BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Identitas
Identitas Bayi
Nama bayi : By Ny E
TTL : 09 Juni 2021
Jam Kelahiran : 21.00
Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn.D
Umur Ayah : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama Ayah : Kristen
Nama Ibu : Ny.E
Umur Ibu :24 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Agama Ibu : Kristen
3.2Riwayat Persalinan
1. Awal Persalinan (hari/tgl/jam) : Rabu, 09 Juni 2021
2. Lama Persalinan : 2 jam
3. Komplikasi Persalinan : Tidak ada
4. Terapi yang diberikan : Tidak ada
5. Cara melahirkan : Normal
6. Tempat Melahirkan : Puskesmas Pahandut
7. Usia Kehamilan : 47 Minggu
8. Riwayat Kesehatan ibu : Saat hamil Ny.E tidak mempunyai riwayat
penyakit apapun selama hamil, tidak ada pernah mengalami trauma
fisik/psikologis. Usia kehamilan 40 minggu. Selama kehamilan ibu rajin
kontrol ke Rumah sakit, dan dokter spesialis kandungan. Selama hamil ibu
banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan dan juga mengkonsumsi
sedikit lebih banyak dari porsi biasanya, pada trisemester awal ibu mengalami
mual muntah di pagi hari ataupun saat mecium aroma menyengat seperti
32
parfum ataupun dari masakan, pada trisemester kedua ibu sering merasakan
nyeri didaerah pinggang dan punggung belakang tetapi untuk mual dan
muntah sudah berkurang, kemudian pada trisemester ketiga ibu lebih cepat
mudah lelah, dan lebih sering buang air kecil juga kaki ibu sering terasa sakit,
ibu juga mengkonsumsi vitamin untuk kandungan yang diberikan dokter
spesialisnya. Menurut keluarga pasien, berat badan Ibu pasien selama hamil
meningkat namun tidak signifikan. Selama hamil, ibu pasien sering muntah
sekitar >5 kali perhari, dan setiap kali makan biasanya dimuntahkan.
3.3 Pemeriksaan Fisik Neonatus
1. Antropometri
a. Berat Badan : 2900 gram
b. Panjang Badan : 50 .cm
c. Lingkar Kepala : 34
- Sirkumferensia froto-occipital : 34 cm
- Sirkumferensia mento-occipitalis: 35 cm
- Sirkumferensia suboccipito-bregmatika: 32 cm
- Sirkumferensia submento-bregmatika :32 cm
d. Lingkar Dada : 31 cm
e. Lingkar lengan atas : 10 cm
5. Mata :
Bersih dan skelera tampak kuning
6. THT :
a. Telinga : Bentuk telinga Simetris tidak ada serumen atau peradangan,
pendengaran baik, dan tidak ada gangguan.
b. Hidung : Bentuk hidung pasien tampak simetris, tidak terdapat serumen
atau secret
c. Palatum : Tampak normal, lunak dan tidak terbelah/sumbing
7. Toraks :
Gerak dan bentuk simetris, tidak tampak retraksi dinding dada, tidak
tampak lesi/mass.
8. Abdomen :
Distensi abdomen, lingkar perut : 34 cm, bising usus : 10 -11 x/menit , dan
liver tidak ada pembengkakan
9. Spina/tulang belakang (spina bifida):
Baik dan tidak ada fraktur
10. Kulit
Kulit tampak menguning terutama pada area wajah, terasa hangat dan
turgor kulit > 2 detik.
Masalah Keperawatan : ikterik neonatus
11. Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas
34
Bayi tampak dapat menggerakan tangan dan kakinya, tidak ada gangguan,
dan tidak ada kekakuan.
12. Tali pusat:
Tampak belum mongering, tidak ada peradangan, tidak ada nanah, ataupun
tanda infeksi.
13. Anus
Anus tampak lubang anus terlihat, tidak ada pembengkakan dan tidak ada
lesi.
14. Mekonium
Feses bayi tampak hijau tua saat pertama BAB
15. Refleks:
Bayi tampak lemah, dapat mengenggeam, belum bisa mengisap dan
berjalan.
