Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Berkat kuasa dari-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
MALARIA PADA ANAK”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna, tetapi berkat bantuan dan bimbingan yang berupa saran dan kritikan dari
berbagai pihak, penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan dan penyelesaian makalah mengenai asuhan keperawatan ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis
khususnya. Terima Kasih
Kelompok I
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian..........................................................................................................3
2. Anatomi Fisiologi..............................................................................................3
3. Etiologi..............................................................................................................7
4. Klasifikasi..........................................................................................................8
5. Patofisiologi.......................................................................................................9
6. Manifestasi Klinis..............................................................................................10
7. Komplikasi........................................................................................................11
8. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................11
9. Penatalaksanaan.................................................................................................12
10. Pathway...........................................................................................................14
1. Pengkajian.........................................................................................................15
2. Klasifikasi Data.................................................................................................15
3. Analisa Data......................................................................................................15
4. Diagnosa Keperawatan......................................................................................16
5. Intervensi Keperawatan.....................................................................................20
Kesimpulan................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina. Penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin
(Irianto, 2011). Kondisi global dari kejadian penyakit malaria saat ini membutuhkanlebih
banyak perhatian daripada masa-masa sebelumnya (Sorontou, 2014).
Berdasarkan data dari World Health Organization(WHO) diperkirakan sekitar 41%
populasi dunia dapat terinfeksi malaria. WHO juga menyatakan penyakit ini termasuk
banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin. Pada tahun 2015, ada 214 juta
kasus malaria di seluruh dunia. WHO juga telah mengoordinasi penanggulangan malaria
melalui program Roll Bock to Malaria (RBM). Laporan terakhir menyebutkan bahwa
kasus malaria impor di 13 negara menurun sebanyak 47%, yaitu dari 140 kasus pada
tahun 2003 menjadi 66 kasus pada tahun 2008 (Behrens, 2010). World Malaria Report
melaporkan bahwa dari tahun 2000 hingga tahun 2005, jumlah kasus malaria meningkat
dari 233 juta menjadi 244 juta tetapi kemudian pada tahun 2009 menurun menjadi 225
juta, dan pada tahun 2017 menurun lagi menjadi 219 juta. Laporan tersebut juga
menyebutkan bahwa jumlah kematian yang pada tahun 2000 sebesar 985.000 menurun
menjadi 781.000 pada tahun 2009, dan menurun lagi menjadi 435.000 pada tahun 2017
(WHO 2009: Kakkilaya, 2011: WHO, 2018).
Sedangkan berdasarkan Riskesdas Kemenkes RI tahun 2018, situasi malaria di
Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah
endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama meliputi Papua, Papua
Barat, dan NTT. Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di
antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37
kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Prevalensi malaria di Provinsi Papua mencapai angka 12,07% dengan jumlah 48.477
kasus dengan kelompok umur <1 tahun 831 kesakitan, kelompok umur 1-4 tahun
sebanyak 4.006 kesakitan dan kelompok usia 5-14 sebanyak 10.663 kasus. (Riskesdas
Papua 2018).
Kabupaten Mimika merupakan salah satu daerah endemis malaria di provinsi
Papua. Kasus positif malaria di Kabupaten Mimika masih cukup tinggi dari semua
penyakit yang dijumpai di Puskesmas dan klinik layanan kesehatan. (Sabariah
2015). Masuk tahun 2021, kasus malaria di Mimika khususnya di distrik Wania per
Januari dan Februari mencapai angka 1.283 kesakitan malaria berdasarkan data yang
dilaporkan Puskesmas Wania. Dari jumlah kasus tersebut, per Januari 2021 tercatat 788
angka kesakitan malaria dengan persentase tertinggi adalah penyakit malaria tersiana dan
tropika yang mencapai 46% angka kesakitan, sedangkan per Februari 2021 terjadi 495
kesakitan malaria dengan kesamaan kasus kesakitan malaria yang terjadi. Dari data
Puskesmas Wania yang tercatat, angka kesakitan malaria per Januari tertinggi terjadi
pada masyarakat yang berusia 15 hingga 64 tahun dan terbanyak terjadi di kampung
Kamoro Jaya dan Nawaripi yang sedikitnya 15 orang ibu hamil terjangkit malaria per
Januari 2021. Sedangkan untuk bulan Februari, tertinggi terjadi juga pada usia 15 hingga
64 tahun yang terbanyak di kampung Kamoro Jaya dengan sedikitnya 11 ibu hamil
terjangkit dari keseluruhan kasus per februari 2021 (Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika,
2021).
