Anda di halaman 1dari 45

31

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1Identitas
Identitas Bayi
Nama bayi : By Ny E
TTL : 09 Juni 2021
Jam Kelahiran : 21.00
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn.D
Umur Ayah : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama Ayah : Kristen
Nama Ibu : Ny.E
Umur Ibu :24 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Agama Ibu : Kristen
3.2Riwayat Persalinan
1. Awal Persalinan (hari/tgl/jam) : Rabu, 09 Juni 2021
2. Lama Persalinan : 2 jam
3. Komplikasi Persalinan : Tidak ada
4. Terapi yang diberikan : Tidak ada
5. Cara melahirkan : Normal
6. Tempat Melahirkan : Puskesmas Pahandut
7. Usia Kehamilan : 47 Minggu
8. Riwayat Kesehatan ibu : Saat hamil Ny.E tidak mempunyai riwayat
penyakit apapun selama hamil, tidak ada pernah mengalami trauma
fisik/psikologis. Usia kehamilan 40 minggu. Selama kehamilan ibu rajin
kontrol ke Rumah sakit, dan dokter spesialis kandungan. Selama hamil ibu
banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan dan juga mengkonsumsi
sedikit lebih banyak dari porsi biasanya, pada trisemester awal ibu mengalami
mual muntah di pagi hari ataupun saat mecium aroma menyengat seperti
32

parfum ataupun dari masakan, pada trisemester kedua ibu sering merasakan
nyeri didaerah pinggang dan punggung belakang tetapi untuk mual dan
muntah sudah berkurang, kemudian pada trisemester ketiga ibu lebih cepat
mudah lelah, dan lebih sering buang air kecil juga kaki ibu sering terasa sakit,
ibu juga mengkonsumsi vitamin untuk kandungan yang diberikan dokter
spesialisnya. Menurut keluarga pasien, berat badan Ibu pasien selama hamil
meningkat namun tidak signifikan. Selama hamil, ibu pasien sering muntah
sekitar >5 kali perhari, dan setiap kali makan biasanya dimuntahkan.
3.3 Pemeriksaan Fisik Neonatus
1. Antropometri
a. Berat Badan : 2900 gram
b. Panjang Badan : 50 .cm
c. Lingkar Kepala : 34
- Sirkumferensia froto-occipital : 34 cm
- Sirkumferensia mento-occipitalis: 35 cm
- Sirkumferensia suboccipito-bregmatika: 32 cm
- Sirkumferensia submento-bregmatika :32 cm
d. Lingkar Dada : 31 cm
e. Lingkar lengan atas : 10 cm

2. Pernapasan dan peredaran darah (APGAR Score)


a. Pernapasan/RR : 45 ..x/menit, type: dada
b. APGAR Score : 10
No Tanda Score
0 1 2
1 Frekuensi Tak ada < 100x/menit >100 x/menit
Jantung
2 Usaha bernafas Tak ada Lambat,tdk Gerakan aktif
teratur
3 Tonus otot Lumpuh Ektremitas Gerakan aktif
agak fleksi
4 Refleks Tak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
5 Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh
kemerahan,ektr kemerahan
emitas biru
33

c. Frekuensi denyut jantung: 136 x/menit


d. Kelainan/keluhan lain: bayi tidak mau menyusu/ menetek
Masalah Keperawatan : Resiko Defisit Nurisi
3. Suhu tubuh (rectal/axial) : 37,5 oC
Masalah Keperawatan : Hipertermia
4. Kepala/Leher
a. Fontanel anterior : lunak
b. Sutura sagitalis : tepat
c. Wajah : simetris, tampak berwarna kekuningan pada area
wajah dam membran mukosa.
d. Molding : caput seccedaneum

5. Mata :
Bersih dan skelera tampak kuning
6. THT :
a. Telinga : Bentuk telinga Simetris tidak ada serumen atau peradangan,
pendengaran baik, dan tidak ada gangguan.
b. Hidung : Bentuk hidung pasien tampak simetris, tidak terdapat serumen
atau secret
c. Palatum : Tampak normal, lunak dan tidak terbelah/sumbing
7. Toraks :
Gerak dan bentuk simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak
tampak lesi/mass.
8. Abdomen :
Distensi abdomen, lingkar perut : 34 cm, bising usus : 10 -11 x/menit , dan
liver tidak ada pembengkakan
9. Spina/tulang belakang (spina bifida):
Baik dan tidak ada fraktur
10. Kulit
Kulit tampak menguning terutama pada area wajah, terasa hangat dan
turgor kulit > 2 detik.
Masalah Keperawatan : ikterik neonatus
11. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas
34

Bayi tampak dapat menggerakan tangan dan kakinya, tidak ada gangguan,
dan tidak ada kekakuan.
12. Tali pusat:
Tampak belum mongering, tidak ada peradangan, tidak ada nanah, ataupun
tanda infeksi.
13. Anus
Anus tampak lubang anus terlihat, tidak ada pembengkakan dan tidak ada
lesi.
14. Mekonium
Feses bayi tampak hijau tua saat pertama BAB
15. Refleks:
Bayi tampak lemah, dapat mengenggeam, belum bisa mengisap dan
berjalan.

3.4 Data Penunjang


No Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
.
1. WBC 10.29 x 103 /uL 9,00-30,00
2. RBC 4.17 x 106 /uL 4,1-5,5
3. HGB 13.1 g/dl 10-13,5
4. PLT 246 x 103 /Ul 150-400
5. Bilirubin 20 Mg/dl 10-15
6. Albumin 4,6 gr/dl 4,4 – 5,4

3.5 Penatalaksanaan Medis


Obat Rute Dosis Indikasi
Fototerapi - -  terapi sinar adalah salah satu metode
perawatan yang umum dilakukan
untuk menangani kondisi bayi kuning
Inkubator - -  alat yang dipanasi dengan aliran
listrik pada suhu tertentu yang
dipakai untuk memerami telur,
mikrob dan menghangatkan bayi
yang lahir prematur.
OGT Oral Penyalur sumber makanan
Phenobarbital Oral 1x2 Obat untuk mencegah terjadinya
mg kejang-kejang

Palangka Raya, 04 Maret 2021


35

Avilia Anggraini

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: - Gangguan transportasi
DO: Bilirubin dalam darah
1. Kulit Wajah tampak
kuning
2. Skelera tampak Bilirubin inderek
kuning meningkat
3. Nilai bilirubin total Ikterus Neonatus
20 mg/dl
4. Membran mukosa Hiperbilirubinemia
kuning