Avilia Anggraini
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: - Gangguan transportasi
DO: Bilirubin dalam darah
1. Kulit Wajah tampak
kuning
2. Skelera tampak Bilirubin inderek
kuning meningkat
3. Nilai bilirubin total Ikterus Neonatus
20 mg/dl
4. Membran mukosa Hiperbilirubinemia
kuning
Ikterus Neonatus
Anoreksia
Hipotalamus
vasokonstriksi
Penguapan
Hipertermia
37
PRIOROTAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Rabu,05 maret 2021 DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera mulai berkurang
1. Memonitor ikterik pada skelera
07.00 2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
3. Memonitor efeksamping fototerapi
4. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator - TTV :
5. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara S: 37,5 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
berkelanjutan - Bayi tampak demam akibat efek samping fototerapi
6. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin - Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar Avilia Anggraini
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 17 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 05 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “badan By Ny E saya masih terasa
2021 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia hangat”
2. Memonitor suhu tubuh
07.30 3. Melonggarkan atau lepaskan pakaian O:
4. Memberikan cairan oral
5. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2 mg - Penyebab hipertermia diketahui karena terlalulama di
6. Menyediakan lingkungan yang dingin lakukan tindakkan fototerapi Avilia Anggraini
- S: 37,5
- Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah
P: lanjutkan intervensi
Rabu, 05 maret 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya mulai mau menyusu lagi”
2021 2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT
3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin O:
08.00 4. Mengedukasi pada keluarga tentang pentingya
pemberian ASI pada bayi baru lahir -
Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
- Ibu tampak memberikan ASI secara rutin
- Keluarga tampak memahami pentingny apemberian
ASI
A: masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
Avilia Anggraini
1. Monitor asupan dan keluarnya makanan
2. Lakukan tindakkan pemasangan ogt
3. Minta ibu untuk memberikan asi secara rutin
4. Edukasi pada keluarga tentang pentingya pemberian asi
pada bayi baru lahir
CATATAN PERKEMBANGAN
45
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Kamis ,06 Maret DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera sudah tidak ada
2021 1. Memonitor ikterik pada skelera
2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
07.00 3. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator
4. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara - TTV :
berkelanjutan S: 37 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
5. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin - Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 14 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Kamis ,06 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “ Badan By Ny E saya sudah tidak terasa
2021 1. Memonitor suhu tubuh hangat”
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
07.30 3. Memberikan cairan oral O:
4. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2
mg - S: 37
5. Menyediakan lingkungan yang dingin - Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah
P: lanjutkan intervensi
Avilia Anggraini
1. Monitor suhu tubuh
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Kolaborasi pemberian obat phenobarbital 1 x 2 mg
5. Sediakan lingkungan yang dingin
47
Kamis ,06 Maret 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya mulai mau menyusu lagi”
2021 2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT
3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin O:
08.00 4. Mengedukasi pada keluarga tentang pentingya
pemberian ASI pada bayi baru lahir - Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
- Ibu tampak memberikan ASI secara rutin
- Keluarga tampak memahami pentingnya apemberian
ASI
A: masalah teratasi sebagian
Avilia Anggraini
P:lanjutkan intervensi
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat ,07 Maret DX : Ikterus Neonatorum S: ibu mengatakan kekuningn pada skelera sudah tidak ada
2021 1. Memonitor ikterik pada skelera
2. Memonitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali O:
07.00 3. Menyiapkan lampu fototerapi dan inkubator
4. Membiarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi - Ikterik pada skelera sudah tidak ada
secara berkelanjutan - TTV :
5. Mengkolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin S: 36,5 RR: 45x/menit, dan N: 136 x/menit.
- Tampak lampu fototerapi dan inkubator sudah disiapkan
- Bayi tampak berada didalam inkubator dan terpapar
sinar fototerapi
- Nilai bilirubin sebesar 10 mg/dl
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi selesai
Avilia Anggraini
49
Jumat ,07 Maret DX: Hipertermia S: Ibu mengatakan “badan By Ny E saya sudah tidak terasa
2021 1. Memonitor suhu tubuh hangat”
2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
07.30 3. Memberikan cairan oral O:
4. Mengkolaborasi pemberian obat Phenobarbital 1 x 2
mg - S: 36,5
5. Menyediakan lingkungan yang dingin - Perawat tampak melepaskan pakaian bayi
- Bayi tampak diberi cairan oral berupa asi dari ibunya
- Pemeberian obat obat Phenobarbital 1 x 2 mg melalui
oral
- Bayi tampak berada di inkubator dengan suhu rendah
Jumat ,07 Maret DX: Resiko defisit nutrisi S: Ibu mengatakan “ By Ny E saya sudah mau menyusu lagi”
2021 1. Memonitor asupan dan keluarnya makanan
2. Melakukan tindakkan pemasangan OGT O:
08.00 3. Meminta ibu untuk memberikan ASI secara rutin
- Pasien tampak diberi asupan asi sertapengeluaran
makan berupa feses dan urin
- Pasien tampak dilakukan pemasangan OGT
50
4.2 Saran
Disarankan untuk pembaca Asuhan keperawatan ini agar tetap membaca
literature-litarature lainnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penyakit pada paru yang lebih spesifik pada penyakit Ikterus Neonatorum.
