Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Profesi Ners Stase
Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing:
Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Menyetujui,
Preseptor Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Diagnosa
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................5
2.1 Konsep Teori......................................................................................................5
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................14
BAB III...........................................................................................................................22
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................22
3.1. Pengkajian........................................................................................................22
3.2 Analisa Data.....................................................................................................34
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan.........................................................................36
3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................41
3.5 Catatan Perkembangan.....................................................................................45
3.6 Evaluasi............................................................................................................45
BAB IV............................................................................................................................50
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................50
4.1 Hasil.................................................................................................................50
4.2 Pembahasan......................................................................................................51
4.3 Keterbatasan.....................................................................................................52
BAB V.............................................................................................................................53
SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................53
5.1. Simpulan..........................................................................................................53
iii
5.2. Saran................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................55
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hasil analisis sepanjang tahun 2018 menunjukkan bahwa Pneumonia
merenggut nyawa lebih dari 800.000 anak balita di seluruh dunia, atau 39
anak per detik. Angka kematian anak akibat pneumonia lebih tinggi
dibandingkan penyakit lainnya yaitu Diare menyebabkan kematian 437.000
anak balita, sedangkan malaria merenggut nyawa 272.000 anak (UNICEF,
2019). Di Indonesia, 16% kematian pada anak diakibatkan oleh pneumonia,
dengan 19.000 balita meninggal diakibatkan oleh pneumonia, data dari riset
kesehatan dasar (Riskesdas 2018) menunjukan prevalensi pneumonia naik
dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia
pada 2018 (UNICEF, 2019).
Prevalensi pneumonia pada anak menurut Riskesdas (2018) di Jawa
Barat sebanyak 2,6% terkena pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan menunjukkan jumlah kasus pneumonia tertinggi berada pada
Provinsi Papua yaitu 3,6%. Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan
2,5% (Kemenkes RI, 2018). Menurut Riskesdas (2018) prevalensi
pneumonia di Kabupaten Cirebon sebanyak 2,6% menunjukkan jumlah
kasus pneumonia.
Perubahan perilaku pengasuhan anak memang menjadi faktor
penting untuk mencegah pneumonia pada anak. Sebagaimana disampaikan
oleh Save The Children dalam (Kurnia, 2020), ada 3 aspek penanganan
pneumonia, yaitu: Melindungi (Protect), mencegah (Prevent), Mengobati
(Treat). Ketiga hal tersebut adalah tanggung jawab pada keluarga terutama
orang tua.
Banyak orang tua yang tidak mengenali gejala atau tanda pneumonia
pada anak dikarenakan tanda dan gejalanya hampir sama dengan flu biasa.
Hal ini menyebabkan penyakit ini sering kali terlambat ditangan dan 4
keterbatasan pengetahuan orang tua. Pencegahan pneumonia pada balita
membutuhkan peran dari orang tua dan keluarga dalam pemeliharaan
kesehatan seperti, mengenal masalah kesehatan, memilih tindakan
kesehatan, sikap ibu dalam memutuskan tindakan, kemampuan keluarga
dalam merawat balita pneumonia, kemampuan keluarga dalam
2
memodifikasi ingkungan, dan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan (Susanto, 2015).
Anak yang telah sembuh dari Pneumonia dapat mengalami
kekambuhan, hal ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh balita yang rendah,
kurangnya pemberian gizi, dan anak yang berada di lingkungan yang tidak
sehat. Lingkungan yang tidak sehat dapat dilihat dari perilaku keluarga
dalam menjaga kesehatan (Hariyati, 2017).
3
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti mampu menetapkan
diagnosa keperawatan, menentukan intervensi dengan tepat dengan
masalah keperawatan pada sistem pernafasan, khususnya dengan pasien
anak yang mengalami Pneumonia.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan sebagai bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus pneumonia pada anak.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapan bidang keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan khususnya dengan klien anak yang mengalami Pneumonia
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyebaran pnueomonia ini melalui droplet dan sering disebabkan
oleh Steptoccus pneumonia melalui slang infus oleh Staphylococcus aureus
sedangkan oleh pemakaian ventilator oleh P.aerugenosa dan enterbacter.
5
Dan masa kini terjadi karena perubahan dari keadaan pasien tersebut seperti
kekebalan tubuh dan penyakit kronis lainnya, polusi lingkungan dan
penggunakan obat antibiotic yang kurang tepat. Setelah masuk ke paru-paru
organisme ini akan bermultiplikasi dan jika berhasil maka mengalahkan
mekanisme pertahanan paru dan akan terjadi peneumonia. Selain penyebab
diatas terjadinya pneumonia sesuai dengan penggolongannya menurut
(Nurarif, 2016) yaitu :
a. Bakteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus
hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolosis, Bacillus Friedlander.
b. Virus : Respiratory syncytial virus, Adeno virus, V. sitomegalitik, V.
influenza.
c. Jamur : Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans,
Blastomyces dermatitides, Coccidodies immitis, Aspergilus species,
Candida albica.
d. Aspirasi : seperti makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion, benda asing.
e. Peneumoniahipostatik.
f. Syndrome Loeffler.
3 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemic;ogi serta letak
anatomi (Nursalam,2016) sebagai berikut :
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi
1) Pnemonia Komunitas (PK) adala pneumonia infeksius pada
seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh
selama perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit
lain dan prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi
6
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi
karena bahan teraspirasi mungki mengandung bakteri aerobic atau
penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia
yang terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubu lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1) Pneumonia lobaris
Pneumonia lobari melibatkan seluruh atau satubagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2) Pneumonia lobularis
Bronkopneumonia terjadi pada ujung terakhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lo[bus yang berada didekatnya.
3) Pneumonia interstisial
Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta inter lobular
4 Patofisiologi
Menurut pendapat (Sujono & Sukarmin, 2009) kuman masuk kedalam
jaringan paru-pru melalui saluran napas bagian atas menuju bronkhiolus dan
alveolus. Setelah bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen
atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga
kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak terisi udara. Pada tingkat
lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan
eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel
darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat
7
pada alveolus. Sehingga membrane dari alveolus mengalami kerusakan yang
dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen dan berdampak
pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya
cairan purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan paru, dan
dapat menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta
mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan
menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaaran sel, mokroorganisme
yang ada di paru akan meyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan
lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi
mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek batuk.