Ikterus Neonatus

DS: - Empedu tidak dapat


DO: mengalir secara normal ke
1. BB:2900 gram dalam usus
2. PB : 50 .cm
3. LK: 34
4. LD: 31 cm Gangguan pencernaan
5. LLA: 10 cm lemak
6. Bising usus 10 – 11
x/menit
7. Albumin : 4,6 gr/dl Stress lambung
8. Bayi tampak lemah
9. Bayi tampak tidak Resiko Defisit Nutrisi
menyusu Mual muntah
10. Turgor kulit > 2 detik

Anoreksia

Intake tidak adekuat

Resiko Defisit nutrisi

DS:- Fototerapi Hipertermia


DO:
36

1. Kulit terasa hangat


2. Fototerapi Perubahan suhu
3. TTV : lingkungan
S: 37,5 OC
RR: 45 x/menit
N: 136 x/menit
Saraf aferen

Hipotalamus

vasokonstriksi

Penguapan

Hipertermia
37

PRIOROTAS MASALAH

1. Ikterus neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari dibuktikan


dengan kulit wajah tampak kuning, skelera tampak kuning, bilirubin 20
mg/dl, dan membrane mukosa kuning.
2. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas dibuktikan
dengan kulit terasa hangat, fototerapi, dan TTV S: 37,5 RR: 45x/menit,
dan N: 136 x/menit.
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
dibuktikan dengan BB: 2900 gram, PB : 50 .cm, LK: 34, LD: 31 cm, LLA:
10 cm, Bising usus 10 – 11 x/menit, Albumin : 4,6 gr/dl, Bayi tampak
lemah, Bayi tampak tidak menyusu dan turgor kulit > 2.
38

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien :By. W


Ruang Rawat :Flamboyan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Ikterus neonatus berhubungan Setelah dilakuakn tindakkan keperawatan 1. Monitor ikterik pada skelera 1. Megeahui tingkat keparahan
dengan usia kurang dari 7 hari selama 1 x 7 jam diharapkan ikterus ikterik
dibuktikan dengan kulit wajah neunatus dapat berkurang dengan kriteria 2. Monitor suhu dan tanda vital 2. Perubahan TTV pada bayi
tampak kuning, skelera tampak hasil : setiap 4 jam sekali menjadi tanda adanya masalah
kuning bilirubin 20 mg/dl, dan 1) Hidrasi meningkat dengan nilai 5 pada bayi
membrane mukosa kuning. 2) Pigmentasi abnormal menurun 3. Monitor efeksamping 3. Efeksamping fototerapi dapat
dengan nilai 5 fototerapi menyebabkan bayi mengalami
3) Bilirubin kembali normal dengan dehidrasi.
nilai < 15 mg 4. Mandikan bayi dengan suhu 4. Pemberian suhu ruangan akan
ruangan 21-24 0C mengrangi resiko hipotermia
5. Siapkan lampu fototerapi dan 5. Persiapan alat dilakukan di walal
inkubator agar menghindari terjadinya
kesalahan dalam melakukan
tindakkan.
6. Biarkan tubuh bayi terpapar 6. Sinar fototerapi dapat
sinar fototerapi secara menguangi kadar bilirubin pada
berkelanjutan kulit
7. Ganti segera alas dan popok 7. Menghindari terjadinya infeksi
bayi
8. Anjurkan ibu menyusui 8. ASI akan mengurangi tanda
sekitar 20-30 menit ajarkan gejala ikterus neonatorum
39

cara pemberian makanan


pendamping ASI bayi<6
bulan
9. Kolaborasi pemeriksaan 9. Kolaborasi dengan dokter untuk
darah vena bilirubin tindakkan lebih lanjut
Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakuak intervensi selama 1 x 7 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui penyebab
terpapar lingkungan panas jam diharapkan hipertermia berkurang hipertermia hipertermia dapat mempermudah
dibuktikan dengan kulit terasa dangan kriteria hasil : dalam menentukan intervensi
hangat, fototerapi, dan TTV S: 1.Kejang menurun dengan nilai 5 2. Monitor suhu tubuh 2. Perubahan suhu yang semakin
37,5 RR: 45x/menit, dan N: 136 2.Suhu tubuh kembali normal dengan tinggi menandakan adanya
x/menit. nilai 5 gangguan didalam tubuh
3.Mengigil menurun dengan nilai 5 3. Monitor haluaran urine 3. Kadar haluaran urine dapat
4.Pucat menurun dengan nilai 5 menentukan apakah klien
mengalami dehidrasi atau tidak
4. Sediakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang dingin dapat
dingin membantu menurunkan suhu
tubuh
5. Longgarkan atau lepaskan 5. Melonggrakan dan melepaskan
pakaian pakaian dapat membantu
menurunkan suhu tubuh
6. Basahi dan kipas permukaan 6. Membasahi area tubuh dapat
tubuh mengurangi suhu tubuh
7. Berikan cairan oral 7. Pemberian cairan oral untuk
menghindari terjadinya dehidrasi
8. Anjurkan tirah baring 8. Tiring baring dilakukan untuk
mengurangi penguran energy
tubuh yang dapat menyebabkan
tubuh menjadi kelelahan
40

9. Kolaborasi pemberian cairan 9. Pemberian cairan dan elektrolit


dan elektrolit intravena, jika intravena harus dilakukan sesuai
perlu. dengan dosis dari dokter

10. Kolaborasi pemberian obat 10. Phenobarbital adalah obat untuk


Phenobarbital 1 x 2 mg mencegah kejang
Resiko defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakuakn tindakkan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Status nutrisi dapat menjadi
dengan kurangnya asupan selama 1 x 7 jam diharapkan ikterus penentu adanya gangguan
makanan dibuktikan dengan BB: neunatus dapat berkurang dengan kriteria pada pemenuhan nutrisi
2900 gram, PB : 50 .cm, LK: 34, hasil : pasien atau tidak
LD: 31 cm, LLA: 10 cm, Bising 1) Nafsu makan meningkat dengaan 2. Monitor asupan dan 2. Keseimbangan asupan dan
usus 10 – 11 x/menit, Albumin : nilai 5 keluarnya makanan pengeluaran makanan
4,1 gr/dl, Bayi tampak lemah Bayi 2) Rambut rontok menurun penting untuk dijaga
tampak tidak menyusu dan turgor 3) Bisi usus kembali normal 3. Lakukan tindakkan 3. Pemasangan OGT dilakukan
kulit > 2. pemasangan OGT untuk mempermudah nutrisi
masuk kedalam tubuh
4. Minta ibu untuk 4. ASI salah satu nutrisa yang
memberikan ASI secara di perlukan oleh bayi baru
rutin lahir
5. Timbang berat badan 5. Berat badan menjadi ukuran
untuk menentukan status
nutrisi pasien
6. Ajarkan pada keluarga 6. Keluarga dapat secara
cara memberikan nutrisi mendiri memberikan nutrisi
melalui selang OGT melalui selang OGT
7. Edukasi pada keluarga 7. Keluarga dapat memahami
tentang pentingya pentingya pemberian ASI
41

pemberian ASI pada bayi pada bayi baru lahir


baru lahir
8. Kolaborasi dengan ahli 8. Ahli gizi dapat menentukan
gizi dalam pemenuhian nutrisi yang tepat bagi
nutrisi pasien
42