Di tinjau dari tingginya angka kejadian serta komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh
penyakit malaria maka para tenaga kesehatan termasuk para perawat mempunyai peranan
penting dalam memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian dari
pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta pengalaman
biologi, psikologi, sosiologi, spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan
derajat kesehatan klien, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
klien dan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Praptianingsih, 2010).
Semua itu dapat di berikan dalam bentuk asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
tersebut di laksanakan dalam beberapa langkah mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, sampai evaluasi yang mana kita dapat membantu
klien untuk memenuhi kebutuhanya, mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut,
mengatasi respon penyakit yang di deritanya sehingga masalah klien dapat dikurangi
ataupun teratasi.
Berdasarkan uraian diatas maka Penulis tertarik mengangkat makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Malaria Pada Anak”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar malaria pada anak yang meliputi definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
diagnostic dan penatalaksanaan malaria pada anak?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan malaria pada anak yang meliputi
pengkajian, diagnose, dan itervensi keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar malaria pada anak meliputi definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
diagnostic dan penatalaksanaan malaria pada anak.
2. Untuk memahami konsep dasar asuhan keperawatan malaria pada anak yang meliputi
pengkajian, diagnose, dan itervensi keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Malaria merupakan salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles. (Marni, 2016). Sedangkan menu menurut Poespoprodjo dalam (harijanto,
2018) mengemukakan bahwa Infeksi malaria disebabkan oleh 5 spesies Plasmodium (P.
Falcifarum, P.Vivax, P.Malariae, P.Ovale, dan P. Knowlesi). (Najmah, 2016) juga
mengemukakan bahwa Plasmodium malaria akan hidup dan berkembang biak dalam sel
darah merah manusia Dan dapat ditularkan dari manusia kemanusia lain melalui gigitan
nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Dan Marni tahun 2016 menambahkan juga bahwa
gejala malaria akan di tandai demam rekuren, anemia dan hepatosplenomegali.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa
Indonesia (Depkes, 2017).
Dari beberapa pengertian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa Malaria
merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronis, yang disebabkan oleh 5 spesies
plasmodium, ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk anopheles betina,
berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditandai lewat gejala demam
rekuren, anemia, dan hepatosplenomegaly.
2. Anatomi Fisiologi
Darah merupakan komponen esensial makluk hidup yang berada dalam ruang
vascular, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel ke berbagai bagian
tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru kejaringan
dan karbondioksida dari jaringan keparu-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient
dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormone dan materimateri
pembekuan darah (Tarwoto, 2008).
a. Karakteristik darah (Tarwoto, 2008)
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibanding dengan
darah arteri.
2) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar 1.048
sampai 1.066.
3) pH
pH darah bersifat alkalin dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral 7.00).
4) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB, atau sekitar
4 sampai 5 liter darah.
5) Komposisi
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian besar terdiri dari air
(92%), 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas pernapasan, enzim,
hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garaman organic. Protein-
protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombine dan
protein esensien untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat
penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin
juga mengandung antibody (immunoglobulin) seperti IgM, IgG, IgA, IgD dan
IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/ butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas
eritrositatau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC), leukosit atau
sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan trombositplatelet. Sel
darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel
darah putih dan trombosit 1% . sel darah putih terdiri dari basofil, eosinofil,
neutrofil, limfosit, dan monosit.
3) Trombosit
Trombosit merupakan sel tak berinti, berbentuk cakram dengan diameter 2-
5 um, berasal dari pertunasan sel raksasa berinti banyak megakariosit yang
terdapat dalam sumsum tulang. Pada 13 keadaan normal jumlah trombosit
sekitar 150.000-300.000/mL darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2
minggu atau kirakira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolifid yang
penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh darah serta
memperbaiki pembuluh darah kecil yang rusak. Trombosit diproduksi di
sumsum tulang kemudian sekitar 80% beredar disirkulasi darah hanya 20%
yang disimpan dalam limpa sebagai cadangan.
Gambar 2.4 Trombosit
c. Hemopoisis (hematopoisis)
Hemopoisis adalah proses pembentukan dan pematangan darah. Organ-organ
yang penting dalam hemopoisis adalah:
1) Limpa
Limpa berada dibawah diafragma sebelah kiri dari lambung. Tersusun atas
3 tipe jaringan yaitu white pulp, red pulp dan marginal pulp, yang semua
berperan dalam keseimbangan pembentukan dan pemecahan sel darah. Selama
pembentukan darah, limpa menghancurkan sel darah merah yang sudah tua
dengan cara memfagosit, membantu metabolisme besi dengan cara memecah
hemoglobin.