8
5 Pathway
Konsolidasi
paru Kuman pathogen mencapai bronchiole
terminalis MK : Mual,
muntah
Hipertermi
Infeksi berlanjut, leukosit Ekspansi paru Infeksi
dan fibrin lisis memenuhi menurun Anoreksi
alveoli MK :
Hipovolemia
MK : Gangguan Pernafasan MK : Pola Nafas MK :
Pertukaran Gas meningkat, dyspnea Tidak Efektif Defisit
Nutrisi
MK : Intoleransi 9
Fatique
Aktivitas
6 Manifestasi Klinis
Pola klinis yang khas pada pasien dengan pneumonia viral dan bacterial
umumnya sangat berbeda antara bayi yang lebih tua dan anak, walaupun ada
perbedaan biasanya akan sangat jelas pada pasien tertentu. Seperti demam,
mengigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat dari pleuritis dan iribilitas
akibat dari sesak respiratori dan ini sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak
(Nelson, 2014). Pneumonia virus lebih sering dengan gejala seperti batuk, mengi,
atau stridor dan gejala lain seperti demam lebih tidak menonjol dibandingkan
dengan peneumonia bacterial. Pneumonia bacterial secara tipikal berasosiasi dengan
demam tinggi, mengigil, batuk, dispneu dan saat dilakukan aukultasi adanya tanda
konsolidasi paru. Gejala klinis lainnya yang ditemukan adalah distress pernafasan
termasuk nafas cuping hidung, retaksi interkosa dan subkota, dan merintih
(grunting). Semua jenis pneumonia memiliki ronkhi yang kering yang terlokalisir
dan penurunan suara respiratori. Adanya efusi pleura dapat menyebabkan bunyi
paru pekak pada pemeriksaan perkusi (Nelson, 2014).
Tanda dan gejala menurut (Nurarif, 2016) yaitu :
a. Demam, sering tampak sebagai salah satu dari tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada anak 3 tahun- 6 tahun dengan suhu mencapai 39,5 oC – 40,5oC
bahkan infeksi ringan. Mungkin maals dan peka terhadap rangsangan atau
terkadang juga euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak akan bicara
dengan yang tidak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan gejala awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai nyeri kepala,
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kering dan brrudzinki dan akan
berkurang suhu tubuh dari normal.
c. Anoreksia, merupakan hal yang terjadi pada umum yang disertai dengan
penyakit masa anak-anak yang merupakan awal dari suatu penyakit.
d. Muntah, anak mudah muntah bersamaan dengan penyakit merupakan awal
infeksi. Biasanya terjadi dengan singkat tetapi dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya diare ringan dan akan menjadi diare yang berat. Biasanya sering
menyertai infeksi saluran pernafasan khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum yang biasanya tidka bisa dibedakan
dengan nyeri apendisitis.
g. Sumbatan nasal
10
h. Keluaran nasal, sering menyertai dari infeksi saluran pernafasan. Mungkin akan
encer dan sedikit (rinorea) atau juga kental dan pululent tergantung pada tipe dan
tahap dari infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum yang terjadi pada infeksi pernapasan.
j. Bunyi pernapasan, dengan tambahan seperti mengi atau juga mengorok dan saat
dilakukan aukultais akan terdengar mengi, krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar dengan ditandai anak akan menolak untuk makan dan minum peroral.
11
Pada jantung jika tidak terdapat kelainan jantung maka pemeriksaan pada
daerah jantung tidak ada kelainan dan kelemahan.
g. Pemeriksaan Ekstermitas
Pada pemeriksaan ekstremitas biasanya kuku jari tampak sianosis.
2. Pertumbuhan
Tumbuh-kembang pada manusia yang terjadi sepanjang kehidupan yang
terdiri dari beberapa tahap yang berkesinambungan yang mencakup masa
neonatus, bayi, todler, pra-sekolah, sekolah, remaja, dewasa muda, tengah baya,
dan dewasa tua atau lansia. Tahap tumbuh-kembang berikut ini akan ditinjau
dari aspek tumbuh-kembang fisik dan perkembangan psikososial. Aspek
perkembangan psikososial meliputi perkembangan emosional dan sosial,
kognitif, serta moral.
Pada anak usia sekolah (8-12 tahun) biasanya anak usia sekolah sudah dapat
mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang
memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan
utama dalam tahap ini ialah melakukan interaksi yang sesuai dengan teman
sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di
sekolah, adanya peningkatan pada keterampilan motorik halus, serta ekspansi
keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat
pada usia praremaja 8-12 tahun tahun. Anak perempuan dua tahun lebih cepat
memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-laki. Masa
praremaja tersebut merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, pada masa ini terjadi pacu tumbuh berat badab, tinggi badan, dan juga
pertumbuhan yang pesat pada alat kelamin dan timbul tanda-tanda seks
sekunder (Soetjiningsih, 2019).
3. Perkembangan
Pada usia 8-12 tahun tumbuh kembang utama diantaranya seperti teman
sebaya sangat penting, anak mulai berfikir logis, egoisentris berkurang, memori
dan kemampuan berbahasa meningkat, kemampuan kognitif meningkat, konsep
diri tubuh yang mempengaruhi harga dirinya, pertumbuhan fisik lambat. Dalam
perkembangan emosional dan sosial anak usia sekolah harus diberikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan
orang lain di luar keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga
berinteraksi dengan cara atau sikap yang sama bahwa tiap keluarga mempunyai
12
perbedaan norma tentang perilaku yang diterima atau tidak diterima, perlu bagi
anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan terhadap perbedaan
tiap keluarga sehingga bisa berhubungan dengan orang lain secara efektif.
Orang tua perlu mendukung dan menjadi contoh peran bagi anak untuk
merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan citra diri tidak
hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten,
penerimaan, dan penghargaan. Perasaan berhasil ketika melakukan sesuatu
menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-kembang anak usia sekolah.
Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki akan menjadi
bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah dewasa.
Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini ialah menerapkan
keterampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide maupun konsep.
Mereka bisa menghubungkan antara konsep waktu dan ruang, mampu
mengingat, serta keterampilan mengumpulkan benda yang sejenis. Anak usia
sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma di rumah, sekolah,
agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orang tua atau guru.