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu,05 maret 2021 DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera mulai berkurang
1. Memonitor ikterik pada skelera
07.00 2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
3. Memonitor efeksamping fototerapi
4. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator - TTV :
5. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara S: 37,5 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
berkelanjutan - Bayi tampak demam akibat efek samping fototerapi
6. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin - Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar Avilia Anggraini
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 17 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

1. Monitor ikterik pada skelera


2. Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali
3. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
berkelanjutan
4. Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
43

Rabu, 05 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “badan By Ny E saya masih terasa
2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia hangat”
2. Memonitor suhu tubuh
07.30 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian O:
4. Memberikan cairan oral
5. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2 mg - Penyebab hipertermia diketahui karena terlalulama di
6. Menyediakan lingkungan yang dingin lakukan tindakkan fototerapi Avilia Anggraini
- S: 37,5
- Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

1. Monitor suhu tubuh


2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Kolaborasi pemberian obat phenobarbital 1 x 2 mg
5. Sediakan lingkungan yang dingin
44

Rabu, 05 maret 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya mulai mau menyusu lagi”
2021 2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT
3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin O:
08.00 4. Mengedukasi pada keluarga tentang pentingya
pemberian ASI pada bayi baru lahir -
Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
- Ibu tampak memberikan ASI secara rutin
- Keluarga tampak memahami pentingny apemberian
ASI
A: masalah teratasi sebagian

P:lanjutkan intervensi
Avilia Anggraini
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan
2. Lakukan tindakkan pemasangan ogt
3. Minta ibu untuk memberikan asi secara rutin
4. Edukasi pada keluarga tentang pentingya pemberian asi
pada bayi baru lahir

CATATAN PERKEMBANGAN
45

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Kamis ,06 Maret DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera sudah tidak ada
2021 1. Memonitor ikterik pada skelera
2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
07.00 3. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator
4. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara - TTV :
berkelanjutan S: 37 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
5. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin - Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 14 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi

1. Monitor Ikterik Pada Skelera


2. Monitor Suhu Dan Tanda Vital Setiap 4 Jam Sekali Avilia Anggraini
3. Siapkan Lampu Fototerapi Dan Ikubator
4. Biarkan Tubuh Bayi Terpapar Sinar Fototerapi Secara
Berkelanjutan
5. Kolaborasi Pemeriksaan Darah Vena Bilirubin
46

Kamis ,06 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “ Badan By Ny E saya sudah tidak terasa
2021 1. Memonitor suhu tubuh hangat”
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
07.30 3. Memberikan cairan oral O:
4. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2
mg - S: 37
5. Menyediakan lingkungan yang dingin - Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi
Avilia Anggraini
1. Monitor suhu tubuh
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Kolaborasi pemberian obat phenobarbital 1 x 2 mg
5. Sediakan lingkungan yang dingin
47

Kamis ,06 Maret 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya mulai mau menyusu lagi”
2021 2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT
3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin O:
08.00 4. Mengedukasi pada keluarga tentang pentingya
pemberian ASI pada bayi baru lahir - Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
- Ibu tampak memberikan ASI secara rutin
- Keluarga tampak memahami pentingnya apemberian
ASI
A: masalah teratasi sebagian
Avilia Anggraini
P:lanjutkan intervensi

1. Monitor asupan dan keluarnya makanan


2. Lakukan tindakkan pemasangan ogt
3. Minta ibu untuk memberikan asi secara rutin
48

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat ,07 Maret DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera sudah tidak ada
2021 1. Memonitor ikterik pada skelera
2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
07.00 3. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator
4. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi - Ikterik pada skelera sudah tidak ada
secara berkelanjutan - TTV :
5. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin S: 36,5 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
- Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 10 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi selesai

Avilia Anggraini
49

Jumat ,07 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “badan By Ny E saya sudah tidak terasa
2021 1. Memonitor suhu tubuh hangat”
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
07.30 3. Memberikan cairan oral O:
4. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2
mg - S: 36,5
5. Menyediakan lingkungan yang dingin - Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah

A: masalah teratasi Avilia Anggraini


P: Intervensi selesai

Jumat ,07 Maret DX: Resiko defisit nutrisi S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya sudah mau menyusu lagi”
2021 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan
2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT O:
08.00 3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin
- Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
50

- Ibu tampak memberikan ASI secara rutin


A: Masalah teratasi Avilia Anggraini
P:Intervensi selesai
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka disimpulkan bahwa ikterus
neonatorum adalah keadaan bayi yang mengalami kekuningan. Kekuningan ini
sendiri pada umumnya disebabkan karena organ hati yang berlum berfungsi
dengan baik sehingga menyebabkan peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Ikterik neonatus yang parah ketika kadar bilirubin tinggi diatas 25 mg/dl dapat
menyebabkan ketulian, cerebral palsy, atau bentuk lain dari kerusakan otak.
Ikterik Neonatus dapat menjadi tanda dari kondisi lain , seperti infeksi atau
masalah tiroid. Semua bayi disarankan mendapat pemeriksaan Ikterik beberapa
hari setelah lahir, selain itu apabila tidak ditangani secara serius dan tepat, ikterik
neonatus dapat menyebabkan terjadinya Kern Ikterus, kern ikterus yaitu
kerusakan atau kelainan otak akibat perlengketan dan penumpukan bilirubin
indirek pada otak, dan dapat menyebabkan kematian pada neonates.

4.2 Saran
Disarankan untuk pembaca Asuhan keperawatan ini agar tetap membaca
literature-litarature lainnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penyakit pada paru yang lebih spesifik pada penyakit Ikterus Neonatorum.