2) Hati
Hati merupakan organ sangat penting dalam eritropoisis, terutama jika
produksi sel darah merah dalam susum tulang tidak normal. Hati merupakan
tempat utama produksi dari faktor pembekuan darah dan protrombin,
menghasilkan empedu, mengaktifkan vitamin k .
3. Etiologi
4. Klasifikasi Malaria
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
a. Plasmodium vivax ( malaria tertiana )
1) Meriang
2) Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali
setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)
minggu setelah infeksi)
3) Keringat dingin
4) Kejang-kejang
5) Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang dan sendi.
7. Komplikasi
Komplikasi penting malaria berat pada anak adalah hipoglikemia. Hal ini terjadi
karena supresi proses glukoneogenesis parasit di hati dan sekaligus menginduksi sekresi
insulin di pankreas. Sekresi insulin meningkat dengan penggunaan kina dan dapat
mengakibatkan sekuele neurologis yang berat. Distres pernafasan adalah komplikasi
umum lain pada anak-anak, umumnya konsekuensi dari asidosis berat. Berbeda dengan
anak-anak, distres pernafasan pada orang dewasa biasanya akibat edema paru dan juga
ARDS.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menyertai antara lain anemia, trombositopenia,
leukosit normal/leukopenia, dan peningkatan LED.
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan apusan darah tebal dan apusan darah tipis.
Apusan darah tebal dibuat dengan pewarnaan Giemsa atau Field Stain, sedangkan
apusan darah tipis dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Pemeriksaan apusan darah
tebal bertujuan melihat jumlah eritrosit dalam darah, sementara pemeriksaan apusan
darah tipis bertujuan melihat perubahan bentuk eritrosit, jenis Plasmodium, dan
persentase eritrosit yang terinfeksi. Hasil apusan darah negatif tunggal tidak
meniadakan diagnosis malaria, karena sebagian besar pasien bergejala akan
menunjukkan hasil positif dalam 48 jam. Pemeriksaan darah serial setiap 6 jam selama
tiga hari berurutan dapat dilakukan.
Pemeriksaan apusan darah tipis tidak mungkin dapat membedakan morfologi spesies
P. malariae dan P. knowlesi, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih canggih seperti
polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan praktis terutama di daerah endemis
dapat dilakukan dengan rapid diagnostic test (RDT) berbentuk dipstick, dianjurkan
menggunakan tes diagnostik cepat yang memiliki kemampuan minimal sensitivitas 95%
dan spesifi sitas 95%.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Malaria Ringan/Tanpa Komplikasi
1) Pengobatan malaria P.Falcifarum/vivax
Pilihan ACT yang tersedia di Indonesia adalah sebagai berikut, yaitu: Pilihan I:
obat kombinasi dihydroartemisin-piperakuin (DHP), sudah berupa fixed dose
combination (FDC). Dosis ACT untuk malaria falsifarum dan vivax sama
sedangkan untuk primakuin pada malaria falsifarum hanya diberikan hari pertama,
sedangkan pada malaria vivax 48 selama 14 hari dengan dosis 0, 25 mg/kgBB.
Pada bayi dengan usia <6 bulan tidak boleh diberikan. Penyesuaian dosis karena
adanya pertimbagan perkembangan system organ secara anatomi dan fisiologi
dimana system organ pada bayi masih matur dan belum berkembang sehingga
mempengaruhi farmakodinamik obat yaitu pada bayi mebutuhkan pengosongan
lambung yang lebih lama, pembentukan vili yang menyebabkan perbedaan
aktivitas motoric saluran cerna, dan juga aktivitas metabolism pada hepar yang
belum matur dan lebih lambat sehingga menyebabkan perbedaan absorbs obat.
Pengobatan malaria pada bayi/infant Malaria pada bayi usia dibawah 2 tahun
sering terjadi di daerah endemik malaria, khususnya daerah dengan
holo/hiperendemik. Masalah penanganan pada kelompok ini sering mengalami
kesulitan, misalnya kesulitan mengambil sampel darah untuk memastikan malaria
pada usia bayi dan pemilihan obat yang kurang berasa pahit agar mudah
dikonsumsi dan tidak menyebabkan muntah. Apabila masalah resitensi tidak
ditemukan, kloroquin dan sulfadoksi-pirimetamin merupakan obat utama pada
kelompok ini. Di Indonesia, sering digunakan eukinin yang kurang berasa pahit.
