Disusun Oleh :
Desi Natalia
2018.C.10a.0931
1
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. J
Dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia Sistem Keperawatan Anak.”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 3.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Bronkopneumonia............................................................... 4
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 4
2.1.2 Definisi.................................................................................................... 5
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 4
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi (WOC)................................................................................ 7
2.1.6 Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi............................................................................................... 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................ 9
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Anak................................................. 11
2.2.1 Pengkajian................................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 14
2.2.3 Intervensi................................................................................................. 14
2.2.4 Implementasi............................................................................................ 16
2.2.5 Evaluasi.................................................................................................... 16
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian................................................................................................... 11
3.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................. 14
3.3 Intervensi.................................................................................................... 14
3.4 Implementasi............................................................................................... 16
3.5 Evaluasi....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jurnal
SAP
Leaflet
BAB 1
PENDAHULUAN
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien
Bronkopneumonia yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan
pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Bronkopneumonia sehingga dapat diterapkan di masa
yang akan datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Bronkopneumonia.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien Bronkopneumonia ini diharapkan dapat
memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari sistem respirasi manusia, faring berfungsi menyalurkan aliran
udara dari hidung dan mulut untuk diteruskan ke trakea (batang tenggorokan).
2.1.2.6 Epiglotis
Epiglotis adalah lipatan tulang rawan berbentuk daun yang terletak di belakang
lidah, di atas laring (kotak suara).
Selama bernapas, epiglotis akan terbuka untuk memungkinkan udara masuk ke
laring menuju paru-paru. Namun, epiglotis akan menutup selama kita makan
untuk mencegah makanan dan minuman secara tidak sengaja terhirup dan
menyebabkan tersedak.
2.1.2.7 Laring (kotak suara)
Laring adalah rumah bagi pita suara Anda. Letaknya tepat di bawah persimpangan
saluran faring yang membelah menjadi trakea dan kerongkongan.
Laring memiliki dua pita suara yang membuka saat kita bernapas dan menutup
untuk memproduksi suara. Saat kita bernapas, udara akan mengalir melewati dua
pita suara yang berimpitan sehingga menghasilkan getaran. Getaran inilah yang
menghasilkan suara.
2.1.2.8 Trakea (batang tenggorokan)
Trakea adalah bagian terpadu dari jalur napas dan memiliki fungsi vital untuk
mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru untuk pernapasan.
Trakea atau batang tenggorokan adalah tabung berongga lebar yang
menghubungkan laring (kotak suara) ke bronkus paru-paru. Panjangnya sekitar 10
cm dan diameternya kurang dari 2,5 cm.
Trakea memanjang dari laring hingga ke bawah tulang dada (sternum), dan
kemudian membelah menjadi dua tabung kecil yang disebut bronkus. Setiap sisi
paru-paru memiliki satu bronkus.
2.1.2.8 Tulang rusuk
Tulang rusuk adalah tulang yang menopang rongga dada dan melindungi organ
dalam dada, seperti jantung dan paru-paru dari benturan atau goncangan.
Tulang rusuk akan mengembang dan mengempis mengikuti gerak paru saat
mengambil dan mengeluarkan napas.
2.1.2.9 Paru-paru
7
Paru-paru adalah sepasang organ yang terletak di dalam tulang rusuk. Masing-
masing paru berada di kedua sisi dada.
Peran utama paru-paru dalam sistem pernapasan adalah menampung udara
beroksigen yang kita hirup dari hidung dan mengalirkan oksigen tersebut ke
pembuluh darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh.
2.1.2.10 Pleura
Paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Lapisan pleura bertindak
sebagai pelumas yang memungkinkan paru-paru untuk mengembang dan
mengempis dengan lancar setiap kali bernapas. Lapisan pleura juga memisahkan
paru-paru dari dinding dada Anda.
2.1.2.11 Bronkiolus
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan udara
dari bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk mengontrol
jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas berlangsung.
2.1.2.12 Alveoli
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang terletak di
ujung bronkiolus. Dalam sistem pernapasan, alveoli berfungsi sebagai tempat
pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Pada alveoli juga ada kapiler pembuluh darah. Nantinya, darah akan melewati
kapiler dan dibawa oleh pembuluh darah vena dan arteri.
Alveoli kemudian menyerap oksigen dari udara yang dibawa oleh bronkiolus dan
mengalirkannya ke dalam darah. Setelah itu, karbon dioksida dari sel-sel tubuh
mengalir bersama darah ke alveoli untuk diembuskan keluar.