8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wahyudi (2020) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
pasien pneumonia antara lain yaitu:
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis
pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
leukopenia.
3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen
polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah
13
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan
asidosis respiratorik.
9 Komplikasi
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok
pasien resiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bacteremia
(sepsis), abses paru, efusi pleura dan kesulitan bernafas.
Bacteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru
masuk ke dalam aliran darah da menyebarkan infeksi ke organ lain, yang
berpontensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia dengan
bacteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis,
endocarditis, pericarditis, peritonitis dan empyema.
Pneumonia jug dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura
atau biasa disebut efusi pleura. Efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empyema. Jika
sudah terjadi empyema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest tube atau
pembedahan (Ryusuke,2017).
10 Terapi Farmakologi
Menurut Soemantri (2012) terapi farmakologi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Antibiotik : biasanya Ampicillin dan Kloramfenikol dapat digunakan untuk
mengobati infeksi saluran pernafasan akibat virus.
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali
b. Mukolitik : Digunakan untuk membantu mengencerkan sekresi pulmonal
agar dapat diekspetorasikan. Obat ini dapat diberikan kepada pasien dengan
sekresi mukus yang abnormal dan kental. Acetilcystein (Mucomyst)
berbentuk aerosol dapat digunakan untuk mengurangi kekentalan dari
sekresi. Oleh karena Acetilcystein ini menyebabkan bronkospasme, maka
penggunanaannya harus bersama – sama dengan bronkodilator aerosol.
14
2.2.1 Analisa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidaj memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab :
a. Depresi pusat pernapasan
b. Hambatan upaya napas (mis.nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
c. Deformitas dinding dada
d. Deformitas tulang dada
e. Gangguan neuromuskular
f. Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang)
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energi
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m. Cedera pada medula spinalis
n. Efek agen farmakologis
o. Kecemasan
Subjektif
1. Dispnea
Objektif
Subjektif
1. Ortopnea
15
Objektif
1. Pernafasan pursed-lip
2. Pernafasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun.
2. Defisit nutrisi
Penyebab
b. Ketidakmampuan menelan makanan
c. Ketidakmampuan mencerna makanan
d. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
e. Peningkatan kebutuhan matabolisme
f. Faktor ekonomi (mis finansial tidak mencukupi)
g. Faktor psikologis (mis stress, keengganan untuk makan0.
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
16
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Subjektif
Objektif
3. Intoleran Aktivitas
Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Subjektif
1. Mengekuh lelah
Objektif
Subjektif
17
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lelah
Objektif
1. Anemia
2. Gagal jantung kongesif
3. Penyakit jantung coroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru pbstrukttif kronis (ppok)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan muskoleskeletal
18
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi:
efektif keperawatan selama waktu Observasi:
berhubungan yang ditentukan diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan pola nafas membaik dengan kedalama, dan upaya
hambatan upaya kriteria hasil: nafas
nafas 1. Dispnea menurun 2. Monitor pola nafas
2. Penggunaan otot bantu 3. Monitor adanya produksi
nafas menurun sputum
3. Pernafasan pursed lip 4. Monitor adanya sumbatan
menurun jalan nafas
4. Pernafasan cuping 5. Auskultasi bunyi nafas
hidung menurun 6. Monitor saturasi oksigen
5. Frekuensi nafas Terapeutik:
membaik 7.
6. Kedalaman nafas 8. Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
Edukasi:
9. Jelaskan prosedur dan
tujuan pemantauan
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
berhubungan keperawatan selama waktu
Observasi :
dengan yang ditentukan diharapkan
ketidakmampuan Defisit nutrisi pada 1. Identifikasi status
menelan pneumonia membaik dengan nutrisi
makanan kriteria hasil:
2. Identifikasi makanan
1. Porsi makan yang
yang disukai
dihabiskan meningkat
2. Nafsu makan membaik 3. Indentifikasi alergi dan
3. Kekuatan otot intoleransi makanan
menguyah meningkat
4. Identifikasi kebutuhan
4. Kekuatan otot menelan
kalori dan jenis nutrisi
meningkat
5. Berat badan membaik 5. Identifikasi perlunya
penggunanaan selang
nasogastrik monitor
asupan makanan
19 Terapeutik :
3.1. Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Data
1. Identitas Klien
Nama klien (inisial) : An. A
Tempat tanggal lahir (umur) : Cirebon, 26-09-2012 (10 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : Ciledug Kulon Blok Kliwon
Tanggal Masuk RS : 17-12-2022
Tanggal Pengkajian : 18-12-2022
Diagnosa Medis : Pneumonia
No Medrek : 22949636
2. Keluhan Utama
Sesak nafas
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
20
Ibu pasien mengatakan pasien sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, ibu
pasien juga mengatakan anaknya kejang 1 kali sebelum masuk Rumah
Sakit. Ibu pasien juga mengatakan bahwa anaknya mual.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang dialami waktu beberapa hari, bulan, dan tahun sebelum
terjadinya keluhan saat ini:
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah terkena penyakit tumor ovarium
2) Apakah pernah dirawat di Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pernah dirawat di Rumah Sakit
Gunung Jati 4 bulan yang lalu selama 1 minggu.
3) Apakah pernah mengalami keluhan yang sama dengan saat ini
Tidak pernah
4) Apakah pernah mengalami operasi/pembedahan?
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pernah dilakukan operasi tumor
ovarium di Rumah Sakit Gunung Jati 4 bulan yang lalu.
5) Apakah pernah mengalami kecelakaan/trauma?
Tidak ada
6) Apakah pernah mengalami alergi?
Tidak pernah
7) Apakah pernah mendapatkan pengobatan atau terapi dalam waktu > 1
bulan?
Ibu pasien mengatakan sedang melakukan pengobatan rawat jalan di RS
Gunung Jati.
21
4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
P2A0
1) Prenatal
Ibu pasien mengatakan pada saat kehamilan ibu melakukan pemeriksaan
rutin ke puskesmas dan bidan desa, pada masa kehamilan 4 bulan
mengalami flek dan darah tinggi dari awal kehamilan.