50
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Y. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap Kejadian Ikterus
Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan "Midwife Journal" Volume 3
No. 01, 68.
Muhammad Sowwam, S. N. (2018). fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin
Pada Asuhan Keperawatan Ikterus Neonatorum. Jurnal Keperawatan
CARE Vol. 8 No.2, 82.
Widiawati, S. (2017). Hubungan sepsis neonatorum, BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir. Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6
No.1, 53.
PPNI. 2016. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 : Cetakan III
( Revisi)”

PPNI. 2018. “ Standar Intervensi Keperawatan Indonseia. Edisi 1 : Cetakan II”

PPNI. 2018. “ Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Edisi 1 : Cetakan II”


SATUAN ACARA PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM

DISUSUN OLEH :

Nama : Avilia Anggraini


NIM : (2018.C.10a.0927)

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA.2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
IKTERUS NEONATORUM
Pokok bahasan         : Ikterus Neonatorum
Sub pokok bahasan  : Pendidikan Kesehatan tentang Ikterus Neonatorum
Waktu                    : 20 menit
Hari/Tanggal           : 12 Maret 2021
Sasaran                  : Orang tua yang memiliki bayi
Penyuluh                 : Avilia anggraini

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, Klien dapat mengerti dan
memahami menu seimbang TKTP.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit Klien dapat :
- Pengertian Ikterus
- Tanda dan Gejala Ikterus
- Komplikasi Ikterus
- Penanganan Ikteus
- Pencegahan Ikterus

2. Metode                   : Ceramah, diskusi


3. Media                    : Leaflet
4. Materi                    : Terlampir
5. Kegiatan Penyuluhan
Tahap K e g i a t an
Waktu
kegiatan Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam kepada
sasaran.
2. Menyampaikan topik dan 2. Mendengarkan
tujuan penkes kepada penyuluh
sasaran. menyampaikan
topik dan tujuan.
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan pelaksanaan kesepakatan waktu
penkes dengan sasaran pelaksanaan
penkes
1. Mengkaji ulang 1. Menyampaikan
pengetahuan sasaran pengetahuannya
tentang materi penyuluhan. tentang materi
penyuluhan.
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan
Kegiatan penyuluhan kepada sasaran penyuluh
10 menit
inti dengan menggunakan  menyampaikan
leaflet materi
3. Mendemonstrasikan 3. Mengikuti dan
langkah-langkah gerak memper-hatikan
latihan aktif-pasif. langkah-langkah
gerak akti-pasif
1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab
kepada sasaran tentang pertanyaan
materi yang sudah
disampaikan penyuluh
2. Menyimpulkan materi 2. Mendengarkan
Evaluasi/
5 menit penyuluhan yang telah
penutup
disampaikan kepada sasaran
3. Menutup acara dan 3. Mendengarkan
mengucapkan salam serta penyuluh menutup
terima kasih kepada acara dan
sasaran. menjawab salam

6. Evaluasi
1. Jelaskan Pengertian Ikterus
2. Jelaskan Tanda dan Gejala Ikterus
3. Jelaskan Komplikasi Ikterus
4. Jelaskan Penanganan Ikteus
5. Jelaskan Pencegahan Ikterus
MATERI
A. Pengertian Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan billirubin dalam tubuh atau akumulasi dalam darah lebih dari 5 mg/dl
dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar,
system billiary atau system hematologi , gambaran klinis berupa pewarnaan
kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme
hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila
konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL . Ikterus (Jaundice) adalah perubahan
warna kulit menjadi kuning akibat pewarnaan jaringan oleh bilirubin.

B. Penyebab Ikterus
1)      Berat badan lahir
Berat lahir adalahberatbayi yang ditimbangdalam 1 (satu) jam
setelahlahir.Berat badan lahir yang kurang dari normal dapat mengakibatkan
berbagai kelainan yang timbul dari dirinya, salah satunya bayi akan rentan
terhadap infeksi yang nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak
bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <2500 gram)
mengalami ikterus pada minggu pertama hidupnya. Data epidemiologi
menunjukan bahwa lebih dari 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat
terdeteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya.
2)      Prematur
Prematur adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Prematuritas menimbulkan
imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk
melakukan koping terhadap masalah penyakit.  Bayi prematur/BBLR sering
mengalami kuning karena fungsi hati belum matang, timbulnya kuning lebih awal
dan lama dari bayi cukup bulan. 
3)      Pemberian ASI
ASI merupakan makanan paling ideal untuk bayi dan ASI karena
mengandungsemua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Pemberian ASI secara
penuh sangatdianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh dunia.
4)      Paparan sinar matahari
Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum frekuensi total dari
radiasielektromagnetik yang dilepaskan oleh matahari. Di Bumi, sinar matahari
disaring melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari
ketika matahari berada di atas cakrawala. Ketika radiasi matahari langsung tidak
terhalang oleh awan, itulah yang tampak sebagai sinar matahari, yaitu, kombinasi
cahaya terang dan panas. Jika radiasi matahari langsung ditutupi awan atau
terpantul dari objek lain, maka terlihat sebagai cahaya tersebar

C. Tanda dan Gejala Ikterus


1.      Ikterusfisiologis :
Timbul pada harike 2 atauke 3 dan tampak jelas pada hari ke 5 sampai
denganke 6 dan akan menghilang pada hari ke 7 atau hari ke 10. Kadar bilirubin
serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl danpada BBLR
tidaklebihdari 10mg/dl , dan akan menghilang pada hari 14 . bayi tampak biasa ,
minum baik dan berat badan naik biasa.
2.      Ikterusfatologis:
Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam. Setiap peningkatan kadar bilirubin
serum yang memerlukan fototerafi. Peningkatan kadar bilirubin total serum
0,5mg/Dl/jam.
3.      Ikterusfatologi :
Timbul kuning pada 24 jam pertama kehidupan ,kuning ditemukan pada
umur 14 hari atau lebih, tinja berwarna pucat, kuning sampai lutut dan siku.

D. Komplikasi Ikterus
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan
terjadi penyakit kern ikterus. kren ikterus adalah suatu sindrom neurologic yang
timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel-sel otak kern ikterus
dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran ,
keterbelakangan mental dan gangguan tinggkah laku.
E. Penanganan Ikteus
Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada
bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Dokter
akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya,
dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan
yang memadai.
Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan
pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang
lebih berat. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir. Pengaruh sinar terhadap
ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah
sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar
matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan
dengan bayi lainnya.
1. Ikterus fisiologis:
a. Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi biasanaya
sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
b. Perhatikan frekwensi BAB
c. Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan atau kedinginan
d. Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
e. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan
ASI eklusif lebih sering minimal setiap 2 jam
f. Jaga bayi agar tetap hangat
g. Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus tanyakan apakah kencing sehari
semalam atau apakah sering buang air besar.