50
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Y. (2017). Pengaruh Pemberian Asi Awal Terhadap Kejadian Ikterus
Pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan "Midwife Journal" Volume 3
No. 01, 68.
Muhammad Sowwam, S. N. (2018). fototerapi Dalam Menurunkan Hiperbilirubin
Pada Asuhan Keperawatan Ikterus Neonatorum. Jurnal Keperawatan
CARE Vol. 8 No.2, 82.
Widiawati, S. (2017). Hubungan sepsis neonatorum, BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus pada bayi baru lahir. Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6
No.1, 53.
PPNI. 2016. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 : Cetakan III
( Revisi)”
DISUSUN OLEH :
1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, Klien dapat mengerti dan
memahami menu seimbang TKTP.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit Klien dapat :
- Pengertian Ikterus
- Tanda dan Gejala Ikterus
- Komplikasi Ikterus
- Penanganan Ikteus
- Pencegahan Ikterus
6. Evaluasi
1. Jelaskan Pengertian Ikterus
2. Jelaskan Tanda dan Gejala Ikterus
3. Jelaskan Komplikasi Ikterus
4. Jelaskan Penanganan Ikteus
5. Jelaskan Pencegahan Ikterus
MATERI
A. Pengertian Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan billirubin dalam tubuh atau akumulasi dalam darah lebih dari 5 mg/dl
dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar,
system billiary atau system hematologi , gambaran klinis berupa pewarnaan
kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme
hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila
konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL . Ikterus (Jaundice) adalah perubahan
warna kulit menjadi kuning akibat pewarnaan jaringan oleh bilirubin.
B. Penyebab Ikterus
1) Berat badan lahir
Berat lahir adalahberatbayi yang ditimbangdalam 1 (satu) jam
setelahlahir.Berat badan lahir yang kurang dari normal dapat mengakibatkan
berbagai kelainan yang timbul dari dirinya, salah satunya bayi akan rentan
terhadap infeksi yang nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak
bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <2500 gram)
mengalami ikterus pada minggu pertama hidupnya. Data epidemiologi
menunjukan bahwa lebih dari 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat
terdeteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya.
2) Prematur
Prematur adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu
atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Prematuritas menimbulkan
imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk
melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur/BBLR sering
mengalami kuning karena fungsi hati belum matang, timbulnya kuning lebih awal
dan lama dari bayi cukup bulan.
3) Pemberian ASI
ASI merupakan makanan paling ideal untuk bayi dan ASI karena
mengandungsemua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Pemberian ASI secara
penuh sangatdianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh dunia.
4) Paparan sinar matahari
Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum frekuensi total dari
radiasielektromagnetik yang dilepaskan oleh matahari. Di Bumi, sinar matahari
disaring melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari
ketika matahari berada di atas cakrawala. Ketika radiasi matahari langsung tidak
terhalang oleh awan, itulah yang tampak sebagai sinar matahari, yaitu, kombinasi
cahaya terang dan panas. Jika radiasi matahari langsung ditutupi awan atau
terpantul dari objek lain, maka terlihat sebagai cahaya tersebar
D. Komplikasi Ikterus
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan
terjadi penyakit kern ikterus. kren ikterus adalah suatu sindrom neurologic yang
timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel-sel otak kern ikterus
dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran ,
keterbelakangan mental dan gangguan tinggkah laku.
E. Penanganan Ikteus
Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada
bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Dokter
akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin.
Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya,
dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan
yang memadai.
Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan
pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang
lebih berat. Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir. Pengaruh sinar terhadap
ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah
sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar
matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan
dengan bayi lainnya.
1. Ikterus fisiologis:
a. Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi biasanaya
sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
b. Perhatikan frekwensi BAB
c. Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan atau kedinginan
d. Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
e. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan
ASI eklusif lebih sering minimal setiap 2 jam
f. Jaga bayi agar tetap hangat
g. Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus tanyakan apakah kencing sehari
semalam atau apakah sering buang air besar.
2. Ikterus patologis:
a. Jika By Ny E masih bisa menetek mintalah pada ibu untuk menetekkan By
Ny Eanya
b. Jika By Ny E tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan
ASI atau susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula
30-50 cc sebelum dirujuk
c. Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang
berisi 200 cc air masak
d. Jika By Ny E tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula
melalaui pipa ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
e. Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
f. Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
g. Perhatikan frekwensi BAK dan BAB.
F. Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan
kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada
janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa
persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat,
dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir,
biasakan By Ny E dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi
setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ilmu Kebidanan 2010 edisi 3,Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Bobak.2004. buku ajarankeperawatanmaternitas.jakarta:EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Ilmu kesehatan By Ny E untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
IKTERUS
NEONATORUM
PENYEBAB
KOMPLIKASI
Disusun Oleh: IKTERUS
NAMA: AVILIA
IKTERUS
Berat badan
ANGGRAINI Jika bayi kuning
lahir
NIM : patologis tidak
Prematur
(2018.C.10a.0927) mendapatkan
Pemberian ASI
pengobatan, maka
Paparan sinar
akan terjadi penyakit
matahari
kern ikterus.
TANDA DAN
YAYASAN EKA HARAP GEJALA IKTERUS
PALANGKA RAYA
Ikterusfisiologis :
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN Timbul pada harike 2
PRODI S-1 atauke 3
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN . Ikterusfatologis:
PENANGANAN
2020/2021 Ikterus terjadi
PENGERTIAN IKT IKTEUS
sebelum umur 24 jam.
ERUS Mengajari ibu
. Ikterusfatologi :
Ikterus cara menyinari
Timbul kuning pada
(Jaundice) adalah bayi dengan
24 jam pertama
perubahan warna kulit cahaya
kehidupan
menjadi kuning akibat matahari pagi
Abstrak
Latar Belakang: Ikterus neonatorum merupakan salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir, yang disebabkan oleh hiperbilirubin. Biasanya ditandai dengan warna kuning
pada kulit, sklera, dan organ lain. Kern ikterus merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat.
Kern ikterus meninggalkan gejala sisa berupa cerebral palsi, tuli nada tinggi, paralisis, dan displasia dental
yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. Tindakan keperawatan utama untuk mengatasi ikterus neonatorum
adalah tindakan fototerapi. Fototerapi hanya diberikan kepada bayi yang mengalami sakit kuning yang parah
dan dicurigai kadar bilirubin tak terkonjugasi yang dapat membahayakan bayi jika bilirubin meningkat.
Tujuan dalam melakukan Fototerapi adalah untuk menurunkan kadar Hiperbilirubin tak terkonjugasi didalam
sirkulasi darah. Tujuan: Untuk menganalisis fototerapi dalam menurunkan hiperbilirubin pada asuhan
keperawatan ikterus neonatorum. Metode: Penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Sampel studi kasus ini adalah bayi Ny. Y. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan, serta dokumentasi. Hasil: Diagnosis pada kasus bayi Ny. Y adalah ikterus
neonatorum berhubungan dengan pola makan tidak tepat. Sebelum dilakukan perawatan fototerapi pada bayi
Ny. Y bayi tampak kuning dari kepala, badan, ekstremitas, pergelangan tangan dan kaki (derajat IV), mukosa
kuning, sclera kuning, dan hasil laboratorium menunjukkan kadar bilirubin indirek 10,64 mg/dl. Setelah
dilakukan perawatan fototerapi bayi sudah tidak kuning, sclera anikterik, mukosa dan kulit tidak kuning.
Simpulan: Fototerapi dapat menurunkan kadar serum bilirubin dalam sirkulasi darah pada pasien: ikterus
neonatorum.
Abstract
Background: Jaundice neonatorum is one of the conditions that resemble liver disease found in newborns,
caused by hyperbilirubin. Usually characterized by yellow color on skin, sclera, and other organs. Jaundice is
the most severe complication of jaundice of the neonatorum. Kern Jaundus leaves the remaining symptoms of
cerebral palsy, high-pitched deafness, paralysis, and dental dysplasia that greatly affect the quality of life. The
primary nursing action to treat neonatal jaundice is the action of phototherapy. Phototherapy is only given to
babies who have severe jaundice and are suspected of unconjugated bilirubin levels that may harm the baby if
bilirubin increases. The goal in doing Phototherapy is to reduce the levels of unconjugated Hiperbilirubin in
the blood circulation. Objective: To analyze phototherapy in reducing hyperbilirubin in nursing care of
neonatal jaundice. Method: The author uses descriptive method with case study approach. The sample of this
case study is baby Ny. Y. Data collection is done by interview method, observation, examination, and
documentation. Result: Diagnosis in baby case Ny. Y is neonatal jaundice associated with inappropriate diet.
Prior to the treatment of phototherapy in baby Ny. Y infants appear yellow from the head, body, extremities,
wrists and legs (degrees IV), yellow mucosa, yellow sclera, and laboratory results show indirect bilirubin
levels 10.64 mg
/ dl. After the treatment of phototherapy the baby is not yellow, sclera anikterik, mukosa and skin is not
yellow. Conclusion: Phototherapy may decrease serum levels of bilirubin in the blood circulation in patients:
neonatal jaundice