2) Intranatal
Lahir kehamilan 9 bulan ditolong oleh dokter
Anak ke 2
Berat badan waktu lahir : 3500 gr, BB sekarang: 32 kg
Tinggi badan waktu lahir : 47 cm, TB sekarang: 140 cm
Jenis persalinan : SC
Tempat persalinan : RS
Masalah waktu persalinan : panggul sempit, tidak ada kontraksi, tensi
tinggi
3) Postnatal
APGAR SCORE :7
Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama: ada, hijau tuda
Bagaimana tangisan bayi : kuat
Obat-obatan yang diperoleh setelah lahir : tidak ada
Apakah bayi mendapatkan ASI Eksklusif : tidak (susu formula)
Apakah bayi mendapatkan imunisasi lengkap : ya
5. Riwayat Psikososial, Spiritual dan Budaya
1) Yang mengasuh : ibu dan ayah
2) Hubungan dengan orang tua : baik
3) Hubungan dengan sibling : baik
4) Hubungan dengan teman sebaya : baik
22
5) Pembawaan anak secara umum : baik
6) Respon anak terhadap sakit : kesadaran menurun
7) Respon anak terhadap petugas kesehatan :
8) Respon anak terhadap perpisahan :
9) Respon keluarga terhadap anak yang sakit : cemas
10) Keluhan lain : tidak ada
11) Nilai agama yang diyakini : islam
12) Kegiatan ibadah yang dilakukan : shalat
13) Keyakinan terhadap penyakit : ingin sembuh
14) Keyakinan terhadap kesembuhan : kuat
15) Nilai budaya yang dianut : jawa
16) Lingkungan rumah : baik
17) System sosial yang mendukung : keluarga
Minum
a. Jenis Air putih dan susu Air putih
2. Eliminasi
BAB
23
1. Frekuensi 1x/hari 1x
2. Waktu Siang Pagi
3. Warna Kuning Kuning
4. Konsistensi Lembek Cair
5. Obstipasi Tidak ada Tidak
6. Penggunaan pencahar Tidak ada Tidak
7. Diare Tidak ada Ya, diare
8. Melena Tidak ada Tidak
9. Stoma Tidak ada Tidak
10. Cara pengeluaran Sendiri Sendiri
11. Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
1. Frekuensi ±4x/hari Tidak terkaji
2. Jumlah urine output ±500 cc ±100 cc
3. Warna Kuning Kuning
4. Tidak ada bau Tidak ada Tidak ada
5. Tidak ada darah Tidak ada Tidak ada
6. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
7. Penggunaan kateter Tidak Tidak ada
8. Cara pengeluaran Sendiri Sendiri
9. Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan Tidur
1. Waktu tidur malam 9 jam Penurunan
2. Waktu tidur siang 1 jam kesadaran
3. Lamanya 10 jam
4. Kebiasaan pengantar tidur Tidak ada
5. Ada tidaknya masalah Tidak ada
tidur Tiduran
6. Kebiasaan yang dilakukan
saat istirahat
4. Personal Hygiene
Mandi
1. Frekuensi 3x/hari Tidak mandi
24
3. Air yang digunakan Air dingin Tidak
4. Melakukan sendiri Ya Tidak
Gosok Gigi
1. Frekuensi 2x/hari Tidak
2. Penggunaan sikat gigi Ya Tidak
3. Penggunaan pasta gigi Ya Tidak
4. Cara melakukan Sendiri Tidak
Mencuci Rambut
1. Frekuensi 1x/hari Tidak
7. Pengkajian Fisik
1. Tingkat kesadaran : sopor GCS: 6
2. Pengkajian nyeri
Skala nyeri : Tingkat nyeri
3. Pengkajian risiko jatuh
Nilai risiko jatuh: 15 Tingkat risiko jatuh : risiko tinggi
4. Pengukuran pertumbuhan
a. Berat Badan : 32 kg
b. Tinggi Badan : 140 cm
c. Lingkar Kepala : 47 cm
25
d. Lingkar Dada : 75 cm
e. Lingkar Abdomen : 66 cm
f. Lingkar Lengan Atas : 30 cm
5. Pengukuran Fisiologis
a. Suhu : 36,8°C
b. Nadi : 112 x/m
c. Respirasi rate : 32 x/m
d. Tekanan darah : 160/120 mmHg
e. Saturasi Oksigen : 98% O2 NRM 8 lpm
6. Penampilan Umum
a. Wajah : bulat
b. Postur : badan tegap lurus, gemuk
c. Hygiene : kurang bersih
d. Nutrisi : kurang baik karena mengalami penuruna kesadaran
e. Perilaku : normal, anak tidak memiliki gangguan mental
f. Emosional : normal, jika mempunyai kekesalan anak tersebut
marah
7. Kulit
a. Warna : sawo matang
b. Tekstur : lembab
c. Suhu : 36,8°C
d. Turgor : baik, ketika dicubit kembali posisi semula selama <3
detik
e. Kebersihan : kurang bersih, kulit lengket
f. Infeksi/luka : tidak ada infeksi atau luka apapun
8. Struktur aksesoris
a. Rambut : ikal
b. Kuku : normal, semua jari tampak adanya kuku berwarna
merah muda dengan warna lebih sedikit gelap dibagian tepi
9. Nodus Limfe
a. Ukuran : tidak ada kelenjar limfe
b. Mobilitas :-
c. Pembesaran : tidak ada pembesaran kelenjar
10. Kepala
26
a. Bentuk : mesocephal
b. Fontanel : normal
c. Hygiene : kurang bersih
d. Lesi : tidak ada
e. Perkusi sinus frontal : normal, terdapat septum diantara dua
sinus
f. Infeksi/luka : tidak ada
g. Penggunaan alat medis : tidak terpasang apapun dikepala
11. Leher
a. Ukuran : normal, 30 cm
b. Pembesaran : tidak ada pembesaran
c. Pergerakan : dapat bergerak ke samping, atas, dan bawah
d. Trakea : tampak adanya trakea
e. Tiroid : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
f. Arteri karotis : teraba arteri karotis
g. Refleks : adanya reflek
h. Vena jugularis : teraba
i. Arteri jugularis : teraba
j. Infeksi/luka : tidak ada
k. Penggunaan alat medis: tidak ada
12. Mata