2. Ikterus patologis:
a. Jika By Ny E masih bisa menetek mintalah pada ibu untuk menetekkan By
Ny Eanya
b. Jika By Ny E tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan
ASI atau susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula
30-50 cc sebelum dirujuk
c. Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang
berisi 200 cc air masak
d. Jika By Ny E tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula
melalaui pipa ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
e. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
f. Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
g. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB.

F. Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan
kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada
janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa
persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat,
dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir,
biasakan By Ny E dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi
setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ilmu Kebidanan 2010 edisi 3,Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bobak.2004. buku ajarankeperawatanmaternitas.jakarta:EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Ilmu kesehatan By Ny E untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
IKTERUS
NEONATORUM

PENYEBAB
KOMPLIKASI
Disusun Oleh: IKTERUS
NAMA: AVILIA
IKTERUS
 Berat badan
ANGGRAINI Jika bayi kuning
lahir
NIM : patologis tidak
 Prematur
(2018.C.10a.0927) mendapatkan
 Pemberian ASI
pengobatan, maka
 Paparan sinar
akan terjadi penyakit
matahari
kern ikterus.
TANDA DAN
YAYASAN EKA HARAP GEJALA IKTERUS
PALANGKA RAYA
Ikterusfisiologis :
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN Timbul pada harike 2
PRODI S-1 atauke 3
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN .      Ikterusfatologis:
PENANGANAN
2020/2021 Ikterus terjadi
PENGERTIAN IKT IKTEUS
sebelum umur 24 jam.
ERUS  Mengajari ibu
.      Ikterusfatologi :
 Ikterus cara menyinari
Timbul kuning pada
(Jaundice) adalah bayi dengan
24 jam pertama
perubahan warna kulit cahaya
kehidupan
menjadi kuning akibat matahari pagi

pewarnaan jaringan biasanaya

oleh bilirubin. sekitar jam 7


pagi sampai
jam 8 pagi lebih sering
selama 15-30 minimal setiap
menit 2 jam
 Perhatikan  Jaga bayi agar
frekwensi tetap hangat
BAB  Lakukan
 Usahakan agar pemeriksaan
bayi tidak ulang untuk
terlalu ikterus
kepanasan tanyakan PENCEGAHAN
atau apakah IKTERUS
kedinginan kencing sehari
Ikterus dapat
 Memeliahara semalam atau dicegah sejak masa
kebersihan apakah sering kehamilan, dengan
tempat tidur buang air cara pengawasan
bayi dan besar. kehamilan dengan
lingkungannya baik dan teratur,
untuk mencegah
 Jika bayi dapat
sedini mungkin
menghisap,
infeksi pada janin,
anjurkan ibu
dan
untuk hipoksia(kekurang
menyusui an oksigen) pada
secara dini dan janin di dalam
ASI eklusif rahim.
FOTOTERAPI DALAM MENURUNKAN HIPERBILIRUBIN
PADA ASUHAN KEPERAWATAN IKTERUS
NEONATORUM

Muhammad Sowwam, Septy Nur


Aini Akademi Keperawatan YAPPI
Sragen Email: pakehhh@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Ikterus neonatorum merupakan salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir, yang disebabkan oleh hiperbilirubin. Biasanya ditandai dengan warna kuning
pada kulit, sklera, dan organ lain. Kern ikterus merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat.
Kern ikterus meninggalkan gejala sisa berupa cerebral palsi, tuli nada tinggi, paralisis, dan displasia dental
yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Tindakan keperawatan utama untuk mengatasi ikterus neonatorum
adalah tindakan fototerapi. Fototerapi hanya diberikan kepada bayi yang mengalami sakit kuning yang parah
dan dicurigai kadar bilirubin tak terkonjugasi yang dapat membahayakan bayi jika bilirubin meningkat.
Tujuan dalam melakukan Fototerapi adalah untuk menurunkan kadar Hiperbilirubin tak terkonjugasi didalam
sirkulasi darah. Tujuan: Untuk menganalisis fototerapi dalam menurunkan hiperbilirubin pada asuhan
keperawatan ikterus neonatorum. Metode: Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Sampel studi kasus ini adalah bayi Ny. Y. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan, serta dokumentasi. Hasil: Diagnosis pada kasus bayi Ny. Y adalah ikterus
neonatorum berhubungan dengan pola makan tidak tepat. Sebelum dilakukan perawatan fototerapi pada bayi
Ny. Y bayi tampak kuning dari kepala, badan, ekstremitas, pergelangan tangan dan kaki (derajat IV), mukosa
kuning, sclera kuning, dan hasil laboratorium menunjukkan kadar bilirubin indirek 10,64 mg/dl. Setelah
dilakukan perawatan fototerapi bayi sudah tidak kuning, sclera anikterik, mukosa dan kulit tidak kuning.
Simpulan: Fototerapi dapat menurunkan kadar serum bilirubin dalam sirkulasi darah pada pasien: ikterus
neonatorum.

Kata Kunci: Fototerapi, Hiperbilirubin, Ikterus Neonatorum

PHOTOTHERAPY TO REDUCING HIPERBILIRUBIN


ON IKTERUS NEONATORUM NURSING CARE

Abstract
Background: Jaundice neonatorum is one of the conditions that resemble liver disease found in newborns,
caused by hyperbilirubin. Usually characterized by yellow color on skin, sclera, and other organs. Jaundice is
the most severe complication of jaundice of the neonatorum. Kern Jaundus leaves the remaining symptoms of
cerebral palsy, high-pitched deafness, paralysis, and dental dysplasia that greatly affect the quality of life. The
primary nursing action to treat neonatal jaundice is the action of phototherapy. Phototherapy is only given to
babies who have severe jaundice and are suspected of unconjugated bilirubin levels that may harm the baby if
bilirubin increases. The goal in doing Phototherapy is to reduce the levels of unconjugated Hiperbilirubin in
the blood circulation. Objective: To analyze phototherapy in reducing hyperbilirubin in nursing care of
neonatal jaundice. Method: The author uses descriptive method with case study approach. The sample of this
case study is baby Ny. Y. Data collection is done by interview method, observation, examination, and
documentation. Result: Diagnosis in baby case Ny. Y is neonatal jaundice associated with inappropriate diet.
Prior to the treatment of phototherapy in baby Ny. Y infants appear yellow from the head, body, extremities,
wrists and legs (degrees IV), yellow mucosa, yellow sclera, and laboratory results show indirect bilirubin
levels 10.64 mg
/ dl. After the treatment of phototherapy the baby is not yellow, sclera anikterik, mukosa and skin is not
yellow. Conclusion: Phototherapy may decrease serum levels of bilirubin in the blood circulation in patients:
neonatal jaundice

