................................................................................11
iv
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................................15
2.3.1 Pengertian.........................................................................................................................15
2.3.2 Etiologi.............................................................................................................................16
2.3.4 Patofisiologi.....................................................................................................................17
3.2Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................39
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................50
5.2 Saran...............................................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB 1
PENDAHALUAN
Indonesia data tahun 2017 didapatkan angka insiden pneumonia di Indonesia sebesar 20,54
per 1000 balita. Jumlah kasus pneumonia balita di Indonesia tahun pada tahun 2013 hingga 2017
mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2013 ditemukan kasus pneumonia balita
sebanyak 571.547 kasus. Kasus tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi 657.490
kasus. Penurunan angka kasus terjadi pada tahun 2015 dengan besaran 554.650 kasus. Namun,
pada tahun 2016 kembali mengalami kenaikan hingga sebanyak 568.146 kasus dan menurun
pada tahun 2017 sebesar 511.434 kasus.
Palangka Raya ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang termasuk
dalam 10 besar penyakit tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan. Fokus dari Program
pengendalian ISPA adalah pneumonia Balita. Berdasarkan Riskesdas 2013, Pneumonia
merupakan penyebab kesakitan tertinggi Balita setelah diare yaitu 15.5%. Berdasarkan survei
registry Balitbangkes 2014, 23 balita meninggal setiap jam dan 4 diantaranya karena pneumonia.
Perkiraan pneumonia Balita secara nasional adalah 3.55% dari jumlah Balita yang harus
1
mendapat tatalaksana standar pneumonia balita. Berdasarkan laporan cakupan kasus pneumonia
di subdit ISPA dengan asumsi (normal forecast) besaran kasus rata-rata pertahun masih diatas
600.000 kasus per tahun hingga tahun 2019. Selain pneumonia, penyakit ISPA yang menjadi
perhatian adalah Influenza yang dapat berpotensi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat yang
meresahkan dunia (KKMD) bahkan dapat menjadi pandemi. Hal ini merupakan tantangan yang
memerlukan penguatan kapasitas SDM dengan kualifikasi memadai, disamping mampu
melaksanakan deteksi dan tatalaksana kasus sesuai standar, termasuk juga surveilans
epidemiologi, pencatatan dan pelaporan, advokasi program ISPA.
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran
nyata mengenai Asuhan Keperawatan pada tn.JP pneumonia diruang gardenia RSUD dr. doris
sylvanus palangkaraya
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata tentang
2
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi
dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).
A. klasifikasi
3
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi
dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau ganda.
B. Pembagian etiologis
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah. - Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya
nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan
4
pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih. - Bukan pneumonia, ditandai secara klinis
oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat
yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih. - Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan
kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
2.1.2 Penyebab
c. Haemophilus influenzae
d. Staphilococcus aureus
e. Mycoplasma pneumonia
f. Virus patogen
h. Stafilacoccus 8
j. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru melalui aliran darah, Seperti pada
kuman Stafilococcus, E.coli, anaerob enteric
Bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor, seperti jenis pneumonia,
usia, dan kondisi kesehatan secara kesuluruhan.
5
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala yang umum muncul jika Anda terkena penumonia, antara
lain:
Demam
Berkeringat
Menggigil
Susah bernapas
Dada sakit
Sementara, gejala yang cukup jarang terjadi tetapi bisa tetap muncul seperti:
Kepala sakit
Beberapa gejala tersebut umum dan sering terjadi pada orang yang mengalami penyakit
pneumonia dan akan berlangsung sekitar 24-48 jam. Namun, hal ini tergantung juga dengan
kondisi masing-masing individu.
Bahkan penyakit pneumonia pada anak juga dapat menimbulkan gejala yang berbeda. Berikut
adalah gejala yang akan muncul saat penyakit pneumonia pada anak terjadi:
Anak di bawah usia 5 tahun, bisa mengalami napas yang cepat dan tidak teratur.
6
Bayi akan menunjukkan gejala muntah-muntah, lemas, tidak berenergi, dan sulit makan
serta minum.
2.1.4 Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami
kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik,
penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas.3 Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada
pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.11Proses infeksi dimana patogen
tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan
inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan
komplemen) dan seluler (leukosit,
WOC
7
2.3.5 Komplikasi
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru dan
infark miokard akut.
e. Sepsis
8
I.Gangguan pertukaran gas
1. Radiologi
2. Laboratorium
3. Mikrobiologi
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik.