a. Penempatan dan kesejajaran : baik dan sejajar dengn alis mata
b. Kebersihan : bersih
c. Kelopak mata : bentuk bulat
d. Konjungtiva : anemis
e. Air mata : jernih
f. Punctum lakrimaris : ada, di dekat pangkal hidung
g. Sklera : tampak jernih
h. Kornea : tidak ada cedera pada kornea
i. Pupil : isokor, kedua mata besarnya sama
j. Iris : Ketika terpapar cahaya terang, iris
akan menutup atau menyempit
k. Reflek kornea : dapat berkedip
27
l. Reflek pupillary : bereaksi terhadap cahaya, pupil
mengecil Ketika diberi cahaya
m. Reflek doll’s eye : mata dapat melirik
n. Tes penglihatan : dapat melihat dan tatapan kosong
o. Infeksi : tidak ada
p. Penggunaan alat medis : tidak ada
13. Telinga
a. Pinna : terdapat pinna ditelinga kanan dan kiri, dan
sejajar antara kanan dan kiri
b. Inspeksi hygiene : terdapat secret
c. Kesejajaran : sejajar antara kana dan kiri
d. Kanal eksternal : terdapat liang telinga
e. Membrane tympani : dapat mendengar
f. Tes rinne : tidak terkaji
g. Tes weber : tidak terkaji
h. Tes swabach : tidak terkaji
i. Resflek startle : tidak terkaji
j. Infeksi/luka : tidak ada
k. Penggunaan alat medis: tidak ada
14. Hidung
b. Ukuran, kesemetrisan, keutuhan, penempatan dan kesejajaran : Ukuran
normal, simetris, penempatan dan kesejajaran normal
c. Passage udara : anak dapat bernafas
d. Inspeksi hygiene : Bersih, tidak ada secre
e. Septum : normal, terletak ditenga
f. Membrane mukosa : Normal
g. Cuping hidung : tampak terlihat nafas cuping hidung
h. Obstruksi : Normal, tidak menutup lubang hidung
i. Reflek glabellar : tidak terlihat
j. Reflek bersin : Normal, jika diberi rangsangan
k. Milia : Tidak ada
l. Millaria : Tidak ada
m. Penggunaan alat medis: Menggunakan oksigen NRM 3 lpm
15. Pipi dan Dagu
28
a. Keutuhan, kesemetrisan : Normal, untuh dan simetris
b. Millia, millaria : Tidak ada
c. Massa : Tidak ada massa
d. Infeksi/luka/injuri : Tidak ada
e. Penggunaan alat medis: TIdak ada
16. Mulut dan tenggorokan
a. Keutuhan, kesemetrisan : Normal, utuh dan simetris tidak ada sumbing
b. Bibir (warna, tekstrur, lesi) : Warna merah muda, tesktur kering,
dan adanya lesi
c. Struktur internal : Tidak ada sariawan, tidak ada
pendarahan gusi, lidah, terdapat papilla pada lidah, amandel normal
d. Reflek batuk : Normal, jika ada rangsangan pasien batuk
e. Sucing reflek : ada, kuat
f. Rooting refleks : ada
g. Saliva : Tidak terkaji
h. Infeksi/luka/injuri : Luka pada bibir karena kering
i. Penggunaan alat bantu : tidak ada
17. Dada
a. Ukuran, bentuk, kesemtrisan : Normal dan simetris
b. Ratio anterior-posterior :
c. Retaksi sternal : Tidak ada
d. Pembesaran mammae : Tidak ada
e. Sekresi mamae : Tidak ada
f. Pigeon chest : Tidak ada
g. Penggunaan alat medis : terpasang alat monitor
18. Paru
a. Bunyi nafas : tidak ada suara nafas tambahan
b. Irama, frekuensi, kedalaman, jenis nafas : Irama irregular, Frekuensi
nafas 32x/menit
c. Vocal fremitus : Normal, getaran dapat didengar
d. Penggunaan alat bantu : tidak ada
19. Jantung
a. Inspeksi ukuran : Normal, tidak ada pembesaran
b. Palpaso impuls apical, point maximum impuls :
29
c. Aukultasi bunyi jantung : Normal, bunyi jantung lup dup
d. Perkusi area jantung : Normal, bunyi pekak
e. Penggunaan alat medis : Tidak ada
20. Abdomen
a. Inspeksi : Bersih, Tidak ada pembesaran
b. Aukultasi : Bising usus hiperaktif 29x/menit,
c. Perkusi area abdomen : Normal, timpani
d. Penggunaan alat medis : Tidak ada
21. Ginjal
a. Aukultasi : tidak terkaji
b. Perkusi : tidak terkaji
c. Penggunaan alat medis: tidak ada
22. Gentalia
Wanita
a. Mons pubis : ada, menonjol
b. Klirotis : adanya klitoris
c. Labia mayora dan minora : labia minora didalam labia mayora
d. Meatus uretra : tidak terkaji
e. Kelenjar scena : Tidak terkaji
f. Infeksi/luka/injuri : Tidak ada
g. Penggunaan alat medis : Tidak ada
23. Anus
a. Keutuhan : Normal, tidak ada kelainan, tidak ada
luka
b. Penampilan umum : Normal, bersih, tidak terdapat
haemoroid
c. Refleksi anal : tidak terkaji
d. Infeksi/luka/injuri : Tidak ada
e. Penggunaan alat medis : Tidak ada
24. Punggung dan ekstremitas
Punggung
a. Kurtavura dan kesemetrisan : Normal, simetris
b. Mobilitas : tidak terkaji
c. Klavikula : Normal, tidak terdapat trauma
30
d. Keutuhan tulang spinalis, veterbra. Lumbal : tidak ada truama
e. Infeksi/luka/injuri : Tidak ada
f. Penggunaan alat medis : Tidak ada
Ekstremitas atas dan bawah
a. Keutuhan jari-jari : Normal, dengan 5 jari
b. Kesemterisan jari-jari : Normal simetris
c. Uji kekuatan otot : Normal, 5555
d. Tulang malleolus : Normal, tidak ada trauma
e. Posisi telapak kaki : sejajar
f. Cara berjalan : Tidak terkaji
g. ROM : Tidak terkaji
h. Reflex patella : tidak terkaji
i. Refles Babinski : tidak terkaji