2.1.2.13 Tabung bronkial
Pada tabung bronkial paru-paru, ada sillia berupa rambut-rambut kecil yang
bergerak seperti gelombang. Gerakan gelombang sillia akan membawa mukus
(dahak/lendir/cairan) ke atas hingga ke luar tenggorokan. Silia juga ada di dalam
lubang hidung.
Fungsi lendir atau dahak di tabung bronkial adalah untuk mencegah debu, kuman,
atau benda asing lain agar tidak sampai masuk ke paru-paru. Batuk juga bisa
8
menjadi cara sistem pernapasan manusia mencegah benda asing masuk ke paru-
paru.
2.1.2.14 Diafragma
Diafragma adalah dinding otot kuat yang memisahkan rongga dada dari rongga
perut. Saat melakukan pernapasan perut, diafragma akan bergerak ke bawah dan
menciptakan rongga kosong untuk menarik udara. Ini juga bisa membantu
memperluas paru-paru.
2.1.3 Etiologi
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2011 :
682 ) Antara lain :
1. Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : legionella pneumoniae
3. Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
2.1.4 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke
dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan,
dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga
timbulah gejala demam pada penderita.
9
15
14
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
8) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
9) Pemeriksaan persistem.
a) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability
b) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan
friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah
sesak dan pilek.
c) Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada
orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai berat).
e) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
18
g) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering
i) Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
2.2.2.1 Bersihan jalan nafas tak efektif b.d inflamasi trachea bronchial,
pembentukan edema, ditandai dengan dipsnea dan adanya secret.
2.2.2.2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh bakteri
2.2.2.3 Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
2.2.2.4 Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi.
2.2.2.5 Hipovolemia b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam.
2.2.2.6 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan persediaan dan kebutuhan
oksigen dalam tubuh manusia.
20
2 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
dengan kerusakan kulit atau 1x7 jam diharapkan nyeri klien berkurang. Observasi :
jaringan. SDKI (D.0077 Hal Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) 2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
172) 1. Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 3. Identifikasi skala nyeri
3. Kesulitan tidur menurun (5) 4. Identifikasi respons nyeri non verbal
21
3 Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen hipertermia. SIKI (I 15506 Hal 181)
1x7 jam diharapkan hipertermia klien Observasi :
dengan invaksi
berkurang. 5. Identifikasi penyebab hipertermia
bakteri(D.0130 Hal 284) Kriteria hasil SLKI (L.14134 Hal 129) 6. Monitor suhu tubuh
3. Menggigil menurun (5) 7. Monitor kadar elektrolit
4. Kulit merah menurun (5) 8. Monitor haluaran urin
5. Kejang menurun (5) 9. Monitor komplikasi akibat hipertermia
6. Pucat menurun (5) Terapeutik :
7. Takikardia menurun (5) 12. Sediakan lingkungan yang dingin
8. Takipnea menurun (5) 13. Longgarkan atau lepaskan pakaian
9. Suhu tubuh membaik (5) 14. Basahi dan kipasi bagian tubuh
10. Kadar glukosa darah membaik (5) 15. Berikan cairan oral
11. Pengisian kapiler membaik (5) 16. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
17. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
4. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
23
jika perlu
4 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200)
dengan ketidakmampuan 1x7 jam diharapkan status nutrisi klien Observasi :
mengabsorbsi nuttrien. membaik. 1. Identifikasi status nutrisi
SDKI (D . 0019 Hal 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121)
1. Porsi makanan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat (5)
3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Pengetahuan tentang standar asupan
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
nutrisi yang tepat meningkat (5)
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
3. Indeks masa tubuh membaik (5)
6. Monitor asupan makanan
4. Nafsu makan membaik (5)
7. Monitor berat badan
5. Bising usus membaik (5)
8. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
6. Frekuensi makan membaik (5)
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
24
5 Hipovolemia berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen hipovolemia. SIKI (I 03116 Hal 184)
1x7 jam diharapkan hipovolemia klien teratasi. Observasi :
dengan invaksi
Kriteria hasil SLKI (L.03028 Hal 107) 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
bakteri(D.0130 Hal 284) 1. Kekuatan nadi meningkat (5) 2. Monitor intake dan output cairan
2. Turgor kulit meningkat (5) Terapeutik :
3. Ortopnea menurun (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Dispnea menurun (5) 2. Berikan asupan cairan oral
5. Edema anasarka menurun (5) Edukasi :
6. Tekanan darah membaik (5) 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
25
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian IV isotonis
2. Kolaborasi dalam pemberian cairan hipotonis
3. Koaborasi dalam pemberian cairan koloid
4. Kolaborasi dalam pemberian produk darah
6 Intoleransi aktivitas setelah diberikan asuhan keperawatan selama Terapi aktivitas SIKI (I.05186 Hal 415)
berhubungan dengan 1x7 jam diharapkan intoleransi aktivitas Observasi :
penurunan distribusi oksigen berkurang. 1. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
kejaringan. SDKI (D.0077 Kriteria hasil : SLKI (L.05047 Hal 149) tertentu
Hal 172) 7. Frekuensi nadi meningkat (5) 2. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
8. Saturasi oksigen meningkat (5) diinginkan
9. Keluhan lelah menurun (5) 3. Identifikasi makna aktivitas
10. Dispnea saat aktivitas menurun (5) Terapeutik :
11. Tekanan darah membaik (5) 1. Fasilitasi focus pada kemampuan aktivitas
12. Frekuensi nafas membaik (5) 2. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
3. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
4. Libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas, jika
perlu
Edukasi :
1. Jelaskan metode aktivitas sehari-hari
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik yang sederhana
4. Anjurkan keluarga untuk berpartisipasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
26
3) Riwayat post natal : Kondisi saat lahir bayi normal. Anak pada saat
lahir tidak mengalami asfiksia dan bernapas
spontan.