9
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi
pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis umumnya tidak tersedia
selama 12-72 jam.
Maka dari itu membedakan jenis pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan
berdasarkan kondisi klinis pasien dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan
menentukan pilihan antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.16 Tindakan suportif
meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan
intravena untuk memastikan stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif
(misalnya tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi
mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas.
2.2.1 Pengkajian
10
b. Pemeriksaan fisik Keadaan Umum : Klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari 400C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi
biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan
apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
B1 (Breathing)
Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya
retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami
terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan
produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent
Palpasi :
Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia
biasanya normal.
Perkusi :
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia
didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
Auskultasi ;
11
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien
tampak meringis. Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan, dan penurunan berat
badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien
terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari
12
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan,
penurunan masukan oral.
13
2.2.5 Evaluasi
e. Peningkatan aktivitas
f. Cairan kembali terpenuhi ditandai dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat, TTV normal.
2.3.1 Pengertian
14
2.1.2 Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2018), yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang
dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular,
kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
2.1.3 Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-
paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan
baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang
menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain
kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti
perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat
mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2017).
WOC
15
16
2.1.4 Manifestasi Klinis
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
2.1.5 Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas
vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (NANDA, 2017).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit
abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika
bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2017).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
17
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal
18
c. Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong Rebreathing) Merupakan teknik
pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35%-60% dengan aliran 6-15
liter/menit, serta dapat meningkatkan nilai PaCO2. Indikasi : Pasien dengan kadar
tekanan CO2 yang rendah. Kontra Indikasi : Pada pasien dengan retensi CO2 karena
akan memperburuk retensi (Asmadi, 2010).
d. Non Rebrathing Mask (Sungkup Muka Dengan Kantong NonRebreathing)
Merupakan teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi
mencapai 90% dengan aliran 6-15 liter/menit. Prinsipnya pada penggunaan masker
Non-Rebreathing ini adalah udara tidak bercampur dengan udara eskpirasi. Indikasi :
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status
pernafasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi. Kontra Indikasi :
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi (Suciati, N. L.,
2010).
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Suctioning
4) Jalan nafas buatan
b. Pola Nafas Tidak Efektif
1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi
4) Gangguan Pertukaran Gas
5) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
6) Pemberian oksigen
7) Suctioning
19
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
20
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien sebelumnya tidak pernah masuk RS dan pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien sebelumnya tidak memiliki Riwayat penyakit kelurga
C. Kebutuhan Dasar
Rasa Nyaman Nyeri
Suhu : 38,9°C, : Gelisah : Nyeri Skala Nyeri : numeric rating
(✓)Hipertemi
1. Oksigenasi 2. Cairan
Pernapasan : 38 x /mnt Kebiasaan minum : 4-8 gls. /hari,
TD: 120 /90mmHg Jenis :
Bunyi Nafas : rokhi Turgor kulit : Normal(saat dicubit kulit