j. Refleks bruzinski : tidak terkaji
k. Refleks palmar : tidak terkaji
l. Refleks plantar : tidak terkaji
m. Sensasi : tidak terkaji
n. Sirkulasi : tidak terkaji
o. Pergerakan : bisa bregerak
p. Infeksi/luka/injuri : Tidak ada
q. Penggunaan alat medis : Terpasang infus di sebelah kiri
8. Data Penunjang
Laboratorium
Rontgen
Jenis pemeriksaan : Thorax AP/PA
Tanggal pemeriksaan : 18 Desember 2022
Foto thorax proyeksi AP, Asimetris, Inpirasi dan kondisi cukup, Hasil :
a. Konsilidai di kedua pulmo terutama dextra
b. Ruang pleira bilateral tak melebar
c. Hemidia fragma bilateral tak mendatar
d. Cor CRT > 0,56
e. Sistema tulang yang tervisualisasi intakkosan
f. Pneumonia bilateral terutama dextra
g. Kofigurasi cor besar
9. Terapi
a. Infus RL 3cc/kg bb/jam : infus
b. Anbacim 2x1gr/12 jam : iv
c. Santagesik 3x350 mg/8 jam : iv
d. Diazepam bila kejang 10 mg : iv
e. Combivent 2ml/8 jam : iv
32
- Ibu pasen mengatakan anaknya
efektif
sesak nafas sudah 2 hari yang lalu
Pernapasan terganggu
DO :
- kesadaran : sopor
- pasien tampak gelisah Ventilasi pernafasan
- terpasang monitor
- tampak sesak
- tampak terlihat nafas cuping
Hiperventilasi
hidung
- TTV
S: 36,8°C
N: 112x/m
Takipnea
RR : 32x/m
TD : 160/120 mmHg
Spo2 : 98%
Terpasang O2 NRM/8Lpm
- Rontgen thorax dengan
Pola nafas tidak efektif
hasil:
1. Konsilidasi dikedua pulmo
terutama dextra
2. Ruang pleura bilateral tidak
melebar
3. Hemidia fragma bilateral tidak
mendatar
4. Cor CTR > 0,56
5. Sistema tulang yang
tervisualisasi intak
DS : Penurunan kesadaran dan Defisit Nutrisi
- Ibu pasien mengatakan anaknya peningkatan metabolisme
mengalami mual and muntah
setiap makan
- Nafsu makan berkurang Terpasang NGT
- Ibu juga mengatakan berat badan
33
menurun
DO :
- Pasien tampak lemah dan gelisah Nafsu makan menurun
- GCS: 6
- BB : 32 KG
- (50 32 KG) Mual/muntah
- TTV
TD : 160/120 mmHg
Defisit Nutrisi
S : 36,8° c
RR : 32 x/m
N : 112x/m
Spo2 : 98% o2 NPM/8Lpm
- Hasil Laboratorium
Hemoglobin : 9.7 gr%
Hematokrit : 29 %
Trombosit : 340 mm^3
Leukosit : 11.8 /mm^3
NA : 133.1 mmol/L
K : 3.92 mmol/L
CI : 97.2 mmol/L
GDS Stick : 134 mg/dl
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai dengan
pasien sesak nafas
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai dengan
penurunan berat badan.
35
pasien tidak
dapat
mengeluarkan
sputumnya
sendiri.
3. Untuk
membantu
menurunkan
distress
pernafasan
akibat hipoksia.
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi:
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam 1. Untuk
1. Identifikasi
dengan diharapkan masalah mengetahui
status nutrisi
ketidakmampua keperawatan defisit nutrisi tanda atau
n menelan pada pasien dapat membaik 2. Identifikasi gejala nutrisi
makanan dengan kriteria hasil: makanan kurang dari
Kriteria Awa Targe yang disukai kebutuhan
(D.0019) hasil l t tubuh.
3. Indentifikasi
Refleks 2 4 2. Agar pasien
alergi dan
menelan memiliki
intoleransi
Kemampua 2 4 kemauan untuk
makanan
n makan.
mengunyah 4. Identifikasi 3. Untuk
Frekuensi 2 4 kebutuhan mencegah
tersedak kalori dan komplikasi
jenis nutrisi penyakit yang
(L.06052) ditimbulkan
5. Identifikasi
akibat alergi
perlunya
makanan.
penggunanaan
4. Agar
selang
terpenuhinya
nasogastrik
kebutuhan
monitor
nutrisi pasien.
asupan
36
5. Agar tidak
makanan
tersedak pada
Terapeutik : saat diberikan
makanan/nutris
6. Sajikan
i.
makanan secara
menarik dan
Terapeutik:
suhu yang
1. Agar pasien
sesuai
mempunyai
7. Berikan keinginan atau daya
suplemen tarik pada makanan
makanan yang disediakan.
2. Untuk menambah
8. Berikan
nafsu makan
makanan tinggi
pasien.
kalori dan
3. Agar terpenuhinya
tinggi protein.
kebutuhan nutrisi
Edukasi : pasien.
9.Anjurkan
Edukasi:
posisi
1. Untuk mencegah
duduk , jika
tersedak pada saat
mau
diberikan makanan.
10. Ajarkan Diet 2. Untuk mencegah
yang terjadinya
diprogramka komplikasi pada
n penyakit yang
diderita pasien.
Kolaborasi :
Kolaborasi:
11. Kolaborasi
1. Agar terpenuhinya
dengan ahli gizi
asupan gizi dan
untuk
makanan tinggi
menentukan
kalori dan tinggi
jumlah kalori dan
37
jenis nutrisi yang protein yang
dibutuhkan, jika dibutuhkan untuk
perlu penyembuhan
penyakit pasien.
(I.03119)
38
3.4 Implementasi Keperawatan
39
TD: 160/120 mmHg.
Nadi 112x/menit.
Rr: 32x/menit.
Suhu: 36,8ºC
SPO₂: 98%
Terpasang selang oksigen
non-rebhriting mask 8
lpm
19/12/2022 Memonitor tanda- S:- Kelompok
Pukul tanda vital tiap jam O: 10
21.00 - TD : 150/100 mmHg
- Nadi : 111 x/menit
- RR : 30 x/menit
- Suhu : 36,5 °C
Spo2 : 97% ̶> O2 NRM 8
lpm
Pukul Memonitor frekuensi S : keluarga mengatakan Kelompok
21.30 wib irama, kedalaman, dan anaknya masih sesak 10
upaya nafas nafas
O:
-Nafas tampak cepat.