5) Imunisasi : Lengkap
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Keterangan:
= Laki – Laki
= Perempuan
= Klien ( By.J)
= Tinggal serumah
= Hubungan keluarga
a. Ubun-ubun
Menutup ( √ ) Ya ( × ) Tidak
Keadaan ( √ ) cembung ( × ) cekung ( x ) lain,lain
Kelainan ( × ) Hidrocefalus ( × ) Microcephalus
Lain-lain: tidak ada kelainan pada ubun – ubun
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( × ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( × ) Ya ( √ ) Tidak
Kusam ( × ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain: tidak ada kelainan / gangguan pada rambut.
c. Kepala
Keadaan kulit kepala : bersih
Peradangan/benjolan : (√ ) Ada, sebutkan : Varicella (cacar air)
( x ) Tidak ada benjolan / peradangan
Lain-lain : tidak ada gangguan pada kulit kepala.
d. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( × ) tidak
Conjungtiva : tidak anemis
Skelera : tidak ikterik
Reflek pupil : isokor,pupil mengecil saat di ransang
Cahaya.
Oedem Palpebra : ( × ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : baik
Lain-lain : tidak ada kelainan pada mata
e. Telinga
Bentuk : ( √ ) Simetris ( × ) tidak
Serumen/secret : ( × ) Ada ( √ ) tidak
Peradangan : ( × ) Ada ( √ )tidak
Ketajaman pendengaran : pasien menoleh dan merespon saat di
panggil namanya.
32
ekstermitas.
1. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : keadaan penis dan testis bersih
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( × ) tidak
Hipospadia : ( × ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( × ) ada ( √ ) tidak
Terapi Medis
Tabel 3.1 penatalaksanaan Medis pada By. J Pada tanggal 08 Maret 2021
Nama Obat Dosis Indikasi
Paracetamo ½ X 500mg Untuk penurun deman
l
Bcompleks 2x1 untuk perawatan Kram otot, Gangguan
metabolisme, Migrain, Kekurangan vitamin b3,
Toksisitas salisilat, Asupan makanan yang tidak
memadai, Neurotoksisitas streptomisin, Rambut
abu-abu, Alopecia, Gangguan pernapasan
catarrhal dan kondisi lainnya..
Combivent 1 UDV Untuk meredakan dan mecegah munculnya gejala
36
Mahasiswa,
(Desi Natalia)
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
37
terdengar bunyi nafas tambahan Rochi basah (+), pasien gelisah, TTV, RR:
58x/menit, N: 110x/menit, S: 38,ºC.
2. Hipertermi berhubungan dengan (proses penyakit) infeksi yang ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, Peningkatan suhu tubuh,
Peningkatan nadi, Peningkatan pernafasan, badan terasa panas, badan
menggigil, kulit terasa hangat TTV, RR: 58x/menit, N: 110x/menit, S: 38,ºC.