Respirasi : 38 x/mnt Kembali normal kurang 1 detik
Kedalaman : 4,66-6,71 mg/l Mukosa mulut : Normal(berwarna merah dan
Fremitus : Normal terasa batang bronkus saat kenyal)
pasien mengatakan 77 Punggung kaki : Normal warna :sawo matang
Sputum : normal tidak ada bakteri Pengisian kapiler :
Sirkulasi Oksigen :Normal Mata cekung :
Dada : Bidang Konjungtiva :normal(tidak anemis)
Oksigen : Tgl : / / Canula /sungkup : ltr/m Sklera : Normal(tidak icterus)
WSD : Tgl: di Keadaan Edema :Tidak ada
Riwayat Penyakit :sesaf nafas Distensi vena jugularis : Tidak ada
Lain - lain : Asites :Tidak ada
Minum per NGT :Tidak ada
Terpasang Dekompresi NGT :Tidak ada
(dimulai tgl :)
Jenis : ………dipasang di : )
Terpasang infuse :
(dimulai tgl : .Jenis : )
dipasang di : )
Lain-lain :
21
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :
(✓)pola nafas tidak efektif
(✓)Hipertemi
3. Nutrisi 4. Kebersihan Perorangan
TB : 157cm, BB : 50Kg Kebiasaan mandi :2x/hari
Kebiasaan makan : 3kali /hari (teratur /tdk Cuci rambut :2x /hari
teratur) Kebiasaan gosok gigi :2x /hari
Keluhan saat ini :demam Kebersihan badan : (✓)Bersih
(✓)Tidak ada nafsu makan Mual Muntah Kotor
Sakit /sukar menelan Sakit gigi Keadaan rambut : (✓)Bersih
Stomatis Kotor
Nyeri ulu hati /salah cerna , berhub dengan : Keadaan kulit kepala: (✓)Bersih
Kotor
Disembuhkan oleh : Keadaan gigi dan mulut: (✓)Bersih
Pembesaran tiroid : hernia /massa : Kotor
Maltosa : Kondisi :Normal
Keadaan kuku : (✓)Pendek Panjang
Gigi/gusi :Normal
Keadaan vulva perineal :
Penampilan lidah :Normal
Keluhan saat ini :
Bising usus :5-35 x /mnt
Iritasi kulit : Tidak ada
Makanan /NGT/parental (infuse) :infus
Luka bakar :Tidak ada
(dimulai tgl : 24/11 Jam : 21.05 )
Keadaan luka :Tidak ada
Cairan :Nacl 0,9%
Lain lain :Tidak ada masalah keperawatan
Dipasang di: Intravena
Porsi makan yang dihabiskan :
Makanan yang disukai :
Diet :
Lain lain :
5. Aktivitas Istirahat 6. Eliminasi
Aktivitas waktu luang :istirahat Kebiasaan BAB :1x /hari
Aktivitas Hoby :menonton BAK : 4-5x /hari
Kesulitan bergerak :Terbatas Meggunakan laxan :Tidak ada
Kekuatan Otot : 3(sedang) Meggunakan diuretic : Tidak ada
22
Tonus Otot : Tidak ada Keluhan BAK saat ini : Tidak ada
Postur :Normal tremor : Tidak ada Keluhan BAB saat ini : Tidak ada
Rentang gerak :terbatas Peristaltik usus : 12 x mnt
Keluhan saat ini :Demam Abdomen : Nyeri tekan : Tidak ada
Penggunaan alat bantu : Lunak /keras :lunak
(tgl : di ) Massa :
Pelaksanaan aktivitas : Ukuran/lingkar abdomen : 78 cm
Jenis aktivitas yang perlu dibantu: ADL dibantu Terpasang kateter urine : Tidak ada
Lain - lain : (dimulai tgl : di:)
Penggunaan alcohol : Jlh /frek : x /hari.
Lain-lain:Tidak ada masalah keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
23
Kesadaran :compos mentis Perilaku resiko tinggi: Tidak ada periksaan :
Memori saat ini , yang lalu:sadar Tidak ada
Kaca mata: Tidak ada Kotak lensa :Tidak ada Transfusi darah /jumlah: Tidak ada Kapan :
Alat bantu dengar :Tidak ada Tidak ada
Ukuran /reaksi Pupil : kiri /kanan :kiri kanan Gambaran reaksi:............................................
normal ukuran yang sama Riwayat cedera kecelakaan:Ada
Facial Drop : Kaku kuduk :normal Fraktur /dislokasi sendi: Tidak ada
Gangguan genggam /lepas : Ki / Ka :tidak ada Artritis /sendi tak stabil: Tidak ada
Postur : Kordinasi : Masalah punggung: Tidak ada
Refleks Patela Ki /Ka : normal Perubahan pada tahi lalat: Tidak ada
Refleks tendo dalam bisep dan trisep Pembesaran nodus: Tidak ada
:normal(berkontraksi) Kekuatan Umum:
Kernig Sign :normal Babinsky :normal Cara berjalan:Dibantu
Chaddock :normal Brudinsky :normal Rem :
Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan Tidak ada masalah keperawatan
11. Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : Aktif melakukan hubungan seksual :
Penggunaan kondom : Penggunaan kondom :
Masalah – masalah /kesulitan seksual : Masalah-masalah /kesulitan seksual :
Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat :. . Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat :
Wanita:
Usia Menarche : ….thn, Lama siklus : ….hari Pria :
Lokasi : Rabas penis : Gg
Periode menstruasi terakhir : Prostat :Tidak ada
Menopause : Sirkumsisi :Tidak ada
Rabas Vaginal : Vasektomi :Tidak ada
Perdarahan antar periode : Melakukan pemeriksaan sendiri :
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri / Payudara test :
mammogram Prostoskopi /pemeriksaan prostatterakhir :
24
Tanda (obyektif ) Tanda ( obyektif )
Pemeriksaan : Pemeriksaan :
Payudara /penis /testis : Payudara /penis /testis :Normal
Kutil genatelia/test : Kutil genatelia/test :Normal
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
25
Orientasi Spesifik terhadap perawatan (seperti dampak dari agama /kultur yang dianut)
Lain - lain ................................................................................................................