-Pasien tampak sesak.
-Terpasang selang oksigen
non rebrithing mask 8
lpm.
-Pasien tampak gelisah
Defisit Nutrisi 18/12/2022 1. Memonitor berat S : Kelompok
badan Keluarga pasien 10
Pukul mengatakan anaknya
08.30 wib mengalami mual muntah
pada saat, nafsu makan
berkurang
O:
- BB awal 40 kg
- BB akhir 32 kg
- Pasien terpasang NGT
- Hemoglobin : 9.7 gr%
- Hematokrit : 29 %
- Trombosit : 340
mm^3
- Leukosit : 11.8
/mm^3
- NA : 133.1 mmol/L
- K : 3.92 mmol/L
- CI : 97.2 mmol/L
- GDS Stick : 134
mg/dl
Pukul 2. Memonitor S:
09.00 wib asupan makanan Keluarga pasien
40
mengatakan sebelum
masuk rumah sakit nafsu
makan anaknya sudah
berkurang dan sekarang
anaknya makan lewat
selang dan diwaktu
O:
- Pasien terpasang
NGT
- Memberikan asupan
susu pada pasien
sebanyak 40 cc
melalui NGT
- Pasien
mengkonsumsi susu
dan diberikan /3 jam
Pukul 3. Mengganti cairan S:-
10.00 wib infus RL O:
Cairan infus RL 3cc/kg
BB/jam via syringe pump
Pukul 4. Memonitor tanda- S:-
11.00 wib tanda vital tiap O:
jam - TD : 160/120 mmHg
- Nadi : 112 x/menit
- RR : 28 x/menit
- Suhu : 36,8 °C
- Saturasi Oksigen :
98% > ̶ O2 NRM
3lpm
Pukul 5. Melakukan cek S:-
12.00 wib residu dan O:
Memonitor - Memberikan diet susu
asupan makanan pada pasien sebanyak
40 cc melalui NGT
- Pasien
mengkonsumsi susu
dan diberikan /3 jam
19/12/2022 1. Memonitor tanda- S : -
Pukul tanda vital tiap O :
21.00 jam - TD : 150/100 mmHg
- Nadi : 111 x/menit
- RR : 30 x/menit
- Suhu : 36,5 °C
- Spo2 : 97% ̶> O2
NRM 3 lpm
Pukul 2. Melakukan cek S : -
21.30 wib residu dan O :
Memonitor - Setelah dilakukan cek
asupan makanan residu tidak terdapat
cairan/pengosongan
lambung baik
41
- Memberikan diet
susu pada pasien
sebanyak 40cc
melalui NGT
Pukul 3. Memberian obat S : -
22.00 wib sesuai dengan O :
anjuran dokter - Pemberian obat
anbacim 2 x 1gr/12
jam via IV
42
3.5 Catatan Perkembangan
Pola Nafas S: S:
Tidak Efektif
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak Ibu pasien mengatakan anaknya masih
nafas sejak 2 hari yang lalu disertai mengalami sesak nafas dan untuk kondisi
kejang 1x dan penurunan kesadaran penurunan kesadran masih terjadi
O: O:
Pasien terpasang selang oksigen NRM Pasien terpasang selang oksigen NRM
A : Masalah Pola Nafas Tidak Efektif A : Masalah Pola Nafas Tidak Efektif
belum teratasi belum teratasi
P: P:
Monitor adanya sumbatan jalan nafas Monitor adanya sumbatan jalan nafas
43
I: I:
Defisit Nutrisi S: S:
Ibu pasien mengatakan anaknya Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan
mengalami mual dan muntah ketika muntah yang di alami anaknya sudah
makan, makan berkurang dan berat berkurang tidak seperti kemarin
badan menurun
O:
O:
GCS : 6
GCS : 6
Pasien nampak pucat dan lemah
Pasien nampak pucat, lemah dan
Pasien mengalami penurunan kesadaran
gelisah
BB 32 (40 -> 32 kg)
Pasien mengalami penurunan kesadaran
A : Defisit nutrisi berhubungan dengan
BB 32 (40 -> 32 kg)
penurunan berat badan ditandai dengan
A : Pola nafas tidak efektif berat badan 32kg (awal 40kg)
berhubungan dengan hambatan upaya
P:
nafas ditandai dengan pasien sesak
Monitor berat badan
P:
Monitor hasil laboratorium
Monitor berat badan
identifikasi pola makan
Monitor hasil laboratorium
I:
44
identifikasi pola makan Memonitor berat badan
R :Intervensi di lanjtukan
a. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
18/12/2022 19/12/2022
Pola Nafas S: S:
Tidak Efektif
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak Ibu pasien mengatakan anaknya masih
nafas sejak 2 hari yang lalu disertai sesak nafas dan penurunan kesadaran
kejang 1x dan penurunan kesadaran
O:
O:
Kesadaran : Sopor
Kesadaran : Sopor
Pasien nampak gelisah
Pasien nampak gelisah
Terdengar suara nafas wheezing
Terdengar suara nafas wheezing
Pasien terpasang selang oksigen NRM
Pasien terpasang selang oksigen NRM
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Tekanan Darah : 160/120 mmHg
Nadi : 111x/menit
Nadi : 112x/menit
Respirasi : 30x/menit
Respirasi : 32x/menit
Suhu : 36,5°C
45
Suhu : 36,8°C SPO2 : 97% - O2 NRM 8 lpm
Memonitor TTV
Defisit Nutrisi S: S:
46
Mengidentifikasi pola makan
47
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil yang didapatkan pada jurnal yang dilakukan oleh Astuti,
Wahyu Tri. dkk. (2019) bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
yang berhubungan dengan produksi mukus berlebihan yang dilakukan
pada Rabu 7 Juni 2017 pukul 12.50 WIB ialah dilakukan terapi inhalasi
nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin 1cc + Bisolvon 10 tetes. Respon
yang didapatkan An. A tidak kooperatif pada saat dilakukan nebulizer,
dahak belum keluar, frekuensi pernapasan 43 kali/menit, oksigen 2
liter/menit. Hasil evaluasi pada pukul 14.00 WIB diperoleh data ibu An.