Keywords: Hyperbilirubin, Jaundice Neonatorum, Phototherapy

Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 82


Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
terjadinya angka kematian bayi
Pendahuluan
Upaya kesehatan By Ny E
antara lain diharapkan mampu
menurunkan angka kematian By Ny
E. Indikator angka kematian yang
berhubungan dengan By Ny E yakni
Angka Kematian Neonatal (AKN),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Angka Kematian Balita (AKABA).
Perhatian terhadap upaya penurunan
angka kematian neonatal (0-28 hari)
menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi
terhadap 59% kematian bayi
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor
penyebab kematian bayi yaitu tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu
hamil, tingkat kebersihan program
KIA dan KB serta kondisi
lingkungan dan social ekonomi
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah,
2013). Penyebab Kematian neonatal
adalah gangguan pernafasan (37%),
prematuritas
(34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
kelainan darah/ikterik (6%),
posmatur (3%), dan kelainan
kongenital (1%) (Tim Labmandat
Balitbangkes, 2015).
Salah satu penyebab

Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 83


Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
kurang bulan (prematur) kejadiannya
adalah ikterus neonatorum. Ikterus
lebih sering, yaitu 75%
neonatorum merupakan salah satu
keadaan yang menyerupai penyakit ( Depke dengan
s RI,
hati yang terdapat pada bayi baru prevalensi
2012).
lahir, yang disebabkan oleh icterus
Di
hiperbilirubin. Biasanya ditandai neonatorum
Indonesia,
dengan warna kuning pada kulit, sebesar 13,7%
didapatkan
sklera, dan organ lain (Ridha, 2014). (Sastroasmoro,
data ikterus
Menurut Hafizah 2012).
neonatorum
(2013), kejadian Ikterus Berdasarkan
pada bayi baru
neonatorum menjadi salah satu rekam medik
lahir dirumah
penyebab gangguan di RSUD Dr.
sakit
tumbuh kembang pada Moewardi
pendidikan,
bayi. Ensefaliti biliaris atau Surakarta pada
diantaranya
kern ikterik merupakan bulan Januari
RSCM dengan
komplikasi ikterus sampai Oktober
pravelensi
neonatorum yang paling berat. Kern 2013 jumlah
ikterus pada
ikterik meninggalkan gejala bayi baru lahir
bayi baru lahir
sisa berupa cerebral palsi, dengan ikterus
tahun 2011
tuli nada tinggi, paralisis, dan noenatorum
sebesar 58%
displasia dental yang sangat sebanyak 274 (
untuk kadar
mempengarusi kualitas hidup. Di 10,56% )
bilirubin lebih
Amerika serikat terdapat ( Yunitasari,
dari 5 mg/dL
60% dari 4 juta bayi yang lahir 2014).
dan 29,3 untuk
setiap tahunnya mengalami ikterus. Tindaka
kadar bilirubin
Di Malaysia ditemukan sekitar 75% n keperawatan
lebih dari 12
bayi mengalami ikterus pada utama untuk
mg/dL pada
minggu pertama kelahirannya mengatasi
minggu
(Depkes, 2008). Angka kejadian ikterus
pertama
ikterus di Indonesia sekitar 50% neonatorum
kehidupan.
bayi cukup bulan yang mengalami adalah
Namun di RS
perubahan warna kulit, mukosa, dan tindakan
Dr. Kariadi
mata menjadi kuning, dan pada bayi fototerapi.
Semarang
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 84
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
Fototerapi latar belakang ikterus
fototerapi
hanya diatas, maka neonatorum.
dalam
diberikan Penulis
mengurangi
kepada bayi tertarik untuk Metode
hiperbilirubin Penelitian
yang membuat
emia tak Desain
mengalami studi kasus
terkonjugasi penelitian ini
sakit kuning karya tulis
yang adalah
yang parah ilmiah dengan
deskriptif
dan dicurigai berlebihan, judul
dengan
kadar bilirubin Fototerapi
dan pendekatan
tak dalam
implementasi case study
terkonjugasi menurunkan
nya telah research
hiperbilirubin
secara drastis (Studi Kasus).
dapat pada asuhan
membatasi Penelitian ini
membahayaka keperawatan
transfusi tukar dilakukan di
n bayi jika ikterus
(Bhutani, RSUD dr.
bilirubin neonatorum.
2011). Soehadi
meningkat Tujua
Penelitian Prijonegoro
(England, n umum studi
menunjukkan Sragen pada
2012). kasus ini
bahwa ketika tanggal 7-10
Fototerapi adalah untuk
fototerapi Maret 2018.
merupakan menganalisis
belum Subjek
tindakan yang fototerapi
dilakukan, penelitian
efektif untuk dalam
36% bayi dalam karya
mencegah menurunkan
dengan berat tulis ilmiah ini
kadar Total hiperbilirubin
kelahiran adalah bayi
Bilirubin pada asuhan
kurang dari baru lahir
Serum (TSB) keperawatan
meningkat. 1500 gram
dengan subjek
Uji klinis telah memerlukan
diagnosis dilakukan
divalidasi transfusi tukar