4. Faktor resiko keluarga ( tandai hubungan ) :
Diabetes Tuberkulosis Penyakit jantung
Stroke TD Tinggi Epilepsi
Penyakit ginjal Kanker Penyakit Jiwa
Lain – lain:
27
dan psoriasis yang
peka terhadap
kortikosteroid.
Nervus Kranial XII : : Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah dari
sisi yang satu ke yang lain.
3. Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : bebas
Kekuatan : 5
b) Tonus : : meningkat
c) Refleks Fisiologis
Bisep : : negatif
Trisep : : negatif
28
Radius : : negatif
Ulna : : negatif
d) Refleks Patologis
Hoffman Tromer :negatif
e) Sensibilitas
Nyeri : skala 1
4. Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan : : terbatas
Kekuatan ::5
b) Tonus : : negatif
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : : negatif
d) Refleks Patologis
Babinsky : : negatif
Chaddock : : negatif
Gordon : : negatif
Oppenheim : : negatif
Schuffle : : negatif
5. Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Tidak ada
b) Brudzinksky I & II : Tidak ada
c) Lassaque : Negatif
d) Kernig Sign : Negatif
e.Nurtisida metabolisme
Tinggi badan klien 157 cm, BB sekarang 40 Kg, dan BB sebelum sakit 50 Kg, IMT=
40 Kg
=16,2 (16,2 menunjukkan kategori kurus karena normal IMT 18-25) ,
1,57 cmx 1,57 cm
tidak ada kesukaran untuk menelan, klien mengatakan tidak nafsu makan, serta pasien
porsimakan sedikit.
29
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum sakit
Fekuensi/hari 2 x sehari (tidak habis) 3x ( Habis )
Porsi Sedikit Cukup
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis Makanan Bubur + lauk pauk Nasi + lauk pauk
Jenis Minuman Air putih Ar putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1000 cc 1500cc
Kebiasaan makan Kurang Baik
Keluhan/masalah Tidak nafsu makan Tidak ada
F. Data Genogram
30
31
G.Data Pemeriksaan Penunjang ( Diagnostik & Laboratorium
H.Penatalaksanaan Medis
No Nama Obat Dosis Pemberian Indikasi
1 Infus NACL 0,9% 1000 ml/24 yang digunakan sebagai pengganti cairan
32
jam tubuh
33
peka terhadap kortikosteroid.
(yeheskiel)
34
I.Analisis Data
DS: Defisit
-pasien mengatakan Ketidakmampuan mengabsorsi metabolism nutrisiSDKI(D.0019)
bahwa dia nutrient
mengalami
penurunan berat
badan
DO:
-pasien mengalami
penurunan BB sejak
1 bulan yang lalu
-Tidak ada nafsu
makan
35
- Klien mengalami
Penurunan 10% BB
-hipertemi
DS:
-pasien mengeluh
sulit tidur
DO:
-pasien tampak
kesulitan tidur
-pasien tampak
sering terjaga
-pasien tidak puas
Hambatan lingkungan
tidur Gangguan pola
-istirahatnya tidak tidur(D.0055)
cukup
-TTV TD 120/90
-N 139
-R 38 X/ MNT
-S 38 C
J.Prioritas Masalah
36
No Diagnosa Keperawatan Keperawatan Dasar
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Spasma jalan nafas dibuktikan dengan
sesak nafas SDKI(D.0149)
K.Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn.JP
Ruang Rawat :Gardenia
Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi
Keperawatan hasil)
SDKI(D.0149) Setelah dilakukan SIKI(I.01011)
pola nafas tidak intervensi manajemen jalan nafas
Observasi
efektif keperawatan 3×24
37
berhubungan jam diharapkan : 1.monitor pola nafas
dengan Spasma Bersihan jalan frekuensi
Edukasi
1.anjurkan asupan cairan
2000ml/hari,jika tidak
kontraindikasi
2.ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
bronkodilator,mukolitik,
Edukasi
1.anjurkan posisi duduk
38
Kolaborasi
1.kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Setelah dilakukan SIKI(I.05174)
SDKI(D.0055) intervensi Dukungan tidur
Observasi
Ganguan pola keperawatan 3×24
1.identifikasi pola
tidur jam diharapkan : akvitas dan tidur
berhubungan SLKI(L.05045) 2.identifikasi obat tidur