A mengatakan anaknya masih batuk berdahak dan sesak napas, serta
tidak dapat mengeluarkan dahak, batuk terus menerus, oksigen 2
liter/menit, frekuensi pernapasan 43 kali/menit. Perencanaan intervensi
tindakan terapi inhalasi nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin 1cc +
Bisolvon 10 tetes dilanjutkan. Hasil implementasi yang diperoleh pada
Kamis 8 Juni 2017 pukul 07.00 WIB dilakukaan kembali tindakan terapi
inhalasi nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin 1cc + Bisolvon 10 tetes,
respon pasien kooperatif serta dahak yang keluar masih sedikit, frekuensi
pernapasan 40 kali/menit, oksigen masih terpasang. Hasil evaluasi di
peroleh data ibu An. A mengatakan masih batuk serta sesak napas
berkurang, An. A tampak bisa mengeluarkan dahak tetapi sedikit,
frekuensi pernapasan 33 kali/menit. Perencanaan tindakan selanjutnya
pemberian nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin 1cc + Bisolvon 10 tetes
dilanjutkan. Implementasi pada Jumat 9 Juni 2017 pukul 07.10 WIB
diberikan terapi inhalasi nebulizer dengan Nacl 1cc + Ventolin 1cc +
Bisolvon 10 tetes ulang, respon pasien tampak mengeluarkan dahak
48
tetapi sedikit, frekuensi pernapasan 35 kali/menit, napas normal, oksigen
tidak terpasang, batuk berkurang. Hasil evaluasi di dapatkan data ibu An.
A mengatakan An. A masih batuk namun berkurang, tidak sesak napas,
oksigen dilepas, frekuensi pernapasan 26 kali/menit, setelah dilakukan
terapi inhalasi nebulizerdahak dapat keluar dengan dimuntahkan keluar
tetapi sedikit. Perencanaan pasien An. A pulang tanggal 10 Juni 2017.
Berdasarkan hasil diatas dahak dapat keluar pada saat dilakukan
intervensi hari kedua dan ketiga, dan respon pasien kooperatif, serta
dapat mengeluarkan dahaknya sedikit demi sedikit, sesak berkurang, dan
pernafasan normal pada hari ketiga setelah dilakukan Tindakan
intervensi. Jadi intervensi pemberian terapi inhalasi nebulezer dengan
Nacl 1cc + Ventolin 1cc + Bisolvon 10 tetes ulang efektif digunakan
pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan mukusnya.
4.2 Pembahasan
Nebulisasi adalah proses menciptakan aerosol dengan
mengarahkan gas ke cairan. Aerosol adalah suspensi yang padat atau cair
dalam bentuk gas terapeutik, tetapi dalam jumlah kecil untuk dihirup.
Tujuan nebulizer adalah mengantarkan obat ke organ dengan sangat
aman dan efektif dengan efek samping yang minimal. Partikel uap atau
obat dibuat menggunakan alat yang disebut nebulizer atau generator
aerosol. Aerosol yang terbentuk akan dihirup pasien melalui mouth piece
atau sungkup dan masuk ke paru-paru untuk mengencerkan sekret
(Wahyuni, 2017), sehingga dapat dilihat efektivitas pengobatan
bronkopneumonia dengan membandingkan Respiration Rate (RR)
sebelum dan sesudah terapi (Meriyani et al., 2016). Jenis terapi inhalasi
dipilih karena terapi inhalasi memiliki efek bronkodilator atau
memperluas lumen bronkus, membuat sputum encer agar lebih mudah
dikeluarkan, mengurangi hiperaktivitas bronkus dan dapat mengobati
infeksi.
49
Terapi inhalasi adalah pemberian obat dengan cara dihirup
(inhalasi) ke dalam saluran pernapasan. Terapi inhalasi adalah pemberian
obat ke dalam saluran napas.
Nebulizer salah satu intervensi yang tepat untuk anak-anak dan
orang tua yang memiliki masalah pernapasan, terutama lendir yang
berlebihan, batuk atau sesak napas. Karena obat langsung masuk ke
saluran pernafasan. Pada klien yang batuk dan mengeluarkan lendir
(plegm/slem) di paru- paru sehingga mampu mengencerkan dahak. Pada
pasien anak-anak pilek dan hidung tersumbat sehingga mampu
melancarkan saluran pernapasan, penggunaan sama dengan obat biasa 3
kali sehari atau sesuai anjuran dokter, campuran obat menjadi uap
biasanya juga obat-obatan yang memang melancarkan napas.
Penggobatan nebulizer lebih efektif dari obat-obatan diminum karena
langsung dihirup masuk ke paru-paru, dosis yang dibutuhkan lebih kecil,
sehingga lebih aman. Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang
dilakukan dengan pemberian uap dengan menggunakan obat combiven
inhaler.
4.3 Keterbatasan
Waktu yang didapat hanya 2 hari membuat kelompok tidak dapat
mengikuti perkembangan selanjutnya dari pasien karena pasien
meninggal sehingga tidak dapat memberikan evaluasi yang maksimal
kepada pasien dan keluarga.
50
BAB V
5.1. Simpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi pada Asuhan Keperawatan pasien
An.A dengan diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya nafas pada pneumonia di ruang PICU RSUD
WALED Kabupaten Cirebon dengan mengaplikasikan pengaruh tindakan
penghisapan lendir (suction) terhadap kadar saturasi oksigen.
5.2. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Pneumonia penulis akan memberikan usulan dam masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan
maupun dengan klien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi
pasien yang mengalami masalah pola nafas tidak efektif pada
pneumonia.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan
ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien pneumonia, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu
membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan
dasarnya.
51
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas sehingga dapat mengasilkan perawat yang profesional,
terampil, inovatif dan bermutu dalam memberika asuhan keperawatan
secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Susanto. (2015). Analisis Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian
Pneumonia. Scholar UNAND, 3.
UNICEF. (2019). Lembaga Kesehatan dan Anak memperingati satu anak
Meninggal Akibat Pneumonia Setiap 39 Detik. CNN Indonesia.
Wahyudi, Kris. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia
yang Di Rawat Di Rumah Sakit. KTI: Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Samarinda. Diakses pada 9 Januari 2023
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id
Widagdo, W., & Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Pusdik SDM kesehatan.
54