27
2. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab hipertermia 1. Untuk mengetahui penyebab
keperawatan selama 3x7 jam 2. Monitor suhu tubuh hipertermia
dengan (proses penyakit)
diharapakan hipertermi hilang 3. Sediakan lingkungan yang dingin 2. Untuk mengetahui suhu
infeksi yang ditandai dengan dengan kriteria hasil: 4. Longgarkan atau lepaskan tubuh klien
1. Kulit merah menurun (5) pakaian 3. Untuk menghangatkan tubuh
suhu tubuh diatas nilai normal,
2. Menggigil menurun (5) 5. Basahi dan kipasi bagian tubuh klien
kulit merah, badan terasa 3. Kejang menurun (5) 6. Berikan cairan oral 4. Memberikan kenyamanan
4. Pucat menurun (5) 7. Berikan oksigen, jika perlu pada pasien
panas, badan menggigil, kulit
5. Takikardia menurun (5) Anjurkan tirah baring 5. Untuk menstabilkan tubuh
terasa hangat TTV TD:, RR: 6. Takipnea menurun (5) 8. Anjurkan keluarga untuk klien
7. Suhu tubuh membaik (5) memberikan kompres hangat 6. Mengganti cairan tubuh klien
58x/menit, N: 110x/menit, S:
8. Kadar glukosa darah 9. Kolaborasi pemberian cairan dan yang hilang
38,ºC. membaik (5) elektrolit intravena 7. Membantu pernafasan klien
8. Untuk membantu menambah
cairan tubuh klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
29
DAFTAR PUSTAKA
PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN FEBRIS
ABSTRAK
Demam adalah peroses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu tubuh
meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,2 oC). Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan demam dan menjadi salah
satu manifestasi paling umum penyakit pada anak. Kompres adalah salah satu terapi non farmakologi yang mampu
manangani suhu tubuh anak yang mengalami febris. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 05 Juni sampai dengan 05 Juli
Tahun 2017 di puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan
desain quasi eksperimen dengan rancangan pre and post test design, sampel pada penelitian ini adalah pasien anak yang
mengalami febris di ruang instalasi gawat darurat dengan jumlah sampel sebanyak 17 orang. Tekhnik pengambilan
sampel adalah purposive sampling. Dari hasil penelitian dengan uji Kolmogorov-Smirnov Z didapat nilai pre p=0,62 dan
untuk post p=0,54. Dengan tingkat kemaknaan p >α (0,05) Yang dimana p >α (0,05) berarti uji normalitas data
berdistribusi normal maka dari itu dilakukan uji Paired T test, dengan hasil p=0,0001 dengan tingkat kemaknaan p <α
(0,05) yang dimana 0,0001<0,05 maka dari itu dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap
perubahan suhu tubuh pasien febris di ruangan instalasi gawat darurat puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap. Hasil
penelitian ini dapat di pergunakan sebagai bahan masukan bagi institusi kesehatan dan penanganan peningkatan suhu
tubuh pada pasien febris. Semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sekaligus menjadi
pengalaman berharga bagi peneliti dalam hal melakukan penelitian.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Puskesmas Tanru Tedong. (2017). Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap.
Purwanti & Ambarwati. (2013). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermia Di Ruang Rawat Inap RSUD
Dr.MoewardiSurakarta.http://pu blikasihilmiah.umc.ac.id.
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kelemahan:
Penulis belum menjelaskan berapa lama durasi efektif nya air pada kompres
hangat dapat diberikan, kemudian tidak menerangkan berapa lama kompres
hangat dilakukan ataupun berapa kali kompes hangat dapat diberikan, kemudian
penelitian juga tidak menjelaskan apakah kompres hangat ini memiliki efek
lainnya terutama pada penggunaan jangka panjang.
Saran:
Diharapkan jurnal ini bisa dikembangkan lebih luas lagi dengan menggunakan
banyak responden untuk meningkatkan data dan pembelajaran yang lebih baik.
melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan
mempermudah pengeluaran panas, sehingga terjadi perubahan suhu tubuh. Oleh
dari itu penelitian ini peneliti mengambil kesimpulan bahwa kompres hangat
berpengaruh terhadap perubahan suhu tubuh pada pasien febris diruangan instalsi
gawat darurat puskesmas Tanru Tedong Kabupaten Sidrap.
Simpulan
Rerata suhu tubuh sebelum di berikan tindakan kompres hangat pada pasien
febris di ruangan instalasi gawat darurat puskesmas Puskesmas Tanru Tedong
kabupaten Sidrap dengan nilai mean 38,14 dan rerata suhu tubuh sesudah di
berikan tindakan kompres hangat pada pasien febris di ruangan instalasi gawat
darurat puskesmas Puskesmas Tanru Tedong kabupaten Sidrap dengan nilai hasil
mean 37,54. Sedangkan Pada analisis bivariat didaptkan nilai selisih rerata 0,65
dan nilai p = 0,0001, sehingga ada pengaruh kompres hangat terhadap perubahan
suhu tubuh pada pasien febris.