medis Ikterus dengan cara
kemajuan (Newman, et
neonatorum. melihat bayi
al, 2009).
Pemilihan diruang HCU
Dari
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 85
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
Neonatus 1830 gr, badan,
Hasil
RSUD dr. Panjang Badan ekstremitas,
Laboratorium
Soehadi 44 cm, pergelangan
menunjukkan
Prijonegoro Lingkar tangan dan
Kadar serum
Sragen dengan Kepala 29 cm kaki (derajat
Bilirubin
diagnosis Lingkar Dada IV).
Direk 3,03
medis Ikterus 26,5 cm, hasil
mg/dl,
neonatorum pengukuran
Bilirubin
kemudian Tanda- Tanda
Indirek 10,64
penulis Vital : Suhu
mg/dl, dan
mengambil 36,3ᵒC, Nadi
Bilirubin total
satu sampel 125x/menit,
13,67 mg/dl.
untuk RR 30x/menit.
Sebelum bayi
dijadikan Reflek hisap
mengalami
subjek sudi lemah, latergi
ikterik bayi
kasus. dan reflek
didiagnosis
moro lemah,
BBLR dan
Hasil gerak kurang
Penelitian Asfiksia
aktif, dan bayi
Pengka sedang dengan
mengalami
jian pada Bayi APGAR
gumoh setelah
Ny. Y lahir SCORE 7, 9,
diberi munim.
secara SC di 9.
Ny.
RSUD dr. Diagno
Mengatakan
Soehadi sa
By Ny Enya
Prijonegoro keperawatan
belum minum
Sragen pada yang muncul
ASI sejak
tanggal 28 pada bayi Ny.
lahir, Ny. Y
Februari 2018 Y adalah
mengatakan
dengan usia ikterus
By. Y tampak
kehamilan 33 neonatorum
kuning pada
minggu lebih berhubungan
tannggal 7
3 hari. Dengan dengan pola
Maret 2018
Berat Badan makan tidak
dari kepala,
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 86
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
tepat. Tujuan normal, reflek kuning, Maret 2018
keperawatan menghisap memeriksa mengobservasi
pada bayi Ny. adekuat, tonus kadar bilirubin tanda-tanda
Y adalah otot tidak serum, (warna)
untuk menyimpang melakukan kuning,
menurunkan dari rentang fototerapi, memeriksa
kadar normal. kemudian kadar bilirubin
bilirubin Sedangkan memberi susu serum,
serum intervensi formula dan melakukan
didalam yang menilai reflek fototerapi,
darah dengan diterapkan hisap dan kemudian
kriteria hasil adalah reflek gerak memberi susu
kadar fototerapi bayi, serta formula dan
bilirubin neonatus. mengukur menilai reflek
tidak Imlem tanda-tanda hisap dan
menyimpang entasi vital. reflek gerak
dari rentang keperawatan Pada bayi, serta
normal, pada bayi Ny. tanggal 8 mengukur
warna kulit Y yaitu Maret 2018 tanda-tanda
tidak melakukan penulis vital.
menyimpang tindakan kuning, Evaluas
dari rentang fototerapi melakukan i yang
normal, berat selama tiga fototerapi, diperoleh
badan tidak hari dari kemudian selama tiga
menyimpang tangga 7 memberi susu hari, hasil
dari rentang Maret sampai formula dan evaluasi yang
normal, mata 9 Maret 2018. menilai reflek didapatkan,
bersih tidak Pada tanggal hisap dan didapatkan hari
menyimpang 7 Maret reflek gerak Rabu, 7 Maret
dari rentang penulis bayi, serta 2018 pukul
mengukur 14.00 WIB.
menimbang mengobservasi
tanda-tanda Ny. Y
tanda-tanda
vital. Pada mengatakan
badan, (warna)
tanggal 9 warna kulit By
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 87
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
Ny Enya sudah tidak kuat, reflek
mg/dl dinilai
kuning. Dari gumoh, hasil hisap kuat,
ikterik derajat
hasil Vital Sign sehari minum
4, latergi,
pemeriksaan Suhu 37ºC. 8x30 cc ASI
gerak lemah,
fisik bayi Pada dan ataupun
kompresi
tampak hari terakhir susu formula
pada botol
kuning dari data yang dan mampu
lemah, reflek
kepala, badan, didapat habis, bayi
hisap lemah,
ektremitas, adalah Ny. Y sudah tidak
bayi minum
pergelang mengatakan gumoh setelah
susu formula,
tangan dan warna kuning minum, berat
makan 8x35
kaki, hasil pada By Ny badan naik
cc tidak
laboratorium Enya sudah menjadi 1831
pernah habis,
bilirubin direk hilang. Secara gram
bayi gumoh
: 3,03 mg/dl, objektif bayi
setelah
bilirubin dinilai ikterik Pembahasan
minum, berat
indirek : 10,64 hilang, warna Bayi
badan 1830 gr
mg/dl, kulit Ny. Y lahir
masih sama
bilirubin kemerahan secara Caesar
saat lahir.
total : 13,67 tidak tampak dengan berat
Pada
kekuningan, badan 1830
hari kedua
suhu 36, 3ºC, gram. Hal ini
data yang
gerak aktif, sesuai dengan
didapat
kompresi teori Ningsih
adalah BB :
pada botol (2013), bahwa
1830 gr, PB :
maupun ASI salah satu
44 cm, warna
kuning sudah faktor resiko dari kebutuhan
berkurang, ikterus tubuh. Salah
reflek hisap neonatorum satu penyebab
adekuat, adalah terjadinya
kompresi ASI gangguan ikterus adalah
kuat, minum kebutuhan BBLR (berat
± 30 c, bayi nutrisi kurang bayi lahir

Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 88


Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
rendah). Hal mengalami ikterus dapat
fisiologis,
ini dijelaskan prematuritas diklasifikasika
warna kuning
oleh Nurarif pada organ- n menjadi dua
akan timbul
dan Kusuma organ nya yaitu ikterus
pada hari
(2015), bahwa belum fisiologis dan
kedua atau
ikterus bisa berfungsi ikterus
ketiga dan
terjadi karena dengan baik, patologis.
tampak jelas
ASI yang terutama pada Pada ikterus
pada hari
tidak efektif. organ hati,
kelima sampai
Bayi fungsi hati
keenam dan
Ny. Y lahir yang belum
menghilang
dengan masa sempurna
sampai hari
gestasi < 36 menyebabkan
kesepuluh,
minggu yaitu konjugasi
sedangkan
33 minggu bilirubin juga
pada ikterus
lebih 3 hari. belum
patologis,
Hal ini sesuai sempurna,
ikterus timbul
teori Nurarif sehingga
dalam 24 jam
dan Kusuma terjadi
pertama
(2015), bahwa hiperbilirubine
kehidupan.
bayi yang mia dan dapat
Bayi Ny. Y
lahir dengan mengakibatkan
tidak minum
masa gestasi < ikterus
ASI sejak lahir
36 minggu neonatorum.
dikarenakan
dapat beresiko Tanda
ASI Ny. Y
mengalami klinis ikterus
belum keluar,
ikterus pada bayi Ny.
menurut Hal
neonatorum. Y muncul
ini dapat
Hal ini pada usia 9
dijelaskan
dijelaskan hari.
oleh Nurarif &
oleh Nurarif Sedangkan
Kusuma
dan Kusuma menurut
(2015), bahwa
bahwa bayi Royyan
ikterus bisa
yang (2012), bahwa
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 89
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
muncul pada selama disimpulkan dan refleks
hari kelima dirawat di pada kasus moro lemah.
sampai hari HCU bayi Ny. Y Ini sesuai
kesepuluh Neonatus. ikterus terjadi menurut
dikarenakan Menurut karena Royyan (2012),
ASI yang England rendahnya bahwa bayi
tidak efektif. (2012), asupan kalori. dengan ikterus
Maka dari itu ikterus Hal ini neonatorum
dapat fisiologis dibuktikan ditemukan bayi
disimpulkan disebabkan dengan bayi tidak mau
kasus pada oleh asupan gumoh setiap minum, letargi,
bayi Ny. Y kalori yang habis minum, dan reflek
termasuk lebih rendah, minum 8x35 moro lemah
ikterus pengeluaran cc/hari namun atau tidak sama
fisiologis mekonium tidak pernah sekali.
karena bayi yang lebih habis, dan Terjadinya
Ny. Y lambat, dan adaptasi refleks moro
mengalami adaptasi fisiologis yang lemah
ikterus pada fisiologis berlangsung dijelaskan
hari yang terhadap tipe Shapiro (2008)
kesembilan berlangsung susu tertentu dalam
kehidupan. terhadap tipe (dibuktikan Hutahaean
Pada susu tertentu, dengan bayi (2011), bahwa
bayi Ny. Y misalnya Ny. Y minum dari beberapa
setiap minum perubahan ASI dan atau penelitian
selalu gumoh, dari ASI ke susu formula secara garis
minum 8x35 susu formula selama besar rata-rata
cc/hari dan bersifat dirawat). kadar bilirubin
tidak pernah mengganggu Pada total serum
habis. Bayi seluruh proses bayi Ny. Y >20 mg/dl
Ny. Y minum fisiologis mau minum berpotensi
ASI dan atau bayi. Jadi dengan refleks terjadinya
susu formula dapat hisap yang gangguan
lemah, letargi, perkembangan
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 90
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
neurologis selama tiga sampai pasien
dengan
walaupun hari warna pulang tidak
bilirubin dan
kadar <20 kulit sudah dilakukan
juga faktor-
mg/dl dapat tidak ikterik, pemerikasaan
faktor risiko
juga mata darah rutin
yang ada.
berpotensi anikterik, ulang, berat
Tujua
terutama bila reflek hisap badan 1831
n fototerapi
disertai adanya adekuat, bayi gram.
neonatus
faktor-faktor minum ASI ±
yaitu untuk
risiko 35 cc pada Simpulan
menurunkan
(asfiksia, jam 22.00 Pada
kadar
prematuritas, WIB, studi kasus ini
bilirubin
trauma lahir, menggunakan didapatkan
serum dalam
infeksi, proses botol bahwa
sirkulasi
hemolitik). sebanyak 30 Fototerapi
darah. hal ini
Sehingga cc pada pukul Neonatus
juga sesuai
setiap bayi 01.15, gerak dapat
menurut teori
dengan aktif, bayi menurunkan
Royyan
hiperbilirubin minum 8x35 kadar biirubin
(2012), yang
emia harus cc, bayi sudah serum dalam
menjelaskan
dievaluasi tidak gumoh. sirkulasi
bahwa salah
secara kadar darah. Rumah
satu
individual bilirubin
penatalaksana sakit
sesuai belum
an dari ikterus
diketahui
neonatorum hendaknya
karena pada
adalah meningkatkan
hari terakhir
fototerapi. kualitas
pengkajian
Setela pelayanan
h dilakukan
kesehatan dirumah
tindakan
melalui media sehingga
keperawatan
penkes pelayanan dan
fototerapi
tentang pengobatan
neonatus
fototerapi akan maksimal.
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 91
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
Kesehata Universit
n Bayi as
D
Provinsi
a
Jawa yang Diponego
f
Tengah. Baru ro.
t
2013. Lahir. Semarang
a
Buku .http://epr
r
Profil Perawata ints.undip
Kesehata n Bayi .a
P
n yang c.id/1666
u
Provinsi Sakit 7/1/Bagin
s
Jawa Kuning. da_P_Hut
t
Tengah Hilary ah
a
Tahun Lumsden aean.pdf
k
2015 and (diakses
a
http://w Debbie pada 15
Bulechek, G. ww.depk Holmes juni
dkk. es.go.id/r (Ed). 2017)
2016. esour
Nursing ces/dow Pelajar.
Intervent nload/pr Yogyaka
ions ofil/PRO rta
Classific FIL_
ation KES_PR Hutahaean,
(NIC). OVINSI
Edisi ke _2015/13 Baginda
6. _Pro
Diterjem fil_Kes.P P.
ahkan rov.Jawa
oleh: Tengah_ 2011.
Intansari 201 5.pdf Ganggua
Nurjann (Di n
ah dan akses
Roxsana tanggal Perkemb
Devi 13 angan
Tumang Novem Neurolog
gor. ber is pada
Mocome 2017) Bayi
dia.
I England, dengan
n Riwayat
d Carole.
o Hiperbili
n 2012. rubinemi
e a. Tesis.
s Asuhan Program
i Kebidana Pasca
a n Sarjana
Fakultas
Dinas pada Kesehata
n.
Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 92
Muhammad Sowwam: Fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan
Ikterus Neonatorum
Mitayani dan 34_BabI 2012. rkd-2007
Wiwik KTI.p Asuhan
S. 2010. (Diakses Kepera tanggal
Buku tanggal 8 watan 10
Saku November Klien Novemb
Ilmu 2017) By Ny er 2017)
Gizi. E.
Trans Nurarif dan Pustaka Yunitasari, P.
Info Kusuma Pelajar. 2014.
Media. H. Yogyak Asuhan
Jakarta arta Kebidan
2015. an Bayi
Ningsih, W. Aplikasi Tim Baru
2013. Asuhan Labman Lahir
Hubung Kepera dat pada By.
an watan Balitban Ny. S
Perubah Berdasa gkes. dengan
an rkan 2015. Ikterus
Berat Riskesd Neonato
Badan Diagnos as rum
Neonat a Medis http://lab Derajad
us dan mandat.li II di
dengan tbang.dep RSUD
Nanda kes Dr.
Biliru Nic-Noc . Moewar
bin Hari Edisi go.id/ris di. KTI.
Ketiga et- Program
dan Revisi badanlit Diploma
Bilirubi Jilid bangkes 3
n Akhir 2. / menu- Kebidan
Minggu MediAc riskesna an.
Pertama tion. s/menu Stikes
. riskesda Kusuma
Progra Yogyak s/147- Husada.
m Strata arta
1. Surakarta
.http://dig 1preniy
Univers Ridha, H.N.
ilib.stikes u-2.pdf
itas 2014.
ku (Di
Dipone Buku
sumahusa akses
goro. Ajar
da.ac.id/fi tanggal
Semara Kepera
les/disk1/ 13
ng watan
15 Novemb
http://ep By Ny
/01- er 2017)
rints.un E.
.
dip.ac.i Pustaka
d/442 Pelajar. gdl-
03/2/Wi Yogyak preniyuni
ndaNin arta t-718-
gsih_G
2A0090 Royyan, A.

Jurnal Keperawatan CARE Vol. 8 No.2 (2018) 93

Anda mungkin juga menyukai