Di Era ACT, artemisin aman untuk bayi, sehingga kegunaanya tergantung pada
obat pasangannya; SP kombinasi dengan artesunate harus dihindari untuk bayi
karena dapat menstimulus terjadinya neonatal hiperbilirubinemia. Primaquin tidak
diberikan kepada bayi di bawah usia 6 bulan. Tetrasiklin tidak boleh dipakai pada
anak-anak sampai usia diatas 11 tahun. Masalah kedua ialah dosis yang berbeda
antara dosis dewasa/anak-anak. Pada bayi dianjurkan penggunaan dosis
berdasarkan takaran BB. Bayi dengan BB.
2) Pengobatan Malaria Fix
Merozoit lepas
Resiko ketidak-
seimbangan Resiko
cairan perfusi serebral
tidak efektif
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Malaria pada Anak
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
(fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan
lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
e. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.
2. Klasifikasi Data
a. Data Subyektif
Adalah data yang diperoleh dari keluhan yang disampaikan pasien , misalnya rasa
nyeri, sakit kepala, rasa khawatir dan sebagainya.
b. Data Obyektif
Adalah data nyata yang diperoleh dari suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui (berlaku) Misalnya: perubahan warna kulit,
tekanan darah, suhu tubuh dan sebagainya.
3. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan kognitif dalam mengembangkan daya berpikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman
dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
Analisa data dibuat dari data yang telah diklasifikasikan yaitu dari data subjektif dan
data objektif yang telah ditemukan.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia (D.0130)
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Penyebab
1. Krisis situasional
2 Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Objektif
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Faktor Risiko :
1. Keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Aterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteronemia
16. Hipertensi
17. Endokarditis infektif
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosis mitral
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan (mis. tindakan operasi bypass)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortik
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskular diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis. meningitis, ensefalitis, abses serebri)
Definisi : Berisiko mengalami penuruan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraselular.
Faktor Risiko
1. Prosedur pembedahan mayor
2 Trauma/perdarahan.
3. Luka bakar
4. Aferesis
5 Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pankreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar 9. Disfungsi intestinal
Terapeutik
-Sediakan lingkungan yang dingin
-Longgarkan atau lepaskan pakalan
-Basahi dan kipasi permukaan tubuh
-Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
-Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
-Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Ansietas b/d kurang terpapar Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Reduksi Ansietas (I. 09314)
informasi dibuktikan dengan 3x24 jam, maka tingkat ansietas menurun
tampak gelisah dan tegang dengan kriteria hasil : Observasi
1. Verbalisasi kebingungan menurun -Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,waktu,
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang stressor)
dihadapi menurun - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Perilaku gelisah menurun -Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Perilaku tegang menurun
Terapeutik
-Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
-Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
-Pahami situasi yang membuat ansietas
-Dengarkan dengan penuh perhatian
-Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
-Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
-Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
-Informasikan secara faktual mengenal diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
-Anjurkan pasien melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
-Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
-Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
-Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu
Resiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (I. 06194)
efektif dibuktikan dengan 3x24 jam, maka perfusi serebral meningkat
koagulopati dengan kriteria hasil : Observasi
1. Tingkat kesadaran meningkat
2. Sakit kepala menurun - Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. lesi, gangguan
3. Nilai rata-rata tekanan darah membaik metabolisme, edema serebral
-Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Ktekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas
Ireguler, kesadaran menurun)
-Monitor status pemapasan
-Monitor intake dan ouput calran
Terapeutik
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang
tenang
- Berikan posisi semi Fowler
-Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
-Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Cairan (I. 03098)
cairan dibuktikan dengan 3x24 jam, maka keseimbangan cairan meningkat
disfungsi intestinal dengan kriteria hasil : Observasi
1. Asupan cairan meningkat -Monitor status hidrasi
2. Haluaran urine meningkat -Monitor berat badan harian
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
-Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
-Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan dapat ditentukan.
Pada kasus malaria pada lansia, perawat dalam melakukan pengkajian dituntut harus
teliti dan kompherensif, sehingga mudah dalam menegakkan diagnosa.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada pasien malaria pada anak adalah sebagai berikut:
a. Hipertermi
b. Ansietas
c. Resiko perifer serebral tidak efektif
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus malaria pada anak disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang ditegakkan dalam diagnosa keperawatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis
susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan
kebutuhan pasien penyakit malaria.
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien berdasarkan kriteria yang
peneliti susun terhadap diagnosa yang teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Liwan, A. S. (2020). Diagnosis dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi pada Anak.
Majalah Farmasetika, 5(1), 46.
(LPB), L. P. B. P. dan P. K. (2018). Laporan Provinsi Papua Barat Riskesdas 2018. 412.