Pola tidur yang dikonsumsi
dengan
1.Keluhan kesulitan Teraupetik
hambatan 1.modifikasi lingkungan
tidurnya menurun
lingkungan dengan skor 1 dari
2.keluhan tidak puas pencahayaan,kebisingan,
tidur menurun suhu,matras,dan tempat
dengan skor 1 tidur
2.tetapkan jadwal tidur
rutin
3.lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanaan posisi
tidur
Edukasi
1.jelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
39
L. .Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tangga Evaluasi(SOAP) Tanda tangan
Implementasi
l dan Nama
Jam perawat
40
S
pasien masih mengatakan
sesak napas
O
- Kedalaman napas
klien tampak
SIKI(I.01011) manajemen normal
jalan nafas
1.memonitor pola nafas - Irama pernapasan
frekuensi klien vasikuler Yeheskiel
2.memonitor bunyi nafas - Masih terdengar
tambahan ronhki kering
24 November bunyi ronki
3.mempertahankan
2020 - Dada klien tampak
kepatenan jalan nafas
21.05WIB
dengan head-tit dan chin-lift simetris
4.menganjurkan asupan
- Masih ada bunyi
cairan 2000ml/hari,jika tidak
kontraindikasi tambahan ronki
5.mengajarkan teknik batuk
efektif A : masalah belum teratasin
P: lanjut kan Intervensi 1-5
41
dan konjunggtiva
normal berwar ana
putih
- Pasien tidak ada
alergi dengan
P: lanjutkan intervensi
1-7
SIKI(I.05174) S: -pasien mengeluh sulit
tidur
Observasi
1.mengidentifikasi pola
akvitas dan tidur
2.mengidentifikasi obat tidur O:-pola akvitas tidur
yang dikonsumsi pasien sudah membaik saat
3.memodifikasi lingkungan diberi obat tidur
dari
pencahayaan,kebisingan, -tempat tidur pasien sudah
suhu,matras,dan tempat tidur
di modifikasi dari
4.menetetapkan jadwal tidur
rutin lingkungan
5.melakukan prosedur untuk pencahayaan,kebisingangan
meningkatkan kenyamanaan
posisi tidur -pemberian jadwal rutin
6.menjelaskan pentingnya pasien agar tidur dengan
tidur cukup selama sakit
42
rutin
P: lanjutkan intervensi
1-6
BAB 4 PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada klien Tn.JP dengan diagnose
pneumonia di Ruangan Gardenia di RS penulis telah mencoba menerapkan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien Tn.JP dengan pneumonia sesuai dengan
teori-tiori yang ada. Ada beberapa hal yang dapat dibahas dan diperhatikan dalam penerapan
dan pengaplikasihan asuhan keperawatan, maka dalam bab ini dapat dilakukan pembahasan
menurut tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus dengan kenyataan yang ditemukan
dilapangan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dibahas kesenjangan dan kesamaan antara
tinjauan tioritis dengan tinjauan kasus dengan mencari factor-faktor pendukung,
kesenjangan dan kesamaan yang terjadi akan diuraikan dengan menggunakan langkah-
langkah proses keperawatan, antara lain yaitu:
Pengkajian
Pengkajian
43
Pengkajian Menurut Brunner & suddarth (2012) Proses keperawatan adalah
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakan serta mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan
apabila tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
B1 (Breathing)
Inspeksi :
44
Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan simetris. Pada klien dengan
pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya
retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami
terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien
dengan pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan
produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent
Palpasi :
Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan
dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan pneumonia
biasanya normal.
Perkusi :
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia
didapatkan apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
Auskultasi ;
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
45
B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien
tampak meringis. Menangis, merintih, merengang, dan mengeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan, dan penurunan berat
badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan klien
terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan
pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia (Nursalam,2011)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
46
5. Intoleransi aktifitas b.d Ketidak seimbangan antara suplai oksigen.
6. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan,
penurunan masukan oral.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pasien pneumonia memiliki tanda dan gejala
diantaranya, sesak napas dan batuk tidak efektif. Hal ini sejalan dengan Saputra TR (2011)
dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa didapatkan frekuensi gejala intrapulmoner
(gejala lokal yang disebabkan oleh tumor di paru) yaitu 26 orang (93%) mengalami batuk,
23 orang (82%) mengalami sesak napas, 19 orang (68%) mengalami nyeri dada dan 8 orang
(29%) mengalami hemoptisis atau muntah darah
Penelitian ini didukung teori Mubarak, W.I (2012) bahwa obstruksi jalan napas dapat
disebabkan oleh benda asing seperti akumulasi sekret, makanan atau lidah yang menyumbat.
Lebih jelas Mansjoer (2017) mengatakan bahwa obstruksi jalan napas karena adanya
penumpukan sekret akan memberi respon fisiologis seperti batuk mulai batuk kering tanpa
membentuk sputum atau sekret, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sekret yang kental dan purulen dalam
berespon terhadap infeksi sekunder, napas pendek-pendek dan suara parau, batuk berdarah dan
berdahak/hemoptisis, nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang dalam
Hal ini didukung pula penelitian Saminan (2016) yang mengatakan bahwa bila
mengalami obstruksi saluran pernapasan bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi
udara keluar. Penyempitan atau hambatan bisa mengakibatkan salah satu gabungan dari berbagai
gejala mulai dari batuk, sesak, napas pendek, tersengalsengal, hingga napas yang berbunyi “ngik-
ngik”.
Intervensi
Intervensi Keperawatan
47
b. Goal : Selama dalam masa perawatan kebersihan jalan napas pasien dapat
kembali efektif.
c. Objektif : Selama dalam masa perawatan 3x24 jam diharapkan kebersihan jalan
napas kembali efektif.
d. Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif, Pernapasan pasien
kembali normal, pasien dapat mengeluarkan sekret. Intervensi :
1. Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau menurut standar yang
ditetapkan R/ Untuk mendeteksi tanda awal bahaya.
2. Gunakan posisi fowler dan sangga lengan pasien. R/ Untuk mmembantu
bernapas dan ekspansi dada serta ventilasi lapangan paru basilar.
3. Bantu Pasien untuk mengubah posisi. Batuk, dan pernapasan dalam setiap 2
sampai 4 jam. R/ Untuk membantu pengeluaran sekresi dan mempertahankan
potensi jalan napas.
4. Berikan Cairan (Sekurang-kurangnya 3 liter setiap hari) R/ Untuk memastikan
hidrasi yang adekuat dan mencairkan sekresi, Kecuali dikontraindikasi.
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama klien.
Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi
kolaboratif (Mc.Closkey & Bulechek, 2014).
Implementasi.
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan
klien, faktor-faktor lain yang 120 mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan
dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan diberikan
dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan
sesuai dengan masalah yang dihadapi klien
Evaluasi
2.2.5 Evaluasi
48
a. Pernapasan kembali normal. Pasien dapat mengeluarkan sekret.
e. Peningkatan aktivitas
f. Cairan kembali terpenuhi ditandai dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat, TTV normal.
asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal,
maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan
lainnya
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan
oleh satu atau lebih agens yaitu : virus, bakteri (mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat
asing (Betz & sowden, 2009). Pneumonia adalah penyakit akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli), dengan tanda dan gejala seperti : Batuk, dispnea, lemah, demam, pusing, nyeri
dada pleuritik, napas cepat dan dangkal, menggigil, sesak napas, produksi sputum dan,
berkeringat menurut (Robinson & Saputra, 2014).
5.2 Saran
Setelah penulis membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada Tn. JP dengan
pneumonia, maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
49
50
DAFTAR PUSTAKA
51
LEMBAR KONSUL ASKEP ONLINE
Nama Mahasiswa : Yeheskiel
52
4. Kamis 17 1.Perbaikan judul Askep
November 2020 2. Cara
18 : 50 WIB penulisan/pengetikan
Askep
4. Pathway diganti dengan
WOC
3. Daftar Pustaka LP
penyakit dan LP KDM
di satukan
53
54